UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
SISWA KELAS V MI NU TERATE GRESIK MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
A. Latar Belakang
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang
akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat
global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis.
Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar
memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati
keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan
kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga
negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik
kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya,
dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam
2. menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan
di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang
memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan
sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada
kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).1
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin
akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam
kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan
pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan
2
Pancasila (Somantri, 2001 : 103).
Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar
mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta
1 http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sdmi/
( Diakses pada tanggal ….)
3. bahan kajian sejarah. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada
bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan
Sejarah. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21 (dalam Hidayati, 2008:1.26), ada
lima macam sumber materi IPS antara lain: (1) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan
terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan
yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) kegiatan manusia
misalnya, mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi dan
transportasi; (3) lingkungan geografi dan budaya meliputi, segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh;
(4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian
yang besar; (5) anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari
makanan, pakaian, permainan, keluarga. Kemudian strategi penyampaian pengajaran IPS,
sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan:
anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, Negara dan dunia.
Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Guru
dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan
guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan
metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa
kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Siswa hanya diam saja dan mudah jenuh dalam
pembelajaran. Selain itu kurang nya motivasi yang diberikan guru, juga menjadi faktor
kurangnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.2
2 http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi -bloom-sebagai-tujuan.html ( Diakses pada tanggal
….)
3
4. Pelaksanaan pembelajaran IPS seperti yang diutarakan di atas, merupakan gambaran
yang terjadi di MI NU Terate Gresik. Berdasarkan observasi awal peneliti kolaborasi
yang dilakukan pada pembelajaran IPS dinyatakan bahwa guru kurang variatif dalam
menggunakan metode pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya berupa
ceramah dan lebih menekankan pada hafalan, keaktifan siswa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan dalam kegiatan KBM masih belum optimal, sehingga siswa kurang
berminat dan antusias juga merupakan penyebab kurang optimalnya pembelajaran, serta
guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media dan penggunaan alat peraga selama
4
proses pembelajaran.
Hal itu didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi proses
pembelajaran IPS siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 masih dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 64. Data keaktifan
dan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 71, dengan rata-rata
kelas 63,25 untuk nilai ulangan harian. Dengan melihat data keaktifan dan hasil
belajar dan pelaksanakan mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk
ditingkatkan kualitasnya, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kualitas
pembelajaran IPS menjadi meningkat.3
Berdasarkan diskusi tim peneliti dengan guru kelas V, untuk memecahkan masalah
pembelajaran IPS yang kurang kondusif karena keaktifan siswa kurang, tim kolaborasi
menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Untuk
memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka ditetapkan alternatif tindakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru. Dengan penggunaan pendekatan
dalam pembelajaran yang tepat akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan
3 Data hasil wawancara 8 April 2014 memperlihatkan bahwa nilai mapel IPS siswa kelas V belum memenuhi
KKM di MI NU Terate Gresik. Sumber: Survey tanggal 8 April 2014
5. siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun
suatu model pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba
mengembangkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dengan metode
5
make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut
Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus
pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi;
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).4
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.5
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan
metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode
4 Lie,Anita. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning Ruang-ruang Kelas. (Jakarta:
PT.Grasindo,2002)hal 2
5 Isjoni.Cooperative Learning.(Pekanbaru: Alfabeta,2007).hal.15
6. ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi
6
poin.
Dari ulasan latar belakang tersebut diatas maka peneliti akan mengkaji melalui
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa
Kelas V MI NU Terate Gresik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V
MI NU Terate Gresik ?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas V MI NU Terate Gresik ?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas V MI NU Terate Gresik dalam
mengelola pembelajaran IPS ?
3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI NU Terate Gresik pada pelajaran
IPS ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
7. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V MI NU Terate Gresik
melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS, menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa suatu kontribusi terhadap
pengembangan di berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, hasil penelitian ini
juga di harapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Manfaat teoritis
1) Sebagai bahan referensi atau pedukung penelitian yang selanjutnya
2) Menambah pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial
3) Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran IPS
b. Manfaat praktis
1) Bagi Siswa
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa dapat
menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPS serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Bagi Guru
8. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran
yang dapat dijadikan pedoman atas pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru
dapat berbenah diri untuk lebih mengefektifkan pembelajaran pada mata pelajaran
yang lain dan memotivasi guru untuk berpikir inovatif.
8
3) Bagi Sekolah/Lembaga
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat
memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses perbaikan
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu pendidikan dapat
meningkat.
9. BAB II
KAJIAN TEORI
9
A. Hasil Belajar
1. Kerangka Teori
a. Pengertian Belajar
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal
lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli antara lain adalah sebagai berikut :
1) Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
2) Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran
ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal.
3) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003,
Bab I Pasal Ayat 20)
4) Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat
individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil
belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. (Sugandi, 2005: 9)
10. 5) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Berdasarkan konsep tentang pembelajaran di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
b. Pengertian Kualitas Pembelajaran
Berkaitan dengan pembelajaran yang berkualitas, Pudji Muljono (2006:29)
menyebutkan bahwa konsep kualitas pembelajaran mengandung lima rujukan:
yaitu “(1) kesesuaian; (2) daya tarik; (3) efektivitas; (4) efisiensi; dan (5)
produktivitas pembelajaran”. Penjelasan kelima rujukan yang membentuk konsep
kualitas pembelajaran dari Pudji Muljono (2006:29-30) adalah sebagai berikut:
Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan
karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan,
cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras
dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam
pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas juga harus mempunyai daya tarik yang
10
11. kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan arena itu
mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah
diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa
saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa
yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan
lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang sengaja
dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan
untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat dan merangsang
pembentukan kepribadian peserta didik.
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara
definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai
tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964). Efektivitas ini sesunguhnya merupakan
suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar
diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi
produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap
orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat
kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997).
Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau
dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing
the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu
dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan,
pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap
kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan
dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari
11
12. kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik,
12
masyarakat dan pemerintah).
Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu,
biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat
dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung
meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran
mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian
kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar
belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian
tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar
sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang
merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan
pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan
mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah
mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk
menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling
menguntungkan.
Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang
memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak.
Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses
pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta),
penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai
macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan
sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran
sehingga menghasilkan kualitas yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan
13. yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh
masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.6
Depdiknas (2001:4) mengemukakan paradigma mutu dalam konteks
pendidikan, mencakup input, proses, dan output pendidikan. Lebih jauh dijelaskan
bahwa input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, yang dimaksud sesuatu adalah berupa
sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi
keberlangsungan proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (seperti
ketua, dosen, konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan,
perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat
meliputi: struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi,
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar
proses dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan
merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu
dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara
harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat
belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Berdasarkan
pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat
6 http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html . ( Diakses pada tanggal ….)
13
14. barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
dan kepuasan bahkan melebihi harapan pelanggan, baik yang tersurat maupun
14
yang tersirat.
Pembelajaran merupakan inti proses pendidikan, dan oleh sebab itu upaya
peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran.
Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran memegang peran kunci.
Subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut: peserta
didik; pengajar; materi dan bahan; metode, strategi dan pendekatan; media; sarana
dan prasarana; biaya; dan kurikulum tersembunyi. Komponen-komponen tersebut
saling berinteraksi, melengkapi dan integrasi, dan bukan merupakan komponen
yang terpisah, berdiri sendiri, dan tidak saling tergantung satu sama lain. Sebagai
suatu komponen yang terintegrasi, semua komponen tersebut harus terpenuhi
dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas meliputi beberapa komponen, yaitu,
kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran atau
alat pembelajaran, dan evaluasi. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik.
Komponen peserta didik adalah salah satu komponen terpenting karena
adanya kebutuhan peserta didik inilah yang memicu suatu proses
pembelajaran. Peserta didik merupakan input suatu proses pendidikan yang
harus ditransformasikan menjadi lulusan yang berpengetahuan luas, kompeten,
berketerampilan tinggi, serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan
norma di dalam masyarakat tempat mereka berada. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses transformasi yang memungkinkan tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik dengan dukungan berbagai komponen
dalam suatu sistem pembelajaran.
15. 15
b. Pengajar.
Pengajar memiliki peran strategis dalam proses pembelajaran karena
fungsinya sebagai nara sumber dan/atau fasilitator dalam proses pembelajaran.
Pada tingkat pendidikan usia dini dan pendidikan dasar, proses pembelajaran
sangat tergantung pada pengajar yang seringkali menjadi model peran bagi
para siswanya. Kompetensi dan profesionalisme pengajar sangat penting
dalam proses transformasi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran
yang dikehendaki.
c. Materi dan bahan.
Materi dan bahan ajar didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kurikulum
yang telah disepakati. Bahan pembelajaran berperan penting dalam proses
pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik, menumbuhkan sikap yang positif terhadap lingkungan atau
dunia tempat tinggalnya, serta berperilaku sesuai dengan norma masyarakat.
Materi dan bahan ajar disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan dalam
pembelajaran tersebut.
d. Media.
Media berfungsi membantu peserta didik dan pengajar dalam menciptakan
suatu proses pembelajaran yang efektif. Pemilihan media pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik materi yang
diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif.
Dengan demikian, proses pembelajaran maupun hasilnya menjadi lebih
berkualitas karena tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
e. Sarana dan prasarana.
16. Proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung dengan baik tanpa
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses
pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana ini dapat berupa perangkat
16
keras maupun perangkat lunak.
f. Biaya.
Salah satu subsistem dalam pembelajaran adalah biaya. Ketersediaan biaya
yang dapat menunjang kebutuhan setiap subsistem merupakan unsur penentu
tercapainya kualitas pembelajaran. Rekrutmen dan pengorganisasian peserta
didik, insentif pengajar yang berkeadilan, pengembangan dan penyediaan
bahan ajar yang berkualitas, penyediaan dan penggunaan media yang tepat
guna, dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seluruhnya
membutuhkan biaya yang cukup. Namun ketersediaan dana pendidikan yang
yang berlebih sekalipun tidak menjamin terjadinya kualitas pendidikan bila
dana tersebut tidak diarahkan dan tidak difokuskan pada peningkatan kualitas
pembelajaran.
g. Kurikulum tersembunyi.
Dalam proses pembelajaran satu hal yang penting pula adalah adanya
kurikulum tersembunyi. Pada dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari
materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh pengajar di dalam kelas.
Keseluruhan lingkungan sekolah, interaksi antar peserta didik dan antara
pengajar dengan peserta didik, budaya sekolah, bahkan lingkungan tempat
tinggal peserta didik amat sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Sarana
dan prasarana yang disediakan sekolah merupakan suatu prasyarat mutlak
berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana yang
dimiliki peserta didik baik yang dipergunakan di sekolah maupun dalam
17. proses belajar mandiri di rumah sangat menentukan bekerhsilan proses
17
pembelajaran pula.7
Jadi kualitas pembelajaran merupakan suatu gambaran mengenai
baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik yang meliputi kesesuaian,
daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pembelajaran dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu
kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran
atau alat pembelajaran, dan evaluasi.
c. Hakikat Pembelajaran IPS
Menurut Sumantri, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan
sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu
pendidikan.
Menurut Mulyono Tj, IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner
(Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah,
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari
berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.8
7 http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi-inovasi-terhadap-
kualitas-pembelajaran/ ( Diakses pada tanggal ….)
8 Ischak. Pendidikan IPS di SD.( Jakarta: Universitas Terbuka,2004).hal.36
18. Hakikat IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek
kehidupan secara terpadu, yang bertujuan membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah
kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang
18
baik dan bertanggung jawab.9
Tujuan IPS menurut Kurikulum 2006 di tingkat SD/MI menyatakan bahwa
pengetahuan sosial bertujuan untuk: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
ditingkat lokal, nasional dan global. (KTSP 2006:82)
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid
Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang
baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang
berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci
Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah
laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar,
(3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah
9 Ibid.hal.42
19. sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
19
nasional, dan global.
Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari IPS antara lain: (1)
pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar
sebagai sumber belajar; (2) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat; (3)
kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga; (4) kemampuan
mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota
masyarakat.10
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah agar siswa dapat: (1) mensistematisasikan bahan, informasi,
dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya
menjadi lebih bermakna; (2) lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah
sosial secara rasional dan bertanggung jawab; (3) mempertinggi rasa toleransi dan
persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. (Hidayati, 2008:1.12)
Munculnya rasional pendidikan IPS adalah sebagai berikut: (1) Karena siswa
berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda (2) Masalah sosial sangat
10 Ibid.hal.42
20. luas, kompleks, rumit, dan abstrak. (3) Dengan pendidikan IPS, siswa bisa
dibimbing dan diarahkan untuk menghadapi masalah sosial disekitarnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS
adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala
dan masalah sosial yang meliputi: sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah,
geografi, dan politik. IPS terdiri dari berbagai himpunan pengetahuan tentang
kehidupan sosial dan dari realita-realita kehidupan sehari-hari di dalam
masyarakat. Di dalam IPS, dihimpun semua materi yang berhubungan secara
langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan masyarakat serta yang
menyangkut dengan pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat
20
yang berguna.
d. Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan
guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta
membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi,
persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa
tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang
harus dimiliki oleh seorang guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. As.
Glicman, 1991 (dalam Sukirman, 2007). Turney (Uzer Usman, 2010:74)
21. mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:
21
1) Keterampilan bertanya
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang
dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal
yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus
efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar,
bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan
baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif
terhadap siswa, yaitu:
Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar,
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan,
Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir
itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya,
Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan
membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,
Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan bertanya di bedakan atas :
Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai
beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan
segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah:
22. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan,
pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan
22
pemberian tuntunan.
Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya lanjut merupakan
lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan
usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar
partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri.
Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan
komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen
bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya
lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah :
Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan,
Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan
peningkatan terjadinya interaksi.
2) Keterampilan memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan
informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya
sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a. Tujuan Pemberian Penguatan
23. Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses
belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian
siswa terhadap pelajaran. (b). Merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar. (c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku
23
siswa yang produktif.
b. Jenis-jenis Penguatan
1. Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan
menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan
sebagainya.
2. Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak
isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact),
penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa
simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).
c. Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu
kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan
respons yang negatif.
3) Keterampilan menggunakan variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Tujuan menggunakan variasi
24. adalah: (1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada
aspek-aspek belajar mengajar yang relevan; (2) Untuk memberikan
kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki
pada siswa tentang hal-hal yang baru; (3) Untuk memupuk tingkah laku yang
positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih
hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik; (4) Guna memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.
24
4) Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan
yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan
yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan.
a. Tujuan Memberikan Penjelasan
1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil,
fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah
atau pertanyaan.
3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran
dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
25. Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi
dua, yaitu : (1) Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang
dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai
dengan hubungan yang telah ditentukan; (2) Penyajian suatu penjelasan,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan
contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan
prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang
akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif
terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa,
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam
25
proses belajar-mengajar.
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai
usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan
dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali
penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan, dan mengevaluasi.
26. 6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa
menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di
dalamnya keterampilan berbahasa. Komponen-komponen keterampilan
membimbing diskusi : (1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic
diskusi; (2) memperluas masalah atau urutan pendapat; (3) menganalisis
pandangan siswa; (4) meningkatkan urunan pikir siswa; (5) menyebarkan
kesempatan berpartisipas; (6) menutup diskusi.
26
7) Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang
produktif.
27. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan
keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen
27
keterampilan, antara lain:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member
perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok,
memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member
penguatan.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon
yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor
sekolah, atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan
yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan
yang berlebihan (teachers instruction). (2) kesenyapan (fade away)
28. (3).ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4)
penyimpangan (digression) (5) bertele-tele (overdwelling).
8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu
berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk
perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan
guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan
yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang
telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru
sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang
esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang
cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih
baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen
keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang
28
sistematis dan objektif.
e. Aktivitas Belajar Siswa
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. (Sadirman 2004: 95)
29. berpendapat bahwa “belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah
laku, jadi melakuakan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.
Senada dengan hal di atas, (Gie 1985:6) mengatakan bahwa “keberhasilan siswa
dalam belajaar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses
pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas
secara sadar yang dilakukan seseoarang yang mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung
pada sedikit banyaknya perubahan.” Aktivitas siswa dalam pembelajaran
mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Sadirman, 2004:99) bahwa : Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,
tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas
dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi
keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas,
mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan
yang dapat menunjang prestasi belajar.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa
dalam pengorganisasian pengetahuan, apakaj mereka aktif atau pasif. Banyak
jenis aktivitas yang dapt dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (Dalam Sadirman, 2004:101)
menggolongkan aktoivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaa, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi
saran, menegluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
29
30. c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan,
30
diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
berternak.
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,
memecahkankan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitasbelajar siswa adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga
menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu
melakukan kegiatan kegiatan.
f. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda atau adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran
31. artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum
31
menguasai bahan pembelajaran.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa belajar kelompok.
2. Kelompok dibentuk heterogen.
3. Upayakan agar anggota kelompok berbeda-beda
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada
perorangan.
(Anshori, 2009 : 2 )
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu
memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. (Sutrisni Andayani,
2008:1). Selain itu pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang mana melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama, disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan
sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah (Triatno, 2007:42).
Pembelajaran kooperatif ini sering pula disebut sebagai metode gotong
royong karena dilakukan melalui kerjasama antara beberapa orang siswa atau
antara kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu. Dalam proses kerja sama
32. atau gotong royong, siswa dapat saling mengisi dan bertukar pikiran secara aktif
sehingga dapat memberikan banyak manfaat dan tujuan seperti (1) mendorong
siswa belajar, bekerja dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, baik
tugas individu maupun tugas kelompok; (2) menumbuh kembangkan sikap dan
perilaku demokratis dan saling ketergantungan secara positif; dan (3) mendorong
siswa yang pendiam atau pasif untuk lkut berperan secara aktif (Dyah Sriwilujeng
32
dan Ari Pudjiastuti, 2004:11).
g. Make A Match
Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari
Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu
secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana
pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat
asik dan menyenangkan.
A. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’
maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’
secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
33. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
33
diberi poin.
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya.
7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke
semua siswa.
8. Kesimpulan/penutup.11
B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match
Tidak ada metode pembelajaran terbaik. Setiap metode pembelajaran pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu metode pembelajaran cocok untuk
materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Metode
make a match demikian juga, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode make a match adalah sebagai berikut:
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;
karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan;
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari;
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama jika;
efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi;
efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar;
Kekurangan Metode Make a Match
jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang;
11 http://s1pgsd.blogspot.com/model -pembelajaran-make-match lorna.htm ( Diakses pada tanggal ….)
34. pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa
berpasangan dengan lawan jenisnya;
jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang
34
kurang memperhatikan;
harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak
mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;
menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan
kebosanan.12
12 http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html ( Diakses pada
tanggal ….)
35. BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
35
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif,
partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan
terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK
yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam
harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar ( Riyanto, 2001)
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara
untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V MI NU Terate Gresik pada mata pelajaran IPS.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap yaitu pada
Survey tanggal 8 April 2014
3. Subyek Penelitian
36. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di MI NU
36
Terare Gresik.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
D. Rancangan Tindakan
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Mengkaji atau menelaah materi pembelajaran IPS mengenai Perjuangan
Melawan Penjajahan dengan menelaah indikator bersama tim kalaborasi.
b. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match.
c. Menyiapkan alat-alat peraga dan media pembelajaran yang akan digunakan :
peluit, alat tulis, kertas, dan gambar-gambar yang relevan dengan materi yang
akan disampaikan yaitu tentang gambar-gambar rumah adat dari tiap daerah di
Indonesia.
d. Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis, dan lembar
kerja siswa.
37. e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru.
37
E. Pelaksanaan penelitian
Dalam Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama
yaitu melakukan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dengan menggunakan media gambar yang berkaitan dnegan
perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Siklus kedua dilakukan
untuk memperbaiki pembelajaran yang pertama dengan metode yang sama dan
dilakukan dengan dua pertemuan.
F. Siklus Penelitian
4.1 Siklus I Pertemuan 1
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Belanda”
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :
a. KTSP
b. silabus Kelas V
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang
Susilaningsih, dkk
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti
Syamsiah, dkk
3. alat evaluasi berupa :
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
Unjuk Kerja Performance
38. 4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan
38
pembelajaran IPS.
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan
a) pra kegiatan (± 5 menit)
(1) salam
(2) pengkondisian Kelas
(3) doa
(4) presensi
b) kegiatan awal (± 10 menit)
(1) Guru melakukan apersepsi
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan baik.
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) kegiatan inti (± 25 menit)
Eksplorasi
(1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.
(2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan
melawan penjajahan Belanda.
Elaborasi
39. (3) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran
39
Make A Match.
(4) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan
membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok
jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk
berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk
menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.
(5) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match
yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan
kelompok penilai.
(6) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan
memprediksi jawaban kartu yang dipegang.
(7) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya,
kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai.
(8) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
(9) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari
hasil kegiatan kelompok.
Konfirmasi
(10) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing
kelompok.
40. (11) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap
materi yang baru saja di pelajari.
(12) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.
40
d) kegiatan akhir (± 20 menit)
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih
kurang jelas.
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja
disampaikan dan membuat ringkasan.
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi
(4) umpan balik
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Observasi
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
41. 41
d. Refleksi
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan 1
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan
kerja kelompok.
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1
pertemuan 2 apakah efektif atau tidak.
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 1
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 1 pertemuan 2
1.2 Siklus I Pertemuan 2
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Jepang”
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :
a. KTSP
b. silabus Kelas V
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan
Endang Susilaningsih, dkk
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti
Syamsiah, dkk
3. alat evaluasi berupa :
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
Unjuk Kerja Performance
42. 4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan
42
pembelajaran IPS.
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan
a. pra kegiatan (± 5 menit)
1. salam
2. pengkondisian Kelas
3. doa
4. presensi
b. kegiatan awal (± 10 menit)
(1) Guru melakukan apersepsi
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan baik.
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. kegiatan inti (± 25 menit)
Eksplorasi
(5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.
(6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan
melawan penjajahan Jepang.
43. 43
Elaborasi
(7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran
Make A Match.
(8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan
membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok
jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk
berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk
menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.
(9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match
yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan
kelompok penilai.
(10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan
memprediksi jawaban kartu yang dipegang.
(11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan
pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju
kelompok penilai.
(12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
(13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari
hasil kegiatan kelompok.
Konfirmasi
44. (14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing
44
kelompok.
(15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap
materi yang baru saja di pelajari.
(16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.
d. kegiatan akhir (± 20 menit)
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih
kurang jelas.
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja
disampaikan dan membuat ringkasan.
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi
(4) umpan balik
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.
d. Observasi
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
45. 45
d. Refleksi
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan ke 2
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan
kerja kelompok.
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1
pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak.
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 2
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2
4.2 Siklus II Pertemuan 1
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dengan materi “Tokoh pergerakan nasional dan peranan
sumpah pemuda”
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :
a. KTSP
b. silabus Kelas V
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan
Endang Susilaningsih, dkk
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti
Syamsiah, dkk
3. alat evaluasi berupa :
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
46. Unjuk Kerja Performance
4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan
46
pembelajaran IPS.
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan
a. pra kegiatan (± 5 menit)
1. Salam
2. pengkondisian Kelas
3. doa
4. presensi
h. kegiatan awal (± 10 menit)
(1) Guru melakukan apersepsi
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan baik.
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
i. kegiatan inti (± 25 menit)
Eksplorasi
(5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.
(6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang tokoh pergerakan
nasional dan peranan sumpah pemuda.
Elaborasi
47. (7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran
47
Make A Match.
(8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan
membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok
jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk
berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk
menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.
(9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match
yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan
kelompok penilai.
(10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan
memprediksi jawaban kartu yang dipegang.
(11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan
pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju
kelompok penilai.
(12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
(13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari
hasil kegiatan kelompok.
48. 48
Konfirmasi
(14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing
kelompok.
(15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap
materi yang baru saja di pelajari.
(16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.
j. kegiatan akhir (± 20 menit)
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih
kurang jelas.
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja
disampaikan dan membuat ringkasan.
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi
(4) umpan balik
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Observasi
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
49. 49
d. Refleksi
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 1
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan
kerja kelompok.
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II
pertemuan ke 1 apakah efektif atau tidak.
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 1
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II pertemuan 2
1.4 Siklus II Pertemuan 2
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dengan materi “perjuangan mempersiapkan kemerdekaan”
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :
a. KTSP
b. silabus Kelas V
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang
Susilaningsih, dkk
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti
Syamsiah, dkk
3. alat evaluasi berupa :
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
50. Unjuk Kerja Performance
4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan
50
pembelajaran IPS.
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan
a) pra kegiatan (± 5 menit)
(1) salam
(2) pengkondisian kelas
(3) doa
(4) Presensi
b) kegiatan awal (± 10 menit)
(1) Guru melakukan apersepsi
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan baik
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) kegiatan inti (± 25 menit)
Eksplorasi
(1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.
(2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang usaha
mempersiapkan kemerdekaan.
51. 51
Elaborasi
(1) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make
A Match.
(2) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi
tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan
kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan
kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke
kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.
(3) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu
membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok
penilai.
(4) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan
memprediksi jawaban kartu yang dipegang.
(5) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya,
kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai.
(6) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
(7) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari
hasil kegiatan kelompok.
52. 52
Konfirmasi
(1) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing
kelompok.
(2) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi
yang baru saja di pelajari.
(3) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.
d) kegiatan akhir (± 20 menit)
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih
kurang jelas.
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja
disampaikan dan membuat ringkasan.
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi.
(4) umpan balik
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.
d. Observasi
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
53. 53
d. Refleksi
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 2
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan
kerja kelompok.
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II
pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak.
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 2
4. Apabila ketuntasan kemampuan siswa mengerjakan soal pada siklus
II pertemuan 2 sudah tercapai, maka siklus 2 dianggap berhasil
54. DAFTAR PUSTAKA
Arinil. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
54
SD/MI.
(Sumber : http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-
pengetahuan-sosial-sdmi/)
Atika. 2010. Taksonomi Bloom Sebagai Tujuan Pembelajaran IPS (mencakup analisis,
tujuan, beserta contohnya).
(Sumber : http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi-bloom-sebagai-tujuan.html)
Cepiriyana. 2006. Hakikat Kualitas Pembelajaran.
(Sumber http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat_kualitas_pembelajaran.html)
Endonesa. 2009. Media Pembelajaran.
(Sumber : http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/media-pembelajaran/)
Hadi, Susilo dkk. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari
Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Junaidi. 2010. Aktivitas belajar Siswa.
(Sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html)
Krisna. 2010. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran.
(Sumber: http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciripembelajaran/)
Laria, Kartika 2008. Kajian Pustaka Media Pembelajaran.
(Sumber : http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html)
55. Muhidin, Sambas Ali. 2011. Keterampilan Mengajar Guru.
(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/keterampilan-mengajar-guru.html)
Muhidin, Sambas Ali. 2009. Kualitas Proses Pembelajaran.
(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html)
55
Pargito. 2010. Kebijakan Kurikulum IPS.
(Sumber : http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/10/07/kebijakan-kurikulum- ips/)
Ramadhan, Tarmizi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match
(Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2073915-model-pembelajaran-kooperatif-
match/#ixzz1SVBp6XbB)
Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugandi, Achnad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.
Sutisna. 2010. Khasanah Inovasi Difusi Inovasi dan Implikasi Inovasi Terhadap
Kualitas-Pembelajaran
(Sumber : http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi-
inovasi-terhadap-kualitas-pembelajaran/)
Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatife “Make A Match”
(Sumber: http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/)
Widodo, Rachmad. 2009. Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)
(Sumber : http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-a-match-lorna-
curran-1994/)