SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
PENGENDALIAN HAYATI
Latar belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh
pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan
pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back
to nature telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan
kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi
pertanian.
Prinsip-prinsip dan konsep dasar pengendalian hayati adalah sebagai salah satu taktik
pengendalian hama berbasis biologi (biologically based tactics) yang sekaligus pula sebagai
salah satu komponen di dalam strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian Hayati
mencakup topik-topik pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai hama dengan
menggunakan berbagai jenis musuh alami dari berbagai tingkat organisasi makhluk hidup. Untuk
tujuan pencapaian kompetensi tertentu, penekanan pembahasan terletak pada pengendalian
hayati untuk mengelola hama, meskipun di dalamnya akan menyinggung pula pengendalian
hayati terhadap gulma dan penyakit tanaman.
Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis
terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan
oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini
petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan
dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang telah
dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggunag resiko kegagalan usaha
taninya. Selain itu, ketertarikan konsumen terhadap produk hortikultura yang bersih dan cantik,
serta kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif, maka pestisida sintetis tetap
menjadi primadona bagi petani.
Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan,
pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis (resistensi hama sasaran, gejala
resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil.
Terdapat kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan
takaran pestisida. Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah
lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.
Penggunaan pestisida dalam PHT sesungguhnya bukanlah cara pilihan utama namun
bukan barang haram untuk dipilih sebagai cara pengendalian. Akan tetapi apabila pestisida
dipilih sebagai satu-satunya cara pengendalian (setelah dinilai cara pengendalian lain tidak/
kurang berhasil untuk mengendalikan OPT), maka penggunaannya haruslah dilakukan dengan
memperhatikan cara- cara yang bijaksana (baik dan benar) dan aman konsumsi serta berdampak
seminimal mungkin terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran dan musuh alami.
Pengertian Pengendalian Hayati
Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan
makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Agensia
hayati sering disebut sebagai musuh alami seperti predator, parasitoid dan patogen. Pengendalian
hayati terhadap gulma dapat menggunakan herbivora dan patogen tanaman.
Prinsip-prinsip dan konsep dasar pengendalian hayati adalah sebagai salah satu taktik
pengendalian hama berbasis biologi (biologically based tactics) yang sekaligus pula sebagai
salah satu komponen di dalam strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian Hayati
mencakup topik-topik pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai hama dengan
menggunakan berbagai jenis musuh alami dari berbagai tingkat organisasi makhluk hidup. Untuk
tujuan pencapaian kompetensi tertentu, penekanan pembahasan terletak pada pengendalian
hayati untuk mengelola hama, meskipun di dalamnya akan menyinggung pula pengendalian
hayati terhadap gulma dan penyakit tanaman.
Agens hayati serangga hama dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu predator,
parasitoid dan pathogen :
1. Predator
Predator adalah organisme yang memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator
untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain :
- Menochilus sexmaculatus. Kumbang ini umumnya dijumpai di dataran rendah, badannya
berukuran kecil, bulat, warna bervariasi dari merah sampai kuning, panjang badan 3-3,5
mm. Hidup sebagai pemangsa berbagai jenis kutu daun. Telurnya berbentuk oval panjang
sekitar sekitar 0,3 mm berwarna kuning pucat, dalam 4-5 hari larva menetas berwarna
hitam.
- Rhinocoris spp.Ukuran imago 1,1-1,3 cm. Imago betina mampu menghasilkan telur
sebanyak 5-30 butir. Warna telur kecoklatan dan menempel pada daun atau batang cabai.
Lama hidup telur berkisar antara 8-10 hari. Satu ekor predator mampu memangsa 9-10
ekor larva Spodotera litura. Imago menyerang mangsa dengan cara menjepit bagian tubuh
mangsa dengan tungkai-tungkai depan kemudian menekankan bagian alat styletnya masuk
kedalam tubuh mangsa untuk dihisap, hingga tubuh mangsa menjadi mengkerut dan
mengering.
2. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang)
serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang
(endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang
diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama. Contoh-contoh
parasitoid untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain :
- Diadegma semiclausum. Merupakan parasitoid larva yang paling penting bagi hama
Plutella xylostella pada tanaman kubis. Serangga betina mempunyai organ peletak telur
(ovipositor) pada ujung abdomen dan dapat meletakkan telur pada semua instar larva P.
xylostella. Siklus hidup D. semiclausum dari telur sampai dewasa lamanya 18-20 hari di
dataran tinggi dan 14 hari di dataran rendah. Sedangkan masa telur, larva dan pupa
masing-masing 2 hari, 8 hari dan 8-10 hari
- Trichogrammachilonis, merupakan parasitoid telur Helicoperva armigera pada tanaman
jagung dan tomat,. Serangga betina dapat berkembang biak secara partenogenesis. Seekor
betina mampu menghasilkan telur sebanyak 20-50 butir. Lamanya daur hidup 10-11 hari.
Selain itu jenis Trichogramma lain merupakan parasitoid telur berbagai jenis serangga
terutama telur Lepidoptera, dapat dikembangbiakan dengan inang pengganti yaitu
Corcyra sp sehingga banyak dikembangkan secara intensif pemanfaatannya. Imago
ukurannya sangat kecil 1 mm atau kurang sehingga sulit diamati di lapangan
- Eriborus argenteopilosus. E. argenteopilosus, termasuk kedalam ordo Hymenoptera.
Parasitoid ini mampu memarasit keempat instar larva inang H. armigera, Croccidolomia
binotalis dan Spodoptera litura. Namun instar muda (1 dan 2) lebih disukai dibandingkan
dengan instar tua (3 dan 4).
3. Patogen
Patogen adalah organisme mikro yang menginfeksi organisme lain. Agens hayati patogen
yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga antara lain dari
kelompok virus, bakteri, cendawan dan nematoda.
- Virus, Virus yang dapat menyerang serangga hama pada tanaman hortikultura adalah
NPV (nuclear polyhedrolis virus) dan GV (Granulosis virus). Contoh virus
entomopatogen yang sudah dimanfaatkan yaitu SeNPV dan PoGV. Cara kerja NPV dan
GV adalah virus (dalam hal ini polihedra) termakan oleh serangga (misalnya ulat yang
memakan daun terkontaminasi virus). Polihedra yang merupakan protein akan
terhidrolisis oleh enzim dalam saluran makanan. Partikel virus yang ada dalam polihedra
akan terbebaskan, virion ini akan menginfeksi sel-sel saluran makanan di bagian inti sel
dan akan memperbanyak diri (replikasi). Selanjutnya virus baru akan menyerang sel-sel
lain, selama beberapa hari semua sel tubuh serangga terserang. Oleh karena itu gejala
serangga yang terserang NPV adalah tubuhnya hancur, menghasilkan virus-virus baru
yang akan menjadi sumber penyakit baru bagi serangga hama yang memakannya.
- Bakteri, Bakteri entomopatogen yang sampai sekarang banyak dimanfaatkan adalah
Bacillus thuringiensis. Salah satu keunggulan B. thuringiensis sebagai agens hayati
adalah kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik misalnya untuk
mengendalikan serangga hama dari golongan Ordo Lepidoptera, namun diketahui juga
mampu menginfeksi ordo yang lain seperti Ordo Diptera dan Coleoptera. Cara kerja
bakteri B. thuringiensis adalah kristal bakteri yang berupa matriks protein didalam
saluran makanan tengah (mesonteron) tubuh serangga yang rentan akan mengalami
hidrolisis. Hasil hidrolisis ini menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih kecil yang
menyebabkan toksik tehadap dinding saluran makanan. Kerusakan dinding saluran
makanan mengakibatkan serangga sakit yang dapat menyebabkan kematian serangga.
- Cendawan, Cendawan entomopatogen yang sudah banyak penggunaannya adalah
Beauveria bassiana. Cendawan ini tergolong dalam klas Deuteromycetes, ordo Monilialis,
famili Moniliaceae. Konidia bersel satu, berbentuk bulat sampai oval berukuran 2-3
mikron. Hifa B. Bassiana hialin, dalam koloni berwarna putih seperti kapas. B. bassiana
masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas tubuh. Penetrasinya dimulai
dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi mengeluarkan enzim kitinase, lipase
dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun kutikula serangga. Di
dalam tubuh serangga hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Selain itu
B. bassiana mengeluarkan toksin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan
asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya
peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernafasan
yang pada akhirnya menyebabkan kemati .
Gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat larva
menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh karena
dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas (apabila
lingkungan menguntungkan). Aplikasi di lapang berupa suspensi dari biakan jagung atau
media cair dicampur air, langsung disemprotkan di habitat hama pada pagi hari atau sore
hari. Hasil pengkajian diperoleh bahwa aplikasi B. bassiana bergantian dengan insektisida
seminggu sekali dapat mengurangi populasi kutu daun afid dan pengorok daun pada
tanaman krisan. Sedangkan aplikasi B. bassiana secara tunggal hanya efektif untuk
mengendalikan pengorok daun (Korlina dkk, 2008 b).
- Nematoda, Dibandingkan dengan bakteri, cendawan dan virus, penggunaan nematoda
entomopatogen di Indonesia belum populer, masih dalam skala penelitian. Diharapkan
dengan semakin banyaknya penelitian dan pelatihan, pemanfaatan nematoda ini semakin
meningkat. Contoh nematoda entomopatogen yang sering digunakan adalah Steinernema
spp. Merupakan golongan nematoda dengan siklus hidup sederhana, yaitu telur, larva
(juvenil) dan dewasa. Larva mempunyai 4 stadia yang ditandai dengan pergantian kulit.
Steinernema spp bersimbiosis dengan bakteri Xenorhabdus spp. Stadia yang infektif
adalah juvenil III, masuk kedalam tubuh serangga melalui integumen, spirakel, anus dan
mulut. Setelah masuk tubuh serangga, Steinernema spp akan melepaskan bakteri
Xenorhabdus spp yang dapat membunuh serangga dengan cepat dan membuat kondisi
yang sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksi nematoda di dalam tubuh serangga yang
mati. Gejala serangan ditandai dengan warna inang berubah menjadi coklat kekuningan
dan tubuhnya menjadi lembek. Hal ini disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh
bakteri simbion (Korlina, 2011).
Teknik Pengendalian Hayati dalam Sistem PHT
Ada tiga unsur pokok yang perlu mendapat perhatian dalam praktek pengendalian hayati,
yaitu introduksi, augmentasi dan konservasi.
1. Introduksi
Introduksi adalah pengimporan satu atau lebih musuh alami dari tempat asalnya. Yang perlu
diperhatikan untuk musuh alami introduksi adalah mempunyai sifat-sifat :
• secara ekologi kompatibel,
• secara temporal sinkron,
• tanggap terhadap kerapatan populasi inangnya,
• potensi reproduksi cukup tinggi,
• kemampuan mencari baik,
• kemampuan memencar tinggi,
• inang alternatif dan kebiasaan ,
• kemudahannya untuk dibiakkkan.
2. Augmentasi
Kadang-kadang musuh alami aseli atau eksotik yang sudah mapan populasinya sangat
rendah, ketidakhadiran atau terlambat kehadirannya, sehingga perlu ditambah dengan material
yang berasal dari biakan di laboratorium dengan cara pelepasan sewaktu-waktu atau teratur.
Proses atau metode ini secara umum disebut augmentasi. Ada dua pola augmentasi, yaitu :
Augmentasi inokulatif yaitu pelepasan musuh alami dalam jumlah kecil dan hanya sebagai
inokulan pada pertanaman dan pengendalian baru terjadi oleh generasi-generasi
selanjutnya.
Augmentasi inundatif yaitu musuh alami yang dilepas relatif besar jumlahnya dan
diharapkan pengendalian terjadi langsung oleh musuh alami yang dilepas itu.
3. Konservasi
Konservasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan melestarikan musuh alami
yang sudah ada di suatu tempat atau ekosistem dan membuatnya lebih efektif dalam fungsinya.
Konservasi musuh alami dapat dicapai, melalui penggunaan pestisida secara bijaksana, sedapat
mungkin dengan pestisida selektif, modifikasi cara bercocok tanam dan pola tanam untuk
meningkatkan daya bertahan musuh alami.
Kelebihan dan Kekurangan Pengendalian Hayati
- Kekurangan
Berbagai kendala yang sering menjadi titik lemah dalam komponen hayati antara lain adalah :
a) Untuk mengetahui secara pasti peranan agensia hayati tidak mudah karena terlalu banyak hal
yang dianggap mendasar untuk diteliti.
b) Memerlukan fasilitas untuk mendukung rangkaian penelitian mulai dari eksploirasi, isolasi,
identifikasi, pemurnian, perbanyakan inokulum sampai sumberdaya manusia peneliti yang
tekun.
c) Petani sudah terbiasa dengan cara pengendalian penyakit yang memberi hasi yang cepat
sehingga tidak tertarik dengan cara pengendalian hayati yang berproses lambat dalam kurun
waktu yang panjang.
Selain itu, Pengendalian hayati memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum
sempit (inangnya spesifik). keuntungannya, antara lain (Santoso, 2009).
- Kelebihan
1. Selektif dan aman
2. Musuh alami sudah tersedia
3. Musuh alami dapat mencari/menemukan hama
4. Musuh alami dapat meningkat jumlahnya dan memencar
5. Hama tidak menjadi resisten
6. Relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien.
7. Tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
sehingga sangat terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu
melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam
pemanfaatannya.

Contenu connexe

Tendances

Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanYusuf Ahmad
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaWarnet Raha
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanamanPemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanamanAli Babang
 
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.pptOPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.pptSRI MANWAN
 
Ekologi Spermosfer
Ekologi SpermosferEkologi Spermosfer
Ekologi SpermosferRina Riannur
 
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptxPENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptxboyrizajuanda
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanamanita wahyu
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Moh Masnur
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Tidar University
 
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiteknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiNurulia Dimitha
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanNurma Fauzaniar
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanJidun Cool
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAdiana novitasari
 
Teknis perbanyakan agens hayati
Teknis perbanyakan  agens hayatiTeknis perbanyakan  agens hayati
Teknis perbanyakan agens hayatipandirambo900
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanHario Sadewo
 

Tendances (20)

Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanamanPemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman
 
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.pptOPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
 
Ekologi Spermosfer
Ekologi SpermosferEkologi Spermosfer
Ekologi Spermosfer
 
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptxPENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
PENGELOLAAN HAMA TERPADU.pptx
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
 
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
 
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiteknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri JamurJenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
Teknis perbanyakan agens hayati
Teknis perbanyakan  agens hayatiTeknis perbanyakan  agens hayati
Teknis perbanyakan agens hayati
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
 

Similaire à Pengendalian Hayati

5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatiEla Afellay
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUsapri yanto
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatiTidar University
 
laoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanlaoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanJosua Hutapea
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjaniPengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjaniNovia Anjani
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 

Similaire à Pengendalian Hayati (20)

5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Bahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptxBahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptx
 
laoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanlaoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintan
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjaniPengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 

Plus de Rosma Susiwaty Situmeang

Plus de Rosma Susiwaty Situmeang (9)

Biologi Hama Nezara viridula
Biologi Hama Nezara viridulaBiologi Hama Nezara viridula
Biologi Hama Nezara viridula
 
Hama Spodoptera litura dan Snellenius manila
Hama Spodoptera litura  dan  Snellenius manilaHama Spodoptera litura  dan  Snellenius manila
Hama Spodoptera litura dan Snellenius manila
 
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Gulma dan Efektivitas Herbisida
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Gulma dan Efektivitas HerbisidaPengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Gulma dan Efektivitas Herbisida
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Gulma dan Efektivitas Herbisida
 
Proses pengolahan karet
Proses pengolahan karetProses pengolahan karet
Proses pengolahan karet
 
Aglaonema
AglaonemaAglaonema
Aglaonema
 
Pengenalan Cendawan
Pengenalan CendawanPengenalan Cendawan
Pengenalan Cendawan
 
Mikroorganisme Selulotik
Mikroorganisme SelulotikMikroorganisme Selulotik
Mikroorganisme Selulotik
 
Nitrifikasi dan Denitrifikasi
Nitrifikasi dan DenitrifikasiNitrifikasi dan Denitrifikasi
Nitrifikasi dan Denitrifikasi
 
Etika dalam pemilihan subtansi/bahan penelitian
Etika dalam pemilihan subtansi/bahan penelitianEtika dalam pemilihan subtansi/bahan penelitian
Etika dalam pemilihan subtansi/bahan penelitian
 

Dernier

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMRiniGela
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 

Dernier (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 

Pengendalian Hayati

  • 1. PENGENDALIAN HAYATI Latar belakang Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Prinsip-prinsip dan konsep dasar pengendalian hayati adalah sebagai salah satu taktik pengendalian hama berbasis biologi (biologically based tactics) yang sekaligus pula sebagai salah satu komponen di dalam strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian Hayati mencakup topik-topik pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai hama dengan menggunakan berbagai jenis musuh alami dari berbagai tingkat organisasi makhluk hidup. Untuk tujuan pencapaian kompetensi tertentu, penekanan pembahasan terletak pada pengendalian hayati untuk mengelola hama, meskipun di dalamnya akan menyinggung pula pengendalian hayati terhadap gulma dan penyakit tanaman. Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggunag resiko kegagalan usaha taninya. Selain itu, ketertarikan konsumen terhadap produk hortikultura yang bersih dan cantik,
  • 2. serta kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif, maka pestisida sintetis tetap menjadi primadona bagi petani. Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil. Terdapat kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran pestisida. Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis. Penggunaan pestisida dalam PHT sesungguhnya bukanlah cara pilihan utama namun bukan barang haram untuk dipilih sebagai cara pengendalian. Akan tetapi apabila pestisida dipilih sebagai satu-satunya cara pengendalian (setelah dinilai cara pengendalian lain tidak/ kurang berhasil untuk mengendalikan OPT), maka penggunaannya haruslah dilakukan dengan memperhatikan cara- cara yang bijaksana (baik dan benar) dan aman konsumsi serta berdampak seminimal mungkin terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran dan musuh alami. Pengertian Pengendalian Hayati Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Agensia hayati sering disebut sebagai musuh alami seperti predator, parasitoid dan patogen. Pengendalian hayati terhadap gulma dapat menggunakan herbivora dan patogen tanaman. Prinsip-prinsip dan konsep dasar pengendalian hayati adalah sebagai salah satu taktik pengendalian hama berbasis biologi (biologically based tactics) yang sekaligus pula sebagai salah satu komponen di dalam strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian Hayati mencakup topik-topik pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai hama dengan
  • 3. menggunakan berbagai jenis musuh alami dari berbagai tingkat organisasi makhluk hidup. Untuk tujuan pencapaian kompetensi tertentu, penekanan pembahasan terletak pada pengendalian hayati untuk mengelola hama, meskipun di dalamnya akan menyinggung pula pengendalian hayati terhadap gulma dan penyakit tanaman. Agens hayati serangga hama dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu predator, parasitoid dan pathogen : 1. Predator Predator adalah organisme yang memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain : - Menochilus sexmaculatus. Kumbang ini umumnya dijumpai di dataran rendah, badannya berukuran kecil, bulat, warna bervariasi dari merah sampai kuning, panjang badan 3-3,5 mm. Hidup sebagai pemangsa berbagai jenis kutu daun. Telurnya berbentuk oval panjang sekitar sekitar 0,3 mm berwarna kuning pucat, dalam 4-5 hari larva menetas berwarna hitam. - Rhinocoris spp.Ukuran imago 1,1-1,3 cm. Imago betina mampu menghasilkan telur sebanyak 5-30 butir. Warna telur kecoklatan dan menempel pada daun atau batang cabai. Lama hidup telur berkisar antara 8-10 hari. Satu ekor predator mampu memangsa 9-10 ekor larva Spodotera litura. Imago menyerang mangsa dengan cara menjepit bagian tubuh mangsa dengan tungkai-tungkai depan kemudian menekankan bagian alat styletnya masuk kedalam tubuh mangsa untuk dihisap, hingga tubuh mangsa menjadi mengkerut dan mengering. 2. Parasitoid
  • 4. Parasitoid adalah serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang) serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama. Contoh-contoh parasitoid untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain : - Diadegma semiclausum. Merupakan parasitoid larva yang paling penting bagi hama Plutella xylostella pada tanaman kubis. Serangga betina mempunyai organ peletak telur (ovipositor) pada ujung abdomen dan dapat meletakkan telur pada semua instar larva P. xylostella. Siklus hidup D. semiclausum dari telur sampai dewasa lamanya 18-20 hari di dataran tinggi dan 14 hari di dataran rendah. Sedangkan masa telur, larva dan pupa masing-masing 2 hari, 8 hari dan 8-10 hari - Trichogrammachilonis, merupakan parasitoid telur Helicoperva armigera pada tanaman jagung dan tomat,. Serangga betina dapat berkembang biak secara partenogenesis. Seekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 20-50 butir. Lamanya daur hidup 10-11 hari. Selain itu jenis Trichogramma lain merupakan parasitoid telur berbagai jenis serangga terutama telur Lepidoptera, dapat dikembangbiakan dengan inang pengganti yaitu Corcyra sp sehingga banyak dikembangkan secara intensif pemanfaatannya. Imago ukurannya sangat kecil 1 mm atau kurang sehingga sulit diamati di lapangan - Eriborus argenteopilosus. E. argenteopilosus, termasuk kedalam ordo Hymenoptera. Parasitoid ini mampu memarasit keempat instar larva inang H. armigera, Croccidolomia binotalis dan Spodoptera litura. Namun instar muda (1 dan 2) lebih disukai dibandingkan dengan instar tua (3 dan 4).
  • 5. 3. Patogen Patogen adalah organisme mikro yang menginfeksi organisme lain. Agens hayati patogen yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga antara lain dari kelompok virus, bakteri, cendawan dan nematoda. - Virus, Virus yang dapat menyerang serangga hama pada tanaman hortikultura adalah NPV (nuclear polyhedrolis virus) dan GV (Granulosis virus). Contoh virus entomopatogen yang sudah dimanfaatkan yaitu SeNPV dan PoGV. Cara kerja NPV dan GV adalah virus (dalam hal ini polihedra) termakan oleh serangga (misalnya ulat yang memakan daun terkontaminasi virus). Polihedra yang merupakan protein akan terhidrolisis oleh enzim dalam saluran makanan. Partikel virus yang ada dalam polihedra akan terbebaskan, virion ini akan menginfeksi sel-sel saluran makanan di bagian inti sel dan akan memperbanyak diri (replikasi). Selanjutnya virus baru akan menyerang sel-sel lain, selama beberapa hari semua sel tubuh serangga terserang. Oleh karena itu gejala serangga yang terserang NPV adalah tubuhnya hancur, menghasilkan virus-virus baru yang akan menjadi sumber penyakit baru bagi serangga hama yang memakannya. - Bakteri, Bakteri entomopatogen yang sampai sekarang banyak dimanfaatkan adalah Bacillus thuringiensis. Salah satu keunggulan B. thuringiensis sebagai agens hayati adalah kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik misalnya untuk mengendalikan serangga hama dari golongan Ordo Lepidoptera, namun diketahui juga mampu menginfeksi ordo yang lain seperti Ordo Diptera dan Coleoptera. Cara kerja bakteri B. thuringiensis adalah kristal bakteri yang berupa matriks protein didalam saluran makanan tengah (mesonteron) tubuh serangga yang rentan akan mengalami hidrolisis. Hasil hidrolisis ini menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih kecil yang
  • 6. menyebabkan toksik tehadap dinding saluran makanan. Kerusakan dinding saluran makanan mengakibatkan serangga sakit yang dapat menyebabkan kematian serangga. - Cendawan, Cendawan entomopatogen yang sudah banyak penggunaannya adalah Beauveria bassiana. Cendawan ini tergolong dalam klas Deuteromycetes, ordo Monilialis, famili Moniliaceae. Konidia bersel satu, berbentuk bulat sampai oval berukuran 2-3 mikron. Hifa B. Bassiana hialin, dalam koloni berwarna putih seperti kapas. B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Selain itu B. bassiana mengeluarkan toksin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernafasan yang pada akhirnya menyebabkan kemati . Gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas (apabila lingkungan menguntungkan). Aplikasi di lapang berupa suspensi dari biakan jagung atau media cair dicampur air, langsung disemprotkan di habitat hama pada pagi hari atau sore hari. Hasil pengkajian diperoleh bahwa aplikasi B. bassiana bergantian dengan insektisida seminggu sekali dapat mengurangi populasi kutu daun afid dan pengorok daun pada tanaman krisan. Sedangkan aplikasi B. bassiana secara tunggal hanya efektif untuk mengendalikan pengorok daun (Korlina dkk, 2008 b).
  • 7. - Nematoda, Dibandingkan dengan bakteri, cendawan dan virus, penggunaan nematoda entomopatogen di Indonesia belum populer, masih dalam skala penelitian. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian dan pelatihan, pemanfaatan nematoda ini semakin meningkat. Contoh nematoda entomopatogen yang sering digunakan adalah Steinernema spp. Merupakan golongan nematoda dengan siklus hidup sederhana, yaitu telur, larva (juvenil) dan dewasa. Larva mempunyai 4 stadia yang ditandai dengan pergantian kulit. Steinernema spp bersimbiosis dengan bakteri Xenorhabdus spp. Stadia yang infektif adalah juvenil III, masuk kedalam tubuh serangga melalui integumen, spirakel, anus dan mulut. Setelah masuk tubuh serangga, Steinernema spp akan melepaskan bakteri Xenorhabdus spp yang dapat membunuh serangga dengan cepat dan membuat kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksi nematoda di dalam tubuh serangga yang mati. Gejala serangan ditandai dengan warna inang berubah menjadi coklat kekuningan dan tubuhnya menjadi lembek. Hal ini disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri simbion (Korlina, 2011). Teknik Pengendalian Hayati dalam Sistem PHT Ada tiga unsur pokok yang perlu mendapat perhatian dalam praktek pengendalian hayati, yaitu introduksi, augmentasi dan konservasi. 1. Introduksi Introduksi adalah pengimporan satu atau lebih musuh alami dari tempat asalnya. Yang perlu diperhatikan untuk musuh alami introduksi adalah mempunyai sifat-sifat : • secara ekologi kompatibel, • secara temporal sinkron, • tanggap terhadap kerapatan populasi inangnya,
  • 8. • potensi reproduksi cukup tinggi, • kemampuan mencari baik, • kemampuan memencar tinggi, • inang alternatif dan kebiasaan , • kemudahannya untuk dibiakkkan. 2. Augmentasi Kadang-kadang musuh alami aseli atau eksotik yang sudah mapan populasinya sangat rendah, ketidakhadiran atau terlambat kehadirannya, sehingga perlu ditambah dengan material yang berasal dari biakan di laboratorium dengan cara pelepasan sewaktu-waktu atau teratur. Proses atau metode ini secara umum disebut augmentasi. Ada dua pola augmentasi, yaitu : Augmentasi inokulatif yaitu pelepasan musuh alami dalam jumlah kecil dan hanya sebagai inokulan pada pertanaman dan pengendalian baru terjadi oleh generasi-generasi selanjutnya. Augmentasi inundatif yaitu musuh alami yang dilepas relatif besar jumlahnya dan diharapkan pengendalian terjadi langsung oleh musuh alami yang dilepas itu. 3. Konservasi Konservasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan melestarikan musuh alami yang sudah ada di suatu tempat atau ekosistem dan membuatnya lebih efektif dalam fungsinya. Konservasi musuh alami dapat dicapai, melalui penggunaan pestisida secara bijaksana, sedapat mungkin dengan pestisida selektif, modifikasi cara bercocok tanam dan pola tanam untuk meningkatkan daya bertahan musuh alami.
  • 9. Kelebihan dan Kekurangan Pengendalian Hayati - Kekurangan Berbagai kendala yang sering menjadi titik lemah dalam komponen hayati antara lain adalah : a) Untuk mengetahui secara pasti peranan agensia hayati tidak mudah karena terlalu banyak hal yang dianggap mendasar untuk diteliti. b) Memerlukan fasilitas untuk mendukung rangkaian penelitian mulai dari eksploirasi, isolasi, identifikasi, pemurnian, perbanyakan inokulum sampai sumberdaya manusia peneliti yang tekun. c) Petani sudah terbiasa dengan cara pengendalian penyakit yang memberi hasi yang cepat sehingga tidak tertarik dengan cara pengendalian hayati yang berproses lambat dalam kurun waktu yang panjang. Selain itu, Pengendalian hayati memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik). keuntungannya, antara lain (Santoso, 2009). - Kelebihan 1. Selektif dan aman 2. Musuh alami sudah tersedia 3. Musuh alami dapat mencari/menemukan hama 4. Musuh alami dapat meningkat jumlahnya dan memencar 5. Hama tidak menjadi resisten 6. Relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien. 7. Tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
  • 10. sehingga sangat terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya.