SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
MAKALAH
PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA YANG MELANDA WILAYAH
PEDESAAN DAN PERKOTAAN SERTA UPAYA – UPAYA PENANGULANGAN
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pembangunan Pertanian
Semester Ganjil Tahun 2010
Kelompok 4
Andina S
Susi Sulastri
Raden Bondan E B
Yozi
Indah
Juan
Tohom
Andreas
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
Page 2 of 16
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut BKKBN (dalam Saefudin, 2003) kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera yang
tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki
pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja dan bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan tidak
mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. Pengertian ini didefinisikan lebih lanjut menjadi
keluarga miskin, yakni: (1) Paling tidak sekali seminggu keluarga makan daging ikan/telur, (2) Setahun
sekali seluruh anggota keluarga paling kurang satu stel pakaian baru, (3) Luas lantai rumah paling kurang
8 m2 untuk tiap penghuni. Keluarga miskin sekali adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak
dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator yang meliputi: (1) Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan 2 kali sehari atau lebih, (2) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan tersebut ternyata tidak memberikan dampak yang cukup
berarti pada usaha pengentasan kemiskinan. Pola kemiskinan di Indonesia selama 16 tahun tidak banyak
mengalami penurunan. Ratio dijadikan sebagai indikator kemiskinan yang dominan, maka selama 30
tahun Gini Ratio Indonesia hanya turun 0,07 atau 7%, padahal pada saat bersamaan pertumbuhan
ekonomi Indonesia sebesar rata rata 7%. Kenyataan ini sangat kontras apabila dibandingkan dari
beberapa negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang hampir sama (misal: Malaysia,
Thailand, Philipina), dimana tingkat Gini ratio menunjukan tingkat penurunan yang cukup berarti.
Page 3 of 16
BAB II
PEMBAHASAN
a. Data Time Series
Pendekatan time series yang bersifat cross-section study memberikan kesimpulan yang beragam.
Deininger dan Squire (1995, 1996) menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara pertumbuhan
ekonomi suatu Negara dengan peningkatan angka kemiskinan. Namun studi yang dilakukan oleh World
Bank (1990), Fields dan Jakobson (1989) dan Ravallion (1995), menunjukan tidak ada korelasi antara
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan. Kajian kajian empiris di atas pada hakekatnya adalah
menguji hipotesis Kuznets di mana hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan
hubungan negatif, sebaliknya hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah
hubungan positif.
Hubungan ini sangat terkenal dengan nama kurva U terbalik dari kuznets. Maka kedua studi yang
mempunyai hasil bertolak belakang tersebut, justru menguatkan hipotesis dari Kuznets dengan kurva U
terbalik. Kuznets menyimpulkan bahwa pola hubungan yang positif kemudian menjadi negatif,
menunjukkan terjadi proses evolusi dari distribusi pendapatan dari masa transisi suatu ekonomi pedesaan
(rural) ke suatu ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industri.
Hipotesis Kuznets ini mulai dipertanyakan. Beberapa study yang mengambil data time series
membuktikan bahwa dalam beberapa negara yang masih bertumpu pada sector pertanian (rural economy)
menunjukan hubungan negatif. Ini berarti bertolak belakang dari hipotesis Kuznets. Pertanyaannya adalah
faktor apa yang membuat hal tersebut terjadi?. Pemahaman atas variabel variable tersebut akan
membuktikan bahwa negara pertanian tidak identik dengan kemiskinan atau mungkin lebih tepatnya
adalah kesejahteraan pun bisa meningkat di negara negara yang berbasis pertanian.
b. Klasifikasi Kemiskinan
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan
kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di
bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang,
kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas
garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin
kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Page 4 of 16
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk
yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin
tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari
dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat
jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis
jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.
c. Gambaran Kemiskinan Indonesia
BPS juga melaporkan bahwa jumlah masyarakat yang dikategorikan sebagai penduduk miskin di
Indonesia saat ini mencapai 31,02 juta orang atau sebesar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia.
Khusus di Provinsi Bali, jumlah penduduk miskin mencapai 174.930 ribu orang atau sebesar 4,88 persen
dari jumlah total penduduknya, yaitu 3,58 juta jiwa. Ini berarti satu dari dua puluh orang yang ditemui
secara acak di Bali, adalah penduduk miskin. Sedangkan perbandingan antara jumlah penduduk miskin di
perkotaan dengan di pedesaan adalah 0.91 atau 10 banding 11.
Data kemiskinan ini diperoleh melalui pendekatan kemampuan penduduk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Artinya, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Nilai pengeluaran
minimal untuk seseorang hidup dengan layak disebut garis kemiskinan, yaitu sebesar Rp 211.726 per
kapita per bulan. Sedangkan penduduk yang pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Faktor Penyebab Kemiskinan
Menurut Ala (1981), penyebab kemiskinan dibedakan atas factor internal (endogen) dan faktor
eksternal (eksogen).
Faktor Internal
Menurut Ala (1981), faktor internal adalah aktor (individu) itu sendirilah yang menyebabkan kemiskinan
bagi dirinya sendiri. Menurut Alkostar (dalam Mahasin,1991), faktor internal yang menyebabkan
kemiskinan adalah: sifat malas (tidak mau bekerja), lemah mental, cacat fisik dan cacat psikis (kejiwaan).
Menurut Friedman (1979), secara internal masyarakat miskin adalah karena malas mengakumulasikan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada Tabel 1 dijelaskan beberapa faktor penyebab kemiskinan
secara internal.
Page 5 of 16
Page 6 of 16
Page 7 of 16
Faktor Eksternal
Menurut Ala (1981), kemiskinan yang disebabkan faktor eksternal (eksogen) adalah terjadinya
kemiskinan disebabkan oleh-oleh factor faktor yang berada di luar diri si aktor tersebut. Faktor eksternal
terdiri dari:
Faktor Alamiah
Ada beberapa faktor alamiah yang menyebabkan kemiskinan, antara lain: keadaan alam yang miskin,
bencana alam, keadaan iklim yang kurang menguntungkan. Kemiskinan alamiah dapat juga ditandai
dengan semakin menurunnya kemampuan kerja anggota keluarga karena usisa bertambah dan sakit keras
untuk waktu yang cukup lama.
Faktor Buatan(Struktural)
Faktor buatan yaitu terjadinya masyarakat miskin karena tidak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi
secara cepat (dalam arti yang menguntungkan) terhadap perubahan-perubahan teknologi maupun
ekonomi, mengakibatkan kesempatan kerja yang dimiliki mereka semakin tertutup. Mereka tidak
mendapatkan hasil yang proporsional dari keuntungan-keuntungan akibat dari perubahanperubahan itu.
Menurut Frans Seda (Ala, 1981), kemiskinan buatan (struktural) itu adalah buatan manusia, dari manusia
dan terhadap manusia pula. Kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur (buatan manusia),
dapat mencakup baik struktur ekonomi, politik, social dan kultur. Strukturstruktur ini terdapat pada
lingkup nasional maupun internasional. Hal ini senada dengan pendapat Soedjatmoko (1980, dalam
Prisma, 1989), ―Pola ketergantungan, pola kelemahan dan eksploitasi golongan miskin berkaitan juga
dengan pola organisasi institusional pada tingkat nasional dan internasional‖. Menurut Alkostar (Mahasin,
1991), faktor eksternal penyebab terjadinya gelandangan (kaum miskin) adalah:
(1) Faktor ekonomi: kurangnya lapangan kerja; rendahnya pendapatan per kapita dan tidak tercukupinya
kebutuhan hidup.
(2) Faktor Geografi: daerah asal yang minus dan tandus sehingga tidak memungkinkan pengolahan
tanahnya.
(3) Faktorl Sosial: arus urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam
usaha kesejahteraan sosialnya.
(4) Faktor Pendidikan: relatif rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun informal.
Page 8 of 16
(5) Faktor Kultural: pasrah kepada nasib dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan hambatan
mental.
(6) Faktor lingkungan keluarga dan sosialisasi.
(7) Faktir kurangnya aasar-dasar ajaran agama sehingga menyebabkan tipisnya iman, membuat mereka
tidak mau berusaha.
Page 9 of 16
Kemiskinan Pedesaan
Dua karakteristik umum kemiskinan di pedesaan yaitu tingkat buta huruf yang masih tinggi dan
pendapatan yang rendah. Selanjutnya penyebab paling umum kemiskinan pedesaan antara lain :
Ketidakseimbangan pembangunan sektor pedesaan oleh pemerintah.
Ketidakcukupan tenaga kerja di desa dimana kebijakan seperti industrialisasi pedesaan kurang
berpihak.
Ketidakcukupan dalam mengakses pinjaman modal dengan suku bungan yang wajar karena
adanya permainan oleh peminjam uang/ rentenir.
Ketidakseimbangan pelayanan sosial di daerah pedesaan
Ketidakssuaian dalam sistem pemilikan tanah.
Kemiskinan di Kota
Suparlan (1984) mengemukakan bahwa masalah kemiskinan di perkotaan merupakan masalah
laten dan kompleks yang implikasi sosial dan kebudayaannya bukan hanya melibatkan dan mewujudkan
berbagai masalah sosial yang ada di kota yang bersangkutan saja atau menjadi masalah orang miskin di
kota tersebut, tetapi juga melibatkan masalah-masalah sosial yang ada di pedesaan.
Page 10 of 16
Kemiskinan di perkotaan merupakan akibat migrasi masyarakat desa ke kota yang tinggi, dan
terutama kondisi kehidupan yang miskin ( rumah diperkampungan miskin dan kotor, serta perkampungan
dengan sedikit pelayanan sosial) upah rendah dan tidak mencukupinya peraturan dalam sektor tenaga
kerja formal, serta sulinya keuangan di sektor tenaga kerja informal. Meskipun, riset menunjukan bahwa
tingkat pendapatan masyarakat kota biasanyua lebih besar dibandingkan penduduk desa, dan adanya
perpindahan penduduk desa ke kota, disamping kondisi kehidupan yang lemah, kondisi tersebut memiliki
manfaat dimana masyarakat kota berusaha meningkatkan kondisi kehidupannya, melalui pendidikan anak
– anaknya serta penggunaan pendapatan dengan hati –hati / hemat.
Aspek – aspek kemiskinan di perkotaan tersebut dapat ditangani langsung melalui program
pengentasan kemiskinan misalnya : penataan perumahan, program sanitasi, penambahan fasilitas dasar
seperti air dan listrik, program kredit skala kecil, kesempatan kerja, peningkatan dalam mengakses
pelayanan sosial, pelayanan anak dan lainnya.
d. Penanggulangan Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan dapat didekati dari dua sisi, yaitu: kelompok masyarakat, dan
lokasi desa yang dianggap mempunyai kondisi ketertinggalan. Meskipun di desa yang tidak tertinggal
juga terdapat penduduk miskin, dan terdapat penduduk tidak miskin yang tinggal di desa tertinggal,
namun sebagian besar penduduk miskin bertempat tinggal di desa yang tergolong tertinggal. Meskipun
sebagian besar penduduk miskin berada di perdesaan, jumlah penduduk miskin di perkotaan masih
memprihatinkan. Kondisi kemiskinan penduduk di perkotaan diwarnai oleh masalah kepadatan penduduk
tinggi, kondisi lingkungan kumuh, serta ketegangan sosial yang rentan, yang merupakan wujud
ketidakmanusiawian dibanding di daerah perdesaan.
Pembangunan nasional telah menanamkan arah yang terdiri dari tiga komponen yang masih
cukup relevan untuk dikembangkan, yaitu: pertama, pemberdayaan masyarakat dan pemihakan kepada
yang lemah atau kurang mampu dengan mencegah persaingan yang tidak seimbang, tetapi bukan berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi dan memberdayakan masyarakat dengan menciptakan suasana
atau iklim yang sehat untuk memungkinkan usaha masyarakat berkembang. Kedua, pemantapan otonomi
sebagai upaya penguatan kelembagaan pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan di daerah,
yaitu: memberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pengawasan dan pelaporan, dengan tetap mendapat bimbingan dan bantuan dari pemerintah
pusat. Oleh karena itu muncullah konsep otonomi yang mencakup tiga prinsip, yaitu prinsip
desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan (medebewind). Salah satu prinsip penting dalam penerapan
otonomi adalah prinsip desentralisasi atau pendelegasian wewenang. Salah satunya mengalihkan
Page 11 of 16
wewenang pengelolaan dana untuk program pembangunan yang dulunya dilakukan oleh instansi
pemerintah pusat lalu didesentralisasikan kepada instansi pemerintah daerah. Untuk kepentingan itu maka
dilakukanlah pengalihan secara bertahap bantuan pembangunan sektoral --yang diwujudkan dalam
pemberian DIP Sektor kepada instansi pusat yang dikelola sendiri oleh instansi pusat itu—ke mekanisme
pengelolaan dana program pembangunan yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah yang diwujudkan
dalam pemberian alokasi dana pembangunan daerah Waktu itu disebut SPABP (Surat Pengesahan
Alokasi Bantuan Pembangunan Daerah) lalu saat ini dikenal sebagai Daftar Alokasi Dana Pembangunan
Daerah (DADPD). Pada tahap pertama pengalihan pengelolaan dana kepada pemerintah daerah bersifat
bantuan khusus (specific block), lalu jika lebih siap akan diberikan bantuan dalam bentuk bantuan umum
(block grant) dimana semua dana yang diberikan adalah menjadi wewenang pemerintah daerah dalam
pengelolaannya. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah dari perubahan struktur
sosial ekonomi dan budaya, dengan proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan
harus menikmati, begitu pula sebaliknya yang menikmati haruslah yang menghasilkan.
A. Jalur Pembangunan Sektoral
Jalur pembangunan sektor dilakukan oleh instansi sektor pemerintah pusat – dan menurut prinsip
dekonsentrasi—dapat dilakukan oleh instansi pusat yang berkedudukan di daerah. Secara umum jalur
pembangunan sektoral merupakan upaya pembangunan yang menangani suatu masalah di sektor tertentu.
Misalnya, penyediaan fasilitas pendidikan yang timpang antara yang bisa dinikmati oleh putra-putri dari
kelompok keluarga tidak mampu atau miskin dengan yang lebih mampu. Padahal diketahui bersama
bahwa putra-putri dari keluarga tidak mampu jumlahnya sangat besar. Implikasinya tentu saja sebagian
besar penduduk usia sekolah tidak bisa memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh
karena itu melalui sektor pendidikan yang antara lain dilakukan oleh Departemen Pendidikan,
dilakukanlah upaya meningkatkan dan memperluas fasilitas pendidikan, terutama di daerah-daerah yang
paling membutuhkan. Hal serupa juga terjadi pada masalah kesehatan, pangan, permukiman,
perhubungan, dan sektor-sektor lain yang dianggap perlu, antara lain seperti perlunya pengembangan
potensi kelautan, maka diadakanlah pembangunan sektor kelautan yang secara khusus mendapatkan
perhatian itu.
Umumnya jalur pembangunan sektor berorientasi pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
peningkatan kuantitas dan kualitas produksi, dan pembangunan prasarana dan sarana fisik yang secara
langsung menunjang pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan
kesehatan. Pelaksanaan pada jalur pembangunan sektoral pada umumnya diselenggarakan melalui
Page 12 of 16
program pembangunan sektor yang dikelola oleh instansi pemerintah pusat dan dapat dibantu oleh
instansi pusat yang berkedudukan di daerah dan/atau dibantu oleh instansi daerah.
Jalur pembangunan sektor dikatakan sebagai upaya penanggulangan kemiskinan bersifat tidak langsung,
artinya bahwa apa yang dilakukan oleh instansi sektor itu mendukung terwujudnya penanganan masalah
kemiskinan, atau menyediakan dukungan kepada upaya yang bersifat langsung.
B. Jalur Pembangunan Regional
Jalur pembangunan regional dituangkan melalui berbagai bantuan pembangunan daerah, baik bantuan
pembangunan Propinsi, bantuan pembangunan Kabupaten/Kota, dan bantuan pembangunan Desa. Jalur
pembangunan daerah diarahkan pada perluasan kesempatan kerja, pengembangan potensi daerah, dan
peningkatan kemampuan masyarakat dan warga di daerah. Selain itu bantuan pembangunan yang
diberikan kepada daerah merupakan pemacu untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam pengerahan
sumberdaya, dan meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Bantuan pembangunan daerah
sesungguhnya paling ideal untuk mempercepat upaya pemberdayaan masyarakat. Bantuan ini dikelola
oleh masyarakat sehingga hasilnya dinikmati langsung oleh masyarakat di wilayahnya sendiri.
C. Jalur Pembangunan Khusus
Jalur pembangunan khusus diarahkan untuk menggerakkan kegiatan sosial ekonomi dan meningkatkan
mutu sumberdaya manusia, membangun prasarana dan sarana dasar, serta memperkuat kelembagaan
penduduk miskin, terutama di daerah-daerah tertinggal seperti di kawasan timur Indonesia. Program
pembangunan khusus dilakukan secara selektif sehingga dapat terarah pada kelompok sasaran orang-
orang miskin dan terarah pada lokasi yang banyak terdapat penduduk miskin. Salah satu program yang
secara khusus diarahkan pada penanggulangan kemiskinan adalah Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Namun pemerintah Indonesia menggabungkan model Rostow dengan pendekatan kesejahteraan.
Pendekatan ini langsung dilakukan tanpa melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tetapi langsung oleh
presiden melalui Instruksi Presiden (inpres). Ada beberapa inpres yang dilakukan dengan pola
pendekatan kesejahteraan, yaitu :
1. Inpres Desa Tertinggal, tujuannya adalah menciptakan kesetaraan desa dan menciptakan lapangan
kerja di pesedaan
2. Inpres kesehatan, tujuannya adalah memberikan layanan kesehatan yang mudah dan murah untuk
penduduk pedesaan.
Page 13 of 16
3. Inpres pendidikan, tujuannya adalah memberikan layanan pendidikan yang gratis untuk pendidikan
dasar sampai menengah.
4. Inpres obat obatan, tujuannya adalah untuk memberikan obat obatan yang murah kepada masyarakat
miskin
5. Inpres inpres lainnya, yang prinsipnya adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan.
Di samping inpres inpres tersebut, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kebijakan yang tujuannya
adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk pedesaan, misalkan :
1. Ketentuan mengenai Kredit Usaha Tani, untuk memudahkan petani mendapatkan modal untuk
mengolah tanah
2. Ketentuan mengenai kredit perbankan (KIK atau kredit candak kulak) tujuannya adalah memberikan
kemudahan rakyat untuk mendapatkan modal untuk usaha diluar sektor pertanian.
3. Pembebasan pajak untuk hasil pertanian.
4. Subsidi atas pupuk dan obat obatan pertanian
5. Penetapan harga dasar gabah, untuk menjamin nilai tukar petani (padi) tidak turun, bahkan meningkat
terhadap hasil produk industri lainnya.
6. Pola KKPA untuk sistim transmigrasi terpadu, tujuannya adalah menjamin para transmigran
mendapatkan penghasilan yang tetap dan alat produksi.
Strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan:
1. Penyusunan tata ruang desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya pembangunan
desa. Dalam proses penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan berbagai potensi yang ada, keunikan,
kultur yang melandasi dan harapan harapan yang ingin dicapai, sehingga wujud desa nantinya menjadi
khas, seperti desa wisata, desa tambang, desa kebun, desa peternakan, desa nelayan, desa agribisnis, desa
industri, desa tradisional dan lain sebagainya. Dalam tata ruang tersebut, harus tersusun rencana
infrastruktur, site plan untuk office, pemukiman, comercial area, lahan usaha/budidaya berbasis
sentra(satu hamparan), kemampuan daya dukung lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk
maksimal), lokasi pendidikan, sarana pelayanan kesehatan, pasar, terminal dan ruang publik (alun alun,
taman) dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.
Page 14 of 16
2. Penetapan aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan ekonomi desa,
didasarkan analisis terhadap potensi yang ada, kemampuan masyarakat pada umumnya, potensi pasar,
minat dan kultur masyarakat.
3. Pembentukan lembaga lembaga masyarakat yang akan berperan sebagai stakeholders, dan akan
memberikan berbagai masukan dalam proses pembangunan desa.
4. Untuk pembangunan perekonomian di desa, dilakukan penetapan kegiatan dan komoditas terpilih,
sinkronisasi dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota, penguatan Badan Usaha Milik
Desa (Bumdes), penyiapan masyarakat dan lokasi sentra Manajemen sentra, Penetapan berbagai
kerjasama dengan pihak ketiga, penyiapan sarana perekonomian (seperti terminal, pasar, koperasi, atau
sejenis), penunjang aktivitas ekonomi masyarakat, serta pembentukan lembaga fasilitator, baik dari
masyarakat Desa itu sendiri atau dari luar dan dari Perguruan Tinggi melalui program Kuliah Kerja Nyata
(KKN).
5. Untuk meningkatkan SDM aparat desa dilakukan dengan meningkatkan program dan kegiatan yang
telah berjalan melalui program pusat, provinsi dan kabupaten / kota, efektivitas program lomba desa dan
peningkatan program Non Governtment (NGO).
Page 15 of 16
Sumber pustaka
Friedman. 1979. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui
http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses
21/11/2010.
Soedjatmoko. 1980. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702
ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010.
Ala. 1981. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702
ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010.
Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia.2002. Penanggulangan Kemiskinan
Di Indonesia. Diakses melalui http://gunawans.tripod.com/KPK/BP-PK.pdf. Tanggal
akses 14/11/2010.
Syarifuddin. 2003. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui
http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses
21/11/2010.
Rustian. 2004. Kemiskinan Perkotaan Di Indonesia: Perkembangan, Karakteristik Dan Upaya
Penanggulangan. Fakultas Ekonomi. Universitas Trisakti. Tanggal Akses 21/11/2010.
Harsono. 2005. Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702
ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010.
Elisabetyas.2008. Berbagai Faktor Penyebab Kemiskinan di Pedesaan dan Perkotaan. Diakses
melalui http://elisabetyas.wordpress.com/2008/10/10/berbagai-faktor-penyebab
kemiskinan-di-pedesaan-dan-perkotaan. Tanggal akses 21/11/2010.
Page 16 of 16
http://www.radarjogja.co.id/ruang-publik/9-suara-rakyat/8951-kemiskinan-dan-dualisme-
ekonomi
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kemiskinan_absolut&action=edit&redlink=1
http://beritamaya.wordpress.com/2009/02/10/kemiskinan-di-desa-lebih-rendah-dari-kota/
http://ichwanmuis.com/?p=1335
http://tegallinggah.wordpress.com/desa/model-pembangunan-desa-terpadu/

Contenu connexe

Tendances

6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan dan  kesenjangan pendapatan6 kemiskinan dan  kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanmuhammad muhaimin
 
Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan EkonomiPertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan EkonomiDadang Solihin
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesiaErlita Marcelia II
 
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaPeran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaamirawulandari
 
Bab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatifBab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatifBambang Deswantoro
 
Aglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah Sintesa
Aglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah SintesaAglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah Sintesa
Aglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah Sintesabramantiyo marjuki
 
Ketimpangan sosial
Ketimpangan sosialKetimpangan sosial
Ketimpangan sosialIsaka Yoga
 
INVESTASI (makalah ekonomi makro)
INVESTASI (makalah ekonomi makro)INVESTASI (makalah ekonomi makro)
INVESTASI (makalah ekonomi makro)A-ttiitudEd Kuu
 
Pengantar ekonomi pembangunan ch.1
Pengantar ekonomi pembangunan   ch.1Pengantar ekonomi pembangunan   ch.1
Pengantar ekonomi pembangunan ch.1Darwin Damanik
 
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanDistribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanBazari Azhar Azizi
 
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATANBakhrul Ulum
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraCut Endang Kurniasih
 
Makalah Ekonomi Makro Pendapatan Nasional
Makalah Ekonomi Makro Pendapatan NasionalMakalah Ekonomi Makro Pendapatan Nasional
Makalah Ekonomi Makro Pendapatan NasionalYesica Adicondro
 

Tendances (20)

6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan dan  kesenjangan pendapatan6 kemiskinan dan  kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan EkonomiPertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
 
Makalah demografi
Makalah demografiMakalah demografi
Makalah demografi
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia
 
Teori teori ekonomi regional
Teori teori ekonomi regionalTeori teori ekonomi regional
Teori teori ekonomi regional
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
 
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaPeran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
 
Bab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatifBab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatif
 
Aglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah Sintesa
Aglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah SintesaAglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah Sintesa
Aglomerasi Ekonomi di Indonesia, Sebuah Sintesa
 
Struktur sosial
Struktur sosialStruktur sosial
Struktur sosial
 
Ketimpangan sosial
Ketimpangan sosialKetimpangan sosial
Ketimpangan sosial
 
INVESTASI (makalah ekonomi makro)
INVESTASI (makalah ekonomi makro)INVESTASI (makalah ekonomi makro)
INVESTASI (makalah ekonomi makro)
 
Transisi Demografi
Transisi DemografiTransisi Demografi
Transisi Demografi
 
Pengantar ekonomi pembangunan ch.1
Pengantar ekonomi pembangunan   ch.1Pengantar ekonomi pembangunan   ch.1
Pengantar ekonomi pembangunan ch.1
 
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanDistribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
 
Pengangguran
PengangguranPengangguran
Pengangguran
 
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
(6) KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
 
Makalah kel 2 pi kemiskinan
Makalah kel 2 pi kemiskinanMakalah kel 2 pi kemiskinan
Makalah kel 2 pi kemiskinan
 
Makalah Ekonomi Makro Pendapatan Nasional
Makalah Ekonomi Makro Pendapatan NasionalMakalah Ekonomi Makro Pendapatan Nasional
Makalah Ekonomi Makro Pendapatan Nasional
 

En vedette

Dampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di Perkotaan
Dampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di PerkotaanDampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di Perkotaan
Dampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di PerkotaanMAfif
 
Masalah sosial
Masalah sosialMasalah sosial
Masalah sosialsoffyan43
 
Alur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin Partisipatif
Alur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin PartisipatifAlur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin Partisipatif
Alur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin PartisipatifFormasi Org
 
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifPanduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifFormasi Org
 
Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"
Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"
Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"KPDT
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanLianita Dian
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalArah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalKPDT
 
03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa
03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa
03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desadeivie dedep
 
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...KPDT
 
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor PublikManajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publikvirmannsyah
 
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal DaerahKerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal DaerahKPDT
 
Kerjasama Daerah2
Kerjasama Daerah2Kerjasama Daerah2
Kerjasama Daerah2suparmono
 

En vedette (13)

Dampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di Perkotaan
Dampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di PerkotaanDampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di Perkotaan
Dampak Urbanisasi Terhadap Kehidupan di Perkotaan
 
Masalah sosial
Masalah sosialMasalah sosial
Masalah sosial
 
Alur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin Partisipatif
Alur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin PartisipatifAlur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin Partisipatif
Alur Tahapan dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin Partisipatif
 
Desa kota
Desa kotaDesa kota
Desa kota
 
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifPanduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
 
Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"
Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"
Kerjasama Antar Daerah "PAKUDJEMBARA"
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi Kemiskinan
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalArah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
 
03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa
03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa
03.isu isu pemberdayaan masyarakat dalam uu desa
 
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
 
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor PublikManajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
 
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal DaerahKerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
 
Kerjasama Daerah2
Kerjasama Daerah2Kerjasama Daerah2
Kerjasama Daerah2
 

Similaire à KEMISKINAN DI INDONESIA

Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatanTugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatansiti aisah
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanInas Intishar
 
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN Dini Sri Rahayu
 
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan Nursyidah alit
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiahendricksonsagala
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiahendricksonsagala
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963abdul ajid
 
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatanM6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatanerlina na
 
Presentation KTI MAWAPRES
Presentation  KTI MAWAPRESPresentation  KTI MAWAPRES
Presentation KTI MAWAPRESIan March
 
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatanDede Ridwan Nurul Falah
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaAnisa Fatmawati
 
Presentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 okPresentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 okIrawan Willy
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemayogadadung
 
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatanAndi Sutandi
 
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatbayuajinugraha21
 
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatanElisabeth Marina
 

Similaire à KEMISKINAN DI INDONESIA (20)

Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatanTugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
 
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesia
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesia
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963
 
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatanM6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
 
Presentation KTI MAWAPRES
Presentation  KTI MAWAPRESPresentation  KTI MAWAPRES
Presentation KTI MAWAPRES
 
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
 
Presentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 okPresentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 ok
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
 
Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan
 
Jurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesiaJurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesia
 
Jurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesiaJurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesia
 
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
 
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
 
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapat
 
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 

Plus de Bondan the Planter of Palm Oil

Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentBondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Bondan the Planter of Palm Oil
 

Plus de Bondan the Planter of Palm Oil (20)

Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptxStruktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
 

Dernier

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Dernier (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

KEMISKINAN DI INDONESIA

  • 1. MAKALAH PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA YANG MELANDA WILAYAH PEDESAAN DAN PERKOTAAN SERTA UPAYA – UPAYA PENANGULANGAN Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pembangunan Pertanian Semester Ganjil Tahun 2010 Kelompok 4 Andina S Susi Sulastri Raden Bondan E B Yozi Indah Juan Tohom Andreas PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI B FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
  • 2. Page 2 of 16 BAB I PENDAHULUAN Menurut BKKBN (dalam Saefudin, 2003) kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera yang tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja dan bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. Pengertian ini didefinisikan lebih lanjut menjadi keluarga miskin, yakni: (1) Paling tidak sekali seminggu keluarga makan daging ikan/telur, (2) Setahun sekali seluruh anggota keluarga paling kurang satu stel pakaian baru, (3) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni. Keluarga miskin sekali adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator yang meliputi: (1) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih, (2) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan tersebut ternyata tidak memberikan dampak yang cukup berarti pada usaha pengentasan kemiskinan. Pola kemiskinan di Indonesia selama 16 tahun tidak banyak mengalami penurunan. Ratio dijadikan sebagai indikator kemiskinan yang dominan, maka selama 30 tahun Gini Ratio Indonesia hanya turun 0,07 atau 7%, padahal pada saat bersamaan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar rata rata 7%. Kenyataan ini sangat kontras apabila dibandingkan dari beberapa negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang hampir sama (misal: Malaysia, Thailand, Philipina), dimana tingkat Gini ratio menunjukan tingkat penurunan yang cukup berarti.
  • 3. Page 3 of 16 BAB II PEMBAHASAN a. Data Time Series Pendekatan time series yang bersifat cross-section study memberikan kesimpulan yang beragam. Deininger dan Squire (1995, 1996) menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan peningkatan angka kemiskinan. Namun studi yang dilakukan oleh World Bank (1990), Fields dan Jakobson (1989) dan Ravallion (1995), menunjukan tidak ada korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan. Kajian kajian empiris di atas pada hakekatnya adalah menguji hipotesis Kuznets di mana hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan negatif, sebaliknya hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah hubungan positif. Hubungan ini sangat terkenal dengan nama kurva U terbalik dari kuznets. Maka kedua studi yang mempunyai hasil bertolak belakang tersebut, justru menguatkan hipotesis dari Kuznets dengan kurva U terbalik. Kuznets menyimpulkan bahwa pola hubungan yang positif kemudian menjadi negatif, menunjukkan terjadi proses evolusi dari distribusi pendapatan dari masa transisi suatu ekonomi pedesaan (rural) ke suatu ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industri. Hipotesis Kuznets ini mulai dipertanyakan. Beberapa study yang mengambil data time series membuktikan bahwa dalam beberapa negara yang masih bertumpu pada sector pertanian (rural economy) menunjukan hubungan negatif. Ini berarti bertolak belakang dari hipotesis Kuznets. Pertanyaannya adalah faktor apa yang membuat hal tersebut terjadi?. Pemahaman atas variabel variable tersebut akan membuktikan bahwa negara pertanian tidak identik dengan kemiskinan atau mungkin lebih tepatnya adalah kesejahteraan pun bisa meningkat di negara negara yang berbasis pertanian. b. Klasifikasi Kemiskinan Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
  • 4. Page 4 of 16 Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah. c. Gambaran Kemiskinan Indonesia BPS juga melaporkan bahwa jumlah masyarakat yang dikategorikan sebagai penduduk miskin di Indonesia saat ini mencapai 31,02 juta orang atau sebesar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia. Khusus di Provinsi Bali, jumlah penduduk miskin mencapai 174.930 ribu orang atau sebesar 4,88 persen dari jumlah total penduduknya, yaitu 3,58 juta jiwa. Ini berarti satu dari dua puluh orang yang ditemui secara acak di Bali, adalah penduduk miskin. Sedangkan perbandingan antara jumlah penduduk miskin di perkotaan dengan di pedesaan adalah 0.91 atau 10 banding 11. Data kemiskinan ini diperoleh melalui pendekatan kemampuan penduduk memenuhi kebutuhan dasarnya. Artinya, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Nilai pengeluaran minimal untuk seseorang hidup dengan layak disebut garis kemiskinan, yaitu sebesar Rp 211.726 per kapita per bulan. Sedangkan penduduk yang pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Faktor Penyebab Kemiskinan Menurut Ala (1981), penyebab kemiskinan dibedakan atas factor internal (endogen) dan faktor eksternal (eksogen). Faktor Internal Menurut Ala (1981), faktor internal adalah aktor (individu) itu sendirilah yang menyebabkan kemiskinan bagi dirinya sendiri. Menurut Alkostar (dalam Mahasin,1991), faktor internal yang menyebabkan kemiskinan adalah: sifat malas (tidak mau bekerja), lemah mental, cacat fisik dan cacat psikis (kejiwaan). Menurut Friedman (1979), secara internal masyarakat miskin adalah karena malas mengakumulasikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada Tabel 1 dijelaskan beberapa faktor penyebab kemiskinan secara internal.
  • 7. Page 7 of 16 Faktor Eksternal Menurut Ala (1981), kemiskinan yang disebabkan faktor eksternal (eksogen) adalah terjadinya kemiskinan disebabkan oleh-oleh factor faktor yang berada di luar diri si aktor tersebut. Faktor eksternal terdiri dari: Faktor Alamiah Ada beberapa faktor alamiah yang menyebabkan kemiskinan, antara lain: keadaan alam yang miskin, bencana alam, keadaan iklim yang kurang menguntungkan. Kemiskinan alamiah dapat juga ditandai dengan semakin menurunnya kemampuan kerja anggota keluarga karena usisa bertambah dan sakit keras untuk waktu yang cukup lama. Faktor Buatan(Struktural) Faktor buatan yaitu terjadinya masyarakat miskin karena tidak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi secara cepat (dalam arti yang menguntungkan) terhadap perubahan-perubahan teknologi maupun ekonomi, mengakibatkan kesempatan kerja yang dimiliki mereka semakin tertutup. Mereka tidak mendapatkan hasil yang proporsional dari keuntungan-keuntungan akibat dari perubahanperubahan itu. Menurut Frans Seda (Ala, 1981), kemiskinan buatan (struktural) itu adalah buatan manusia, dari manusia dan terhadap manusia pula. Kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur (buatan manusia), dapat mencakup baik struktur ekonomi, politik, social dan kultur. Strukturstruktur ini terdapat pada lingkup nasional maupun internasional. Hal ini senada dengan pendapat Soedjatmoko (1980, dalam Prisma, 1989), ―Pola ketergantungan, pola kelemahan dan eksploitasi golongan miskin berkaitan juga dengan pola organisasi institusional pada tingkat nasional dan internasional‖. Menurut Alkostar (Mahasin, 1991), faktor eksternal penyebab terjadinya gelandangan (kaum miskin) adalah: (1) Faktor ekonomi: kurangnya lapangan kerja; rendahnya pendapatan per kapita dan tidak tercukupinya kebutuhan hidup. (2) Faktor Geografi: daerah asal yang minus dan tandus sehingga tidak memungkinkan pengolahan tanahnya. (3) Faktorl Sosial: arus urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosialnya. (4) Faktor Pendidikan: relatif rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun informal.
  • 8. Page 8 of 16 (5) Faktor Kultural: pasrah kepada nasib dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan hambatan mental. (6) Faktor lingkungan keluarga dan sosialisasi. (7) Faktir kurangnya aasar-dasar ajaran agama sehingga menyebabkan tipisnya iman, membuat mereka tidak mau berusaha.
  • 9. Page 9 of 16 Kemiskinan Pedesaan Dua karakteristik umum kemiskinan di pedesaan yaitu tingkat buta huruf yang masih tinggi dan pendapatan yang rendah. Selanjutnya penyebab paling umum kemiskinan pedesaan antara lain : Ketidakseimbangan pembangunan sektor pedesaan oleh pemerintah. Ketidakcukupan tenaga kerja di desa dimana kebijakan seperti industrialisasi pedesaan kurang berpihak. Ketidakcukupan dalam mengakses pinjaman modal dengan suku bungan yang wajar karena adanya permainan oleh peminjam uang/ rentenir. Ketidakseimbangan pelayanan sosial di daerah pedesaan Ketidakssuaian dalam sistem pemilikan tanah. Kemiskinan di Kota Suparlan (1984) mengemukakan bahwa masalah kemiskinan di perkotaan merupakan masalah laten dan kompleks yang implikasi sosial dan kebudayaannya bukan hanya melibatkan dan mewujudkan berbagai masalah sosial yang ada di kota yang bersangkutan saja atau menjadi masalah orang miskin di kota tersebut, tetapi juga melibatkan masalah-masalah sosial yang ada di pedesaan.
  • 10. Page 10 of 16 Kemiskinan di perkotaan merupakan akibat migrasi masyarakat desa ke kota yang tinggi, dan terutama kondisi kehidupan yang miskin ( rumah diperkampungan miskin dan kotor, serta perkampungan dengan sedikit pelayanan sosial) upah rendah dan tidak mencukupinya peraturan dalam sektor tenaga kerja formal, serta sulinya keuangan di sektor tenaga kerja informal. Meskipun, riset menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat kota biasanyua lebih besar dibandingkan penduduk desa, dan adanya perpindahan penduduk desa ke kota, disamping kondisi kehidupan yang lemah, kondisi tersebut memiliki manfaat dimana masyarakat kota berusaha meningkatkan kondisi kehidupannya, melalui pendidikan anak – anaknya serta penggunaan pendapatan dengan hati –hati / hemat. Aspek – aspek kemiskinan di perkotaan tersebut dapat ditangani langsung melalui program pengentasan kemiskinan misalnya : penataan perumahan, program sanitasi, penambahan fasilitas dasar seperti air dan listrik, program kredit skala kecil, kesempatan kerja, peningkatan dalam mengakses pelayanan sosial, pelayanan anak dan lainnya. d. Penanggulangan Kemiskinan Upaya penanggulangan kemiskinan dapat didekati dari dua sisi, yaitu: kelompok masyarakat, dan lokasi desa yang dianggap mempunyai kondisi ketertinggalan. Meskipun di desa yang tidak tertinggal juga terdapat penduduk miskin, dan terdapat penduduk tidak miskin yang tinggal di desa tertinggal, namun sebagian besar penduduk miskin bertempat tinggal di desa yang tergolong tertinggal. Meskipun sebagian besar penduduk miskin berada di perdesaan, jumlah penduduk miskin di perkotaan masih memprihatinkan. Kondisi kemiskinan penduduk di perkotaan diwarnai oleh masalah kepadatan penduduk tinggi, kondisi lingkungan kumuh, serta ketegangan sosial yang rentan, yang merupakan wujud ketidakmanusiawian dibanding di daerah perdesaan. Pembangunan nasional telah menanamkan arah yang terdiri dari tiga komponen yang masih cukup relevan untuk dikembangkan, yaitu: pertama, pemberdayaan masyarakat dan pemihakan kepada yang lemah atau kurang mampu dengan mencegah persaingan yang tidak seimbang, tetapi bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi dan memberdayakan masyarakat dengan menciptakan suasana atau iklim yang sehat untuk memungkinkan usaha masyarakat berkembang. Kedua, pemantapan otonomi sebagai upaya penguatan kelembagaan pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan di daerah, yaitu: memberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pelaporan, dengan tetap mendapat bimbingan dan bantuan dari pemerintah pusat. Oleh karena itu muncullah konsep otonomi yang mencakup tiga prinsip, yaitu prinsip desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan (medebewind). Salah satu prinsip penting dalam penerapan otonomi adalah prinsip desentralisasi atau pendelegasian wewenang. Salah satunya mengalihkan
  • 11. Page 11 of 16 wewenang pengelolaan dana untuk program pembangunan yang dulunya dilakukan oleh instansi pemerintah pusat lalu didesentralisasikan kepada instansi pemerintah daerah. Untuk kepentingan itu maka dilakukanlah pengalihan secara bertahap bantuan pembangunan sektoral --yang diwujudkan dalam pemberian DIP Sektor kepada instansi pusat yang dikelola sendiri oleh instansi pusat itu—ke mekanisme pengelolaan dana program pembangunan yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah yang diwujudkan dalam pemberian alokasi dana pembangunan daerah Waktu itu disebut SPABP (Surat Pengesahan Alokasi Bantuan Pembangunan Daerah) lalu saat ini dikenal sebagai Daftar Alokasi Dana Pembangunan Daerah (DADPD). Pada tahap pertama pengalihan pengelolaan dana kepada pemerintah daerah bersifat bantuan khusus (specific block), lalu jika lebih siap akan diberikan bantuan dalam bentuk bantuan umum (block grant) dimana semua dana yang diberikan adalah menjadi wewenang pemerintah daerah dalam pengelolaannya. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah dari perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya, dengan proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan harus menikmati, begitu pula sebaliknya yang menikmati haruslah yang menghasilkan. A. Jalur Pembangunan Sektoral Jalur pembangunan sektor dilakukan oleh instansi sektor pemerintah pusat – dan menurut prinsip dekonsentrasi—dapat dilakukan oleh instansi pusat yang berkedudukan di daerah. Secara umum jalur pembangunan sektoral merupakan upaya pembangunan yang menangani suatu masalah di sektor tertentu. Misalnya, penyediaan fasilitas pendidikan yang timpang antara yang bisa dinikmati oleh putra-putri dari kelompok keluarga tidak mampu atau miskin dengan yang lebih mampu. Padahal diketahui bersama bahwa putra-putri dari keluarga tidak mampu jumlahnya sangat besar. Implikasinya tentu saja sebagian besar penduduk usia sekolah tidak bisa memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karena itu melalui sektor pendidikan yang antara lain dilakukan oleh Departemen Pendidikan, dilakukanlah upaya meningkatkan dan memperluas fasilitas pendidikan, terutama di daerah-daerah yang paling membutuhkan. Hal serupa juga terjadi pada masalah kesehatan, pangan, permukiman, perhubungan, dan sektor-sektor lain yang dianggap perlu, antara lain seperti perlunya pengembangan potensi kelautan, maka diadakanlah pembangunan sektor kelautan yang secara khusus mendapatkan perhatian itu. Umumnya jalur pembangunan sektor berorientasi pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kuantitas dan kualitas produksi, dan pembangunan prasarana dan sarana fisik yang secara langsung menunjang pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Pelaksanaan pada jalur pembangunan sektoral pada umumnya diselenggarakan melalui
  • 12. Page 12 of 16 program pembangunan sektor yang dikelola oleh instansi pemerintah pusat dan dapat dibantu oleh instansi pusat yang berkedudukan di daerah dan/atau dibantu oleh instansi daerah. Jalur pembangunan sektor dikatakan sebagai upaya penanggulangan kemiskinan bersifat tidak langsung, artinya bahwa apa yang dilakukan oleh instansi sektor itu mendukung terwujudnya penanganan masalah kemiskinan, atau menyediakan dukungan kepada upaya yang bersifat langsung. B. Jalur Pembangunan Regional Jalur pembangunan regional dituangkan melalui berbagai bantuan pembangunan daerah, baik bantuan pembangunan Propinsi, bantuan pembangunan Kabupaten/Kota, dan bantuan pembangunan Desa. Jalur pembangunan daerah diarahkan pada perluasan kesempatan kerja, pengembangan potensi daerah, dan peningkatan kemampuan masyarakat dan warga di daerah. Selain itu bantuan pembangunan yang diberikan kepada daerah merupakan pemacu untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam pengerahan sumberdaya, dan meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Bantuan pembangunan daerah sesungguhnya paling ideal untuk mempercepat upaya pemberdayaan masyarakat. Bantuan ini dikelola oleh masyarakat sehingga hasilnya dinikmati langsung oleh masyarakat di wilayahnya sendiri. C. Jalur Pembangunan Khusus Jalur pembangunan khusus diarahkan untuk menggerakkan kegiatan sosial ekonomi dan meningkatkan mutu sumberdaya manusia, membangun prasarana dan sarana dasar, serta memperkuat kelembagaan penduduk miskin, terutama di daerah-daerah tertinggal seperti di kawasan timur Indonesia. Program pembangunan khusus dilakukan secara selektif sehingga dapat terarah pada kelompok sasaran orang- orang miskin dan terarah pada lokasi yang banyak terdapat penduduk miskin. Salah satu program yang secara khusus diarahkan pada penanggulangan kemiskinan adalah Inpres Desa Tertinggal (IDT). Namun pemerintah Indonesia menggabungkan model Rostow dengan pendekatan kesejahteraan. Pendekatan ini langsung dilakukan tanpa melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tetapi langsung oleh presiden melalui Instruksi Presiden (inpres). Ada beberapa inpres yang dilakukan dengan pola pendekatan kesejahteraan, yaitu : 1. Inpres Desa Tertinggal, tujuannya adalah menciptakan kesetaraan desa dan menciptakan lapangan kerja di pesedaan 2. Inpres kesehatan, tujuannya adalah memberikan layanan kesehatan yang mudah dan murah untuk penduduk pedesaan.
  • 13. Page 13 of 16 3. Inpres pendidikan, tujuannya adalah memberikan layanan pendidikan yang gratis untuk pendidikan dasar sampai menengah. 4. Inpres obat obatan, tujuannya adalah untuk memberikan obat obatan yang murah kepada masyarakat miskin 5. Inpres inpres lainnya, yang prinsipnya adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan. Di samping inpres inpres tersebut, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kebijakan yang tujuannya adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk pedesaan, misalkan : 1. Ketentuan mengenai Kredit Usaha Tani, untuk memudahkan petani mendapatkan modal untuk mengolah tanah 2. Ketentuan mengenai kredit perbankan (KIK atau kredit candak kulak) tujuannya adalah memberikan kemudahan rakyat untuk mendapatkan modal untuk usaha diluar sektor pertanian. 3. Pembebasan pajak untuk hasil pertanian. 4. Subsidi atas pupuk dan obat obatan pertanian 5. Penetapan harga dasar gabah, untuk menjamin nilai tukar petani (padi) tidak turun, bahkan meningkat terhadap hasil produk industri lainnya. 6. Pola KKPA untuk sistim transmigrasi terpadu, tujuannya adalah menjamin para transmigran mendapatkan penghasilan yang tetap dan alat produksi. Strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan: 1. Penyusunan tata ruang desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya pembangunan desa. Dalam proses penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan berbagai potensi yang ada, keunikan, kultur yang melandasi dan harapan harapan yang ingin dicapai, sehingga wujud desa nantinya menjadi khas, seperti desa wisata, desa tambang, desa kebun, desa peternakan, desa nelayan, desa agribisnis, desa industri, desa tradisional dan lain sebagainya. Dalam tata ruang tersebut, harus tersusun rencana infrastruktur, site plan untuk office, pemukiman, comercial area, lahan usaha/budidaya berbasis sentra(satu hamparan), kemampuan daya dukung lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk maksimal), lokasi pendidikan, sarana pelayanan kesehatan, pasar, terminal dan ruang publik (alun alun, taman) dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.
  • 14. Page 14 of 16 2. Penetapan aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan ekonomi desa, didasarkan analisis terhadap potensi yang ada, kemampuan masyarakat pada umumnya, potensi pasar, minat dan kultur masyarakat. 3. Pembentukan lembaga lembaga masyarakat yang akan berperan sebagai stakeholders, dan akan memberikan berbagai masukan dalam proses pembangunan desa. 4. Untuk pembangunan perekonomian di desa, dilakukan penetapan kegiatan dan komoditas terpilih, sinkronisasi dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota, penguatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), penyiapan masyarakat dan lokasi sentra Manajemen sentra, Penetapan berbagai kerjasama dengan pihak ketiga, penyiapan sarana perekonomian (seperti terminal, pasar, koperasi, atau sejenis), penunjang aktivitas ekonomi masyarakat, serta pembentukan lembaga fasilitator, baik dari masyarakat Desa itu sendiri atau dari luar dan dari Perguruan Tinggi melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). 5. Untuk meningkatkan SDM aparat desa dilakukan dengan meningkatkan program dan kegiatan yang telah berjalan melalui program pusat, provinsi dan kabupaten / kota, efektivitas program lomba desa dan peningkatan program Non Governtment (NGO).
  • 15. Page 15 of 16 Sumber pustaka Friedman. 1979. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010. Soedjatmoko. 1980. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702 ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010. Ala. 1981. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702 ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010. Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia.2002. Penanggulangan Kemiskinan Di Indonesia. Diakses melalui http://gunawans.tripod.com/KPK/BP-PK.pdf. Tanggal akses 14/11/2010. Syarifuddin. 2003. Dalam Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010. Rustian. 2004. Kemiskinan Perkotaan Di Indonesia: Perkembangan, Karakteristik Dan Upaya Penanggulangan. Fakultas Ekonomi. Universitas Trisakti. Tanggal Akses 21/11/2010. Harsono. 2005. Kemiskinan Perkotaan : Penyebab Dan Upaya Penanggulangannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses melalui http://www.rudyct.com/PPS702 ipb/09145/marliati_a_harsono.pdf. Tanggal akses 21/11/2010. Elisabetyas.2008. Berbagai Faktor Penyebab Kemiskinan di Pedesaan dan Perkotaan. Diakses melalui http://elisabetyas.wordpress.com/2008/10/10/berbagai-faktor-penyebab kemiskinan-di-pedesaan-dan-perkotaan. Tanggal akses 21/11/2010.
  • 16. Page 16 of 16 http://www.radarjogja.co.id/ruang-publik/9-suara-rakyat/8951-kemiskinan-dan-dualisme- ekonomi http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kemiskinan_absolut&action=edit&redlink=1 http://beritamaya.wordpress.com/2009/02/10/kemiskinan-di-desa-lebih-rendah-dari-kota/ http://ichwanmuis.com/?p=1335 http://tegallinggah.wordpress.com/desa/model-pembangunan-desa-terpadu/