SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
MAKALAH BAHASA INDONESIA
   “Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia”



     Dosen Pengampu : Dr. suwarjo, M. Pd.
       Mata Kuliah     : Bahasa Indonesia


                      Oleh
                     Ristiana
               NPM 1113053097
                 Semester IA




PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
          UNIVERSITAS LAMPUNG
                      2011


                                               1
BAB I
                           PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
   Kalau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari
masihbanyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapituturan atau
ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidaksedikit
seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafalatau
intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal inidimungkinkan
karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasaIndonesia
sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasadaerah
masing-masing.Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasitertentu,
seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
   Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di
SekolahDasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah
“huruf”walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya
merupakanistilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu
diadakanpenyesuaian dalam segi penerapannya.
   Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku
dalambahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah
itudikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru,
pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasa Indonesia selain dapat
menjadi bekal dalampemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan
berbahasa siswa.


B. Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya:
  1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?




                                                                           2
2. Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam
    fonologi?
 3. Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?
 4. Apakah yang dimaksud dengan morfologi?
 5. Bagaimana mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia?
 6. Apa saja jenis kata ulang bahasa Indonesia?
 7. Apa saja makna kata ulang bahasa Indonesia?


C. Tujuan
 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
 1. Untuk menjelaskan pengertian fonologi.
 2. Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.
 3. Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.
 4. Untuk menjelaskan pengertian morfologi.
 5. Untuk mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia.
 6. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis kata ulang bahasa Indonesia.
 7. Untuk menjelaskan makna kata ulang bahasa Indonesia.




                                                                      3
BAB II
                             PEMBAHASAN


A. Fonologi
1. Pengertian Fonologi
    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa
menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem
bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi
adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
    Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya.Dengan demikian, fonologi adalahmerupakan sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwafonologi adalah ilmu tentang
bunyi bahasa.


2. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi
    Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetikdan
fonemik.
a) Fonetik
    Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan:
bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik
adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
    Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi
tiga jenis fonetik, yaitu:
    1) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,
        mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja




                                                                         4
dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
       diklasifikasikan.
   2) Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
       fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya,
       aplitudonya,dan intensitasnya.
   3) Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan
       bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
   Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia
lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan
dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan
manusia.Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan
fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.


b) Fonemik
   Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut,
fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) bidang
linguistik tentang sistem fonem; (2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur
untuk menentukan fonem suatu bahasa.
   Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi
untuk membedakan arti.
   Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata.Misalnya bunyi [l], [a], [b]
dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada
bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam
bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.




                                                                              5
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-
bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh
cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan
semantik.
1) Fonologi dalam cabang morfologi
   Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata
sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan
morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan
[bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis
dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.


2) Fonologi dalam cabang sintaksis
   Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika
berhadapan dengan kalimat kamu berdiri.(kalimat berita), kamu berdiri?
(kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut
masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil
analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang
ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa
Indonesia.


3) Fonologi dalam cabang semantik
   Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun
memanfaatkan hasil telaah fonologi.Misalnya dalam mengucapkan sebuah
kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras]
akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara
bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna.Hasil
analisis fonologislah yang membantunya.




                                                                                6
B. Fonem-fonem Bahasa Indonesia
1. Pengertian Fonem
   Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyiujaran dalam
satu   bahasa      mempunyai   fungsi    membedakan       arti.Bunyi   ujaranyang
membedakan arti ini disebut fonem.Fonem tidak dapat berdiri sendirikarena
belum mengandung arti.Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalamKamus
Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.Fonem
tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.


2. Jenis-jenis Fonem
   Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang
terdiriatas: (a) fonem vokal 6 buah(a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3
buah, dan (c) fonem konsonan 23buah(p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,
w, dan z).
a) Fonem vokal
   Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.
   1) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
   2) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika
          mengucapkan bunyi.
   3) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung
          kaki gigi).
   Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal
digolongkan:
   Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit-
   langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi
   [i].
   Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan
   sedikit membundar, misalnya /u/.




                                                                                 7
Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan
    belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi
    antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e].
    Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah
    ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian
    belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o].
    Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak
    menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal / / .
    Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar,
    misalnya vokal /a/.
    Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas:
    Vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/;
    Vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/.
    Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vokal
dibedakan atas:
    Vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/;
    Vokal lapang: /a/, /e/, /o/.
Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang.


b) Fonem diftong
    Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan
sebagai vokal yang berubah kualitasnya.Dalam sistem tulisan, diftong
dilambangkan oleh dua huruf vokal.Kedua huruf vokal itu tidak dapat
dipisahkan.Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada
suku kata –lau tidak dapat dipisahkanmenjadi la-u seperti pada kata mau.


c) Fonem Konsonan
    Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami
hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukan
oleh tiga faktor :
    Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak
    bersuara).


                                                                                8
Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi,
   gusi, lidah, langit-langit).
   Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.
   Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita
suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
 Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua
   macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. (Samsuri, 1994,
   Supriyadi, dkk. 1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).
       Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit,
       sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi
       bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan
       /y/.
       Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga
       tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara,
       antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
 Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan,
   yakni:
       Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara
       merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
       Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara
       merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
       Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara
       menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
       Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara
       menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan
       /g/.
 Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan
   sebagai berikut:
       Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan
       menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan,
       seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;




                                                                                     9
Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan
       menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan
       melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, ñ, ];
       Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat
       udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
       Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat
       udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f],
       [s];
       Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara
       yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];
       Konsonan       getar   yakni     bunyi    yang     dihasilkan       dengan
       mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan
       secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang.


C. Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia
   Ramlan (1978:19) menjelaskan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan kata dan
arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
   Nida (1949:1) menjelaskan bahwa morfologi adalah studi tentang morfem
dan susunannya di dalam pembentukan kata.Susunan morfem yang diatur
menurut morfologi suatu bahasa meliputi semua kombinasi yang membentuk
kata atau bagian dari kata.
   Verhaar (2004:97) juga menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang
lunguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal.Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang
ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata.




                                                                              10
D. Morfem-morfem Bahasa Indonesia
1. Pengertian Morfem
   Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa morfem
adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif
stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil.
   Lyons (1968:80) menyatakan bahwa morfem adalah unit analisis
gramatikal yang terkecil.Katamba(1993:24) menjelaskan bahwa morfem
adalah perbedaan terkecil mengenai makna kata atau makna kalimat atau
dalam struktur gramatikal. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfem adalah
satuan bahasa terkecil yang bermakna.


2. Prinsip Mengenal Morfem
   Edi Subroto (1976:40) mengemukakan tentang ciri morfem, bahwa (1)
morfem adalah satuan terkecil di dalam tingkatan morfologi yang bisa
ditemukan lewat analisis morfologi, (2) morfem selalu merupakan satuan
terkecil yang berulang-ulang dalam pemakaian bahasa (dengan bentuk yang
lebih kurang sama)dengan arti gramatikal tertentu yang lebih kurang sama
pula.
   Samsuri (1992) mengemukakan tiga prinsip pokok pengenalan morfem.
(1)Bentuk-bentuk yang berulang yang mempunyai pengertian yang sama,
termasuk morfem yang sama. (2)Bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-
fonemnya) yang mempunyai pengertian yang sama,termasuk morfem yang
sama, apabila perbedaan-perbedaannya dapat diterangkan secara fonologis.
(3)Bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya, yang tidak dapat
diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih bisa dianggap
sebagai alomorf-alomorf dari morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan
itu dapat diterangkan secara morfologis.


3. Wujud Morfem
   Samsuri (1982:182) yang juga dikutip oleh Prawirasumantri (1985:138)
memaparkan hasil penelitian para pakar terhadap bahasa-bahasa di dunia.
Pada dasarnya, wujud morfem bahasa itu ada lima macam, yaitu :



                                                                      11
a) Morfem berwujud fonem atau urutan fonem segmental.
   Berdasarkan hal itu, morfem dapat berwujud sebuah fonem missal: -i atau
lebih dari satu fonem misalnya: ber-, makan, juang. Contoh diatas, merupakan
morfem-morfem bahasa Indonesia.


b) Morfem terdiri atas gabungan fonem segmental dengan suprasegmental
   (prosodi).
   Sebagai contoh urutan fonem /bottar/ dalam bahasa Batak Toba belum
mengandung pengertian yang penuh atau maknanya masih meragukan. Urutan
fonem tersebut akan jelas apabila ditambah oleh tekanan pada suku pertama
atau kedua, /bóttar/ atau /bottár/. Yang pertama maknanya “darah” sedangkan
yang kedua bermakna “anggur”.


c) Morfem berwujud fonem-fonem prosodi (suprasegmental).
   Dalam tuturan, fonem-fonem suprasegmental iniselalu bersama-sama
denganfonem segmental. Apabila ada fonem-fonem segmental bersama-sama
dengan fonem supra segmental maka pengertiannya menjadi rangkap, yakni
fonem-fonem suprasegmental menyatakan konsep atau pengertian yang
lainnya. Morfem-morfem seperti itu banyak terdapat pada bahasa Indian
Amerika dan bahasa-bahasa Afrika, yakni           morfem   yang berwujud
suprasegmental atau prosodi nada.


d) Morfem                   berwujud            gabungan             fonem
   suprasegmental(prosodi)dengankesuprasegmentalan (keprosodian) yakni
   intonasi atau kalimat.
   Yang lazim digunakan pada morfem ini ialah gabungan nada dengan
persendian.


e) Morfem bisa berwujud kekosongan (Tanwujud).
     Yang dimaksud dengankekosongan di sini yaitu bahwa morfem tersebut
bermanifestasikan dengan kekosongan yang biasa disebut dengan morfen zero
atau morfem tanwujud yang bisa disimbolkan Ø.



                                                                         12
4. Jenis-Jenis Morfem
Berdasarkan kriteria tertentu, morfem dapat diklasifikasikan           menjadi
beberapa jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya
dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).


a) Ditinjau dari Hubungannya
   Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, dapat dilihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.
   1) Ditinjau dari Hubungan Struktur
   Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif
(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
   Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada
umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -
nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu
dengan yang lain.
   Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau
berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin
disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem
replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya
dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-
masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ←
aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing
„kaki‟, „tikus‟, dan „orang‟, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan
alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan
morfem-morfem       atau   lebih   tepatnya   alomorf-alomorf   yang   bersifat
penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/
diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata
man dan men.




                                                                            13
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis.
Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina
dan jantan secara ketatabahasaan.


   2) Ditinjau dari Hubungan Posisi
   Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga
macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis
morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem
imbuhan dan morfem lainnya.
   Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu /
ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat
sesudah yang lainnya.
   Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat kita lihat dari kata / telunjuk/.
Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk.
Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
   Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada
kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/
terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan
/siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan,
terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau
/hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut
morfem kontinu (discontinous morpheme).


b) Ditinjau dari Distribusinya
   Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem terikat.
   1) Morfem Bebas
   Menurut    Santoso    (2004),    morfem   bebas   adalah   morfem     yang
mempunyaipotensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung
membentukkalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem
yang diucapkantersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya.Morfem
bebas sudah termasuk kata.Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem



                                                                           14
bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat
dengan morfem bebas, morfem dasar dengan morfem dasar.Jadi dapat
dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar.


   2) Morfem Terikat
   Morfem terikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain
seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat
digunakan dalam komunikasi yang wajar.
   Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta,
sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-,
ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah
pokok.
   Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks
atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur
yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang,
tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem
unik.
   Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat
pende yang mempunyai fungsi “memberikan fasilitas”, yaitu melekatnya afiks
atau bagi afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sansekerta, satuan /wad/
„menulis‟ tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan
pembubuhan satuan /a/ sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua
yakni satuan /wada/ yang dapat yang dapat memperoleh akhiran seperti
wadati, wadama. Bentuk /a/ seperti itu disebut pembentuk dasar.
   Sehubungan dengan distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi
menjadi imbuhan terbuka dan tertutup. Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang
setelah melekat pada suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan
lain. Sebagai contoh afiks /p∂r/ setelah dibubuhakn pada satuan /b∂sar/
menjadi perbesar /p∂rb∂sar/. Satuan /p∂rb∂sar/ masih menerima afiks lain
seperti /di/ sehingga menjadi /dip∂rb∂sar/. Imbuhan /p∂r/ dinamakan imbuhan
terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks /di/. Sedangkan yang



                                                                              15
dimaksud dengan imbuhan tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah
melekat pada suatu bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain,
misalnya afiks /di/ setelah melekat pada satuan /baca/ menjadi /dibaca/ tidak
dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah merupakan contoh
afiks atau imbuhan tertutup.


E. Kata Ulang Bahasa Indonesia
   Proses    perulangan     atau   reduplikasi   adalah   pengulangan   bentuk,
baikseluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun
tidak.Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang
diulangmerupakan bentuk dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan
pula suatuproses morfologis yang banyak terdapat pada bahasa Indonesia.


1. Jenis-jenis Kata Ulang Bahasa Indonesia
   Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam
bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk seperti berikut :
a) Kata ulang suku kata awal (dwipurna).
   Dalam bentuk perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal
   mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet).
   Contoh:
   Tangga          tetangga
   Pohon           pepohonan
   Laki            lelaki
b) Kata ulang murni (dwilingga).
   Bentuk kata ulang terjadi dengan mengulang seluruh unsur dasar secara
   utuh.Kata ulang seperti ini disebut jugakata ulang utuh. Contoh:
   Buku            buku-buku
   Bangku          bangku-bangku
   Rumah           rumah-rumah
c) Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata, tetapi pada salah satu
   unsurkata ulang tersebut mengalami perubahan bunyi fonem. Kata




                                                                            16
ulangsemacam ini biasa disebut kata ulang salin suara atau kata ulang
   berubahbunyi.Contoh:
   Gerak            gerak-gerik
   Sayur            sayur-mayur
   Balik            bolak-balik
d) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan.Contoh:
   Anak             anak-anakan
   Main             main-mainan
   Kuda             kuda-kudaan


2. Makna Kata Ulang
   Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata,
maknastruktural kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut :
a) Perulangan mengandung makna banyak yang tak tentu. Perhatikan
   contohberikut:
   - Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput.
   - Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca.
b) Perulangan mengandung makna bermacam-macam.Contoh:
   - Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya.
   - Daun-daunan yang ada dipekarangan sekolah sudah menumpuk.
   - Ibu membeli sayur-sayuran di pasar.
   - Harga buah-buahan sekarang sangat murah.
c) Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah
   menyerupaiatau tiruan dari sesuatu.Contoh:
   - Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda)
   - Mereka sedang bermain          pengantin-pengantinan di pekarangan
   rumah.(menyerupai atau tiruan pengantin)
   - Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman.(menyerupai
   atau tiruan ayam)
d) Mengandung makna agak atau melemahkan dari.Contoh:
   - Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman-
   temanya.



                                                                           17
- Sifatnya masih kekanak-kanakan.
   - Mukanya kemerah-merahan.
e) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari:
    Intensitas kualitatif, contohnya:
       - Pukullah kuat-kuat.
       - Anak itu belajar sebaik-baiknya.
       - Burung itu terbang setinggi-tingginya.
       - Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya.
    Intensitas kuantitatif, contohnya:
       - Kuda-kuda itu berlari kencang.
       - Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah.
       - Ayah membawabuah-buahan dari Malang.
       - Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi.
    Intensitas frekuentatif. Contoh:
       - Iamengeleng-gelengkan kepalanya.
       - Iamondar-mandir saja sejak tadi.
       - Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja.
f) Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan
   yangberbalasan.Contoh:
   - Kita harus tolong-menolong.
   - Tentara sedang tembak-menembak dengan seru.
   - Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi.
g) Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif.Contoh:
   - Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas.




                                                                         18
BAB III
                                 PENUTUP


A. Kesimpulan
    Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah
sistem bunyi dalam bahasa Indonesia.Fonologi mencakup dua kajian ilmu,
yaitu fonetik dan fonemis.Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang
mempelajari seluk-beluk pembentukan kata.
    Proses   perulangan   atau   reduplikasi   adalah   pengulangan   bentuk,
baikseluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun
tidak.


B. Saran
    Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasa
Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalampemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harijuga dapat
bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.




                                                                          19
DAFTAR PUSTAKA


http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/fonologi-morfologi-dan-
   sintaksis-bahasa.html


http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/02/16/morfologi-bahasa-indonesia/


http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Bunyi


http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/29/840/


http://mampiroto.blogspot.com/2011/05/makalah-fonologi-diftong.html


http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=81


http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=82


http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/
   Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_4_0.pdf


http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&
   id=64:pbin4101-linguistik-umum&Itemid=75&catid=30:fkip


http://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.com


http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/fonologi/


http://www.slideshare.net/Rakatajasa/materi-fonologi-bahasa-indonesia




                                                                          20

Contenu connexe

Tendances

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIATATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIAA-ttiitudEd Kuu
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuLinda Rosita
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
 
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRagam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRipan Nugraha Harahap
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningAbdul Jamil
 
Pelafalan dalam bahasa indonesia
Pelafalan dalam bahasa indonesiaPelafalan dalam bahasa indonesia
Pelafalan dalam bahasa indonesiaRianRinaldi3
 
Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Lia Aldiana
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaWaQhyoe Arryee
 
membaca permulaan dan lanjutan
membaca permulaan dan lanjutanmembaca permulaan dan lanjutan
membaca permulaan dan lanjutanAjengIlla
 
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Katappt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Katadinitsyh
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaSusanti Susanti
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Hildadp
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran Naily Mulyono
 
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)hairina wasliah
 

Tendances (20)

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIATATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia baku
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
 
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRagam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
 
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksisKesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
 
Morfologi klp 8
Morfologi klp 8Morfologi klp 8
Morfologi klp 8
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Pelafalan dalam bahasa indonesia
Pelafalan dalam bahasa indonesiaPelafalan dalam bahasa indonesia
Pelafalan dalam bahasa indonesia
 
Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia
 
Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
 
8 pedoman wawancara
8 pedoman wawancara8 pedoman wawancara
8 pedoman wawancara
 
membaca permulaan dan lanjutan
membaca permulaan dan lanjutanmembaca permulaan dan lanjutan
membaca permulaan dan lanjutan
 
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Katappt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
 

En vedette

Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaDarwis Maulana
 
Materi fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaMateri fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaRakatajasa
 
Makalah kewarganegaraan (autosaved)
Makalah kewarganegaraan (autosaved)Makalah kewarganegaraan (autosaved)
Makalah kewarganegaraan (autosaved)Ibnu casey Cepret
 
Intro to general linguistics cover
Intro to general linguistics coverIntro to general linguistics cover
Intro to general linguistics coverAlyefi Asrar
 
Hakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffan
Hakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffanHakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffan
Hakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffanRizky Todori Laksana
 
Fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis
Fonologi, morfologi, semantik dan sintaksisFonologi, morfologi, semantik dan sintaksis
Fonologi, morfologi, semantik dan sintaksisfahmi_naka
 
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa IndonesiaMakalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesia7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesiaChairil Anam
 
Muhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiiiMuhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiiiM Azni Rasyid
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daunWarnet Raha
 
Cover kelompok media
Cover kelompok mediaCover kelompok media
Cover kelompok mediaistana walet
 
Cover bab i kelompok
Cover bab i kelompokCover bab i kelompok
Cover bab i kelompoktaufiq99
 
Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...
Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...
Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...Fransiskus Rahelianto Florus
 
Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasadaud5530
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaulKatarina Yuliana
 

En vedette (20)

Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesiaMakalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa Indonesia
 
Materi fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaMateri fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesia
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 
Makalah kewarganegaraan (autosaved)
Makalah kewarganegaraan (autosaved)Makalah kewarganegaraan (autosaved)
Makalah kewarganegaraan (autosaved)
 
Intro to general linguistics cover
Intro to general linguistics coverIntro to general linguistics cover
Intro to general linguistics cover
 
Hakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffan
Hakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffanHakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffan
Hakikat sastra indonesia kelompok 5 untuk soffan
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
 
Fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis
Fonologi, morfologi, semantik dan sintaksisFonologi, morfologi, semantik dan sintaksis
Fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis
 
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa IndonesiaMakalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
 
7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesia7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesia
 
Muhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiiiMuhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiii
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
Cover kelompok media
Cover kelompok mediaCover kelompok media
Cover kelompok media
 
Cover bab i kelompok
Cover bab i kelompokCover bab i kelompok
Cover bab i kelompok
 
Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...
Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...
Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak ...
 
Alat ucap manusia
Alat ucap manusiaAlat ucap manusia
Alat ucap manusia
 
fonetik fonologi
fonetik fonologifonetik fonologi
fonetik fonologi
 
Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasa
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul
 

Similaire à Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia

Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfSalisAstutiN
 
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikMakalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikShelaOktavia
 
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docxFonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docxkamilazhary
 
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...PUTUEKARESPATI
 
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANGhian Velina
 
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011Abdullah Dedi Maulana
 
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011Abdullah Dedi Maulana
 
Presentasi kelompok 1
Presentasi kelompok 1Presentasi kelompok 1
Presentasi kelompok 1zhu ma
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumImam Suwandi
 
Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203Faridah Husin
 
13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal
13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal
13416756 fonetik-dan-fonologi-vokalsk.kangkong
 

Similaire à Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia (20)

Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
 
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikMakalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
 
Linguistik
LinguistikLinguistik
Linguistik
 
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docxFonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
 
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
 
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
 
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
 
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
Unit 1 prinsip_dasar_pembljrn_final_10_okt_2011
 
Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
 
Presentasi kelompok 1
Presentasi kelompok 1Presentasi kelompok 1
Presentasi kelompok 1
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Fonologi hamidi
Fonologi hamidiFonologi hamidi
Fonologi hamidi
 
Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal
13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal
13416756 fonetik-dan-fonologi-vokal
 

Plus de Rizzty Mennelz

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADRizzty Mennelz
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
Menulis Karya Ilmiah sesuai Target Pembaca
Menulis Karya Ilmiah sesuai Target PembacaMenulis Karya Ilmiah sesuai Target Pembaca
Menulis Karya Ilmiah sesuai Target PembacaRizzty Mennelz
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakRizzty Mennelz
 

Plus de Rizzty Mennelz (6)

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
 
Teknik Assesmen
Teknik AssesmenTeknik Assesmen
Teknik Assesmen
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
 
Menulis Karya Ilmiah sesuai Target Pembaca
Menulis Karya Ilmiah sesuai Target PembacaMenulis Karya Ilmiah sesuai Target Pembaca
Menulis Karya Ilmiah sesuai Target Pembaca
 
Masalah pembelajaran
Masalah pembelajaranMasalah pembelajaran
Masalah pembelajaran
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
 

Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia

  • 1. MAKALAH BAHASA INDONESIA “Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia” Dosen Pengampu : Dr. suwarjo, M. Pd. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Oleh Ristiana NPM 1113053097 Semester IA PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2011 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masihbanyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapituturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidaksedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafalatau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal inidimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasaIndonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasadaerah masing-masing.Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasitertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di SekolahDasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf”walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakanistilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakanpenyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalambahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itudikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru, pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalampemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya: 1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi? 2
  • 3. 2. Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi? 3. Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia? 4. Apakah yang dimaksud dengan morfologi? 5. Bagaimana mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia? 6. Apa saja jenis kata ulang bahasa Indonesia? 7. Apa saja makna kata ulang bahasa Indonesia? C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk menjelaskan pengertian fonologi. 2. Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi. 3. Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia. 4. Untuk menjelaskan pengertian morfologi. 5. Untuk mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia. 6. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis kata ulang bahasa Indonesia. 7. Untuk menjelaskan makna kata ulang bahasa Indonesia. 3
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Fonologi 1. Pengertian Fonologi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.Dengan demikian, fonologi adalahmerupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwafonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa. 2. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetikdan fonemik. a) Fonetik Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan: bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu: 1) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja 4
  • 5. dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. 2) Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya. 3) Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran. b) Fonemik Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) bidang linguistik tentang sistem fonem; (2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan- kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/. 5
  • 6. Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi- bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik. 1) Fonologi dalam cabang morfologi Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}. 2) Fonologi dalam cabang sintaksis Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri.(kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia. 3) Fonologi dalam cabang semantik Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi.Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna.Hasil analisis fonologislah yang membantunya. 6
  • 7. B. Fonem-fonem Bahasa Indonesia 1. Pengertian Fonem Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyiujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti.Bunyi ujaranyang membedakan arti ini disebut fonem.Fonem tidak dapat berdiri sendirikarena belum mengandung arti.Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalamKamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. 2. Jenis-jenis Fonem Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiriatas: (a) fonem vokal 6 buah(a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23buah(p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l, w, dan z). a) Fonem vokal Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut. 1) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi). 2) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi. 3) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi). Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal digolongkan: Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit- langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i]. Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/. 7
  • 8. Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e]. Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o]. Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal / / . Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/. Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas: Vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/; Vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/. Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vokal dibedakan atas: Vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/; Vokal lapang: /a/, /e/, /o/. Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang. b) Fonem diftong Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang berubah kualitasnya.Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal.Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan.Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata –lau tidak dapat dipisahkanmenjadi la-u seperti pada kata mau. c) Fonem Konsonan Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor : Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara). 8
  • 9. Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit). Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan. Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.  Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk. 1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988). Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/. Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.  Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni: Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/. Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/. Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/. Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.  Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut: Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain; 9
  • 10. Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, ñ, ]; Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l]; Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s]; Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z]; Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang. C. Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia Ramlan (1978:19) menjelaskan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Nida (1949:1) menjelaskan bahwa morfologi adalah studi tentang morfem dan susunannya di dalam pembentukan kata.Susunan morfem yang diatur menurut morfologi suatu bahasa meliputi semua kombinasi yang membentuk kata atau bagian dari kata. Verhaar (2004:97) juga menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang lunguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata. 10
  • 11. D. Morfem-morfem Bahasa Indonesia 1. Pengertian Morfem Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil. Lyons (1968:80) menyatakan bahwa morfem adalah unit analisis gramatikal yang terkecil.Katamba(1993:24) menjelaskan bahwa morfem adalah perbedaan terkecil mengenai makna kata atau makna kalimat atau dalam struktur gramatikal. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang bermakna. 2. Prinsip Mengenal Morfem Edi Subroto (1976:40) mengemukakan tentang ciri morfem, bahwa (1) morfem adalah satuan terkecil di dalam tingkatan morfologi yang bisa ditemukan lewat analisis morfologi, (2) morfem selalu merupakan satuan terkecil yang berulang-ulang dalam pemakaian bahasa (dengan bentuk yang lebih kurang sama)dengan arti gramatikal tertentu yang lebih kurang sama pula. Samsuri (1992) mengemukakan tiga prinsip pokok pengenalan morfem. (1)Bentuk-bentuk yang berulang yang mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama. (2)Bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem- fonemnya) yang mempunyai pengertian yang sama,termasuk morfem yang sama, apabila perbedaan-perbedaannya dapat diterangkan secara fonologis. (3)Bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf dari morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan itu dapat diterangkan secara morfologis. 3. Wujud Morfem Samsuri (1982:182) yang juga dikutip oleh Prawirasumantri (1985:138) memaparkan hasil penelitian para pakar terhadap bahasa-bahasa di dunia. Pada dasarnya, wujud morfem bahasa itu ada lima macam, yaitu : 11
  • 12. a) Morfem berwujud fonem atau urutan fonem segmental. Berdasarkan hal itu, morfem dapat berwujud sebuah fonem missal: -i atau lebih dari satu fonem misalnya: ber-, makan, juang. Contoh diatas, merupakan morfem-morfem bahasa Indonesia. b) Morfem terdiri atas gabungan fonem segmental dengan suprasegmental (prosodi). Sebagai contoh urutan fonem /bottar/ dalam bahasa Batak Toba belum mengandung pengertian yang penuh atau maknanya masih meragukan. Urutan fonem tersebut akan jelas apabila ditambah oleh tekanan pada suku pertama atau kedua, /bóttar/ atau /bottár/. Yang pertama maknanya “darah” sedangkan yang kedua bermakna “anggur”. c) Morfem berwujud fonem-fonem prosodi (suprasegmental). Dalam tuturan, fonem-fonem suprasegmental iniselalu bersama-sama denganfonem segmental. Apabila ada fonem-fonem segmental bersama-sama dengan fonem supra segmental maka pengertiannya menjadi rangkap, yakni fonem-fonem suprasegmental menyatakan konsep atau pengertian yang lainnya. Morfem-morfem seperti itu banyak terdapat pada bahasa Indian Amerika dan bahasa-bahasa Afrika, yakni morfem yang berwujud suprasegmental atau prosodi nada. d) Morfem berwujud gabungan fonem suprasegmental(prosodi)dengankesuprasegmentalan (keprosodian) yakni intonasi atau kalimat. Yang lazim digunakan pada morfem ini ialah gabungan nada dengan persendian. e) Morfem bisa berwujud kekosongan (Tanwujud). Yang dimaksud dengankekosongan di sini yaitu bahwa morfem tersebut bermanifestasikan dengan kekosongan yang biasa disebut dengan morfen zero atau morfem tanwujud yang bisa disimbolkan Ø. 12
  • 13. 4. Jenis-Jenis Morfem Berdasarkan kriteria tertentu, morfem dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). a) Ditinjau dari Hubungannya Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, dapat dilihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi. 1) Ditinjau dari Hubungan Struktur Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan). Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, - nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain. Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing- masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing „kaki‟, „tikus‟, dan „orang‟, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan men. 13
  • 14. Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan. 2) Ditinjau dari Hubungan Posisi Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya. Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya. Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat kita lihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/. Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu (discontinous morpheme). b) Ditinjau dari Distribusinya Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan morem terikat. 1) Morfem Bebas Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyaipotensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentukkalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkantersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya.Morfem bebas sudah termasuk kata.Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem 14
  • 15. bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan morfem dasar.Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar. 2) Morfem Terikat Morfem terikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik. Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat pende yang mempunyai fungsi “memberikan fasilitas”, yaitu melekatnya afiks atau bagi afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sansekerta, satuan /wad/ „menulis‟ tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan satuan /a/ sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua yakni satuan /wada/ yang dapat yang dapat memperoleh akhiran seperti wadati, wadama. Bentuk /a/ seperti itu disebut pembentuk dasar. Sehubungan dengan distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi menjadi imbuhan terbuka dan tertutup. Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang setelah melekat pada suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan lain. Sebagai contoh afiks /p∂r/ setelah dibubuhakn pada satuan /b∂sar/ menjadi perbesar /p∂rb∂sar/. Satuan /p∂rb∂sar/ masih menerima afiks lain seperti /di/ sehingga menjadi /dip∂rb∂sar/. Imbuhan /p∂r/ dinamakan imbuhan terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks /di/. Sedangkan yang 15
  • 16. dimaksud dengan imbuhan tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah melekat pada suatu bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain, misalnya afiks /di/ setelah melekat pada satuan /baca/ menjadi /dibaca/ tidak dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah merupakan contoh afiks atau imbuhan tertutup. E. Kata Ulang Bahasa Indonesia Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baikseluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulangmerupakan bentuk dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan pula suatuproses morfologis yang banyak terdapat pada bahasa Indonesia. 1. Jenis-jenis Kata Ulang Bahasa Indonesia Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk seperti berikut : a) Kata ulang suku kata awal (dwipurna). Dalam bentuk perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet). Contoh: Tangga tetangga Pohon pepohonan Laki lelaki b) Kata ulang murni (dwilingga). Bentuk kata ulang terjadi dengan mengulang seluruh unsur dasar secara utuh.Kata ulang seperti ini disebut jugakata ulang utuh. Contoh: Buku buku-buku Bangku bangku-bangku Rumah rumah-rumah c) Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata, tetapi pada salah satu unsurkata ulang tersebut mengalami perubahan bunyi fonem. Kata 16
  • 17. ulangsemacam ini biasa disebut kata ulang salin suara atau kata ulang berubahbunyi.Contoh: Gerak gerak-gerik Sayur sayur-mayur Balik bolak-balik d) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan.Contoh: Anak anak-anakan Main main-mainan Kuda kuda-kudaan 2. Makna Kata Ulang Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, maknastruktural kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut : a) Perulangan mengandung makna banyak yang tak tentu. Perhatikan contohberikut: - Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput. - Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca. b) Perulangan mengandung makna bermacam-macam.Contoh: - Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya. - Daun-daunan yang ada dipekarangan sekolah sudah menumpuk. - Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. - Harga buah-buahan sekarang sangat murah. c) Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupaiatau tiruan dari sesuatu.Contoh: - Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda) - Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan di pekarangan rumah.(menyerupai atau tiruan pengantin) - Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman.(menyerupai atau tiruan ayam) d) Mengandung makna agak atau melemahkan dari.Contoh: - Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman- temanya. 17
  • 18. - Sifatnya masih kekanak-kanakan. - Mukanya kemerah-merahan. e) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari:  Intensitas kualitatif, contohnya: - Pukullah kuat-kuat. - Anak itu belajar sebaik-baiknya. - Burung itu terbang setinggi-tingginya. - Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya.  Intensitas kuantitatif, contohnya: - Kuda-kuda itu berlari kencang. - Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah. - Ayah membawabuah-buahan dari Malang. - Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi.  Intensitas frekuentatif. Contoh: - Iamengeleng-gelengkan kepalanya. - Iamondar-mandir saja sejak tadi. - Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja. f) Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yangberbalasan.Contoh: - Kita harus tolong-menolong. - Tentara sedang tembak-menembak dengan seru. - Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi. g) Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif.Contoh: - Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas. 18
  • 19. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia.Fonologi mencakup dua kajian ilmu, yaitu fonetik dan fonemis.Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata. Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baikseluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. B. Saran Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasa Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalampemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harijuga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. 19
  • 20. DAFTAR PUSTAKA http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/fonologi-morfologi-dan- sintaksis-bahasa.html http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/02/16/morfologi-bahasa-indonesia/ http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Bunyi http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/29/840/ http://mampiroto.blogspot.com/2011/05/makalah-fonologi-diftong.html http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=81 http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=82 http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/ Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_4_0.pdf http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article& id=64:pbin4101-linguistik-umum&Itemid=75&catid=30:fkip http://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.com http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/fonologi/ http://www.slideshare.net/Rakatajasa/materi-fonologi-bahasa-indonesia 20