Dokumen tersebut membahas pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sains. Aktivitas belajar didefinisikan sebagai kegiatan fisik maupun nonfisik yang melibatkan seluruh indra untuk membantu proses belajar. Aktivitas belajar merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Ada delapan jenis aktivitas belajar yang dibahas dalam dokumen tersebut.
1. Judul: Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran SAINS
Variabel terikat (independent) : aktivitas belajar
Variabel bebas (dependent) : hasil belajar
Definisi Operasional
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”.
Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan seluruh panca indra yang dapat
membuat seluruh anggota tubuh dan pikiran terlibat langsung dalam proses belajar
(Sardiman, 2004).
Aktivitas memegang peranan penting dalam belajar, sebab pada dasarnya belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan dilakukab secara sengaja
(Slameto, 2003).
Aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Mengaktifkan
siswa pada dasarnya adalah cara atau usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar
siswa dalam proses pembelajaran (Nana Sujana, 1989 dalam Mabroer, 2007)
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan
yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru
dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
Sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa aliran lama, siswa diibaratkan kertas putih
kosong yang siap ditulis, unsur luar yang menulis adalah guru (Sardiman 2007:98).
Dalam hal ini terserah kepada guru akan dibawa kemana dan diapakan siswa tersebut,
karena guru akan melebihi aktivitas siswa. Guru mendominasi aktivitas dalam
pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif. Walaupun sebenarnya siswa tidak
pasif secara mutlak, hanya saja proses pembelajaran seperti ini tidak mendorong siswa
untuk berfikir dan beraktivitas
Sedangkan aliran jiwa yang tergolong modern mengemukakan bahwa jiwa manusia
merupakan suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri (Sardiman,
2007:99). Siswa dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi untuk
berkembang. Dalam hal ini siswa lebih aktif melakukan aktivitas sedangkan guru
bertugas untuk membimbing dan menyediakan fasilitas agar siswa tersebut dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
2. Paul D Diedrich (Sudirman: 108-109) membagi aktivitas belajar dalam delapan
kelompok, antara lain:
1. Visual Activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, mengamati
eksperimen, mengamati demonstrasi, mengamati pekerjaan orang lain dan
sebagainya.
2. Oral Activities, seperti: bertanya, memberi saran, mengemukakan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi dan sebagainya.
3. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan
atau diskusi kelompok, mendengarkan pidato dan sebagainya.
4. Writing Activities, seperti: menulis cerita, menulis laporan, menulis karangan,
mengerjakan tes, mengisi angket, menyalin tulisan dan sebagainya.
5. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, membuat peta,
membuat diagram, membuat pola dan sebagainya.
6. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, membuat
model, mereparasi dan sebagainya.
7. Mental Activities, seperti: mengingat, memecahkan masalah, manganalisis faktor-
faktor, melihat hubungan, membuat keputusan dan sebagainya.
8. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, marasa bosan, berani, tenang,
gugup, gembira dan sebagainya.
Indikator-indikator tersebut masih bisa diperkaya dengan merinci setiap jenis menjadi
lebih khusus lagi dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. Rincian tersebut tentu
saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis bidang studi yang dipelajari
siswa, bahan ajar, waktu yang tersedia serta pendekatan yang digunakan dalam
strategi belajar mengajar.
Menurut Hamalik (2007) menyebutkan bahwa asas aktivitas, besar nilainya bagi
pengajaran para siswa, hal ini karena:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh ranah pribadi siswa secara integral
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
5. Memupuk disiplin keras secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat serta hubungan antara orang tua
dengan guru
7. Pengajaran dilaksanakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan
pemahaman dan berpikir kritis
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di
masyarakat.