SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  5
Télécharger pour lire hors ligne
1
MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB
AKHLAQ QUR’ANI
MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA
TAFSIR SURAT AL-MÂ’ÛN
QS 107: 1-7
A. Pendahuluan
Surah ini diturunkan di Makkah sesudah surah at-Takatsur.Nama
surah ini diambil dari kata al-Ma’un yang diambil pada ayat terakhir. Menurut
etimologi, al-Ma’un berarti banyak harta, berguna dan bermanfaat, kebaikan
dan ketaatan , dan Zakat.1
Surah ini menggambarkan orang yang tidak mau
membayar zakat dan tidak mau pula berinfaq untuk membantu fakir miskin.
Allah mengancam orang yang memunyai banyak harta tetapi tidak memunyai
kepedulian sosial.
Kata-kata Arab "al-Mâ'ûn" yang merupakan ujung surat dan menjadi
nama suratnya dijelaskan oleh Muhammad Asad, berdasarkan berbagai tafsir
klasik, sebagai: "…comprises the small items needed for one's daily use, as well as the
occasional acts of kindness consisting in helping out one's fellow-men with such item. In
its wider sense, it denotes "aid" or "assistance" in any difficulty" (... kata-kata "al-
mâ'ûn" mencakup hal-hal kecil yang diperlukan orang dalam penggunaan
sehari-hari, juga perbuatan kebaikankala-kala berupa pemberian bantuan
kepada sesama manusiadalam hal-hal kecil tersebut. Dalam maknanya yang
lebih luas, kata-kata itu berarti "bantuan" atau "pertolongan"dalam setiap
kesulitan)2
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan fakir
miskin. Maka celakalah bagi orang yang shalat ( yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong
dengan) barang yang berguna.
B. Asbâb an-Nuzûl
1
Hasan Basri, Tafsir Pase (Jakarta: Balai Kajian Tafsir al-Qur’an Pase), hal. 130.
2
Muhammad Asad. The Message of the Qur’an (Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980),
hal .102.
2
Adapun sebab turunnya surah ini ialah berkenaan dengan orang-orang
munafik yang memamerkan shalat kepada orang yang berirman; mereka
melakukan shalat dengan riya’, dan meninggalkan apabila tidak ada yang
melihatnya serta menolak memberikan bantuan kepada orang miskin dan anak
yatim (Hadits Riwayat Ibnu Mundzir, melalui Tharif Ibnu Abi Thalhah yang
bersumber dari Abdullah bin Abbas).
Abdullah bin Abbas telah menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan orang-orang munafik, karena mereka selalu memamerkan
shalat mereka d hadapan orang-orang yang beriman (riya’), sewaktu orang-
orang yang beriman berada di antara mereka. Tetapi, jika orang orang yang
beriman tidak ada di antara mereka, mereka pun meninggalkan shalat, di
samping mereke juga tidak mau memberikan pinjaman barang-barang mereka
kepada orang orang yang beriman.3
C. Tafsir
Surah ini diawali dengan kalimat tanya untuk menarik perhatian
pembacaanya. Kemudian Allah SWT sendiri yang menjawab pertanyaan
tersebut satu per satu. Tujuanya ialah agar pembaca benar-benar
memperhatiakn dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya.Biasnya
setiap ayat yang didahului dengan pertanyaan mengandung nilai yang sangat
penting untuk segera dipahami dan diamalkan. Pertanyaan yang paling
prinsipiil ialah “siapakah pendusta agama?“ Maka jawabanya segera disusul
setelah pertanyaanya. Ayat selanjutnya menjawb secara lugas bahwa pendusta
agama ialah orang yang tidak mau menyantuai anak yatim.Ciri berikutnya ialah
orang yang tidak mau menyeru untuk dana dan makanan supaya diberiakn
kepada orang miskin.4
M. Quraish Shihab, dalam Tafsir al-Mishbah, menyatakan paling tidak
ada 2 hal yang patut disimak dalam ayat 3 surat ini. Pertama ayat tersebut tidak
berbicara tentang kewajiban ”memberi makan” orang miskin, tapi berbicara
”menganjurkan memberi makan”. Itu berarti mereka yang tidak memiliki
kelebihan apapun dituntut pula untuk berperan sebagai ”penganjur pemberi
makanan terhadap orang miskin” atau dengan kata lain, kalau tidak mampu
secara langsung, minimal kita menganjurkan orang-orang yang mampu untuk
memperhatikan nasib mereka. Peran ini sebenarnya bisa dilakukan oleh
siapapun, selama mereka bisa merasakan penderitaan orang lain. Ini berarti
pula mengundang setiap orang untuk ikut merasakan penderitaan dan
kebutuhan orang lain, walaupun dia sendiri tidak mampu mengulurkan bantuan
materiil kepada mereka.
Anak-anak yatim dan faqir miskin adalah bagian dari kelompok
masyrakat yang sangat dicintai oleh Rasulullah s.a.w., bahkan dalam sebuah
hadits dinyatakan (Rasulullah s.a.w.) sangat dekat dengan mereka.Perhatian
mereka sangat diutamakan, sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat:
3Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, juz VIII, hal. 66.
4
Ibn Taymiyyah, Minhâj al-Sunnah, 4 jilid, (Riyadh: Maktabath al-Riyadh al-
Haditsah, tt., Jilid III), hal. 46.
3
“… dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim katakanlah:
“mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu
bergaual dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu” (QS al-
Baqarah, 2: 220 ).
Perkataan "yahudhdhu" yang diterjemahkan dengan "berjuang" di sini
memunyai asal arti "menganjurkan dengan kuat". A. Hassan dalam Al-Furqân,
menerjemahkan perkataan itu dengan "menggemarkan," Departemen Agama
menerjemahkan dengan "menganjurkan" sedangkan Mahmud Yunus dalam
tafsir Qur'an Karim menggunakan perkataan "menyuruh". Dan Muhammad
Asad, dalam The Message of the Qur'an, menerjemahkannya dalam bahasa Inggris
dengan "feels no urge" (tidak merasakan adanya dorongan), karena baginya
perkataan "yahudhdhu" memunyai makna "mendorong diri sendiri" (sebelum
mendorong orang lain). Jadi, perkataan "yahudhdhu" menunjuk pada adanya
komitmen batin yang tinggi, yakni usaha mengangkat dan menolong nasib
kaum miskin. Berarti bahwa indikasi ketulusan dan kesejatian dalam beragama
ialah: “adanya komitmen sosial yang tinggi dan mendalam kepada orang
bersangkutan”.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para sahabat
bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: "Syirik
kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur
dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang
suci berbuat zina".5
Shalat adalah ibadah yang paling utama yang diperintahkan dalam
syariat Islam. Dengan melaksanakanya secara baik dan benar akan
menimbulkan pengaruh positip yang sangat besar dalam aspek kehidupan. Di
akherat pun merupakan amaliah yang paling utama yang memeroleh penilaian
dan menjadi tolok ukur semua amal perbuatan.
5
Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, IV/12, hadits no. 2766 dan
Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, I, 64, hadits no. 272, dari Abu Hurairah)
4
Allah berfirman:
ۖ
ۗۗ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-
‘Ankabût, 29: 45)
Selanjutnya Allah menegaskan bahwa ada sebagian orang yang
melakukan amal kebaikan, termasuk shalat, untuk memperlihatkan amalnya
kepada manusia. Tindakan seperti ini disebut riya’.Sikap riya’ adalah lawan dari
ikhlas. Keikhlasan diperlukan dalam setiap amal kebaikan agar memeroleh
pahala yang sempurna dari Allah.
Yang diterjemahkan dengan "lupa" atau "lalai" dalam firman itu ialah
kata-kata yang dalam bahasa aslinya (Arab) "sahun". Yang dimaksud dalam
firman ini bukanlah mereka itu dikutuk Allah karena lupa mengerjakan shalat
yang disebabkan lupa, misalnya, terlalu sibuk bekerja. Sebab lupa dan alpa
serupa itu justru dimaafkan oleh Allah, tidak dikutuk).Tapi yang dimaksud
dalam firman itu ialah mereka yang menjalankan shalat itu lupa akan shalat
mereka sendiri, dalam arti bahwa shalat merekatidak memunyai pengarah apa-
apa kepada pendidikan akhlaknya, sehingga mereka yang menjalankan shalat
itudengan mereka yang tidak menjalankannya sama saja. Apalagi jika lebih
buruk!
Suatu hari, Sayyidah Fathimah r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w.,
“Yâ Abâtah, apa yang akan didapatkan oleh orang yang melecehkan shalatnya,
menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan?”
Rasulullah s.a.w. pun bersabda, “Hai Fathimah, barang siapa yang melecehkan
shalatnya menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun
perempuan, Tuhan akan menyiksanya dengan lima belas perkara. Enam
perkara di dunia, tiga pada saat ia mati, tiga lagi pada waktu ia berada di
kuburnya, dan tiga perkara pada Hari Kiamat, ketika ia keluar dari kuburnya.”
Allah berfirman:
ۖ
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak
5
akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan
beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya
(dirugikan) sedikitpun,” (QS Maryam, 19: 59-60)
Para ulama mengomentari ayat di atas dengan tafsirnya yang terdapat
dalam Ibnu Katsir sebagai berikut:
1. Muhammad bin Ka’ab al-Qurdhiy, dan Ibnu Zaid bim Aslam dan Sadiy
yang disebut meremehkan shalat adalah Meninggalkan Shalat (tidak
shalat )
2. Al-Auz, Ibnu Mas’ud, Ibnu Jarir, Ibnu Juraij meremehkan shalat adalah
meremehkan waktu
3. Al-Hasan al-Bashri, meremehkan shalat adalah meninggalkan Masjid
(Tafsîr Ibnu Katsîr, 3/21 )
Kata Ibnu Abbas Radhiyallâhu ’Anhu: Pengertian meninggalkan shalat
tidak berarti meninggalkan shalat itu sama sekali. Tetapi Said bin Musayyib
mengatakan : Orang itu tidak shalat Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya
waktu maghrib, tidak shalat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan tidak
shalat Isya hingga datangnya Fajar (shubuh).
Allah berfirman: “maka celakalah orang-orang yang shalat. Yaitu orang-
orang yang lalai dari shalatnya?” (QS al-Mâ’ûn, 107: 4-5)
Kata Saad bin Abi Waqqash: Aku telah bertanya kepada Rasulullah
s.a.w. tentang mereka yang melalaikan shalatnya, maka beliau menjawab Yaitu:
mengakhirkan waktu, yakni mengakhirkan waktu shalat.
D. Kesimpulan
Ilustrasi di atas, tentang pemahaman surat al-mâ’ûn mengingatkan kita
betapa penting nilai yang dikandungnya untuk diamalkan dalam kehidupan kita
sehari-hari agar kita tidak terjebak kepada kelompok orang yang mendustakan
agama.diantara nilai-nilai penting yang terkandung ialah :
1. Allah SWT mengingatkan agar kita tidak terjebak kedalam kelompok
orang-orang munafik yang cenderung menyepelehkan agama.
2. Allah SWT menjelaskan ciri-ciri oran yang mendustakan agama.
3. Allah SWT mencela orang yang melakukan shalat yang tidak mau
memahami dan menghayati esensi shalatnya, yaitu orang yang shalat
karena riya’
4. Allah SWT melaknat orang kaya yang bersikap kikir, tidak mau
membantu orang miskin dan tidak mau mengeluarkan zakat.

Contenu connexe

Tendances

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Pakaian Syar'iku
Pakaian Syar'ikuPakaian Syar'iku
Pakaian Syar'ikuErwin Wahyu
 
pdfslide.tips_1-thariqul-iman.ppt
pdfslide.tips_1-thariqul-iman.pptpdfslide.tips_1-thariqul-iman.ppt
pdfslide.tips_1-thariqul-iman.pptssuser644245
 
Al-Quran dalam Studi Orientalis
Al-Quran dalam Studi OrientalisAl-Quran dalam Studi Orientalis
Al-Quran dalam Studi OrientalisQosim Nursheha
 
01 peraturan-hidup-dalam-islam
01 peraturan-hidup-dalam-islam01 peraturan-hidup-dalam-islam
01 peraturan-hidup-dalam-islamSurya Menyinari
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Anas Wibowo
 
Meraih Sukses Dunia Akhirat Dengan Ramadhan
Meraih Sukses Dunia Akhirat Dengan RamadhanMeraih Sukses Dunia Akhirat Dengan Ramadhan
Meraih Sukses Dunia Akhirat Dengan Ramadhanyasin5582
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiAnas Wibowo
 
Hadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An NawawiHadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An NawawiRifki Sya'bani
 
Simpul Islam, Bernama Aqidah
Simpul Islam, Bernama AqidahSimpul Islam, Bernama Aqidah
Simpul Islam, Bernama AqidahNiko Arwenda
 
Perbandingan 3 ideologi dunia
Perbandingan 3 ideologi duniaPerbandingan 3 ideologi dunia
Perbandingan 3 ideologi duniaErwin Wahyu
 
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWSEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWIda Suryaningsih
 

Tendances (20)

06 hukum riba 2015
06 hukum riba 201506 hukum riba 2015
06 hukum riba 2015
 
Revisi biografi syaikh syarofuddin
Revisi biografi syaikh syarofuddinRevisi biografi syaikh syarofuddin
Revisi biografi syaikh syarofuddin
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Pakaian Syar'iku
Pakaian Syar'ikuPakaian Syar'iku
Pakaian Syar'iku
 
pdfslide.tips_1-thariqul-iman.ppt
pdfslide.tips_1-thariqul-iman.pptpdfslide.tips_1-thariqul-iman.ppt
pdfslide.tips_1-thariqul-iman.ppt
 
kesempurnaan islam
kesempurnaan islamkesempurnaan islam
kesempurnaan islam
 
Al-Quran dalam Studi Orientalis
Al-Quran dalam Studi OrientalisAl-Quran dalam Studi Orientalis
Al-Quran dalam Studi Orientalis
 
01 peraturan-hidup-dalam-islam
01 peraturan-hidup-dalam-islam01 peraturan-hidup-dalam-islam
01 peraturan-hidup-dalam-islam
 
Tafsir al 'ashr
Tafsir al 'ashrTafsir al 'ashr
Tafsir al 'ashr
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
 
Meraih Sukses Dunia Akhirat Dengan Ramadhan
Meraih Sukses Dunia Akhirat Dengan RamadhanMeraih Sukses Dunia Akhirat Dengan Ramadhan
Meraih Sukses Dunia Akhirat Dengan Ramadhan
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
 
Pemahaman Kufur, Murtad, Nifaq dan Zalim
Pemahaman Kufur, Murtad, Nifaq dan ZalimPemahaman Kufur, Murtad, Nifaq dan Zalim
Pemahaman Kufur, Murtad, Nifaq dan Zalim
 
Hadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An NawawiHadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
 
Simpul Islam, Bernama Aqidah
Simpul Islam, Bernama AqidahSimpul Islam, Bernama Aqidah
Simpul Islam, Bernama Aqidah
 
Qawaid fiqh pt 3
Qawaid fiqh  pt 3Qawaid fiqh  pt 3
Qawaid fiqh pt 3
 
Perbandingan 3 ideologi dunia
Perbandingan 3 ideologi duniaPerbandingan 3 ideologi dunia
Perbandingan 3 ideologi dunia
 
14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH
 
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWSEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
 
Akhlak dalam pandangan islam
Akhlak dalam pandangan islamAkhlak dalam pandangan islam
Akhlak dalam pandangan islam
 

Similaire à Tafsir surat al ma'un-01

Suratalmaun 130103041639-phpapp02
Suratalmaun 130103041639-phpapp02Suratalmaun 130103041639-phpapp02
Suratalmaun 130103041639-phpapp02awangyie
 
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptxTADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptxErikaSetiawati3
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ahArdian DP
 
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul QoyyimMuhammad Reza Kahar Aziz
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbihAnisK9
 
Tahlilan
TahlilanTahlilan
TahlilanWisnu W
 
Fiqih dakwah
Fiqih dakwahFiqih dakwah
Fiqih dakwahel-hafiy
 
Sampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan alSampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan alskjbpai
 
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfIBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfsdn1lenekkalibambang
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahALI FIKRI
 
Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Muhsin Hariyanto
 
Zakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqohZakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqohMarSus Sajjah
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHIdrus Abidin
 

Similaire à Tafsir surat al ma'un-01 (20)

Tafsir surat al ma'un
Tafsir surat al ma'unTafsir surat al ma'un
Tafsir surat al ma'un
 
Tahlilan madzhab syafii
Tahlilan madzhab syafiiTahlilan madzhab syafii
Tahlilan madzhab syafii
 
Suratalmaun 130103041639-phpapp02
Suratalmaun 130103041639-phpapp02Suratalmaun 130103041639-phpapp02
Suratalmaun 130103041639-phpapp02
 
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptxTADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ah
 
Nasihat As - Sya'rawi
Nasihat As - Sya'rawiNasihat As - Sya'rawi
Nasihat As - Sya'rawi
 
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
12 dalil sholat berjama'ah by Ibnul Qoyyim
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
Tahlilan
TahlilanTahlilan
Tahlilan
 
Fiqih dakwah
Fiqih dakwahFiqih dakwah
Fiqih dakwah
 
Sampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan alSampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan al
 
Sampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan alSampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan al
 
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfIBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
 
Berislam itu mudah
Berislam itu mudahBerislam itu mudah
Berislam itu mudah
 
Pidato
PidatoPidato
Pidato
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
 
Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183
 
Zakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqohZakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqoh
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAH
 

Plus de Muhsin Hariyanto

Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaMuhsin Hariyanto
 

Plus de Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkaca
 

Tafsir surat al ma'un-01

  • 1. 1 MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB AKHLAQ QUR’ANI MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA TAFSIR SURAT AL-MÂ’ÛN QS 107: 1-7 A. Pendahuluan Surah ini diturunkan di Makkah sesudah surah at-Takatsur.Nama surah ini diambil dari kata al-Ma’un yang diambil pada ayat terakhir. Menurut etimologi, al-Ma’un berarti banyak harta, berguna dan bermanfaat, kebaikan dan ketaatan , dan Zakat.1 Surah ini menggambarkan orang yang tidak mau membayar zakat dan tidak mau pula berinfaq untuk membantu fakir miskin. Allah mengancam orang yang memunyai banyak harta tetapi tidak memunyai kepedulian sosial. Kata-kata Arab "al-Mâ'ûn" yang merupakan ujung surat dan menjadi nama suratnya dijelaskan oleh Muhammad Asad, berdasarkan berbagai tafsir klasik, sebagai: "…comprises the small items needed for one's daily use, as well as the occasional acts of kindness consisting in helping out one's fellow-men with such item. In its wider sense, it denotes "aid" or "assistance" in any difficulty" (... kata-kata "al- mâ'ûn" mencakup hal-hal kecil yang diperlukan orang dalam penggunaan sehari-hari, juga perbuatan kebaikankala-kala berupa pemberian bantuan kepada sesama manusiadalam hal-hal kecil tersebut. Dalam maknanya yang lebih luas, kata-kata itu berarti "bantuan" atau "pertolongan"dalam setiap kesulitan)2 “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka celakalah bagi orang yang shalat ( yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna. B. Asbâb an-Nuzûl 1 Hasan Basri, Tafsir Pase (Jakarta: Balai Kajian Tafsir al-Qur’an Pase), hal. 130. 2 Muhammad Asad. The Message of the Qur’an (Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980), hal .102.
  • 2. 2 Adapun sebab turunnya surah ini ialah berkenaan dengan orang-orang munafik yang memamerkan shalat kepada orang yang berirman; mereka melakukan shalat dengan riya’, dan meninggalkan apabila tidak ada yang melihatnya serta menolak memberikan bantuan kepada orang miskin dan anak yatim (Hadits Riwayat Ibnu Mundzir, melalui Tharif Ibnu Abi Thalhah yang bersumber dari Abdullah bin Abbas). Abdullah bin Abbas telah menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik, karena mereka selalu memamerkan shalat mereka d hadapan orang-orang yang beriman (riya’), sewaktu orang- orang yang beriman berada di antara mereka. Tetapi, jika orang orang yang beriman tidak ada di antara mereka, mereka pun meninggalkan shalat, di samping mereke juga tidak mau memberikan pinjaman barang-barang mereka kepada orang orang yang beriman.3 C. Tafsir Surah ini diawali dengan kalimat tanya untuk menarik perhatian pembacaanya. Kemudian Allah SWT sendiri yang menjawab pertanyaan tersebut satu per satu. Tujuanya ialah agar pembaca benar-benar memperhatiakn dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya.Biasnya setiap ayat yang didahului dengan pertanyaan mengandung nilai yang sangat penting untuk segera dipahami dan diamalkan. Pertanyaan yang paling prinsipiil ialah “siapakah pendusta agama?“ Maka jawabanya segera disusul setelah pertanyaanya. Ayat selanjutnya menjawb secara lugas bahwa pendusta agama ialah orang yang tidak mau menyantuai anak yatim.Ciri berikutnya ialah orang yang tidak mau menyeru untuk dana dan makanan supaya diberiakn kepada orang miskin.4 M. Quraish Shihab, dalam Tafsir al-Mishbah, menyatakan paling tidak ada 2 hal yang patut disimak dalam ayat 3 surat ini. Pertama ayat tersebut tidak berbicara tentang kewajiban ”memberi makan” orang miskin, tapi berbicara ”menganjurkan memberi makan”. Itu berarti mereka yang tidak memiliki kelebihan apapun dituntut pula untuk berperan sebagai ”penganjur pemberi makanan terhadap orang miskin” atau dengan kata lain, kalau tidak mampu secara langsung, minimal kita menganjurkan orang-orang yang mampu untuk memperhatikan nasib mereka. Peran ini sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun, selama mereka bisa merasakan penderitaan orang lain. Ini berarti pula mengundang setiap orang untuk ikut merasakan penderitaan dan kebutuhan orang lain, walaupun dia sendiri tidak mampu mengulurkan bantuan materiil kepada mereka. Anak-anak yatim dan faqir miskin adalah bagian dari kelompok masyrakat yang sangat dicintai oleh Rasulullah s.a.w., bahkan dalam sebuah hadits dinyatakan (Rasulullah s.a.w.) sangat dekat dengan mereka.Perhatian mereka sangat diutamakan, sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat: 3Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, juz VIII, hal. 66. 4 Ibn Taymiyyah, Minhâj al-Sunnah, 4 jilid, (Riyadh: Maktabath al-Riyadh al- Haditsah, tt., Jilid III), hal. 46.
  • 3. 3 “… dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim katakanlah: “mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaual dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu” (QS al- Baqarah, 2: 220 ). Perkataan "yahudhdhu" yang diterjemahkan dengan "berjuang" di sini memunyai asal arti "menganjurkan dengan kuat". A. Hassan dalam Al-Furqân, menerjemahkan perkataan itu dengan "menggemarkan," Departemen Agama menerjemahkan dengan "menganjurkan" sedangkan Mahmud Yunus dalam tafsir Qur'an Karim menggunakan perkataan "menyuruh". Dan Muhammad Asad, dalam The Message of the Qur'an, menerjemahkannya dalam bahasa Inggris dengan "feels no urge" (tidak merasakan adanya dorongan), karena baginya perkataan "yahudhdhu" memunyai makna "mendorong diri sendiri" (sebelum mendorong orang lain). Jadi, perkataan "yahudhdhu" menunjuk pada adanya komitmen batin yang tinggi, yakni usaha mengangkat dan menolong nasib kaum miskin. Berarti bahwa indikasi ketulusan dan kesejatian dalam beragama ialah: “adanya komitmen sosial yang tinggi dan mendalam kepada orang bersangkutan”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina".5 Shalat adalah ibadah yang paling utama yang diperintahkan dalam syariat Islam. Dengan melaksanakanya secara baik dan benar akan menimbulkan pengaruh positip yang sangat besar dalam aspek kehidupan. Di akherat pun merupakan amaliah yang paling utama yang memeroleh penilaian dan menjadi tolok ukur semua amal perbuatan. 5 Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, IV/12, hadits no. 2766 dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, I, 64, hadits no. 272, dari Abu Hurairah)
  • 4. 4 Allah berfirman: ۖ ۗۗ “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al- Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al- ‘Ankabût, 29: 45) Selanjutnya Allah menegaskan bahwa ada sebagian orang yang melakukan amal kebaikan, termasuk shalat, untuk memperlihatkan amalnya kepada manusia. Tindakan seperti ini disebut riya’.Sikap riya’ adalah lawan dari ikhlas. Keikhlasan diperlukan dalam setiap amal kebaikan agar memeroleh pahala yang sempurna dari Allah. Yang diterjemahkan dengan "lupa" atau "lalai" dalam firman itu ialah kata-kata yang dalam bahasa aslinya (Arab) "sahun". Yang dimaksud dalam firman ini bukanlah mereka itu dikutuk Allah karena lupa mengerjakan shalat yang disebabkan lupa, misalnya, terlalu sibuk bekerja. Sebab lupa dan alpa serupa itu justru dimaafkan oleh Allah, tidak dikutuk).Tapi yang dimaksud dalam firman itu ialah mereka yang menjalankan shalat itu lupa akan shalat mereka sendiri, dalam arti bahwa shalat merekatidak memunyai pengarah apa- apa kepada pendidikan akhlaknya, sehingga mereka yang menjalankan shalat itudengan mereka yang tidak menjalankannya sama saja. Apalagi jika lebih buruk! Suatu hari, Sayyidah Fathimah r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w., “Yâ Abâtah, apa yang akan didapatkan oleh orang yang melecehkan shalatnya, menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan?” Rasulullah s.a.w. pun bersabda, “Hai Fathimah, barang siapa yang melecehkan shalatnya menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan, Tuhan akan menyiksanya dengan lima belas perkara. Enam perkara di dunia, tiga pada saat ia mati, tiga lagi pada waktu ia berada di kuburnya, dan tiga perkara pada Hari Kiamat, ketika ia keluar dari kuburnya.” Allah berfirman: ۖ “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia- nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak
  • 5. 5 akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (QS Maryam, 19: 59-60) Para ulama mengomentari ayat di atas dengan tafsirnya yang terdapat dalam Ibnu Katsir sebagai berikut: 1. Muhammad bin Ka’ab al-Qurdhiy, dan Ibnu Zaid bim Aslam dan Sadiy yang disebut meremehkan shalat adalah Meninggalkan Shalat (tidak shalat ) 2. Al-Auz, Ibnu Mas’ud, Ibnu Jarir, Ibnu Juraij meremehkan shalat adalah meremehkan waktu 3. Al-Hasan al-Bashri, meremehkan shalat adalah meninggalkan Masjid (Tafsîr Ibnu Katsîr, 3/21 ) Kata Ibnu Abbas Radhiyallâhu ’Anhu: Pengertian meninggalkan shalat tidak berarti meninggalkan shalat itu sama sekali. Tetapi Said bin Musayyib mengatakan : Orang itu tidak shalat Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu maghrib, tidak shalat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan tidak shalat Isya hingga datangnya Fajar (shubuh). Allah berfirman: “maka celakalah orang-orang yang shalat. Yaitu orang- orang yang lalai dari shalatnya?” (QS al-Mâ’ûn, 107: 4-5) Kata Saad bin Abi Waqqash: Aku telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang mereka yang melalaikan shalatnya, maka beliau menjawab Yaitu: mengakhirkan waktu, yakni mengakhirkan waktu shalat. D. Kesimpulan Ilustrasi di atas, tentang pemahaman surat al-mâ’ûn mengingatkan kita betapa penting nilai yang dikandungnya untuk diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari agar kita tidak terjebak kepada kelompok orang yang mendustakan agama.diantara nilai-nilai penting yang terkandung ialah : 1. Allah SWT mengingatkan agar kita tidak terjebak kedalam kelompok orang-orang munafik yang cenderung menyepelehkan agama. 2. Allah SWT menjelaskan ciri-ciri oran yang mendustakan agama. 3. Allah SWT mencela orang yang melakukan shalat yang tidak mau memahami dan menghayati esensi shalatnya, yaitu orang yang shalat karena riya’ 4. Allah SWT melaknat orang kaya yang bersikap kikir, tidak mau membantu orang miskin dan tidak mau mengeluarkan zakat.