1. Laporan fieldtrip meninjau hama penyakit tanaman wortel di Garut
2. Salah satu penyakit yang diamati adalah Cercospora sp yang menyebabkan bercak daun
3. Pengendalian menggunakan varietas tahan, sanitasi, rotasi tanaman dan fungisida
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
1. MAKALAH LAPORAN FIELDTRIP GARUT
“HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN WORTEL”
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman III
Semester Genap Tahun 2010
Kelompok 5
Martha Christy 150110080209
Muthia Syafika Haq 150110080083
Raden Bondan E B 150110080162
Viktor Sukarya 150110080167
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI F
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2. Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah
Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia, berasal dari negeri yang
beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur Dekat dan Asia Tengah.
Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rintisan budidaya wortel pada
mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika,
Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya.
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
B. Iklim
Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi. Tanaman wortel pada permulaan
tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab. Tanaman ini bisa ditanaman sepanjang
tahun baik musim kemarau maupun musim hujan.
Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang dingin dan
lembab. Untuk pertumbuhan dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara
15,6-21,1 derajat C. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi
kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat/kusam. bila suhu udara terlalu rendah (sangat
dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.
C. Kondisi Tanah
Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak
menggenang). Jenis tanah yang paling baik adalah andosol. Jenis tanah ini pada
umumnya terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan). Tanaman ini dapat tumbuh
3. Page | 3
baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8.
Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5,0, tanaman wortel akan sulit membentuk umbi.
D. Ketinggian tempat
Dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1600 m dpl. tetapi dapat pula ditanam di dataran
medium ( sekitar 500 m dpl.)
E. Agroekosistem
Letak tanaman berbentuk bedengan – bedengan dengan kemiringan lahan di atas 30%.
Pertanaman wortel berada di pinggir jalan.
Disekeliling pertanaman juga dibatasi oleh pohon pisang dan tanaman berkayu yang fungsinya
untuk menaungi komoditas.
4. Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Cercospora sp
1. Klasifikasi
Kingdom : Mycetae
Filum : Ascomycota
Kelas : Dothideomycetes
Ordo : Capnodiales
Famili : Mycosphaerellaceae
Genus : Cercospora
Spesies : Cercospora sp
2. Karakteristik Patogen
Jamur membentuk berkas konidiofor yang keluar melalui mulut daun, bentuk konidium
sedikit mirip gada terbalik, hialin, bersekat banyak, ukuran 40 – 110 x 2,2 – 2,5 µm.
3. Gejala
Terjadi bercak bulat atau memanjang, bercak memanjang pada lebih banyak terdapat ditepi
daun. Akibatnya daun mengeriting, karena daun yang terinfeksi tidak dapat mengikuti
pertumbuhan daun. Bercak yang awalnya klorotis , pusatnya segera menjadi nekrotis yang
dikelilingi dengan tepi yang tidak berbatas jelas. Jika kelembapan rendah bercak berwarna
cokelat muda, sedangkan jika tinggi bercak berwarna lebih tua dan tampak keabu-abuan
karena terbentuk banyak konidiofor dan konidium. Banyaknya bercak makin meningkat pada
waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada
upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai
terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering.
5. Page | 5
4. Daur Penyakit
Jamur mempertahankan diri pada biji dan sisa – sisa tanaman sakit, kemudian dipencarkan
oleh angin. Infeksi terjadi melalui mulut daun dan terjadi lebih mudah pada daun muda.
Inokulum : konidia
Penetrasi : secara langsung, melalui lubang alami
Infeksi : toksin
Invasi : interseluler dan intraseluler
Penyebaran : angin, percikan air, terbawa serangga Parasit
7. Page | 7
Daur Hidup Cercospora
Fase kemunculan gejala Cercospora
5. Ekologi
Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata.
Miselia berkembang di dalam jaringan parenkhima dan di dalam sel-sel epidermis. Jamur
mampu bertahan dalam jerami atau daun sakit. Perkembangan penyakit bercak daun
cercospora sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Varietas tahan
sangat efektif menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora. Pada varietas yang
tahan, bercak lebih sempit, lebih pendek, dan lebih tua warnanya.
8. Page | 8
6. Gambar Mikroskopis
7. Intensitas Penyakit
Tanaman
sampel
Intensitas serangan Rata-rata
1 20 %
6%
2 20%
3 15%
4. 10%
5. 15%
Intensitas penyakit = € n x z x 100%
N x Z
(1x2)+(1x2)+(1x2)+(1x1)+(1x2) x 100%
5x5
36%
9. Page | 9
O O O O O O O
O X O O O X O
O O O O O O O
O O O X O O O
O O O O O O O
O X O O O X O
O O O O O O O
Keterangan : X = Tanaman Sampel
O = Tanaman Wortel
8. Usaha Pengendalian
1. Menanam biji yang sehat
2. Sanitasi , sisa tanaman dibersihkan dan dipendam, untuk mengurangi sumber infeksi bagi
pertanaman berikut atau pertanaman didekatnya.
3. Pergiliran tanaman. Usaha ini tidak akan bermanfaat jika tidak disertai dengan
pertanaman biji yang sehat dan sanitasi di lahan sekitarnya
4. Melindungi tanaman dengan fungisida, digunakan Zineb dan Maneb (Knott dan Deanon,
1967).
Dengan penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan
dilapangan menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang IR64
dan Widas tergolong rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman
sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan fungisida difenoconazol satu
kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan
maksimum, menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.
1. Pencegahan aerasi Promosikan Kelembaban relatif, durasi periode basah daun dan suhu
adalah tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini. Karena kita jelas tidak
dapat mengontrol suhu, itu adalah pertanyaan yang memungkinkan tanaman untuk kering
secepat mungkin untuk menghentikan penyebaran penyakit dan mencegah infeksi dan
sporulasi.
Langkah-langkah yang dapat dipertimbangkan termasuk: - spasi baris pelebaran; -
mengurangi kepadatan penanaman pada baris; - untuk wortel akhir jatuh tempo, memilih
kultivar dengan kebiasaan tegak, daun kering yang lebih mudah. Ini memiliki keuntungan
10. Page | 10
tambahan untuk mengurangi pengembangan busuk (sclerotinia, Rhizoctonia) dan jamur
kelabu; - mempertimbangkan arah angin yang berlaku ketika memilih situs dari berbagai plot
untuk menghindari kontaminasi bidang wortel akhir-jatuh tempo pada awal- wortel jatuh
tempo pada awal musim terpengaruh oleh penyakit ini.
Mengurangi inokulum Meskipun secara ekonomis tidak layak untuk menyingkirkan
lapangan residu tanaman untuk mengurangi inokulum, efek yang sama dapat dicapai melalui
rotasi tanaman.
Di samping mengurangi inokulum awal, praktek pertanian juga memberikan keuntungan
lainnya, seperti mengurangi jumlah nematoda bintil di tanah.
Bantuan tanaman wortel melakukan bagian mereka Untuk membantu tanaman melawan
infeksi, adalah penting untuk menjaga dedaunan dalam kondisi sehat. Pemupukan Nitrogen
cocok dengan kebutuhan pabrik tersebut akan membantu untuk memerangi penyakit ini lebih
efektif.
Opsi yang lain adalah hanya untuk meminta varietas kurang rentan terhadap hawar
Cercospora, sejak, sampai saat ini, tidak ada yang benar-benar kultivar penyakit-tahan yang
tersedia.
2. Manajemen Terpadu jadwal penyemprotan fungisida standar merekomendasikan setiap
tujuh sampai sepuluh hari. Tapi karena dampak penyakit pada hasil cukup kecil, adalah
mungkin untuk membiarkan situasi kemajuan, dalam batas-batas tertentu, sebelum memulai
perawatan. Di Quebec, penyakit ini bisa dimulai sedini awal Juli 3 atau tidak mencapai tahap
epidemi hingga September, dalam beberapa tahun, sejumlah besar perawatan sehingga dapat
dihilangkan dengan waktu perawatan daripada jadwal mengadopsi aplikasi berbasis kalender.
Selain mengurangi jumlah aplikasi fungisida, ini akan meningkatkan efektivitas pengobatan
dengan bijaksana menargetkan waktu perawatan. Namun demikian, untuk kepastian yang
lebih besar, adalah lebih baik bergantung pada keahlian spesialis seperti: - penasihat regional
Anda melalui sistem menjawab telepon - pramuka bidang Anda, melalui buletin yang
dikeluarkan oleh RAP (hama menyiagakan jaringan) Departemen Quebec Pertanian,
Perikanan dan Makanan (MAPAQ) - atau, akhirnya, penasihat pribadi Anda atau hama
kepanduan jaringan.
11. Page | 11
Jangan memperlakukan wortel awal-jatuh tempo Sebagai aturan umum, hindari
memperlakukan earlymaturing wortel, yaitu orang-orang yang memerlukan kurang dari 100
hari dari menabur untuk memanen, kecuali kondisi cuaca sangat lembab atau basah. Bahkan,
hawar Cercospora jarang memiliki kesempatan untuk mencapai tahap awal epidemi dalam
wortel-jatuh tempo.
Namun, harus diingat bahwa spora C. carotae ditanggung udara dan medan berat penuh
earlymaturing wortel dapat meningkatkan inokulum sebuah ladang tetangga. Karena itu,
disarankan untuk mempertimbangkan arah angin yang berlaku saat membuat keputusan
Anda.
Menunda dimulainya perawatan perawatan Beberapa bisa dihilangkan pada awal dengan
tidak sistematis memperlakukan sebelum setengah kanopi daun menutupi baris. Bahkan,
menurut sebuah studi baru-baru ini, jika perawatan dimulai ketika hawar hadir pada 50% dari
tengah daun untuk varietas latematuring dan 100% untuk varietas awal-jatuh tempo, dengan
hasil yang sama diperoleh seperti ketika perlakuan segera dimulai atas munculnya gejala
pertama. Tujuannya adalah untuk mengobati hanya cukup untuk menunda awal terjadinya
epidemi hingga panen.
Peran fungisida Oleh karena itu, untuk menghentikan penyebaran penyakit dan dengan
demikian mengurangi inokulum untuk siklus berikutnya. Untuk mencapai hal ini, aplikasi
fungisida harus hati-hati waktunya untuk melindungi tanaman selama pelepasan spora, yang
terjadi tepat setelah setengah kanopi daun menutupi baris. Oleh karena itu diperlukan untuk
merawat 200 derajat-hari (basis 0oC) setelah infeksi besar, dan, sekali lagi, hanya jika
ramalan cuaca adalah kondisi yang menguntungkan untuk perkecambahan spora ini.
Perlakukan kurang sering Berikutnya, adalah mungkin untuk memperpanjang interval antara
perawatan sampai 15 hari saat kondisi sangat kering. kondisi kering didefinisikan sebagai
kurang dari 24 jam berturut-turut kelembaban relatif melebihi 90% dalam daun dan ketika
tidak ada hujan. Menghentikan perlakuan sebelumnya Akhirnya, untuk varietas akhir jatuh
tempo, pengobatan dapat dihentikan di musim gugur, yaitu dengan akhir Agustus / awal
September, ketika tanaman setidaknya 60 hari tua dan ketika epidemi berada di bawah
kontrol. Telah menunjukkan bahwa daun tanaman dewasa dan lebih dari 21 hari tua berhenti
pada dasarnya akan terpengaruh. Dalam hal apapun, biasanya terlalu dingin untuk
mendukung perkembangan penyakit ini. Namun demikian, masih ada resiko yang sangat
12. Page | 12
kecil epidemi hawar Alternaria, menurut studi yang dilakukan di Quebec dan diterbitkan pada
tahun 1989 (R. Arcelin dan AC Kushalappa).
9. Fungisida Maneb dan Zineb
Tergolong fungisida kontak, Maneb diketahui bisa melukai Beauveria bassiana. Berdasarkan
mekanisme kerjanya tergolong multisite inhibitor. Maneb (Fungisida protektif berbentuk
tepung yangdapat disuspensikan). Aplikasinya disemprot ke bagian tajuk tanaman.
Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme
cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah
menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di
banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah
maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.
B. Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites)
1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Chrysodeixis
Species : C. chalcites
2. Bioekologi
a. Morfologi
Imago C. Chalcites mempunyai sayap dengan berwarna khas, yaitu dasarnya hitam coklat
dengan sepasang bintik putih pada masing-masing sayap, sedang pada ulat jengkal
Trichoplusia orichalcea bagian ujung sayap depannya berwarna keemasan.
13. Page | 13
Telur berbentuk bundar agak pipih, berenda putih, dan berwarna keputih-putihan yang
kemudian berubah kekuning-kuningan sebelum menetas.
Larva berkepala kecil, mempunyai tiga pasang tungkai palsu, berwarna hijau. Larva instar
akhir berukuran antara 30-40 mm.
Pupa berada di dalam kokon yang transparan.
Pupa C. Chalcites berwarna hijau muda dan pada punggungnya berwarna coklat hitam,
sedangkan pupa jenis Trichoplusia orichalcea berwarna coklat.
Siklus hidup ± 3 minggu yaitu Telur 3-4 hari, Larva ± 13 hari, Pupa ± 7 harI
a. Biologi dan perilaku
Ngengat aktif pada malam hari, tertarik cahaya
lampu. Telur diletakkan secara tunggal
dipermukaan bawa daun. Larva instar-1 sampai
larva instar akhir biasanya tetap diam dipermukaan
bawah helai daun. Larva bergerak seperti jari
tangan menjengkal. Larva berpupa di lipatan daun
yang direkat benang-benang sutra yang berwarna
putih kotor.
Siklus hidupnya rata-rata berlangsung 30
hari. Stadia telur selama 3-4 hari, stadia larva antara
14-19 hari dan stadia pipa antara 6-11 hari. Lama
hidup imago berkisar 5-12 hari. Kemampuan
bertelur dapat mencapai 1250 butir.
b. Ekologi Tanaman inang
utama ulat jengkal ialah kedelai; selain itu dapat
hidup pada tanaman jagung, kentang, tembakau,
rami, rosela, kacang hijau, tomat, wortel, lombok,
apel, Crotalaria sp., Centrosema sp., dan Pogonium
sp. Musuh alami ulat jengkal yaitu predator,
parasitoid dan patogen. Predator yang telah
diketahui ialah Andrallus sp., Rhinocoris sp.,
Vespidae dan Carabidae. Parasitoid yang telah
14. Page | 14
diketahui ialah Apanteles sp., Microplitis sp., Tachinidae dan Braconidae. Patogen
yang dapat menyerang ialah cendawan dan virus (NPV). Dinamika populasi ulat
jengkal pada tanaman sangat dipengaruhi saat kedatangan ngegatnya. Kedatangan
ngegat dipertanaman biasanya pada umur 34 hst, dan puncak populasi akan terjadi
sekitar umur 51 hst. Penyamaran merupakan kombinasi dari morfologi yang
dimilikinya, seperti warna, struktur dan perilaku untuk menyamar menjadi daun,
ranting, kayu, organisme atau bentuk-bentuk lainnya, sehingga musuh alaminya
tidak mengetahui keberadaannya.Ulat jengkal berwarna seperti ranting dan sering
berperilaku ‘kaku’ seperti ranting kering. Hama ini bersifat polyfag.
3. Gejala serangan dan kerusakan
Serangan oleh instar muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun karena jaringan dan
dimakan, namun epidemis dan tulang daun ditinggalkan , sedang larva besar memakan habis
helai daun menyebabkan daun yang terserang tinggal beberapa tulang daunya saja.
Kerusakan daun oleh ulat jengkal biasanya mulai pada awal pembungaan. Kerusakan terus
meningkat hingga fase pengisian biji sekitar 60 hst.
Kehilangan hasil karena defoliasi dapat menurunkan bobot biji, dan pada akhirnya
menurunkan hasil panen. Kerusakan daun 50 % pada awal pembungaan hingga pembungaan
penuh dapat menurunkan hasil 9-18%, atau setara dengan 135 kg sampai 270
kg/ha. Kerusakan daun total pada fase pengisian dapat menurunkan hasil sebesar 80%, yaitu
setara dengan 1200 kg/ha.
4. Intensitas Penyerangan.
Tanaman
sampel
Intensitas serangan Rata-rata
1 20 %
6%
2 20%
3 0%
4. 0%
5. 20 %
6. 0%
7. 0%
8. 0%
9. 0%
15. Page | 15
10. 0%
5. Penyebaran
eropa selatan , asia
6. Pengendalian
a. Musuh alami :
Parasitoid telur, Trichogramma sp (Hymenoptera Trichogrammatidae)
Parasitoid larva, Cotesia sp. (Hymenoptera Braconidae)
Parasitoid larva, microplitis sp
b. Ulat jengkal menyebar secara berkelompok, umumnya terdapat pada daun muda dan
sebagian besar terdapat pada permukaan bawah daun. Pengamatan populasi larva
muda dilakukan sejak 35 sampai 56 hst dengan interval waktu 1 minggu. Tanaman
contoh diambil secara diagonal sebanyak 10 rumpun per petak alami.
c. Ambang pengendalian ulat jengkal tergantung dari fase pertumbuhan tanaman yang
diserang dan stadia larva. Diketahui bahwa kemampuan ulat jengkal dalam
memakan daun adalah setengah daripada kemampuan ulat grayak. Oleh karena itu
penetapan ambang pengendaliannya mengacu pada ulat grayak, yaitu sebagai berikut:
Stadia/kerusakan Vegetatif Berbunga berpolong Pengisian polong
- larva instar-1 200 ekor/10 rpn 200 ekor/10 rpn 200 ekor/10 rpn
- larva instar-2 120 ekor/10 rpn 120 ekor/10 rpn 120 ekor/10 rpn
- larva instar-3 20 ekor/10 rpn 30 ekor/10 rpn 50 ekor/10 rpn
- larva instar-4-6 Mekanis Mekanis Mekanis
- kerusakan daun 25% daun
rusak (ada
populasi)
12,5% daun rusak (ada
populasi)
12,5% daun rusa
(ada populasi)
d. Melakukan pergiliran tanaman dan bertanam serentak akan dapat memutus siklus
hidup, mengurangi populasi awal dan mengecerkan populasi. Kalau masih terdapat
serangan, maka pengumpulan dan pemusnahan larva instar 4 sampai dengan instar
akhir perlu dilakukan.
e. Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan apabila populasi melampaui
ambang pengendalian dan dibatasi sampai dengan instar -3, karena aplikasi
16. Page | 16
insektisida pada ulat instar 4-6 sangat rendah. Oleh karena itu pengendalian ulat
yang sudah mulai besar hanya efektif dengan cara pengumpulan.
Busuk Lunak
Patogen : Bakteri Erwina Cartovora
Busuk lunak adalah penyakit yang merugikan pada tanaman-tanaman sayuran, termasuk
kubis-kubisan, baik di lapangan maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan sebagai
penyakit pasca panen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di Indonesia belum
pernah di teliti secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di pertanaman maupun di pasar-
pasar (Machmud, 1984; Suhardi, 1988).
Kemajuan teknologi yang dicapai ilmuan pada akhir dekade ini untuk menekan
penyebaran patogen Erwinia carotovora melalui molekul signal pada pathogen dikuatirkan akan
manciptakan galur yang resisten. Teknik perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan
sebagai senjat ayang ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih di
kebangkan untuk menangani masalah ini.
Klasifikasi
Kingdom: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Order: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Genus: Erwinia
Species: E. carotovora
Gejala serangan
17. Page | 17
Gejala yang umum pada tanaman wortel adalah busuk lunak, berwarna coklat atau
kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak
kebasahan. Bercak membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna
coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna
krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutui-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi
pembentukan pigmen coklat tua atau hitam.
Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan
bakteri sekunder jaringa tersebut menjadi berbau khas yang mencolok hidung (Machmud, 1984).
Tanaman di pesemaian juga dapat diserang bakteri busuk lunak yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu relatif singkat. Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat
penyimpanan atau pada waktu pengangkutan (pasca panen) dari pada di lapangan.
Masalah utama yang ditimbulkan mikroba ini pada bidang Agriculture adalah penyerangan
secara membabi buta pada wortel dan sayuran lainpada lahan atau penyimpanan yang mana
jaringan tanaman akan berair yang akhirnya menjadi lembek dan berbau
Morfologi
Sel bakteri berbentuk batang dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron, umumnya
membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri
bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat dikeliling sel bakteri. Bakteri bersifat gram
negatif.
18. Page | 18
Erwinia carotovora adalah bakteri gram negatif , berbentuk batang yang hidup soliter
atau berkelompok dalam pasangan atau rantai. Merupakan bakteri tanpa spora berflagela, Bakteri
ini termasuk jenis fakultatif anaerob. Erwinia carotovora memproduksi banyak enzim
ekstraselluler seperti pectic yang mendegradasi pektin, cellulase yang mendegradasi cellulase,
hemicellulases, arabanases, cyanoses and a protease. Sebagai bakteri Mesofilik, Erwinia
carotovora menghabiskan hidupnya pada temperatur yang berkisar antara 27 – 30ο
. Sekuen
genom dari Erwinia carotovora subsp. Atroseptica mengindikasikan bahwa mikroba jenis ini
tidak mampu untuk melakukan fiksasi nitrogen akan tetapi dapat mendapat suplai energi dari 80
sistem transport energy.
Daur Hidup
Bakteri dapat menyerang bermacam-macam tanaman pertanian maupun hasil-hasilnya,
khusnya tanaman hortikultura. Bakteri dapat mempertahankan diri dalam tanah dan dalam sisa-
sisa tanaman lapang.
Pada umumnya iinfeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui
luka-luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian. Larva dan Imago lalat buah
dapat menularkan bakteri, karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri dalam
tubuhnya. Di dalam simpanan dan pengangkutan infeksi terjadi melalui luka karena gesekan, dan
sentuhan antara bagian tanaman yang sehat dengan yang sakit.
19. Page | 19
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Pembusukan berlangsung cepat dalam udara yang lembab dan pada suhu yang relatif
tinggi. Dalam waktu sedemikan dalam waktu singkat seluruh bagian tanaman yang terinfeksi
membusuk sehingga tanaman mati. Dengan demikkian di dataran rendah penyakit busuk lunak
menimbulkan kerugian yang lebih besar (Sunarjonno, 1980).
Ekologi
Dalam lingkup tanaman terinfeksi, Erwinia carotovora dapat juga ditemukan pada perut
serangga, air yang dibawa oleh udara, genangan air sungai dan timbunan wortel. Setelah terjadi
hujan di atas tanaman yang terinfeksi, udara yang mengandung bakteri terbentuk. 80% dari
bakteri yang tersuspensi di udara dapat bertahan hidup antara lima sampai sepuluh menit dan
dapat terbawa udara sejauh satu mil. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri 27°. Di
Indonesia terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Patologi
Erwinia carotovora adalah patogen tanaman yang dapat meyebabkan kematian sel melalui
perusakan dinding sel tanaman dengan membuat sel secara osmosis mudah pecah. Hal ini bisa
terjadi akibat produksi PCWDE seperti enzim pectic ekstrasellular dan sellulase yang
menghancurkan pektin dan sellulase. Organisme ini dapat menyebabkan penyakit busuk lunak
pada banyak tanaman dan sayuran yang dapat dikenali dengan bau busuk dan bagian luar yang
lembek. Supspesies Erwinia Carotovora subsp. Atroseptica dapat menyerang kentang yang juga
dapat menghasilkan nonribosomal peptide phytotoxin yang dapat meinduksi nekrosis dengan
kebocoran elektrolit pada permukaan transmembran. Gen Eca1043 pada patogen diduga dapat
mensintesis dalam jumlah besar, protein seperti hemagglutinin, pili and protein fimbrial untuk
ikatan pada inang. Transfer genetik horizontal dari gen yang meniru tipe empat sekresi dari
Agrobacterium tumefaciens dapat berpotensi patogen karene mutasi dalam gen ini dapat secara
negatif meninduksi proses virulensi.
20. Page | 20
Tanaman inang
Kentang, wortel, seledri, tomat, selada, kailan, caisin, kubis bunga, petsai, sawi hijau, bawang
merah, bawang bombai, bawang daun, bawang putih, semangka, tembakau dan ubi-ubian.
Teknik pengendalian dan Pengelolaan
Di Indonesia pengetahuan mengenai penyakit busuk lunak masih sangat terbatas,
sehingga anjuran yang mantap untuk mengendallikan penyakit tersebut belum dapat diberikan.
Untuk sementara Machmud (1984) memberikan anjuran sebagai berikut
1. Sanitasi. Menjaga Kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman.
2. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban
yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.
3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari
terjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu menyerang.
4. Pengendalian pasca panen dilakukan dengan
a. Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorin
b. Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan
c. Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yang
cukup, sejuk dan difumigasinya sebalumnya.
Untuk mencuci tanaman dapat juga di pakai boraks 7,5% (Anom, 1979)