SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  68
KELOMPOK
Andika Mandagi
   Carrol Rapar
 Cindy Wuisang
 Grif Montolalu
 Ricky Moniung
      Ryan Rori
MOTOR PEMBAKARAN DALAM

 kebanyakan turbin gas juga tergolong motor pembakaran
 dalam, istilah ini biasanya berlaku untuk mesin-mesin
 pembakaran dalam bertorak dengan tipe yang umum
 dipakai pada mobil, truk dan bus. Mesin-mesin ini
 memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan mesin
 pembangkit tenaga (power plant) yang dibahas sejauh ini
 karena proses pembakaran terjadi melalui pengaturan
 piston-piston silinder secara bolak balik dan bukan melalui
 suatu deretan komponen-komponen berbeda yang saling
 terhubung. Ada dua jenis mesin pembakaran dalam
 bertorak ialah mesin dengan pangapian-nyala
 (sparkignition) dan kompresi-nyala (compression
 ignition).
9.1 ISTILAH MESIN
ANALISIS STANDAR UDARA

 Pembahasan rinci mengenai kinerja dari suatu mesin
 pembakaran dalam bertorak akan melibatkan
 berbagai fitur. Fitur-fitur tersebut antara lain adalah
 proses pembakaran yang terjadi di dalam silinder, dan
 efek ireversibilitas yang berkaitan dengan gesekan dan
 dengan perbedaan-perbedaan tekanan dan
 temperatur.
 Dalam upaya untuk mempermudah pemahaman
 mengenai proses termodinamika yang terjadi di dalam
 motor pembakaran dalam bertorak, maka diperlukan
 beberapa penyederhanaan. Salah satu prosedur
 penyederhanaan tersebut adalah penerapan analisis
 standar udara yang terdiri dari elemen-elemen berikut
 :
1. Fluida kerja merupakan udara dalam jumlah
tertentu yang dimodelkan sebagai gas ideal.
2. Proses pembakaran digantikan oleh perpindahan
kalor yang berasal dari sebuah sumber luar
eksternal.
3. Tidak ada proses isap dan buang sebagaimana
terdapat pada mesin actual. Siklus diselesaikan
melalui sebuah proses perpindahan panas yang
terjadi pada volume konstan sementara piston
berada pada posisi titik mati bawah.
4. Semua proses yang terjadi bersifat reversible
Siklus otto standar udara merupakan siklus ideal yang
mengasumsikan bahwa penambahan kalor terjadi seketika
ketika piston berada pada titik mati atas. Siklus otto dapat
dilihat melalui diagram p-v dan T-s pada gambar 9.3.




    9.3 diagram p-v dan diagram T-s dari siklus otto standar udara.
Siklus tersebut terdiri dari empat buah proses yang secara
internal reversible di dalam satu rangkaian. Proses 1-2
merupakan kompresi isentropic pada udara yang terjadi
selama piston bergerak dari titk mati bawah menuju titik
mati atas. Proses 2-3 merupakan proses terjadinya
pelepasan kalor pada volume konstan dari sumber
eksternal ke udara ketika piston berada pada titik mati
atas. Proses ini merepresentasikan pemantikan campuran
udara dan bahan bakar dan proses pembakaran yang cepat
yang terjadi selanjutnya. Proses 3-4 merupakan proses
ekspansi isentropic (langkah kerja). Siklus diselesaikan
dengan proses 4-1 yang terjadi pada volume konstan di
mana kalor akan dikeluarkan dari udara pada saat piston
berada pada titik mati bawah.
 Karena siklus otto standar udara terdiri
  dari proses yang secara internal
  reversible, daerah pada diagram T-s dan
  p-v pada gambar 9.3 secara berturut-
  turut dapat diartikan sebagai kalor dan
  kerja. Pada diagram T-s, daerah 2-3-a-b-
  2 mewakili kalor yang ditambahkan per
  satuan massa dan daerah 1-4-a-b-1
  mewakili kalor yang dibuang per satuan
  massa. Pada diagram p-v daerah 1-2-a-b-
  1 menunjukan besarnya kerja yang
  dimasukkan per satuan massa pada
  proses kompresi dan daerah 3-4-b-a-3
  merupakan kerja yang telah dilakukan
  per satuan massa selama proses
  ekspansi. Daerah yang tertutup pada
  tiap gambar tersebut dapat diartikan
  sebagai besarnya kerja netto yang
  dihasilkkan, atau ekuivalen dengan
  kalor netto yang ditambahkan.
Analisis siklus. Siklus otto standar udara terdiri dari dua buah proses di mana
terjadi kerja tetapi tidak terjadi perpindahan kalor, proses 1-2 dan 3-4, dan dua
proses di mana terjadi perpindahan kalor tetapi tidak terjadi kerja, Proses 2-3 dan
4-1. Hubungan di antara perpindahan energy ini dapat disederhanakan dengan
menganggap bahwa perubahan energy kinetic dan potensial yang terjadi pada
kesetimbangan energy di dalam system tertutup tersebut dapat diabaikan.
Hasilnya adalah:




                                 Persamaan 9.2
Perhatikan baik-baik bahwa di dalam menuliskan persamaan 9.2, kita melanggar
kebiasaan penggunaan tanda untuk kalor dan kerja. Dalam menganalisis siklus,
sering kali lebih mudah jika kita menganggap seluruh kerja dan perpindahan
kalor sebagai kuantitas positif. Jadi W12/m merupakan angka positif yang
menunjukan besarnya kerja yang dimasukkan selama langkah kompresi dan
Q41/m merupakan angka positif yang menunjukkan besarnya kalor yang
dikeluarkan di dalam proses 4-1. Kerja netto dari siklus dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Siklus disel standar udara merupakan siklus
ideal yang mengasumsikan bahwa
penambahan kalor berlangsung di dalam
sebuah proses dengan tekanan konstan yang
dimulai dengan kondisi piston berada pada
titik mati atas.
Analisis siklus. Pada siklus diesel, penambahan kalor terjadi pada
         tekanan konstan. Oleh karena itu, proses 2-3 melibatkan kerja dan
         kalor. Kerja diberikan melalui




                                           (persamaan 9.9)
Kalor yang masuk di dalam proses 2-3 dapat ditentukan melalui kesetimbangan system energy
tertutup
Dengan menggunakan persamaan 9.9 dan menghitung perpindahan
       kalor




                                            (persamaan 9.10)
Dimana entalpi spesifik digunakan untuk mempermudah persamaan. Sebagaimana
terdapat pada siklus otto, kalor yang keluar di dalam proses 4-1 diberikan melalui
Efisiensi termal adalah perbandingan antara besarnya kerja netto yang
dihasilkan pada siklus dengan kalor yang masuk




                                (persamaan 9.11)
Untuk mengevaluasi besarnya efisensi termal pada persamaan 9.11 dibutuhkan
nilai-nilai u1, u4,h2 dan h3 atau mengetahui karakteristik temperature yang
terjadi pada tiap proses utama di dalam siklus tersebut. Selanjutnya mari kita
pikirkanbagaimana temperature-temperatur tersebut dievaluasi. Untuk
menggunakan hubungan persamaan isentropic dan data vr
Untuk mengetahui nilai T3, perhatikan bahwa dengan nilai p3 =
p2 persamaan gas ideal menjadi lebih sederhana sehingga
memberikan




Di mana telah diperkenalkan nilai rc =V3/V2 yang disebut juga cutoff ratio
(rasio pemotongan).
Karena V4=V1, maka rasio volume pada proses isentropic 3-4 dapat dinyatakan
sebagai




                                   (persamaan 9.12)

 Di mana rasio kompresi r dan cutoff ratio rc telah diperkenalkan untuk
 menyingkat penulisan.
Dengan menggunakan persamaan 9.12 dan data vr3 pada
temperature T3, nilai temperature T4 dapat dihitung melalui
interpolasi setelah nilai dari vr4 diperoleh melalui persamaan
isentropic




   Pada analisis standar udara dingin, persamaan yang
   tepat untuk digunakan untuk mendapatkan nilai dari
   T2 adalah
Temperatur T4 dapat dihitung dengan menggunakan hubungan




Dimana persamaan 9.12 telah digunakan untuk menggantikan rasio volume.
Analisis siklus. Karena siklus rangkap terdiri dari jenis proses yang sama dengan
siklus otto dan siklus diesel, kita dapat dengan mudah menuliskan hubungan-
hubungan untuk kerja dan kalor dengan mengacu kepada pengembangan-
pengembangan sebelumnya. Jadi, selama proses kompresi isentropic 1-2 tidak
terjadi perpindahan kalor, dan kerja dinyatakan sebagai
Seperti pada proses serupa yang terdapat pada siklus otto, di dalam
bagian volume konstan dari proses penambahan kalor, proses 2-3, tidak
terdapat kerja, dan perpindahan kalor dinyatakan sebagai
Didalam bagian tekanan konstan pada proses penambahan kalor, proses 3-
4, terdapat kerja dan perpindahan kalor, seperti terdapat di dalam proses
serupa pda siklus diesel




Selama proses ekspansi isentropic 4-5 tidak terdapat perpindahan
kalor, dan kerja adalah
Akhirnya, proses pelepasan kalor 5-1 pada volume konstan yang mengakhiri siklus
ini melibatkan proses perpindahan kalor, tapi tidak terdapt kerja




Efisiensi termal adalah rasio antara kerja netto dari siklus terhadap kalor total
yang ditambahkan




                                  (persamaan 9.14)
PEMBANGKIT TENAGA TURBIN GAS

 Turbin gas memiliki karakteristik ringan serta
 lebih ringkas jika dibandingkan dengan turbin
 uap. Nilai rasio output tenaga terhadap berat
 yang tinggi yang dimiliki turbin gas membuatnya
 sangat cocok untuk di pakai di dalam aplikasi
 transportasi.
9.5 PEMODELAN PEMBANGKIT TENAGA TURBIN GAS

  Pembangkit tenaga turbin gas dapat dioperasikan baik pada system
  terbuka maupun system tertutup.

  Bentuk penyederhanaan yang sering dipakai di dalam studi mengenai
  pembangkit tenaga turbin gas siklus terbuka analisis standar udara. Di
  dalam analisis standar udara ada dua asumsi yang senantiasa digunakan:
(1)Fluida kerja yang
digunakan adalah
udara yang berlaku
sebagai gas ideal,
dan (2) kenaikan
nilai temperature
yang disebabkan
oleh proses
pembakaran dicapai
melalui
perpindahan kalor
yang berasal dari
sumber eksternal.
9.6 SIKLUS BRAYTON STANDAR UDARA
  Diagram skematik dari turbin gas standar udara
  diperlihatkan pada gambar 9.9.
Arah perpindahan energy utama yang terjadi ditunjukkan oleh
tanda panah. Sesuai dengan asumsi-asumsi di dalam analisis
standar udara, naiknya nilai temperature yang akan dihasilkan oleh
proses pembakaran diperoleh melalui perpindahan kalor menuju
fluida kerja dari sumber eksternal dan fluida kerja dianggap adalah
udara yang memiliki sifat gas ideal. Dengan menggunakan
idealisasi standar udara, udara akan dihisap dari lingkungan sekitar
ke dalam kompresor pada kondisi 1 dan nantinya dikembalikan lagi
ke lingkungan pada kondisi 4 dengan temperature yang lebih
tinggi dari suhu lingkungan. Setelah berinteraksi dengan
lingkkungan, setiap unit massa udara yang dilepaskan akan
kembali ke kondisi yang sama seperti saat akan memasuki
kompresor, dengan demikian kita dapat menganggap bahwa udara
yang melewati turbin gas sedang menjalani sebuah siklus
termodinamika. Representasi yeng sederhana untuk tahap-tahap
yang dilewati oleh udara di dalam siklus semacam itu dapat dibuat
dengan menganggap bahwa udara buangan dari turbin
dikembalikan ke kondisi seperti pada saat memasuki kompresor
dengan cara melewati sebuah alat penukar kalor yang di dalamnya
terjadi pembuangan kalor ke lingkungan sekitar.
9.7 TURBIN GAS REGENERATIF

      Temperature di pembuangan turbin pada sebuah turbin gas biasanya
      jauh lebih besar jika dari temperature lingkungan. Oleh
      karenanya, gas panas yang keluar dari pembuangan turbin memiliki
      potensial untuk digunakan yang akan hilang tak kembali jika gas
      tersebut langsung dibuang ke lingkungan. Salah satu cara untuk
      memanfaatkan potensi tersebut adalah dengan menggunakan alat
      penukar kalor yang dinamakan regenerator, di mana udara yang
      keluar dari kompresor akan melalui proses pra-pemanasan yang
      dibutuhkan untuk pembakaran
Siklus brayton standar udara yang sudah dimodifikasi dengan
memakai regenerator diperlihatkan pada gambar 9.14. regenerator
yang ditunjukkan merupakan alat penukar kalor kontra aliran di
mana udara panas dari pembuangan turbin dan udara lebih dingin
yang meninggalkan kompresor lewat dengan arah yang berlawanan.
Idealnya, tidak terdapat penurunan tekanan akibat gesekan di dalam
kedua aliran tersebut. Gas pembuangan turbin akan didinginkan
dari kondisi 4 sampai kondisi y, sementara udara yang
meninggalkan kompresor dipanaskan padakondisi 2 sampai kondisi
x. dengan demikian, perpindahan kolor yang berasal dari sumber
eksternal ke dalam siklus hanya dibutuhkan untuk manaikkan
temperature udara dari kondisi x sampai kondisi 3, dan bukan dari
kondisi 2 menuju kondisi 3, yang merupakan proses yang terjadi di
dalam kasus tanpa regenerasi. Penambahan kalor per satuan massa
diberikan melalui
Qin/m = h3/hx
Kerja netto yang dihasilkan per satuan massa aliran tidak
berubah dengan adanya penambahan regenerator. Oleh
karena itu, karena penambahan kalor
berkurang, efisiensi termal akan meningkat.
9.8 TURBIN GAS REGENERATIF DENGAN PEMANASAN
ULANG DAN INTERCOOLING

1. TURBIN GAS DENGAN PEMANASAN ULANG


 Dengan alasan-alasan metalurgis, temperature dari gas hasil
 pembakaran yang memasuki turbin harus dibatasi. Temperature ini
 dapat dikontrol dengan cara memberikan udara berlebih dari yang
 dibutuhkan dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar. Sebagai
 konsekuensinya, gas yang meninggalkan ruang bakar mengandung
 udara yang cukup untuk mendukung pembakaran bahan akar
 tambahan. Beberapa pembangkit tenaga turbin gas memanfaatkan
 udara berlebih ini melalui penerapan turbin multi tingkat yang
 dilengkapi dengan reheat combustor di antara tingkat-tingkat yang ada.
2. KOMPRESI DENGAN INTERCOOLING


  Beberapa kompresor besar memiliki beberapa tingkatan kompresi dengan
  intercooling di antara tiap tingkatan. Penentuan jumlah tingkatan dan
  kondisi pengoperasian berbagai intercooler merupakan masalah di dalam
  optimalisasi. Penggunaan kompresi multi tingkat dengan intercooling di
  dalam pembangkit tenaga turbin gas meningkatkan kerja netto yang
  dihasilkan dengan cara mengurangi kerja kompresi. Kompresi dengan
  intercooling itu sendiri tidak akan selalu meningkatkan efisiensi termal pada
  turbin gas, karena temperature udara yang memasuki ruang bakar akan
  berkurang.
PEMANASAN ULANG DAN INTERCOOLING

Pemanasan ulang di antara tingkatan turbin dan intercooling di
antara tingkatan kompresor akan memberikan dua keuntungan
penting: keluaran kerja netto akan meningkat, dan potensi untuk
regenerasi akan bertambah

Salah satu pengaturan yang melibatkan pemanasan ulang,
intercooling dan regenerasi dapat terlihat pada gambar 9.19.
Turbin gas ini memiliki dua tingkatan kompresi dan dua tingkatan
turbin. Diagram T-s yang tertera telah digambarkan untuk
mengindikasikan ireversibilitas di dalam tingkatan-tingkatan
kompresor dan turbin. Penurunan tekanan yang terjadi ketika
fluida kerja melewati intercooler, regenerator dan ruang bakar
tidak ditunjukkan.
9.9 TURBIN GAS PADA PROPULSI PESAWAT TERBANG

  Turbin gas terutama sangat cocok untuk digunakan untuk propulsi pesawat
  terbang karena memiliki rasio tenaga terhadap berat yang sangat baik.
  Mesin turbojet umum digunakan untuk tujuan tersebut. Seperti terlihat
  pada gambar 9.20, tipe mesin ini terdiri dari tiga bagian utama: diffuser,
  generator gas, dan nozel.
Perubahan keseluruhan yang terjadi pada kecepatan gas relative
terhadap mesin membangkitkan gaya propulsive, atau gaya dorong.
Beberapa turbojet dilengkapi dengan afterburner, seperti terlihat pada
gambar 9.21.
9.10 SIKLUS GABUNGAN TURBIN GAS TENAGA UAP
 Siklus tenaga gabungan terdiri dari dua buah siklus tenaga sedemikian
 rupa sehingga energy yang dikeluarkan memalui kalor dari satu siklus
 digunakan sebagian atau keseluruhan sebagai masukan untuk siklus yang
 satunya.
   Aliran yang meninggalkan turbin di dalam sebuah turbin gas berada pada
   temperature tinggi. Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi dari
   aliran gas bertemperatur tinggi ini, sehingga meningkatkan pemanfaatan
   bahan bakar secara keseluruhan, adalah dengan menggunakan
   regenerator yang memakai gas buangan dari turbin untuk memanaskan
   udara antara kompresor dan ruang bakar. Metode lainnya diberikan oleh
   siklus gabungan yang diperlihatkan pada gambar 9.23, yang melibatkan
   siklus turbin gas dan siklus tenaga uap. Kedua siklus tenaga tersebut
   digabungkan sehingga perpindahan kalor ke siklus pembangkit tenaga
   uap diberikan oleh siklus turbin gas, yang dapat disebut siklus topping.
Di dalam banyak aplikasi, siklus gabungan ekonomis untuk digunakan,
dan penggunaannya sebagai pembangkit daya listrik terus meningkat di
seluruh dunia.
Mengacu kepada gambar 9.23, efisiensi termal dari siklus gabungan
 adalah




                                   (persamaan 9.28)

Dimana Wgas adalah daya notto yang dihasilkan oleh turbin gas dan Wuap
adalah daya notto yang dihasilkan oleh siklus uap. Qin adalah laju
perpindahan kalor total ke siklus gabungan, termasuk perpindahan kalor
tambahan, jika ada, yang dipakai untuk memanasi lebih lanjut (superheat)
uat pang memasuki turbin uap. Perhitungan kuantitas-kuantitas yang
muncul di dalam persamaan 9.28 mengikuti prosedur yang telah digunakan
didalam subbab tentang siklus uap dan turbin gas.
Hubungan untuk perpindahan energy dari siklus gas menuju siklus uap pada
system di dalam gambar 9.23 diperoleh dengan cara menerapkan
kesetimbangan laju massa dan energy ke volume atur yang melingkupi alat
penukar kalor. Untuk pengoperasian pada kondisi tunak, perpindahan kalor
ke lingkungan yang dapat diabaikan, dan tidak terdapat perubahan-
perubahan signifikan pada energy kinetic dan potensial, hasilnya adalah




  Dimana mg dan mv berturut-turut adalah laju aliran massa dari gas
  dan uap.
9.11 SIKLUS ERICSSON DAN STIRLING
Gambar 9.24a menunjukkan siklus tertutup turbin gas regenerative yang
ideal yang memiliki beberapa tingkatan kompresi dan ekspansi dan
sebuah regenerator yang memiliki keefektifan 100%.




Setiap intercooler diasumsikan mengembalikan fluida kerja ke temperature
Tc di awal tingkatan kompresi pertama dan setiap alat pemanas ulang
mengembalikan fluida kerja ke temperature TH pada awal tingkatan turbin
pertama.
Regenerator mengijinkan masukan kalor
pada proses 2-3 didapat dari kalor yang
terbuang pada proses 4-1. Dengan demikian
semua penambahan kalor dari luar terjadi di
dalam alat-alat pemanas ulang, dan semua
kalor yang terbuang ke lingkungan terjadi di
dalam intercooler. Pada kondisi limit, di
mana tingkatan pemanasan ulang dan
intercooler yang dipakai memiliki jumlah tak
terhingga, semua penambahan kalor terjadi
pada saat fluida kerja mencapai temperature
tertinggi, TH, dan semua kalor yang terbuang
terjadi pada saat fluida kerja mencapai
temperature terendah, Tc,. Siklus limit ini,
yang diperlihatkan pada gambar 9.24b,
dinamakan siklus Ericsson. Karena
ireversibilitas diasumsikan tidak ada dan
semua kalor dipasok dan dibuang secara
isothermal, efisiensi termal pada siklus
Ericsson adalah sama dengan siklur tenaga
reversible manapun yang dioperasikan
dengan penambahan kalor pada temperature
TH dan pembuangan kalor pada temperature
TC : maks= 1- Tc/TH. Persamaan ini telah
digunakan sebelumnya untuk mengevaluasi
efisiensi termal dari siklus tenaga Carnot.
Meskipun detail dari siklus Ericsson berbeda
dengan siklus Carnot, kedua siklus tersebut
memiliki nilai efisiensi termal yang sama
ketika beroperasi antara temperature TH dan
TC.
Siklus stirling. Siklus lain yang juga menggunakan regenerator adalah siklus
stirling, diperlihatkan oleh diagram p-v dan T-s

Siklus tersebut terdiri dari empat proses yang reversible secara internal:
kompresi isothermal dari kondisi 1 sampai kondisi 2 pada temperature TC,
pemanasan pada volume konstan dari kondisi 2 sampai kondisi 3, ekspansi
isothermal dari konsisi 3 sampai kondisi 4 pada temperature TH, pendinginan
pada volume konstan dari kondisi 4 menuju kondisi 1 untuk melengkapi siklus
ini.
Dan dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi termal pada siklus stirling diberikan melalui
persamaan yang sama seperti yang digunakan pada siklus Carnot maupun Ericsson.

Siklus Ericsson dan stirling terutama diperlukan untuk tujuan-
tujuan teoritis sebagai siklus yang menunjukan efisiensi termal yang
sama seperti siklus Carnot. Walau demikian, sebuah mesin
praktis bertipe piston silinder yang dioperasikan berdasarkan siklus
regenerative tertutup dan memiliki ciri yang mirip dengan siklus
stirling telah dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan
ini.
ALIRAN KOMPRESIBEL MELALUI NOZEL DAN DIFUSER


 Di dalam banyak aplikasi teknik, gas bergerak pada
 kecepatan yang relative tinggi dan menunjukkan
 perubahan-perubahan kerapatan yang cukup
 besar. Aliran yang melewati nozel dan diffuser
 pada mesin jet merupakan contoh penting.
 Contoh-contoh lain adalah aliran yang melewati
 terowongan angin, tabung kejut, dan ejector uap.
 Aliran-aliran tersebut dikenal dengan nama aliran
 kompresibel.
9.12 PENDAHULUAN MENGENAI ALIRAN
       KOMPRESIBEL
•PERSAMAAN MOMENTUM UNTUK ALIRAN SATU DIMENSI TUNAK

     Analiis mengenai aliran kompresibel membutuhkan penerapan prinsip-
     prinsip konservasi massa dan energy, hukum kedua termodinamika, dan
     hubungan di antara sifat-sifat termodinamika dari gas yang mengalir.
     Sebagai tambahan, hukum gerak kedua Newton juga dibutuhkan.
     Penerapan hukum gerak kedua Newton ke system dengan massa konstan
     (system tertutup) melibatkan bentuk persamaan yang sudah dikenal
     F=ma


    Momentum juga dapat dibawa masuk dan keluar dari volume atur
    melalui lubang-lubang masuk dan keluar, dan perpindahan-perpindahan
    yang terjadi dapat dihitung melalui
(persamaan 9.30)


Didalam persamaan tersebut, momentum per satuan massa yang mengalir
melewati batas daerah volume atur diberikan melalui vector kecepatan V. sesuai
dengan model aliran satu dimensi, vector memiliki arah normal (tegak lurus)
terhadap lubang masuk maupun lubang keluar dan memiliki orientasi yang
searah dengan aliran.
Dengan kata lain, hukum gerak kedua Newton yang diterpkan kepada volume atur
adalah
Pada kondisi tunak, total momentum yang terkandung di dalam volume atur adalah
konstan terhadap waktu. Dengan demikian, pada saat menerapkan hukum gerak kedua
Newton terhadap volume atur, yang perlu diperhatikan hanyalah momentum yang
menyertai aliran benda-benda yang masuk dan keluar dan gaya yang bekerja pada
volume atur. Hukum Newton kemudian menyatakan bahwa besarnya gaya resultan F
yang bekerja pada volume atur adalah setara dengan selisih di antara laju momentum
yang keluar dan yang masuk melalui volume atur yang menyertai aliran massa. Ini
dinyatakan di dalam persamaan momentum berikut




                                                                  (persamaan 9.31)

   Oleh karena m1 dan m2 pada kondisi tunak, aliran massa di dalam persamaan ini
   akan diberikan notasi m saja. Gaya resultan terdiri dari gaya-gaya yang disebabkan
   oleh tekanan yang bekerja pada lubang masuk dan lubang keluar, gaya-gaya yang
   bekerja di bagian volume atur di mana tidak terjadi aliran massa, dan gaya
   gravitasi. Persamaan hukum gerak kedua Newton diberikan oleh persamaan 9.31
   sudah cukup untuk diskusi lebih lanjut. Formulasi volume atur yang lebih umum
   biasanya diberikan di dalam naskah- naskah mekanika fluida.
•KECEPATAN SUARA DAN BILANGAN MACH
Gelombang suara merupakan gangguan tekanan kecil yang merambat melalui
gas,zat cair, ataupun zat padat pada kecepatan c yang tergantung dari sifat medianya.
Didalam subbab ini kita akan mencari persamaan yang menghubungakan kecepatan
suara, atau kecepatan sonic, dengan property-property lain. Kecepatan suara
merupakan property yang penting di dalam studi mengenai aliran kompresibel.

    •PROPERTI-PROPERTI STAGNASI
Kondisi stagnasi merupakan kondisi yang akan dicapai oleh fluida yang mengalir
jika kecepatannya dikurangi secara isentropic hingga mencapai nol.kita dapat
membayangkan situasi ini terjadi di dalam sebuah diffuser yang beroperasi pada
kondisi tunak. Dengan merduksi kesetimbangan energy pada diffuser semacam
itu, dapat disimpulkan bahwa entalpi pada kondisi stagnasi yang berhubungan
dengan kodisi actual di dalam aliran yang memiliki entalpi spesifik h dan kecepatan
V diberikan melalui
                  ho = h + V2/2 (persamaan 9.39)

entalpi ditandakan melalui ho di sini disebut sebagai entalpi stagnasi. Tekanan
po dan temperature To pada kondisi stagnasi disebut berturut-turut sebagai
tekanan stagnasi dan temperature stagnasi.
9.13 ALIRAN TUNAK SATU DIMENSI DI DALAM NOZEL
                      DAN DIFUSER
1. EFEK PERUPAHAN AREA DI DALAM ALIRAN SUBSONIK DAN SUPERSONIK

Persamaan diferensial yang mengatur. Kita akan memulai dengan
memperhatikan sebuah volume atur yang melingkupi sebuah nozel atau diffuser.
Pada kondisi tunak, laju aliran massa memiliki nilai konstan, sehingga

       AV = konstan


Bentuk diferensialnya adalah


                               Atau setelah menbagi
                               tiap suku dengan


                                                       (persamaan 9.40)
Dengan menggunakan persamaan 9.39, terbukti bahwa entalpi stagnasi pada
kondisi 1 dan 2 memiliki nilai sama :ho2=ho1. Karena setiap konsisi yang berada di
daerah hilir dari lubang masuk dapat dianggap sebagai kondisi 2, hubungan
berikut antara entalpi spesifik dan energy kinetic harus dapat dipenuhi pada
setiap kondisi



                                                                   (persamaan 9.41)

Persamaan ini menunjukkan bahwa jika kecepatan meningkat
(berkurang) searah dengan aliran, entalpi spesifik harus
berkurang (meningkat) searah dengan aliran, dan sebaliknya.
Sebagai tambahan dari persamaan 9.40 dan 9.41 yang menyatakan konservasi
massa dan energy, hubungan di antara berbagai property juga harus
dipertimbangkan. Dengan mengasumsikan bahwa aliran terjadi secara
isentropic, hubungan property




                                              (persamaan 9.42)



  Persamaan ini menunjukanbahwa tekanan meningkat
  atau berkurang searah dengan aliran, entalpi spesifik
  akan berubah dengan cara yang sama.
Jika kita mengambil diferensial dari hubungan property p = p(p,s)




    Suku yang kedua akan hilang di dalam aliran isentropic.
    Dengan menggunakan persamaan 9.36a kita dapat
    memperoleh




    Yang menunjukkan bahwa jika tekanan meningkat
    (berkurang) searah dengan aliran, perubahan kerapatan akan
    berubah dengan cara yang sama.
Kesimpulan tambahan dapat diambil dengan menggabungkan persamaan-
persamaan diferensial di atas. Dengan menggabungkan persamaan 9.41 dan 9.42
akan diperoleh




                                          (persamaan 9.44)

Yang menunjukkan bahwa jika kecepatan meningkat (berkurang) searah
dengan aliran, tekanan akan berkurang (meningkat) searah dengan aliran,
dan sebaliknya.
 Dengan menghilangkan dp di antara persamaan 9.43 dan 9.44 dan
 menggabungkan hasilnya dengan persamaan 9.40, maka akan didapatkan



                                   Atau dengan
                                   bilangan Mach (M)


                                                           (persamaan
                                                           9.45)
2. EFEK TEKANAN BALIK TERHADAP LAJU ALIRAN MASSA

  Tekanan balik adalah tekanan di daerah pembuangan di bagian luar nozel. Kasus
  nozel divergen akan dibahas lebih dahulu, dan setelah itu nozel konvergen
  divergen akan dibahas.




  Nozel konvergen. Gambar 9.29
  menunjukkan pipa konvergen dengan
  kondisi stagnasi di lubang masuk, yang
  membuang ke daerah di mana tekanan
  balik pB dapat diubah-ubah. Untuk suatu
  urutan kasus yang diberi symbol a sampai
  e, marilah kita memperhatikan bagaimana
  laju aliran massa m dan tekanan keluar
  nozel pE berubah ketika tekanan balik
  diturunkan sementara kondisi inlet dijaga
Nozel konvergen-divergen. Gambar 9.30 memberikan illustrasi mengenai
efek tekanan balik terhadap nozel konvergen-divergen.
9.14 ALIRAN DI DALAM NOZEL DAN DIFUSER UNTUK GAS IDEAL DENGAN KALOR
SPESIFIK KONSTAN

Fungsi aliran isentropic. Kita muali dengan mengembangkan persamaan-
persamaan yang menghubungkan suatu kondisi di dalam aliran kompresibel
dengan kondisi stagnasi yang bersesuaian. Untuk kasus gas ideal dengan cp
konstan persamaan 9.39 menjadi




Dimana To adalah temperature stagnasi. Dengan menggunakan cp= kR/(k=1),
bersama-sama dengan persamaan 9.37 dan 9.38, hubungan antara temperature T dan
bilangan Mach M dari gas yang mengalir dan temperatus stagnasi To yang
bersesuaian adalah


                                     (persamaan 9.50)
Dengan menggunakan persamaan 6.45, hubungan antara temperature T
dan tekanan p di dalam gas yang mengalir dan temperature stagnasi To
yang bersesuaian adalah




  Memasukkan persamaan 9.50 di dalam persamaan diatas akan
  memberikan




                                         (persamaan 9.51)
Walaupun kondisi sonic pada kenyataannya tidak mencapai di dalam aliran
ini, akan memudahkan jika kita menggunakan persamaan yang
menghubungkan area A di suatu seksi tertentu dengan area A* yang
diperlukan untuk mencapai aliran sonic (M=1) dengan laju aliran massa dan
kondisi stagnasi yang sama. Area-area tersebut berhubungan melalui

                                Dimana p* dan V* berturut-turut adalah kerapatan
                                dan kecepatan ketika M=1. Dengan menggunakan
                                persamaan keadaan untuk gas ideal, bersama-sama
                                dengan persamaan 9.37 dan 9.38, dan memecahkan
                                A/A*




                                   Dimana T* dan p* berturut-turut adalah
                                   temperature dan tekanan ketika M=1.
                                   Sehingga dengan menggunakan persamaan
                                   9.50 dan 9.51
Variasi A/A* terhadap M diperlihatkan pada gambar 9.33 untuk k=1,4. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa terdapat nilai unik dari A/A* yang berpasangan
dengan nilai M. akan tetapi, untuk A/A* selain satu, terdapat dua pilihan bilangan
Mach, satu subsonic dan satu supersonic. Hal ini konsisten dengan pembahasan
gambar 9.28, di mana ditemukan bahwa celah konvergen-divergen yang di dalamnya
terdapat suatu daerah minimum diperlukan untuk mengakselerasi aliran dari
kecepatan subsonic ke supersonic.
Fungsi gelombang kejut normal. Selanjutnya, kita akan
mengembangkan persamaan dalam bentuk tertutup
untuk gelombang kejut normal untuk kasus gas ideal
yang memiliki kalor spesifik konstan.

Contenu connexe

Tendances

Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Intan Dian Heryani
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docxAnnisaSeptiana14
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorAli Hasimi Pane
 
5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)Mahammad Khadafi
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugalIffa M.Nisa
 
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifikDebit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifikAdy Purnomo
 
Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)Alen Pepa
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotDanny Danny
 
Laporan praktikum rugi rugi aliran
Laporan praktikum rugi rugi aliran Laporan praktikum rugi rugi aliran
Laporan praktikum rugi rugi aliran Bung HaFied
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika  I - Siklus TertutupHukum Thermodinamika  I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika I - Siklus TertutupIskandar Tambunan
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinuanalisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinustellaandikmarini
 

Tendances (20)

Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
Mekanika fluida ppt
Mekanika fluida pptMekanika fluida ppt
Mekanika fluida ppt
 
Sentrifugal
SentrifugalSentrifugal
Sentrifugal
 
5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
 
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifikDebit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
 
Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnot
 
Siklus carnot
Siklus carnotSiklus carnot
Siklus carnot
 
Laporan praktikum rugi rugi aliran
Laporan praktikum rugi rugi aliran Laporan praktikum rugi rugi aliran
Laporan praktikum rugi rugi aliran
 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika  I - Siklus TertutupHukum Thermodinamika  I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinuanalisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
 

En vedette

Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaFKIP UHO
 
Bab 3 Sifat Volumetris
Bab 3 Sifat VolumetrisBab 3 Sifat Volumetris
Bab 3 Sifat Volumetrisgalih
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1APRIL
 
Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi
Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi
Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi Lifia Citra Ramadhanti
 
LennynRueda Universidad Central
LennynRueda Universidad Central LennynRueda Universidad Central
LennynRueda Universidad Central LennynRueda
 
2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти
2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти
2 класс. урок №4. привет. считаем до десятиshpinat
 
2 класс. lesson 39. волшебная шляпа
2 класс. lesson 39. волшебная шляпа2 класс. lesson 39. волшебная шляпа
2 класс. lesson 39. волшебная шляпаshpinat
 
Ustream_Pakutui
Ustream_PakutuiUstream_Pakutui
Ustream_PakutuiTomomi Ota
 
2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...
2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...
2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...Moscow State University
 
Обзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноября
Обзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноябряОбзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноября
Обзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноябряSergey Manvelov
 
Grails Goto Plugins
Grails Goto PluginsGrails Goto Plugins
Grails Goto Pluginsericsword
 
WWW REPORT
WWW REPORTWWW REPORT
WWW REPORTalwynj
 
2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке
2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке
2 класс. урок № 3. привет. в зоопаркеshpinat
 

En vedette (20)

Termodinamika modul
Termodinamika modulTermodinamika modul
Termodinamika modul
 
Nota spa 305
Nota spa 305Nota spa 305
Nota spa 305
 
Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamika
 
Bab 3 Sifat Volumetris
Bab 3 Sifat VolumetrisBab 3 Sifat Volumetris
Bab 3 Sifat Volumetris
 
Teorema Ekuipartisi
Teorema EkuipartisiTeorema Ekuipartisi
Teorema Ekuipartisi
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1
 
Ekipartisi Energi
Ekipartisi EnergiEkipartisi Energi
Ekipartisi Energi
 
Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi
Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi
Derajat kebebasan & teorema ekipirtasi
 
Kumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi TermodinamikaKumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi Termodinamika
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
LennynRueda Universidad Central
LennynRueda Universidad Central LennynRueda Universidad Central
LennynRueda Universidad Central
 
2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти
2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти
2 класс. урок №4. привет. считаем до десяти
 
2 класс. lesson 39. волшебная шляпа
2 класс. lesson 39. волшебная шляпа2 класс. lesson 39. волшебная шляпа
2 класс. lesson 39. волшебная шляпа
 
Ustream_Pakutui
Ustream_PakutuiUstream_Pakutui
Ustream_Pakutui
 
2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...
2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...
2. Общая экономика, 2017: Товар - "молекула ДНК" модели капитала. Два фактора...
 
Babyzine IPR
Babyzine IPRBabyzine IPR
Babyzine IPR
 
Обзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноября
Обзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноябряОбзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноября
Обзор работы паевых фондов 14 ноября - 21 ноября
 
Grails Goto Plugins
Grails Goto PluginsGrails Goto Plugins
Grails Goto Plugins
 
WWW REPORT
WWW REPORTWWW REPORT
WWW REPORT
 
2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке
2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке
2 класс. урок № 3. привет. в зоопарке
 

Similaire à MESIN PEMBANGKIT TENAGA

MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinMESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinIKomangDiegoAntara
 
Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)Habib R
 
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMarfizal Marfizal
 
Siklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBU
Siklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBUSiklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBU
Siklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBUCandraPradana4
 
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.pptPLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.pptPriyoNurmanto3
 
Modul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uapModul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uapWahyudi Yudy
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Reandy Risky
 
Makalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasMakalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasAmrih Prayogo
 
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxMateri kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxssuserfcf8da1
 
Power point motor bensin
Power point motor bensinPower point motor bensin
Power point motor bensinawamku
 

Similaire à MESIN PEMBANGKIT TENAGA (20)

Motor Bakar
Motor BakarMotor Bakar
Motor Bakar
 
Dasar kerja motor
Dasar kerja motor Dasar kerja motor
Dasar kerja motor
 
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinMESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
 
laporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakarlaporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakar
 
Tmesin kata
Tmesin kataTmesin kata
Tmesin kata
 
Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)
 
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
 
Siklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBU
Siklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBUSiklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBU
Siklus kombinasi kelompok 8 Teknik Mesin ITBU
 
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.pptPLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
 
Modul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uapModul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uap
 
TURBIN GAS
TURBIN GASTURBIN GAS
TURBIN GAS
 
TURBIN GAS
TURBIN GASTURBIN GAS
TURBIN GAS
 
Thermo mklh 1
Thermo mklh 1Thermo mklh 1
Thermo mklh 1
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi
 
Screw compressor
Screw compressorScrew compressor
Screw compressor
 
Motor bakar
Motor bakarMotor bakar
Motor bakar
 
Makalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasMakalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gas
 
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxMateri kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
 
motor bensin
motor bensinmotor bensin
motor bensin
 
Power point motor bensin
Power point motor bensinPower point motor bensin
Power point motor bensin
 

Dernier

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Dernier (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

MESIN PEMBANGKIT TENAGA

  • 1. KELOMPOK Andika Mandagi Carrol Rapar Cindy Wuisang Grif Montolalu Ricky Moniung Ryan Rori
  • 2. MOTOR PEMBAKARAN DALAM  kebanyakan turbin gas juga tergolong motor pembakaran dalam, istilah ini biasanya berlaku untuk mesin-mesin pembakaran dalam bertorak dengan tipe yang umum dipakai pada mobil, truk dan bus. Mesin-mesin ini memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan mesin pembangkit tenaga (power plant) yang dibahas sejauh ini karena proses pembakaran terjadi melalui pengaturan piston-piston silinder secara bolak balik dan bukan melalui suatu deretan komponen-komponen berbeda yang saling terhubung. Ada dua jenis mesin pembakaran dalam bertorak ialah mesin dengan pangapian-nyala (sparkignition) dan kompresi-nyala (compression ignition).
  • 3. 9.1 ISTILAH MESIN ANALISIS STANDAR UDARA  Pembahasan rinci mengenai kinerja dari suatu mesin pembakaran dalam bertorak akan melibatkan berbagai fitur. Fitur-fitur tersebut antara lain adalah proses pembakaran yang terjadi di dalam silinder, dan efek ireversibilitas yang berkaitan dengan gesekan dan dengan perbedaan-perbedaan tekanan dan temperatur.
  • 4.  Dalam upaya untuk mempermudah pemahaman mengenai proses termodinamika yang terjadi di dalam motor pembakaran dalam bertorak, maka diperlukan beberapa penyederhanaan. Salah satu prosedur penyederhanaan tersebut adalah penerapan analisis standar udara yang terdiri dari elemen-elemen berikut :
  • 5. 1. Fluida kerja merupakan udara dalam jumlah tertentu yang dimodelkan sebagai gas ideal. 2. Proses pembakaran digantikan oleh perpindahan kalor yang berasal dari sebuah sumber luar eksternal. 3. Tidak ada proses isap dan buang sebagaimana terdapat pada mesin actual. Siklus diselesaikan melalui sebuah proses perpindahan panas yang terjadi pada volume konstan sementara piston berada pada posisi titik mati bawah. 4. Semua proses yang terjadi bersifat reversible
  • 6.
  • 7. Siklus otto standar udara merupakan siklus ideal yang mengasumsikan bahwa penambahan kalor terjadi seketika ketika piston berada pada titik mati atas. Siklus otto dapat dilihat melalui diagram p-v dan T-s pada gambar 9.3. 9.3 diagram p-v dan diagram T-s dari siklus otto standar udara.
  • 8. Siklus tersebut terdiri dari empat buah proses yang secara internal reversible di dalam satu rangkaian. Proses 1-2 merupakan kompresi isentropic pada udara yang terjadi selama piston bergerak dari titk mati bawah menuju titik mati atas. Proses 2-3 merupakan proses terjadinya pelepasan kalor pada volume konstan dari sumber eksternal ke udara ketika piston berada pada titik mati atas. Proses ini merepresentasikan pemantikan campuran udara dan bahan bakar dan proses pembakaran yang cepat yang terjadi selanjutnya. Proses 3-4 merupakan proses ekspansi isentropic (langkah kerja). Siklus diselesaikan dengan proses 4-1 yang terjadi pada volume konstan di mana kalor akan dikeluarkan dari udara pada saat piston berada pada titik mati bawah.
  • 9.  Karena siklus otto standar udara terdiri dari proses yang secara internal reversible, daerah pada diagram T-s dan p-v pada gambar 9.3 secara berturut- turut dapat diartikan sebagai kalor dan kerja. Pada diagram T-s, daerah 2-3-a-b- 2 mewakili kalor yang ditambahkan per satuan massa dan daerah 1-4-a-b-1 mewakili kalor yang dibuang per satuan massa. Pada diagram p-v daerah 1-2-a-b- 1 menunjukan besarnya kerja yang dimasukkan per satuan massa pada proses kompresi dan daerah 3-4-b-a-3 merupakan kerja yang telah dilakukan per satuan massa selama proses ekspansi. Daerah yang tertutup pada tiap gambar tersebut dapat diartikan sebagai besarnya kerja netto yang dihasilkkan, atau ekuivalen dengan kalor netto yang ditambahkan.
  • 10. Analisis siklus. Siklus otto standar udara terdiri dari dua buah proses di mana terjadi kerja tetapi tidak terjadi perpindahan kalor, proses 1-2 dan 3-4, dan dua proses di mana terjadi perpindahan kalor tetapi tidak terjadi kerja, Proses 2-3 dan 4-1. Hubungan di antara perpindahan energy ini dapat disederhanakan dengan menganggap bahwa perubahan energy kinetic dan potensial yang terjadi pada kesetimbangan energy di dalam system tertutup tersebut dapat diabaikan. Hasilnya adalah: Persamaan 9.2
  • 11. Perhatikan baik-baik bahwa di dalam menuliskan persamaan 9.2, kita melanggar kebiasaan penggunaan tanda untuk kalor dan kerja. Dalam menganalisis siklus, sering kali lebih mudah jika kita menganggap seluruh kerja dan perpindahan kalor sebagai kuantitas positif. Jadi W12/m merupakan angka positif yang menunjukan besarnya kerja yang dimasukkan selama langkah kompresi dan Q41/m merupakan angka positif yang menunjukkan besarnya kalor yang dikeluarkan di dalam proses 4-1. Kerja netto dari siklus dapat dinyatakan sebagai berikut.
  • 12.
  • 13. Siklus disel standar udara merupakan siklus ideal yang mengasumsikan bahwa penambahan kalor berlangsung di dalam sebuah proses dengan tekanan konstan yang dimulai dengan kondisi piston berada pada titik mati atas.
  • 14. Analisis siklus. Pada siklus diesel, penambahan kalor terjadi pada tekanan konstan. Oleh karena itu, proses 2-3 melibatkan kerja dan kalor. Kerja diberikan melalui (persamaan 9.9) Kalor yang masuk di dalam proses 2-3 dapat ditentukan melalui kesetimbangan system energy tertutup
  • 15. Dengan menggunakan persamaan 9.9 dan menghitung perpindahan kalor (persamaan 9.10) Dimana entalpi spesifik digunakan untuk mempermudah persamaan. Sebagaimana terdapat pada siklus otto, kalor yang keluar di dalam proses 4-1 diberikan melalui
  • 16. Efisiensi termal adalah perbandingan antara besarnya kerja netto yang dihasilkan pada siklus dengan kalor yang masuk (persamaan 9.11)
  • 17. Untuk mengevaluasi besarnya efisensi termal pada persamaan 9.11 dibutuhkan nilai-nilai u1, u4,h2 dan h3 atau mengetahui karakteristik temperature yang terjadi pada tiap proses utama di dalam siklus tersebut. Selanjutnya mari kita pikirkanbagaimana temperature-temperatur tersebut dievaluasi. Untuk menggunakan hubungan persamaan isentropic dan data vr
  • 18.
  • 19. Untuk mengetahui nilai T3, perhatikan bahwa dengan nilai p3 = p2 persamaan gas ideal menjadi lebih sederhana sehingga memberikan Di mana telah diperkenalkan nilai rc =V3/V2 yang disebut juga cutoff ratio (rasio pemotongan).
  • 20. Karena V4=V1, maka rasio volume pada proses isentropic 3-4 dapat dinyatakan sebagai (persamaan 9.12) Di mana rasio kompresi r dan cutoff ratio rc telah diperkenalkan untuk menyingkat penulisan.
  • 21. Dengan menggunakan persamaan 9.12 dan data vr3 pada temperature T3, nilai temperature T4 dapat dihitung melalui interpolasi setelah nilai dari vr4 diperoleh melalui persamaan isentropic Pada analisis standar udara dingin, persamaan yang tepat untuk digunakan untuk mendapatkan nilai dari T2 adalah
  • 22. Temperatur T4 dapat dihitung dengan menggunakan hubungan Dimana persamaan 9.12 telah digunakan untuk menggantikan rasio volume.
  • 23.
  • 24. Analisis siklus. Karena siklus rangkap terdiri dari jenis proses yang sama dengan siklus otto dan siklus diesel, kita dapat dengan mudah menuliskan hubungan- hubungan untuk kerja dan kalor dengan mengacu kepada pengembangan- pengembangan sebelumnya. Jadi, selama proses kompresi isentropic 1-2 tidak terjadi perpindahan kalor, dan kerja dinyatakan sebagai
  • 25. Seperti pada proses serupa yang terdapat pada siklus otto, di dalam bagian volume konstan dari proses penambahan kalor, proses 2-3, tidak terdapat kerja, dan perpindahan kalor dinyatakan sebagai
  • 26.
  • 27. Didalam bagian tekanan konstan pada proses penambahan kalor, proses 3- 4, terdapat kerja dan perpindahan kalor, seperti terdapat di dalam proses serupa pda siklus diesel Selama proses ekspansi isentropic 4-5 tidak terdapat perpindahan kalor, dan kerja adalah
  • 28. Akhirnya, proses pelepasan kalor 5-1 pada volume konstan yang mengakhiri siklus ini melibatkan proses perpindahan kalor, tapi tidak terdapt kerja Efisiensi termal adalah rasio antara kerja netto dari siklus terhadap kalor total yang ditambahkan (persamaan 9.14)
  • 29. PEMBANGKIT TENAGA TURBIN GAS  Turbin gas memiliki karakteristik ringan serta lebih ringkas jika dibandingkan dengan turbin uap. Nilai rasio output tenaga terhadap berat yang tinggi yang dimiliki turbin gas membuatnya sangat cocok untuk di pakai di dalam aplikasi transportasi.
  • 30. 9.5 PEMODELAN PEMBANGKIT TENAGA TURBIN GAS Pembangkit tenaga turbin gas dapat dioperasikan baik pada system terbuka maupun system tertutup. Bentuk penyederhanaan yang sering dipakai di dalam studi mengenai pembangkit tenaga turbin gas siklus terbuka analisis standar udara. Di dalam analisis standar udara ada dua asumsi yang senantiasa digunakan:
  • 31. (1)Fluida kerja yang digunakan adalah udara yang berlaku sebagai gas ideal, dan (2) kenaikan nilai temperature yang disebabkan oleh proses pembakaran dicapai melalui perpindahan kalor yang berasal dari sumber eksternal.
  • 32. 9.6 SIKLUS BRAYTON STANDAR UDARA Diagram skematik dari turbin gas standar udara diperlihatkan pada gambar 9.9.
  • 33. Arah perpindahan energy utama yang terjadi ditunjukkan oleh tanda panah. Sesuai dengan asumsi-asumsi di dalam analisis standar udara, naiknya nilai temperature yang akan dihasilkan oleh proses pembakaran diperoleh melalui perpindahan kalor menuju fluida kerja dari sumber eksternal dan fluida kerja dianggap adalah udara yang memiliki sifat gas ideal. Dengan menggunakan idealisasi standar udara, udara akan dihisap dari lingkungan sekitar ke dalam kompresor pada kondisi 1 dan nantinya dikembalikan lagi ke lingkungan pada kondisi 4 dengan temperature yang lebih tinggi dari suhu lingkungan. Setelah berinteraksi dengan lingkkungan, setiap unit massa udara yang dilepaskan akan kembali ke kondisi yang sama seperti saat akan memasuki kompresor, dengan demikian kita dapat menganggap bahwa udara yang melewati turbin gas sedang menjalani sebuah siklus termodinamika. Representasi yeng sederhana untuk tahap-tahap yang dilewati oleh udara di dalam siklus semacam itu dapat dibuat dengan menganggap bahwa udara buangan dari turbin dikembalikan ke kondisi seperti pada saat memasuki kompresor dengan cara melewati sebuah alat penukar kalor yang di dalamnya terjadi pembuangan kalor ke lingkungan sekitar.
  • 34. 9.7 TURBIN GAS REGENERATIF Temperature di pembuangan turbin pada sebuah turbin gas biasanya jauh lebih besar jika dari temperature lingkungan. Oleh karenanya, gas panas yang keluar dari pembuangan turbin memiliki potensial untuk digunakan yang akan hilang tak kembali jika gas tersebut langsung dibuang ke lingkungan. Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi tersebut adalah dengan menggunakan alat penukar kalor yang dinamakan regenerator, di mana udara yang keluar dari kompresor akan melalui proses pra-pemanasan yang dibutuhkan untuk pembakaran
  • 35. Siklus brayton standar udara yang sudah dimodifikasi dengan memakai regenerator diperlihatkan pada gambar 9.14. regenerator yang ditunjukkan merupakan alat penukar kalor kontra aliran di mana udara panas dari pembuangan turbin dan udara lebih dingin yang meninggalkan kompresor lewat dengan arah yang berlawanan. Idealnya, tidak terdapat penurunan tekanan akibat gesekan di dalam kedua aliran tersebut. Gas pembuangan turbin akan didinginkan dari kondisi 4 sampai kondisi y, sementara udara yang meninggalkan kompresor dipanaskan padakondisi 2 sampai kondisi x. dengan demikian, perpindahan kolor yang berasal dari sumber eksternal ke dalam siklus hanya dibutuhkan untuk manaikkan temperature udara dari kondisi x sampai kondisi 3, dan bukan dari kondisi 2 menuju kondisi 3, yang merupakan proses yang terjadi di dalam kasus tanpa regenerasi. Penambahan kalor per satuan massa diberikan melalui
  • 36. Qin/m = h3/hx Kerja netto yang dihasilkan per satuan massa aliran tidak berubah dengan adanya penambahan regenerator. Oleh karena itu, karena penambahan kalor berkurang, efisiensi termal akan meningkat.
  • 37. 9.8 TURBIN GAS REGENERATIF DENGAN PEMANASAN ULANG DAN INTERCOOLING 1. TURBIN GAS DENGAN PEMANASAN ULANG Dengan alasan-alasan metalurgis, temperature dari gas hasil pembakaran yang memasuki turbin harus dibatasi. Temperature ini dapat dikontrol dengan cara memberikan udara berlebih dari yang dibutuhkan dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar. Sebagai konsekuensinya, gas yang meninggalkan ruang bakar mengandung udara yang cukup untuk mendukung pembakaran bahan akar tambahan. Beberapa pembangkit tenaga turbin gas memanfaatkan udara berlebih ini melalui penerapan turbin multi tingkat yang dilengkapi dengan reheat combustor di antara tingkat-tingkat yang ada.
  • 38.
  • 39. 2. KOMPRESI DENGAN INTERCOOLING Beberapa kompresor besar memiliki beberapa tingkatan kompresi dengan intercooling di antara tiap tingkatan. Penentuan jumlah tingkatan dan kondisi pengoperasian berbagai intercooler merupakan masalah di dalam optimalisasi. Penggunaan kompresi multi tingkat dengan intercooling di dalam pembangkit tenaga turbin gas meningkatkan kerja netto yang dihasilkan dengan cara mengurangi kerja kompresi. Kompresi dengan intercooling itu sendiri tidak akan selalu meningkatkan efisiensi termal pada turbin gas, karena temperature udara yang memasuki ruang bakar akan berkurang.
  • 40. PEMANASAN ULANG DAN INTERCOOLING Pemanasan ulang di antara tingkatan turbin dan intercooling di antara tingkatan kompresor akan memberikan dua keuntungan penting: keluaran kerja netto akan meningkat, dan potensi untuk regenerasi akan bertambah Salah satu pengaturan yang melibatkan pemanasan ulang, intercooling dan regenerasi dapat terlihat pada gambar 9.19. Turbin gas ini memiliki dua tingkatan kompresi dan dua tingkatan turbin. Diagram T-s yang tertera telah digambarkan untuk mengindikasikan ireversibilitas di dalam tingkatan-tingkatan kompresor dan turbin. Penurunan tekanan yang terjadi ketika fluida kerja melewati intercooler, regenerator dan ruang bakar tidak ditunjukkan.
  • 41.
  • 42. 9.9 TURBIN GAS PADA PROPULSI PESAWAT TERBANG Turbin gas terutama sangat cocok untuk digunakan untuk propulsi pesawat terbang karena memiliki rasio tenaga terhadap berat yang sangat baik. Mesin turbojet umum digunakan untuk tujuan tersebut. Seperti terlihat pada gambar 9.20, tipe mesin ini terdiri dari tiga bagian utama: diffuser, generator gas, dan nozel.
  • 43. Perubahan keseluruhan yang terjadi pada kecepatan gas relative terhadap mesin membangkitkan gaya propulsive, atau gaya dorong. Beberapa turbojet dilengkapi dengan afterburner, seperti terlihat pada gambar 9.21.
  • 44. 9.10 SIKLUS GABUNGAN TURBIN GAS TENAGA UAP Siklus tenaga gabungan terdiri dari dua buah siklus tenaga sedemikian rupa sehingga energy yang dikeluarkan memalui kalor dari satu siklus digunakan sebagian atau keseluruhan sebagai masukan untuk siklus yang satunya. Aliran yang meninggalkan turbin di dalam sebuah turbin gas berada pada temperature tinggi. Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi dari aliran gas bertemperatur tinggi ini, sehingga meningkatkan pemanfaatan bahan bakar secara keseluruhan, adalah dengan menggunakan regenerator yang memakai gas buangan dari turbin untuk memanaskan udara antara kompresor dan ruang bakar. Metode lainnya diberikan oleh siklus gabungan yang diperlihatkan pada gambar 9.23, yang melibatkan siklus turbin gas dan siklus tenaga uap. Kedua siklus tenaga tersebut digabungkan sehingga perpindahan kalor ke siklus pembangkit tenaga uap diberikan oleh siklus turbin gas, yang dapat disebut siklus topping.
  • 45. Di dalam banyak aplikasi, siklus gabungan ekonomis untuk digunakan, dan penggunaannya sebagai pembangkit daya listrik terus meningkat di seluruh dunia.
  • 46. Mengacu kepada gambar 9.23, efisiensi termal dari siklus gabungan adalah (persamaan 9.28) Dimana Wgas adalah daya notto yang dihasilkan oleh turbin gas dan Wuap adalah daya notto yang dihasilkan oleh siklus uap. Qin adalah laju perpindahan kalor total ke siklus gabungan, termasuk perpindahan kalor tambahan, jika ada, yang dipakai untuk memanasi lebih lanjut (superheat) uat pang memasuki turbin uap. Perhitungan kuantitas-kuantitas yang muncul di dalam persamaan 9.28 mengikuti prosedur yang telah digunakan didalam subbab tentang siklus uap dan turbin gas.
  • 47. Hubungan untuk perpindahan energy dari siklus gas menuju siklus uap pada system di dalam gambar 9.23 diperoleh dengan cara menerapkan kesetimbangan laju massa dan energy ke volume atur yang melingkupi alat penukar kalor. Untuk pengoperasian pada kondisi tunak, perpindahan kalor ke lingkungan yang dapat diabaikan, dan tidak terdapat perubahan- perubahan signifikan pada energy kinetic dan potensial, hasilnya adalah Dimana mg dan mv berturut-turut adalah laju aliran massa dari gas dan uap.
  • 48. 9.11 SIKLUS ERICSSON DAN STIRLING Gambar 9.24a menunjukkan siklus tertutup turbin gas regenerative yang ideal yang memiliki beberapa tingkatan kompresi dan ekspansi dan sebuah regenerator yang memiliki keefektifan 100%. Setiap intercooler diasumsikan mengembalikan fluida kerja ke temperature Tc di awal tingkatan kompresi pertama dan setiap alat pemanas ulang mengembalikan fluida kerja ke temperature TH pada awal tingkatan turbin pertama.
  • 49. Regenerator mengijinkan masukan kalor pada proses 2-3 didapat dari kalor yang terbuang pada proses 4-1. Dengan demikian semua penambahan kalor dari luar terjadi di dalam alat-alat pemanas ulang, dan semua kalor yang terbuang ke lingkungan terjadi di dalam intercooler. Pada kondisi limit, di mana tingkatan pemanasan ulang dan intercooler yang dipakai memiliki jumlah tak terhingga, semua penambahan kalor terjadi pada saat fluida kerja mencapai temperature tertinggi, TH, dan semua kalor yang terbuang terjadi pada saat fluida kerja mencapai temperature terendah, Tc,. Siklus limit ini, yang diperlihatkan pada gambar 9.24b, dinamakan siklus Ericsson. Karena ireversibilitas diasumsikan tidak ada dan semua kalor dipasok dan dibuang secara isothermal, efisiensi termal pada siklus Ericsson adalah sama dengan siklur tenaga reversible manapun yang dioperasikan dengan penambahan kalor pada temperature TH dan pembuangan kalor pada temperature TC : maks= 1- Tc/TH. Persamaan ini telah digunakan sebelumnya untuk mengevaluasi efisiensi termal dari siklus tenaga Carnot. Meskipun detail dari siklus Ericsson berbeda dengan siklus Carnot, kedua siklus tersebut memiliki nilai efisiensi termal yang sama ketika beroperasi antara temperature TH dan TC.
  • 50. Siklus stirling. Siklus lain yang juga menggunakan regenerator adalah siklus stirling, diperlihatkan oleh diagram p-v dan T-s Siklus tersebut terdiri dari empat proses yang reversible secara internal: kompresi isothermal dari kondisi 1 sampai kondisi 2 pada temperature TC, pemanasan pada volume konstan dari kondisi 2 sampai kondisi 3, ekspansi isothermal dari konsisi 3 sampai kondisi 4 pada temperature TH, pendinginan pada volume konstan dari kondisi 4 menuju kondisi 1 untuk melengkapi siklus ini. Dan dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi termal pada siklus stirling diberikan melalui persamaan yang sama seperti yang digunakan pada siklus Carnot maupun Ericsson. Siklus Ericsson dan stirling terutama diperlukan untuk tujuan- tujuan teoritis sebagai siklus yang menunjukan efisiensi termal yang sama seperti siklus Carnot. Walau demikian, sebuah mesin praktis bertipe piston silinder yang dioperasikan berdasarkan siklus regenerative tertutup dan memiliki ciri yang mirip dengan siklus stirling telah dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini.
  • 51. ALIRAN KOMPRESIBEL MELALUI NOZEL DAN DIFUSER Di dalam banyak aplikasi teknik, gas bergerak pada kecepatan yang relative tinggi dan menunjukkan perubahan-perubahan kerapatan yang cukup besar. Aliran yang melewati nozel dan diffuser pada mesin jet merupakan contoh penting. Contoh-contoh lain adalah aliran yang melewati terowongan angin, tabung kejut, dan ejector uap. Aliran-aliran tersebut dikenal dengan nama aliran kompresibel.
  • 52. 9.12 PENDAHULUAN MENGENAI ALIRAN KOMPRESIBEL •PERSAMAAN MOMENTUM UNTUK ALIRAN SATU DIMENSI TUNAK Analiis mengenai aliran kompresibel membutuhkan penerapan prinsip- prinsip konservasi massa dan energy, hukum kedua termodinamika, dan hubungan di antara sifat-sifat termodinamika dari gas yang mengalir. Sebagai tambahan, hukum gerak kedua Newton juga dibutuhkan. Penerapan hukum gerak kedua Newton ke system dengan massa konstan (system tertutup) melibatkan bentuk persamaan yang sudah dikenal F=ma Momentum juga dapat dibawa masuk dan keluar dari volume atur melalui lubang-lubang masuk dan keluar, dan perpindahan-perpindahan yang terjadi dapat dihitung melalui
  • 53. (persamaan 9.30) Didalam persamaan tersebut, momentum per satuan massa yang mengalir melewati batas daerah volume atur diberikan melalui vector kecepatan V. sesuai dengan model aliran satu dimensi, vector memiliki arah normal (tegak lurus) terhadap lubang masuk maupun lubang keluar dan memiliki orientasi yang searah dengan aliran.
  • 54. Dengan kata lain, hukum gerak kedua Newton yang diterpkan kepada volume atur adalah
  • 55. Pada kondisi tunak, total momentum yang terkandung di dalam volume atur adalah konstan terhadap waktu. Dengan demikian, pada saat menerapkan hukum gerak kedua Newton terhadap volume atur, yang perlu diperhatikan hanyalah momentum yang menyertai aliran benda-benda yang masuk dan keluar dan gaya yang bekerja pada volume atur. Hukum Newton kemudian menyatakan bahwa besarnya gaya resultan F yang bekerja pada volume atur adalah setara dengan selisih di antara laju momentum yang keluar dan yang masuk melalui volume atur yang menyertai aliran massa. Ini dinyatakan di dalam persamaan momentum berikut (persamaan 9.31) Oleh karena m1 dan m2 pada kondisi tunak, aliran massa di dalam persamaan ini akan diberikan notasi m saja. Gaya resultan terdiri dari gaya-gaya yang disebabkan oleh tekanan yang bekerja pada lubang masuk dan lubang keluar, gaya-gaya yang bekerja di bagian volume atur di mana tidak terjadi aliran massa, dan gaya gravitasi. Persamaan hukum gerak kedua Newton diberikan oleh persamaan 9.31 sudah cukup untuk diskusi lebih lanjut. Formulasi volume atur yang lebih umum biasanya diberikan di dalam naskah- naskah mekanika fluida.
  • 56. •KECEPATAN SUARA DAN BILANGAN MACH Gelombang suara merupakan gangguan tekanan kecil yang merambat melalui gas,zat cair, ataupun zat padat pada kecepatan c yang tergantung dari sifat medianya. Didalam subbab ini kita akan mencari persamaan yang menghubungakan kecepatan suara, atau kecepatan sonic, dengan property-property lain. Kecepatan suara merupakan property yang penting di dalam studi mengenai aliran kompresibel. •PROPERTI-PROPERTI STAGNASI Kondisi stagnasi merupakan kondisi yang akan dicapai oleh fluida yang mengalir jika kecepatannya dikurangi secara isentropic hingga mencapai nol.kita dapat membayangkan situasi ini terjadi di dalam sebuah diffuser yang beroperasi pada kondisi tunak. Dengan merduksi kesetimbangan energy pada diffuser semacam itu, dapat disimpulkan bahwa entalpi pada kondisi stagnasi yang berhubungan dengan kodisi actual di dalam aliran yang memiliki entalpi spesifik h dan kecepatan V diberikan melalui ho = h + V2/2 (persamaan 9.39) entalpi ditandakan melalui ho di sini disebut sebagai entalpi stagnasi. Tekanan po dan temperature To pada kondisi stagnasi disebut berturut-turut sebagai tekanan stagnasi dan temperature stagnasi.
  • 57. 9.13 ALIRAN TUNAK SATU DIMENSI DI DALAM NOZEL DAN DIFUSER 1. EFEK PERUPAHAN AREA DI DALAM ALIRAN SUBSONIK DAN SUPERSONIK Persamaan diferensial yang mengatur. Kita akan memulai dengan memperhatikan sebuah volume atur yang melingkupi sebuah nozel atau diffuser. Pada kondisi tunak, laju aliran massa memiliki nilai konstan, sehingga AV = konstan Bentuk diferensialnya adalah Atau setelah menbagi tiap suku dengan (persamaan 9.40)
  • 58. Dengan menggunakan persamaan 9.39, terbukti bahwa entalpi stagnasi pada kondisi 1 dan 2 memiliki nilai sama :ho2=ho1. Karena setiap konsisi yang berada di daerah hilir dari lubang masuk dapat dianggap sebagai kondisi 2, hubungan berikut antara entalpi spesifik dan energy kinetic harus dapat dipenuhi pada setiap kondisi (persamaan 9.41) Persamaan ini menunjukkan bahwa jika kecepatan meningkat (berkurang) searah dengan aliran, entalpi spesifik harus berkurang (meningkat) searah dengan aliran, dan sebaliknya.
  • 59. Sebagai tambahan dari persamaan 9.40 dan 9.41 yang menyatakan konservasi massa dan energy, hubungan di antara berbagai property juga harus dipertimbangkan. Dengan mengasumsikan bahwa aliran terjadi secara isentropic, hubungan property (persamaan 9.42) Persamaan ini menunjukanbahwa tekanan meningkat atau berkurang searah dengan aliran, entalpi spesifik akan berubah dengan cara yang sama.
  • 60. Jika kita mengambil diferensial dari hubungan property p = p(p,s) Suku yang kedua akan hilang di dalam aliran isentropic. Dengan menggunakan persamaan 9.36a kita dapat memperoleh Yang menunjukkan bahwa jika tekanan meningkat (berkurang) searah dengan aliran, perubahan kerapatan akan berubah dengan cara yang sama.
  • 61. Kesimpulan tambahan dapat diambil dengan menggabungkan persamaan- persamaan diferensial di atas. Dengan menggabungkan persamaan 9.41 dan 9.42 akan diperoleh (persamaan 9.44) Yang menunjukkan bahwa jika kecepatan meningkat (berkurang) searah dengan aliran, tekanan akan berkurang (meningkat) searah dengan aliran, dan sebaliknya. Dengan menghilangkan dp di antara persamaan 9.43 dan 9.44 dan menggabungkan hasilnya dengan persamaan 9.40, maka akan didapatkan Atau dengan bilangan Mach (M) (persamaan 9.45)
  • 62. 2. EFEK TEKANAN BALIK TERHADAP LAJU ALIRAN MASSA Tekanan balik adalah tekanan di daerah pembuangan di bagian luar nozel. Kasus nozel divergen akan dibahas lebih dahulu, dan setelah itu nozel konvergen divergen akan dibahas. Nozel konvergen. Gambar 9.29 menunjukkan pipa konvergen dengan kondisi stagnasi di lubang masuk, yang membuang ke daerah di mana tekanan balik pB dapat diubah-ubah. Untuk suatu urutan kasus yang diberi symbol a sampai e, marilah kita memperhatikan bagaimana laju aliran massa m dan tekanan keluar nozel pE berubah ketika tekanan balik diturunkan sementara kondisi inlet dijaga
  • 63. Nozel konvergen-divergen. Gambar 9.30 memberikan illustrasi mengenai efek tekanan balik terhadap nozel konvergen-divergen.
  • 64. 9.14 ALIRAN DI DALAM NOZEL DAN DIFUSER UNTUK GAS IDEAL DENGAN KALOR SPESIFIK KONSTAN Fungsi aliran isentropic. Kita muali dengan mengembangkan persamaan- persamaan yang menghubungkan suatu kondisi di dalam aliran kompresibel dengan kondisi stagnasi yang bersesuaian. Untuk kasus gas ideal dengan cp konstan persamaan 9.39 menjadi Dimana To adalah temperature stagnasi. Dengan menggunakan cp= kR/(k=1), bersama-sama dengan persamaan 9.37 dan 9.38, hubungan antara temperature T dan bilangan Mach M dari gas yang mengalir dan temperatus stagnasi To yang bersesuaian adalah (persamaan 9.50)
  • 65. Dengan menggunakan persamaan 6.45, hubungan antara temperature T dan tekanan p di dalam gas yang mengalir dan temperature stagnasi To yang bersesuaian adalah Memasukkan persamaan 9.50 di dalam persamaan diatas akan memberikan (persamaan 9.51)
  • 66. Walaupun kondisi sonic pada kenyataannya tidak mencapai di dalam aliran ini, akan memudahkan jika kita menggunakan persamaan yang menghubungkan area A di suatu seksi tertentu dengan area A* yang diperlukan untuk mencapai aliran sonic (M=1) dengan laju aliran massa dan kondisi stagnasi yang sama. Area-area tersebut berhubungan melalui Dimana p* dan V* berturut-turut adalah kerapatan dan kecepatan ketika M=1. Dengan menggunakan persamaan keadaan untuk gas ideal, bersama-sama dengan persamaan 9.37 dan 9.38, dan memecahkan A/A* Dimana T* dan p* berturut-turut adalah temperature dan tekanan ketika M=1. Sehingga dengan menggunakan persamaan 9.50 dan 9.51
  • 67. Variasi A/A* terhadap M diperlihatkan pada gambar 9.33 untuk k=1,4. Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat nilai unik dari A/A* yang berpasangan dengan nilai M. akan tetapi, untuk A/A* selain satu, terdapat dua pilihan bilangan Mach, satu subsonic dan satu supersonic. Hal ini konsisten dengan pembahasan gambar 9.28, di mana ditemukan bahwa celah konvergen-divergen yang di dalamnya terdapat suatu daerah minimum diperlukan untuk mengakselerasi aliran dari kecepatan subsonic ke supersonic.
  • 68. Fungsi gelombang kejut normal. Selanjutnya, kita akan mengembangkan persamaan dalam bentuk tertutup untuk gelombang kejut normal untuk kasus gas ideal yang memiliki kalor spesifik konstan.