SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  67
by INTANMARSJAF
Kelas 1
Semester 1
Bab 1: Besaran dan Satuan
Fisika SMA X/XI
Bab 1
Besaran dan Satuan
A. Pengukuran Besaran Fisika (Massa, Panjang, dan Waktu)
Pengukuran adalah suatu proses pembandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai
patokan (standar) yang disebut satuan. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui nilai ukur suatu besaran fisis
dengan hasil akurat. Suatu besaran (kuantitas) yang dapat diukur disebut besaran fisis. Contoh besaran fisis, antara
lain: panjang, massa, waktu, gaya, simpangan, kecepatan, panjang gelombang, frekuensi, dan seterusnya. Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu satuan dapat digunakan sebagai satuan yang standar. Syarat tersebut
antara lain:
1. Nilai satuan harus tetap, artinya nilai satuan tidak tergantung pada cuaca panas atau dingin, tidak tergantung
tempat, tidak tergantung waktu, dan sebagainya.
2. Mudah diperoleh kembali, artinya siapa pun akan mudah memperoleh satuan tersebut jika memerlukannya untuk
mengukur sesuatu.
3. Satuan dapat diterima secara internasional, dimanapun juga semua orang dapat menggunakan sistem satuan ini.
Sistem satuan yang digunakan saat ini di seluruh dunia adalah sistem satuan SI. SI adalah kependekan dari
bahasa Perancis Systeme International d’Unites. Sistem ini diusulkan pada General Conference on Weights and
Measures of the International Academy of Science pada tahun 1960.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran:
1. Panjang: mikrometer sekrup, jangka sorong, mistar, meteran gulung, dan sebagainya.
2. Massa: neraca pegas, neraca sama lengan, neraca tiga lengan, dan sebagainya.
3. Waktu: stopwatch dan jam.
4. Suhu: termometer Celsius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
Fisika SMA X/XI
Angka Penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Fisika menetapkan aturan- aturan
tertentu dalam penulisan angka penting ini, antara lain:
a. Aturan Penulisan Angka Penting
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan khusus
4. Angka nol di belakang koma dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting
5. Angka nol yang terletak di sebelah kiri dan kanan desimal dan mengikuti angka nol adalah bukan angka penting
b. Aturan Pembulatan
1. Angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan ke atas dengan ditambah satu. Contoh: 23,47 ditulis 23,5
2. Angka lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah dengan tidak mengalami perubahan. Contoh: 56,23 ditulis 56,2
3. Angka tepat sama dengan 5 dibulatkan ke atas apabila angka sebelumnya ganjil, dan tidak mengalami perubahan
apabila angka sebelumnya genap. Contoh: 46,75 ditulis 46,8
c. Aturan Perhitungan
1. Penjumlahan dan pengurangan: Hasil penjumlahan dan pengurangan pada angka penting hanya boleh mengandung
satu angka taksiran.
Contoh: 23,4 + 34,21= 57,61 ditulis 57,6
2. Perkalian dan pembagian: Hasil perkalian dan pembagian pada angka penting ditulis sebanyak angka penting yang
paling sedikit.
Contoh: 23,1 x 2= 46,2 ditulis 50
3. Pangkat dan akar: Hasil pangkat dan akar pada angka penting ditulis sebanyak angka penting yang dipangkatkan
atau diakarkan. Contoh: 2,12= 4,41 ditulis 4,4
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut ini:
Fisika SMA X/XI
B. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan besaran pokok tidak
tergantung pada satuan-satuan besaran lain.
1. Panjang
2. Massa
3. Waktu
Fisika SMA X/XI
4. Kuat Arus Listrik
5. Suhu
Jenis termometer ada 4 macam, yaitu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Skala suhu Celsius dibuat dengan
mendefinisikan suhu titik es atau titik beku air normal sebagai nol derajat Celsius (0o C) dan suhu titik uap atau titik
didih normal air sebagai 100o C. Skala suhu Reamur dibuat dengan mendifinisikan suhu titik es sebagai 0o R dan suhu
titik uap sebagai 80o R. Skala suhu Fahrenheit dibuat dengan mendefinisikan suhu titik es sebagai 32o F dan suhu titik
uap sebagai 212o F. Skala suhu absolut dinamakan skala Kelvin. Satuan suhu Kevin adalah kelvin (K). Perubahan suhu 1 K
identik dengan perubahan suhu 1o C.
Hubungan antara suhu Fahrenheit tF dan suhu Celsius tC adalah:
Hubungan antara suhu Fahrenheit tF dan suhu Reamur tR adalah:
Hubungan antara suhu Kelvin TK dan suhu Celsius tC adalah:
Fisika SMA X/XI
6. Jumlah Zat
Satuan baku jumlah zat dalam sistem SI adalah mol.
7. Intensitas Cahaya
Satuan baku intensitas cahaya dalam sistem SI adalah kandela. Kandela berasal dari kata Candle (bahasa Inggris)
yang berarti lilin.
C. BesaranTurunan
Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran pokok. Demikian pula satuan besaran
turunan adalah satuan yang dapat diturunkan dari satuan besaran pokok.
Fisika SMA X/XI
Dalam penghitungan besaran turunan, perlu sekali (pada beberapa bentuk soal) untuk
pengonversian dari sistem satuan ke sistem yang lain bukan dari SI ke sistem satuan SI. Contoh:
1.
2.
Pengonversian ini dilakukan dengan menggunakan tabel konversi yang telah ditentukan
Gb. 1.1 Tabel Konversi Panjang, Massa, dan Waktu.
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut:
Fisika SMA X/XI
Fisika SMA X/XI
D. Penjumlahan Vektor
Besaran dalam fisika dibedakan menjadi besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah
suatu besaran yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai arah, contoh: suhu, volume, massa, dsb. Besaran
vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai dan arah, contoh: gaya, tekanan, kecepatan, percepatan, momentum,
dsb. Pada besaran skalar berlaku operasi-operasi aljabar, tetapi pada besaran vektor, operasi-operasi aljabar tidak
berlaku. Penulisan untuk besaran skalar dicetak biasa sedangkan besaran vektor secara internasional disepakati
dengan tanda panah di atas lambang atau dicetak tebal.
Gb, 1.2 Sebuah vektor gaya = 20N
Pada Gambar 1.2 ditunjukkan sebuah vektor gaya sepanjang OA= 5 cm. Setiap 1 cm menyatakan gaya sebesar
4 N, maka besar gaya F= 5 cm x 4 N/cm= 20 N. Titik O disebut pangkal vektor sedangkan titik A disebut ujung
vektor. Sebuah vektor dinyatakan berubah jika besar atau arah vektor atau keduanya berubah. Besar vektor ditulis
dengan harga mutlak atau cetak biasa. Contoh = 20 N maka besar vektor ditulis F atau |F|= 20 satuan.
1. Metode Penjumlahan Vektor
Dua buah vektor atau lebih dapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disebut vektor resultan.
a. Penjumlahan Vektor dengan Metode Grafis (Poligon)
Sebagai contoh suatu vektor ditambah dengan suatu vektor maka vektor resultannya .
Langkah-langkah penjumlahan vektor secara grafis (metode poligon) adalah sebagai berikut:
1. Gambar vektor sesuai dengan skala dan arahnya.
2. Gambar vektor sesuai dengan skala dan arahnya dengan menempelkan pangkal vektor pada ujung vektor .
Fisika SMA X/XI
Gb. 1.3 Penjumlahan dua buah vektor Gb. 1.4 Penjumlahan empat buah vektor ,
dan dengan metode grafis (poligon) secara grafis (metode poligon)
Penjumlahan dengan metode poligon maka vektor resultan adalah segmen garis berarah dari pangkal vektor
ke ujung vektor yang menyatakan hasil penjumlahan vektor dan .
b. Penjumlahan Vektor dengan Metode Jajaran Genjang
Penjumlahan dua buah vektor dengan metode jajar genjang yaitu dengan cara menyatukan pangkal
kedua vektor , kemudian dari titik ujung vektor ditarik sejajar dengan vektor dan juga dari titik ujung
vektor ditarik garis sejajar dengan vektor . Vektor resultan diperoleh dengan menghubungkan titik pangakal ke
titik perpotongan kedua garis sejajar tersebut di atas.
Gb. 1.5 Penjumlahan dua buah vektor
dengan metode jajar genjang
Fisika SMA X/XI
Besar vektor resultan yang ditunjukkan pad agambar 1.5 dapat dicari dengan persamaan cosinus:
dengan:
Arah vektor resultan terhadap salah satu vektor secara matematis dapat ditentukan dengan menggunakan
aturan sinus.
Gb. 1.6 Penjumlah dua vektor
menjadi vektor
Fisika SMA X/XI
Jika vektor dan vektor saling tegak lurus maka besar vektor penjumlahannya dapat
ditentukan dengan dalil pythagoras yaitu:
dengan:
Gb. 1.7 Penjumlahan dua vektor yang saling tegak lurus
2. Metode Pengurangan Vektor
Pengurangan suatu vektor dengan vektor sama dengan
penjumlahan vektor dengan negatif vektor
a. Pengurangan Vektor dengan Metode Grafis (Metode Poligon)
Fisika SMA X/XI
b. Pengurangan Vektor dengan Metode Jajar Genjang
Gb. 1.10 Pengurangan dua buah vektor
dengan metode jajar genjang.
3. Penguraian Vektor
Penguraian suatu vektor adalah kebalikan dari penjumlahan dua vektor.
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut ini:
Fisika SMA X/XI
4. Penjumlahan Vektor dengan Cara Analisis
Penjumlahan atau pengurangan dua buah vektor dengan metode grafis membutuhkan mistar dan busur
derajat yang akan menyulitkan jika tidak memilikinya. Penjumlahan atau pengurangan dua buah vektor atau lebih yang
setitik tangkap dapat diselesaikan dengan metode analisis.
Metode analisis ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membuat koordinat yang saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y) pada titik tangkap vektor-vektor tersebut.
b. Menguraikan masing-masing vektor menjadi komponenkomponen pada sumbu x dan sumbu y.
c. Menjumlahkan semua komponen pada sumbu x menjadi Rx dan semua komponen pada sumbu y menjadi Ry.
d. Vektor resultan hasil penjumlahan tersebut diperoleh dengan menjumlahkan komponen vektor Rx dan Ry.
Gb. 1.12 Penjumlahan tiga vektor setitik tangkap dengan Gb. 1.13 Penguraian tiga vektor setitik tangkap
metode analisis pada sumbu x dan y
Dari gambar 1.13 diperoleh bahwa jumlah komponen pada sumbu x (=Rx) dan pada sumbu y (=Ry):
Fisika SMA X/XI
Nilai vektor resultannya diperoleh dengan menggunakan analog persamaan:
Arah vektor resultan terhadap sumbu x positif dapat dihitung dengan persamaan:
Perhatikan contoh soal berikut:
Fisika SMA X/XI
Penyelesaian
Fisika SMA X/XI
Fisika SMA X/XI
Kelas 1
Semester 2
Bab V: Kelistrikan
Fisika SMA X/XI
A. Formulasi Besaran-Besaran Listrik Rangkaian Sederhana (Satu Loop)
1. Arus Listrik
Arus listrik adalah laju aliran muatan listrik yang melalui suatu luasan penampang lintang. Jika dalam suatu
penghantar (konduktor) terdapat gerakan muatan listrik baik muatan positif maupun negatif maka dikatakan dalam
penghantar tersebut terjadi aliran listrik. Konduktor dapat berupa padatan (misal: logam), cairan, dan gas. Pada logam
pembawa muatannya adalah elektron, sedang pembawa muatan pada konduktor yang berupa gas dan cairan adalah ion
positif dan ion negatif.
Syarat-syarat arus listrik dapat mengalir dalam konduktor yaitu:
 Rangkaian harus tertutup.
 Harus ada beda potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik.
Arus listrik seperti aliran air dalam pipa. Air dapat mengalir karena ada tekanan atau energi terhadap air.
Tekanan atau energi terhadap air diberikan pompa air. Arus listrik dapat dianalogkan dengan aliran air dalam pipa,
muatan listrik dapat mengalir jika ada sumber energi sebagai pompa muatan. Yang dapat disebut gaya gerak listrik
(g.g.l). Gaya gerak listrik ini dapat diperoleh dari baterai, aki, sel volta. Analogi antara aliran air dan listrik ditunjukkan
pada gambar 1.14
Sepotong segmen kawat pembawa arus ditunjukkan
pada gambar 1.15
Gb. 1.15 Segmen kawat pembawa
arus (Tipler, 1991)
Gb. 1.14 Analogi antara aliran air dan listrik
Fisika SMA X/XI
Rumus kuat arus listrik dinyatakan:
dengan:
Besaran kuat arus listrik adalah besaran pokok , sedangkan jumlah muatan listrik adalah besaran turunan. Bila
suatu penghantar yang memiliki luas penampang A dan dialiri arus listrik I maka dapat dikatakan bahwa penghantar
tersebut dialiri arus listrik dengan rapat arus:
Jumlah muatan yang mengalir q= kuat arus yang mengalir x selang waktu:
Fisika SMA X/XI
Suatu penghantar dikatakan berarus listrik jika pada ujung-ujung penghantar tersebut terdapat beda
potensial (V) yang ditimbulkan oleh suatu tegangan. Perhatikan gambar 1.16
Gb. 1.16 Suatu penghantar mempunyai beda Gb. 1.17 Suatu penghantar yang
potensial antar kedua ujungnya (V) mempunyai hambataqn (R) dan beda
potensial antar kedua ujungnya
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal di bawah ini:
1.
Fisika SMA X/XI
2.
Fisika SMA X/XI
2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik
Perhatikan gambar 1.17
Jika suatu bahan penghantar menghasilkan grafik
kuat arus sebagai fungsi, beda potensial-nya tidak membentuk garis
lurus, penghantarnya disebut komponen non-ohmik. Untuk bahan
penghantar menghasilkan grafik kuat arus sebagai fungsi, beda
potensial-nya membentuk garis lurus disebut komponen ohmik.
Hubungan antara kuat arus sebagai fungsi beda
potensial yang disebut hukum ohm:
Gb. 1.17 Grafik kuat arus listrik dengan:
(I) sebagai fungsi beda potensial (V)
Hukum Ohm adalah jika kuat arus yang melalui suatu konduktor ohm adalah sebanding (berbanding lurus)
dengan beda potensial antara ujung-ujung konduktor asalkan suhu konduktor tetap.
Suatu kawat penghantar memiliki hambatan listrik (R) yang sering disebut resistensi:
dengan:
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut:
1.
2.
Fisika SMA X/XI
B. Identifikasi Penerapan Listrik AC dan DC dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Hukum I Kirchhoff
“Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang
tersebut.” Perhatikan gambar 1.18
2. Hukum II Kirchhoff
“Di dalam sebuah rangkaian tertutup,
jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan
tegangan (IR) sama dengan nol.”
Gb. 1.18 Analogi pertemuan dua jalan menjadi satu
dengan dua cabang arus bergabung menjadi satu cabang.
Penggunaan hukum II Kirchhoff:
a) Pilih rangkaian untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu. Pemilihan arah loop bebas, tapi jika
memungkinkan diusahakan searah dengan arah arus listrik.
b) Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka penurunan tegangan (IR) bertanda positif, sedangkan
bila arah loop berlawanan arah dengan arah arus, maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
Fisika SMA X/XI
3. Hubungan Seri dan Paralel Untuk Resistor
a. Rangkaian Seri
dengan:
Gb. 1.19 Rangkaian Seri
b. Rangkaian Paralel
dengan:
Gb. 1.20 Rangkaian Paralel
Fisika SMA X/XI
Aplikasi rangkaian seri untuk membagi tegangan ditunjukkan pada gambar 1.21
Rangkaian ini menerapkan hukum Ohm:
Gb. 1.21 Rangkaian seri untuk membagi tegangan
Aplikasi rangkaian paralel untuk membagi aliran arus listrik ditunjukkan pada gambar 1.22
Rangkaian ini menerapkan hukum I Kirchhoff:
Gb. 1.22 Rangkaian paralel untuk membagi
aliran arus listrik
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut:
1.
Fisika SMA X/XI
2.
Fisika SMA X/XI
4. Penerapan Arus Searah dalam Kehidupan Sehari-hari
Arus searah (Direct Current) adalah suatu arus listrik yang aliran muatan netto hanya dalam satu arah. Dalam
kehidupan sehari-hari, arus searah banyak digunakan pada kendaraan bermotor (baik roda empat maupun roda dua),
lampu penerangan di rumah, misalnya lampu senter. Contoh penggunaan sumber arus searah (sumber tegangan searah)
pada sebuah mobil ditunjukkan pada gambar 1.23
Energi listrik adalah besar muatan (dalam coulomb) dikalikan beda
potensial yang dialaminya. Satuan energi listrik dalam SI adalah joule (J).
dengan:
Daya listrik adalah energi listrik yang dihasilkan atau diperlukan
per satuan waktu. Satu watt (1 W) adalah besar daya ketika energi satu joule
dibebaskan dalam selang waktu 1 sekon.
Gb. 1.23 Sistem aliran listrik pada sebuah mobil
Jika tegangan listrik turun, maka daya akan
mengalami penurunan: dengan:
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal di bawah ini:
Fisika SMA X/XI
5. Penggunaan Alat Ukur Listrik
a. Amperemeter
Amperemeter adalah alat ukur arus listrik. Amperemeter harus dipasang seri dalam suatu rangkaian, arus
listrik yang melewati hambatan R adalah sama dengan arus listrik yang melewati amperemeter tersebut.
Komponen dasar suatu amperemeter dan voltmeter
adalah galvanometer, yaitu suatu alat yang dapat mendeteksi arus
kecil yang melaluinya. Galvanometer mempunyai hambatan yang
sering disebut sebagai hambatan dalam galvanometer, Rg. Besar
hambatan paralel berdasarkan hukum I Kirchhoff yang beda
potensialnya sama:
dengan:
Gb. 1.24 Penggunaan amperemeter Rp: hambatan paralel ( )
untuk mengukur arus listrik Rg: hambatan dalam galvanometer ( )
Gb. 1.26 Susunan suatu voltmeter dengan
menggunakan galvanometer G dengan
hambatan dalam Rg dan suatu hambatan RS
Gb. 1.25 Susunan suatu amperemeter
dengan menggunakan galvanometer G
dengan hambatan dalam Rg dan suatu
hambatan Rp
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut ini:
b. Voltmeter
Voltmeter adalah alat
ukur tegangan listrik. Voltmeter harus dipasang
paralel dengan ujung-ujung hambatan yang akan
diukur beda potensialnya. Penggunaan voltmeter
ntuk mengukur beda potensial listrik ditunjukkan
pada gambar 1.27
Gb. 1.27 Penggunaan voltmeter untuk
mengukur beda potensial listrik
Besar hambatan seri:
dengan:
RS : hambatan seri ( )
Rg: hambatan dalam galvanometer ( )
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut:
Fisika SMA X/XI
c. Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat ukur hambatan listrik. Satuan hambatan listrik dalam satuan SI adalah ohm atau
diberi simbol . Pada pengukuran suatu hambatan listrik dilakukan dengan menghubungkan sebuah sumber tegangan
yang sudah diketahui tegangannya secara seri dengan sebuah amperemeter dan hambatan yang akan diukur, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.28
Gb. 1.28 Pengukuran hambatan listrik dengan
menggunakan sebuah amperemeter
Rumus ini digunakan untuk menghitung besar hambatan Rx
d. Wattmeter
Wattmeter adalah alat ukur daya listrik. Satuan daya listrik dalam satuan SI adalah watt atau diberi simbol
W. Susunan wattmeter untuk mengukur daya yang dikeluarkan oleh suatu hambatan R ditunjukkan pada gambar 1.29
Daya yang dihasilkan oleh suatu hambatan
R dapat diperoleh dengan: Gb. 1.29 Susunan wattmeter
untuk mengukur daya yang
dikeluarkan oleh suatu
hambatan R
Fisika SMA X/XI
e. Multimeter
Multimeter adalah suatu alat yang berfungsi sebagai amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter. Multimeter
ada dua jenis yaitu analog dan digital, seperti ditunjukkan pada gambar 1.30
Gb. 1.30 (a) Multimeter analog (b) Multimeter digital
Fisika SMA X/XI
Fisika SMA X/XI
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
Kelas 2
Semester 1
Bab 5: Momentum dan Impuls
Fisika SMA X/XI
A. Pengertian Momentum dan Impuls
Momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang
konstan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda. Momentum dapat dirumuskan
sebagai hasil perkalian massa dengan kecepatan.
dengan:
Semakin besar massa suatu benda, maka semakin besar momentumnya, dan semakin cepat gerak suatu benda,
maka semakin besar pula momentumnya. Semakin besar momentum sebuah benda yang sedang melaju, semakin sulit
untuk menghentikannya dan semakin besar tumbukannya jika mengenai benda lain.
Untuk membuat suatu benda yang diam menjadi bergerak diperlukan sebuah gaya yang bekerja pada benda
tersebut selama interval waktu tertentu. Gaya yang diperlukan untuk membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam
interval waktu tertentu disebut impuls. Impuls digunakan untuk menambah, mengurangi, dan mengubah arah momentum
dalam satuan waktu. Impuls dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian gaya dengan interval waktu.
dengan:
Teorema impuls-momentum: impuls yang dikerjakan
pada suatu benda sama dengan perubahan
momentumnya.
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut ini:
Fisika SMA X/XI
3.
Fisika SMA X/XI
Jawablah pertanyaan ini.
Fisika SMA X/XI
B. Hukum Kekekalan Momentum
Gb. 1.31 Hukum kekekalan momentum
pada tumbukan antara dua bola
Perhatikan gambar 1.31
Tumbukan yang terjadi antara dua bola tersebut, dapat dihubungkan dengan hukum II Newton:
dengan:
Persamaan diatas disebut sebagai hukum Kekekalan Momentum yang berbunyi:
“Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda, maka jumlah momentum sebelum tumbukan sama dengan jumlah
momentum setelah tumbukan.”
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh di bawah ini:
Jawab pertanyaan ini berdasarkan
Contoh di atas!
Fisika SMA X/XI
C. Tumbukan
Tumbukan dapat terjadi pada saat benda yang bergerak mengenai benda lain yang sedang bergerak atau
diam. Berdasarkan sifat kelentingan benda, tumbukan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tumbukan lenting sempurna,
tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
1. Tumbukan Lenting Sempurna
Tumbukan lenting sempurna adalah apabila tidak ada energi yang hilang selama tumbukan dan jumlah energi
kinetik kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan sama. Pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum Kekekalan
Momentum dan hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Dengan demikian, pada
tumbukan lenting sempurna koefisien
restitusi (e= 1).
Gb. 1.32 Tumbukan lenting sempurna antara dua benda:
(a) sebelum tumbukan, (b) saat tumbukan, (c) setelah tumbukan.
Fisika SMA X/XI
2. Tumbukan Lenting Sebagian
Pada tumbukan lenting sebagian, beberapa energi kinetik akan diubah menjadi energi bentuk lain seperti
panas, bunyi, dan sebagainya. Akibatnya, energi kinetik sebelum tumbukan lebih besar daripada energi kinetik sesudah
tumbukan. Sebagian besar tumbukan yang terjadi antara dua benda merupakan tumbukan lenting sebagian. Pada
tumbukan lenting sebagian berlaku hukum Kekekalan Momentum, tetapi tidak berlaku hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
pada tumbukan lenting sebagian, koefisien restitusi
(e) adalah: 0 <e < 1.
Untuk menentukan koefisien restitusi benda:
3. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, sesudah tumbukan kedua benda bersatu, sehingga kecepatan kedua
benda sesudah tumbukan besarnya sama, yaitu v1' = v2' = v'.
Jadi, pada tumbukan tidak lenting sama sekali besarnya koefisien restitusi adalah nol (e= 0).
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh berikut:
Fisika SMA X/XI
Fisika SMA X/XI
Kerjakan soal berikut berdasarkan persamaan dan contoh yang telah di jelaskan.
Silanglah jawaban yang paling tepat antara a, b, c, d, dan e.
Fisika SMA X/XI
Fisika SMA X/XI
Kelas 2
Semester 2
Bab 9: Termodinamika
Fisika SMA X/XI
A. Usaha dan proses dalam Termodinamika
1. Usaha Sistem pada Lingkungan
Usaha yang dilakukan sistem pada lingkungannya merupakan ukuran energi yang dipindahkan dari sistem ke
lingkungan.
dengan:
2. Usaha pada Beberapa proses Termodinamika
a. Proses Isotermal
Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan sistem pada suhu konstan.
b. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem pada tekanan konstan.
c. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem pada volume konstan. Pada proses isokhorik gas
tidak mengalami perubahan volume, sehingga usaha yang dilakukan sistem sama dengan nol.
Fisika SMA X/XI
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem tanpa adanya pertukaran kalor antara sistem
dengan lingkungan. Proses adiabatik terjadi jika sistem terisolasi dengan baik atau proses terjadi dengan sangat cepat
sehingga kalor yang mengalir dengan lambat tidak memiliki waktu untuk mengalir masuk atau keluar sistem. Hubungan
antara tekanan dan volume pada proses adiabatik dinyatakan dalam rumus Poisson berikut:
Perhatikan contoh berikut:
Fisika SMA X/XI
Kerjakan soal berikut dengan tepat.
Fisika SMA X/XI
B. Hukum I Termodinamika
Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa: ”Untuk setiap proses, apabila kalor ditambahkan ke dalam sistem
dan sistem melakukan usaha, maka akan terjadi perubahan energi.”
Jadi, dapat dikatakan bahwa hukum I Termodinamika menyatakan adanya konsep kekekalan energi.
1. Penerapan Hukum I Termodinamika
a. Proses Isotermal:
b. Proses Isobarik:
c. proses Isokhorik:
d. Proses Adiabatik:
Fisika SMA X/XI
2. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat sebesar satu kelvin atau
satu derajat celsius:
Ada dua macam kapasitas kalor pada gas, yaitu kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor
pada volume tetap (Cv ).
Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap: Hubungan antar keduanya dapat dirumuskan:
Kapasitas kalor gas pada volume tetap:
Untuk gas diatomik, besarnya kapasitas kalor gas pada tekanan tetap dan kapasitas kalor pada volume tetap
tergantung pada derajat kebebasan gas.
a. Pada suhu rendah ( 250 K) b. Pada suhu sedang ( 500 K)
c. Pada suhu tinggi ( 1.000 K)
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut:
Fisika SMA X/XI
Jawab pertanyaan di bawah ini.
C. Siklus pada Termodinamika
1. Siklus Carnot
Pada siklus Carnot, sistem menyerap kalor dari reservoir bersuhu tinggi T1 sebesar Q1 dan melepas kalor ke
reservoir bersuhu rendah T2 sebesar Q2, karena pada proses tersebut keadaan awal sama dengan keadaan akhir,
maka perubahan energi dalam U = 0. Berdasarkan Hukum I Termodinamika, maka:
Dengan demikian, pada mesin Carnot telah terjadi perubahan energi kalor menjadi usaha. Mesin yang
mengubah energi kalor menjadi usaha disebut mesin kalor. Efisiensi mesin kalor dinyatakan sebagai perbandingan
antara usaha yang dilakukan mesin dengan kalor yang diserap.
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut dengan seksama:
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan persamaan yang telah dijelaskan.
Fisika SMA X/XI
D. Hukum II Termodinamika
“Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara
spontan dari benda dingin ke benda panas.”
Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi
dengan beberapa perumusan:
1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah
seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan
memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel
(Clausius).
1. Entropi
Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap keadaan, dari keadaan awal
hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi entropi suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur.
2. Mesin Pendingin
Pada mesin pendingin terjadi aliran kalor dari reservoir bersuhu
rendah ke reservoir bersuhu tinggi dengan melakukan usaha pada sistem.
Fisika SMA X/XI
Perhatikan contoh soal berikut ini:
Uji kemampuanmu dengan mengerjakan soal berikut.
Fisika SMA X/XI
Kerjakan soal di bawajh ini dengan tepat!
Fisika SMA X/XI

Contenu connexe

Tendances

Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuanIksan Spd
 
Besaran dan satuan fisdas
Besaran dan satuan   fisdasBesaran dan satuan   fisdas
Besaran dan satuan fisdasvellynda alsyaf
 
Bab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuranBab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuranGunaryo Nugroho
 
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newtonWicah
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranatabik_umam
 
Mengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisikaMengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisikaIsna Nina Bobo
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanDavid Kurniawan
 
Suhu dan termometer
Suhu dan termometerSuhu dan termometer
Suhu dan termometerLestari Qiqi
 
Seminar harga air kalorimeter kelompok 5
Seminar harga air kalorimeter kelompok 5Seminar harga air kalorimeter kelompok 5
Seminar harga air kalorimeter kelompok 5Mutiara Cess
 
Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan PengukuranBesaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan Pengukuranfitroh hanifiyah
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuankalfinmanopo
 
Kelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuranKelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuranPanggih Pamungkas
 
Bab 7 suhu dan perubahannya
Bab 7 suhu dan perubahannyaBab 7 suhu dan perubahannya
Bab 7 suhu dan perubahannyaAgung Lee
 

Tendances (19)

Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Besaran dan satuan fisdas
Besaran dan satuan   fisdasBesaran dan satuan   fisdas
Besaran dan satuan fisdas
 
Bab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuranBab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuran
 
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
 
Besaran masa
Besaran masaBesaran masa
Besaran masa
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaran
 
Mengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisikaMengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisika
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan Satuan
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Suhu dan termometer
Suhu dan termometerSuhu dan termometer
Suhu dan termometer
 
Seminar harga air kalorimeter kelompok 5
Seminar harga air kalorimeter kelompok 5Seminar harga air kalorimeter kelompok 5
Seminar harga air kalorimeter kelompok 5
 
Indikator 1
Indikator 1Indikator 1
Indikator 1
 
Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan PengukuranBesaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan Pengukuran
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Suhu dan Kalor
Suhu dan KalorSuhu dan Kalor
Suhu dan Kalor
 
Kelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuranKelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuran
 
Bab 7 suhu dan perubahannya
Bab 7 suhu dan perubahannyaBab 7 suhu dan perubahannya
Bab 7 suhu dan perubahannya
 
Makalah suhu dan kalor
Makalah suhu dan kalorMakalah suhu dan kalor
Makalah suhu dan kalor
 
suhu dan perubahannya
suhu dan perubahannyasuhu dan perubahannya
suhu dan perubahannya
 

En vedette

Buku Fisika KElas X- bab 7
Buku Fisika KElas X- bab 7Buku Fisika KElas X- bab 7
Buku Fisika KElas X- bab 7Arif Wicaksono
 
Kitab - Kitab Sebelum Al-Quran
Kitab - Kitab Sebelum Al-QuranKitab - Kitab Sebelum Al-Quran
Kitab - Kitab Sebelum Al-QuranTheos Anner II
 
Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)
Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)
Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)Gabriel Marindal
 
Soal termodinamika dan
Soal termodinamika danSoal termodinamika dan
Soal termodinamika danVictor Maruli
 
Bab 4 listrik arus bolak balik (ac)
Bab 4   listrik arus bolak balik (ac)Bab 4   listrik arus bolak balik (ac)
Bab 4 listrik arus bolak balik (ac)eli priyatna laidan
 

En vedette (6)

Buku Fisika KElas X- bab 7
Buku Fisika KElas X- bab 7Buku Fisika KElas X- bab 7
Buku Fisika KElas X- bab 7
 
Tumbukan
TumbukanTumbukan
Tumbukan
 
Kitab - Kitab Sebelum Al-Quran
Kitab - Kitab Sebelum Al-QuranKitab - Kitab Sebelum Al-Quran
Kitab - Kitab Sebelum Al-Quran
 
Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)
Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)
Presentasi TUMBUKAN (by Gabriel)
 
Soal termodinamika dan
Soal termodinamika danSoal termodinamika dan
Soal termodinamika dan
 
Bab 4 listrik arus bolak balik (ac)
Bab 4   listrik arus bolak balik (ac)Bab 4   listrik arus bolak balik (ac)
Bab 4 listrik arus bolak balik (ac)
 

Similaire à FISIKA X & XI SMA/SMK/MAN

Diktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarDiktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarMario Yuven
 
Fisika sma kelas 10
Fisika sma kelas  10Fisika sma kelas  10
Fisika sma kelas 10radar radius
 
fisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan downloadfisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan downloadrahmat57fll
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Jeremi Mitchell
 
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137Rianrinaldi130700
 
Besaran-dan-satuan kelas X IPAS SMKN 2 K
Besaran-dan-satuan kelas X IPAS  SMKN 2 KBesaran-dan-satuan kelas X IPAS  SMKN 2 K
Besaran-dan-satuan kelas X IPAS SMKN 2 KMariaJemina
 
Besaran-dan-satuan.ppt
Besaran-dan-satuan.pptBesaran-dan-satuan.ppt
Besaran-dan-satuan.ppttriwiyoko2
 
Besaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektor
Besaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektorBesaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektor
Besaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektorRemboko Nazar
 
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptxPower Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptxssuserc8ed61
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarMuhammad Irwan
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarMuhammad Irwan
 
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembangtugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembangmiftahul jannah
 
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase FMateri vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase FRenitaPutriLestari
 
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptxBab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptxssuser8403d0
 

Similaire à FISIKA X & XI SMA/SMK/MAN (20)

Diktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasarDiktat fisika-dasar
Diktat fisika-dasar
 
Vektor.pptx
Vektor.pptxVektor.pptx
Vektor.pptx
 
Fisika sma kelas 10
Fisika sma kelas  10Fisika sma kelas  10
Fisika sma kelas 10
 
fisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan downloadfisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan download
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
 
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
 
Besaran-dan-satuan kelas X IPAS SMKN 2 K
Besaran-dan-satuan kelas X IPAS  SMKN 2 KBesaran-dan-satuan kelas X IPAS  SMKN 2 K
Besaran-dan-satuan kelas X IPAS SMKN 2 K
 
Besaran-dan-satuan.ppt
Besaran-dan-satuan.pptBesaran-dan-satuan.ppt
Besaran-dan-satuan.ppt
 
Besaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektor
Besaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektorBesaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektor
Besaran, pengukuran, dimensi dan dasar dasar vektor
 
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptxPower Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
 
Modul vektor
Modul vektorModul vektor
Modul vektor
 
48993_31112_fisika-dasar-i.pptx
48993_31112_fisika-dasar-i.pptx48993_31112_fisika-dasar-i.pptx
48993_31112_fisika-dasar-i.pptx
 
fisika mekanik Kel. 1.pptx
fisika mekanik Kel. 1.pptxfisika mekanik Kel. 1.pptx
fisika mekanik Kel. 1.pptx
 
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembangtugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembang
 
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase FMateri vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
 
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptxBab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
 
vektor
vektorvektor
vektor
 
DOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptxDOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptx
 

Dernier

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 

Dernier (20)

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 

FISIKA X & XI SMA/SMK/MAN

  • 2. Kelas 1 Semester 1 Bab 1: Besaran dan Satuan Fisika SMA X/XI
  • 3. Bab 1 Besaran dan Satuan A. Pengukuran Besaran Fisika (Massa, Panjang, dan Waktu) Pengukuran adalah suatu proses pembandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan (standar) yang disebut satuan. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui nilai ukur suatu besaran fisis dengan hasil akurat. Suatu besaran (kuantitas) yang dapat diukur disebut besaran fisis. Contoh besaran fisis, antara lain: panjang, massa, waktu, gaya, simpangan, kecepatan, panjang gelombang, frekuensi, dan seterusnya. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu satuan dapat digunakan sebagai satuan yang standar. Syarat tersebut antara lain: 1. Nilai satuan harus tetap, artinya nilai satuan tidak tergantung pada cuaca panas atau dingin, tidak tergantung tempat, tidak tergantung waktu, dan sebagainya. 2. Mudah diperoleh kembali, artinya siapa pun akan mudah memperoleh satuan tersebut jika memerlukannya untuk mengukur sesuatu. 3. Satuan dapat diterima secara internasional, dimanapun juga semua orang dapat menggunakan sistem satuan ini. Sistem satuan yang digunakan saat ini di seluruh dunia adalah sistem satuan SI. SI adalah kependekan dari bahasa Perancis Systeme International d’Unites. Sistem ini diusulkan pada General Conference on Weights and Measures of the International Academy of Science pada tahun 1960. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran: 1. Panjang: mikrometer sekrup, jangka sorong, mistar, meteran gulung, dan sebagainya. 2. Massa: neraca pegas, neraca sama lengan, neraca tiga lengan, dan sebagainya. 3. Waktu: stopwatch dan jam. 4. Suhu: termometer Celsius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Fisika SMA X/XI
  • 4. Angka Penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Fisika menetapkan aturan- aturan tertentu dalam penulisan angka penting ini, antara lain: a. Aturan Penulisan Angka Penting 1. Semua angka bukan nol adalah angka penting 2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting 3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan khusus 4. Angka nol di belakang koma dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting 5. Angka nol yang terletak di sebelah kiri dan kanan desimal dan mengikuti angka nol adalah bukan angka penting b. Aturan Pembulatan 1. Angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan ke atas dengan ditambah satu. Contoh: 23,47 ditulis 23,5 2. Angka lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah dengan tidak mengalami perubahan. Contoh: 56,23 ditulis 56,2 3. Angka tepat sama dengan 5 dibulatkan ke atas apabila angka sebelumnya ganjil, dan tidak mengalami perubahan apabila angka sebelumnya genap. Contoh: 46,75 ditulis 46,8 c. Aturan Perhitungan 1. Penjumlahan dan pengurangan: Hasil penjumlahan dan pengurangan pada angka penting hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Contoh: 23,4 + 34,21= 57,61 ditulis 57,6 2. Perkalian dan pembagian: Hasil perkalian dan pembagian pada angka penting ditulis sebanyak angka penting yang paling sedikit. Contoh: 23,1 x 2= 46,2 ditulis 50 3. Pangkat dan akar: Hasil pangkat dan akar pada angka penting ditulis sebanyak angka penting yang dipangkatkan atau diakarkan. Contoh: 2,12= 4,41 ditulis 4,4 Fisika SMA X/XI
  • 5. Perhatikan contoh soal berikut ini: Fisika SMA X/XI
  • 6. B. Besaran Pokok Besaran pokok adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan besaran pokok tidak tergantung pada satuan-satuan besaran lain. 1. Panjang 2. Massa 3. Waktu Fisika SMA X/XI
  • 7. 4. Kuat Arus Listrik 5. Suhu Jenis termometer ada 4 macam, yaitu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Skala suhu Celsius dibuat dengan mendefinisikan suhu titik es atau titik beku air normal sebagai nol derajat Celsius (0o C) dan suhu titik uap atau titik didih normal air sebagai 100o C. Skala suhu Reamur dibuat dengan mendifinisikan suhu titik es sebagai 0o R dan suhu titik uap sebagai 80o R. Skala suhu Fahrenheit dibuat dengan mendefinisikan suhu titik es sebagai 32o F dan suhu titik uap sebagai 212o F. Skala suhu absolut dinamakan skala Kelvin. Satuan suhu Kevin adalah kelvin (K). Perubahan suhu 1 K identik dengan perubahan suhu 1o C. Hubungan antara suhu Fahrenheit tF dan suhu Celsius tC adalah: Hubungan antara suhu Fahrenheit tF dan suhu Reamur tR adalah: Hubungan antara suhu Kelvin TK dan suhu Celsius tC adalah: Fisika SMA X/XI
  • 8. 6. Jumlah Zat Satuan baku jumlah zat dalam sistem SI adalah mol. 7. Intensitas Cahaya Satuan baku intensitas cahaya dalam sistem SI adalah kandela. Kandela berasal dari kata Candle (bahasa Inggris) yang berarti lilin. C. BesaranTurunan Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran pokok. Demikian pula satuan besaran turunan adalah satuan yang dapat diturunkan dari satuan besaran pokok. Fisika SMA X/XI
  • 9. Dalam penghitungan besaran turunan, perlu sekali (pada beberapa bentuk soal) untuk pengonversian dari sistem satuan ke sistem yang lain bukan dari SI ke sistem satuan SI. Contoh: 1. 2. Pengonversian ini dilakukan dengan menggunakan tabel konversi yang telah ditentukan Gb. 1.1 Tabel Konversi Panjang, Massa, dan Waktu. Fisika SMA X/XI
  • 10. Perhatikan contoh soal berikut: Fisika SMA X/XI
  • 12. D. Penjumlahan Vektor Besaran dalam fisika dibedakan menjadi besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah suatu besaran yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai arah, contoh: suhu, volume, massa, dsb. Besaran vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai dan arah, contoh: gaya, tekanan, kecepatan, percepatan, momentum, dsb. Pada besaran skalar berlaku operasi-operasi aljabar, tetapi pada besaran vektor, operasi-operasi aljabar tidak berlaku. Penulisan untuk besaran skalar dicetak biasa sedangkan besaran vektor secara internasional disepakati dengan tanda panah di atas lambang atau dicetak tebal. Gb, 1.2 Sebuah vektor gaya = 20N Pada Gambar 1.2 ditunjukkan sebuah vektor gaya sepanjang OA= 5 cm. Setiap 1 cm menyatakan gaya sebesar 4 N, maka besar gaya F= 5 cm x 4 N/cm= 20 N. Titik O disebut pangkal vektor sedangkan titik A disebut ujung vektor. Sebuah vektor dinyatakan berubah jika besar atau arah vektor atau keduanya berubah. Besar vektor ditulis dengan harga mutlak atau cetak biasa. Contoh = 20 N maka besar vektor ditulis F atau |F|= 20 satuan. 1. Metode Penjumlahan Vektor Dua buah vektor atau lebih dapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disebut vektor resultan. a. Penjumlahan Vektor dengan Metode Grafis (Poligon) Sebagai contoh suatu vektor ditambah dengan suatu vektor maka vektor resultannya . Langkah-langkah penjumlahan vektor secara grafis (metode poligon) adalah sebagai berikut: 1. Gambar vektor sesuai dengan skala dan arahnya. 2. Gambar vektor sesuai dengan skala dan arahnya dengan menempelkan pangkal vektor pada ujung vektor . Fisika SMA X/XI
  • 13. Gb. 1.3 Penjumlahan dua buah vektor Gb. 1.4 Penjumlahan empat buah vektor , dan dengan metode grafis (poligon) secara grafis (metode poligon) Penjumlahan dengan metode poligon maka vektor resultan adalah segmen garis berarah dari pangkal vektor ke ujung vektor yang menyatakan hasil penjumlahan vektor dan . b. Penjumlahan Vektor dengan Metode Jajaran Genjang Penjumlahan dua buah vektor dengan metode jajar genjang yaitu dengan cara menyatukan pangkal kedua vektor , kemudian dari titik ujung vektor ditarik sejajar dengan vektor dan juga dari titik ujung vektor ditarik garis sejajar dengan vektor . Vektor resultan diperoleh dengan menghubungkan titik pangakal ke titik perpotongan kedua garis sejajar tersebut di atas. Gb. 1.5 Penjumlahan dua buah vektor dengan metode jajar genjang Fisika SMA X/XI
  • 14. Besar vektor resultan yang ditunjukkan pad agambar 1.5 dapat dicari dengan persamaan cosinus: dengan: Arah vektor resultan terhadap salah satu vektor secara matematis dapat ditentukan dengan menggunakan aturan sinus. Gb. 1.6 Penjumlah dua vektor menjadi vektor Fisika SMA X/XI
  • 15. Jika vektor dan vektor saling tegak lurus maka besar vektor penjumlahannya dapat ditentukan dengan dalil pythagoras yaitu: dengan: Gb. 1.7 Penjumlahan dua vektor yang saling tegak lurus 2. Metode Pengurangan Vektor Pengurangan suatu vektor dengan vektor sama dengan penjumlahan vektor dengan negatif vektor a. Pengurangan Vektor dengan Metode Grafis (Metode Poligon) Fisika SMA X/XI
  • 16. b. Pengurangan Vektor dengan Metode Jajar Genjang Gb. 1.10 Pengurangan dua buah vektor dengan metode jajar genjang. 3. Penguraian Vektor Penguraian suatu vektor adalah kebalikan dari penjumlahan dua vektor. Fisika SMA X/XI
  • 17. Perhatikan contoh soal berikut ini: Fisika SMA X/XI
  • 18. 4. Penjumlahan Vektor dengan Cara Analisis Penjumlahan atau pengurangan dua buah vektor dengan metode grafis membutuhkan mistar dan busur derajat yang akan menyulitkan jika tidak memilikinya. Penjumlahan atau pengurangan dua buah vektor atau lebih yang setitik tangkap dapat diselesaikan dengan metode analisis. Metode analisis ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Membuat koordinat yang saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y) pada titik tangkap vektor-vektor tersebut. b. Menguraikan masing-masing vektor menjadi komponenkomponen pada sumbu x dan sumbu y. c. Menjumlahkan semua komponen pada sumbu x menjadi Rx dan semua komponen pada sumbu y menjadi Ry. d. Vektor resultan hasil penjumlahan tersebut diperoleh dengan menjumlahkan komponen vektor Rx dan Ry. Gb. 1.12 Penjumlahan tiga vektor setitik tangkap dengan Gb. 1.13 Penguraian tiga vektor setitik tangkap metode analisis pada sumbu x dan y Dari gambar 1.13 diperoleh bahwa jumlah komponen pada sumbu x (=Rx) dan pada sumbu y (=Ry): Fisika SMA X/XI
  • 19. Nilai vektor resultannya diperoleh dengan menggunakan analog persamaan: Arah vektor resultan terhadap sumbu x positif dapat dihitung dengan persamaan: Perhatikan contoh soal berikut: Fisika SMA X/XI
  • 22. Kelas 1 Semester 2 Bab V: Kelistrikan Fisika SMA X/XI
  • 23. A. Formulasi Besaran-Besaran Listrik Rangkaian Sederhana (Satu Loop) 1. Arus Listrik Arus listrik adalah laju aliran muatan listrik yang melalui suatu luasan penampang lintang. Jika dalam suatu penghantar (konduktor) terdapat gerakan muatan listrik baik muatan positif maupun negatif maka dikatakan dalam penghantar tersebut terjadi aliran listrik. Konduktor dapat berupa padatan (misal: logam), cairan, dan gas. Pada logam pembawa muatannya adalah elektron, sedang pembawa muatan pada konduktor yang berupa gas dan cairan adalah ion positif dan ion negatif. Syarat-syarat arus listrik dapat mengalir dalam konduktor yaitu:  Rangkaian harus tertutup.  Harus ada beda potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik. Arus listrik seperti aliran air dalam pipa. Air dapat mengalir karena ada tekanan atau energi terhadap air. Tekanan atau energi terhadap air diberikan pompa air. Arus listrik dapat dianalogkan dengan aliran air dalam pipa, muatan listrik dapat mengalir jika ada sumber energi sebagai pompa muatan. Yang dapat disebut gaya gerak listrik (g.g.l). Gaya gerak listrik ini dapat diperoleh dari baterai, aki, sel volta. Analogi antara aliran air dan listrik ditunjukkan pada gambar 1.14 Sepotong segmen kawat pembawa arus ditunjukkan pada gambar 1.15 Gb. 1.15 Segmen kawat pembawa arus (Tipler, 1991) Gb. 1.14 Analogi antara aliran air dan listrik Fisika SMA X/XI
  • 24. Rumus kuat arus listrik dinyatakan: dengan: Besaran kuat arus listrik adalah besaran pokok , sedangkan jumlah muatan listrik adalah besaran turunan. Bila suatu penghantar yang memiliki luas penampang A dan dialiri arus listrik I maka dapat dikatakan bahwa penghantar tersebut dialiri arus listrik dengan rapat arus: Jumlah muatan yang mengalir q= kuat arus yang mengalir x selang waktu: Fisika SMA X/XI
  • 25. Suatu penghantar dikatakan berarus listrik jika pada ujung-ujung penghantar tersebut terdapat beda potensial (V) yang ditimbulkan oleh suatu tegangan. Perhatikan gambar 1.16 Gb. 1.16 Suatu penghantar mempunyai beda Gb. 1.17 Suatu penghantar yang potensial antar kedua ujungnya (V) mempunyai hambataqn (R) dan beda potensial antar kedua ujungnya Fisika SMA X/XI
  • 26. Perhatikan contoh soal di bawah ini: 1. Fisika SMA X/XI
  • 28. 2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik Perhatikan gambar 1.17 Jika suatu bahan penghantar menghasilkan grafik kuat arus sebagai fungsi, beda potensial-nya tidak membentuk garis lurus, penghantarnya disebut komponen non-ohmik. Untuk bahan penghantar menghasilkan grafik kuat arus sebagai fungsi, beda potensial-nya membentuk garis lurus disebut komponen ohmik. Hubungan antara kuat arus sebagai fungsi beda potensial yang disebut hukum ohm: Gb. 1.17 Grafik kuat arus listrik dengan: (I) sebagai fungsi beda potensial (V) Hukum Ohm adalah jika kuat arus yang melalui suatu konduktor ohm adalah sebanding (berbanding lurus) dengan beda potensial antara ujung-ujung konduktor asalkan suhu konduktor tetap. Suatu kawat penghantar memiliki hambatan listrik (R) yang sering disebut resistensi: dengan: Fisika SMA X/XI
  • 29. Perhatikan contoh soal berikut: 1. 2. Fisika SMA X/XI
  • 30. B. Identifikasi Penerapan Listrik AC dan DC dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Hukum I Kirchhoff “Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang tersebut.” Perhatikan gambar 1.18 2. Hukum II Kirchhoff “Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.” Gb. 1.18 Analogi pertemuan dua jalan menjadi satu dengan dua cabang arus bergabung menjadi satu cabang. Penggunaan hukum II Kirchhoff: a) Pilih rangkaian untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu. Pemilihan arah loop bebas, tapi jika memungkinkan diusahakan searah dengan arah arus listrik. b) Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka penurunan tegangan (IR) bertanda positif, sedangkan bila arah loop berlawanan arah dengan arah arus, maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif. Fisika SMA X/XI
  • 31. 3. Hubungan Seri dan Paralel Untuk Resistor a. Rangkaian Seri dengan: Gb. 1.19 Rangkaian Seri b. Rangkaian Paralel dengan: Gb. 1.20 Rangkaian Paralel Fisika SMA X/XI
  • 32. Aplikasi rangkaian seri untuk membagi tegangan ditunjukkan pada gambar 1.21 Rangkaian ini menerapkan hukum Ohm: Gb. 1.21 Rangkaian seri untuk membagi tegangan Aplikasi rangkaian paralel untuk membagi aliran arus listrik ditunjukkan pada gambar 1.22 Rangkaian ini menerapkan hukum I Kirchhoff: Gb. 1.22 Rangkaian paralel untuk membagi aliran arus listrik Fisika SMA X/XI
  • 33. Perhatikan contoh soal berikut: 1. Fisika SMA X/XI
  • 35. 4. Penerapan Arus Searah dalam Kehidupan Sehari-hari Arus searah (Direct Current) adalah suatu arus listrik yang aliran muatan netto hanya dalam satu arah. Dalam kehidupan sehari-hari, arus searah banyak digunakan pada kendaraan bermotor (baik roda empat maupun roda dua), lampu penerangan di rumah, misalnya lampu senter. Contoh penggunaan sumber arus searah (sumber tegangan searah) pada sebuah mobil ditunjukkan pada gambar 1.23 Energi listrik adalah besar muatan (dalam coulomb) dikalikan beda potensial yang dialaminya. Satuan energi listrik dalam SI adalah joule (J). dengan: Daya listrik adalah energi listrik yang dihasilkan atau diperlukan per satuan waktu. Satu watt (1 W) adalah besar daya ketika energi satu joule dibebaskan dalam selang waktu 1 sekon. Gb. 1.23 Sistem aliran listrik pada sebuah mobil Jika tegangan listrik turun, maka daya akan mengalami penurunan: dengan: Fisika SMA X/XI
  • 36. Perhatikan contoh soal di bawah ini: Fisika SMA X/XI
  • 37. 5. Penggunaan Alat Ukur Listrik a. Amperemeter Amperemeter adalah alat ukur arus listrik. Amperemeter harus dipasang seri dalam suatu rangkaian, arus listrik yang melewati hambatan R adalah sama dengan arus listrik yang melewati amperemeter tersebut. Komponen dasar suatu amperemeter dan voltmeter adalah galvanometer, yaitu suatu alat yang dapat mendeteksi arus kecil yang melaluinya. Galvanometer mempunyai hambatan yang sering disebut sebagai hambatan dalam galvanometer, Rg. Besar hambatan paralel berdasarkan hukum I Kirchhoff yang beda potensialnya sama: dengan: Gb. 1.24 Penggunaan amperemeter Rp: hambatan paralel ( ) untuk mengukur arus listrik Rg: hambatan dalam galvanometer ( ) Gb. 1.26 Susunan suatu voltmeter dengan menggunakan galvanometer G dengan hambatan dalam Rg dan suatu hambatan RS Gb. 1.25 Susunan suatu amperemeter dengan menggunakan galvanometer G dengan hambatan dalam Rg dan suatu hambatan Rp Fisika SMA X/XI
  • 38. Perhatikan contoh soal berikut ini: b. Voltmeter Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik. Voltmeter harus dipasang paralel dengan ujung-ujung hambatan yang akan diukur beda potensialnya. Penggunaan voltmeter ntuk mengukur beda potensial listrik ditunjukkan pada gambar 1.27 Gb. 1.27 Penggunaan voltmeter untuk mengukur beda potensial listrik Besar hambatan seri: dengan: RS : hambatan seri ( ) Rg: hambatan dalam galvanometer ( ) Fisika SMA X/XI
  • 39. Perhatikan contoh soal berikut: Fisika SMA X/XI
  • 40. c. Ohmmeter Ohmmeter adalah alat ukur hambatan listrik. Satuan hambatan listrik dalam satuan SI adalah ohm atau diberi simbol . Pada pengukuran suatu hambatan listrik dilakukan dengan menghubungkan sebuah sumber tegangan yang sudah diketahui tegangannya secara seri dengan sebuah amperemeter dan hambatan yang akan diukur, seperti ditunjukkan pada gambar 1.28 Gb. 1.28 Pengukuran hambatan listrik dengan menggunakan sebuah amperemeter Rumus ini digunakan untuk menghitung besar hambatan Rx d. Wattmeter Wattmeter adalah alat ukur daya listrik. Satuan daya listrik dalam satuan SI adalah watt atau diberi simbol W. Susunan wattmeter untuk mengukur daya yang dikeluarkan oleh suatu hambatan R ditunjukkan pada gambar 1.29 Daya yang dihasilkan oleh suatu hambatan R dapat diperoleh dengan: Gb. 1.29 Susunan wattmeter untuk mengukur daya yang dikeluarkan oleh suatu hambatan R Fisika SMA X/XI
  • 41. e. Multimeter Multimeter adalah suatu alat yang berfungsi sebagai amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter. Multimeter ada dua jenis yaitu analog dan digital, seperti ditunjukkan pada gambar 1.30 Gb. 1.30 (a) Multimeter analog (b) Multimeter digital Fisika SMA X/XI
  • 42. Fisika SMA X/XI Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
  • 43. Kelas 2 Semester 1 Bab 5: Momentum dan Impuls Fisika SMA X/XI
  • 44. A. Pengertian Momentum dan Impuls Momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda. Momentum dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian massa dengan kecepatan. dengan: Semakin besar massa suatu benda, maka semakin besar momentumnya, dan semakin cepat gerak suatu benda, maka semakin besar pula momentumnya. Semakin besar momentum sebuah benda yang sedang melaju, semakin sulit untuk menghentikannya dan semakin besar tumbukannya jika mengenai benda lain. Untuk membuat suatu benda yang diam menjadi bergerak diperlukan sebuah gaya yang bekerja pada benda tersebut selama interval waktu tertentu. Gaya yang diperlukan untuk membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam interval waktu tertentu disebut impuls. Impuls digunakan untuk menambah, mengurangi, dan mengubah arah momentum dalam satuan waktu. Impuls dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian gaya dengan interval waktu. dengan: Teorema impuls-momentum: impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentumnya. Fisika SMA X/XI
  • 45. Perhatikan contoh soal berikut ini: Fisika SMA X/XI
  • 48. B. Hukum Kekekalan Momentum Gb. 1.31 Hukum kekekalan momentum pada tumbukan antara dua bola Perhatikan gambar 1.31 Tumbukan yang terjadi antara dua bola tersebut, dapat dihubungkan dengan hukum II Newton: dengan: Persamaan diatas disebut sebagai hukum Kekekalan Momentum yang berbunyi: “Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda, maka jumlah momentum sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum setelah tumbukan.” Fisika SMA X/XI
  • 49. Perhatikan contoh di bawah ini: Jawab pertanyaan ini berdasarkan Contoh di atas! Fisika SMA X/XI
  • 50. C. Tumbukan Tumbukan dapat terjadi pada saat benda yang bergerak mengenai benda lain yang sedang bergerak atau diam. Berdasarkan sifat kelentingan benda, tumbukan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali. 1. Tumbukan Lenting Sempurna Tumbukan lenting sempurna adalah apabila tidak ada energi yang hilang selama tumbukan dan jumlah energi kinetik kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan sama. Pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum Kekekalan Momentum dan hukum Kekekalan Energi Kinetik. Dengan demikian, pada tumbukan lenting sempurna koefisien restitusi (e= 1). Gb. 1.32 Tumbukan lenting sempurna antara dua benda: (a) sebelum tumbukan, (b) saat tumbukan, (c) setelah tumbukan. Fisika SMA X/XI
  • 51. 2. Tumbukan Lenting Sebagian Pada tumbukan lenting sebagian, beberapa energi kinetik akan diubah menjadi energi bentuk lain seperti panas, bunyi, dan sebagainya. Akibatnya, energi kinetik sebelum tumbukan lebih besar daripada energi kinetik sesudah tumbukan. Sebagian besar tumbukan yang terjadi antara dua benda merupakan tumbukan lenting sebagian. Pada tumbukan lenting sebagian berlaku hukum Kekekalan Momentum, tetapi tidak berlaku hukum Kekekalan Energi Kinetik. Dengan demikian, dapat disimpulkan pada tumbukan lenting sebagian, koefisien restitusi (e) adalah: 0 <e < 1. Untuk menentukan koefisien restitusi benda: 3. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, sesudah tumbukan kedua benda bersatu, sehingga kecepatan kedua benda sesudah tumbukan besarnya sama, yaitu v1' = v2' = v'. Jadi, pada tumbukan tidak lenting sama sekali besarnya koefisien restitusi adalah nol (e= 0). Fisika SMA X/XI
  • 54. Kerjakan soal berikut berdasarkan persamaan dan contoh yang telah di jelaskan. Silanglah jawaban yang paling tepat antara a, b, c, d, dan e. Fisika SMA X/XI
  • 56. Kelas 2 Semester 2 Bab 9: Termodinamika Fisika SMA X/XI
  • 57. A. Usaha dan proses dalam Termodinamika 1. Usaha Sistem pada Lingkungan Usaha yang dilakukan sistem pada lingkungannya merupakan ukuran energi yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan. dengan: 2. Usaha pada Beberapa proses Termodinamika a. Proses Isotermal Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan sistem pada suhu konstan. b. Proses Isobarik Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem pada tekanan konstan. c. Proses Isokhorik Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem pada volume konstan. Pada proses isokhorik gas tidak mengalami perubahan volume, sehingga usaha yang dilakukan sistem sama dengan nol. Fisika SMA X/XI
  • 58. d. Proses Adiabatik Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem tanpa adanya pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungan. Proses adiabatik terjadi jika sistem terisolasi dengan baik atau proses terjadi dengan sangat cepat sehingga kalor yang mengalir dengan lambat tidak memiliki waktu untuk mengalir masuk atau keluar sistem. Hubungan antara tekanan dan volume pada proses adiabatik dinyatakan dalam rumus Poisson berikut: Perhatikan contoh berikut: Fisika SMA X/XI
  • 59. Kerjakan soal berikut dengan tepat. Fisika SMA X/XI
  • 60. B. Hukum I Termodinamika Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa: ”Untuk setiap proses, apabila kalor ditambahkan ke dalam sistem dan sistem melakukan usaha, maka akan terjadi perubahan energi.” Jadi, dapat dikatakan bahwa hukum I Termodinamika menyatakan adanya konsep kekekalan energi. 1. Penerapan Hukum I Termodinamika a. Proses Isotermal: b. Proses Isobarik: c. proses Isokhorik: d. Proses Adiabatik: Fisika SMA X/XI
  • 61. 2. Kapasitas Kalor Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat sebesar satu kelvin atau satu derajat celsius: Ada dua macam kapasitas kalor pada gas, yaitu kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor pada volume tetap (Cv ). Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap: Hubungan antar keduanya dapat dirumuskan: Kapasitas kalor gas pada volume tetap: Untuk gas diatomik, besarnya kapasitas kalor gas pada tekanan tetap dan kapasitas kalor pada volume tetap tergantung pada derajat kebebasan gas. a. Pada suhu rendah ( 250 K) b. Pada suhu sedang ( 500 K) c. Pada suhu tinggi ( 1.000 K) Fisika SMA X/XI
  • 62. Perhatikan contoh soal berikut: Fisika SMA X/XI
  • 63. Jawab pertanyaan di bawah ini. C. Siklus pada Termodinamika 1. Siklus Carnot Pada siklus Carnot, sistem menyerap kalor dari reservoir bersuhu tinggi T1 sebesar Q1 dan melepas kalor ke reservoir bersuhu rendah T2 sebesar Q2, karena pada proses tersebut keadaan awal sama dengan keadaan akhir, maka perubahan energi dalam U = 0. Berdasarkan Hukum I Termodinamika, maka: Dengan demikian, pada mesin Carnot telah terjadi perubahan energi kalor menjadi usaha. Mesin yang mengubah energi kalor menjadi usaha disebut mesin kalor. Efisiensi mesin kalor dinyatakan sebagai perbandingan antara usaha yang dilakukan mesin dengan kalor yang diserap. Fisika SMA X/XI
  • 64. Perhatikan contoh soal berikut dengan seksama: Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan persamaan yang telah dijelaskan. Fisika SMA X/XI
  • 65. D. Hukum II Termodinamika “Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas.” Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan: 1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck). 2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius). 3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius). 1. Entropi Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap keadaan, dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi entropi suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. 2. Mesin Pendingin Pada mesin pendingin terjadi aliran kalor dari reservoir bersuhu rendah ke reservoir bersuhu tinggi dengan melakukan usaha pada sistem. Fisika SMA X/XI
  • 66. Perhatikan contoh soal berikut ini: Uji kemampuanmu dengan mengerjakan soal berikut. Fisika SMA X/XI
  • 67. Kerjakan soal di bawajh ini dengan tepat! Fisika SMA X/XI