1. Kelompok 4
M. Iqbal Kamarullah
M. Najmi Syahputra
M. Rizki Ramadhan
Mulia Fathan
Riski Fajar Syah P.
Sadri
2. A. ZAMAN MESOLITHIKUM
Mesolitikum secara bahasa dapat diartikan
sebagai batu tengah, merupakan tahapan
perkembangan masyarakat masa pra sejarah antara
batu tua dan batu muda. Tidak jauh berbeda dengan
peride sebelumnya, kehidupan berburu atau
mengumpulkan makanan. Namun manusia pada
masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak
tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat
tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi
pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous
roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak
ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada
zaman itu.
3. Ciri zaman Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger
(sampah dapur)
c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek
(hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang
dibelah.
d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa
Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata
panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid
4. 2. Kebudayaan
Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak
jauh berbeda dengan kebudayaan
Palaeolithikum, tetapi pada masa
Mesolithikum manusia yang hidup pada
zaman tersebut sudah ada yang menetap
sehingga kebudayaan Mesolithikum yang
sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri
dari zaman ini yang disebut dengan
kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris
sous Roche.
5. Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari
bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti
sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan
Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan
kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7
meter dan sudah membatu/menjadi fosil.
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai
timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari
bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa
manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah
menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels
melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang
ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam
Palaeolithikum).
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak
Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
6. C. ALAT-ALAT ZAMAN MESOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum
dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya
disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan
kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya
dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan
dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak
genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti
binatang.
7. 2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang
dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis
Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa
Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah
Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut
kebudayan pacitan.
8. 3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman Mesolithikum yaitu alat dari tulang
binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan
Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk
(belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk
mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa
digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.
9. 4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang
dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil
kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang.
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap
ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
10. Kapak genggam (peble)
Kapak pendek (hache Courte)
Pipisan (batu-batu penggiling)
Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang
dibelah
Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
11. Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di
gua-gua yang disebut “Abris Sous Roche” Adapun alat-alat
tersebut adalah : Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil
yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas
makanan. Ujung mata panah. Batu penggilingan
(pipisan), Kapak, Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur
(Istilahnya: Sampung Bone Culture atau kebudayaan
Sampung terbuat dari Tulang) Tiga bagian penting
Kebudayaan Mesolithikum,yaitu : Peble-Culture (alat
kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken
Modinger; Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di
Abris sous Roche. Manusia Pendukung Kebudayaan
Mesolithikum adalah bangsa Papua – Melanosoid.