"[Ringkuman] UU No. 17 Tahun 2003 Ttg Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 Ttg Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 Ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah, penyusunan dan pelaksanaan anggaran belanja negara/daerah, serta pengawasan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara."
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
UU Keuangan Negara
1. 1.
UU NO. 17 TAHUN 2003 TTG KEUANGAN
NEGARA
2. UU NO. 1 TAHUN 2004 TTG
PERBENDAHARAAN NEGARA
3. UU NO. 15 TAHUN 2004 TTG
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN
TANGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA
2.
3. UU No. 17 / 2003
TENTANG KEUANGAN NEGARA
Pengertian Keuangan Negara
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara
Penyusunan dan Penetapan APBN / APBD
Pelaksanaan APBN dan APBD
Perttanggungjawaban atas Pelaksanaan
APBN/APBD
Pidana, Saknsi Administratif dan ganti Rugi
4. Pengertian-Pengertian
Keuangan Negara
Adalah semua hak dan kewajiban negara yg dpt dinilai uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yg dpt dijadikan sbg milik
negara berhubung dg pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
APBN
Adalah rencana keuangan tahunan pemeintahan negara yg disetujui oleh
DPR
APBD
Adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yg disetujui oleh
DPRD
Penerimaan Negara
Adalah uang yg masuk ke rekening kas negara
Pengeluaran Negara
Adalah uang yg keluar dari kas negara
Pendapatan Negara
Adalah hak pemerintah pusat yg diakui sbg penambah nilai kekayaan
bersih
Belanja Negara
Adalah kewajiban pemerintah pusat yg diakui sbg pengurang nilai
kekayaan bersih
5. Keuangan Negara
Hak Negara
Kewajiban Negara
Penerimaan Negara
Pengeluaran Negara
Penerimaan Daerah
Pengeluaran Daerah
Kekayaan Negara/Kekayaan Daerah yg dikelola
sendiri atau oleh pihak lain
Kekayaan Pihak Lain yg dikuasai negara
Kekayaan Pihak lain yg diperoleh dg
menggunakan fasilitas negara
6. PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Presiden, selaku Kepala Pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan.
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara
a. Dikuasakan kepada :
1. Menteri Keuangan
2. Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga
b. Diserahkan kepada :
Gubernur/Bupati/Walikota
( UU No.17/2003 Psl 6 ayat 1 dan 2 )
8. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam
bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief
Financial Officer (CFO) Pemerintah R.I.
Setiap menteri sebagai pembantu Presiden pada
hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO)
untuk bidang tugas kementerian yang dipimpinnya.
9. UU No. 17 tahun 2003
Presiden
Men.Keu
KPPN
Men.Teknis
Ka. Lbg
KPA
KPA
Gub/Bpt/
W.kota
SKPD
11. Kewenangan Menteri Keuangan
Selaku Pengelola Fiskal dan Wk. Pemerintah dalam hal kepemilikan
kekayaan Negara yg dipisahkan, dg tugas :
1. menyusun kebij. fiskal ekonomi makro
2. menyusun ranc. APBN
3. mengesahkan dok. Pelaks. Angg.
4. perjanjian int. di bid. Moneter
5. pemungutan pendptn negara sesuai UU.
6. melaks. Fungsi kebendaharaan umum.
7. menyusun laporan Keuangan
( sbg. pertanggungjawaban pelaksanaan APBN).
8. tugas lainnya di bid pengelolaan fiskal
( UUNo. 17/2003 Bab II Psl 8 )
12. Pendelegasian Kewenangan BUN
Selaku Bendahara Umum Negara
( BUN ), pelaksanaan anggaran di daerah
dikuasakan kepada :
KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum
Negara ( Kuasa BUN ), sesuai dengan
batas kewenangannya.
( UU No.1/2004 Psl.7 ayat 2 g – Psl 8 ayat 1 )
13. Kewenangan Menteri Teknis / Ketua
Lembaga
Selaku Pengguna Anggaran / Pengguna Barang
kementrian negara / lembaga yg dipimpinnya ( COO ),dg
tugas :
1. menyusun ranc. Angg.kementrian negara/lembaga.
2. menyusun dok. Pelaks. Angg.
3. melaks.angg.kemetrian negara/lembaga.
4. melaks. Pemungutan PNBP dan menyetorkan ke Kas
Negara.
5. mengelola utang dan piutang neg. di lingk. Kementrian
negara/lembaga.
6. mengelola BMN.
7. menyusun dan menyampaikan lap.keu.
8. hal-hal lain yg menjadi tgg. jwbnya
( UU No.17 / 2004 psl. 9 )
14. Penyusunan dan Penetapan
APBN
APBN ditetapkan tiap tahun dg UU
APBN meliputi anggaran pendapatan, anggaran
belanja dan pembiayaan
Pendapatan negara :
1. penerimaan pajak
2. penerimaan bukan pajak (PNBP)
3. Hibah
Belanja Negara :
1. belanja pem.pusat
2. pelaksanaan perimbangan keu pem.pusat dan
daerah
3. dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja.
15. Sistem Penganggaran sebelum UU No.17/2003
Line Item Budgeting System
Penerimaan
Rutin
Pembangunan
migas
Non migas
hutang LN
Pengeluaran
Rutin
jenis
belanja
Pembangunan
sektor
16. Penyusunan APBN menurut
UU 17/2003
Diawali dengan RPJM
5 tahun
RPJM dijabarkan ke dalam RKP
1 tahun
RPJM didistribusikan ke dalam Renstra- K/L 5 tahun
Renstra – K/L dijabarkan ke dalam Renja-K/L tahun
RKP dan Renja-K/L dirumuskan ke dalam RKA-K/L
1 tahun
18. SINKRONISASI DALAM SISTEM PENGANGGARAN
Medium Term fiscal Framework (MTFF)
RENCANA
STRATEGIS
KEMENTERIAN /
LEMBAGA
(REN-STRA K/L)
RENCANA
PEMBANGUNAN
JANGKA
MENENGAH
(RPJMN)
RENCANA
KERJA
KEMENTERIAN /
LEMBAGA
(REN-JA K/L)
RENCANA
KERJA
PEMERINTAH
(RKP)
RENCANA
KERJA DAN
ANGGARAN
LEMENTERIAN /
LEMBAGA
(RKA-K/L)
KERANGKA FISKAL JANGKA MENENGAH
(KFJM)
Medium Term
Expenditure
Framework
(MTEF)
BELANJA K/L
APBN
APBN
KERANGKA
PENGELUARAN
JANGKA
MENENGAH
(KPJM)
Menggunakan 3 Pendekatan Penyusunan
19. Penganggaran Terpadu
( Unified Budget )
Kepala Satuan Kerja / KPA, satu-satunya
penanggungjawab kegiatan atas anggaran
yg dikuasainya
Penyatuan anggaran rutin dan
pembangunan ke dalam satu jenis akun
belanja, meniadakan terjadinya duplikasi
anggaran dan kegiatan
Adanya keterpaduan yang sinergis antara
pelaksanaan fungsi, program dan kegiatan
pada masing-masing satker
20. Performance Budgeting System
Merupakan sistem penganggaran yang
didasari atas rencana kinerja instansi
pemerintah yang telah mendapat
persetujuan
Mempresentasikan gambaran aspek
keuangan dari seluruh
kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Negara
sebagaimana diuraikan dalam Rencana
Kinerja, dalam rangka pencapaian visi dan
misi organisasi
21. Siklus KPJM
Medium Term Expenditure Framework
1.
Setting Fiscal Target
Economic and
Fiscal Update
Central
Allocation of Resources to Strategie 2.
Fiscal Framework
Statement
Cabinet
Budget Policy
Statement
Corporate Plan
Minister
22. Medium Term Expenditure Framework
(Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah)
Pernyataan Bank Dunia (World Bank )
1. Proses pengambilan keputusan penganggaran harus
menjadi lebih akuntabel, sesuai dengan hukum dan
kredibel.
2. Akuntabilitas politik seharusnya meningkat baik pada
level politisi, maupun pada level manajerial melalui
transparansi yang lebih besar.
3. Mendorong para politisi untuk mengedepankan prioritasprioritas sebagaimana dana yang disediakan/diinginkan.
4. Meningkatkan manajer tingkat sektoral untuk lebih
akuntabel dalam pencapaian skala prioritas.
5. Melakukan spesifikasi sumber daya yang lebih baik
dalam konteks MTEF
23. Penerapan Sistem
Penganggaran
KOMPONEN
POKOK
SATUAN KERJA SEBAGAI
PENANGUNGJAWAB
PENCAPAIAN
KELUARAN/OUTPUT
KEGIATAN/ SUBKEGIATAN
RANGKAIAN TINDAKAN YG
DILAKSANAKAN SATUAN KERJA
SESUAI DENGAN TUGAS POKOKNYA
UNTUK MENGHASILKAN
KELUARANAN YANG DITENTUKAN
SATUAN KERJA MEMPUNYAI
KELUARAN YANG JELAS &
TERUKUR SEBAGAI AKIBAT DARI
PELAKSANAAN KEGIATAN
PERHITUNGAN ANGGARAN
DIDASARKAN PADA STANDAR
BIAYA (BERISFAT UMUM DAN
BERSIFAT KHUSUS
PEMBEBANAN
ANGGARAN PADA
JENIS BELANJA YANG
SESUAI
24. 1. SATUAN KERJA PUSAT ESELON I
2. SATUAN KERJA PUSAT ESELON II
3. SATUAN KERJA INSTANSI VERTIKAL
ESELON II
4. SATUAN KERJA INSTANSI VERTIKAL
ESELON III
5. SATUAN KERJA PERANGKAT
DAERAH (SKPD)
6. SATUAN KERJA NON VERTIKAL
TERTENTU (SNVT)
7. SATUAN KERJA SEMENTARA (SKS)
8. SATUAN KERJA KHUSUS (DILUAR
BAGIAN ANGGARAN K/L)
25. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara ( APBN )
Ruang Lingkup APBN
1.Pendapatan Negara
a. Penerimaan pajak
b. Penerimaan bukan pajak
c. Penerimaan hibah ( DN, LN )
2. Belanja Negara
a. Belanja Pemerintah Pusat ( APBN )
b. Belanja Pemerintah Daerah
( Perimbangan Keuangan)
3. Pembiayaan
Pembiayaan yg digunakan utk menutup
defisit yg bersumber dari dana dalam/luar
negeri
26. Pengurusan APBN
1. Pengurusan Umum ( Administratif Beheer )
dilaksanakan oleh Menteri teknis/Pimpinan
Lembaga
2. Pengurusan Khusus ( Comptable Beheer )
dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
Cyclus APBN
1. Perencanaan Anggaran ( RUU-APBN )
2. Penetapan Anggaran ( UU-APBN )
3. Pelaksanaan Anggaran ( kementrian negara /
lembaga )
4. Pengawasan Anggaran ( pengawas fungsional )
5. Perhitungan Anggaran Negara, LKPP setelah
diperiksa BPK
27. Asas Umum
UU-APBN, sebagai dasar bagi pemerintah pusat untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran negara
Perda-APBD, sebagai dasar bagi pemerintah daerah untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, dilarang
melakukan tindakan yang dapat membebankan
APBN/APBD apabila anggaran pengeluaran tersebut tidak
tersedia dan/atau tidak cukup tersedia
Semua pengeluaran negara/daerah, yg sesuai dengan
prog. pemerintah pusat/daerah dibiayai dengan
APBN/APBD
Anggaran yang digunakan utk kegiatan mendesak / tidak
terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri, yg
selanjutnya dilaksanakan dengan PP.
Kelambatan pembayaran atas tagihan yg berkaitan dg
pelaks. APBN/APBD dpt dikenakan denda/bunga.
28.
Dilarang atas beban APBN :
1. Perayaan atau peringatan kementrian negara/
lembaga/pemerintah daerah
2. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata,
karangan bunga utk berbagai peristiwa
3. Pesta utk berbagai peristiwa dan pekan olah raga
kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah
4. Pengeluaran lain-lain utk kegiatan/keperluan yg
sejenis spti tsb di atas.
Dibatasi atas beban APBN :
Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar,
pertemuan, loka karya, peresmian kantor/proyek dan
sejenisnya. Boleh dilakukan secara sederhana dan
hal-hal yg sangat penting.
29.
Pendapatan Negara
Adalah hak pemerintah pusat yg diakui sbg penambah nilai kekayaan bersih.
Pendapatan Negara terdiri atas :
1. penerimaan pajak
2. penerimaan bukan pajak
3. hibah
Belanja Negara
Adalah kewajiban pemerintah pusat yg diakui sbg pengurang nilai kekayaan
bersih.
Belanja Negara dirinci menurut :
1. organiasi
2. fungsi
3. jenis belanja
Pembiayaan
Adalah setiap penerimaan yg perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yg
akan diterima kembali, baik pd tahun anggaran bersangkutan maupun pd
tahun anggaran berikutnya.
30.
Dilarang atas beban APBN :
1. Perayaan atau peringatan kementrian negara/
lembaga/pemerintah daerah
2. Pemberian ucapan selamat, hadiah/ tanda mata,
karangan bunga utk berbagai peristiwa
3. Pesta utk berbagai peristiwa dan pekan olah raga
kementrian negara /lembaga/ pemerintah daerah
4. Pengeluaran lain-lain utk kegiatan/keperluan yg
sejenis spti tsb di atas.
Dibatasi atas beban APBN :
Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar,
pertemuan, loka karya, peresmian kantor/proyek dan
sejenisnya, boleh dilakukan secara sederhana dan
hal-hal yg sangat penting.
31.
32. UU No. 1 Tahun 2004
1.
2.
3.
UU Perbendaharaan Negara sebagai wujud
pelaksanaan pengelolaan keuangan negara.
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Negara
dilakukan secara terbuka dan bertangungjawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yg ditetapkan dalam APBN/APBD
33. Pejabat Perbendaharaan
Menteri / Pimp. Lbg selaku Pengguna Anggaran
/ Pengguna Barang
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara
Gubernur / Bupati / Walikota selaku Kepala
Pemerintahan Daerah
Kepala Satuan Pengelola Keuangan Daerah
adalah Bendahara Umum Daerah
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah
Pengguna Angaran / Penguna Barang Daerah
34. Pendelegasian Kewenangan PA
Menyusun dok. Pelaks. Anggaran.
Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang
Menetapkan pjbt. yg bertugas melakukan pemungutan pen. Negara.
Menetapkan pjbt. Yg melakukan pengel. utang dan piutang.
Melakukan tindakan yg mengakibatkan yg mengakibatkan pengel.
Bel. Negara.
Menetapkan pjbt yg bertugas melakukan pengujian dan perintah
pembayaran.
Menggunakan BMN
Menetapkan pjbt yg bertugas melakukan pengelolaan BMN.
Mengawasi pelaks. Anggaran.
Menyusun dan menyampaikan lap. Keu.
( seluruhnya tersebut di atas di lingkungan kementrian
negara/lembaga yg dipimpinnya ).
( UU No. 1/2004 psl. 4 ayat 1 dan 2 )
35. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Dok.Pelaks.
Anggaran setelah APBN ditetapkan
Dok.pelaks.anggaran disusun berdasarkan alokasi anggaran
yg telah ditetapkan oleh Presiden ( Perpres ttg Rincian
APBN)
RKA-BLU kementrian negara/lembaga merupakan bagian yg
dilampirkan dalam dok.pelaks.anggaran kementrian
negara/lembaga bersangkutan
Dok.pelaks.anggaran disahkan oleh Men.Keu.
Dok.pelaks.anggaran disampaikan kpd :
1. Menteri / Pimp. Lembaga
2. Kuasa BUN (KPPN)
3. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
37. Prinsip Pelaksanaan Anggaran
Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dg
kebutuhan teknis yg dipersyaratkan
Efektif, terarah dan terkendali sesuai
dengan rencana, program / kegiatan, serta
fungsi kementrian negara/lembaga
Mengutamakan produksi dalam negeri
Setiap tagihan atas beban anggaran
negara dilakukan berdasarkan atas hak
dan bukti-bukti yg sah, sesuai ketentuan yg
berlaku
38. Pendelegasian Kewenangan PA
Menyusun dok. Pelaks. Anggaran.
Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Barang
Menetapkan pjbt. yg bertugas melakukan pemungutan
pen. Negara.
Menetapkan pjbt. Yg melakukan pengel. utang dan
piutang.
Melakukan tindakan yg mengakibatkan yg
mengakibatkan pengel. Bel. Negara.
Menetapkan pjbt yg bertugas melakukan pengujian dan
perintah pembayaran.
Menggunakan BMN
Menetapkan pjbt yg bertugas melakukan pengelolaan
BMN.
Mengawasi pelaks. Anggaran.
Menyusun dan menyampaikan lap. Keu.
( seluruhnya tersebut di atas di lingkungan kementrian
negara/lembaga yg dipimpinnya ).
39. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Setiap kementrian negara /lembaga
wajib mengintensifkan perolehan
PNBP yang menjadi tanggungjawabnya.
PNBP harus disetorkan seluruhnya ke
rek. Kas Negara
Setiap penerimaan kementrian negara /
lembaga tidak boleh digunakan
langsung utk membiayai pengeluaran
40. Penerimaan Negara Bukan Pajak
( PNBP )
Adalah Penerimaan negara yg diperoleh selain dari sektor pajak
atau cukai
Menurut sifatnya terdiri atas :
1. PNBP Umum
PNBP yg ada pada semua kementrian negara / lembaga
2. PNBP Fungsional
PNBP yg hanya ada pada kementrian negara / lembaga dalam
rangka pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi kementrian negara /
lembaga bersangkutan
Menurut Jenisnya meliputi :
1. Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA)
2. Bagian Laba BUMN / BHMN
3. PNBP Lainnya.
4. Pendapatan BLU
41. Penerimaan Negara
Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke kas negara
Meliputi :
1. Penerimaan Anggaran
a. Penerimaan Pajak ( 41 )
b. Penerimaan Bukan Pajak ( 42 )
c. Penerimaan Hibah ( 43 )
d. Penerimaan Pembiayaan ( 71 )
2. Penerimaan Non Anggaran ( 81 )
Penerimaan Negara yang diperoleh dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara harus disetorkan seluruhnya ke rekening kas
negara.
Penerimaan Negara disetorkan melalui Bank Persepsi / Devisa
Persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Penerimaan Negara yang diperoleh selain pajak (PNBP), yg bersifat
fungsional dapat dipergunakan kembali untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
42.
Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk
lain sbg akibat penjualan dan / atau pengadaan
barang / jasa oleh negara adalah hak negara
Bunga dan / atau jasa giro yang diperoleh
pemerintah merupakan pendapatan negara
Untuk menatausahakan penerimaan negara,
Menteri / Pimpinan Lembaga
mengangkat
Bendahara Penerimaan.
Menteri / Pimp.Lembaga dpt membuka rekening
utk keperluan pelaksanaan penerimaan negara
di lingkungan kementrian negara/lembaga.
43. Pelaksanan Anggaran Belanja
Berdasarkan dokumen pelaksanaan anggaran
DIPA adalah dok. pelaksanaan anggaran bagi
satker di lingkungan kementrian negara / lembaga
DIPA disusun berdasarkan Perpres Rincian
APBN / SRAA
DIPA sbg dasar pembayaran berlaku selama satu
tahun anggaran
Pagu anggaran dalam DIPA merupakan batasan
tertinggi pengeluaran anggaran yg tidak boleh
dilampaui
44.
DIPA
1. Ditandatangani oleh Menteri / Pimpinan Lembaga / Pjbt yang
ditunjuk ( PA / KPA ).
2. Disahkan dengan Surat Pengesahan oleh Dirjen PBN / Ka.Kanwil
DJPBN / Pjbt yang ditunjuk.
3. Memuat nama PA / KPA, PPSPM dan Bendahara Pengeluaran sbg
Pjbt Perbendaharaan / pelaksana anggaran.
4. Memuat sumber dana yg digunakan pada masing-masing DIPA.
( RM, PHLN, PNBP. ) sebagai pagu anggaran.
5. Pagu DIPA merupakan batasan tertinggi yg tdk boleh dilampaui.
6. Terdiri atas :
a. DIPA Pusat
b. DIPA Daerah
c. DIPA APP
d. DIPA Dekonsentrasi
e. DIPA Tugas Pembantuan
7. Berlaku mulai tgl. 1 Januari s/d 31 Desember, selama satu tahun
anggaran.
45. Kewenangan KPA
( penerima pendelegasian kewenangan PA )
Menunjuk pjbt. yang diberi kewenangan untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran belanja / penanggungjwb kegiatan /
pembuat komitmen.
Menunjuk pjbt. yang diberi kewenangan untuk
menguji tagihan kpd negara dan menandatangani
Surat Perintah Membayar ( SPM ).
Menunjuk Bendahara Pengeluaran utk
melaksanakan tugas kebendaharaan dlm rangka
pelaks. Angg. Belanja.
( Per. Dirjen PBN No. PER.66/PB/2005 )
46. Pejabat tsb. Dilarang :
Saling merangkap jabatan satu sama lain
( antara PPK, PPSPM dan Bendahara
Pengeluaran )
Merangkap jabatan sbg. Bendahara
Pengeluaran.
( KPA, PPK dan PPSPM )
Kecuali :
1. KPA merangkap sebagai PPK
2. KPA merangkap sebagai PSPM
( KPA tdk boleh merangkap keduanya )
47. UU No. 1 tahun 2004
UU APBN merupakan dasar bagi pem.pusat utk
melaksanakan penerimaan dan pengeluaran
anggaran
Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yg
berakibat pengeluaran anggaran atas beban
APBN, jika anggaran untuk pembiayaan tsb tdk
tersedia atau tdk cukup tersedia
Pengeluaran anggaran yg sifatnya mendesak
dan/atau tdk terduga disediakan dalam bagian
anggaran tersendiri, yg selanjutnya diatur dg PP
48. Bendahara Umum Negara
Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara
(BUN)
BUN mengangkat Kuasa Bendahara Umum Negara
(Kuasa BUN ) utk melaksanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka
pelaksanaan anggaran dalam wilayah
kerja yg telah ditetapkan
Tugas kebendaharaan meliputi kegiatan menerima,
menyimpan, membayar
atau
menyerahkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
dan surat berharga yg berada dalam pengelolaannya
Kuasa BUN
melaksanakan
penerimaan
dan
pengeluaran Kas Negara dalam rangka pengendalian
pelaksanaan anggaran negara dalam wilayah kerja yg
ditetapkan.
49. BENDAHARA
Bendahara Penerimaan:
Adalah orang yg ditunjuk utk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah.
Bendahara Pengeluaran :
Adalah orang yg ditunjuk utk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang utk keperluan
belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah.
Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran adalah Pejabat
Fungsional
Setiap Bendahara bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian
keuangan negara yg berada dalam penguasannya.
50. Pengangkatan Bendahara
Menteri / pimpinan lembaga / gubernur / bupati /walikota
mengangkat Bendahara Penerimaan utk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pendapatan pada kantor /
satuan kerja di lingkungan kementrian negara / lembaga /
satuan kerja perangkat daerah.
Menteri / pimpinan lembaga / gubernur/ bupati / walikota
mengangkat Bendahara Pengeluaran utk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja pada kantor/satuan kerja
di lingkungan kementrian negara / lembaga / satuan
kerja perangkat daerah
Pengangkatan Bendahara dilakukan oleh Menteri /
Pimpinan Lembaga
51. Pengelolaan Uang Persediaan
Menteri/Pimp. Lbg dapat membuka rekening
utk keperluan pelaksanaan pengeluaran di
lingkungan Kementrian negara/lembaga ybs.
setelah mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan selaku BUN
Menteri/Pimp. Lbg mengangkat Bendahara
untuk
mengelola uang yang harus
dipertanggungjawabkan dalam rangka
pelaksanaan
pengeluaran kementrian
negara / lembaga
52. Mekanisme Pencairan
(PMK No.134/PMK.06/2005-Per.Dirjen PBN
No.PER.66/PB/2005 )
Melalui Bendahara Pengeluaran :
1. secara tunai ( cash ),
2. dengan pemberian cek,
3. maksimal Rp. 10. juta ,
4. atas beban Uang Persediaan ( UP )
Melalui Cara Langsung kpd Pihak Ketiga
:
1. dengan cara SPP-LS,
2. ditujukan ke rekening Pihak Ketiga,
3. wajib utk pembayaran di atas Rp.10. juta.
53. Menteri Teknis
Selaku Pengguna Anggaran
Tahapan Administratif
PEMBUATAN
KOMITMEN
Menteri Keuangan
Selaku Bendahara Umum
Negara
Tahapan Komptabel
PENGUJIAN
Ps. 19 Ayat 2
UU No. 1 Th. 2004
PENGUJIAN
Ps. 18 Ayat 2
UU No. 1 Th. 2004
Pengujian:
Wetmatigheid
Rechmatigheid
Doelmatigheid
SPM
PENGUJIAN
•Substantif :
Wetmatigheid
Rechmatigheid
Formal
SP2D
56. Pengelolaan Piutang dan Utang
Pemerintah Pusat dpt memberikan
pinjamanatau hibah kpd Pemda/BUMN/BUMD
sesuai UU APBN
Pelaksanaan pemberian pinjaman diatur dg PP
Setiap pejabat (perbendaharaan) wajib
mengusahakan agar setiap piutang
negara/daerah diselesaikan seluruhnya tepat
waktu.
Penyelesaian piutang diselesaikan menurut
peraturan perundang-undngan yg berlaku.
57. BAGAN ALIR PROSES PEMBAYARAN PADA SATUAN KERJA
PEMBUAT
KOMITMEN
PENGUJI TAGIHAN
BENDAHARA
PENGELUARAN
PENERBIT SPM
UNIT AKUNTASI
SATKER
Bayar
SK
SPK
KONTRAK
LAPORAN
KEUANGAN
Draft
SPM - GU
SPM GU
BUKTI
Daftar Lembur
DAFTAR GAJI
BA PK
BA PB
BA SERAH
TERIMA
BUKTI
Transfer
UP/GU
PEMBEBANAN
Benar
BUKTI DAN
TAGIHAN
Proses
SAI
SPM LS
Draft
SPM - LS
Transfer
pihak III
UJI DAN
PERIKS
A
Salah
SP2D
SPM
KPPN
58. Penyelesaian Piutang
Piutang Negara :
Oleh Menteri Keuangan
Jika bag.piutang negara yg tidak disepakati tidak lebih dari
Rp.10.000.000.000,- (10 M)
Oleh Presiden
Jika bag.piutang yg tidak disepakati lebih dari Rp.10.000.000.000,(10 M) s.d Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Oleh Presiden setelah mendpt pertimbangan DPR
Jika bag.piutang negara yg tidak disepakati lebih dari
Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Piutang Daerah :
Oleh Gub./Bupati/W.Kota
Jika bag.piutang daerah yg tidak disepakati tidak lebih dari
Rp.5.000.000.000,- (5 M)
Oleh Gub./Bupati/W.Kota setelah mendpt pertimbangan DPRD
Jika bag.piutang daerah yg tidak disepakati lebih dari
Rp.5.000.000.000,- (5 M)
59. Penghapusan Piutang
Piutang Negara :
Oleh Menteri Keuangan
Utk jumlah s.d. Rp.10.000.000.000,- (10 M)
Oleh Presiden
Utk jumlah piutang negara lebih dari Rp.10.000.000.000,- (10 M) s.d.
Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Oleh Presiden dg persetujuan DPR
Utk jumlah piutang negara lebih dari Rp.100.000.000.000,- (100 M)
Piutang Daerah:
Oleh Gub./Bupati/W.Kota
Utk jumlah piutang daerah s.d. Rp.5.000.000.000,- (5 M)
Oleh Gub.Bupati/W.Kota dg persetujuan DPRD
Utk jumlah piutang daerah lebih dari Rp.5.000.000.000,- (5 M)
60. Pengelolaan Utang
Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat
yg diberi kuasa a.n. Menteri Keuangan utk
mengadakan utang negara atau menerima
hibah yg berasal dari dalam ataupun luar
negeri sesuuai dg UU
Utang / hibah dapat diteruskpinjamkan kpd
Pemda/BUMN/BUMD
Tata cara pengelolaan utnag ditetapkan
dengan PP
61. Pengelolaan BMN/BMD
Menteri Keuangan adalah Pengelola B M N
Menteri/Pimp. Lmbg adalah Pengguna B M N
Kepala kantor dalam lingk.kementrian
negara/lmbg adalah Kuasa Pengguna Barang
(BMN)
Gub./Bupati/W.Kota menetapkan kebijakan
pengelolaan BMD
Ka. SKPKD melakukan pengawasan atas
penyelenggaraan pengelolaan BMD
Ka SKPD adalah Pengguna Barang (BMD)
62. Pengelolaan BMN / BMD
Pengelolaan BMN / BMD diatur menurut PP No.
6 tahun 2006
Juknis PP NO.6 tahun 2006 meliputi, a.l.
1.PMK No.96/PMK.06/2007 ttg Penggunaan,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN
2.PMK No. 97/PMK.06/2007 ttg Klasifikasi dan
Kodefikasi BMN
3.PMK. No.120/PMK.06/2007 ttg Penatausahaan
BMN
63. UU NO. 15 TAHUN 2004
TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN
DAN
TANGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA
64.
Pemeriksaan
Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara indepeden, obyektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
utk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan kehandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara
Badan Pemeriksa Keuangan
Adalah badan yang dibentuk untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara oleh pemerintah
Pemeriksa
Adalah orang yang melaksanakan
tugas
pemeriksaan
tanggung jawab
pengelolaan
keuangan negara untuk dan atas nama BPK
65.
Pejabat yg diperiksa
Adalah mereka yg bertangungjawab, yg selanjutnya disebut
pejabat yg diserahi tugas utk mengelola keuangan negara
Pengelolaan keuangan negara
Merupakan keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dg kedudukan dan tangung
kewenangannya , mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pertanggungjawaban
Tanggung jawab keuangan negara
Merupakan kewajiban pemerintah utk melaksanakan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara, secara tertib, taat pada
peraturan perundang - undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan
transparan, dg memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Standar pemeriksaan
Adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tangung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum,
standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yg
wajib dipedomani oleh BPK atau pemeriksa.
Laporan Keuangan
Adalah bentuk pertangungjawaban sbgmana ditetapkan dalam
UU No. 17/2003 yang meliputi LRA, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan yg dilampiri laporan perush.
Negara dan badan lainnya
( Bentuk laporan disusun dan disajikan sesuai dengan SAP )
66. Laporan Keuangan
Meliputi :
1.
Laporan Realisasi Angaran Belanja Negara
2.
Neraca
3.
Laporan Arus Kas
4.
Catatan atas Laporan Keuangan
( UU No.17/2003 )
Menteri/Pim. Lbg menyampaikan Laporan Keuangan kpd
Menteri Keuangan selambat-lambatnya dua bulan setelah
berakhirnya th. Anggaran
Menteri Keuangan menyampaikan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat kpd Presiden
Presiden menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
kpd BPK paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya th.
anggaran
( UU No. 1 / 2004 )
67. Pidana, Sanksi Administratif dan
Ganti Rugi
Presiden memberi sanksi administratif kpd
pegawai negeri dan semua pihak yg tidak
memenuhi kewajibannya yg telah ditentukan
dalam UU No. 15/2004
Menteri/Pimp.Lembaga/Gub/Bpt/W.Kota yg
terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yg
ditetapkan UU ttg APBN/Perda ttg APBD diancam
pidana penjara dan denda sesuai ketentuan UU
Pimp. Org. kementrian negara/Lembaga/SKPD yg
terbukti melakukan penyimpangan kegiatan
angaran yg telah ditetapkan dalam UU ttg
APBN/Perda ttg APBD diancam dg pidana penjara
dan denda sesuai dg UU
68. Tuntutan Ganti Rugi
Pejabat Negara, pegawai negeri bukan
bendahara yg melanggar hukum atau
melalaikan kewajibannya baik langsung
atau tdk langsung yg merugikan keuangan
negara diwajibkan mengganti kerugian
negara
Setiap Bendahara wajib menyampaikan
laporan pertangungjawaban kpd BPK
Setiap Bendahara bertangungjawab secara
pribadi atas kerugian keuangan negara yg
berada dalam pengurusannya
69. Kerugian Negara
Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan
langsung atau Ka. Kantor kpd Menteri / Pim. Lbg dan
diberitahukan kpd BPK selambat-lambatnya tujuh hari
setelah kerugian negara diketahui
Bendahara, peg. Negeri bukan bendahara, pjbt lain yg
nyata-nyata melangar hukum atau melalaikan kewajiban,
segera setelah kerugian negara diketahui segera
dimintakan kesanggupan atau pengakuan bhw kerugian tsb
menjadi tangung jawabnya dan bersedia mengganti
kerugian tsb.
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah thdp Bendahara
ditetapkan oleh BPK
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah thdp peg.negeri
bukan Bendahara ditetapkan oleh Menteri/Pimp. Lbg/ Gub/
Bpt / W.kota
Mreka yg ditetapkan utk mengganti kerugian
negara/daerah dpt dikenakan sanksi administratif dan/atau
sanksi pidana
Putusan Pidana tdk membebaskan dari TGR
( UU No. 1/2004 )
70. Tindak Lanjut Pelaksanaan UU
Penyelesaian selanjutnya atas
pelaksanaan UU No. 17/2003,
UU No. 1 / 2004 dan
UU No. 15/ 2003
ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah, Peraturan
Menteri Keuangan atau Petunjuk
Teknis lainnya sesuai paket yang
ditetapkan.