1. BAB 3: MENILAI KONDISI EKONOMI
Kondisi ekonomi mencerminkan tingkat produksi dan konsumsi untuk suatu negara, wilayah, atau
industri tertentu.Kondisi ekonomi dapat memengaruhi pendapatan atau beban dari suatu bisnis dan oleh karena itu
dapat memengaruhi nilai dari bisnis tersebut.
Ada empat faktor yang memengaruhi kondisi ekonomi suatu bisnis, yaitu pertumbuhan ekonomi negara,
inflasi, tingkat bunga, dan pengangguran.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perubahan dalam tingkat aktivitas ekonomi secara
umum dalam suatu negara. Secara umum, ada dua indikator utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat
produksi total dari barang dan jasa dalam perekonomian serta jumlah total pengeluaran dalam perekonomian
(pengeluaran agregat).Tingkat produksi total dan total pengeluaran agregat sangat berkaitan erat sebab tingkat
pengeluaran konsumen yang tinggi mencerminkan permintaan yang tinggi untuk barang dan jasa. Tingkat
produksi total bergantung pada total permintaan akan barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi pada umumnya diinterpretasikan sebagai persentase perubahan dalam Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product—GDP), yaitu total nilai pasar dari seluruh barang jadi dan jasa
yang dihasilkan dalam suatu negara, dari satu periode ke periode berikutnya. Bisnis cenderung untuk
memantau perubahan dalam pertumbuhan ekonomi yang dapat menandakan perubahan dalam permintaan
akan produk dan jasanya.
Seringkali pertumbuhan ekonomi kuat dan pada saat yang lain melemah. Keadaan ini sangat
mempengaruhi kinerja bisnis.Ekonomi yang lebih kuat dapat menyebar dengan cepat antarbisnis. Ketika
pelanggan mulai meningkatkan pengeluarannya, perusahaan mengalami permintaan yang lebih tinggi akan
produknya sehingga mulai mempekerjakan lebih banyak karyawan serta memperluas operasinya sehingga
terjadi peningkatan permintaan untuk perlengkapan, jasa konstruksi, dan bahan baku. Sementara itu, ekonomi
yang lemah mengakibatkan rendahnya permintaan akan barang dan jasa sehingga dapat mengurangi
pendapatan perusahaan. Bahkan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa kebutuhan pokok pun turut
dipengaruhi secara negatif oleh perekonomian yang lemah karena pelanggan cenderung untuk mengurangi
permintaan mereka.Beberapa perusahaan mengambil langkah dengan memberhentikan beberapa karyawannya,
mengurangi rencana ekspansi, ataupun mengurangi belanjanya.
2. Inflasi
Inflasi (inflation) adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum selama periode
waktu tertentu.Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen, yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan
sehari-hari.Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan. Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan
menyebabkan peningkatan beban operasi yang lebih besar. Namun, pendapatan perusahaan juga akan tinggi
selama periode inflasi sebab perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban
yang lebih tinggi.
Inflasi dapat digolongkan dalam tiga garis besar sebagai berikut.
a) Berdasarkan tingkat parah tidaknya inflasi:
Inflasi ringan (< 10% per tahun, single digit inflation).
Inflasi sedang (10% - 30% per tahun).
2. Inflasi berat (30% - 100% per tahun).
Hiperinflasi (>100% per tahun).
b) Berdasarkan penyebabnya:
Inflasi tarikan permintaan (Demand-pull inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan
permintaan masyarakat yang cukup besar terhadap barang-barang.
Inflasi dorongan biaya (Cost-push Inflation), yaitu inflasi yang timbul ketika perusahaan mengenakan
harga yang lebih tinggi karena adanya kenaikan biaya produksi.
c) Berdasarkan asal inflasi:
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), yaitu inflasi yang timbul karena faktor-faktor
yang terjadi di dalam negeri (bisa karena demand-pull inflation maupun karena cost-push inflation).
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), yaitu inflasi yang terjadi di negara lain dan
seolah-oleh diimpor ke dalam negeri yang merupakan konsekuensi dari adanya perdagangan
antarnegara.
Inflasi yang masih dalam golongan inflasi rendah tidak perlu dikhawatirkan. Tingkat inflasi yang rendah
justru diperlukan untuk memicu pertumbuhan penawaran agregat sebab kenaikan harga akan mendorong
produsen untuk meningkatkan outputnya. Namun, inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan perekonomian
tidak berkembang.Berikut dampak-dampak inflasi terhadap perekonomian serta individu dan masyarakat.
a) Dampak inflasi terhadap perekonomian:
Mendorong penanaman modal spekulatif.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Menyebabkan tingginya tingkat bunga dan menurunkan investasi
Menimbulkan masalah neraca pembayaran.
b) Dampak inflasi terhadap individu dan masyarakat:
Kesenjangan distribusi pendapatan.
Pendapatan riil merosot.
Nilai riil tabungan merosot.
3. Tingkat Bunga
Perubahan dalam tingkat suku bunga di pasar dapat mempengaruhi pengeluaran biaya bunga perusahaan
karena bunga pinjaman yang diminta oleh bank komersial atau kreditor lain untuk perusahaan adalah
berdasarkan tingkat suku bunga pasar. Bahkan jika perusahaan sudah meminjam dari bank komersial selama
beberapa tahun, suku bunga pinjaman tetap disesuaikan secara periodik (setiap enam bulan atau setiap tahun)
berdasarkan suku bunga yang wajar pada saat itu.Selain itu, tingkat suku bunga juga mempengaruhi
penerimaan perusahaan dan juga biaya bunga.Misalnya, apabila suku bunga pinjaman naik, biaya pendanaan
untuk membeli rumah baru naik sehingga permintaan untuk rumah baru pun menurun dan perusahaan yang
membangun rumah mengalami penurunan bisnis.
4. Pengangguran
Pengangguran (unemployment) adalah orang-orang yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan
atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau orang yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.
3. Ada empat tipe pengangguran, yaitu:
a) Pengangguran friksional (frictional unemployment) atau pengangguran alamiah yaitu orang-orang yang
status penganggurannya bersifat temporer yang kemungkinan besar mereka dalam waktu singkat akan
memperoleh pekerjaan sebab memiliki keahlian yang banyak.
b) Pengangguran musiman (seasonal unemployment), yaitu orang-orang yang menganggur karena tidak
dibutuhkan selama musim tertentu, misalnya instruktur ski tidak dibutuhkan selama musim panas.
c) Pengangguran siklis (cyclical unemployment), yaitu orang-orang yang menganggur karena kondisi
perekonomian yang buruk, misalnya orang-orang yang diberhentikan dari pabrik.
d) Pengangguran struktural (structural unemployment), yaitu orang-orang yang menganggur karena mereka
tidak memiliki keahlian yang memadai.
Tingkat pengangguran yang tinggi mengindikasikan lemahnya pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan.Selain itu, tingginya tingkat pengangguran berarti menurunnya permintaan
produk atau jasa perusahaan yang berakibat pada terjadinya stagnansi ataupun kemunduran pada kinerja
perusahaan.
Di samping keempat faktor di atas, pemerintah turut berperan dalam mempengaruhi kondisi ekonomi
yaitu dengan menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini
Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia, untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai uang yang
dilakukan dengan cara mengendalikan jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter yang bersifat ekspansif
(easy money policy) akan menambah jumlah uang yang beredar dan yang bersifat konstraktif (tight money
policy) akanmengurangi jumlah uang yang beredar. Ada dua macam kebijakan moneter yang dilakukan oleh
pemerintah, yaitu:
a) Kebijakan moneter kuantitatif
Operasi Pasar Terbuka (open market operation) adalah kebijakan moneter yang dilakukan dengan cara
memperjualbelikan surat-surat berharga, seperti Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Untuk mengendalikan inflasi, pemerintah akan menjual surat-surat berharga.
Kebijakan Tingkat Diskonto (discount rate policy) adalah tingkat bunga yang dikenakan oleh Bank
Indonesia pada bank-bank umum atas pinjaman dana yang diberikan. Untuk mengendalikan inflasi,
pemerintah akan menaikkan tingkat diskonto sehingga bank-bank umum akan mengurangi
pinjamannya.
Giro Wajib Minimum (reserve requirement ratio) adalah angka perbandingan antara uang tunai yang
ada di bank dan jumlah uang giral maksimum yang dapat dikeluarkan oleh bank umum tersebut. Untuk
mengendalikan inflasi, pemerintahakanmenaikkan giro wajib minimum.
b) Kebijakan moneter kualitatif
Pengawasan kredit secara selektif, dengan mengawasi dan mengendalikan macam pinjaman dan arah
investasi dari bidang (sektor) yang dibiayai bank-bank umum.
Memberi imbauan-imbauan tertentu melalui pertemuan antara Bank Indonesia dengan pimpinan dan
anggota Perbanas (Persatuan Bank-bank Swasta Nasional) dan Himbara (Himpunan Bank-bank Milik
Negara).
4. 2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah untuk mengelola dan
mengarahkan perekonomian ke arah kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah melalui pengaturan APBN. Penerimaan pemerintah berasal dari pajak sementara
pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa serta pembayaran transfer.Kebijakan fiskal yang
bersifat ekspansif berarti pemerintah menaikkan pengeluarannya dan mengurangi pajak.Kebijakan fiskal yang
bersifat konstraktif berarti berarti pemerintah mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak.Untuk
mengendalikan inflasi, pemerintah melakukan kebijakan fiskal konstraktif.
Pengaruh kebijakan fiskal terhadap bisnis, meliputi:
a) Revisi tarif pajak penghasilan orang pribadi. Ketika pemerintah menurunkan tarif pajak penghasilan orang
pribadi, orang-orang akan memperoleh penghasilan setelah pajak yang lebih tinggi sehingga permintaan
agregat akan meningkat, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja bisnis. Begitupun yang terjadi
sebaliknya bila tarif pajak dinaikkan.
b) Revisi tarif pajak penghasilan badan. Ketika pemerintah menurunkan tarif pajak penghasilan badan, maka
akan menaikkan laba setelah pajak bagi perusahaan secara langsung.
c) Revisi atas pajak khusus. Ketika pemerintah menaikkkan pajak khusus sejumlah produk tertentu, produsen
akan menaikkan harga produknya sehingga konsumen akan menanggung beban pajak itu secara tidak
langsung dan akan mengurangi konsumsi terhadap produk itu.
d) Revisi dalam defisit anggaran. Ketika pemerintah membelanjakan lebih dari jumlah pajak yang diterimanya
maka terjadilah defisit anggaran pemerintah.
5. BAB 4: MENILAI KONDISI GLOBAL
Kondisi ekonomi internasional memengaruhi pendapatan dan beban suatu perusahaan.Oleh karena itu,
kondisi ekonomi internasional juga mempengaruhi nilai perusahaan. Ada 5 pertanyaan yang harus dijawab
perusahaan ketika akan menjalankan bisnis internasional, yaitu:
1. Bagaimana bisnis internasional dapat meningkatkan kinerja?
Bisnis internasional dapat meningkatkan kinerja suatu perusahaan dengan meningkatkan pendapatan atau
mengurangi bebannya. Ada empat (4) motif, yang lebih umum dari laba yang tinggi, yang dimiliki perusahaan
dalam menjalankan bisnis internasional, meliputi:
a) Menarik permintaan asing
b) Memanfaatkan teknologi
c) Menggunakan sumber daya yang murah
d) Melakukan diversifikasi secara internasional
Perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional umumnya disebut sebagai perusahaan multinasional,
seperti Freeport.
a) Menarik Permintaan Asing
Beberapa perusahaan tidak dapat meningkatkan pangsa pasarnya di dalam negeri karena
persaingan yang ketat di industrinya.Selain itu, permintaan terhadap produk-produk perusahaan dapat turun
apabila terjadi perubahan selera pelanggan.Dalam salah satu kondisi tersebut, suatu perusahaan dapat
mempertimbangkan pasar asing dimana terdapat permintaan potensial.
Perusahaan-perusahaan yang telah berhasil memperluas bisnisnya di banyak negara akan fokus
pada pertumbuhan masa depan di pasar-pasar luar karena perusahaan telah menjalankan bisnisnya di sana
dan oleh karena itu namanya cukup dikenal. Perusahaan tersebut yakin bahwa dengan berlanjutnya
globalisasi, hanya perusahaan yang paling kompetitif yang akan mampu melayani karyawan dan pemegang
sahamnya dengan efektif dan bertahan dalam persaingan global.
b) Memanfaatkan Teknologi
Banyak perusahaan besar yang telah mendirikan bisnis baru di negara-negara yang masih
berkembang yang memiliki tingkat teknologi relatif rendah.Beberapa perusahaan yang memiliki bisnis
ekstensif di negara-negara berkembang, telah mendirikan sistem telekomunikasi baru, pembangkit tenaga,
sistem jalan, dan bentuk-bentuk infrastruktur lainnya untuk mendukung kelancaran bisnisnya.
c) Menggunakan Sumber Daya yang Murah
Biaya tenaga kerja dan tanah dapat bervariasi secara signifikan antarnegara.Perusahaan seringkali
mencoba untuk mendirikan fasilitas produksi di lokasi di mana biaya tenaga kerja dan tanah murah.
d) Melakukan Diversifikasi secara Internasional
Ketika semua aktiva dari suatu perusahaan dirancang untuk menghasilkan penjualan dari suatu
produk tertentu di satu negara, maka laba dari perusahaan tersebut pada umumnya tidak stabil.Hal ini
disebabkan karena eksposur perusahaan terhadap perubahan dalam industrinya atau dalam perekonomian.
Kinerja perusahaan bergantung pada permintaan akan produk tunggal ini dan pada kondisi dari satu
6. ekonomi di mana perusahaan menjalankan bisnisnya. Perusahaan dapat mengurangi risiko semacam itu
dengan menjual produknya di berbagai negara.
2. Bagaimana metode/cara menjalankan bisnis internasional?
Suatu perusahaan dapat menggunakan beragam cara atau metode untuk menjalankan bisnis
internasionalnya. Metode-metode yang lebih umum yang sebaiknya dipertimbangkan oleh perusahaan adalah:
a) Mengimpor
Mengimpor (importing) melibatkan pembelian produk atau jasa asing. Misalnya, membeli produk
jadi (mobil, baju, dsb.) dari luar negeri danmembeli bahan baku atau perlengkapan yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang tidak begitu mahal atau yang mutunya lebih baik daripada di dalam negeri.
Mengimpor produk asing tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemerintah akan membatasi produk-
produk impor melalui pengenaan tarif atau pajak yang dibayarkan langsung oleh importer dan pembatasan
kuota produk yang diimpor. Hal ini untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk-produk
asing.
b) Mengekspor
Mengekspor (eksporting) adalah produk atau jasa kepada pembeli yang ada di negara lain.
Banyak perusahaan menggunakan ekspor sebagai alat untuk menjual produknya di pasar-pasar luar
negeri.Banyak perusahaan menggunakan situs Web untuk mengidentifikasi produk yang dijual perusahaan
beserta harga produknya. Hal ini memudahkan produsen untuk mengiklankan produknya kepada importir
potensial di mana saja tanpa harus mengirim brosur ke berbagai negara dan menerima pesanan secara
online serta memudahkan importir mengetahui informasi terkini dari produk eksportir.
c) Investasi Asing Langsung
Investasi asing langsung (direct foreign investment—DFI) adalah alat untuk mengakuisisi atau
membangun anak perusahaan di satu atau lebih negara asing.Suatu perusahaan dapat membangun anak
perusahaan di luar negeri atau mengakuisisi perusahaan asing yang sudah ada dan mengubahnya menjadi
anak perusahaannya.
DFI juga dapat dilakukan dalam beragam situasi, seperti:
Suatu perusahaan yang telah berhasil melakukan ekspor ke negara asing ingin mengurangi biaya
transportasinya sehingga mendirikan anak perusahaan di negara asing itu.
Suatu perusahaan yang telah mengekspor produk diinformasikan bahwa pemerintah negara asing akan
mengenakan hambatan perdagangan sehingga perusahaan mendirikan anak perusahaan di negara asing
itu guna menghasilkan dan menjual produk di negara itu dan terhindar dari hambatan perdagangan.
Suatu negara asing sangat membutuhkan teknologi maju dan ingin mengurangi tingkat pengangguran di
negaranya sehingga menawarkan kepada suatu perusahaan insentif, seperti penggunaan tanah secara
gratis, untuk mendirikan anak perusahaan di negara itu.
Suatu perusahaan yakin bahwa perusahaan tersebut dapat mengurangi biaya tenaga kerja secara
substansial dengan memindahkan fasilitas produksinya ke negara berkembang yang biaya tenaga kerja
dan tanahnya lebih murah.
d) Outsorcing
Perusahaan pada umumnya mengatur agar sebagian dari jasanya dilakukan di negara asing
sebagai cara untuk menggunakan tenaga kerja yang lebih murah. Ketika suatu perusahaan melakukan
7. outsourcing, karyawan yang pekerjaannya ditransfer ke negara lain, dan terutama orang-orang yang
kehilangan pekerjaannya karena outsourcing, adalah sangat penting bagi perusahaan. Tetapi, perusahaan
dapat berargumen bahwa hal itu perlu dilakukan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain yang
mengandalkan tenaga asing yang lebih murah atau hal itu sama saja dengan perusahaan lain yang
mengimpor perlengkapan atau terlibat dalam DFI di negara-negara yang tingkat upahnya rendah.
e) Aliansi Strategis
Aliansi strategis (strategic alliance) adalah suatu perjanjian bisnis antarperusahaan di mana
sumber daya ditanggung bersama guna mengejar kepentingan bersama. Ada dua jenis aliansi strategis yang
sering digunakan oleh perusahaan, yaitu:
Joint Venture (usaha patungan) melibatkan perjanjian antara dua perusahaan mengenai proyek tertentu.
International Licensing Agreement (perjanjian lisensi internasional) di mana suatu perusahaan
memperbolehkan suatu perusahaan asing sebagai pemegang lisensi untuk menghasilkan produk-
produknya sesuai dengan instruksi yang spesifik.
3. Apa saja hambatan-hambatan yang akan dihadapi dalam menjalankan bisnis internasional?
Faktor penting yang memberikan kontribusi bagi peningkatan bisnis internasional adalah berkurangnya
hambatan perdagangan.Meskipun demikian, hambatan perdagangan itu tetap masih ada.
a) Pengurangan dalam Hambatan
Hambatan perdagangan telah berkurang seiring dengan munculnya berbagai perjanjian
perdagangan bebas dan pembentukan zona perdagangan bebas.
NAFTA (North American Free Trade Agreement) atau Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara
menghapus hambatan perdagangan antara AS, Meksiko, dan Kanada.
GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) atau Perjanjian Umum mengenai Tarif dan
Perdagangan mengimbau pengurangan atau penghapusan hambatan perdagangan atas produk-produk
impor tertentu di 117 negara.
Perjanjian perdagangan bebas AS dan Cile untuk menghapuskan tarif atas lebih dari 90% produk yang
dikirimkan antara kedua negara.
b) Hambatan yang Tersisa
Hambatan perdagangan ini ditujukan untuk melindungi perusahaan-perusahaan lokal atau untuk
menghukum negara-negara tertentu atas tindakannya.
Kebijakan tarif yaitu pembebanan pajak terhadap barang-barang yang melewati batas suatu negara yaitu
bea ekspor dan bea impor.
Kebijakan kuota yaitu pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota impor) guna
menjaga kestabilan harga barang lokal yang sejenis dan jumlah fisik barang yang keluar (kuota ekspor)
guna menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam jumlah yang cukup.
Larangan impor terhadap barang-barang yang merugikan masyarakat (minuman beralkohol) dan
larangan ekspor barang tertentu ketika kebutuhan akan barang tersebut di dalam negeri belum cukup.
Dumping yaitu menjual produk di negara asing pada harga di bawah biaya produksi dari produk
tersebut.
8. 4. Karakteristik seperti apakah yang dapat memengaruhi bisnis internasional?
a) Budaya
Budaya di setiap negara berbeda-berbeda. Suatu perusahaan yang ingin berhasil menjalankan
bisnis internasional harus mempelajari budaya di negara yang dituju sebelum terlibat dalam bisnis di sana
sehingga dapat menyesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan. Keputusan yang buruk dapat
diakibatkan oleh penilaian yang tidak semestinya atas selera, kebiasaan, dan adat istiadat suatu negara.
b) Sistem Ekonomi
Suatu perusahaan harus menyadari jenis sistem ekonomi yang digunakan di negara manapun
perusahaan mempertimbangkan untuk melakukan bisnis.Sistem ekonomi suatu negara mencerminkan
tingkat intervensi dan kepemilikan pemerintah dalam bisnis. Meskipun pemerintah tiap negara memiliki
kebijakan unik mengenai kepemilikian dari bisnis, secara umum diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
Kapitalisme, memungkinkan kepemilikan swasta atas bisnis yang mendorong para wiraswasta
memperoleh laba lebih besar dengan menghasilkan produk atau jasa yang memuaskan pelanggan.
Komunisme, melibatkan kepemilikan publik atas bisnis dimana wiraswasta dibatasi dari pemanfaatan
apa yang dianggap dibutuhkan masyarakat dan pemerintah menjadi sentral dari perencanaan bisnis.
Sosialisme, menggabungkan fitur dari kapitalisme dan komunisme yaitu wiraswasta boleh memiliki
bisnis dan property namun pemerintah sangat terlibat dalam penyediaan berbagai jasa, seperti layanan
kesehatan dan tunjangan pengangguran.
c) Kondisi Ekonomi
Untuk memprediksi permintaan akan produknya di negara asing, suatu perusahaan harus
mencoba meramalkan pertumbuhan ekonomi dan sensitivitas perusahaan terhadap kondisi di negara itu.
Pertumbuhan ekonomi.
Jika perusahaan mengestimasikan pertumbuhan ekonomi negara asing terlalu tinggi, maka
perusahaan biasanya juga akan mengestimasikan permintaan terhadap produknya tidak terlalu tinggi di
negara itu sehingga pendapatan mungkin tidak akan memadai untuk menutupi beban ekspansi di negara
itu.
Sensitivitas terhadap kondisi ekonomi luar negeri.
Eksposur suatu perusahaan terhadap perekonomian negara asing bergantung pada proporsi bisnis
perusahaan yang dijalankan di negara tersebut. Apabila terjadi penurunan permintaan di negara asing X,
maka perusahaan tidak akan sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara asing X apabila terjadi
kenaikan permintaan di negara asing Y.
d) Nilai Tukar
Nilai tukar antara mata uang yang satu dengan yang lainnya berfluktuasi sejalan dengan
waktu.Akibatnya, jumlah uang yang dibutuhkan untuk mengimpor barang dapat berubah bahkan jika harga
aktual yang dikenakan produsen asing tidak berubah. Misalnya, ketika rupiah melemah dan mata uang
asing menguat, maka jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk mengimpor barang dari negara asing akan
bertambah.
e) Risiko Politik dan Undang-Undang
Suatu perusahaan harus mempertimbangkan risiko politik dan iklim regulasi dari suatu negara
sebelum memutuskan untuk menjalankan bisnis di sana. Risiko politik (political risk) adalah risiko bahwa
9. tindakan politik suatu negara dapat berdampak buruk bagi suatu bisnis, misalnya korupsi.Regulasi
pemerintah antarnegara juga bervariasi, misalnya pemberlakuan undang-undang mengenai lingkungan
hidup, hak cipta, dan antisuap.Selain itu, setiap negara juga berbeda dalam memberikan sanksi terhadap
bisnis yang menghasilkan produk-produk cacat atau melakukan diskriminasi pada karyawan.
5. Bagaimana pergerakan nilai tukar dapat memengaruhi kinerja?
Transaksi perdagangan internasional biasanya mengharuskan pertukaran satu mata uang dengan mata
uang lainnya.Pada umumnya, nilai tukar antara suatu mata uang dan mata uang lainnya befluktuasi setiap hari.
Ketika nilai tukar berubah, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam perdagangan internasional akan
terpengaruh. Dampak dari pergerakan nilai tukar terhadap perusahaan dapat menguntungkan atau tidak
menguntungkan, bergantung pada karakteristik perusahaan.
a) Dampak dari Rupiah yang lemah terhadap importir Indonesia
Asumsikan 1$ pada saat tertentu setara dengan Rp 9.500,00. Seorang pengusaha Indonesia yang
mengimpor perlengkapan senilai 100$ akan membutuhkan Rp 950.000,00. Ketika dolar mengalami
apresiasi atau penguatan nilai terhadap rupiah di mana 1$ setara dengan Rp 9.650,00 maka pengusaha
tersebut akan membutuhkan Rp 15.000,00 lebih banyak untuk memperoleh perlengkapan yang
dibutuhkannya. Hal ini mengilustrasikan bahwa rupiah yang lemah berdampak buruk bagi perusahaan
Indonesia yang sering mengimpor perlengkapan dari AS.
b) Dampak dari Rupiah yang kuat terhadap importir Indonesia
Asumsikan dolar mengalami depresiasi, atau melemah dalam nilai terhadap rupiah, dari yang
tadinya setara Rp 9.500,00 menjadi Rp 9.250,00 dalam bulan terakhir. Jika pengusaha Indonesia tadinya
membutuhkan Rp 950.000,00, maka pengusaha itu akan dapat membeli perlengkapan Rp 25.000,00 lebih
murah dibandingkan sebelum terjadi depresiasi. Hal ini menunjukkan bahwa depresiasi dolar terhadap
rupiah akan mengurangi beban perusahaan yang sering mengimpor barang dari AS.
c) Dampak aktual dari pergerakan nilai tukar terhadap importir Indonesia
Nilai tukar mata uang dari negara-negara berkembang lebih berfluktuasi dibandingkan dengan
nilai tukar dari mata uang negara-negara maju.Konsekuensinya, perusahaan-perusahaan dari negara maju
yang menjalankan bisnis di negara berkembang terekspos oleh pergerakan nilai tukar yang sangat
fluktuatif.
d) Dampak dari Rupiah yang lemah terhadap eksportir Indonesia
Jika rupiah melemah terhadap mata uang asing tertentu, perusahaan asing dapat memperoleh
barang dari Indonesia dengan menukarkan lebih sedikit mata uang asing sehingga jumlah barang yang
dibeli dari eksportir Indonesia lebih banyak. Konsekuensinya, perusahaan Indonesia yang sering
mengekspor produknya akan mengalami peningkatan pendapatan dan laba akibat permintaan produk yang
meningkat.
e) Dampak dari Rupiah yang kuat terhadap eksportir Indonesia
Jika rupiah menguat terhadap mata uang asing tertentu, perusahaan asing cenderung mengurangi
jumlah barang yang diimpornya dari Indonesian sebab harganya menjadi “lebih mahal” dan membutuhkan
lebih banyak biaya. Konsekuensinya, perusahaan Indonesia yang sering mengekspor barang akan
mengalami penurunan permintaan sehingga pendapatan dan laba pun berkurang.
10. f) Lindung nilai terhadap pergerakan nilai tukar
Perusahaan pada umumnya mencoba melakukan lindung nilai (hedge), melindungi suatu
perusahaan terhadap pergerakan nilai tukar, ketika perusahaan tersebut mengetahui secara spesifik berapa
banyak mata uang asing yang dibutuhkan atau yang akan diterima pada tanggal tertentu di masa depan.
Lindung nilai atas pembayaran masa depan dalam mata uang asing.
Suatu perusahaan dapat menghubungi bank komersial besar yang menukarkan mata uang asing
dan minta untuk dibuatkan kontrak berjangka(forward contract), yang menyebutkan bahwa
pertukaran mata uang akan terjadi pada nilai tukar tertentu pada waktu tertentu di masa depan. Bank
tersebut akan mengutip nilai tukar berjangka (forward rate) atau nilai tukar yang akan ditawarkan
oleh bank tersebut untuk waktu tertentu di masa depan. Nilai tukar berjangka biasanya cukup dekat
dengan nilai tukar spot (spot exchange rate) atau nilai tukar yang dikutip untuk transaksi segera.
Lindungi nilai atas piutang masa depan dalam mata uang asing.
Suatu perusahaan dapat menghubungi bank komersial dan menegosiasikan kontrak berjangka di
mana perusahaan akan menukarkan sejumlah mata uang asing. Dengan menggunakan kontrak
berjangka, perusahaan ini mengunci nilai tukar di mana perusahaan menukarkan mata uang asing
tersebut. Dengan cara ini, perusahaan melakukan lindung nilai terhadap kemungkinan mata uang asing
itu akan mengalami depresiasi selama periode sebelum penukaran terjadi.
TAMBAHAN:
Mata uang asing yang paling mempengaruhi bisnis internasional di antaranya:
1. United Stated Dollar (USD), digunakan dalam 89% transaksi internasional.
2. Euro (EUR), digunakan dalam 37% transaksi internasional.
3. Japanese Yen (JPY), digunakan dalam 20% transaksi internasional.
4. British Pound Sterling (GBP), digunakan dalam 17% transaksi internasional.