Dokumen tersebut membahas tentang kondisi penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk Jawa Tengah meningkat dari tahun ke tahun namun mengalami penurunan pada tahun 2000-an karena program keluarga berencana. Jumlah angkatan kerja dan rata-rata jam kerja juga meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, meskipun mengalami fluktuasi. Tingkat kemiskinan cenderung menurun dari tahun ke
1. KONDISI KEPENDUDUKAN
DI PROPINSI JAWA TENGAH
Nurin Haq Swarsingkin
10/305049/GE/6960
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
nurinhaq@gmail.com
Pembangunan Sumberdaya manusia mempunyai tujuan akhir yaitu untuk
meningkatkan
kesejahteraan
(welfare)
masyarakat.
Indikator
kesejahteraan
masyarakat sangat banyak mencakup fisik maupun non-fisik. Kesejahteraan yang
mencakup non-fisik adalah factor lingkungan dan psikis yang bahagia sedangkan
kesejahteraan fisik antara lain hidup lama dan sehat, berpendidikan, serta hidup
diatas garis kemiskinan. Kesejahteraan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari
jumlah penduduk baik laki-laki maupun perempuan dan angkatan kerja yang ada di
suatu wilayah.
Rata-Rata Jumlah penduduk Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin
meningkat (Gambar 1). Peningkatan penduduk secara signifikan ada pada setelah
tahun 1994 hingga tahun 1999. Hal ini dikarenakan program KB (Keluarga
Berencana) yang pernah digencarkan oleh presiden Soeharto kurang digalakkan
kembali oleh presiden pada masa selanjutnya. Sehingga pada periode ini program
KB dianggap gagal karena banyak pasangan muda yang menikah dan mempercepat
kehamilannya karena untuk segera memiliki keturunan. Kemudian penduduk yang
telah memiliki anak ingin juga memiliki anak lagi, misal karena tuntutan keluarga
dan sebagainya. Namun pada akhir tahun 2000an program KB kembali aktif dan
digalakkan, dan masyarakat pun kembali berpartisipatif, sehingga jumlah penduduk
dapat kembali terkontrol dengan baik.
Jawa Tengah merupakan daerah pengirim migran terbesar di Indonesia. Pada
tahun 2010 sebanyak 2108 jiwa telah melakukan transmigrasi keluar wilayah Jawa
Tengah. Sehingga fluktuasi Jumlah penduduk salah satunya dapat pula dipengaruhi
oleh arus migrasi. Tingginya migrasi keluar Jawa Tengah menunjukkan bahwa telah
banyak penduduk Jawa Tengah yang berfikir akan lebih sejahtera secara ekonomi
apabila bermigrasi ke lain daerah.
2. Penduduk Jawa Tengah
Laki-Laki
Peremppuan
1991
1992
1993
1994
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2006
2007
2008
2009
2010
J
u
m
l
a
h
17,000,000
16,500,000
16,000,000
15,500,000
15,000,000
14,500,000
14,000,000
13,500,000
13,000,000
12,500,000
Tahun
Gambar 1. Grafik Jumlah Penduduk Jawa Tengah 1991-2010
Jumlah Angkatan Kerja di propinsi Jawa tengah semakin meningkat searah
dengan peningkatan jumlah penduduk. Tahun 2004 hingga tahun 2010 terjadi
Fluktuasi yang begitu signifikan terhadap jumlah angkatan kerja yang ada di Propinsi
Jawa Tengah (Gambar 2). Fluktuasi angkatan kerja bisa dikarenakan perubahan
demografinya serta ketersediaan lapangan kerja dan persaingan kerja yang ada di
wilayah tersebut. Perubahan demografi memiliki banyak factor seperti migrasi,
kelahiran, dan kematian yang berorientasi kepada kesehatan. Tingginya tingkat
kesehatan masyarakat dapat di ketahui melalui table LOM. Berdasarkan SP 2000
Estimasi Level Mortalitas propinsi Jawa Tengah sebesar 20.17. Semakin tinggi
angka LOM maka semakin tinggi angka harapan hidup seseorang. Kemudian
semakin tinggi angka harapan hidup seseorang maka semakin tinggi jumlah angkatan
kerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan
hidup, seseorang harus bekerja sehingga apabila angkatan kerja mengalami
penurunan dapat dipastikan terjadi arus migrasi yang tinggi atau terjadi penurunan
jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Jumlah penduduk juga mempengaruhi angkatan kerja. Dengan jumlah
penduduk yang secara relatif dari tahun ke tahun menurun, diikuti juga oleh angkatan
kerja yang secara relatif meningkat. Hal ini sangat berkaitan erat, karena jikalau
jumlah penduduk meningkat, maka jumlah angkatan kerja pun ikut meningkat.
Namun pada 2010 jumlah angkatan kerja provinsi Jawa Tengah menurun. Hal ini
3. disebabkan mungkin karena banyaknya masyarakat Jawa Tengah yang bermigrasi
keluar provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan
layak dan menetap selamanya di daerah tujuan serta menjadi warga di daerah tujuan.
Angkatan Kerja
18,000,000
17,500,000
J
u
m
l
a
h
17,000,000
16,500,000
16,000,000
15,500,000
15,000,000
Angkatan Kerja
14,500,000
14,000,000
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2006
2007
2008
2009
2010
13,500,000
Tahun
Gambar 2. Angkatan Kerja yang bekerja Seminggu yang Lalu
Pekerjaan dan produktivitas seseorang tergantung dari tingginya jam kerja
masyarakat dalam seminggunya. Semakin tinggi rata-rata jam kerja maka
produktivitas seseorang diharapkan semakin tinggi karena orang yang bekerja lebih
lama akan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Sebagai contohnya seorang
karyawan pengemas teh yang bekerja 15 jam sehari akan lebih banyak
mengehasilkan kemasan-kemasan teh dibandingkan dengan seorang karyawan
pengemas teh yang hanya bekerja 5 jam perhari. Akan tetapi tingginya rata-rata jam
kerja ini belum dapat ditempatkan untuk para Pegawai Negeri yang memiliki sistem
sendiri yaitu berdasarkan lama bekerja (tahun) dan pendidikan terakhir yang
ditamatkan (graduate).
Rata-rata jam kerja di propinsi Jawa Tengah cenderung stabil baik pada LakiLaki maupun perempuan. Rata-rata jam kerja laki-laki lebih tinggi dibandingkan
rata-rata jam kerja pada perempuan. Ketimpangan rata-rata jam kerja dikarenakan
masih tingginya asumsi bahwa laki-laki adalah tulang punggung keluarga sehingga
laki-laki harus bekerja lebih keras dan lebih menghasilkan uang dibandingkan
perempuan. Perbedaan rata-rata jam kerja antara laki-laki dan perempuan tersebut
4. juga akan memicu timbulnya disparitas upah kerja antara pekerja perempuan dan
pekerja laki-laki.
Rata-Rata Jam Kerja
Seminggu Yang Lalu
J
a
m
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Laki-Laki
Perempuan
2000 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Gambar 3. Rata-Rata Jam Kerja Seminggu yang lalu
Kemiskinan adalah
keadaan
dimana
terjadi
ketidakmampuan
untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Berdasarkan yang terlihat pada grafik tingkat
kemiskinan, garis kemiskinan mengalami gradual naik untuk beberapa tahun terakhir
dan diiringi semakin sedikitnya jumlah penduduk miskin serta adanya perubahan
jumlah tenaga kerja. Keterkaitan hal tersebut sangat mendukung dalam analisis
tingkat kemiskinan.
Penduduk miskin yang berada di provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun
menurun jumlahnya. Disebabkan terkait angkatan kerja yang telah bekerja di luar
provinsi Jawa Tengah dan memberi atau membagi pendapatannya untuk keluarganya
yang masih tinggal di provinsi Jawa Tengah untuk kelangsungan hidupnya, sehingga
penduduk miskin dapat berkurang. Beberapa penduduk yang dulunya miskin, kini
menjadi lebih sejahtera, disebabkan beberapa keluarganya yang berani dan berkorban
pergi keluar provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan pekerjaan dengan tujuan
memperbaiki kehidupan kesejahteraan keluarganya. Hal ini nantinya akan
berdampak pada garis kemiskinan.
5. Berkurangnya penduduk miskin memberikan dampak yang positif terhadap
garis kemiskinan. Disebabkan pendapatan perkapita perbulannya meningkat setiap
tahunnya. Banyak penduduk yang dulunya hanya mengandalkan sektor pertanian
saja sebagai lahan untuk mendapatkan uang, kini mereka tidak lagi hidup di sektor
pertanian saja, namun dengan menambahkan ke sektor lainnya seperti, perdagangan,
industri, jasa, dan sebagainya. Hal ini disebabkan diberikannya modal yang berasal
dari beberapa keluarganya yang telah bekerja di luar provinsi Jawa Tengah.
Dilakukan sebagai penopang kelangsungan hidup keluarga.
Garis Kemiskinan
250,000
R
p
/
K
a
p
i
t
a
/
b
l
n
200,000
150,000
100,000
Batas Kemiskinan
50,000
2005
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 4. Garis Kemiskinan
Kaitan antara garis kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, karena tahun
terakhir garis kemiskinan naik sedangkan jumlah penduduk miskin makin sedikit
menandakan semakin banyaknya penduduk yang mulai bisa menghidupinya sendiri
sehingga garis kemiskinan dapat naik. Hal ini diupayakan dan lumayan menampilkan
hasil positif, oleh pemerintah diupayakan program desa mandiri sehingga
mengurangi ketergantungan penduduk desa terhadap hal lain di luar desa. Harapan
pemerintah akan hal tersebut menjadi lebih baik saat hasil desa bisa di pasarkan ke
luar desa sehingga menjadikan penduduk desa lebih produktif.
6. Jumlah Penduduk Miskin
7,000
R
i
b
u
O
r
a
n
g
6,000
5,000
4,000
3,000
Jumlah Penduduk Miskin
2,000
1,000
2005
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 5. Jumlah Penduduk Miskin
Semakin meningkatnya garis kemiskinan menunjukkan daya beli masyarakat
semakin tinggi. Peningkatan daya beli masyarakat dapat menandakan bahwa tingkat
ekonomi masyarakat semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pula pada prosentase
inflasi propinsi Jawa Tengah yang semakin merendah dari tahun 2005 hingga tahun
2010. Selain itu, PDRB (Product Domestic Regional Bruto) juga mengalami
peningkatan.
Inflasi Tahunan
propinsi Jawa Tengah
12
P
e
r
s
e
n
10
8
6
Inflasi Tahunan
propinsi Jawa Tengah
4
2
0
2000 2005 2008 2009 2010 2011
Tahun
Gambar 6. Inflasi Tahunan Propinsi Jawa Tengah
7. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2000
25000000
20000000
15000000
PDRB Atas Dasar
Harga Konstan
2000
10000000
50000000
0
2000 2005 2008 2009 2010 2011
Gambar 7. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Partisipasi Angkatan Kerja paling besar diserap di sektor pertanian dari tahun
2008 menuju 2009 mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi tidak
berimbang dengan perkembangan pembangunan yang terjadi melainkan karena
bertambahnya pekerja di sektor ini yang tadinya mengelola sepetak sawah sendiri
pada periode ini cenderung dikelola oleh dua orang atau lebih, sehingga menyerap
banyak angkatan kerja. Sedangkan sektor kedua terbanyak adalah perdagangan.
Sektor perdagangan dengan informalitasnya menyebabkan mudahnya setiap orang
8. untuk masuk dan keluar dari sektor ini, menyebabkan sektor perdagangan diminati
oleh sebagian besar angkatan kerja, walaupun terlihat adanya penurunan partisipasi
angkatan kerja di setiap periode waktunya
Komposisi penganggur terpaksa dan sukarela pada Februari 2009 mempunyai
perbandingan 48,52 % dan 51,48 %, yang berarti setengah penganggur sukarela lebih
besar dari setengah penganggur terpaksa. Komposisi ini hampir sama
bila
dibandingkan Agustus 2008. Namun bila dilihat perkembangan dari Februari 2008,
Agustus 2008 dan Februari 2009 terlihat bahwa setengah penganggur sukarela
semakin menurun sedangkan setengah penganggur terpaksa semakin meningkat.
Trend peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai lebih dari 70%
dengan tingkat pengangguran terbuka yang semakin menurun hingga tahun 2011.
9. LAMPIRAN
Tabel 1. Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan
Wilayah
(Rp/Kapita/Bln)
2000
2005
2008
2009
2010
2011
-
130,013
181,877
201,651
217,327
-
JAWA
TENGAH
Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin
2000
2005
-
6,534
Jumlah Penduduk Miskin
(Ribu Orang)
2008
2009
2010
6,123
5,655
5,217
2011
-
Tabel 3. Inflasi
Inflasi Tahunan propinsi Jawa
Tengah
(Persen)
2000 2005 2008 2009 2010 2011
9.55 5.83 6.88 2.68
Tabel 4. PDRB Jawa Tengah
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Juta Rupiah)
2000
2005
2008
2009
2010
2011
114701305 234435323 367135955 397903944 444692015 498614636
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
(Juta Rupiah)
2000
2005
2008
2009
2010
2011
114701305 143051214 168034483 176673457 186995481 198226349
PDRB per Kapita Atas Dasar Hrg Berlaku
(Rupiah)
2000
2005
2008
2009
2010
2011
3673604
7355190
11406656 12322889 13732413 15376171
PDRB per Kapita Atas Dasar Hrg Konstan 2000
(Rupiah)
2000
2005
2008
2009
2010
2011
3673604
4488099
5220713
5471490
5774556
6112861
10. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
60000000
50000000
40000000
30000000
PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku
20000000
10000000
0
2000 2005 2008 2009 2010 2011
Gambar 8. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB per Kapita Atas Dasar Hrg
Berlaku
20000000
15000000
PDRB per Kapita
Atas Dasar Hrg
Berlaku
10000000
5000000
0
2000 2005 2008 2009 2010 2011
Gambar 9. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB per Kapita Atas Dasar Hrg
Konstan 2000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
PDRB per Kapita
Atas Dasar Hrg
Konstan 2000
2000 2005 2008 2009 2010 2011
Gambar 10. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000