SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  59
Télécharger pour lire hors ligne
KUMPULAN  MAKALAH  

PEMENANG  LOMBA  KARYA  TULIS  
KONPERENSI  SANITASI  DAN  AIR  MINUM  NASIONAl (KSAN) TAHUN 2011 
 
                                        Kategori Pelajar 
Juara 1  M asfar Syafar                           Tema:  Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya 
         SMA Negeri 1 Bulukumba                   akses terhadap air    bersih dan buruknya layanan 
                                                  sanitasi. 
                                                  Judul:  Upaya  penanggulangan  penyediaan  air 
                                                  bersih  di  daerah  pesisir  studi  kasus  pesisir  pantai 
                                                  Bulukumba. 
Juara 2  Siti Kholifatul                          Tema:  Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya 
         SMA Negeri 1 Ponorogo                    akses  terhadap  air  bersih  dan  buruknya  layanan 
                                                  sanitasi. 
                                                  Judul:  Saatnya  Sanitasi  dan  Akses  Air  Bersih 
                                                  Menjadi Sorotan 
Juara 3  Muhammad Gilang Ramadhan Putra  Tema:  Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya 
         Ponpes Daar El‐Qolam II                  akses  terhadap  air  bersih  dan  buruknya  layanan 
                                                  sanitasi. 
                                                  Judul: Upaya pemukiman PPA Sanila di lingkungan 
                                                  masyarakat 
                                      Kategori Mahasiswa 
Juara 1  Hakimatul Mukaromah                      Tema:Pentingnya  keterlibatan  masyarakat  untuk 
         Universitas Diponegoro                   menjaga keberlanjutan pembangunan AMPL. 
                                                  Judul: Partisipasi Masyarakat sebagai Jawaban atas 
                                                  Tantangan  Pembangunan  Sarana  dan  Prasarana 
                                                  AMPL di Indonesia 
Juara 2  Frederic Hamonangan                      Tema:Upaya  penanggulangan  kemiskinan  melalui 
         Universitas Brawijaya                    pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia. 
                                                  Judul:  Upaya  Peningkatan  Stratifikasi  Sosial 
                                                  Masyarakat  Miskin  di  Indonesia,  Dengan 
                                                  Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi 
                                                  yang Berkelanjutan , Sistematis , dan Efisien. 
Juara 3  Gayuh Mustiko Jati                       Tema:Upaya  penanggulangan  kemiskinan  melalui 
         Universitas Gajah Mada                   pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia 
                                                  Judul:SEBUAH         #OPTIMISME          (Memberantas 
                                                  Kemiskinan  Melalui  Pembangunan  Air  Minum  dan 
                                                  Sanitasi) 
                                 Kategori Pelajar dan Mahasiswa 
Juara    Mushonnifun Faiz Sugihartanto            Tema:Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya 
Favorit  SMA Negeri 3 Malang                      akses  terhadap  air  bersih  dan  buruknya  layanan 
                                                  sanitasi. 
                                                  Judul:Menanggulangi  Masalah  Ketersediaan  Air 
                                                  Bersih dan Sanitasi di Indonesia 
 
Pemenang Pertama Kategori Pelajar
Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011




      UPAYA PENANGGULANGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH

DI DAERAH PESISIR STUDI KASUS PESISIR PANTAI BULUKUMBA



                         Esai ditulis untuk diikutkan dalam

                  “Lomba Esai Pelajar dan Mahasiswa KSAN 2011 ″




                            DISUSUN OLEH :


                            M. ASFAR SYAFAR



          DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA,

                      SMA NEGERI 1 BULUKUMBA

                                       2011
Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau yang tersebar di seluruh nusantara dengan

mayoritas masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu masalah yang

dihadapi oleh masyarakat adalah kurangnya ketersediaan air bersih. Kekurangan air bersih ini

dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Padahal air bersih merupakan kebutuhan paling penting untuk menunjang aktivitas makhluk

hidup. Kurangnya ketersediaan air bersih secara kuantitatif disebabkan karena 97 % air di

bumi merupakan air laut, sehingga dengan kadar garam sekitar 35000 mg/l menyebabkan air

tersebut tidak dapat langsung dipergunakan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Selain

itu kadar air tawar juga semakin menurun karena pembangunan yang berkelanjutan tanpa

memperhatikan lingkungan sehingga memperkecil daerah resapan air hujan. Kandungan air

tawar dalam tanah semakin menipis karena diambil terus menerus sehingga semakin banyak

air laut yang meresap kedalam tanah menggantikan posisi air tawar tersebut.

     Menghadapi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat, diperlukan fasilitas

penyediaan air bersih yang dapat menjangkau pemukiman penduduk, khususnya bagi

penduduk yang bermukim disekitar pesisir. Mengingat sebagian besar penduduk yang

bermukim disekitar pesisir memiliki tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah

maka diperlukan teknologi penyediaan air bersih yang mudah pemeliharaannya sehingga

tidak memerlukan biaya yang mahal untuk pengoperasiannya. Perencanaan yang baik dari

segi teknis maupun ekonomis penyaluran air dari fasilitas pengolahan air ke rumah-rumah

penduduk sangat diperlukan agar penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan cara yang

efektif, efisien dan produk yang dihasilkan dapat dijangkau oleh penduduk. Salah satu daerah

pesisir yang memiliki kualitas penyediaan air bersih yang minim adalah Kabupaten

Bulukumba.
o Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu daerah pesisir dengan ketersediaan air

bersih yang minim

     Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi

Selatan yang luas wilayahnya sekitar 1.154,67 km2 yang terdiri dari 22,22% daerah pantai,

0,79% daerah lembah, 15,87% daerah perbukitan, dan 61,60% merupakan dataran. Secara

kewilayahan kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi

pada kaki gunung Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.

Dengan jumlah penduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010) yang

tersebar di 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa. Adapun ke 10 kecamatan tersebut

yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan

Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan

Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa. Dari ke-10 kecamatan tersebut

tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir yang dimanfaatkan sebagai sentra

pengembangan pariwisata dan perikanan. (Wikipedia)

     Dari kondisi geografis Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 22,22% daerah pantai

tersebut memberi gambaran bahwa Kabupaten Bulukumba terletak hampir di sepanjang

pesisir pantai. Inilah yang membuat sebagian besar penduduk Kabupaten Bulukumba yang

bermukim di pesisir pantai memilih profesi sebagai nelayan dan buruh rumput laut, yang

mana kebanyakan dari nelayan ini adalah nelayan yang berpendapatan rendah yang masih

berada di bawah garis kemiskinan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan yang kuat

mengapa nelayan di sepanjang pesisir pantai ini memiliki akses air bersih yang rendah dan

sanitasi yang buruk.

     Nelayan tersebut lebih memilih menggunakan air tanah (sumur) dibanding mendapat

pasokan dari PDAM dikarenakan biaya pemasangan yang relatif mahal. Masalah yang

selanjutnya timbul adalah adanya perubahan rasa, aroma, dan warna air sumur di daerah
pesisir Kabupaten Bulukumba akibat dari semakin kecilnya daerah resapan air hujan dan

semakin menipisnya kandungan air tanah akibat pembangunan berkelanjutan yang tanpa

batas. Yang mana sumur yang mereka buat kebanyakan berair asin (payau), memiliki aroma

yang tidak enak dan berwarna kekuningan karena dekat daerah pantai. Hal ini membuat

penduduk yang bermukim disekitar pesisir terpaksa mengkomsumsi air tidak layak tersebut.

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena dengan mengkomsumsi air berkadar garam

tinggi (air payau) dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare, mual, muntaber, pusing,

gangguan pencernaan, dan berbagai gangguan kulit seperti kudisan dan bisul.

o Ada solusi, tapi tidak efektif

      Untuk permasalahan penduduk yang bermukim di pesisir pantai tersebut sebenarnya

sudah ada solusinya , yaitu dengan melakukan pemurnian air laut. Pada dasarnya prinsip

pemurnian air laut adalah proses pemisahan garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar,

proses ini kita kenal dengan sebutan desalinasi. Ada banyak cara untuk mengolah air asin

menjadi air tawar, antara lain:

      1.Penyulingan

      Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut adalah meniru cara alam,

yaitu dengan menguapkan air laut kemudian mengembunkan uapnya kembali. Ketika air laut

dipanaskan, hanya air yang menguap, garam-garam yang terlarut tetap tinggal dalam larutan

(air laut). Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah perebus air laut dilengkapi

dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas permukaan air yang dipanaskan. Dengan

perluasan dapat diperoleh banyak uap dalam waktu relatif singkat.

      2.Osmosis Balik (Reverse Osmosis)

      Osmosis balik atau reverse osmosis (RO), dilaksanakan dengan memberikan tekanan

terhadap air laut, sehingga memaksa dari molekul-molekul air murni menembus suatu

membran semipermeabel, sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan organik,
bakteri akan ditolak (rejeksi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diatas. Osmosis

balik ini dioperasikan secara kontinyu. Kemurnian air yang dicapai hingga 99% dan tingkat

produksi yang tinggi. RO merupakan cara paling murah untuk menawarkan pemurnian air

laut. Keuntungan metode ini adalah kemurnian air yang dihasilkan bagus, menghemat

tempat,dan menghemat energi.

     3.Evaporator

     Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air laut menjadi air tawar.

Demikian juga Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut.

Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut.

Evaporator untuk mengolah air laut dirancangkan untuk mengumpulkan uap yang terjadi di

dalam proses penguapan. Proses tersebut antara lain: penguapan dengan multi guna yaitu air

laut yang direbus untuk penguapan. Sehingga uap itu akan terkumpul menjadi air tawar.

Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut skala besar. Disamping itu

juga terdapat proses tekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik yaitu          cara untuk

mengurangi dan menghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik

pengolah air laut sekala menengah dan kecil.

     Dari uraian diatas, kita dapat mengetahui berbagai cara untuk melakukan pemurnian air

laut menjadi air tawar. Akantetapi apakah proses desalinasi diatas efektif diterapkan untuk

penduduk pesisir? Apakah ini solusi yang jitu untuk menghadapi permasalahan ketersediaan

air bersih bagi masyarakat Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai?

Jawabannya adalah tidak, mengapa? Karena seperti yang diterangkan diatas bahwa

masyarakat Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai didominasi oleh nelayan

berpendapatan rendah dan masih berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini tentunya menjadi

alasan yang kuat bahwa ke-tiga proses desalinasi tersebut tidak cocok diterapkan di

masyarakat Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai karena cara tersebut
membutuhkan biaya yang tinggi karena menggunakan bahan kimia dan prosesnya yang

rumit. Disamping itu juga terjadi kesenjangan antara pemerintah dan rakyatnya, pemerintah

sangat tidak peduli dan acuh terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh rakyatnya

saat ini. Sehingga sangat tidak mungkin terjalin kerja sama untuk menarik investor agar

menginvestasikan uangnya untuk membantu kesejahteraan masyarakat pesisir dengan

menyediakan akses air bersih yang layak.

o Merumuskan solusi, menghadapi tantangan

       Untuk menghadapi permasalahan ini kita membutuhkan solusi yang jitu sekaligus

efektif, Nah, coba kita tinjau kembali! Bahan apa saja yang yang tersedia dalam jumlah yang

berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai filter untuk menyaring air asin (payau) menjadi air

tanah yang layak? Fakta membuktikan bahwa arang dan sekam padi mampu menetralkan air

asin (payau) menjadi air berpH normal (pH 7) sehingga menjadi air yang layak komsumsi.

Disamping itu kita tidak perlu takut kekurangan bahan baku tersebut karena sekam padi dan

arang tergolong limbah yang banyak tersedia dimana-mana. Apalagi berdasarkan studi

pustaka yang telah saya lakukan ternyata arang dan sekam padi telah teruji keandalannya

sebagai salah satu bahan filter untuk pengolahan air yang tercemar oleh bakteri coli, logam

berat (Cu dan Cr), memperbaiki warna, dan tingkat kejernihan air

     Nah, sekarang sudah jelas bagaimana buruknya penyediaan air bersih bagi masyarakat

pesisir Kabupaten Bulukumba, bagaimana melakukan melakukan pemurnian air laut menjadi

air tawar, serta bahan apa saja yang yang tersedia dalam jumlah yang berlimpah dan bisa

dimanfaatkan sebagai filter untuk menyaring air asin (payau) menjadi air tanah yang layak.

Sekarang, yang dibutuhkan adalah sebuah pemikiran yang maju untuk menciptakan sebuah

inovasi baru demi menyediakan air bersih yang layak yang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pesisir. Maka berdasarkan masalah tersebut maka saya mencoba melakukan

eksperimen sederhana yang adapun hasilnya yaitu:
Filter Campuran
   Parameter        Filter sekam padi       Filter arang
                                                                sekam padi dan arang
 Banyaknya air         1 liter              1 liter                     1 liter
    Warna              Jernih             Agak jernih                   Jernih
     Rasa             Agak asin              tawar                      Tawar
    Aroma           Agak berbau          Tidak berbau               Tidak berbau
     pH                     7,35                  7                          7,1
     Sumber: data primer. Uji laboratorium sangat dibutuhkan

     Ternyata pada filter sekam padi dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan

penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, sedangkan rasanya

tidak terjadi perubahan karena tetap asin, hal ini disebabkan oleh pori sekam padi yang lebih

besar dibanding arang. Dan aromanya masih agak berbau dan setelah diuji menggunakan

pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7,35 (basa).

     Sedangkan pada filter arang dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan

penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, begitu pula dengan

rasanya terjadi perubahan dari yang semula asin menjadi tawar, sedangkan dicium dari

aromanya ternyata tidak menimbulkan bau. Dan setelah diuji menggunakan pHmeter didapat

bahwa pH-nya sebesar 7 (normal) sehingga menjadi air yang layak komsumsi.

     Sedangkan pada filter campuran sekam padi dan arang dengan volume air sebanyak 1

liter, setelah dilakukan penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke

jernih, begitu pula dengan rasanya terjadi perubahan dari yang semula asin menjadi tawar,

sedangkan dicium dari aromanya ternyata tidak menimbulkan bau. Dan setelah diuji

menggunakan pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7,1 yang dibulatkan menjadi pH 7

(normal) sehingga menjadi air yang layak komsumsi.

     Berdasarkan eksperimen sederhana yang telah saya lakukan, didapatkan kesimpulan

bahwa air hasil penyaringan yang paling baik adalah air hasil saringan pada filter campuran

sekam padi dan arang, yang mana kualitas warna yang dihasilkan jernih, rasanya tawar, tidak

berbau, dan berada pada pH yang normal. Yang mana hal ini dihasilkan oleh pori arang yang
mampu menyerap bau, dan adanya sekam padi yang mampu meningkatkan kejernihan air

sehingga menjadi air bersih yang layak dikomsumsi dan digunakan oleh masyarakat pesisir

khususnya di pesisir Kabupaten Bulukumba. Disamping itu bahan diatas lebih efiesien,

murah, mudah didapat, dan tersedia dalam jumlah banyak, sehingga tidak akan menyulitkan

masyarakat pesisir.

     Selain itu dibutuhkan solusi teknologi untuk penerapan filter sekam padi dan arang ini,

yang mana dengan membuat filter air sederhana yang menggunakan pipa dari sumur ke bak

filter penyaringan, yang mana filter penyaringannya terbagi atas beberapa filter seperti batu

kerikil, sekam padi, pasir, arang yang selanjutnya dialirkan keluar melalui kerang. Hal ini

tentunya akan sangat memudahkan masyarakat pesisir karena biaya yang diperlukan murah,

efisien, perawatannya mudah dan memanfaatkan limbah. Adapun rancangan desain yang

coba ditawarkan yaitu




     Maka dengan begitu masyarakat pesisir tidak perlu lagi pusing memikirkan masalah

ketersediaan air bersih, mereka bisa mengolah air payau di sumur mereka untuk diolah

menjadi air tawar yang layak komsumsi, tentunya dengan biaya yang murah. Dan tentunya

hal ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir serta

akan menciptakan pola hidup bersih yang baik dan akan meningkatkan kesehatan masyarakat

untuk terhindar dari berbagai penyakit pencernaan seperti diare.
Sekarang yang dibutuhkan adalah terjun langsung ke lapangan, memberikan sosialisasi

terhadap masalah ini, memberikan solusi, pemahaman dan mencoba menerapkan solusi

tersebut kepada masyarakat, karena praktek lebih baik dibanding hanya teori. Idealnya,

mengapa kita harus menunda-nunda sebuah kesempatan emas untuk masa depan yang lebih

cerah selagi hari ini masih ada waktu. Kesadaran untuk menolong sesama yang sedang

kesusahan harus dipupuk sejak dini.

     Kesimpulannya, pemanfaatan berbagai limbah dan bahan yang melimpah dan murah di

Indonesia terutama arang dan sekam padi dapat menjadi solusi permasalahan yang kompleks

dimasyarakat, misalnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat pesisir, permasalahan

kesehatan karena air minum yang tidak layak dsb. Jadi, untuk apa berlepas diri karena

benturan ekonomi apabila terdapat solusi dengan harga yang murah, terjangkau, dan mudah

didapat, banyak hal yang bisa dioptimalkan pemanfaatnnya didalam negeri kita tercinta ini.

Buktikan pada dunia bahwa kita adalah bangsa yang mandiri, bangsa yang mampu

menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk masalah penyediaan air bersih sekalipun.

Maju terus Indonesiaku ! Mari tingkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan taraf

kesehatan masyarakat pesisir dengan menyediakan air bersih dan sanitasi yang layak!
Lampiran gambar kondisi pesisir pantai Bulukumba




Masyarakat pesisir Kabupaten Bulukumba yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

Nelayan dan buruh rumput laut yang berpendapatan rendah, sehingga masih berada di bawah

garis kemiskinan.




sanitasi yang buruk dan selokan pembuangan air yang kotor dan tersumbat




beberapa sumur warga pesisir yang ditutup karena berair asin (payau) dan ada pula yang

terpaksa digunakan karena minimnya ketersediaan air bersih.




banner tentang penerapan PHBS dan sambungan air bersih yang dimiliki seorang warga yang

menjadikan air bersih sebagai barang ekonomi yang dijual seharga 500/ember
BIODAT PENULI
                                           TA     IS
                            Nama lengkap     M Asfar Sya
                                             M.        afar, berusia 17 tahun dan lahir d
                                                                   a                    di
                       ukumba, pad tanggal 3 Agustus 19
                    Bulu         da                   994. Beragam Islam, be
                                                                 ma        eralamat di J
                                                                                       Jl.
                    Lure no 9 Bulu
                       e         ukumba, Su
                                          ulawesi Sela
                                                     atan. Nomor telepon 08
                                                               r          81242201153,
                    nam emailnya Asfar_sman
                      ma                  nsa@yahoo.com. Kini d
                                                              duduk di kel XII IPA 1
                                                                         las
                    di SMA Negeri 1 Bulukum
                       S        i         mba. Adapun prestasi y
                                                    n          yang pernah diraih antar
                                                                                      ra
    lain :
    -    Fina National Young Inve
            alis                entor Award 2010
    -    Fina dan pen
            alis    nerima peng
                              ghargaan Yo
                                        outh Nationa Science a
                                                   al        and Techno
                                                                      ology Award
                                                                                ds
         KEM
           MENPORA 2010
                   2
    -    Fina 3rd Indon
            alis      nesian Scienc Project Olympiad 201
                                  ce                   11
    -    Juara II kategori pelajar lom Esai LRP
             a           i           mba      PTN ITB 2011
    -    Sisw berprestas pada 100 t
            wa         si         tahun kebang
                                             gkitan nasional Kab. Bu
                                                                   ulukumba ta
                                                                             ahun 2008
    -    Juara III passing great olimp
             a           g           piade astrono tingkat kabupaten ta
                                                 omi       k          ahun 2008
    -    Juara II passing great olimpi
             a                       iade astronom tingkat kabupaten ta
                                                 mi                   ahun 2010
    -    Juara I olimpiade astronomi tingkat kabu
             a                                  upaten tahun 2011
                                                           n




 
 

 

 

 

Nama                 : M. ASFAR SYAFAR 

Tempat/Tanggal lahir   : BULUKUMBA, 3 AGUSTUS 1994 

Status               : Pelajar/Mahasiwa *) coret salah satu 

Nama Sekolah/Universitas: SMA NEGERI 1 BULUKUMBA 

Tema  yang  dipilih  :  UPAYA  PENANGGULANGAN  TERKAIT  MINIMNYA  AKSES 
                    TERHADAP  AIR        BERSIH  DAN  BURUKNYA  LAYANAN 
                    SANITASI 

Akun Twitter         : TIDAK ADA 

Akun Facebook       : ASFAR SYAFAR 

Alamat Email         : ASFAR_SMANSA@YAHOO.COM 

Alamat Rumah         : JL. LURE 9, BULUKUMBA, SULAWESI‐SELATAN 

             
No Handphone         : 085696638507/(0413) 82926 
Pemenang Kedua Kategori Pelajar
Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011




       Saatnya Sanitasi dan Akses Air Bersih Menjadi Sorotan
                         Oleh  Siti Kholifatul  (SMA Negeri 1 Ponorogo) 

                                                                     

       Sehat, satu kata sederhana namun cukup rumit dalam usaha pencapaian terhadapnya.

Kesehatan menjadi indikator penting penentu sejahtera tidaknya suatu masyarakat. Kesehatan

adalah kebutuhan primer yang tidak bisa tidak mutlak dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa

memiliki komponen satu ini, manusia tidak akan bisa melakukan kegiatan apapun untuk

menunjang kehidupannya. Dan bahkan ketidak tercapaian definisi sehat dalam diri seseorang

dapat mengancam kelangsungan hidup seseorang tersebut. Karenanya adalah hal yang wajib

untuk menjadikan kesehatan sebagai sorotan utama setiap individu dan lebih jauh pemerintah

sebagai pengayom masyarakat itu sendiri. Dalam pencapaian sehat yang ideal ada beberapa

indikator yang harus dipenuhi, diantaranya adalah kepenuhan akan gizi dalam makanan yang

dikonsumsi, latihan fisik secara proporsional, pola hidup yang sehat, akses air bersih dan

sanitasi yang layak.


       Selama ini permasalahan yang dialami masayarakat Indonesia terkait masalah akses

air besih dan sanitasi yang layak masih sangat kompleks. Hasil studi Indonesian Sanitation

Sector Development Program Tahun 2006, sekitar 47% masyarakat masih berperilaku buang

air besar ke sungai, sawah, kolam, dan tempat terbuka lainnya. Sungguh ironis jika kita lirik,

hampir setengah dari penduduk Indonesia belum memiliki kesadaran yang memadai dengan

konsep sanitasi yang ideal. Padahal dengan jumlah penduduk yang mencapai hampir 230 juta

jiwa, kondisi sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan munculnya berbagai macam wabah

penyakit yang dapat dengan mudah menyerang dan menyebar ke masyarakat yang padat


                                                                                            1 
 
penduduk. Penyakit yang dapat disebabkan oleh buruknya sanitasi dan kualitas air adalah

diare, hepatitis A, disentri, basil kolera, polio, cacingan dan penyakit-penyakit lainnya yang

penyebarannya sangat cepat. Ambil contoh saja kasus diare, berdasarkan data World Health

Organization (WHO) tahun 2004, penyakit ini masih menjadi penyebab terbesar kematian

anak di dunia yang membuat 1,8 juta orang di dunia meninggal, dimana sebagian besar dari

mereka adalah anak dengan usia di bawah lima tahun. Fakta yang mencengangkan dimana

anak-anak penerus bangsa kita direnggut oleh penyakit yang disebabkan oleh buruknya

kondisi sanitasi. Belum lagi masalah sulitnya akses terhadap air bersih terutama di daerah-

daerah terpencil di Indonesia. Karenanya diperlukan suatu sistem yang benar-benar fokus

menanggulangi masalah ini.


       Sanitasi sendiri adalah perilaku pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah

manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan

tujuan untuk menghindarkan manusia dari berbagai macam penyakit. Bahaya ini bisa saja

terjadi secara fisik, disebabkan oleh mikrobiologi dan agen-agen kimia dari penyakit-

penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bisa berupa

feses (kotoran) hewan dan manusia, limbah buangan padat, air buangan domestik (air bekas

cucian, air seni, air buangan mandi), limbah buangan industri, limbah buangan pertanian, dan

lain lain. Limbah-limbah dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari

dengan jumlah yang sangat besar. Kalkulasikan saja limbah domestik dari sekian juta kepala

rumah tangga, belum lagi dengan limbah hasil industri dan pertanian yang jumlahnya tidak

kalah besar. Hal ini tentu dapat menjadi masalah yang serus jika tidak ditangani secara

proporsional dan berkala. Sementara susahnya akses terhadap sanitasi dasar mencapai

90,5%(di perkotaan dan 67% di pedesaan. Namun akses terhadap sanitasi setempat yang

aman (menggunakan septic tank) baru mencapai 71,06% (kota) dan 32,47% (desa). Hal ini

turut memperburuk keadaan. Kondisi sanitasi yang buruk sudah sangat rawan menyebarkan

                                                                                            2 
 
berbagai macam wabah penyakit, masih ditambah lagi dengan susahnya akses terhadap air

bersih. Padahal air adalah kebutuhan vital bagi manusia. Manusia dapat bertahan tanpa

makanan lebih dari satu bulan, tapi manusia akan mati tanpa mengkonsumsi air lebih dari

tujuh hari saja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa air adalah komponen utama yang

dikonsumsi manusia, karenanya kebutuhan akan air sifatnya mutlak dan tidak bisa ditawar-

tawar lagi.


       Bersamaan    dengan   permasalahan    yang   kompleks    ini,   deadline   Millenium

Development Goals di tahun 2015, yang menargetkan pengurangan setengah dari populasi

penduduk yang tidak terjangkau akses ke sanitasi yang baik pada tahun 2015 semakin

mendesak. Karenanya perlu diadakan evaluasi yang berkala terhadap sistem sanitasi dasar

dan air bersih di Indonesia untuk mengetahui faktor apa yang menghambat tercapainya

kondisi sanitasi dan akses air bersih yang ideal. Sehingga dapat diketahui mana-mana yang

perlu diperbaiki dan diperbaharui. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi adalah stakeholder

yang berperan di dalamnya, yaitu pihak pemerintah dan masyarakat sendiri.


       Dari pihak pemerintah, hendaknya mengkaji ulang peraturan dan undang-undang serta

program-program yang dicanangkan untuk peningkatan kualitas dan mutu sanitasi dan air.

Dewasa ini perhatian pemerintah terhadap sektor sanitasi sangatlah minim, sanitasi belum

menjadi prioritas pembangunan bagi para pengambil keputusan. Berdasarkan data, alokasi

APBN pusat untuk sektor ini pada tahun 2002 hanya 1,8%. Rata-rata APBD provinsi tahun

2002 3,3%, sementara APBD kabupaten dan kota tahun 2002 sejumlah 5,7%. Terlihat betapa

kebutuhan akan sanitasi dan akses air bersih masih sangat dikesampingkan oleh pemerintah.

Padahal dapat kita lihat dengan gamblang kondisi lingkungan masyarakat kita. Pemukiman

kumuh masih merajalela menghiasi kota-kota besar, masalah persampahan yang tak kunjung

usai, minimnya fasilitas sanitasi terutama bagi warga yang kurang mampu, merebaknya

penyakit malaria dan muntaber, kejadian luar biasa diare hingga flu burung, menunjukkan

                                                                                         3 
 
betapa buruknya kondisi sanitasi di Indonesia. Hal ini terjadi karena buruknya infrastruktur

sanitasi yang dibangun pemerintah untuk penyediaan air bersih, pengelolaan sampah,

drainase air selokan, dan lain-lain.


       Selain itu, susahnya akses air bersih tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di daerah

terpencil. Bahkan, masyarakat di perkotaan pun kesulitan mendapatkan air bersih hingga

untuk mendapatkannya masyarakat harus membayar mahal sehingga bagi mereka yang tidak

mampu cukuplah menggunakan air sungai yang penuh dengan kuman dan bakteri. Air minum

perpipaan sebagai sistem perairan yang ideal masih belum dirasakan oleh masyarakat secara

maksimal. Hal ini karena mahalnya air yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM). Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena PDAM sendiri memiliki berbagai macam

permasalahan kompleks yang menghambat produktivitas mereka untuk menyediakan air

bersih yang layak dan terjangkau bagi masyarakat. Permasalahan tersebut mencakup

permasalahan secara teknis (air baku, unit pengolah dan jaringan distribusi yang sudah tua,

tingkat kebocoran, dan lain lain) maupun aspek non-teknis (status kelembagaan PDAM,

sulitnya menarik investasi swasta, pengelolaan yang tidak berprinsip kepengusahaan, tarif

tidak full cost recovery, dan lain lain. Hal ini menyebabkan cost untuk produksi menjadi

sangat besar sehingga mau tidak mau tarif PDAM pun cukup tinggi hingga tidak dapat

dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.


       Karenanya pemerintah hendaknya         mulai   memberi     perhatian   lebih   dengan

meningkatkan anggaran pembelanjaan negara pada sektor ini. Dan tentunya juga melakukan

koordinasi kepada pemerintah daerah untuk ikut fokus dalam upaya perbaikan sanitasi dan

akses air bersih di daerahnya, karena berdasar UU No. 32 Tahun 2004 masalah sanitasi

merupakan kewenangan daerah sedang perkembangan di daerah belum menunjukkan

perbaikan yang signifikan. Secara ekonomis, peningkatan anggaran untuk sanitasi terlihat

akan banyak menyedot banyak income, namun jika kita telisik lebih dalam lagi tidak adanya

                                                                                           4 
 
sanitasi yang baik mengakibatkan biaya kesehatan membengkak untuk menangani berbagai

kasus atas penyakit yang banyak muncul karena buruknya sanitasi. Sanitasi yang buruk juga

menyebabkan kualitas air menurun yang lagi-lagi akan berdampak pada pendanaan

ketersediaan air untuk masyarakat. Selain itu, hal ini juga berakibat buruk pada pariwisata

Indonesia yang juga menurun peminatnya karena kondisi Indonesia yang tidak higienis.

Perbaikan sarana sanitasi dengan peningkatan anggaran untuk memperbaikinya tidak akan

membuat pemerintah membuang dana tersebut dengan sia-sia, artinya dana tersebut sama

sekali tidak bersifat konsumtif. Karena produktivitas yang meningkat dan terhindarnya dari

sakit dan kematian. Juga akan meningkatkan angka harapan hidup dan menyumbang

peningkatan perkembangan ekonomi setiap tahun.


       Estimasi dana yang mencukupi harus dibarengi dengan efektifitas program yang telah

dicanangkan sebelumnya. Program-program seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM), pembentukan komunitas, Open Defaction Free, cuci tangan pakai sabun,

pengelolaan air minum rumah tangga, sanitasi total, proyek jamban dan sanitasi dasar harus

digalakkan lebih giat lagi. Kontrol dan sosialisasi secara langsung dari pihak pemerintah

kepada masyarakat perlu terus dilakukan untuk melaksanakan program ini secara efektif.

Selain itu, pemerintah harus pula mengefektifkan peran swasta dan masyarakat sebagai

pelaku aktif dalam proyek perbaikan sanitasi ini. Hendaknya peran Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) dan organisasi swasta digalakkan dan diekplorasi lagi, seperti penggunaan

metode kemitraan antara pemerintah dengan yayasan/ LSM. Dimana pemerintah memberikan

dana hibah untuk pembangunan proyek perbaikan snitasi dan akses air bersih sedang LSM

bertindak sebagai pengelola sehingga dana tersebut bergulir dan dikelola oleh masyarakat

sendiri dibawah control kontrol dan difasilitasi oleh yayasan. Bantuan secara teknis dari

pihak yayasan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah, dan peran yayasan sebagai

pendamping masyarakat itu sendiri.

                                                                                         5 
 
Di samping itu kesadaran masyarakat adalah faktor utama yang harus diperbaiki,

karena bermacam infrastruktur dan fasilitas yang dibangun pemerintah akan sia-sia jika

masyarakat tidak memiliki iktikad baik dan memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya

sanitasi. Masyarakat adalah objek sekaligus subjek aktif yang akan menyukseskan program

ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara fasilitas sanitasi dan pentingnya

menjaga kebersihan lingkungan dapat dicapai dengan berbagai cara. Di antaranya, dengan

melibatkan tokoh masyarakat yang disegani dalam kampanye dan sosialisasi. Ini artinya

harus ada tokoh masyarakat yang mumpuni dalam hal kelingkungan, jika tidak ada maka

pemerintah harus melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat tersebut dan

memberikan pengetahuan yang cukup mengenai program-program sanitasi yang akan

dilaksanakan. Karena umumnya masyarakat akan lebih tergerak jika pihak yang

menggerakkan adalah tokoh yang disegani dan mereka kenal dalam kesehariaannya. Selain

itu, media juga berperan banyak dalam penyebaran propaganda positif dan kampanye

kesadaran kelingkungan. Pemerintah dapat mensosialisasikian program jamban bersih lewat

media elektronik, spanduk, media cetak, dan lain-lain.


       Sosialisasi secara langsung juga harus dilakukan, hal ini dapat melalui kelompok

Karang Taruna atau perkumpulan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di

daerah. Hal ini justru akan lebih mengena, karena masyarakat dapat berinteraksi secara

langsung dan bertanya bermacam hal terkait sanitasi dan air bersih. Serta pembentukan

kelompok aktif di masyarakat seperti forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, remaja

masjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah, dan lain-lain. Dengan

adanya forum-forum tersebut, akan membentuk kesadaran dari semua elemen masyarakat.

Masyarakat, baik dari kalangan muda, tua, ibu-ibu, remaja, pelajar, dan yang lainnya.

Sehingga jika semua pihak terkait telah memiliki kesadaran yang tinggi, program dapat




                                                                                         6 
 
dilaksanakan dengan mantap karena semua subjek yang berkecimpung di dalamnya telah

siap.


        Setelah kesadaran dan pengetahuan tersebut terbentuk, masyarakat dapat menentukan

sendiri program-program yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya, menyusun rencana aksi,

membentuk tim dan mengelola pembangunan fisik. Sehingga terbentuklah masyarakat yang

mandiri dalam hal inisiasi, pelaksanaan, dan pengawasan perbaikan sanitasi itu sendiri. Dari

sinilah kesejahteraan masyarakat dalam hal sanitasi dan akses air bersih dapat tercapai.




    Sumber:

    1. Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Departemen Kesehatan RI

        2008

    2. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat oleh Ir. Tuti Kustiah.

        Pusat Penilitian & Pengembangan Permukiman, Balitbang Dep.PU, Desember 2005




                                                                                           7 
 
Pemenang Ketiga Kategori Pelajar
Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011



    UPAYA PEMUKIMAN PPA SANILA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

            Oleh Muhammad Gilang Ramadhan Putra (Ponpes Daar El-Qolam II)



Keadaan negara Indonesia masih terlihat sangat memilukan, dimana satu wilayah atau

lingkungan sekitar mengalami peristiwa yang sudah biasa terjadi, kekurangan air.

Keterlibatan masyarakat dalam menangani masalah ini menjadi salah satu hal yang

rumit, jika kita melihat dari sisi ekonomi. Banyak dari masyarakat tak mampu yang tak

sanggup untuk mengatasi kekurangan air ini karena adanya ketidakpastian dari

pemerintah dalam penanggulangan akses air bersih dan sanitasi layak bagi masyarakat

tak mampu tersebut. Sungguh sangat berbeda dengan mereka yang hanya menggunakan

berbagai fasilitas tertentu dan mengeluarkan uang banyak tanpa berpikir panjang. Patut

kita sadari bahwa hal ini dapat menjadi suatu landasan pemikiran seseorang dimana

perlu adanya aktifitas yang didukung oleh fasilitas tertentu, yang mungkin dapat

membantu masyarakat tersebut dalam penanggulangan minimnya akses terhadap air

bersih dan sanitasi layak untuk masyarakat.

       Air adalah senyawa penting bagi semua bentuk kehidupan yang ada di muka

bumi, dan tidak ditemukan di planet lain. Unsur tersebut sungguh sangat dibutuhkan

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, khussusnya dalam hal jasmani. Air yang

dibutuhkan tentunya air bersih yang bermutu baik dan biasa dikonsumsi oleh manusia

atau dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Jika bukan, maka kadar yang

terdapat dalam air tersebut akan merusak kandungan yang seharusnya dibutuhkan dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari.



                                                                                    1 
 
Penggunaan air bersih sangat terkait dengan kegiatan sanitasi. Sanitasi adalah

perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia

bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan

harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Kebiasaan yang

dilakukan masyarakat dapat mendukung faktor-faktor yang akhirnya akan menjadi hasil

yang sangat analitis, seperti pembiasaan dalam hidup bersih dari segala sisi. Hasil

tersebut juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dirinya dari

berbagai kotoran dan cinta alam. Akan tetapi, jika dilihat dari bahaya-bahaya yang

dialami, mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi, dan agen-agen kimia atau

biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah

kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan

buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), dan bahan

buangan industri dan bahan buangan pertanian. Maka dari itu, perlu adanya akses air

bersih dan sanitasi layak sebagai penanggulangan umum.

       Sebenarnya, masalah yang dialami oleh masyarakat ini bukanlah perkara yang

rumit, jika pemerintah menindaklanjuti masalah ini dengan akurat. Saya, sebagai

masyarakat indonesia sendiri, menyadari adanya kekurangan dalam kinerja pemerintah

kali ini. Banyak sekali hal-hal mudah yang selalu diremehkan sehingga hasil yang

diinginkan benar-benar tidk maksimal. Melalui apa yang saya analisa dari problema

tersebut, saya ingin sekali menggalakkan upaya PPA SANILA (Program Penyulingan

Air dan Sanitasi Layak) sebagai acuan dan sumber dalam mengatasi masalah yang

selama ini melanda kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang

benar-benar kurang mampu.




                                                                                     2 
 
PPA SANILA ini diperuntukkan untuk masyarakat yang benar-benar kurang

mampu dan kesulitan untuk mengakses air bersih. Saya menggalakkan program ini

berdasarkan apa yang saya amati, dan setelah apa yang dibutuhkan telah dipenuhi, saya

dapat menyusun keanggotaan kecil yang ada di sekolah. Saya mengajak beberapa teman

saya yang bergerak di bidang kesehatan dan kegiatan ilmiah. Karena sekolah saya

berbasis pesantren, saya akan menggalakkan terlebih dahulu di desa sekitar pesantren

saya, tepatnya di daerah Pasir Gintung. Melalui penyulingan air, saya dapat mengakses

air tersebut agar dapat dipergunakan oleh masyarakat sekitar.

       Penyulingan air yang dilakukan terbagi kedalam beberapa proses yang perlu

diperhatikan langkah-langkahnya. Langkah awal yang harus ditempuh yaitu dengan

menggunakan proses destilasi. Proses ini akan menghilangkan kandungan garam yang

terkandung dalam air secara sistematis. Akan tetapi, salah satu kekekurangannya adalah

biayanya yang terlalu mahal. Sekali pemakaian alat destilasi dapat mencapai jutaan

rupiah, dan hal ini tak mungkin terjadi jika masyarakat belum dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari mereka dan juga pemerintah yang terlalu mementingkan hal besar

dibandingkan kesejahteraan umat manusia. Maka dari itu, perlu adanya pembaharuan

yang layak agar proses ini dapat mendukung akses air bersih dan pelayanan sanitasi

yang terjamin.

       Dengan adanya inovasi dan beberapa pemikiran, maka didapatlah perantara

proses yang mudah dan terjangkau. Kita dapat menggunakan saringan kain katun.

Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik

penyaringan yang paling sederhana atau mudah. Air keruh disaring dengan

menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran

dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada



                                                                                    3 
 
ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan. Selanjutnya, kita dapat memanfaatkan

kapas sebagai saringan. Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik

dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan

dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada

dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas

yang digunakan.

       Selain pemanfaatan melalui perantara katun, kita juga dapat menggunakan

sistem aerasi. Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke

dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon

dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air

dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air

seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan

endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.

Adapun proses yang hampir sejenis, yaitu proses penyaringan pasir lambat. Saringan

pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir

pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan

menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati

lapisan kerikil. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir

Lambat (SPL). Setelah itu, ada yang dinamakan proses penyaringan pasir cepat.

Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada

bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila

dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air

bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih




                                                                                        4 
 
dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat

temukan pada artikel Saringan Pasir Cepat (SPC).

       Adapun proses penyulingan air yang unik yaitu Gravity-Fed Filtering System

dan saringan arang. Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan

Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua

tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil

penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan

Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang

dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan

yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa/multi Saringan Pasir

Lambat. Sedangkan saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan

tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam

menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat

berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Dengan begitu air yang dihasilkan dapat

dikonsumsi dengan mudah oleh masyarakat banyak.

       Proses-proses penyulingan ini akan sangat berguna jika ada dukungan dari

masyarakat. Setelah itu, proses sanitasi akan berlangsung dengan sangat mudah dan

stabil. Karena, banyak sekali dari masyarakat yang meremehkan kegiatan sanitasi di

lingkungan terbuka. Maka, perlu adanya program sanitasi layak lingkungan yang

merupakan status kesehatan suatu lingkungan dan mencakup perumahan, pembuangan

kotoran, dan penyediaan air bersih.

       Masyarakat tentu tidak perlu bersusah payah dalam mengkonsumsi air yang

didapat dari hasil sulingan, karena PPA SANILA ini akan mencoba untuk membuat

pemukiman di berbagai tempat strategis dan tertimpa bahaya akses air dan layanan



                                                                                    5 
 
buruk sanitasi, khususnya pemukiman pada sekitar daerah Pasir Gintung. Dengan

adanya pemukiman ini, masyarakat dapat berbondong-bondong untuk mengkonsumsi

akses air bersih dan program sanitasi layak dengan sangat mudah dan teratur. Hal ini

ditujukan agar masyarakat luas, khususnya masyarakat Pasir Gintung dapat memulai

hidup bersih dari masa belia.

       Setelah semuanya berjalan dengan lancar dan stabil, saya dapat menyarankan

kepada pemerintah tentang apa yang saya canangkan. Karena program ini sangat

berpengaruh dalam mengatasi minimnya akses air bersih dan sanitasi tersebut. Terdapat

hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi tersebut

berhubungan langsung dengan kesehatan, penggunaan air, dan pemulihan biaya.

       Jika kita lihat dari sisi kesehatan, semua penyakit yang berhubungan dengan air

sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak

benar. Sehingga, memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah

tidak efektif. Maka dari itu, perlu adanya perhatian lebih lanjut dari hubungan tersebut,

karena dampaknya akan sangat buruk jika tidak dapat diperbaiki satu sama lain.

       Begitu pula dengan sisi penggunaan air. Kita bisa mengambil contoh dari toilet

siram dengan desain lama. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa

memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan

jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit

baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari

penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan.

Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah

tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan




                                                                                       6 
 
di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa

menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.

       Kita juga harus memperhatikan sisi pemulihan biaya yang terjadi dalam

hubungan sanitasi terhadapa penyediaan air tersebut. Biaya pengumpulan, pengolahan,

dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Apabila

kita hanya merencanakan satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi

akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang

tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan

menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima

sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150

hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang,

Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya

konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding

1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter. Lalu, hal

tersebut juga berpengaruh dalam penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak

mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai

baik resmi disetujui atau tidak. Oleh karena itu, peningkatan penyediaan air cenderung

mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan

memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak

merusak kesehatan masyarakat.

       Proses penyulingan yang digalakkan ini akan menjadi sempurna dengan adanya

pemukiman atau penetapan dibeberapa daerah tertentu, sehingga masyarakat hanya akan

datang dan meminta air hasil penyulingan tersebut. Air yang dihasilkan telah menjadi




                                                                                     7 
 
air bersih karena zat-zat beracun telah difiltrasi sehingga membuat kereaktifan senyawa

air menjadi stabil, sama seperti apa yang telah saya paparkan sebelumnya.

       Sebenarnya, program sanitasi yang telah dibangun oleh pihak nasional juga

harus dicanangkan demi membantu kestabilan hidup masyarakat dalam hal kebersihan,

seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral.

Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI.

STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Strategi Nasional STBM memiliki

indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis

lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator

output-nya adalah akses terhadap sarana sanitasi dasar bagi setiap individu sehingga

dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF),

pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, dan pengelolaan

limbah dan sampah yang benar bagi setiap rumah tangga.

       Maka dari itu, masyarakat Indonesia dan pemerintah juga harus memperhatikan

hal ini secara serius. Jika pemerintah menerima PPA SANILA ini, maka proses akses

air bersih dan sanitasi layak akan teratasi dengan mudah, dan juga dapat membantu

kinerja para peneliti lain dalam menangani masalah akses air ini dengan berbagai

macam jenis proses. Sehingga, keluhan masyarakat terkait minimnya akses terhadap air

bersih dan buruknya layanan sanitasi dapat ditanggulangi dengan cepat oleh upaya

pemukiman Program Penyulingan Air dan Sanitasi Layak (PPA SANILA), dan tentu

mendapat dukungan dari pemerintah demi berjalannya program ini dengan lancar.




                                                                                     8 
 
GAMBAR-GAMBAR PROSES PENYULINGAN AIR DENGAN MUDAH

                                  DAN PRAKTIS



       Sumber: http://aimyaya.com/id/lingkungan -hidup/kumpulan-teknik-

                penyaringan-air-sederhana/




Gambar 1.1. Saringan Kain Katun

                                             Gambar 1.3. Aerasi




Gambar 1.2. Saringan Kapas




                                             Gambar 1 Error! No text of specified style in
                                             document..4. Saringan Pasir Lambat



                                                                                             9 
 
Gambar 1.5. Saringan Pasir Cepat




Gambar 1.6. Gravity-fed Filtering System




Gambar 1.7. Saringan Arang




                                           10 
 
Partisipasi Masyarakat sebagai Jawaban atas
       Tantangan Pembangunan Sarana dan Prasarana AMPL di Indonesia


                                      Oleh:
                             Hakimatul Mukaromah
       (Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro)



             Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap manusia.

Kebutuhan air bersih di perkotaan rata-rata adalah sekitar 100-200 liter/orang/hari.

Artinya jika dikalikan dengan total penduduk Indonesia, yaitu sejumlah

237.641.326 jiwa (Sensus Penduduk, 2010) maka dapat diketahui betapa besarnya

kebutuhan air bersih yang harus di-supply. Jumlah ini belum termasuk kebutuhan

untuk kegiatan agrikultur dan industri yang tentunya memiliki jumlah lebih besar

dibandingkan dengan kebutuhan air domestik.

             Ada berbagai macam sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006, 52,1% penduduk Indonesia telah

memiliki akses terhadap air bersih yang aman1. Sebagian besar masyarakat

perkotaan telah memiliki akses terhadap air perpipaan atau PDAM. Namun, hal

ini berbeda dengan masyarakat di pedesaan atau yang tinggal di daerah dataran

tinggi yang tidak terjangkau pelayanan air bersih dari PDAM. Hal ini tidak

menjadi masalah jika daerah tempat tinggal mereka memiliki kualitas dan

kuantitas air tanah yang baik dan layak digunakan untuk keperluan domestik

seperti minum, cuci, masak, mandi, dan lainnya. Akan tetapi, hal ini menjadi

kesulitan sendiri bagi mereka yang tinggal di dataran tinggi, di mana sumber air


1
    Pembangunan Air Minum dan Penyediaan Lingkungan di Indonesia, 2008
tanah sangat terbatas kuantitasnya. Terkadang masyarakat tersebut harus berjalan

berkilo-kilometer untuk dapat mengambil air bersih sebagai kebutuhan sehari-

hari.

             Penyediaan sarana dan prasarana AMPL khususnya air minum tidak

hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Masyarakat, sebagai konsumen,

seharusnya juga ikut serta dalam pembangunan dan pemeliharaannya. Hal inilah

yang saat ini dikembangkan di Indonesia, yaitu kerjasama antara pemerintah dan

masyarakat. Bahkan tidak menutup kemungkinan adanya bantuan pihak lain

seperti LSM atau dari private sector. Kerjasama ini bisa dilakukan dalam aspek

finansial, teknologi atau dalam hal sosialisasi dan pendampingan.

             Sampai saat ini telah banyak program yang telah dilaksanakan oleh

Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dalam

upaya meningkatkan pembangunan, penyediaan, pemeliharaan dan keberlanjutan

pelayanan khususnya untuk prasarana dan sarana air bersih atau air minum.

Program tersebut diantaranya adalah pembuatan sambungan komunal di

Kelurahan Sunggal, Kampung Baru, Kampung Sei Meti, Kota Medan dan Desa

Cibodas, Bandung; pembuatan sumur bor di Kelurahan Kedung Kandang dan

Lesanpuro Kota Malang; program zakat air di Kabupaten Pemalang; dan berbagai

program lainnya2. Dari beberapa program penyediaan sarana dan prasarana air

bersih di atas, terdapat satu hal yang menjadi perhatian Pokja AMPL, yaitu

keterlibatan masyarakat.




2
    Pembangunan Air Minum dan Penyediaan Lingkungan di Indonesia, 2008
Peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana

AMPL menjadi salah satu strategi yang dilakukan oleh Pokja AMPL. Masyarakat

dapat berperan sebagai pencetus (pioneer), pelaksana pembangunan, pemelihara,

serta dapat berperan dalam monitoring dan evaluasi AMPL. Keterlibatan

masyarakat ini tentunya memiliki tujuan yang penting, yaitu pembangunan sarana

dan prasarana AMPL diharapkan dapat berjalan dengan sustainable. Hal ini

mengingat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi baik pada tahap sebelum,

saat, maupun setelah proses pembangunan sarana dan prasarana AMPL.

          Pada fase pertama, yaitu sebelum pembangunan sarana dan prasarana

AMPL, partisipasi masyarakat merupakan salah satu pondasi bagi keberlanjutan

pembangunan yang akan dilakukan. Pada tahap ini biasanya terdapat seorang

pioneer dari dalam komunitas yang memiliki kemauan dan kemampuan kuat

dalam melakukan inisiasi atau pengajuan pembuatan sarana dan prasarana AMPL.

Bahkan tidak menutup kemungkinan pioneer tersebut berasal dari luar komunitas

yang memiliki kapabilitas yang lebih dan mampu melakukan pendekatan persuasi

terhadap masyarakat.

         Pada tahap ini kadang terdapat konflik dari dalam komunitas target

pembangunan sarana dan prasarana AMPL. Konflik ini bisa timbul dari aspek

finansial atau pembiayaan pembangunan, aspek fisik (lahan yang akan dipakai

untuk pembangunan), atau pengambilan keputusan lain yang sulit mencapai

mufakat. Oleh karena itu, suatu lembaga, baik secara formal maupun informal

perlu dibentuk. Dalam lembaga ini beranggotakan orang-orang yang berasal dari
dalam komunitas maupun dari luar komunitas yang dianggap memiliki pengaruh

leadership terhadap komunitas.

          Dengan adanya kelembagaan yang mampu mengkoordinir masyarakat

secara lebih sistematis dan berasal dari dalam komunitas mereka sendiri, maka

akan cenderung untuk lebih mudah diketahui kemauan masyarakat dan diharapkan

juga nantinya mampu meminimalisir konflik yang mungkin timbul. Peran awal

lembaga atau organisasi ini adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat atas

pembangunan sarana dan prasarana AMPL; melakukan musyawarah terkait lokasi

pembangunan, sistem pembiayaan, dan hal teknis lainnya; sebagai fasilitator

antara masyarakat keseluruhan dengan institusi atau lembaga donor/pemberi

bantuan (jika ada).

          Dengan adanya tahap inisiasi dan sosialisasi yang sifatnya lebih

partisipatif, maka masyarakat akan merasa dilibatkan dalam pengambilan

keputusan. Tahap sosialiasi ini dapat dilakukan secara konvensional seperti

pertemuan rutin atau melalui teknik lain yang lebih menarik minat masyarakat.

Misalnya, visualisasi pemanfaatan sampah anorganik oleh komunitas lain yang

telah berhasil menerapkannya. Tujuan yang diharapkan dari proses sosialisasi ini

adalah masyarakat nantinya memiliki rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa

tanggung jawab dalam operasional sarana dan prasarana AMPL hingga waktu

yang akan datang.

          Selanjutnya pada tahap pembangunan, masyarakat memang tidak

diharuskan untuk berpartisipasi secara langsung. Tetapi, tidak menutup

kemungkinan bagi mereka untuk ikut serta dalam proses pembangunan fisik ini.
Yang pasti, masyarakat diharapkan mengerti sistem yang diterapkan dan mampu

mereplikasi sendiri jika dibutuhkan.

          Pepatah mengatakan, “Setiap orang bisa membangun, tetapi hanya

sebagian yang mampu merawat dan menjaga”. Seperti halnya sarana dan

prasarana AMPL, proses pembangunannya memang cukup mudah, namun untuk

menjaga fungsinya agar tetap sustain tidak hanya membutuhkan kemampuan

tetapi juga kemauan yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan strategi

guna mengajak masyarakat agar tetap konsisten menjaga sarana dan prasarana

AMPL yang telah dibangun. Misalnya adalah dengan penyelenggaraan sayembara

atau pemberian apresiasi terhadap masyarakat yang memiliki kontribusi besar

dalam menjaga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL.

          Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan

pengelolaan sarana dan prasarana AMPL belum tentu dapat menjamin

keberlanjutan dari pemanfaatan sarana dan prasarana AMPL tersebut. Perlu

adanya monitoring dan evaluasi baik dari insider team maupun outsider time. Hal

ini untuk memantau apakah ada penyelewengan atas sistem yang telah disepakati

sebelumnya. Pengawasan ini perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan sarana

prasarana AMPL yang tentunya meningkat seiring dengan pertambahan penduduk

di wilayah terkait. Sehingga konsistensi penerapan sistem yang telah disepakati

dapat rentan untuk diselewengkan.

          Keterlibatan masyarakat ini tidak hanya secara teknis seperti yang

tersebut di atas. Tetapi, pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga

keberlanjutan sumber daya dan kelestarian lingkungan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan. Keterbatasan sumber daya air misalnya, meskipun telah dibangun

sarana dan prasarana yang mampu men-supply kebutuhan air bersih secara

mencukupi bahkan lebih, masyarakat tetap harus menghemat penggunaannya.

Karena terkadang seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana yang ada,

perilaku masyarakat cenderung berubah. Ketika masyarakat kesulitan untuk

mendapatkan air bersih, mereka cenderung untuk sebisa mungkin menghemat

penggunaannya. Sedangkan ketika air bersih sudah mampu diakses secara lebih

mudah, perilaku mereka berubah menjadi lebih „loyal‟ dalam menggunakan air

bersih. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi pasca pembangunan sebagai salah

satu upaya untuk tetap menjaga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL serta

untuk keberlanjutan ketersediaan sumberdaya yang ada.

          Pelibatan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana AMPL

ini, pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sadar dan peduli

terhadap lingkungannya. Mereka diharapkan juga mampu lebih mandiri atau

bahkan mampu berinovasi dalam pemanfaatan potensi dan sumber daya di

lingkungan mereka terkait dengan pemberdayaan yang telah dilakukan seiring

dengan jalannya sosialisasi. Dengan adanya kesinambungan antara kemajuan

sumber daya manusia dan kebijakan pemanfaatan sumber daya alam maka

diharapkan dapat tercipta lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
REFERENSI



Bappenas, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Departemen
       Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan. 2003.
       Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
       Lingkungan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Bappenas

http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0, diakses pada 2 Oktober 2011

http://eprints.undip.ac.id/4624/1/dodyTA.pdf, diakses pada 2 Oktober 2011

http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-
          bersih-compatibility-mode.pdf, diakses pada 2 Oktober 2011

http://www.indonesiatoday.in/, diakses pada 2 Oktober 2011

Pokja AMPL. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di
       Indonesia. Jakarta: Pokja AMPL
Pemenang Kedua Kategori Mahasiswa
Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011


Tema : Upaya penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia


    Upaya Peningkatan Stratifikasi Sosial Masyarakat Miskin di Indonesia,
      Dengan Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang
                  Berkelanjutan , Sistematis , dan Efisien

                Oleh Frederic Hamonangan Tumanggor (Universitas Brawijaya)




Latar Belakang


Dari hasil sensus penduduk tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia adalah 218,868,791 jiwa.

Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negara- negara yang sedang

berkembang setelah Cina dan India. Dibanding dengan jumlah sensus tahun 1990 maka akan

terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata 1,98 – 2,11% pertahun. Bila dilihat dari luas

wilayah pada peta penyebaran penduduknya, kita akan melihat realita bahwa pola penyebaran

pendududk di 33 propinsi, tidak merata. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2005 sekitar

60% penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas wilayah

Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan yang luas wilayahnya hampir 6 kali luas wilayah pulau

jawa, hanya ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya (BPS, 2011).


Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya, Indonesia masih masuk dalam kategori tinggi.

Hal ini bila tidak diupayakan pengendaliannya akan menimbulkan banyak masalah. Sebagai

contoh di Indonesia, tingkat partisipasi anak usia sekolah untuk tingkat SMA sederajat, baru

mencapai 55.83%. Dibanding negara tetangga, tingkat partisipasi pendidikan kita masih
tergolong rendah. Hongkong misalnya, pada tahun 1985 telah mencapai 95%, Korea Selatan

88% dan Singapura telah mencapai 95 % (Surabaya Post, 2 Oktober 2005). Masalah-masalah

lain seperti tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia juga sangat rendah. Sekitar 77%

angkatan kerja masih berpendidikan rendah (dibawah SMA/sederajat). Hal ini, tentu saja akan

berdampak terhadap pendapatan perkapita yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap

kualitas hidup dan konflik pada kehidupan rumah tangga seperti perceraian dan perkawinan usia

dini yang nantinya akan berpengaruh terhadap angka kelahiran dan kematian. Hal inilah yang

dalam banyak hal dijadikan indikator bagi kesejahteraan suatu Negara sesuai dengan paradigma

ahli kependudukan Amerika Serikat, Sharp et al, “negara miskin itu miskin karena dia miskin”

(a poor country is poor because it is poor). Nampaknya sederhana, tetapi harus diingat bahwa

manusia adalah sebagai subjek tetapi juga sekaligus objek pembangunan sehingga bila tidak

diantisipasi mungkin pada gilirannnya akan berakibat ketidakstabilan atau kerapuhan suatu

negara.


Polemik Kemiskinan di Indonesia

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu, umumnya

masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya

kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati

fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pembangunan sanitasi air yang memadai

dan kemudahan - kemudahan lainnya yang biasa tersedia pada jaman modern di negara-negara

maju. Pemerintah Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju

dan mapan dari segi ekonomi tentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus

segera diselesaikan disamping masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan, strukturisasi

pemerintahan, inflasi, defisit anggaran dan lain sebagainya. Pertumbuhan penduduk yang
membeludak dan tidak diimbangi oleh adanya sarana-prasarana yang memadai, menjadi

kambing hitam yang membuat pemerintah sulit untuk mengentaskan kemiskinan di negeri ini.

Kemiskinan, dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-

laki atau perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari pendekatan

berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan,

mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi

dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak

dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan,

dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.


       Hak-hak dasar secara umum terdiri dari antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, sanitasi, pertanahan, sumberdaya alam

dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk

berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Hak-hak

dasar tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak

terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak lainnya. ( BAPPENAS, 2004 )


       Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks, bersifat multidimensi dan tidak dapat

secara mudah dilihat dari suatu angka absolut. Luasnya wilayah dan sangat beragamnya budaya

masyarakat menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan di Indonesia menjadi sangat

beragam dengan sifat-sifat lokal yang kuat. Kondisi dan permasalahan kemiskinan secara tidak

langsung tergambar dari fakta yang diungkapkan menurut persepsi dan pendapat masyarakat

miskin itu sendiri, berdasarkan temuan dari berbagai kajian, dan indikator sosial dan ekonomi

yang dikumpulkan dari kegiatan sensus dan survai.
Masalah kemiskinan juga ditandai oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat, yang dapat

dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) merupakan indeks

komposit yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari 3 (tiga) indeks yaitu: indeks kesehatan, indeks

pendidikan dan indeks daya beli. Indeks kesehatan inilah yang sering menjadi menjadi polemik utama

dan memiliki hubungan secara langsung, dengan kualitas air minum dan sanitasi yang ada pada

masyarakat.


Hubungan Air minum dan Sanitasi Air terhadap Stratifikasi Sosial Masyrarakat

Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam

lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang

berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu

merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Salah satu ukuran

atau kriteria yang dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah kekayaan dan

ilmu pengetahuan. Kekayaan dan Ilmu pengetahuan didalam masyarakat, sangat erat kaitannya

dengan kesehatan. Hal ini dikarenakan, kesehatan merupakan suatu komponen utama yang harus

dipenuhi untuk dapat melakukan tindakan-tindakan dan usaha dalam memperoleh ilmu

pengetahuan secara optimal. Nantinya, dengan ilmu pengetahuan inilah, seseorang akan

memperoleh kekayaan untuk meningkatkan statusnya didalam stratifikasi social masyarakat.


Tingkat stratifikasi social yang rendah merupakan suatu ketidakmampuan (lack of capabilities)

seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan,

sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, serta penyediaan air minum bersih dan

sanitasi. Semakin tinggi tingkat stratifikasi social yang dimiliki oleh masyarakat, dapat

dipastikan, masyarakat tersebut akan dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan minimumnya,

dan pemenuhan penyediaan air minum bersih dan sanitasi yang baik juga akan terpenuhi dengan
kemampuan daya beli yang dimilikinya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat

yang ada pada stratifikasi sosial rendah (miskin) akan sulit untuk dapat memenuhi penyediaan air

minum bersih dan sanitasi yang baik di lingkungan rumahnya. Padahal, pemenuhan air bersih

dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai,

dan juga, sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi,

melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia. Hal ini diperkuat dengan

adanya sebuah studi Bank Dunia dan disebarluaskan pada bulan Agustus 2008 yang menemukan

bahwa kurangnya akses terhadap sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi sangat berat

bagi ekonomi Indonesia, yang dalam konteks ini, lagi-lagi rakyat yang ada pada stratifikasi sosial

yang rendahlah yang menjadi korban utama.


Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari,

kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sedangkan keberadaan

sanitasi yang bersih dan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Sayang, tidak

semua orang di Indonesia, bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang memadai

untuk kebutuhan hidup. Air yang notabene nya diciptakan Tuhan, dikelola oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat, rupanya saat ini telah menjadi barang mahal. Jika

kita lihat, masih banyak orang yang harus merogoh kocek dalam hanya untuk mendapatkan satu

liter atau se-jerigen air. Selain itu, banyak daerah di berbagai daerah di Indonesia masih

mengalami kesulitan untuk memperoleh air. Contohnya seperti di daerah NTT dan Gudung

Kidul ( liputan6.com, 3 Oktober 2011 ). Hal ini disebabkan lantaran topografi daerah tersebut

yang kurang baik, sehingga membutuhkan system infrastruktur pasokan air bersih untuk

memungkinkan masyarakat sekitar agar dapat mengakses air bersih tersebut. Masalah lain yang
menjadi Pekerjaan Rumah (PR) untuk kita bersama adalah air bersih yang sejatinya menjadi sumber

kehidupan warga sekitar, kini sudah tercemar dan berubah warna hitam pekat, sehingga tidak layak lagi

untuk mandi, cuci dan minum. Sedangkan untuk masalah sanitasi, ternyata ada kira-kira 20% penduduk

Indonesia yang masih buang air besar sembarangan. Hal inilah yang menyebabkan perlu adanya suatu

pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di seluruh wilayah yang ada di Indonesia

hingga ke pelosok desa dan daerah terpencil. Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi

yang dimaksud disini, adalah pembangunan sistem air minum pada wilayah-wilayah tertentu

sesuai dengan urgensinya yang terencana dan terintegrasi dengan pemerintah daerah yang juga

memerlukan peran aktif masyarakat setempat, dan tertuang dalam suatu rencana tata

pembangunan sistem air minum dan sanitasi jangka panjang. Selanjutnya, suatu rencana tata

pembangunan sistem air minum dan sanitasi jangka panjang tersebut, digunakan sebagai acuan

kebijakan spasial bagi pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang diharapkan dapat

berkelanjutan, sistematis, dan efisien bagi masyarakat. Sehingga, masyrakat akan dapat hidup

secara layak dan sehat, serta kesempatan mereka untuk dapat melakukan upaya optimal dalam

rangka untuk memajukan status sosial mereka agar dapat terus bergerak menuju stratifikasi sosial

yang lebih tinggi, dapat berjalan dengan baik.



Strategi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan, Sistematis, dan

Efisien

Dilihat dari kegagalan program penanggulangan kemiskinan selama ini, strategi dan kebijakan

alternatif yang berpihak kepada rakyat miskin, option for the poor menjadi kebutuhan mutlak

menanggulangi kemiskinan. Salah satunya kebijakan alternatif yang berpihak kepada rakyat

miskin adalah dengan diadakannya Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan,

Sistematis, dan Efisien di seluruh Indonesia. Untuk membuat sebuah strategi dan kebijakan
alternatif tersebut, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang bagaimana penerapan

Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, dapat berjalan secara berkelanjutan, sistematis, dan

efisien. Sehingga kita harus dapat membedakannya, dengan penjabaran sebagai berikut ;

   •   Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan adalah strategi pembangunan Air

Minum dan Sanitasi yang ditekankan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama

masyarakat miskin yang sangat memerlukan peran aktif dan sinergi antara pemerintah daerah

dan masyarakat untuk dapat membangun sistem sanitasi dan air minum yang baik dan

berkelanjutan (Sustainable) melalui tahapan-tahapan yang telah terprogram sebelumnya dan

telah disepakati bersama. Peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah dihrapkan dapat saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan harus berlandaskan prinsip "memenuhi kebutuhan

sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan".

   •   Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Sistematis

Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Sistematis adalah strategi pembangunan Air Minum

dan Sanitasi yang menekankan hubungan dan keterkaitan program-program yang telah dan akan

dicanangkan oleh pemerintah untuk dapat membuat sistem pembangunan air minum dan sanitasi

yang baik, dan memiliki dapat positif bagi masyarakat dalam jangka waktu yang relatif lama,

serta penerapannya akan mudah dan dapat terus dilakukan. Contohnya melalui sistematika yang

ada pada konsep evolusi-sanitasi, yaitu konsep pendekatan pengembangan program sanitasi,

yang dimulai dengan;

   1. Fase awal evolusi; berupa peningkatan sistem on-site (kondisi sanitasi kebanyakan saat

       ini), ditingkatkan secara teknis menjadi sistem on-site (septic tank) yang layak memenuhi

       persyaratan teknis, beserta dengan penyediaan pelayanan IPLT, baik skala kota maupun
komunal. Fase ini dialamatkan bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan

       peningkatan akses masyarakat ke sanitasi dasar yang lebih baik.

   2. Fase interim; berupa peningkatan on-site menjadi sistem komunal (centralize system),

       yang dapat berupa small sewerage system atau small bore system. Fase ini merupakan

       solusi sanitasi yang dialamatkan, dengan tujuan pengurangan pencemaran badan air

       (sungai)/air tanah oleh polutan limbah cair domestic.

   3. Fase akhir evolusi sanitasi; merupakan fase peningkatan dari beberapa komunal system,

       yang dihubungkan oleh pipa induk ke IPAL terpusat, berupa sewerage system skala

       perkotaan. Fase ini dialamatkan untuk peningkatan kualitas lingkungan (Strategy and

       Action plan: Mainstreaming Gender : water and sanitation, 2006 )

   •   Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Efisien.

Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Efisien adalah strategi pembangunan Air Minum

dan Sanitasi dengan menggunakan metode tepat guna yang sederhana dalam penerapannya,

hemat biaya, dan cenderung memerlukan jangka waktu pembangunan yang singkat. Misalnya

dengan pengelolahan limbah Kotoran Manusia menjadi Sumber Energi, seperti yang telah

dilakukan didaerah Banjarbaru Propinsi Kalimantan selatan ( Mitra News, 23 Maret 2011 ). Gas

Methan yang dihasilkan kotoran manusia dijadikan sumber energi alternative dengan adanya

sistem sanitasi yang efisien. Pemilihan limbah tersebut sebagai salah satu bagian pemanfaatan

energi alternatif. Efisiensi sistem sanitasi seperti ini justru akan menjadi jawaban terbaik dalam

menghadapi problem habisnya energi yang berasal dari sumber daya alam (SDA) seperti minyak

bumi, batu bara, dan gas alam yang dijadikan sumber utama bahan baku energi. Diharapkan,

dengan strategi pembangunan sanitasi yang efisien, selain ramah lingkungan, sesuatu yang

dulunya dianggap limbah oleh masyarakat, justru akan dapat menjadi energi alternatif yang
menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Tentu saja,

peningkatan kesejahteraan ini akan berpengaruh dalam peningkatan stratifikasi sosial masyarakat

miskin menjadi lebih baik dari sebelumnya.




Frederic Hamonangan Tumanggor, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Email : admin@forumpendidikanindonesia.com / erick_hamonangan@yahoo.com
Pemenang Ketiga Kategori Mahasiswa
Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011


Tema:
Upaya Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia



                                                               SEBUAH #OPTIMISME
            (Memberantas Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi)


                                        Oleh Gayuh Mustiko Jati (Universitas Gadjah Mada)



Pendahuluan


              Di negara berkembang seperti Indonesia ini, fenomena kemiskinan merupakan salah

satu hal jamak dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Di Indonesia sendiri, angka

kemiskinan berada pada kisaran 14,15% dari total penduduk pada tahun 20101. Hal ini perlu

mendapat perhatian serius mengingat 14,15 % bukanlah angka yang kecil jika dibandingkan

total penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa. Kemiskinan menjadi hal krusial yang

perlu dengan segera diselesaikan karena kemiskinan menjadi pemicu banyak hal terkait

permasalahan kependudukan dan kriminalitas.


              Penyebab pasti kemiskinan tidak dapat diketahui secara pasti, namun kemiskinan

disinyalir karena kurangnya pemerataan dalam pembangunan dan ketidaksiapan masyarakat

dalam menghadapi perkembangan. Namun, hal ini tidak lantas menjadi acuan utama karena

sejatinya permasalahan kemiskinan dapat diatasi jika dilakukan upaya penanggulangan yang

tepat, setidaknya angka kemiskinan dapat diminimalisasi dengan kesungguhan dan kolaborasi

pemerintah dengan rakyat. Melalui pendekatan ini, dengan optimisme yang terarah,

kemiskinan dapat ditanggulangi dan angka kemiskinan dapat ditekan. Salah satu cara
                                                            
1
    http://www.antaranews.com/berita/1260211179/bps-angka-kemiskinan-2010-tidak-banyak-berubah-dari-2009
menanggulanginya adalah dengan pembangunan air minum dan sanitasi. Pertanyaan yang

akan timbul adalah apa keterkaitan antara kemiskinan dan pembangunan air minum dan

sanitasi? Bagaimana mungkin dua hal yang nampaknya berbeda haluan ini saling

mempengaruhi?


Kemiskinan


       Kemiskinan merupakan bentuk dari ketidakberdayaan seseorang dalam aspek

ekonomi. Seperti halnya kemiskinan yang terjadi di Indonesia, umumnya terjadi akibat

kesulitan dalam hal ekonomi. Entah itu karena pengangguran atau penghasilan yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan dan kurang dari penghasilan minimal yang ditentukan atau

memang karena keadaan yang tidak mendukung. Kemiskinan ini erat kaitannya dengan

beberapa pola kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Beberapa studi mengenai pola hidup

masyarakat mendapati bahwa kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat merupakan

bentuk dari ketidaksiapan masyarakat menghadapi perubahan. Perubahan yang dimaksud

disini adalah perkembangan zaman. Betapa tidak, mereka yang tidak siap menghadapi

perubahan inilah yang tidak mampu menyesuaikan dengan iklim persaingan dan cenderung

memasrahkan diri kepada keadaan. Memang, beberapa kemiskinan difaktori oleh latar

belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, sistem dalam suatu komunitas, dan juga pola

pikir. Mengapa penulis memasukkan pola pikir juga? Karena sejatinya kemiskinan, atau

apalah kita menyebutnya itu, adalah bentuk dampak dari hasil pola pikir manusia. Setidaknya

orang yang berpikir dengan kreatif dan alternatif tidak akan membiarkan dirinya terkungkung

dalam permasalahan kemiskinan. Sementara orang yang pasrah akan keadaan akan terus

melakukan pembiaran yang justru membuat mereka tetap bertahan pada zona kemiskinan.


       Suatu hal yang miris adalah kemiskinan ini ternyata sudah menjadi rantai yang sangat

kuat sehingga sulit sekali untuk melepaskan diri jika terjebak dalam siklus ini. Dari data yang
diperoleh dari BPS, menunjukkan bahwa angka kemiskinan yang terjadi pada tahun 2009-

2010 hingga 2011 tidak mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini menjadi indikasi

bahwa program pengentasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah belum sepenuhnya

berjalan dengan baik. Padahal beberapa program pengentasan kemiskinan sudah digadangkan

pemerintah dan menjadikan optimisme dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia.

Program ini meliputi perbaikan sektor pendidikan, kesempatan berkarya dan hal-hal besar

lainnya dalam sektor ekonomi. Namun, pemerintah tidak menyadari bahwa perbaikan aspek

individual sebenarnya yang lebih penting dan fundamental yakni aspek kesehatan, baik

kesehatan tubuh maupun kesehatan lingkungan. Mengapa demikian?


Air Minum dan Sanitasi


       Air yang merupakan kebutuhan pokok paling mendasar dari manusia, dan pemenuhan

kebutuhan akan air merupakan sebuah hal mutlak yang perlu dipenuhi. Seperti kita ketahui

air kita gunakan untuk minum, mandi, mencuci, dan berbagai aktivitas kehidupan lain. Tanpa

air, sepertinya kehidupan ini tidak akan berjalan. Dalam hal untuk minum, dimensi

pembahasan air tidak hanya sebatas membahas kuantitas air yang tersedia saja, namun faktor

kualitas menjadi nilai penting yang harus diperhatikan. Kuantitas air yang dikonsumsi

menunjukkan ketersediaan air, apakah mencukpi atau tidak dan sampai pada pembahasan

dengan cara apa kita mecukupinya. Sementara pembahasan pengenai kualitas menjadi

penentu selanjutnya karena kualitas air yang dikonsumsi sangat menentukan kualitas

kesehatan seseorang karena berhubungan langsung dengan aktivitas dalam tubuh seseorang.

Pada tahap ini, peran air menjadi sangat besar dan sangat krusial. Air menjadi faktor penentu

sehat atu tidaknya seseorang maupun masyarakat.


       Sanitasi, istilah lain untuk menyebut usaha untuk membina dan menciptakan suatu

keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), juga sangat mempengaruhi kesehatan seseorang karena sanitasi berhubungan erat

dengan sistem pengelolaan lingkungan. Di masyarakat sendiri, sanitasi ini dikenal dengan

istilah MCK, yakni mandi, cuci, dam kakus walaupun pada praktiknya sanitasi tidak hanya

sebatas itu, sanitasi memiliki kajian yang lebih luas, terutama pada kesehatan lingkungan dan

masyarakat. Sanitasi sangat menentukan kesehatan masyarakat, mengingat lingkungan

sebagai tempat tinggal masyarakat merupakan tempat semua aktivitas masyarakat. Jika

lingkungan sehat, bukankah masyarakatnya juga akan sehat? Begitulah keterkaitan sanitasi

dengan kesehatan masyarakat, baik kesehatan pada tingkat individu maupun sampai tingkat

masyarakat.


Antara Kemiskinan dan Air Minum dan Sanitasi


       Kemiskinan dan pembangunan air minum dan sanitasi memang tidak memiliki

korelasi langsung. Namun jika menelusuri lebih jauh, kedua hal berbeda ini memiliki satu

keterikatan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Jika kita lihat dari pembahasan

kemiskinan dan air minum dan sanitasi ternyata ada sebuah keterkaitan yang apabila ditarik

lurus akan bertumpu pada titik yang sama, yakni pengentasan kemiskinan.


       Seperti yang telah kita bicarakan, ada aspek fundamental yang seharusnya dibenahi

dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah perbaikan dalam sektor kesehatan. Di satu sisi,

aspek kesehatan dan sanitasi merupakan salah satu indikator dalam pemenuhan kesehatan.

Hal ini berarti, upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan upaya

pembangunan air minum dan sanitasi. Karena kedua hal tersebut memiliki keterkaitan, yakni

sebagai aspek dasar kesehatan dan melalui kesehatan ini kemiskinan dapat ditanggulangi.

Pengaruh yang demikian besar bagi kesehatan, menempatkan air minum dan sanitasi juga

menjadi hal penting yang diperlu diperhatikan oleh semua kalangan masyarakat saat ini, juga

pemerintah.
Sebuah studi Bank Dunia yang disebarluaskan bulan Agustus 2008 menemukan

bahwa kurangnya akses terhadap sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi yang

berat bagi ekonomi Indonesia, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi sektor publik dan

perdagangan. Sanitasi yang buruk, termasuk kebersihan yang buruk, menyebabkan sedikitnya

120 juta kasus penyakit dan 50.000 kematian dini setiap tahun, dengan dampak ekonominya

senilai lebih dari 3,3 miliar dolar AS per tahun.2 Melihat fakta ini, perbaikan faktor kesehatan

melalui pembangunan air minum dan sanitasi menjadi sangat penting dalam rangka

mengurangi dampak lanjutannya, yang salah satunya adalah kemiskinan.


              Pembangunan air minum dan sanitasi seharusnya menjadi prioritas pemerintah dan

dimasukkan dalam program penanggulangan kemiskinan. Dalam praktiknya nanti,

pembangunan air minum dan sanitasi akan berimbas positif pada sektor kebersihan

lingkungan, dan dengan terciptanya kebersihan lingkungan akan membawa dampak yang

baik bagi ekonomi masyarakat yang akan mengurangi kemiskinan, walaupun secara tidak

langsung. Lalu pembangunan air minum dan sanitasi seperti apa yang diperlukan untuk

menciptakan kesehatan di masyarakat?


Pembangunan Air Minum dan Sanitasi


              Pembangunan air minum dan sanitasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan satu

pihak saja, namun pembangunan air minum dan sanitasi harus dilakukan dengan kolaborasi

antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait serta LSM-LSM yang bergerak

di bidang tersebut. Tanpa adanya kolaborasi yang terstruktur, sangat sulit menciptakan

pembangunan air minum dan sanitasi. Karena, pembangunan air minum dan sanitasi

merupakan hajat besar dan hal ini perlu menjadi semacam acuan dan titik balik menengahi

permasalahan air minum dan sanitasi yang erat kaitannya dengan kesehatan .

                                                            
2
    http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=58&lang=in
Pemerintah selaku pemegang otoritas hendaknya mengambil kebijakan kesehatan

yang tepat dan merakyat dalam pembangunan air minum dan sanitasi, memberi ruang kepada

publik untuk turut serta menghasilkan solusi, dan memberikan dukungan anggaran yang

sesuai. Masyarakat pun harus bersikap terbuka dan positif, agar upaya yang dilakukan

pemerintah bisa berjalan, selain itu karena masyarakat sendiri yang menjalani makan

diperlukan kesadaran yang tinggi serta kemandirian dan disertai tekad yang kuat dalam

pembangunan air minum dan sanitasi. Lembaga-lembaga terkait dan LSM juga memegang

peranan penting karena selain menjadi representasi pemerintah, lembaga dan LSM ini

menjadi pengawas pelaksanaan kebijakan dan anggaran serta menjadi mitra yang baik bagi

masyarakat.


              Secara konkrit, langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan pembangunan air

minum dan sanitasi adalah dengan penyelamatan sumber air dan penerapan sanitasi yang

terstruktur. Penyelamatan sumber air adalah penyelamatan terhadap sumber-sumber air yang

dikonsumsi oleh masyarakat, yakni tindakan preventif untuk menjaga kelestarian sumber

daya air. Selama ini, sumber air masyarakat berasal dari sungai, danau, hujan, air tanah dan

sebagainya. Cara yang perlu dilakukan adalah menghindari pencemaran dan penjagaan

sumber air yang dinamis dan berkelanjutan. Menurut Menteri Lingkungan Hidup, air sungai

sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum harus diselamatkan dari ancaman

pencemaran lingkungan.3 Penecemaran merupakan ancaman serius, sehngga untuk

membangun sumber air minum diperlukan upaya preventif ini.


              Program-program pembangunan air minum dan sanitasi juga perlu dijalankan, seperti

program-program yang dilakukan oleh IRD yakni bekerja bersama masyarakat-masyarakat

lokal untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi, mendidik penduduk

                                                            
3
 http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/09/18/65209/Menteri-LH-Sungai-Sebagai-Sumber-Air-Minum-
Harus-Diselamatkan
mengenai kebersihan yang lebih baik, berkontribusi pada perlindungan lingkungan hidup, dan

membantu masyarakat memperoleh pendapatan dari penyediaan layanan-layanan dasar.


              Selain itu, kolaborasi juga diperlukan dengan lembaga yang bejangkauan lebih luas

lagi. Misalnya kombinasi antara peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi dan

pendidikan mengenai praktik-praktik kesehatan dan kebersihan yang baik. Berkolaborasi

dengan UNICEF, pihak berwenang setempat, dan perusahaan penyedia layanan publik

lainnya.4 Selain itu, pembangunan air minum juga ditekankan pada keseriusan masyarakat

dalam menjaga sumber air, pembangunan infrastruktur di masyarakat dengan bantuan

pemerintah, serta keberlangsungan pelestarian dan penjagaan dengan skematis dan

terorganisasi. Masyarakat juga diharapkan lebih kritis dan selektif dalam menentukan air

minum.


              Pembangunan dalam hal sanitasi meliputi usaha kesehatan masyarakat dan

lingkungan, langkah yang ditempuh tidak jauh berbeda yakni dengan pencegahan

pencemaran lingkungan dan kesadaran akan arti pentingnya kebersihan lingkungan disertai

dengan upaya yang serius dari pemerintah. Pada intinya, harus ada kerjasama antara

pemerintah dan masyarakat dalam berbagai sektor. Pembangunan sektor sanitasi yang baik

selain memang kebutuhan dasar yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan

pencapaian kinerja pembangunan nasional, juga merupakan investasi dengan nilai

pengembalian yang tinggi, seperti yang diungkapkan Direktur Perumahan dan Permukiman

Bappenas, Nugroho Tri Utomo.5 Oleh karena itu, pembangunan dalam aspek air minum dan

sanitasi menjadi hal penting yang perlu segera direalisasikan.




                                                            
4
    http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=58&lang=in
5
    http://www.sigapbencana-bansos.info/berita/17302-sanitasi-yang-baik-merupakan-investasi-.html 
Optimisme dalam Penanggulangan Kemiskinan


       Dengan beberapa uraian mengenai pembangunan air minum dan sanitasi, muncullah

optimisme dalam penanggulangan kemiskinan melalui langkah ini. Betapa tidak,

pembangunan air minum dan sanitasi akan menciptakan kesehatan bagi masyarakat dan

dengan kesehatan inilah masyarakat bisa berkarya dan dengan modal kesehatan, masyarakat

bisa mencari penghidupan yang layak dan lebih baik sehingga pada muaranya nanti akan

mengurangi kemiskinan. Seperti yang telah kita bahas, yang menyebabkan kemiskinan adalah

dari masing-masing individu, karena itu dengan meningkatnya kesehatan pada tingkat

individu yang dipengaruhi lingkungan ini yang menyebabkan mereka lebih konsentrasi dalam

upaya perbaikan ekonomi, dan dengan perbaikan ekonomi inilah mereka bisa mengentaskan

diri dari kemiskinan. Berdasarkan perhitungan dari Bappenas, setiap anggota keluarga harus

mengeluarkan uang sebanyak Rp350.000 per tahun, jika memiliki sanitasi yang buruk untuk

biaya-biaya seperti ke dokter, beli obat, dan lain-lain. Nah, jika memiliki sanitasi yang baik

maka biaya-biaya yang diperlukan untuk kesehatan tersebut bisa diminimalisasi dan

dialokasikan untuk perbaikan ekonomi.


       Pemerintah, dengan segala upayanya untuk mengurangi kemiskinan, harus memulai

pengentasan kemiskinan dari aspek kesehatan. Karena, dengan perbaikan kesehatan maka

anggaran kesehatan dapat berkurang dan dapat dialokasikan untuk sektor ekonomi yang

menjadi sektor langsung pengentasan kemiskinan. Program ini harus diintegrasikan oleh

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Karena banyak para pengambil kebijakan di daerah

menganggap sanitasi sebagai isu tidak penting. Ini dibuktikan dengan alokasi anggaran yang

jumlahnya minim. Sebagai dampaknya, sanitasi tertinggal dibandingkan dengan sektor

lainnya. Padahal sanitasi adalah kebutuhan dasar masyarakat. Kondisi sanitasi yang buruk

berdampak pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat sehingga muncul berbagai penyakit
yang berbasis sanitasi. Sebaliknya sanitasi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Lebih jauh lagi, kesejahteraan masyarakat akan ikut meningkat. Jumlah

penderita penyakit akan turun. Pemerintah kota/kabupaten bisa menghemat anggaran di

bidang kesehatan.6 Oleh karena itu, dengan melihat bernagai fakta, aspek sanitasi dan air

minum juga mennetukan tingkat kesejahteraan yang merupakan salah satu indikator untuk

mengentaskan kemiskinan.


Penutup


              Sektor air minum dan sanitasi yang dipegang langsung oleh masyarakat perlu dijaga

dan perlu dibangun dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Air minum dan sanitasi yang

sangat mengindikasi kesehatan ini menjadi hal fundamental yang perlu dibenahi pemerintah

dalam upaya pengentasan kemiskinan, karena masyarakat yang sehat akan lebih mudah

dalam berkarya dan dengan berkarya tersebut masyarakat berarti tengah berusaha

mengentaskan diri dari kemiskinan. Pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan ribuan

kebijakan dan menghimbau masyarakat untuk lari dari kemiskinan, karena dengan sendirinya,

dengan kesadaran, masyarakat akan berusaha menghindari kemiskinan apabila ada perhatian

dari pemerintah. Jika dipikir-pikir siapa yang tidak ingin selalu sehat? Siapa juga yang ingin

menjadi miskin? Jawabannya tidak ada, dan dengan perhatian dari pemerintah maka akan

tercipta kesadaran masyarakat, tentunya dengan perhatian dari pihak-pihak yang mampu pula.


              Kolaborasi yang baik dari masyarakat dan pemerintah dan optimisme nantinya akan

menghasilkan sesuatu yang bermakna. Dalam hal ini, pembangunan air minum dan sanitasi

akan menciptakan kestabilan kesehatan masyarakat dan berimbas positif bagi ekonomi.

Dengan pembangun di sektor ekonomi, maka kemiskinan bisa berkurang dan dapat


                                                            
6
 http://sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=597:kisah-sukses-sanitasi-baik-
anggaran-kesehatan-turun-&catid=55:berita&Itemid=125
diminimalisasi. Namun hendaknya hal ini tidak menjadi optimisme belaka, kita harus

bergerak bersama-sama. Kemiskinan harus diperangi dan segera diakhiri dari jalan manapun.

Jika kita bisa memulai mengentaskan kemiskinan dari aspek air minum dan sanitasi, mengapa

tidak?


         Mari bergerak bersama-sama dan maju terus Indonesia!!! (gayuhmj)
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011

Contenu connexe

Tendances

lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
Google+
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
Zakiyul Mu'min
 
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalKelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Agus Martha
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
Yunitha Rahmah
 

Tendances (20)

lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel la...
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Review Jurnal
Review JurnalReview Jurnal
Review Jurnal
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
 
Taraf signifikan
Taraf signifikanTaraf signifikan
Taraf signifikan
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
 
Contoh Proposal Bulan Bahasa
Contoh Proposal Bulan BahasaContoh Proposal Bulan Bahasa
Contoh Proposal Bulan Bahasa
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
 
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
Jobdesk panitia ospek ft uny 2016
Jobdesk panitia ospek ft uny 2016Jobdesk panitia ospek ft uny 2016
Jobdesk panitia ospek ft uny 2016
 
Tugas kelompok ppt
Tugas kelompok pptTugas kelompok ppt
Tugas kelompok ppt
 
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalKelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnal
 
Bab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustakaBab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustaka
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
 

En vedette

Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
Dimas Arvin
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Indra IR
 

En vedette (10)

Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematikaPengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
 
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
 
Presentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTIPresentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTI
 
Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan Menarik
Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan MenarikContoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan Menarik
Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan Menarik
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #2
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #2Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #2
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #2
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #5
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #3
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #4
 

Similaire à Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011

Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga SuryaPkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Tri Cahyono
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesia
Dhytha Asyidiq
 
Pelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdamPelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdam
Yuhanna Maurits
 
Contoh kir kali banger
Contoh kir kali bangerContoh kir kali banger
Contoh kir kali banger
Hana Isnaini
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011 (20)

Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga SuryaPkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
 
Buletin PNPM Mandiri Perdesaan Tasikmalaya
Buletin PNPM Mandiri Perdesaan TasikmalayaBuletin PNPM Mandiri Perdesaan Tasikmalaya
Buletin PNPM Mandiri Perdesaan Tasikmalaya
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesia
 
Menyelamatkan Air untuk Masa Depan. Percik Edisi 4 Tahun 2012
Menyelamatkan Air untuk Masa Depan. Percik Edisi 4 Tahun 2012Menyelamatkan Air untuk Masa Depan. Percik Edisi 4 Tahun 2012
Menyelamatkan Air untuk Masa Depan. Percik Edisi 4 Tahun 2012
 
Prokasih program kali bersih
Prokasih   program kali bersihProkasih   program kali bersih
Prokasih program kali bersih
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
Pelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdamPelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdam
 
Contoh kir kali banger
Contoh kir kali bangerContoh kir kali banger
Contoh kir kali banger
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
Mangrove care
Mangrove careMangrove care
Mangrove care
 
Mangrove care
Mangrove careMangrove care
Mangrove care
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya laut
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Penjernihan Air Limbah Domestik pada Lingkungan Universitas Sumatera Utara
Penjernihan Air Limbah Domestik pada Lingkungan Universitas Sumatera UtaraPenjernihan Air Limbah Domestik pada Lingkungan Universitas Sumatera Utara
Penjernihan Air Limbah Domestik pada Lingkungan Universitas Sumatera Utara
 
Proposal launching sekolah alam
Proposal launching sekolah alam Proposal launching sekolah alam
Proposal launching sekolah alam
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...
 

Plus de Oswar Mungkasa

Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 

Plus de Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Dernier

399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 

Dernier (20)

CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 

Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011

  • 1. KUMPULAN  MAKALAH   PEMENANG  LOMBA  KARYA  TULIS   KONPERENSI  SANITASI  DAN  AIR  MINUM  NASIONAl (KSAN) TAHUN 2011    Kategori Pelajar  Juara 1  M asfar Syafar  Tema:  Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya  SMA Negeri 1 Bulukumba  akses terhadap air    bersih dan buruknya layanan  sanitasi.  Judul:  Upaya  penanggulangan  penyediaan  air  bersih  di  daerah  pesisir  studi  kasus  pesisir  pantai  Bulukumba.  Juara 2  Siti Kholifatul   Tema:  Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya  SMA Negeri 1 Ponorogo  akses  terhadap  air  bersih  dan  buruknya  layanan  sanitasi.  Judul:  Saatnya  Sanitasi  dan  Akses  Air  Bersih  Menjadi Sorotan  Juara 3  Muhammad Gilang Ramadhan Putra  Tema:  Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya  Ponpes Daar El‐Qolam II  akses  terhadap  air  bersih  dan  buruknya  layanan  sanitasi.  Judul: Upaya pemukiman PPA Sanila di lingkungan  masyarakat  Kategori Mahasiswa  Juara 1  Hakimatul Mukaromah  Tema:Pentingnya  keterlibatan  masyarakat  untuk  Universitas Diponegoro  menjaga keberlanjutan pembangunan AMPL.  Judul: Partisipasi Masyarakat sebagai Jawaban atas  Tantangan  Pembangunan  Sarana  dan  Prasarana  AMPL di Indonesia  Juara 2  Frederic Hamonangan  Tema:Upaya  penanggulangan  kemiskinan  melalui  Universitas Brawijaya  pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia.  Judul:  Upaya  Peningkatan  Stratifikasi  Sosial  Masyarakat  Miskin  di  Indonesia,  Dengan  Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi  yang Berkelanjutan , Sistematis , dan Efisien.  Juara 3  Gayuh Mustiko Jati  Tema:Upaya  penanggulangan  kemiskinan  melalui  Universitas Gajah Mada  pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia  Judul:SEBUAH  #OPTIMISME  (Memberantas  Kemiskinan  Melalui  Pembangunan  Air  Minum  dan  Sanitasi)  Kategori Pelajar dan Mahasiswa  Juara  Mushonnifun Faiz Sugihartanto  Tema:Upaya  penanggulangan  terkait  minimnya  Favorit  SMA Negeri 3 Malang  akses  terhadap  air  bersih  dan  buruknya  layanan  sanitasi.  Judul:Menanggulangi  Masalah  Ketersediaan  Air  Bersih dan Sanitasi di Indonesia   
  • 2. Pemenang Pertama Kategori Pelajar Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011 UPAYA PENANGGULANGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR STUDI KASUS PESISIR PANTAI BULUKUMBA Esai ditulis untuk diikutkan dalam “Lomba Esai Pelajar dan Mahasiswa KSAN 2011 ″ DISUSUN OLEH : M. ASFAR SYAFAR DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA, SMA NEGERI 1 BULUKUMBA 2011
  • 3. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau yang tersebar di seluruh nusantara dengan mayoritas masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat adalah kurangnya ketersediaan air bersih. Kekurangan air bersih ini dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Padahal air bersih merupakan kebutuhan paling penting untuk menunjang aktivitas makhluk hidup. Kurangnya ketersediaan air bersih secara kuantitatif disebabkan karena 97 % air di bumi merupakan air laut, sehingga dengan kadar garam sekitar 35000 mg/l menyebabkan air tersebut tidak dapat langsung dipergunakan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Selain itu kadar air tawar juga semakin menurun karena pembangunan yang berkelanjutan tanpa memperhatikan lingkungan sehingga memperkecil daerah resapan air hujan. Kandungan air tawar dalam tanah semakin menipis karena diambil terus menerus sehingga semakin banyak air laut yang meresap kedalam tanah menggantikan posisi air tawar tersebut. Menghadapi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat, diperlukan fasilitas penyediaan air bersih yang dapat menjangkau pemukiman penduduk, khususnya bagi penduduk yang bermukim disekitar pesisir. Mengingat sebagian besar penduduk yang bermukim disekitar pesisir memiliki tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah maka diperlukan teknologi penyediaan air bersih yang mudah pemeliharaannya sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal untuk pengoperasiannya. Perencanaan yang baik dari segi teknis maupun ekonomis penyaluran air dari fasilitas pengolahan air ke rumah-rumah penduduk sangat diperlukan agar penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan cara yang efektif, efisien dan produk yang dihasilkan dapat dijangkau oleh penduduk. Salah satu daerah pesisir yang memiliki kualitas penyediaan air bersih yang minim adalah Kabupaten Bulukumba.
  • 4. o Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu daerah pesisir dengan ketersediaan air bersih yang minim Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Selatan yang luas wilayahnya sekitar 1.154,67 km2 yang terdiri dari 22,22% daerah pantai, 0,79% daerah lembah, 15,87% daerah perbukitan, dan 61,60% merupakan dataran. Secara kewilayahan kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Dengan jumlah penduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010) yang tersebar di 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa. Adapun ke 10 kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa. Dari ke-10 kecamatan tersebut tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir yang dimanfaatkan sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan. (Wikipedia) Dari kondisi geografis Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 22,22% daerah pantai tersebut memberi gambaran bahwa Kabupaten Bulukumba terletak hampir di sepanjang pesisir pantai. Inilah yang membuat sebagian besar penduduk Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai memilih profesi sebagai nelayan dan buruh rumput laut, yang mana kebanyakan dari nelayan ini adalah nelayan yang berpendapatan rendah yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan yang kuat mengapa nelayan di sepanjang pesisir pantai ini memiliki akses air bersih yang rendah dan sanitasi yang buruk. Nelayan tersebut lebih memilih menggunakan air tanah (sumur) dibanding mendapat pasokan dari PDAM dikarenakan biaya pemasangan yang relatif mahal. Masalah yang selanjutnya timbul adalah adanya perubahan rasa, aroma, dan warna air sumur di daerah
  • 5. pesisir Kabupaten Bulukumba akibat dari semakin kecilnya daerah resapan air hujan dan semakin menipisnya kandungan air tanah akibat pembangunan berkelanjutan yang tanpa batas. Yang mana sumur yang mereka buat kebanyakan berair asin (payau), memiliki aroma yang tidak enak dan berwarna kekuningan karena dekat daerah pantai. Hal ini membuat penduduk yang bermukim disekitar pesisir terpaksa mengkomsumsi air tidak layak tersebut. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena dengan mengkomsumsi air berkadar garam tinggi (air payau) dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare, mual, muntaber, pusing, gangguan pencernaan, dan berbagai gangguan kulit seperti kudisan dan bisul. o Ada solusi, tapi tidak efektif Untuk permasalahan penduduk yang bermukim di pesisir pantai tersebut sebenarnya sudah ada solusinya , yaitu dengan melakukan pemurnian air laut. Pada dasarnya prinsip pemurnian air laut adalah proses pemisahan garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar, proses ini kita kenal dengan sebutan desalinasi. Ada banyak cara untuk mengolah air asin menjadi air tawar, antara lain: 1.Penyulingan Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut adalah meniru cara alam, yaitu dengan menguapkan air laut kemudian mengembunkan uapnya kembali. Ketika air laut dipanaskan, hanya air yang menguap, garam-garam yang terlarut tetap tinggal dalam larutan (air laut). Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah perebus air laut dilengkapi dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas permukaan air yang dipanaskan. Dengan perluasan dapat diperoleh banyak uap dalam waktu relatif singkat. 2.Osmosis Balik (Reverse Osmosis) Osmosis balik atau reverse osmosis (RO), dilaksanakan dengan memberikan tekanan terhadap air laut, sehingga memaksa dari molekul-molekul air murni menembus suatu membran semipermeabel, sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan organik,
  • 6. bakteri akan ditolak (rejeksi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diatas. Osmosis balik ini dioperasikan secara kontinyu. Kemurnian air yang dicapai hingga 99% dan tingkat produksi yang tinggi. RO merupakan cara paling murah untuk menawarkan pemurnian air laut. Keuntungan metode ini adalah kemurnian air yang dihasilkan bagus, menghemat tempat,dan menghemat energi. 3.Evaporator Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Demikian juga Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut. Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut. Evaporator untuk mengolah air laut dirancangkan untuk mengumpulkan uap yang terjadi di dalam proses penguapan. Proses tersebut antara lain: penguapan dengan multi guna yaitu air laut yang direbus untuk penguapan. Sehingga uap itu akan terkumpul menjadi air tawar. Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut skala besar. Disamping itu juga terdapat proses tekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik yaitu cara untuk mengurangi dan menghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala menengah dan kecil. Dari uraian diatas, kita dapat mengetahui berbagai cara untuk melakukan pemurnian air laut menjadi air tawar. Akantetapi apakah proses desalinasi diatas efektif diterapkan untuk penduduk pesisir? Apakah ini solusi yang jitu untuk menghadapi permasalahan ketersediaan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai? Jawabannya adalah tidak, mengapa? Karena seperti yang diterangkan diatas bahwa masyarakat Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai didominasi oleh nelayan berpendapatan rendah dan masih berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini tentunya menjadi alasan yang kuat bahwa ke-tiga proses desalinasi tersebut tidak cocok diterapkan di masyarakat Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai karena cara tersebut
  • 7. membutuhkan biaya yang tinggi karena menggunakan bahan kimia dan prosesnya yang rumit. Disamping itu juga terjadi kesenjangan antara pemerintah dan rakyatnya, pemerintah sangat tidak peduli dan acuh terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh rakyatnya saat ini. Sehingga sangat tidak mungkin terjalin kerja sama untuk menarik investor agar menginvestasikan uangnya untuk membantu kesejahteraan masyarakat pesisir dengan menyediakan akses air bersih yang layak. o Merumuskan solusi, menghadapi tantangan Untuk menghadapi permasalahan ini kita membutuhkan solusi yang jitu sekaligus efektif, Nah, coba kita tinjau kembali! Bahan apa saja yang yang tersedia dalam jumlah yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai filter untuk menyaring air asin (payau) menjadi air tanah yang layak? Fakta membuktikan bahwa arang dan sekam padi mampu menetralkan air asin (payau) menjadi air berpH normal (pH 7) sehingga menjadi air yang layak komsumsi. Disamping itu kita tidak perlu takut kekurangan bahan baku tersebut karena sekam padi dan arang tergolong limbah yang banyak tersedia dimana-mana. Apalagi berdasarkan studi pustaka yang telah saya lakukan ternyata arang dan sekam padi telah teruji keandalannya sebagai salah satu bahan filter untuk pengolahan air yang tercemar oleh bakteri coli, logam berat (Cu dan Cr), memperbaiki warna, dan tingkat kejernihan air Nah, sekarang sudah jelas bagaimana buruknya penyediaan air bersih bagi masyarakat pesisir Kabupaten Bulukumba, bagaimana melakukan melakukan pemurnian air laut menjadi air tawar, serta bahan apa saja yang yang tersedia dalam jumlah yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai filter untuk menyaring air asin (payau) menjadi air tanah yang layak. Sekarang, yang dibutuhkan adalah sebuah pemikiran yang maju untuk menciptakan sebuah inovasi baru demi menyediakan air bersih yang layak yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Maka berdasarkan masalah tersebut maka saya mencoba melakukan eksperimen sederhana yang adapun hasilnya yaitu:
  • 8. Filter Campuran Parameter Filter sekam padi Filter arang sekam padi dan arang Banyaknya air 1 liter 1 liter 1 liter Warna Jernih Agak jernih Jernih Rasa Agak asin tawar Tawar Aroma Agak berbau Tidak berbau Tidak berbau pH 7,35 7 7,1 Sumber: data primer. Uji laboratorium sangat dibutuhkan Ternyata pada filter sekam padi dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, sedangkan rasanya tidak terjadi perubahan karena tetap asin, hal ini disebabkan oleh pori sekam padi yang lebih besar dibanding arang. Dan aromanya masih agak berbau dan setelah diuji menggunakan pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7,35 (basa). Sedangkan pada filter arang dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, begitu pula dengan rasanya terjadi perubahan dari yang semula asin menjadi tawar, sedangkan dicium dari aromanya ternyata tidak menimbulkan bau. Dan setelah diuji menggunakan pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7 (normal) sehingga menjadi air yang layak komsumsi. Sedangkan pada filter campuran sekam padi dan arang dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, begitu pula dengan rasanya terjadi perubahan dari yang semula asin menjadi tawar, sedangkan dicium dari aromanya ternyata tidak menimbulkan bau. Dan setelah diuji menggunakan pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7,1 yang dibulatkan menjadi pH 7 (normal) sehingga menjadi air yang layak komsumsi. Berdasarkan eksperimen sederhana yang telah saya lakukan, didapatkan kesimpulan bahwa air hasil penyaringan yang paling baik adalah air hasil saringan pada filter campuran sekam padi dan arang, yang mana kualitas warna yang dihasilkan jernih, rasanya tawar, tidak berbau, dan berada pada pH yang normal. Yang mana hal ini dihasilkan oleh pori arang yang
  • 9. mampu menyerap bau, dan adanya sekam padi yang mampu meningkatkan kejernihan air sehingga menjadi air bersih yang layak dikomsumsi dan digunakan oleh masyarakat pesisir khususnya di pesisir Kabupaten Bulukumba. Disamping itu bahan diatas lebih efiesien, murah, mudah didapat, dan tersedia dalam jumlah banyak, sehingga tidak akan menyulitkan masyarakat pesisir. Selain itu dibutuhkan solusi teknologi untuk penerapan filter sekam padi dan arang ini, yang mana dengan membuat filter air sederhana yang menggunakan pipa dari sumur ke bak filter penyaringan, yang mana filter penyaringannya terbagi atas beberapa filter seperti batu kerikil, sekam padi, pasir, arang yang selanjutnya dialirkan keluar melalui kerang. Hal ini tentunya akan sangat memudahkan masyarakat pesisir karena biaya yang diperlukan murah, efisien, perawatannya mudah dan memanfaatkan limbah. Adapun rancangan desain yang coba ditawarkan yaitu Maka dengan begitu masyarakat pesisir tidak perlu lagi pusing memikirkan masalah ketersediaan air bersih, mereka bisa mengolah air payau di sumur mereka untuk diolah menjadi air tawar yang layak komsumsi, tentunya dengan biaya yang murah. Dan tentunya hal ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir serta akan menciptakan pola hidup bersih yang baik dan akan meningkatkan kesehatan masyarakat untuk terhindar dari berbagai penyakit pencernaan seperti diare.
  • 10. Sekarang yang dibutuhkan adalah terjun langsung ke lapangan, memberikan sosialisasi terhadap masalah ini, memberikan solusi, pemahaman dan mencoba menerapkan solusi tersebut kepada masyarakat, karena praktek lebih baik dibanding hanya teori. Idealnya, mengapa kita harus menunda-nunda sebuah kesempatan emas untuk masa depan yang lebih cerah selagi hari ini masih ada waktu. Kesadaran untuk menolong sesama yang sedang kesusahan harus dipupuk sejak dini. Kesimpulannya, pemanfaatan berbagai limbah dan bahan yang melimpah dan murah di Indonesia terutama arang dan sekam padi dapat menjadi solusi permasalahan yang kompleks dimasyarakat, misalnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat pesisir, permasalahan kesehatan karena air minum yang tidak layak dsb. Jadi, untuk apa berlepas diri karena benturan ekonomi apabila terdapat solusi dengan harga yang murah, terjangkau, dan mudah didapat, banyak hal yang bisa dioptimalkan pemanfaatnnya didalam negeri kita tercinta ini. Buktikan pada dunia bahwa kita adalah bangsa yang mandiri, bangsa yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk masalah penyediaan air bersih sekalipun. Maju terus Indonesiaku ! Mari tingkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan taraf kesehatan masyarakat pesisir dengan menyediakan air bersih dan sanitasi yang layak!
  • 11. Lampiran gambar kondisi pesisir pantai Bulukumba Masyarakat pesisir Kabupaten Bulukumba yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai Nelayan dan buruh rumput laut yang berpendapatan rendah, sehingga masih berada di bawah garis kemiskinan. sanitasi yang buruk dan selokan pembuangan air yang kotor dan tersumbat beberapa sumur warga pesisir yang ditutup karena berair asin (payau) dan ada pula yang terpaksa digunakan karena minimnya ketersediaan air bersih. banner tentang penerapan PHBS dan sambungan air bersih yang dimiliki seorang warga yang menjadikan air bersih sebagai barang ekonomi yang dijual seharga 500/ember
  • 12. BIODAT PENULI TA IS Nama lengkap M Asfar Sya M. afar, berusia 17 tahun dan lahir d a di ukumba, pad tanggal 3 Agustus 19 Bulu da 994. Beragam Islam, be ma eralamat di J Jl. Lure no 9 Bulu e ukumba, Su ulawesi Sela atan. Nomor telepon 08 r 81242201153, nam emailnya Asfar_sman ma nsa@yahoo.com. Kini d duduk di kel XII IPA 1 las di SMA Negeri 1 Bulukum S i mba. Adapun prestasi y n yang pernah diraih antar ra lain : - Fina National Young Inve alis entor Award 2010 - Fina dan pen alis nerima peng ghargaan Yo outh Nationa Science a al and Techno ology Award ds KEM MENPORA 2010 2 - Fina 3rd Indon alis nesian Scienc Project Olympiad 201 ce 11 - Juara II kategori pelajar lom Esai LRP a i mba PTN ITB 2011 - Sisw berprestas pada 100 t wa si tahun kebang gkitan nasional Kab. Bu ulukumba ta ahun 2008 - Juara III passing great olimp a g piade astrono tingkat kabupaten ta omi k ahun 2008 - Juara II passing great olimpi a iade astronom tingkat kabupaten ta mi ahun 2010 - Juara I olimpiade astronomi tingkat kabu a upaten tahun 2011 n  
  • 13.         Nama        : M. ASFAR SYAFAR  Tempat/Tanggal lahir   : BULUKUMBA, 3 AGUSTUS 1994  Status        : Pelajar/Mahasiwa *) coret salah satu  Nama Sekolah/Universitas: SMA NEGERI 1 BULUKUMBA  Tema  yang  dipilih  :  UPAYA  PENANGGULANGAN  TERKAIT  MINIMNYA  AKSES  TERHADAP  AIR        BERSIH  DAN  BURUKNYA  LAYANAN  SANITASI  Akun Twitter      : TIDAK ADA  Akun Facebook   : ASFAR SYAFAR  Alamat Email      : ASFAR_SMANSA@YAHOO.COM  Alamat Rumah     : JL. LURE 9, BULUKUMBA, SULAWESI‐SELATAN    No Handphone    : 085696638507/(0413) 82926 
  • 14. Pemenang Kedua Kategori Pelajar Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011 Saatnya Sanitasi dan Akses Air Bersih Menjadi Sorotan Oleh  Siti Kholifatul  (SMA Negeri 1 Ponorogo)    Sehat, satu kata sederhana namun cukup rumit dalam usaha pencapaian terhadapnya. Kesehatan menjadi indikator penting penentu sejahtera tidaknya suatu masyarakat. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang tidak bisa tidak mutlak dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa memiliki komponen satu ini, manusia tidak akan bisa melakukan kegiatan apapun untuk menunjang kehidupannya. Dan bahkan ketidak tercapaian definisi sehat dalam diri seseorang dapat mengancam kelangsungan hidup seseorang tersebut. Karenanya adalah hal yang wajib untuk menjadikan kesehatan sebagai sorotan utama setiap individu dan lebih jauh pemerintah sebagai pengayom masyarakat itu sendiri. Dalam pencapaian sehat yang ideal ada beberapa indikator yang harus dipenuhi, diantaranya adalah kepenuhan akan gizi dalam makanan yang dikonsumsi, latihan fisik secara proporsional, pola hidup yang sehat, akses air bersih dan sanitasi yang layak. Selama ini permasalahan yang dialami masayarakat Indonesia terkait masalah akses air besih dan sanitasi yang layak masih sangat kompleks. Hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program Tahun 2006, sekitar 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, dan tempat terbuka lainnya. Sungguh ironis jika kita lirik, hampir setengah dari penduduk Indonesia belum memiliki kesadaran yang memadai dengan konsep sanitasi yang ideal. Padahal dengan jumlah penduduk yang mencapai hampir 230 juta jiwa, kondisi sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan munculnya berbagai macam wabah penyakit yang dapat dengan mudah menyerang dan menyebar ke masyarakat yang padat 1   
  • 15. penduduk. Penyakit yang dapat disebabkan oleh buruknya sanitasi dan kualitas air adalah diare, hepatitis A, disentri, basil kolera, polio, cacingan dan penyakit-penyakit lainnya yang penyebarannya sangat cepat. Ambil contoh saja kasus diare, berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2004, penyakit ini masih menjadi penyebab terbesar kematian anak di dunia yang membuat 1,8 juta orang di dunia meninggal, dimana sebagian besar dari mereka adalah anak dengan usia di bawah lima tahun. Fakta yang mencengangkan dimana anak-anak penerus bangsa kita direnggut oleh penyakit yang disebabkan oleh buruknya kondisi sanitasi. Belum lagi masalah sulitnya akses terhadap air bersih terutama di daerah- daerah terpencil di Indonesia. Karenanya diperlukan suatu sistem yang benar-benar fokus menanggulangi masalah ini. Sanitasi sendiri adalah perilaku pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan tujuan untuk menghindarkan manusia dari berbagai macam penyakit. Bahaya ini bisa saja terjadi secara fisik, disebabkan oleh mikrobiologi dan agen-agen kimia dari penyakit- penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bisa berupa feses (kotoran) hewan dan manusia, limbah buangan padat, air buangan domestik (air bekas cucian, air seni, air buangan mandi), limbah buangan industri, limbah buangan pertanian, dan lain lain. Limbah-limbah dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan jumlah yang sangat besar. Kalkulasikan saja limbah domestik dari sekian juta kepala rumah tangga, belum lagi dengan limbah hasil industri dan pertanian yang jumlahnya tidak kalah besar. Hal ini tentu dapat menjadi masalah yang serus jika tidak ditangani secara proporsional dan berkala. Sementara susahnya akses terhadap sanitasi dasar mencapai 90,5%(di perkotaan dan 67% di pedesaan. Namun akses terhadap sanitasi setempat yang aman (menggunakan septic tank) baru mencapai 71,06% (kota) dan 32,47% (desa). Hal ini turut memperburuk keadaan. Kondisi sanitasi yang buruk sudah sangat rawan menyebarkan 2   
  • 16. berbagai macam wabah penyakit, masih ditambah lagi dengan susahnya akses terhadap air bersih. Padahal air adalah kebutuhan vital bagi manusia. Manusia dapat bertahan tanpa makanan lebih dari satu bulan, tapi manusia akan mati tanpa mengkonsumsi air lebih dari tujuh hari saja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa air adalah komponen utama yang dikonsumsi manusia, karenanya kebutuhan akan air sifatnya mutlak dan tidak bisa ditawar- tawar lagi. Bersamaan dengan permasalahan yang kompleks ini, deadline Millenium Development Goals di tahun 2015, yang menargetkan pengurangan setengah dari populasi penduduk yang tidak terjangkau akses ke sanitasi yang baik pada tahun 2015 semakin mendesak. Karenanya perlu diadakan evaluasi yang berkala terhadap sistem sanitasi dasar dan air bersih di Indonesia untuk mengetahui faktor apa yang menghambat tercapainya kondisi sanitasi dan akses air bersih yang ideal. Sehingga dapat diketahui mana-mana yang perlu diperbaiki dan diperbaharui. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi adalah stakeholder yang berperan di dalamnya, yaitu pihak pemerintah dan masyarakat sendiri. Dari pihak pemerintah, hendaknya mengkaji ulang peraturan dan undang-undang serta program-program yang dicanangkan untuk peningkatan kualitas dan mutu sanitasi dan air. Dewasa ini perhatian pemerintah terhadap sektor sanitasi sangatlah minim, sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan bagi para pengambil keputusan. Berdasarkan data, alokasi APBN pusat untuk sektor ini pada tahun 2002 hanya 1,8%. Rata-rata APBD provinsi tahun 2002 3,3%, sementara APBD kabupaten dan kota tahun 2002 sejumlah 5,7%. Terlihat betapa kebutuhan akan sanitasi dan akses air bersih masih sangat dikesampingkan oleh pemerintah. Padahal dapat kita lihat dengan gamblang kondisi lingkungan masyarakat kita. Pemukiman kumuh masih merajalela menghiasi kota-kota besar, masalah persampahan yang tak kunjung usai, minimnya fasilitas sanitasi terutama bagi warga yang kurang mampu, merebaknya penyakit malaria dan muntaber, kejadian luar biasa diare hingga flu burung, menunjukkan 3   
  • 17. betapa buruknya kondisi sanitasi di Indonesia. Hal ini terjadi karena buruknya infrastruktur sanitasi yang dibangun pemerintah untuk penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, drainase air selokan, dan lain-lain. Selain itu, susahnya akses air bersih tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di daerah terpencil. Bahkan, masyarakat di perkotaan pun kesulitan mendapatkan air bersih hingga untuk mendapatkannya masyarakat harus membayar mahal sehingga bagi mereka yang tidak mampu cukuplah menggunakan air sungai yang penuh dengan kuman dan bakteri. Air minum perpipaan sebagai sistem perairan yang ideal masih belum dirasakan oleh masyarakat secara maksimal. Hal ini karena mahalnya air yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena PDAM sendiri memiliki berbagai macam permasalahan kompleks yang menghambat produktivitas mereka untuk menyediakan air bersih yang layak dan terjangkau bagi masyarakat. Permasalahan tersebut mencakup permasalahan secara teknis (air baku, unit pengolah dan jaringan distribusi yang sudah tua, tingkat kebocoran, dan lain lain) maupun aspek non-teknis (status kelembagaan PDAM, sulitnya menarik investasi swasta, pengelolaan yang tidak berprinsip kepengusahaan, tarif tidak full cost recovery, dan lain lain. Hal ini menyebabkan cost untuk produksi menjadi sangat besar sehingga mau tidak mau tarif PDAM pun cukup tinggi hingga tidak dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Karenanya pemerintah hendaknya mulai memberi perhatian lebih dengan meningkatkan anggaran pembelanjaan negara pada sektor ini. Dan tentunya juga melakukan koordinasi kepada pemerintah daerah untuk ikut fokus dalam upaya perbaikan sanitasi dan akses air bersih di daerahnya, karena berdasar UU No. 32 Tahun 2004 masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah sedang perkembangan di daerah belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Secara ekonomis, peningkatan anggaran untuk sanitasi terlihat akan banyak menyedot banyak income, namun jika kita telisik lebih dalam lagi tidak adanya 4   
  • 18. sanitasi yang baik mengakibatkan biaya kesehatan membengkak untuk menangani berbagai kasus atas penyakit yang banyak muncul karena buruknya sanitasi. Sanitasi yang buruk juga menyebabkan kualitas air menurun yang lagi-lagi akan berdampak pada pendanaan ketersediaan air untuk masyarakat. Selain itu, hal ini juga berakibat buruk pada pariwisata Indonesia yang juga menurun peminatnya karena kondisi Indonesia yang tidak higienis. Perbaikan sarana sanitasi dengan peningkatan anggaran untuk memperbaikinya tidak akan membuat pemerintah membuang dana tersebut dengan sia-sia, artinya dana tersebut sama sekali tidak bersifat konsumtif. Karena produktivitas yang meningkat dan terhindarnya dari sakit dan kematian. Juga akan meningkatkan angka harapan hidup dan menyumbang peningkatan perkembangan ekonomi setiap tahun. Estimasi dana yang mencukupi harus dibarengi dengan efektifitas program yang telah dicanangkan sebelumnya. Program-program seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), pembentukan komunitas, Open Defaction Free, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum rumah tangga, sanitasi total, proyek jamban dan sanitasi dasar harus digalakkan lebih giat lagi. Kontrol dan sosialisasi secara langsung dari pihak pemerintah kepada masyarakat perlu terus dilakukan untuk melaksanakan program ini secara efektif. Selain itu, pemerintah harus pula mengefektifkan peran swasta dan masyarakat sebagai pelaku aktif dalam proyek perbaikan sanitasi ini. Hendaknya peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi swasta digalakkan dan diekplorasi lagi, seperti penggunaan metode kemitraan antara pemerintah dengan yayasan/ LSM. Dimana pemerintah memberikan dana hibah untuk pembangunan proyek perbaikan snitasi dan akses air bersih sedang LSM bertindak sebagai pengelola sehingga dana tersebut bergulir dan dikelola oleh masyarakat sendiri dibawah control kontrol dan difasilitasi oleh yayasan. Bantuan secara teknis dari pihak yayasan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah, dan peran yayasan sebagai pendamping masyarakat itu sendiri. 5   
  • 19. Di samping itu kesadaran masyarakat adalah faktor utama yang harus diperbaiki, karena bermacam infrastruktur dan fasilitas yang dibangun pemerintah akan sia-sia jika masyarakat tidak memiliki iktikad baik dan memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya sanitasi. Masyarakat adalah objek sekaligus subjek aktif yang akan menyukseskan program ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara fasilitas sanitasi dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dapat dicapai dengan berbagai cara. Di antaranya, dengan melibatkan tokoh masyarakat yang disegani dalam kampanye dan sosialisasi. Ini artinya harus ada tokoh masyarakat yang mumpuni dalam hal kelingkungan, jika tidak ada maka pemerintah harus melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat tersebut dan memberikan pengetahuan yang cukup mengenai program-program sanitasi yang akan dilaksanakan. Karena umumnya masyarakat akan lebih tergerak jika pihak yang menggerakkan adalah tokoh yang disegani dan mereka kenal dalam kesehariaannya. Selain itu, media juga berperan banyak dalam penyebaran propaganda positif dan kampanye kesadaran kelingkungan. Pemerintah dapat mensosialisasikian program jamban bersih lewat media elektronik, spanduk, media cetak, dan lain-lain. Sosialisasi secara langsung juga harus dilakukan, hal ini dapat melalui kelompok Karang Taruna atau perkumpulan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di daerah. Hal ini justru akan lebih mengena, karena masyarakat dapat berinteraksi secara langsung dan bertanya bermacam hal terkait sanitasi dan air bersih. Serta pembentukan kelompok aktif di masyarakat seperti forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, remaja masjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah, dan lain-lain. Dengan adanya forum-forum tersebut, akan membentuk kesadaran dari semua elemen masyarakat. Masyarakat, baik dari kalangan muda, tua, ibu-ibu, remaja, pelajar, dan yang lainnya. Sehingga jika semua pihak terkait telah memiliki kesadaran yang tinggi, program dapat 6   
  • 20. dilaksanakan dengan mantap karena semua subjek yang berkecimpung di dalamnya telah siap. Setelah kesadaran dan pengetahuan tersebut terbentuk, masyarakat dapat menentukan sendiri program-program yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya, menyusun rencana aksi, membentuk tim dan mengelola pembangunan fisik. Sehingga terbentuklah masyarakat yang mandiri dalam hal inisiasi, pelaksanaan, dan pengawasan perbaikan sanitasi itu sendiri. Dari sinilah kesejahteraan masyarakat dalam hal sanitasi dan akses air bersih dapat tercapai. Sumber: 1. Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Departemen Kesehatan RI 2008 2. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat oleh Ir. Tuti Kustiah. Pusat Penilitian & Pengembangan Permukiman, Balitbang Dep.PU, Desember 2005 7   
  • 21. Pemenang Ketiga Kategori Pelajar Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011 UPAYA PEMUKIMAN PPA SANILA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT Oleh Muhammad Gilang Ramadhan Putra (Ponpes Daar El-Qolam II) Keadaan negara Indonesia masih terlihat sangat memilukan, dimana satu wilayah atau lingkungan sekitar mengalami peristiwa yang sudah biasa terjadi, kekurangan air. Keterlibatan masyarakat dalam menangani masalah ini menjadi salah satu hal yang rumit, jika kita melihat dari sisi ekonomi. Banyak dari masyarakat tak mampu yang tak sanggup untuk mengatasi kekurangan air ini karena adanya ketidakpastian dari pemerintah dalam penanggulangan akses air bersih dan sanitasi layak bagi masyarakat tak mampu tersebut. Sungguh sangat berbeda dengan mereka yang hanya menggunakan berbagai fasilitas tertentu dan mengeluarkan uang banyak tanpa berpikir panjang. Patut kita sadari bahwa hal ini dapat menjadi suatu landasan pemikiran seseorang dimana perlu adanya aktifitas yang didukung oleh fasilitas tertentu, yang mungkin dapat membantu masyarakat tersebut dalam penanggulangan minimnya akses terhadap air bersih dan sanitasi layak untuk masyarakat. Air adalah senyawa penting bagi semua bentuk kehidupan yang ada di muka bumi, dan tidak ditemukan di planet lain. Unsur tersebut sungguh sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, khussusnya dalam hal jasmani. Air yang dibutuhkan tentunya air bersih yang bermutu baik dan biasa dikonsumsi oleh manusia atau dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Jika bukan, maka kadar yang terdapat dalam air tersebut akan merusak kandungan yang seharusnya dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 1   
  • 22. Penggunaan air bersih sangat terkait dengan kegiatan sanitasi. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Kebiasaan yang dilakukan masyarakat dapat mendukung faktor-faktor yang akhirnya akan menjadi hasil yang sangat analitis, seperti pembiasaan dalam hidup bersih dari segala sisi. Hasil tersebut juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dirinya dari berbagai kotoran dan cinta alam. Akan tetapi, jika dilihat dari bahaya-bahaya yang dialami, mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi, dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), dan bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Maka dari itu, perlu adanya akses air bersih dan sanitasi layak sebagai penanggulangan umum. Sebenarnya, masalah yang dialami oleh masyarakat ini bukanlah perkara yang rumit, jika pemerintah menindaklanjuti masalah ini dengan akurat. Saya, sebagai masyarakat indonesia sendiri, menyadari adanya kekurangan dalam kinerja pemerintah kali ini. Banyak sekali hal-hal mudah yang selalu diremehkan sehingga hasil yang diinginkan benar-benar tidk maksimal. Melalui apa yang saya analisa dari problema tersebut, saya ingin sekali menggalakkan upaya PPA SANILA (Program Penyulingan Air dan Sanitasi Layak) sebagai acuan dan sumber dalam mengatasi masalah yang selama ini melanda kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang benar-benar kurang mampu. 2   
  • 23. PPA SANILA ini diperuntukkan untuk masyarakat yang benar-benar kurang mampu dan kesulitan untuk mengakses air bersih. Saya menggalakkan program ini berdasarkan apa yang saya amati, dan setelah apa yang dibutuhkan telah dipenuhi, saya dapat menyusun keanggotaan kecil yang ada di sekolah. Saya mengajak beberapa teman saya yang bergerak di bidang kesehatan dan kegiatan ilmiah. Karena sekolah saya berbasis pesantren, saya akan menggalakkan terlebih dahulu di desa sekitar pesantren saya, tepatnya di daerah Pasir Gintung. Melalui penyulingan air, saya dapat mengakses air tersebut agar dapat dipergunakan oleh masyarakat sekitar. Penyulingan air yang dilakukan terbagi kedalam beberapa proses yang perlu diperhatikan langkah-langkahnya. Langkah awal yang harus ditempuh yaitu dengan menggunakan proses destilasi. Proses ini akan menghilangkan kandungan garam yang terkandung dalam air secara sistematis. Akan tetapi, salah satu kekekurangannya adalah biayanya yang terlalu mahal. Sekali pemakaian alat destilasi dapat mencapai jutaan rupiah, dan hal ini tak mungkin terjadi jika masyarakat belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan juga pemerintah yang terlalu mementingkan hal besar dibandingkan kesejahteraan umat manusia. Maka dari itu, perlu adanya pembaharuan yang layak agar proses ini dapat mendukung akses air bersih dan pelayanan sanitasi yang terjamin. Dengan adanya inovasi dan beberapa pemikiran, maka didapatlah perantara proses yang mudah dan terjangkau. Kita dapat menggunakan saringan kain katun. Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik penyaringan yang paling sederhana atau mudah. Air keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada 3   
  • 24. ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan. Selanjutnya, kita dapat memanfaatkan kapas sebagai saringan. Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan. Selain pemanfaatan melalui perantara katun, kita juga dapat menggunakan sistem aerasi. Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi. Adapun proses yang hampir sejenis, yaitu proses penyaringan pasir lambat. Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Lambat (SPL). Setelah itu, ada yang dinamakan proses penyaringan pasir cepat. Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih 4   
  • 25. dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Cepat (SPC). Adapun proses penyulingan air yang unik yaitu Gravity-Fed Filtering System dan saringan arang. Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa/multi Saringan Pasir Lambat. Sedangkan saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Dengan begitu air yang dihasilkan dapat dikonsumsi dengan mudah oleh masyarakat banyak. Proses-proses penyulingan ini akan sangat berguna jika ada dukungan dari masyarakat. Setelah itu, proses sanitasi akan berlangsung dengan sangat mudah dan stabil. Karena, banyak sekali dari masyarakat yang meremehkan kegiatan sanitasi di lingkungan terbuka. Maka, perlu adanya program sanitasi layak lingkungan yang merupakan status kesehatan suatu lingkungan dan mencakup perumahan, pembuangan kotoran, dan penyediaan air bersih. Masyarakat tentu tidak perlu bersusah payah dalam mengkonsumsi air yang didapat dari hasil sulingan, karena PPA SANILA ini akan mencoba untuk membuat pemukiman di berbagai tempat strategis dan tertimpa bahaya akses air dan layanan 5   
  • 26. buruk sanitasi, khususnya pemukiman pada sekitar daerah Pasir Gintung. Dengan adanya pemukiman ini, masyarakat dapat berbondong-bondong untuk mengkonsumsi akses air bersih dan program sanitasi layak dengan sangat mudah dan teratur. Hal ini ditujukan agar masyarakat luas, khususnya masyarakat Pasir Gintung dapat memulai hidup bersih dari masa belia. Setelah semuanya berjalan dengan lancar dan stabil, saya dapat menyarankan kepada pemerintah tentang apa yang saya canangkan. Karena program ini sangat berpengaruh dalam mengatasi minimnya akses air bersih dan sanitasi tersebut. Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi tersebut berhubungan langsung dengan kesehatan, penggunaan air, dan pemulihan biaya. Jika kita lihat dari sisi kesehatan, semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Sehingga, memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif. Maka dari itu, perlu adanya perhatian lebih lanjut dari hubungan tersebut, karena dampaknya akan sangat buruk jika tidak dapat diperbaiki satu sama lain. Begitu pula dengan sisi penggunaan air. Kita bisa mengambil contoh dari toilet siram dengan desain lama. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan 6   
  • 27. di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar. Kita juga harus memperhatikan sisi pemulihan biaya yang terjadi dalam hubungan sanitasi terhadapa penyediaan air tersebut. Biaya pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Apabila kita hanya merencanakan satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter. Lalu, hal tersebut juga berpengaruh dalam penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Oleh karena itu, peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat. Proses penyulingan yang digalakkan ini akan menjadi sempurna dengan adanya pemukiman atau penetapan dibeberapa daerah tertentu, sehingga masyarakat hanya akan datang dan meminta air hasil penyulingan tersebut. Air yang dihasilkan telah menjadi 7   
  • 28. air bersih karena zat-zat beracun telah difiltrasi sehingga membuat kereaktifan senyawa air menjadi stabil, sama seperti apa yang telah saya paparkan sebelumnya. Sebenarnya, program sanitasi yang telah dibangun oleh pihak nasional juga harus dicanangkan demi membantu kestabilan hidup masyarakat dalam hal kebersihan, seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output-nya adalah akses terhadap sarana sanitasi dasar bagi setiap individu sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF), pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, dan pengelolaan limbah dan sampah yang benar bagi setiap rumah tangga. Maka dari itu, masyarakat Indonesia dan pemerintah juga harus memperhatikan hal ini secara serius. Jika pemerintah menerima PPA SANILA ini, maka proses akses air bersih dan sanitasi layak akan teratasi dengan mudah, dan juga dapat membantu kinerja para peneliti lain dalam menangani masalah akses air ini dengan berbagai macam jenis proses. Sehingga, keluhan masyarakat terkait minimnya akses terhadap air bersih dan buruknya layanan sanitasi dapat ditanggulangi dengan cepat oleh upaya pemukiman Program Penyulingan Air dan Sanitasi Layak (PPA SANILA), dan tentu mendapat dukungan dari pemerintah demi berjalannya program ini dengan lancar. 8   
  • 29. GAMBAR-GAMBAR PROSES PENYULINGAN AIR DENGAN MUDAH DAN PRAKTIS Sumber: http://aimyaya.com/id/lingkungan -hidup/kumpulan-teknik- penyaringan-air-sederhana/ Gambar 1.1. Saringan Kain Katun Gambar 1.3. Aerasi Gambar 1.2. Saringan Kapas Gambar 1 Error! No text of specified style in document..4. Saringan Pasir Lambat 9   
  • 30. Gambar 1.5. Saringan Pasir Cepat Gambar 1.6. Gravity-fed Filtering System Gambar 1.7. Saringan Arang 10   
  • 31. Partisipasi Masyarakat sebagai Jawaban atas Tantangan Pembangunan Sarana dan Prasarana AMPL di Indonesia Oleh: Hakimatul Mukaromah (Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro) Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Kebutuhan air bersih di perkotaan rata-rata adalah sekitar 100-200 liter/orang/hari. Artinya jika dikalikan dengan total penduduk Indonesia, yaitu sejumlah 237.641.326 jiwa (Sensus Penduduk, 2010) maka dapat diketahui betapa besarnya kebutuhan air bersih yang harus di-supply. Jumlah ini belum termasuk kebutuhan untuk kegiatan agrikultur dan industri yang tentunya memiliki jumlah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan air domestik. Ada berbagai macam sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006, 52,1% penduduk Indonesia telah memiliki akses terhadap air bersih yang aman1. Sebagian besar masyarakat perkotaan telah memiliki akses terhadap air perpipaan atau PDAM. Namun, hal ini berbeda dengan masyarakat di pedesaan atau yang tinggal di daerah dataran tinggi yang tidak terjangkau pelayanan air bersih dari PDAM. Hal ini tidak menjadi masalah jika daerah tempat tinggal mereka memiliki kualitas dan kuantitas air tanah yang baik dan layak digunakan untuk keperluan domestik seperti minum, cuci, masak, mandi, dan lainnya. Akan tetapi, hal ini menjadi kesulitan sendiri bagi mereka yang tinggal di dataran tinggi, di mana sumber air 1 Pembangunan Air Minum dan Penyediaan Lingkungan di Indonesia, 2008
  • 32. tanah sangat terbatas kuantitasnya. Terkadang masyarakat tersebut harus berjalan berkilo-kilometer untuk dapat mengambil air bersih sebagai kebutuhan sehari- hari. Penyediaan sarana dan prasarana AMPL khususnya air minum tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Masyarakat, sebagai konsumen, seharusnya juga ikut serta dalam pembangunan dan pemeliharaannya. Hal inilah yang saat ini dikembangkan di Indonesia, yaitu kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Bahkan tidak menutup kemungkinan adanya bantuan pihak lain seperti LSM atau dari private sector. Kerjasama ini bisa dilakukan dalam aspek finansial, teknologi atau dalam hal sosialisasi dan pendampingan. Sampai saat ini telah banyak program yang telah dilaksanakan oleh Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dalam upaya meningkatkan pembangunan, penyediaan, pemeliharaan dan keberlanjutan pelayanan khususnya untuk prasarana dan sarana air bersih atau air minum. Program tersebut diantaranya adalah pembuatan sambungan komunal di Kelurahan Sunggal, Kampung Baru, Kampung Sei Meti, Kota Medan dan Desa Cibodas, Bandung; pembuatan sumur bor di Kelurahan Kedung Kandang dan Lesanpuro Kota Malang; program zakat air di Kabupaten Pemalang; dan berbagai program lainnya2. Dari beberapa program penyediaan sarana dan prasarana air bersih di atas, terdapat satu hal yang menjadi perhatian Pokja AMPL, yaitu keterlibatan masyarakat. 2 Pembangunan Air Minum dan Penyediaan Lingkungan di Indonesia, 2008
  • 33. Peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana AMPL menjadi salah satu strategi yang dilakukan oleh Pokja AMPL. Masyarakat dapat berperan sebagai pencetus (pioneer), pelaksana pembangunan, pemelihara, serta dapat berperan dalam monitoring dan evaluasi AMPL. Keterlibatan masyarakat ini tentunya memiliki tujuan yang penting, yaitu pembangunan sarana dan prasarana AMPL diharapkan dapat berjalan dengan sustainable. Hal ini mengingat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi baik pada tahap sebelum, saat, maupun setelah proses pembangunan sarana dan prasarana AMPL. Pada fase pertama, yaitu sebelum pembangunan sarana dan prasarana AMPL, partisipasi masyarakat merupakan salah satu pondasi bagi keberlanjutan pembangunan yang akan dilakukan. Pada tahap ini biasanya terdapat seorang pioneer dari dalam komunitas yang memiliki kemauan dan kemampuan kuat dalam melakukan inisiasi atau pengajuan pembuatan sarana dan prasarana AMPL. Bahkan tidak menutup kemungkinan pioneer tersebut berasal dari luar komunitas yang memiliki kapabilitas yang lebih dan mampu melakukan pendekatan persuasi terhadap masyarakat. Pada tahap ini kadang terdapat konflik dari dalam komunitas target pembangunan sarana dan prasarana AMPL. Konflik ini bisa timbul dari aspek finansial atau pembiayaan pembangunan, aspek fisik (lahan yang akan dipakai untuk pembangunan), atau pengambilan keputusan lain yang sulit mencapai mufakat. Oleh karena itu, suatu lembaga, baik secara formal maupun informal perlu dibentuk. Dalam lembaga ini beranggotakan orang-orang yang berasal dari
  • 34. dalam komunitas maupun dari luar komunitas yang dianggap memiliki pengaruh leadership terhadap komunitas. Dengan adanya kelembagaan yang mampu mengkoordinir masyarakat secara lebih sistematis dan berasal dari dalam komunitas mereka sendiri, maka akan cenderung untuk lebih mudah diketahui kemauan masyarakat dan diharapkan juga nantinya mampu meminimalisir konflik yang mungkin timbul. Peran awal lembaga atau organisasi ini adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat atas pembangunan sarana dan prasarana AMPL; melakukan musyawarah terkait lokasi pembangunan, sistem pembiayaan, dan hal teknis lainnya; sebagai fasilitator antara masyarakat keseluruhan dengan institusi atau lembaga donor/pemberi bantuan (jika ada). Dengan adanya tahap inisiasi dan sosialisasi yang sifatnya lebih partisipatif, maka masyarakat akan merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tahap sosialiasi ini dapat dilakukan secara konvensional seperti pertemuan rutin atau melalui teknik lain yang lebih menarik minat masyarakat. Misalnya, visualisasi pemanfaatan sampah anorganik oleh komunitas lain yang telah berhasil menerapkannya. Tujuan yang diharapkan dari proses sosialisasi ini adalah masyarakat nantinya memiliki rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab dalam operasional sarana dan prasarana AMPL hingga waktu yang akan datang. Selanjutnya pada tahap pembangunan, masyarakat memang tidak diharuskan untuk berpartisipasi secara langsung. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk ikut serta dalam proses pembangunan fisik ini.
  • 35. Yang pasti, masyarakat diharapkan mengerti sistem yang diterapkan dan mampu mereplikasi sendiri jika dibutuhkan. Pepatah mengatakan, “Setiap orang bisa membangun, tetapi hanya sebagian yang mampu merawat dan menjaga”. Seperti halnya sarana dan prasarana AMPL, proses pembangunannya memang cukup mudah, namun untuk menjaga fungsinya agar tetap sustain tidak hanya membutuhkan kemampuan tetapi juga kemauan yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan strategi guna mengajak masyarakat agar tetap konsisten menjaga sarana dan prasarana AMPL yang telah dibangun. Misalnya adalah dengan penyelenggaraan sayembara atau pemberian apresiasi terhadap masyarakat yang memiliki kontribusi besar dalam menjaga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL. Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasarana AMPL belum tentu dapat menjamin keberlanjutan dari pemanfaatan sarana dan prasarana AMPL tersebut. Perlu adanya monitoring dan evaluasi baik dari insider team maupun outsider time. Hal ini untuk memantau apakah ada penyelewengan atas sistem yang telah disepakati sebelumnya. Pengawasan ini perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan sarana prasarana AMPL yang tentunya meningkat seiring dengan pertambahan penduduk di wilayah terkait. Sehingga konsistensi penerapan sistem yang telah disepakati dapat rentan untuk diselewengkan. Keterlibatan masyarakat ini tidak hanya secara teknis seperti yang tersebut di atas. Tetapi, pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya dan kelestarian lingkungan menjadi bagian yang tidak
  • 36. terpisahkan. Keterbatasan sumber daya air misalnya, meskipun telah dibangun sarana dan prasarana yang mampu men-supply kebutuhan air bersih secara mencukupi bahkan lebih, masyarakat tetap harus menghemat penggunaannya. Karena terkadang seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana yang ada, perilaku masyarakat cenderung berubah. Ketika masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih, mereka cenderung untuk sebisa mungkin menghemat penggunaannya. Sedangkan ketika air bersih sudah mampu diakses secara lebih mudah, perilaku mereka berubah menjadi lebih „loyal‟ dalam menggunakan air bersih. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi pasca pembangunan sebagai salah satu upaya untuk tetap menjaga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL serta untuk keberlanjutan ketersediaan sumberdaya yang ada. Pelibatan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana AMPL ini, pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sadar dan peduli terhadap lingkungannya. Mereka diharapkan juga mampu lebih mandiri atau bahkan mampu berinovasi dalam pemanfaatan potensi dan sumber daya di lingkungan mereka terkait dengan pemberdayaan yang telah dilakukan seiring dengan jalannya sosialisasi. Dengan adanya kesinambungan antara kemajuan sumber daya manusia dan kebijakan pemanfaatan sumber daya alam maka diharapkan dapat tercipta lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
  • 37. REFERENSI Bappenas, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan. 2003. Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Bappenas http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0, diakses pada 2 Oktober 2011 http://eprints.undip.ac.id/4624/1/dodyTA.pdf, diakses pada 2 Oktober 2011 http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air- bersih-compatibility-mode.pdf, diakses pada 2 Oktober 2011 http://www.indonesiatoday.in/, diakses pada 2 Oktober 2011 Pokja AMPL. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Pokja AMPL
  • 38. Pemenang Kedua Kategori Mahasiswa Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011 Tema : Upaya penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia Upaya Peningkatan Stratifikasi Sosial Masyarakat Miskin di Indonesia, Dengan Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan , Sistematis , dan Efisien Oleh Frederic Hamonangan Tumanggor (Universitas Brawijaya) Latar Belakang Dari hasil sensus penduduk tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia adalah 218,868,791 jiwa. Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negara- negara yang sedang berkembang setelah Cina dan India. Dibanding dengan jumlah sensus tahun 1990 maka akan terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata 1,98 – 2,11% pertahun. Bila dilihat dari luas wilayah pada peta penyebaran penduduknya, kita akan melihat realita bahwa pola penyebaran pendududk di 33 propinsi, tidak merata. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2005 sekitar 60% penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan yang luas wilayahnya hampir 6 kali luas wilayah pulau jawa, hanya ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya (BPS, 2011). Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya, Indonesia masih masuk dalam kategori tinggi. Hal ini bila tidak diupayakan pengendaliannya akan menimbulkan banyak masalah. Sebagai contoh di Indonesia, tingkat partisipasi anak usia sekolah untuk tingkat SMA sederajat, baru mencapai 55.83%. Dibanding negara tetangga, tingkat partisipasi pendidikan kita masih
  • 39. tergolong rendah. Hongkong misalnya, pada tahun 1985 telah mencapai 95%, Korea Selatan 88% dan Singapura telah mencapai 95 % (Surabaya Post, 2 Oktober 2005). Masalah-masalah lain seperti tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia juga sangat rendah. Sekitar 77% angkatan kerja masih berpendidikan rendah (dibawah SMA/sederajat). Hal ini, tentu saja akan berdampak terhadap pendapatan perkapita yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup dan konflik pada kehidupan rumah tangga seperti perceraian dan perkawinan usia dini yang nantinya akan berpengaruh terhadap angka kelahiran dan kematian. Hal inilah yang dalam banyak hal dijadikan indikator bagi kesejahteraan suatu Negara sesuai dengan paradigma ahli kependudukan Amerika Serikat, Sharp et al, “negara miskin itu miskin karena dia miskin” (a poor country is poor because it is poor). Nampaknya sederhana, tetapi harus diingat bahwa manusia adalah sebagai subjek tetapi juga sekaligus objek pembangunan sehingga bila tidak diantisipasi mungkin pada gilirannnya akan berakibat ketidakstabilan atau kerapuhan suatu negara. Polemik Kemiskinan di Indonesia Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu, umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pembangunan sanitasi air yang memadai dan kemudahan - kemudahan lainnya yang biasa tersedia pada jaman modern di negara-negara maju. Pemerintah Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju dan mapan dari segi ekonomi tentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus segera diselesaikan disamping masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan, strukturisasi pemerintahan, inflasi, defisit anggaran dan lain sebagainya. Pertumbuhan penduduk yang
  • 40. membeludak dan tidak diimbangi oleh adanya sarana-prasarana yang memadai, menjadi kambing hitam yang membuat pemerintah sulit untuk mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Kemiskinan, dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki- laki atau perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar secara umum terdiri dari antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, sanitasi, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Hak-hak dasar tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak lainnya. ( BAPPENAS, 2004 ) Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks, bersifat multidimensi dan tidak dapat secara mudah dilihat dari suatu angka absolut. Luasnya wilayah dan sangat beragamnya budaya masyarakat menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan di Indonesia menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang kuat. Kondisi dan permasalahan kemiskinan secara tidak langsung tergambar dari fakta yang diungkapkan menurut persepsi dan pendapat masyarakat miskin itu sendiri, berdasarkan temuan dari berbagai kajian, dan indikator sosial dan ekonomi yang dikumpulkan dari kegiatan sensus dan survai.
  • 41. Masalah kemiskinan juga ditandai oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat, yang dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari 3 (tiga) indeks yaitu: indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks daya beli. Indeks kesehatan inilah yang sering menjadi menjadi polemik utama dan memiliki hubungan secara langsung, dengan kualitas air minum dan sanitasi yang ada pada masyarakat. Hubungan Air minum dan Sanitasi Air terhadap Stratifikasi Sosial Masyrarakat Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Salah satu ukuran atau kriteria yang dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah kekayaan dan ilmu pengetahuan. Kekayaan dan Ilmu pengetahuan didalam masyarakat, sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Hal ini dikarenakan, kesehatan merupakan suatu komponen utama yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan tindakan-tindakan dan usaha dalam memperoleh ilmu pengetahuan secara optimal. Nantinya, dengan ilmu pengetahuan inilah, seseorang akan memperoleh kekayaan untuk meningkatkan statusnya didalam stratifikasi social masyarakat. Tingkat stratifikasi social yang rendah merupakan suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, serta penyediaan air minum bersih dan sanitasi. Semakin tinggi tingkat stratifikasi social yang dimiliki oleh masyarakat, dapat dipastikan, masyarakat tersebut akan dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan minimumnya, dan pemenuhan penyediaan air minum bersih dan sanitasi yang baik juga akan terpenuhi dengan
  • 42. kemampuan daya beli yang dimilikinya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang ada pada stratifikasi sosial rendah (miskin) akan sulit untuk dapat memenuhi penyediaan air minum bersih dan sanitasi yang baik di lingkungan rumahnya. Padahal, pemenuhan air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai, dan juga, sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah studi Bank Dunia dan disebarluaskan pada bulan Agustus 2008 yang menemukan bahwa kurangnya akses terhadap sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi sangat berat bagi ekonomi Indonesia, yang dalam konteks ini, lagi-lagi rakyat yang ada pada stratifikasi sosial yang rendahlah yang menjadi korban utama. Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sedangkan keberadaan sanitasi yang bersih dan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Sayang, tidak semua orang di Indonesia, bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang memadai untuk kebutuhan hidup. Air yang notabene nya diciptakan Tuhan, dikelola oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat, rupanya saat ini telah menjadi barang mahal. Jika kita lihat, masih banyak orang yang harus merogoh kocek dalam hanya untuk mendapatkan satu liter atau se-jerigen air. Selain itu, banyak daerah di berbagai daerah di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memperoleh air. Contohnya seperti di daerah NTT dan Gudung Kidul ( liputan6.com, 3 Oktober 2011 ). Hal ini disebabkan lantaran topografi daerah tersebut yang kurang baik, sehingga membutuhkan system infrastruktur pasokan air bersih untuk memungkinkan masyarakat sekitar agar dapat mengakses air bersih tersebut. Masalah lain yang
  • 43. menjadi Pekerjaan Rumah (PR) untuk kita bersama adalah air bersih yang sejatinya menjadi sumber kehidupan warga sekitar, kini sudah tercemar dan berubah warna hitam pekat, sehingga tidak layak lagi untuk mandi, cuci dan minum. Sedangkan untuk masalah sanitasi, ternyata ada kira-kira 20% penduduk Indonesia yang masih buang air besar sembarangan. Hal inilah yang menyebabkan perlu adanya suatu pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di seluruh wilayah yang ada di Indonesia hingga ke pelosok desa dan daerah terpencil. Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang dimaksud disini, adalah pembangunan sistem air minum pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan urgensinya yang terencana dan terintegrasi dengan pemerintah daerah yang juga memerlukan peran aktif masyarakat setempat, dan tertuang dalam suatu rencana tata pembangunan sistem air minum dan sanitasi jangka panjang. Selanjutnya, suatu rencana tata pembangunan sistem air minum dan sanitasi jangka panjang tersebut, digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang diharapkan dapat berkelanjutan, sistematis, dan efisien bagi masyarakat. Sehingga, masyrakat akan dapat hidup secara layak dan sehat, serta kesempatan mereka untuk dapat melakukan upaya optimal dalam rangka untuk memajukan status sosial mereka agar dapat terus bergerak menuju stratifikasi sosial yang lebih tinggi, dapat berjalan dengan baik. Strategi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan, Sistematis, dan Efisien Dilihat dari kegagalan program penanggulangan kemiskinan selama ini, strategi dan kebijakan alternatif yang berpihak kepada rakyat miskin, option for the poor menjadi kebutuhan mutlak menanggulangi kemiskinan. Salah satunya kebijakan alternatif yang berpihak kepada rakyat miskin adalah dengan diadakannya Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan, Sistematis, dan Efisien di seluruh Indonesia. Untuk membuat sebuah strategi dan kebijakan
  • 44. alternatif tersebut, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang bagaimana penerapan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, dapat berjalan secara berkelanjutan, sistematis, dan efisien. Sehingga kita harus dapat membedakannya, dengan penjabaran sebagai berikut ; • Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan adalah strategi pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang ditekankan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama masyarakat miskin yang sangat memerlukan peran aktif dan sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk dapat membangun sistem sanitasi dan air minum yang baik dan berkelanjutan (Sustainable) melalui tahapan-tahapan yang telah terprogram sebelumnya dan telah disepakati bersama. Peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah dihrapkan dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan harus berlandaskan prinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". • Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Sistematis Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Sistematis adalah strategi pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang menekankan hubungan dan keterkaitan program-program yang telah dan akan dicanangkan oleh pemerintah untuk dapat membuat sistem pembangunan air minum dan sanitasi yang baik, dan memiliki dapat positif bagi masyarakat dalam jangka waktu yang relatif lama, serta penerapannya akan mudah dan dapat terus dilakukan. Contohnya melalui sistematika yang ada pada konsep evolusi-sanitasi, yaitu konsep pendekatan pengembangan program sanitasi, yang dimulai dengan; 1. Fase awal evolusi; berupa peningkatan sistem on-site (kondisi sanitasi kebanyakan saat ini), ditingkatkan secara teknis menjadi sistem on-site (septic tank) yang layak memenuhi persyaratan teknis, beserta dengan penyediaan pelayanan IPLT, baik skala kota maupun
  • 45. komunal. Fase ini dialamatkan bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan peningkatan akses masyarakat ke sanitasi dasar yang lebih baik. 2. Fase interim; berupa peningkatan on-site menjadi sistem komunal (centralize system), yang dapat berupa small sewerage system atau small bore system. Fase ini merupakan solusi sanitasi yang dialamatkan, dengan tujuan pengurangan pencemaran badan air (sungai)/air tanah oleh polutan limbah cair domestic. 3. Fase akhir evolusi sanitasi; merupakan fase peningkatan dari beberapa komunal system, yang dihubungkan oleh pipa induk ke IPAL terpusat, berupa sewerage system skala perkotaan. Fase ini dialamatkan untuk peningkatan kualitas lingkungan (Strategy and Action plan: Mainstreaming Gender : water and sanitation, 2006 ) • Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Efisien. Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Efisien adalah strategi pembangunan Air Minum dan Sanitasi dengan menggunakan metode tepat guna yang sederhana dalam penerapannya, hemat biaya, dan cenderung memerlukan jangka waktu pembangunan yang singkat. Misalnya dengan pengelolahan limbah Kotoran Manusia menjadi Sumber Energi, seperti yang telah dilakukan didaerah Banjarbaru Propinsi Kalimantan selatan ( Mitra News, 23 Maret 2011 ). Gas Methan yang dihasilkan kotoran manusia dijadikan sumber energi alternative dengan adanya sistem sanitasi yang efisien. Pemilihan limbah tersebut sebagai salah satu bagian pemanfaatan energi alternatif. Efisiensi sistem sanitasi seperti ini justru akan menjadi jawaban terbaik dalam menghadapi problem habisnya energi yang berasal dari sumber daya alam (SDA) seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam yang dijadikan sumber utama bahan baku energi. Diharapkan, dengan strategi pembangunan sanitasi yang efisien, selain ramah lingkungan, sesuatu yang dulunya dianggap limbah oleh masyarakat, justru akan dapat menjadi energi alternatif yang
  • 46. menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Tentu saja, peningkatan kesejahteraan ini akan berpengaruh dalam peningkatan stratifikasi sosial masyarakat miskin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Frederic Hamonangan Tumanggor, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Email : admin@forumpendidikanindonesia.com / erick_hamonangan@yahoo.com
  • 47. Pemenang Ketiga Kategori Mahasiswa Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011 Tema: Upaya Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia SEBUAH #OPTIMISME (Memberantas Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi) Oleh Gayuh Mustiko Jati (Universitas Gadjah Mada) Pendahuluan Di negara berkembang seperti Indonesia ini, fenomena kemiskinan merupakan salah satu hal jamak dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Di Indonesia sendiri, angka kemiskinan berada pada kisaran 14,15% dari total penduduk pada tahun 20101. Hal ini perlu mendapat perhatian serius mengingat 14,15 % bukanlah angka yang kecil jika dibandingkan total penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa. Kemiskinan menjadi hal krusial yang perlu dengan segera diselesaikan karena kemiskinan menjadi pemicu banyak hal terkait permasalahan kependudukan dan kriminalitas. Penyebab pasti kemiskinan tidak dapat diketahui secara pasti, namun kemiskinan disinyalir karena kurangnya pemerataan dalam pembangunan dan ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi perkembangan. Namun, hal ini tidak lantas menjadi acuan utama karena sejatinya permasalahan kemiskinan dapat diatasi jika dilakukan upaya penanggulangan yang tepat, setidaknya angka kemiskinan dapat diminimalisasi dengan kesungguhan dan kolaborasi pemerintah dengan rakyat. Melalui pendekatan ini, dengan optimisme yang terarah, kemiskinan dapat ditanggulangi dan angka kemiskinan dapat ditekan. Salah satu cara                                                              1 http://www.antaranews.com/berita/1260211179/bps-angka-kemiskinan-2010-tidak-banyak-berubah-dari-2009
  • 48. menanggulanginya adalah dengan pembangunan air minum dan sanitasi. Pertanyaan yang akan timbul adalah apa keterkaitan antara kemiskinan dan pembangunan air minum dan sanitasi? Bagaimana mungkin dua hal yang nampaknya berbeda haluan ini saling mempengaruhi? Kemiskinan Kemiskinan merupakan bentuk dari ketidakberdayaan seseorang dalam aspek ekonomi. Seperti halnya kemiskinan yang terjadi di Indonesia, umumnya terjadi akibat kesulitan dalam hal ekonomi. Entah itu karena pengangguran atau penghasilan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dan kurang dari penghasilan minimal yang ditentukan atau memang karena keadaan yang tidak mendukung. Kemiskinan ini erat kaitannya dengan beberapa pola kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Beberapa studi mengenai pola hidup masyarakat mendapati bahwa kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat merupakan bentuk dari ketidaksiapan masyarakat menghadapi perubahan. Perubahan yang dimaksud disini adalah perkembangan zaman. Betapa tidak, mereka yang tidak siap menghadapi perubahan inilah yang tidak mampu menyesuaikan dengan iklim persaingan dan cenderung memasrahkan diri kepada keadaan. Memang, beberapa kemiskinan difaktori oleh latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, sistem dalam suatu komunitas, dan juga pola pikir. Mengapa penulis memasukkan pola pikir juga? Karena sejatinya kemiskinan, atau apalah kita menyebutnya itu, adalah bentuk dampak dari hasil pola pikir manusia. Setidaknya orang yang berpikir dengan kreatif dan alternatif tidak akan membiarkan dirinya terkungkung dalam permasalahan kemiskinan. Sementara orang yang pasrah akan keadaan akan terus melakukan pembiaran yang justru membuat mereka tetap bertahan pada zona kemiskinan. Suatu hal yang miris adalah kemiskinan ini ternyata sudah menjadi rantai yang sangat kuat sehingga sulit sekali untuk melepaskan diri jika terjebak dalam siklus ini. Dari data yang
  • 49. diperoleh dari BPS, menunjukkan bahwa angka kemiskinan yang terjadi pada tahun 2009- 2010 hingga 2011 tidak mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini menjadi indikasi bahwa program pengentasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Padahal beberapa program pengentasan kemiskinan sudah digadangkan pemerintah dan menjadikan optimisme dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Program ini meliputi perbaikan sektor pendidikan, kesempatan berkarya dan hal-hal besar lainnya dalam sektor ekonomi. Namun, pemerintah tidak menyadari bahwa perbaikan aspek individual sebenarnya yang lebih penting dan fundamental yakni aspek kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun kesehatan lingkungan. Mengapa demikian? Air Minum dan Sanitasi Air yang merupakan kebutuhan pokok paling mendasar dari manusia, dan pemenuhan kebutuhan akan air merupakan sebuah hal mutlak yang perlu dipenuhi. Seperti kita ketahui air kita gunakan untuk minum, mandi, mencuci, dan berbagai aktivitas kehidupan lain. Tanpa air, sepertinya kehidupan ini tidak akan berjalan. Dalam hal untuk minum, dimensi pembahasan air tidak hanya sebatas membahas kuantitas air yang tersedia saja, namun faktor kualitas menjadi nilai penting yang harus diperhatikan. Kuantitas air yang dikonsumsi menunjukkan ketersediaan air, apakah mencukpi atau tidak dan sampai pada pembahasan dengan cara apa kita mecukupinya. Sementara pembahasan pengenai kualitas menjadi penentu selanjutnya karena kualitas air yang dikonsumsi sangat menentukan kualitas kesehatan seseorang karena berhubungan langsung dengan aktivitas dalam tubuh seseorang. Pada tahap ini, peran air menjadi sangat besar dan sangat krusial. Air menjadi faktor penentu sehat atu tidaknya seseorang maupun masyarakat. Sanitasi, istilah lain untuk menyebut usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat (Kamus Besar Bahasa
  • 50. Indonesia), juga sangat mempengaruhi kesehatan seseorang karena sanitasi berhubungan erat dengan sistem pengelolaan lingkungan. Di masyarakat sendiri, sanitasi ini dikenal dengan istilah MCK, yakni mandi, cuci, dam kakus walaupun pada praktiknya sanitasi tidak hanya sebatas itu, sanitasi memiliki kajian yang lebih luas, terutama pada kesehatan lingkungan dan masyarakat. Sanitasi sangat menentukan kesehatan masyarakat, mengingat lingkungan sebagai tempat tinggal masyarakat merupakan tempat semua aktivitas masyarakat. Jika lingkungan sehat, bukankah masyarakatnya juga akan sehat? Begitulah keterkaitan sanitasi dengan kesehatan masyarakat, baik kesehatan pada tingkat individu maupun sampai tingkat masyarakat. Antara Kemiskinan dan Air Minum dan Sanitasi Kemiskinan dan pembangunan air minum dan sanitasi memang tidak memiliki korelasi langsung. Namun jika menelusuri lebih jauh, kedua hal berbeda ini memiliki satu keterikatan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Jika kita lihat dari pembahasan kemiskinan dan air minum dan sanitasi ternyata ada sebuah keterkaitan yang apabila ditarik lurus akan bertumpu pada titik yang sama, yakni pengentasan kemiskinan. Seperti yang telah kita bicarakan, ada aspek fundamental yang seharusnya dibenahi dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah perbaikan dalam sektor kesehatan. Di satu sisi, aspek kesehatan dan sanitasi merupakan salah satu indikator dalam pemenuhan kesehatan. Hal ini berarti, upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan upaya pembangunan air minum dan sanitasi. Karena kedua hal tersebut memiliki keterkaitan, yakni sebagai aspek dasar kesehatan dan melalui kesehatan ini kemiskinan dapat ditanggulangi. Pengaruh yang demikian besar bagi kesehatan, menempatkan air minum dan sanitasi juga menjadi hal penting yang diperlu diperhatikan oleh semua kalangan masyarakat saat ini, juga pemerintah.
  • 51. Sebuah studi Bank Dunia yang disebarluaskan bulan Agustus 2008 menemukan bahwa kurangnya akses terhadap sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi yang berat bagi ekonomi Indonesia, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi sektor publik dan perdagangan. Sanitasi yang buruk, termasuk kebersihan yang buruk, menyebabkan sedikitnya 120 juta kasus penyakit dan 50.000 kematian dini setiap tahun, dengan dampak ekonominya senilai lebih dari 3,3 miliar dolar AS per tahun.2 Melihat fakta ini, perbaikan faktor kesehatan melalui pembangunan air minum dan sanitasi menjadi sangat penting dalam rangka mengurangi dampak lanjutannya, yang salah satunya adalah kemiskinan. Pembangunan air minum dan sanitasi seharusnya menjadi prioritas pemerintah dan dimasukkan dalam program penanggulangan kemiskinan. Dalam praktiknya nanti, pembangunan air minum dan sanitasi akan berimbas positif pada sektor kebersihan lingkungan, dan dengan terciptanya kebersihan lingkungan akan membawa dampak yang baik bagi ekonomi masyarakat yang akan mengurangi kemiskinan, walaupun secara tidak langsung. Lalu pembangunan air minum dan sanitasi seperti apa yang diperlukan untuk menciptakan kesehatan di masyarakat? Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Pembangunan air minum dan sanitasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan satu pihak saja, namun pembangunan air minum dan sanitasi harus dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait serta LSM-LSM yang bergerak di bidang tersebut. Tanpa adanya kolaborasi yang terstruktur, sangat sulit menciptakan pembangunan air minum dan sanitasi. Karena, pembangunan air minum dan sanitasi merupakan hajat besar dan hal ini perlu menjadi semacam acuan dan titik balik menengahi permasalahan air minum dan sanitasi yang erat kaitannya dengan kesehatan .                                                              2 http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=58&lang=in
  • 52. Pemerintah selaku pemegang otoritas hendaknya mengambil kebijakan kesehatan yang tepat dan merakyat dalam pembangunan air minum dan sanitasi, memberi ruang kepada publik untuk turut serta menghasilkan solusi, dan memberikan dukungan anggaran yang sesuai. Masyarakat pun harus bersikap terbuka dan positif, agar upaya yang dilakukan pemerintah bisa berjalan, selain itu karena masyarakat sendiri yang menjalani makan diperlukan kesadaran yang tinggi serta kemandirian dan disertai tekad yang kuat dalam pembangunan air minum dan sanitasi. Lembaga-lembaga terkait dan LSM juga memegang peranan penting karena selain menjadi representasi pemerintah, lembaga dan LSM ini menjadi pengawas pelaksanaan kebijakan dan anggaran serta menjadi mitra yang baik bagi masyarakat. Secara konkrit, langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan pembangunan air minum dan sanitasi adalah dengan penyelamatan sumber air dan penerapan sanitasi yang terstruktur. Penyelamatan sumber air adalah penyelamatan terhadap sumber-sumber air yang dikonsumsi oleh masyarakat, yakni tindakan preventif untuk menjaga kelestarian sumber daya air. Selama ini, sumber air masyarakat berasal dari sungai, danau, hujan, air tanah dan sebagainya. Cara yang perlu dilakukan adalah menghindari pencemaran dan penjagaan sumber air yang dinamis dan berkelanjutan. Menurut Menteri Lingkungan Hidup, air sungai sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum harus diselamatkan dari ancaman pencemaran lingkungan.3 Penecemaran merupakan ancaman serius, sehngga untuk membangun sumber air minum diperlukan upaya preventif ini. Program-program pembangunan air minum dan sanitasi juga perlu dijalankan, seperti program-program yang dilakukan oleh IRD yakni bekerja bersama masyarakat-masyarakat lokal untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi, mendidik penduduk                                                              3 http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/09/18/65209/Menteri-LH-Sungai-Sebagai-Sumber-Air-Minum- Harus-Diselamatkan
  • 53. mengenai kebersihan yang lebih baik, berkontribusi pada perlindungan lingkungan hidup, dan membantu masyarakat memperoleh pendapatan dari penyediaan layanan-layanan dasar. Selain itu, kolaborasi juga diperlukan dengan lembaga yang bejangkauan lebih luas lagi. Misalnya kombinasi antara peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi dan pendidikan mengenai praktik-praktik kesehatan dan kebersihan yang baik. Berkolaborasi dengan UNICEF, pihak berwenang setempat, dan perusahaan penyedia layanan publik lainnya.4 Selain itu, pembangunan air minum juga ditekankan pada keseriusan masyarakat dalam menjaga sumber air, pembangunan infrastruktur di masyarakat dengan bantuan pemerintah, serta keberlangsungan pelestarian dan penjagaan dengan skematis dan terorganisasi. Masyarakat juga diharapkan lebih kritis dan selektif dalam menentukan air minum. Pembangunan dalam hal sanitasi meliputi usaha kesehatan masyarakat dan lingkungan, langkah yang ditempuh tidak jauh berbeda yakni dengan pencegahan pencemaran lingkungan dan kesadaran akan arti pentingnya kebersihan lingkungan disertai dengan upaya yang serius dari pemerintah. Pada intinya, harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam berbagai sektor. Pembangunan sektor sanitasi yang baik selain memang kebutuhan dasar yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pencapaian kinerja pembangunan nasional, juga merupakan investasi dengan nilai pengembalian yang tinggi, seperti yang diungkapkan Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo.5 Oleh karena itu, pembangunan dalam aspek air minum dan sanitasi menjadi hal penting yang perlu segera direalisasikan.                                                              4 http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=58&lang=in 5 http://www.sigapbencana-bansos.info/berita/17302-sanitasi-yang-baik-merupakan-investasi-.html 
  • 54. Optimisme dalam Penanggulangan Kemiskinan Dengan beberapa uraian mengenai pembangunan air minum dan sanitasi, muncullah optimisme dalam penanggulangan kemiskinan melalui langkah ini. Betapa tidak, pembangunan air minum dan sanitasi akan menciptakan kesehatan bagi masyarakat dan dengan kesehatan inilah masyarakat bisa berkarya dan dengan modal kesehatan, masyarakat bisa mencari penghidupan yang layak dan lebih baik sehingga pada muaranya nanti akan mengurangi kemiskinan. Seperti yang telah kita bahas, yang menyebabkan kemiskinan adalah dari masing-masing individu, karena itu dengan meningkatnya kesehatan pada tingkat individu yang dipengaruhi lingkungan ini yang menyebabkan mereka lebih konsentrasi dalam upaya perbaikan ekonomi, dan dengan perbaikan ekonomi inilah mereka bisa mengentaskan diri dari kemiskinan. Berdasarkan perhitungan dari Bappenas, setiap anggota keluarga harus mengeluarkan uang sebanyak Rp350.000 per tahun, jika memiliki sanitasi yang buruk untuk biaya-biaya seperti ke dokter, beli obat, dan lain-lain. Nah, jika memiliki sanitasi yang baik maka biaya-biaya yang diperlukan untuk kesehatan tersebut bisa diminimalisasi dan dialokasikan untuk perbaikan ekonomi. Pemerintah, dengan segala upayanya untuk mengurangi kemiskinan, harus memulai pengentasan kemiskinan dari aspek kesehatan. Karena, dengan perbaikan kesehatan maka anggaran kesehatan dapat berkurang dan dapat dialokasikan untuk sektor ekonomi yang menjadi sektor langsung pengentasan kemiskinan. Program ini harus diintegrasikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Karena banyak para pengambil kebijakan di daerah menganggap sanitasi sebagai isu tidak penting. Ini dibuktikan dengan alokasi anggaran yang jumlahnya minim. Sebagai dampaknya, sanitasi tertinggal dibandingkan dengan sektor lainnya. Padahal sanitasi adalah kebutuhan dasar masyarakat. Kondisi sanitasi yang buruk berdampak pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat sehingga muncul berbagai penyakit
  • 55. yang berbasis sanitasi. Sebaliknya sanitasi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Lebih jauh lagi, kesejahteraan masyarakat akan ikut meningkat. Jumlah penderita penyakit akan turun. Pemerintah kota/kabupaten bisa menghemat anggaran di bidang kesehatan.6 Oleh karena itu, dengan melihat bernagai fakta, aspek sanitasi dan air minum juga mennetukan tingkat kesejahteraan yang merupakan salah satu indikator untuk mengentaskan kemiskinan. Penutup Sektor air minum dan sanitasi yang dipegang langsung oleh masyarakat perlu dijaga dan perlu dibangun dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Air minum dan sanitasi yang sangat mengindikasi kesehatan ini menjadi hal fundamental yang perlu dibenahi pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan, karena masyarakat yang sehat akan lebih mudah dalam berkarya dan dengan berkarya tersebut masyarakat berarti tengah berusaha mengentaskan diri dari kemiskinan. Pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan ribuan kebijakan dan menghimbau masyarakat untuk lari dari kemiskinan, karena dengan sendirinya, dengan kesadaran, masyarakat akan berusaha menghindari kemiskinan apabila ada perhatian dari pemerintah. Jika dipikir-pikir siapa yang tidak ingin selalu sehat? Siapa juga yang ingin menjadi miskin? Jawabannya tidak ada, dan dengan perhatian dari pemerintah maka akan tercipta kesadaran masyarakat, tentunya dengan perhatian dari pihak-pihak yang mampu pula. Kolaborasi yang baik dari masyarakat dan pemerintah dan optimisme nantinya akan menghasilkan sesuatu yang bermakna. Dalam hal ini, pembangunan air minum dan sanitasi akan menciptakan kestabilan kesehatan masyarakat dan berimbas positif bagi ekonomi. Dengan pembangun di sektor ekonomi, maka kemiskinan bisa berkurang dan dapat                                                              6 http://sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=597:kisah-sukses-sanitasi-baik- anggaran-kesehatan-turun-&catid=55:berita&Itemid=125
  • 56. diminimalisasi. Namun hendaknya hal ini tidak menjadi optimisme belaka, kita harus bergerak bersama-sama. Kemiskinan harus diperangi dan segera diakhiri dari jalan manapun. Jika kita bisa memulai mengentaskan kemiskinan dari aspek air minum dan sanitasi, mengapa tidak? Mari bergerak bersama-sama dan maju terus Indonesia!!! (gayuhmj)