3. PENGOBATAN Tradisional Indonesia &
pengembangan dari luar
negeri (termasuk TCM)
KONVENSIONAL NON KONVENSIONAL
PENGOBATAN PENGOBATAN
KOMPLEMENTER TRADISIONAL
-ALTERNATIF
pengkajian analisa
penelitian PENELITIAN •KETRAMPILAN
•RAMUAN
-Terintegrasi di faskes
-Yan/yan penelitian
-Dilengkapi standar
4. PENGERTIAN
Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah
pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan
efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam
kedokteran konvensional.
5. APAKAH PELAYANAN KEDOKTERAN
KOMPLEMENTER / ALTERNATIF ?
1.Dilakukan oleh dokter,
2.Sebagai pilihan selain kedokteran konvensional
3.Merupakan hak klien untuk menentukan
pilihannya,
4.Dengan menggunakan “ Informed choice “,
5.Teruji keamanan dan manfaatnya,
6.Sebagai komplemen / alternatif pelayanan
kedokteran konvensional,
7.Terutama pada fase prepatogenesis, untuk health
promotion ( menyehatkan ), komplemen
pelayanan pada fase patogenesis akut dan
pilihan untuk pelayanan pada fase patogenesis
kronis, degeneratif, paliatif, disamping pelayanan
kedokteran konvensional
6. Pengobatan KOMPLEMENTER
menggabungkan sistem pengobatan
konvensional dengan sistem
pengobatan non konvensional
Pengobatan ALTERNATIF
Meninggalkan pengobatan
konvensional dengan memakai
pengobatan non konvensional
9. KEPMENKES YANG
MENGATUR TENTANG
CAM
Kepmenkes no .1109 th.2007
Tentang Pengaturan Pengobatan
Komplementer_Alternatif
Dengan Kep Menkes no.12 th 2008
Standar Pelayanan Herbal
Kepmenkes no: 003/menkes/Per/I/2010
Saintifikasi Jamu dalam Penelitian
berbasis Pelayanan Kesehatan.
10. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1109 Tahun 2007
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN
KOMPLEMENTER-ALTERNATIF
DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
11. TUJUAN
1. memberikan perlindungan kepada
pasien;
2. mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan;
3. memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat dan tenaga pengobatan
komplementer-alternatif.
13. Tujuan umum
Tersusunnya standar Pelayanan Medik
herbal dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan pengobatan
komplementer_alternatif, khususnya
pelayanan medik herbal di fasilitas
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu.
14. Tujuan khusus
1.Tersedianya standar pelayanan medik
herbal yang dapat menjadi ajuan dalam
penyelenggaraan pelayanan medik
herbal yang aman, profesional, efektif
dan bermutu.
2. Memberi pelayanan medik herbal yang
terjangkau kepada masyarakat.
3. Tersusun standar evaluasi hasil
pengobatan dengan obat herbal.
15. 4. Memperoleh data-data lebih lanjut
tentang keamanan dan efektifitas obat
herbal dalam pemakaian pada manusia.
5. Memberi perlindungan kepada
masyarakat dan pelayanan medik herbal.
17. SAINTIFIKASI JAMU
Permenkes RI No: 003/ Menkes/ Per/ 2010
Saintifikasi Jamu (SJ) adalah
pembuktian ilmiah jamu melalui
penelitian berbasis pelayanan
kesehatan.
Jamu adalah obat tradisional (asli)
Indonesia.
Jamu telah dipakai secara turun
menurun , diterima manfaatnya secara
luas oleh masyarakat, relatif murah tanpa
18. SAINTIFIKASI JAMU
JAMU HARUS MEMENUHI kriteria sesai
ketentuan peraturan per UU -an :
§ Aman sesuai sesuai dgn persyaratan yg
khusus utk itu.
§ Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan
data emperis yg ada
§ Memenuhi persyaratan mutu yg
khusus utk itu.
19. PENGURUS BESAR IDI
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN PENGOBATAN
KOMPLEMENTER/TRADISIONAL/JAMU DI INDONESIA
MEMBENTUK BIDANG KAJIAN KEDOKTERAN
KOMPLEMENTER/TRADISIONAL DALAM
STRUKTUR ORGANISASI IDI
PENELITIAN BERBASIS EVIDENCE
BASE MEDICINE
20. Obat herbal
Pemakaian obat berbahan herbal sudah
berkembang dengan cepatnya seiring
dengan aliran back to nature yang sekarang
banyak dianut di masyarakat.
Pendapat bahwa obat herbal adalah lebih
aman dari obat kimia mungkin ada
benarnya. Tetapi kalau ada yang
menyatakan bahwa obat herbal adalah
seratus persen aman tentunya harus
dicermati dengan baik.
21. Obat herbal lebih aman dari obat modern /
kimia ( ? )
Khasiat obat herbal:
Resultante dari berbagai campuran zat kimia
alami didalamnya
Bahan aktif saling sinergis efek
samping
inhibitor kecil
SIDE EFFECT
ELIMINATING SUBSTANCE
22. Yang menjadi masalah adalah
pemakaian obat herbal yang banyak
beredar sekarang banyak publikasi
keberhasilannya baru pada tahap uji
klinik pada hewan.
Baru sedikit sekali penelitian obat
herbal yang sudah dilakukan uji klinik
pada manusia.
23. Warning
Promosi yang menyatakan bahwa
pemberian obat natural atau obat herbal
100% aman dan tidak ada efek samping
adalah pernyataan yang kurang benar .
24. Dokter bukannya menolak pemakaian
obat herbal tetapi dokter terikat
dengan undang undang kedokteran
yang mana dokter tidak diperbolehkan
memakai obat obatan yang belum ada
evidence base nya.
25. Penilaian berdasarkan levels of evidence
Level IA systematic review dari multiple RCT
Level IB Individual RCT
Level II A systematic review dari multiple study cohort
Level II B Individual study cohort
Level III A systematic review dari multiple case control studies
Level III B individual case control studies
Level IV case series
Level V pendapat ahli
26. Selama ini dianggap para dokter di
Indonesia belum menerima herbal
sebagai salah satu pilihan obat karena
memang dalam kurikulum pendidikannya
belum semua fakultas Kedokteran
mengajarkan pemanfaatan obat herbal
ini.
27. WHO telah membuat pedoman
pemakaian obat herbal harus
memenuhi aspek
Keamanan ( safety) ,
bermanfaat (efficacy)
dan berkualitas ( quality).
28. Pada beberapa penelitian termasuk
yang telah dilakukan di RSUD DR.
Soetomo/ Fakultas Kedoteran Unair,
bahwa penelitian pra klinik pada
hewan yang hasilnya baik begitu
dilakukan uji klinik pada manusia
hasilnya bisa berbeda.
29. Salah satu masalahnya ada
standarisasi bahan baku herbal dan
cara pembuatan obat herbal tersebut
banyak yang belum baik.
Salah satunya kadang kadang cara
ekstrasinya belum bisa menghasilkan
bahan ekstrak yang baik.
30. OBAT HERBAL
SELURUH BAGIAN TANAMAN ISOLAT ZAT AKTIF
(OBAT MODERN)
TRADISIONAL HERBAL PENEMUAN BARU HERBAL ASING
Tradisional Obat Herbal Fitofarmak
OBAT HERBAL FITOFARMAKA asing Terstandart a asing
JAMU FITOFARMAKA STANDART asing
Obat Herbal
Terstandart
31. Pembagian obat herbal
OBAT HERBAL
JAMU FITOFARMAKA
TERSTANDAR
• Tidak mengandung • Tidak mengandung • Tidak mengandung
bahan yang dilarang bahan yang dilarang bahan yang dilarang
• Uji Preklinik • Uji Preklinik
• Uji Teknologi Farmasi • Uji Teknologi Farmasi
• Uji Klinik
33. TANAMAN OBAT/ OBAT HERBAL DAPAT DIPAKAI
SEBAGAI :
PROMOTIF Menjaga kondisi tubuh
PREVENTIF Mencegah sakit
KURATIF Menyembuhkan suatu penyakit
REHABILITATIF Memulihkan kondisi tubuh
PALIATIF Pada Kanker
34. Penggunaan herbal sbg
terapi simptomatik
Pengobatan penghilang sakit dengan
menggunakan jamu/herbal mungkin akan
bisa menggantikan pemakaian NSAID
yang pada pemberian jangka panjang
bisa menimbulkan gangguan pada
lambung atau ginjal.
Disini kita memakai herbal yang
mengandung curcumin yang ada pada
Kunyit dan Temulawak.
35. Pada hiperkolesterol
. Pemberian simvastatin jangka panjang
juga bisa menimbulkan gangguan pada
fungsi hati.
Disini kita memakai temulawak untuk
digabung dengan simvastatin karena
temulawak bersifat Hepatoprotektor dan
pada beberapa penelitian bisa
menurunkan LDL dan menaikan HDL.
36. Pada tuberkulosa
Pada pengobatan penderita tuberkulosa
yang harus menkomsumsi obat selama
6-12 bulan , sering terjadi kegagalan
pengobatan karena gangguan pada
fungsi hati di samping mudah terjadi
resistensi kuman mycobacterium
tuberculosis ini terhadap obat standar
yang sekarang dipakai.
37. solusinya
Disini kita bisa memakai obat herbal
yang bersifat hepatoprotektif seperti
temulawak, sambiloto dll.
Sedangkan untuk mempercepat BTA
pada sputum penderita dapat dipakai
herbal Pegagan ataupun jahe merah
yang sudah ada penelitian prekliniknya
dapat memperpendek masa infeksius
dari mycobacterium.
38. Pada kanker
Pada pasien kanker pemberian herbal
bisa diberikan sebagai terapi simtomatis
untuk mengurangi nyeri dan juga dipakai
untuk meringankan efek samping
pemberian khemoterapi seperti mual
muntah dan nafsu makan yang menurun.
Selain itu herbal yang menaikan sistem
imun juga dapat dipakai sebagai ajuvan
atau khemo ajuvan
39. Bagaimana kombinasi
Jamu dengan obat
kimia ?
Yang diharapkan kombinasi jamu dengan
obat kimia adalah saling sinergi, additif
atau potensiasi.
Tetapi pada kenyataannya perlu
pengetahuan tentang penggabungan
jamu dengan obat kimia.
40. Beberapa uji klinik di
RSUD Dr.Soetomo/ FK
Unair
Pada ujiklinik obat antikolesterol.
Dilakukan penelitian:
1.kelompok pemakaian komposisi herbal
kombinasi daun jambu+temulawak+jati
belanda digabung dengan simvastatin.
2.kelompok komposisi herbal saja
3. kelompok simvastatin saja
41. Hasilnya
Hasil pemberian simvastatin baik
Hasil pemberian kombinasi tdak baik.
Tetapi penggabungan kedua malah lebih
jelek hasilnya.
42. Uji klinik Diabetes
mellitus
Dilakukan penelitian:
1. kelompok yang mendapat teh hitam
saja.
2.kelompok yang mendapat metformin
saja.
3. kelompok kombinasi teh hitam
dengan
metformin
43. Hasilnya
Pada kelompok pemberian teh hitam
terjadi penurunan HbA1C.
Pada kelompok metformin juga terjadi
penurunan HbA1C yang hampir sama
dengan kelompok 1
Pada keompok 3 penurunan HbA1C
paling sedikit dibandingkan kel 1 dan 2.
44. Kombinasi yang tidak
dianjurkan
Pemberian ginseng dengan golongan
fenilzina akan timbul sakit kepala dan
tremor.
Penggabungan ginseng dengan digoxin
akan menaikan konsentrasi digoxin
shg
timbul gangguan pada jantung.
45. Demikian juga bila kita akan menggabung:
Pemberian bawang putih dengan obat2
golongan asetosal atau Clopidopril kita
harus hati akan timbul perdarahan.
46. BEIJING ROYAL INTEGRATIVE MEDICINE
HOSPITAL
RUMAH SAKIT YANG MELAKUKAN INTEGRASI
PENGOBATAN BARAT DAN TRADISIONAL CINA