SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Sahabat
Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan
temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita
bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk.
“Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi
cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari
rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.”
jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau
ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan
orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.”
jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang
bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang
memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku
mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella
adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun
lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai
masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil
tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini”
panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas.
“Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di
lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya
Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai
dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang
sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR!
Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun
lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya
Ivan sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang
manis.Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan
Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4
tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya
aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kamu inget tadi?”
tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan
pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin
aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!”
jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah
banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya
kepada Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok
deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan
pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku
mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh ano
sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk
kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main
kerumah Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi”
teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona
melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun
langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi
ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami
pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan
Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung
pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu
pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa
sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti
baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku.
“Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar
untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak
boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku
masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku
dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku
mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku”
kataku gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik
Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung.
Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap
merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan
hingga nanti.
UNTUK SAHABAT
Karya NN
Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung,
begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika
ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang
diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang
sangat
fanatik
pada
persahabatan.
Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai
sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan
memudahkanku
mencari
sahabat.
Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa
kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin
sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap
dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya,
orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “May,
nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada
„sahabat‟ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, „sahabatku‟.
Tanpa
mengajakku
Kugaris
bawahi,
dia
tak
mengajakku.
Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama
sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari
perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi
kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue
numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy
membiarkanku
berbaring
di
kasurnya.
Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga.
Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku
butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku
sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti
semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagilagi mereka „menjauhiku‟. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku
begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman
yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy
malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap
banyak
padanya
untuk
menjadi
sahabatku.
Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh
„sahabat-sahabatku‟ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku
dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket
banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang
Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah
mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku
tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga
pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti
jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar.
Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal
Dia
selalu
bersamaku.
Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang
waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku.
Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen
menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan
„curhatanku‟. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry
banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin
curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue.
Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan
tangisnya.
Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku
sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan
„ingin menjadi sahabat‟ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita
sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita
pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,”
kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan
yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita
cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada
siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La
takhof, wala tahzan, innallaha ma‟ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula
tinggalkannya.
PERSAHABATAN
Cerpen NN
Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar.
Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola
basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan
sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka
dulu.
Tunggu
ya!”,
“Iya
tapi
cepat
ya”
pintanya.
Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah
kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.”
jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males
nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut
main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini
nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah
orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku
langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan
tersenyum
manis.
Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati
penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah
bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung
ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella
kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol
tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang
asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng”
jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan
sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya
Ivan
pun
datang
menghampiri
aku
dan
Bella.
Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba
menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok
tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau
ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu.
“Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.”
tanya Ivan sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan
senyumnya
yang
manis.
Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan
ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira
masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa!
Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan
padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye
sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah
membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya
pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang.
“Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan
padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada
Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok
deh!”
jawabku
cepat.
Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit
keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku
mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk.
“Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku
sambil
masuk
kedalam
rumah.
Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah
Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak
Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona
melihatnya.
“Udah
siap
ayo
berangkat!”
ajaknya
padaku.
Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak
pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?”
tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat
tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah
selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung
pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano
mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante
Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku
langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam.
“Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil
melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku
terus
memikirkan
Bella.
Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih
harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus.
Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah
Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku
suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku
gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik
Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah
kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit
kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap
persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.
KENANGAN INDAH DI POHON MANGGA
Karya Nining Septia
Siang ini terlihat sangat mendung. Awan tak seputih kapas. Udaranya mendung namun hawanya
sangat
panas.
“sungguh
aneh
dan
tak
biasa.”
pikir
ku
dalam
hati.
Ku tatap kembali pohon dibelakangku yang kini menjadi tempat berteduh RACHEL LOVE VREDO .
“aahhh....aku kangen banget sama kamu Do” aku memandang nama ku dan nama Vredo yang dihiasi
ukiran berbentuk love di tengahnya. Yah Vredo adalah kekasih ku, kekasih yang sangat aku sayangi.
Dan aku sedang menunggu nya dibawah pohon mangga yang ada di tepi danau ini. Pohon cinta yang
menjadi
saksi
terjadinya
cinta
ku
dan
Vredo.
“Aell..” sebuah suara yang terdengar sangat riang memanggil nama ku. Ku alih kan pandangan ku
pada arah suara itu dan ternyata dugaan ku benar itu adalah suara Vredo kekasih ku.
“Vredo...”aku berlari menghampiri Vredo di pinggir jalan, Vredo pun ikut menghampiri ku setengah
berlari.
“aku kangen kamu Do” aku memeluk tubuh Vredo dengan erat. Vredo pun membalas pelukan ku
dengan penuh kasih sayang dan rasa rindu yang mendalam.

“aku juga kangen kamu Ael. 1 minggu serasa 1 tahun bagi ku, aku bener-bener kangen sama kamu
cantik, sama wajah kamu dan sama kecerewetan kamu.” kata Vredo sembari mencubit kedua pipi ku
dengan
perlahan
dan
penuh
kasih
sayang.
“oh yah bebh aku punya sesuatu untuk kamu,semoga aja kamu suka yah.” kata Vredo sembari
mengeluarkan
sesuatu
dari
saku
belakang
celananya.
“untuk
aku?
Apa
itu
beb?”
tanya
ku
kegirangan.
“tarraaaa.....” seru Vredo sembari menyodorkan kotak kecil berwarna pink yang dihiasi pita berwarna
ungu muda dan memberikanya kepada ku. Aku membukanya secara perlahan dan ternyata itu sebuah
kalung dengan liontin love agak besar menggantung ditali kalung berwarna perak itu. Ku buka liontin
yang
berbentuk
hati
itu,
dan
nampaklah
wajah
ku
dan
wajah
Vredo.
“woowww...lucu banget...makasih yah beb.” Aku memeluk vredo lagi. Aku sangat senang bisa ketemu
Vredo, setelah 1 minggu kita tak bertemu, karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Apalagi
kita sebentar lagi ujian, dan karena aku dan dia berbeda sekolah. Jadi jika kita ingin bertemu harus
mencari waktu yang tepat. Hubungan ku dan Vredo sudah berjalan hampir 3 tahun. Kita pacaran sejak
1 SMA, Vredo adalah teman SMP ku. Aku sudah tertarik pada Vredo sejak pertama masuk SMP. Tapi
Vredo resmi jadi pacar ku saat kita sudah SMA. Dia menggajak ku ke danau ini dan di bawah pohon
mangga inilah dia menembak ku. Yah pohon mangga ini lah yang menjadi saksi perjalanan cinta ku
selama 3 tahun. Dalam keadaan apapun,baik senang apapun susah aku selalu bertemu disini
mencurahkan
semua
perasaan
kita.
Aku dan Vredo bukanlah anak dari keluarga yang mampu, boleh dibilang kita berasal dari keluarga
yang sederhana. Tapi itu semua tak menghalangi rasa sayang ku kepadanya karena selain baik dan
manis dia juga pintar. Untuk masuk SMA pun dia tak perlu memikirkan biaya sekolah, karena sewaktu
SMP dia selalu mendapat rangking 1 dan tentulah ia mendapat biasiswa untuk bersekolah disalah 1
SMA
terfavorit
dijakarta.
“Ael kamu pakai terus yah kalung ini jangan sampai hilang.” Kata Vredo membuyarkan lamunan ku.
Akupun
hanya
tersenyum
manis
sembari
terus
memandangi
liontin
itu.
“sini
biar
aku
pakai
kan.”
Sembari
memakaikan
kalung
itu
dileherku.
“kamu terlihat lebih cantik pakai kelung ini,aku makin seyang sama kamu, aku harap kamu bisa jadi
pertama dan terakhir ku. I LOVE U SO MUCH HONEY.” kata Vredo sembari mengecup kening ku
dengan
mesra.
“yah
pasti
itu
beb,
I
LOVE
TOO
SO
MUCH.”
Balas
ku.
“oh yah kamu udah makan belum? Kita makan yuk.”ajak Vredo pada ku.
Setibanya di kafe yang jarak nya tak jauh dari danau itu. Vredo pun memesan makanan untuk ku dan
dia. Sedang asik-asik nya kita menikmati makanan itu tiba-tiba “KEBAKARAN-KEBAKARAN” ada
seorang
karyawan
kafe
tempat
kami
sedang
makan
siang
berteriak
histeris.
“kebakaran ?” aku yang masih binggung dan tak percaya,langsung ditarik oleh Vredo.
“ayo cepat pergi dari sini!.” Vredo menarik ku dan menggenggam tangan ku dengan erat. Asap
semakin tebal dan api terus menjalar kesetiap ruangan. Aku dan Vredo telah berhasil menyelamatkan
diri disebrang kafe. Vredo masih menggenggam erat tangan ku. Keringat dingin yang berasal dari
tanganya mengalir perlahan ketangan ku. Tiba-tiba ada seorang nenek berteriak minta tolong. “cucuuu
ku.”nenek itu berteriak parau sambil menangis menjerit. Vredo dan aku menghampiri nenek itu.
“ nenek kenapa ? cucu nenek masih didalam ?” tanya Vredo pada nenek itu.
“yah cucu nenek masih didalam, tolong dia nak,nenek mohon.” Ucap nenek itu sambil beruarai air
mata. Vredo melepaskan genggaman tanganya pada tangan ku dan hendak berlari namun dengan cepat
aku
meraih
tanganya
dan
menahanya.
“kamu mau kemana beb?” tanya ku yang panik karena sudah bisa menebak maksudnya.” Aku yakin
kamu tau. Plis beb aku pasti bantu anak itu.” ucap Vredo sambil melepaskan secara perlahan tangan
ku.
“enggak...enggak boleh bahaya beb. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa?” aku terus menarik tanggan
Vredo.
“beb kamu gak kasihan sama nenek itu kalau bukan aku yang menolong siapa lagi? Semua sibuk
menyelamat
kan
diri
sendiri.”
“kembali lah untuk ku beb.” ucap ku akhirnya. Aku melepaskan genggaman ku Secara perlahan.
“aku sayang kamu beb.” Vredo mengecup kening ku sembari berlari kedalam kafe yang hampir habis
terbakar api semakin membesar. Sedangkan pemadam kebakaran tak kunjung datang.
“ya ALLAH selamatkan Vredo.” Doaku dalam hati. Selama 5 menit tak ada tanda-tanda Vredo keluar.
Tak lama berselang terlihat sesosok gadis kecil berlari sembari menangis terisak-isak ketakutan.
“cucuku akhirnya selamat, kamu gak papa kan?” tanya nenek itu pada cucunya dengan penuh rasa
khawatir.
Akupun
langsung
menghampiri.
“dik
dimana
kakak
yang
menolong
kamu
tadi.?”tanya
ku
penasaran.
“ada didalam kak, dia gak bisa banggun kak, aku disuruh lari jadi aku lari keluar.” ucap gadis itu. “gak
bisa bangun? Maksud kamu apa?” tanya ku yang masih binggung. Aku mempunyai firasat buruk
seakan paham akan jawaban dari pertanyaan yang ku tanyakan dari raut wajah muram gadis kecil itu.
“kakak itu tertimpa kayu kak, badanya ikut terbakar kayaknya. Aku lupa, karena aku langsung disuruh
lari sama kakak itu.” Jelas gadis kecil itu. Butiran bening air mata ku langsung jatuh membasahi kedua
pipi ku. Hati ku terasa tersayat, dan jantung ku terasa dihujam ribuan pisau.
“Vredoooo....” aku berteriak dengan sekuat tenaga yang aku punya. Aku merasa tubuh ku akan
terbang, pandangan mataku mulai kabur. Aku mencoba berdiri tapi tubuh ku malah ambruk dan semua
jadi
terasa
sangat
gelap.
Saat aku tersadar aku telah berada dirumah sakit bersama orang tua ku. “sayang kamu udah
sadar?kamu gak papa kan?” terlihat wajah mama ku yang cemas bercampur panik. “aku gak papa kok
ma.” Jawab ku masih memandang sekeliling ku. “bener kamu gak papa?” tanya papa meyakinkan ku.
Aku hanya menggelengkan kepala ku. Sesaat kemudian aku teringat akan Vredo. “Vredo..” guman ku
sambil
beranjak
bangun.
“kamu mau kemana sayang?” mama dan papa ku membantu ku untuk bangun. “Vredo ma,keadaan
Vredo gimana?”. “Vredo,memangnya kenapa dengan dia sayang?” tanya mama tampak bingung.
“Vredoi terjebak di kafe itu!” aku mulai menangis histeris. ”aku harus mencari Vredo!” aku beranjak
dari tempat tidur dan meninggalkan kamar rawat ku. “Ael kamu mau kemana?” ku dengar suara mama
yang panik, namun aku tak menghiraukanya. Aku terus berlari menyelusuri lorong rumah sakit sambil
berlari
dengan
beruarai
air
mata.
“Aell..” terdengar suara seseorang memanggil ku. Ku paling kan wajah kuketempat suara itu berasal.
Dan betapa terkejutnya aku,saat ku sadar ternyata itu adalah Vredo. “Vredo..” aku langsng memeluk
Vredo dengan erat. “kamu kenapa nengis beb?” suara Vredo terdengar seperti biasa, tak ada yang
beda.
“kamu gak papa kan beb?” aku mulai membelai wajah Vredo mulai dari rambut,telinga,dan kedua
pipinya yang lembut hingga bahu dan kedua tanganya. “aku gak papa, kamu jangan nangis lagi ya?
aku sayang kamu beb. I always in your heart.” Vredo mengecup keningku. Aku terpejam. Kurasakan
sensasi yang aneh di hati ku. Entah kenapa kali ini kecupanya terasa begitu dalam dan dingin.
“kak Ael..” teriak seseorang dengan suara nyaring. Suara yang masih kanak-kanak. Aku langsung
menoleh kearah suara itu. “kakak ngapain disitu.?” Tanya seseorang yang adalah gadis kecil yang
ditolong Vredo. “kok kamu tau nama kakak sih? Dan ngapain kamu disini?” tanya ku heran. “aku lagi
nyariin kakak.” jawab gadis kecil itu. “cari kakak buat apa?” aku merasa semakin binggung dan aneh.
“kakak kenapa ada disini?” gadis kecil itu bertanya lagi kepada ku. “aku lagi sam Vree,”suara ku
terhenti sesaat aku menoleh ke temapat Vredo berdiri tadi. Dan aku tlah menemukan Vredo tak ada
lagi.
“Vredoo..Vredoo..”aku menyelusuri lorong rumah sakit sembari memenggil nama Vredo. “kak Ael
,kak Vredo udah gak ada.” Ucap gadis itu sambil berlari ke arahku. “maksud kamu apa?”aku menatap
tajam gadis itu. “ayo kakak ikut aku.” Gadis kecil itu menarik tangan ku dan menggandengku
menuntun kearah sebuah ruangan. Ada 2 oang polisi sedang berdiri di pintu ruangan itu. Aku
membaca nama ruangan itu dengan ragu. “ka...mar..ma..yat.” seketika aku langsung mengundurkan
langkah ku menjauh dari ruangan itu. Dengan perasaan takut dicampur ragu, aku bertanya pada gadis
kecil itu. “mau apa kita kesini?” tanya ku dengan ragu pada gadis itu. “katanya kakak mau ketemu ma
kak Vredo.” jawab gadis itu. ”tidak...gak mungkin Vredo ada di dalam.” teriak ku histeris sembari
berlari kedalam ruangan itu. Dan aku melihat didalam hanya ada 1 mayat,dan itu mayat Vredo.
Kubuka kain penutup wajah Vredo. Terlihat wajah yang pucat dengan luka bakar di sekitarnya. Ku
kecup kening Vredo dengan berlinang air mata. Aku teringat ketika Vredo mengecup kening ku saat
hendak menolong gadis kecil itu, mungkin itu kecupan terakhir Vredo buat ku.
PACAR MAKAN TEMAN
Karya Titin Dewi J.P
Matahari mulai mendaki kaki sang langit. Perlahan-lahan beranjak dari peraduannya, hingga
kehangatannya mulai terasa oleh makhluk-makluk bumi. Tak begitu panas, namun cukup hangat
hingga membuat orang malas keluar rumah lantaran takut kena sinar UV. Namun bagiku itu adalah
anugrah, karena dengan begitu aku bisa nyuci baju yang belum aku cuci seminggu dan menumpuk di
pojok kamar kecil kosan ku.
Aku Vika, sejak awal masuk kuliah di Universitas Jember aku tak pernah punya kenalan cowok yang
cocok di hatiku buat jadi pacar plus driver buatku. Yahhh…. Akhirnya gini deh, kemana-kemana harus
on foot with my soulmate, Tiara. Tapi gag papa, karena temenku yang satu ini gokil banget, waaupun
sebenernya kita udah sahabatan dari awal masuk SMK, tapi kegokilannya jadi makin parah setelah
masuk kuliah ini.

Tak kusangka nomor nyasar dua hari yang lalu menjadi awal dari cerita ini. Awalnya sih dia kirim
message ke aku. Akunya sih biasa aja, kan emang dasarnya cewek cuek-cuek gitu. Padahal kalo’
dicuekin
balik
pasti
gag
mau.
“Mau aku jemput gag..?? mau yaa.. yaaa..yaaa… sekalian ketemuan gitu”, katanya lewat sms yang
dikirim ke my cell phone setelah aku bilang kalo’ aku lagi di bus, habis mudik. Dan aku iya’in aja.
Kan
lumayan
dapet
ojek
gratis.
Hehehe…
Ketika aku turun dari bus aku bingung yang mana orangnya, karena ini adalah pertama kita ketemu
semenjak kita chat lewat message seminggu yang lalu. Dan di seberang jalan tepat arah jam dua belas
aku
melihat
sesosok
tubuh
sedang
menunggu.
Mungkinkah
dia..??
“Vika
yaaa…,”
katanya
sambil
menghampiriku.
“Iya…
kamu
Findra
ta…??”
sahutku
kemudian.
Lalu dia menjabat tanganku seperti orang maaf-maafan pas lebaran. Aku tertawa dalam hati. Akupun
berfikir kekonyolan macam apa ini hingga membuatku salah tingkah seperti ini. Tanpa ku sadari aku
senyam-senyum
sendiri
tak
tau
apa
yang
sedang
ku
fikirkan.
“Thanks ya… dah nganterin jemput and nganterin aku ke kosan..” kataku sesampainya di depan pintu
gerbang
kosanku
yang
agak
mewah
itu.
“Oke… kalau butuh apa apa hubungi aku, jangan sungkan sungkan…” jawabnya sambil melontarkan
senyuman.
Dan Findra pun berlalu pulang. Namun benakku masih merekan jelas bayangannya. Tak kusangka dia
orangnya baik, enak diajak ngomong, lucu, nyambung, and yang terpenting aku ngerasa nyaman
didekatnya.
Duuhhh…
kok
jadi
aneh
gini
sih
aku..
“Kenapa kamu senyam-senyum gitu, kesambet setan darimana loe chuy…”, celetuk sahabatku Tiara
yang
tiba
tiba
muncul
di
hadapanku.
“Gila loe, aku kaget nie..” sahutku.
Aku pun berlalu meninggalkannya yang masih melongo kayak kebo di depan pintu kamar gara gara
heran lihat aku senyum senyum. Mungkin dia baru sadar kalau senyumanku ini bisa mengalihkan
dunianya. Dan itulah yang terjadi, dunianya beralih menjadi dunia yang penuh tanda tanya.
Lama lama aku kasihan juga melihat sahabatku, dari tadi aku saksikan wajahnya menyimpan
pertanyaan. Akhirnya aku putuskan untuk menceritakan apa yang membuat aku seperti ini. Dan dia
Cuma melongo, dan kali ini dia gag kayak kebo tapi lebih parah lagi, dia kayak sapi ompong yang gag
punya gigi. Namanya aja ompong jelas aja gag punya gigi, dasar oon gue.
Tiga hari kemudian aku diajak nonton sama Findra. Setelah nonton kita berdua dinner, terus muterin
alun-alun gag jelas tujuannya sambil ngobrol gag jelas juga. Lalu kita berhenti di kedai ice cream cone
kesukaanku and Tiara. And disitu dia nyatain perasaannya sama aku. Dia nembak aku. Dan aku
langsung
kena
tembakannya.
Jadi
malam
itu
aku
jadian
sama
dia.
Seminggu berlalu, dan aku punya rencana nyomblangin Tiara sama sepupunya Findra, Herma
namanya. Dua hari kemudian mereka jadian. Dan itu tandannya aku berhasil jadi mak comblang.
Wahh,
jadi
kayak
kontak
jodoh
aja
nih
aku.
“Besok
mudik
gag
chuy..??”
Tanya
Tiara
sepulang
dinner
sama
Herma.
“Kasih
tau
gag
yaaa…”
celetukku
menggodanya.
“Hhhmmm… kalo’ pulang sih ayo bareng aja, soalnya aku mau dianterin Herma, ntar kamu sama
Findra
yaaa…”
terangnya
kemudian.
Aku berpikir sejenak, lalu manggut manggut pertanda setuju.
Waktu mudik pun tiba. Sudah biasa bagi anak kos seperti kami selalu pulang saat week end tiba, jika
nggak punya uang. Tapi kalo’ masih full kantongnya kami hanya menunggu next week end. Namun
mudik kali ini akan lebih panjang karena seminggu full kita libur untuk minggu tenang. Suara sepeda
motor yang berhenti di depan gerbang kosanku membuatku harus cepat cepat keluar, karena aku tau
kalo’ itu Findra and Herma driver and co driver kami. Hehehe.
Dan benarlah bahwa mereka telah siap untuk mengantar para putri ke istana. Akhirnya kamipun
meluncur menuju ke terminal Pakusari, tempat dimana aku dan Tiara biasa menunggu bus.
Sesampainya di terminal kami berempat saling chatting. Findra pacarku, asyik ngobrol dengan
sahabatku Tiara tanpa menghiraukan keberadaanku dan Herma. Namun aku tak curiga sedikitpun,
karena aku percaya sahabatku tak mungkin menyakitiku.
Bus yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Dan kami pun berpisah. Setelah aku dan Tiara masuk ke
dalam bus, Tiara cerita tentang apa yang dia omongin sama Findra tadi. Sahabatku ini memang selalu
terbuka denganku. Apapun yang ia rasakan entah itu sedih atau bahagia, pasti dia selalu
menceritakannya padaku.
Suatu sore setelah dua hari aku berada di rumah, Tiara memberi tau aku kalau dia putus sama Herma.
Aku tanyai apa alasannya putus, dan dia menjawab kalau ternyata Herma sudah punya pacar. Aku jadi
ngerasa bersalah sama dia, karena aku yang menyomblangkannya dengan Herma. Tapi aku berusaha
menenangkan diri dan mencoba menghibur sahabatku itu. Akhirnya diapun merelakan hubungannya
yang harus kandas secepat itu.
Tak kusangka kalau putusnya Sahabatku dan Herma akan berimbas padaku. Dua hari kemudian Tiara
memberitahuku sebuah berita yang sebenarnya tak ingin kudengar, karena itu sungguh membuatku
muak. Sebenarnya aku tak mau mengingatnya, tapi karena aku harus bercerita padamu jadi terpaksa
deh ku buka kembali memori otakku untuk mengingat kata kata itu. Dan inilah kata-katanya lewat
message
yang
dikirimkan
padaku..
“Chuy kamu ngerasa aneh gag sih sama Findra..?? masa’ dia bilang gini ke aku… I LOVE YOU..”
Dan setelah itu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Findra. Walau aku tau
sahabatku tak mungkin menghiraukan kata-kata itu. Namun aku ngerasa Findra memang bukan
untukku dan dia kayaknya gag beneran sayang sama aku. Buktinya dia masih ngelirik sahabatku.
Bahkan disaat statusnya masih pacaran denganku dia berani bilang LOVE pada sahabatku sendiri.
LOVE LIFE STORY
Karya Marita
“Ta, ada yang mau Ari omongin,” kata Nino. Aku langsung menoleh ke arah Ari yang duduk di
samping aku. “Eh, gila lo, No!” balas Ari langsung. Nino mengisyaratkan Ari dengan gerakan
kepalanya supaya Ari mau memberitahu apa yang disembunyikannya pada aku. Tapi Ari menolak.
“Ya udah gw yang ngomong. Maaf ya, Ta. Gw cuma mau nyampein,” kata Nino lagi dengan nada
yang lebih berat dari sebelumnya. Sebenernya ada apa sih ini? Kok aku jadi takut gini ya?
Nino berdeham kecil. “Jadi gini, Ari sebenernya udah ngelakuin kesalahan. Mmm.. kesalahan yang
besar.” Setiap kata yang diucapkan Nino semakin membuat kecepatan detak jantung aku bertambah.
“Beberapa waktu yang lalu, Ari lagi di taman, dan singkat cerita ia ketemu cewek dan kenalan sama
cewek itu. Dia ngobrol sampai malem dan mau nganterin cewek itu pulang ke rumahnya. Namun,
waktu perjalanan pulang di mobil, cewek itu ngegodain Ari. Dan.. sorry ya, Ta, gw mesti bilang ke lo
kalo mereka lepas kendali.”

Aku terdiam. Mencerna kata-kata yang baru saja aku dengar. Ari yang duduk di sampingku terus
memegangi tangan aku dengan lembut seperti biasanya. Namun ada yang aneh hari ini. Aku sama
sekali tidak merasakan kenyamanan yang biasanya. Apa karena cerita yang barusan aku dengar?
“Ta, lo nggak apa-apa? Sorry gw harus ngomong itu ke lo,” kata Nino dengan rasa bersalah. Aku
hanya memandang wajah Nino yang ada di depan aku dengan pandangan yang semakin kabur. Ya,
kesadaranku
hilang.
***
“Parah
banget,
Ta!
Masa
lo
sampe
pingsan
gitu
dikerjainnya!?”
Suara nyaring Putri suskses menembus gendang telingaku. “Iya, mereka jahat banget tau! Gw udah
shock berat dengernya, sampe pingsan, dan ternyata itu bohongan!” balasku.
“Lo tau dari mana dia bohong?” tanya Putri mulai menginterogasi. “Ari bilang tadinya mau pura-pura
sampe anniv kita seminggu lagi, tapi ternyata hari pertama gw langsung pingsan, jadi langsung
dibatalin
deh,”
kataku
menjelaskan.
“Gw rasa ada yang aneh loh. Lo mesti hati-hati sama Ari, Ta. Beneran deh! Soalnya disebut bercanda
juga udah nggak wajar, Ta!” kata Putri mengomentari. “Dari dulu kali lo udah bilang terus-terusan ke
gw buat hati-hati sama Ari, tapi nggak ada apa-apa kan sampe lebih dari 19 bulan ini gw sama dia
pacaran.”
Putri mengangguk ragu. “Tapi jujur ya, Ta, sebagai sahabat lo sampe sekarang gw masih kurang setuju
lo pacaran sama cowok tipe Ari gitu. Playboy! Orang tua lo juga nggak setuju kan kayak gw?” balas
Putri
lagi.
“Iya
deh
iya,
gw
bakal
hati-hati
kok
ngadepin
dia.”
***
Malem minggu ini tugas banyak banget. Bukannya malem mingguan kayak pasangan lain, aku malah
terdampar di kamar berduaan sama laptop. Harus di-email sekarang lagi tugasnya ke guru botak itu.
Dengan sangat malas, aku pun mengaktifkan modem di laptop dan segera sign in untuk cepat-cepat
mengirimkan tugas yang udah aku kerjakan. Dan ketika aku sedang mengecek inbox, aku tertarik
melihat ada email masuk dari Facebook. Aku langsung teringat akun FB aku yang hilang begitu saja
beberapa bulan yang lalu. Memang sih, aku agak cuek di dunia maya dan membiarkan hal itu terjadi
begitu saja tanpa mempermasalahkannya.
Karena penasaran, aku baca email dari FB itu dan dikatakan bahwa akun FB aku sudah diambil alih
oleh email milik Ari. Aku sedikit terkejut dengan fakta itu, tapi aku nggak mau berpikiran macemmacem.
Lewat beberapa proses, aku mengambil alih kembali akun FB milikku dan mengaktifkannya. Setelah
bernostalgia dengan FB milikku, aku penasaran melihat perkembangan FB milik Ari. Dan aku lebih
terkejut lagi saat melihat deretan percakapan Ari di wallnya dengan seorang cewek bernama Dian,
dengan
berbagai
panggilan
sayang!
Aku
langsung
menangis.
Kaget
dengan
kenyataan
yang
aku
dapati.
“Halo, Ari?” sapaku lewat telepon. “Iya, ada apa sayang?” balasnya. “Aku baru bisa buka lagi FB aku,
dan aku liat-liat FB kamu,” kataku sambil berusaha keras menahan tangis.
Namun seberapa keras pun aku mencoba menahannya, air mataku tetap menetes, dan tidak tertahankan
lagi aku menangis dengan telepon tetap tersambung. Ari hanya diam. Mungkin kaget juga dengan
kenyataan yang aku ungkapkan barusan. Kaget karena hubungan gelapnya terbongkar.
“Tata,
maafin
aku
ya,”
kata
Ari
pelan.
“Aku salah apa sama kamu, Ri?” tanya aku heran. “Nggak, kamu nggak salah apa-apa sama aku.
Kamu udah terlalu baik sama aku, kamu udah mau tetep pacaran sama aku walopun banyak yang
nolak aku. Bulan kemarin, kamu bangga kenalin aku di acara sweet seventeen kamu ke semua orang,
kamu suapin aku first cake kamu, aku seneng jadi pacar kamu, Ta. Kamu udah perhatian banget, aku
juga masih inget waktu kamu jagain aku setiap hari sampe malem waktu aku dirawat, kamu baik
banget. Aku sayang sama kamu, sayang banget sama kamu! Tapi kamu terlalu baik, aku nggak pantes
buat
kamu.”
Kata-kata Ari terasa menusuk di hati aku. Itu membuat kenangan-kenangan yang udah selama ini aku
jalani sama Ari kembali terulang dalam sekejap. Dan itu membuat aku menyangkali kenyataan di
depan
mata
aku
ini.
“Kamu
sama
Dian,
ada
apa
sebenernya?”
tanyaku
sambil
terisak.
Ari terdiam sejenak. “Aku sama Dian.. pacaran. Seperti yang kamu liat sendiri di FB aku, dan itu udah
berjalan hampir 3 bulan yang lalu. Maaf,” jelas Ari. Dan itu terasa seperti tamparan keras! Semakin
nyata.
Semakin
tidak
bisa
disangkali
lagi.
“Tata,” panggil Ari pelan. Aku sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa sama sekali. Tangisan aku terlalu
hebat untuk mampu menjawab panggilan Ari. “Tata, maafin aku ya. Mungkin hubungan kita sampai di
sini
aja.
Kita
putus
ya...”
Tangisanku berhenti sekejap. Keadaan menjadi sangat sunyi, dan beberapa saat kemudian terdengar
nada sambungan yang terputus. Aku menelungkupkan tanganku di atas meja belajar, dan kembali
menangis
sejadi-jadinya.
***
Banyak kejadian yang terjadi setelah hubungan kami putus. Mulai dari hubungan aku dengan
sahabatku yang kembali saling terbuka, sampai terjadinya keretakan dalam pertemanan di kelas kami.
Memang, sangat sulit mengakui kenyataan kalo Ari bukan lagi siapa-siapa. Apalagi saat dia lebih
memilih Dian daripada aku, dan beberapa cewek setelahnya yang ia pacari setelah putus dari aku.
Saat ini, kalo kamu yang merasa sebagai Ari membaca cerita ini, aku cuma mau bilang kalo selama ini
bodohnya aku masih terus berharap hubungan kita bisa kembali lagi. Tapi dengan segala apa yang
telah kamu perbuat sampai saat ini, membuat aku semakin yakin kalo kamu memang bukan yang
terbaik buat aku.
Sekarang, udah lebih dari setahun sejak hubungan kita berakhir. Aku berterima kasih sama kamu atas
kejadian ini yang membuat aku terus belajar dalam hidup. Aku maafin kamu. Dan aku berharap jangan
ada lagi perempuan yang bernasib seperti aku dalam hidup kamu.
Anjing dan Bayangannya
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat
mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah
dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya
melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak
berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai.
Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di
tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia
kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
======
Pemerah Susu dan Embernya
Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari
peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir
dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak
cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan
dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat
indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam
muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli bajubaju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang
dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan
kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua
susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang
mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
======
Burung Gagak dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air
untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi
tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak
tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya.
Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi,
kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke
dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air
tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Pantun Sekolah
Jika hendak kamu melamar
Jangan banyak tulis dihapus
Jika siswa rajin belajar
Sudah tentu pasti lulus
Pergilah ke tepi kali
Jangan lupa bawa guci
Bangkitlah anak pertiwi
Bangunlah negerimu ini
Jika kita pegang kuas
Melukislah pada kertas
Jika anak bangsa cerdas
Bangsa pun berkualitas

Hendaklah melempar jangkar
Kalau ada perahu singgah
Kalau anak bangsa pintar
Negeri ini akan bangga

Kehutan mencari rusa
Hendaklah membawa tali
Wahai anak-anak bangsa
Cepat bangun lekas mandi
Jika kamu pergi ke dusun
Jangan lupa bawa beras
Belajarlah dengan tekun
Agar kita naik kelas

Jika pergi ke padang datar
Jangan lupa pulang berlabuh
Jika kita kepingin pintar
Belajarlah sungguh-sungguh
Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntulah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
jadikan itu jalan yang dituju
Jika pergi ke padang datar
Jangan lupa pulang berlabuh
Jika kita kepingin pintar
Belajarlah sungguh-sungguh
Jika ingin mendulang cadas
Jangan lupa palu baja
Jika murid tumbuh cerdas
Guru pun ikut bahagia
Jika kamu pergi ke dusun
Jangan lupa bawa beras
Belajarlah dengan tekun
Agar kita naik kelas
Jika kita makan petai
jangan lupa makan kerupuk
Jika kita ingin pandai
Ranjin-rajin baca buku
Pantun Cinta
jalan-jalan keliling dunia
cuma untuk beli akuarium
yg amat membuatku bahagia,
waktu melihatmu tersenyum
makan sepiring berdua,
bagai cinta yang setia,
pusingku pulih tiba-tiba,
dikarenakan kau obati dengan salam sapa
mentari tidak pernah keluar,
dikarenakan lagi tengah gerimis,
dikarenakan watakmu amat sabar,
bikin cintaku untukmu tidak dapat habis
buah rambutan kulitnya berbulu,
bila merah tandanya masak,
bila bener-bener cinta berikan kepenghulu,
jangan sampai hanya dibibir doang
meskipun cuma buah jambu
tetapi ini dapat diramu
walaupun jarang ketemu
cintaku cuma untukmu
Jalan-jalan ke samarinda
Tidak lupa bawa bambu
Makin lama makin bahagia
Lihat kamu berkerudung ungu
Kalau mau menanam tebu
Tanamlah di dekat pohon jambu
Kalau kau cinta padaku
Bilang saja I LOVE U
Makan roti minumnya susu
Susunya di campur madu
Walaupun tadi kita udah ketemu
Tapi hatiku masih terasa rindu
Aku sedang minum jamu
Minum di bawah pohon jambu
Aku tak mau kehilangan kamu
Karna ku sangat mencintaimu
Pagi pagi udah sarapan
Lauknya ikan teri
Met pagi aku ucapkan
Untukmu kekasih hati
Pulang belanja dari pasar baru
Tidak lupa beli kacang
Neng cantik yang menunggu
Awal bulan kita tunangan
Sore-sore makan sekoteng
Belanjanya di pasar baru
Abang sayang yang ganteng
Neng disini sudah menunggu
Kalau Cinta Ya Bilang Cinta
Kalau Sayang Ya Bilang Sayang
Jangan Ditunda Tunda
Nanti Di Ambil Orang
Kemanapun kaki melangkah
Aku selalu mengurai doa
Kemanapun cinta merambah
Aku selalu mengurai setia
Malam Senin ada tamu
Masuk rumah pake sepatu
Kalo adek mau jadi Pacarku
Alhamdulillah yah sesuatu
Hati senang diundang pesta
Sahabat lama yang sedang dinanti
Apakah ini artinya cinta
Jika tanpa tulus di hati
meskipun saya udah kenyang
terus mesti minum jamu
wanita yang ku sayang
bolehkah saya bertamu
Pantun Sahabat
Di Kalimantan membangun rumah
Rumah dibangun ditengah desa
Persahabatan yang paling indah
Takkan ku lupa sepanjang masa
Tutup pintu rapat-rapat
Jangan sampe dilihat orang
Kalo kamu ngaku sahabat
Kenapa Loe nusuk dari belakang
Bang Markum beli baju batik
Assalamu'alaikum temanku yang baik....???
Pergi ke pasar membeli mangga
Jangan lupa membeli pita
Hati siapa yang tak berbangga
Punya sahabat yang cantik jelita
Burung Elang burung Gelatik
Banyak burung terbang di Hutan
Aduh eneng makin cantik
Apakah boleh kita berkawan....???
Satu,dua,tiga,empat
Lima,enam,tujuh,delapan
Betapa senangnya punya sahabat
Sahabat yang baik dan juga tampan
Makan roti di Filipina
Makan ketupat di Malaysia
Tak pernah hati ini merana
Karena sahabat selalu setia
Ada papan, ada paku
Ada maling alias garong
Kalo kamu ngaku sahabatku
Beliin aku pulsa dong...!!!
Paling enak makan soto babat
Apalagi ditambah kecap
Paling demen punya sahabat
Rajin menolong tak banyak cakap
Paling enak makan bakso urat
Makannya sama si Kadir
Paling enak banyak sahabat
Apalagi sering ditraktir.....
UNTUK KAWANKU
(NN)
Aku tau aku salah
Aku tau aku melukai hati mu
Tapi bukan maksut ku seperti itu kawan
Kata-kata maaf slalu aku ucapkan untuk mu
Tapi apalah daya
tak ada gunanya semua itu di benakmu
Aku tak ingin persahabatan ini hancur
Aku ingin kita selalu tetap bersama
Maaf kan aku kawan
Aku sayank kalian
aku tak bisa apa" tanpa kalian
Aku tak bisa berdiri tegak tanpa kalian
Hanya kata" maaf yang bisa aku utarakan
Hanya kata" maaf yang bisa ku berikan
aku rela aku serahkan jiwa raga ku untuk kalian
Demi persahabataan ini aku rela berkorban hanya demi kalian
SAHABAT ITU.....
Puisi Psycho
Selalu hadir dalam kehidupan kita
Baik itu senang atau susah
Tak perlu berkata ia pasti mendengar
Semua cerita akan tercampur dengan bumbu kisahnya
Menegur kala kita salah mengambil langkah
Menyokong kala kita mengangkat satu keputusan
Bertanggung jawab walau tak ikut menyebabkan
Meniupkan hawa kedamaian kala kita terbalut dalam emosi
Dan…
Selalu seperti itu hingga takdir memisahkan
MENANGISLAH SOBAT
(Maulida)
Tak bisa ungkap dengan kata apapun
Ini memang sangat membosankan
Ini begitu melelahkan
Bahkan, ini sangat menjengkelkan
Tubuh seakan beku dalam bongkahan es
Membeku tidak tahu kapan akan mencair
Yaa, itu benar sobat
Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton
Menerangi tubuh di dalam kegelapan
Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata
Ini sangat menyedihkan.
Namun, ingatlah sobat.
Kau tidak sendiri
Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu
Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak
Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas
Karena itu lebih baik ku lihat
Dari pada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu
Bagai seorang tokoh tanpa dialog.
JANJI SUCI CINTA
Oleh Adelia L.K
Anggrek Biru
Kaulah saksi cintaku
Telah tertanam dalam jiwaku
Sebuah cinta suciku untuk dirimu
Takan ku lupa
Akan ku jaga
Dan ku rawat keindahanya
Di ladang jiwa berlahan kasih mesra
Dia malaikat penjaga hati
Berjanji padaku setia menemani
Memulai kisah cinta ini dengan sepenuh hati
Meraih cita cinta berdua hingga maut memisahkan kami
Membina mahligai indah berdua
Menempuh masalah dengan bijaksana
Mewujudkan mimpi masa depan cinta kita bersama
Bergandengan tangan kita bina rumah tangga
CINTA ADALAH KEJUJURAN
Oleh Penyair Tanpa Nama
Aku berbicara tentang apa itu cinta,
Meski aku saja belum bercinta,
Cinta bagi saya adalah kejujuran,
Saling percaya tanpa kejujuran antara belahan jiwa,
Selayaknya Kopi tanpa Gula,
Pahit serasa cinta,
Itulah cinta,
Niscahya terang langgeng,
Lantas surga hadir melengkapinya.
Cinta Adalah Kejujuran
IKLAS KASIHMU TERPANCAR DARI MATAMU
Oleh JN
Tidak pernah ku menduga akan mengenali mu
Kau membawa seribu sinar di kelam hati ini
Terbalut luka hati yang para dari penderitaan
Terucap kata kasih iklas dari mu..
Ku bagaikan di awang-awangan
keluh lidah tiada terkata bila mata mu
merenung ku dengan senyuman manja
hati berkata ku jatuh cinta pada mu..eeee!Maluyer..!
kau berkata jatuh cinta pada ku
terasa bergetar hati ini..
perasaan indah membelai jiwa
telaga kalbu yang merana kini kembali bahagia
Kini jalan yang berbatu penuh penderitaan
terasa sirna semuanya ..
kau berjanji akan bersama walau terpaksa
bersama ku merempuh duri-duri kehidupan
Namun satu yang harus ku sedari
penderitaan hati ini tiada lagi benci
yang ada kini cinta dan kasih padanya
kerana,
Iklas kasihmu Terpancar Dari Matamu..
Kini ku rindu kamu sayang...

More Related Content

What's hot

Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
Heni Handayani
 
Bidadariku annisa
Bidadariku annisaBidadariku annisa
Bidadariku annisa
Nurul Aulia
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
Ghina Siti Ramadhanty
 
Pulpen dari ayah
Pulpen dari ayahPulpen dari ayah
Pulpen dari ayah
CySmart Na
 
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latifCerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Latief Nagan
 
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartikaYou Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
Makmun Rasyid
 

What's hot (20)

Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
 
Karma
KarmaKarma
Karma
 
Cerita versi ku
Cerita versi kuCerita versi ku
Cerita versi ku
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
 
Alinalisis cerpen
Alinalisis cerpenAlinalisis cerpen
Alinalisis cerpen
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Bidadariku annisa
Bidadariku annisaBidadariku annisa
Bidadariku annisa
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Science of love
Science of loveScience of love
Science of love
 
Kelompok borobudur
Kelompok  borobudurKelompok  borobudur
Kelompok borobudur
 
Kenangan
KenanganKenangan
Kenangan
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpenSemangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
Lost One Love
Lost One LoveLost One Love
Lost One Love
 
Pulpen dari ayah
Pulpen dari ayahPulpen dari ayah
Pulpen dari ayah
 
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latifCerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartikaYou Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
 

Similar to Pantun

Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
Heni Handayani
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_ada
Amir Haruna
 
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibucerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
Raya Dewinta
 
Dibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuDibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibu
Raya Dewinta
 
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Poetra Chebhungsu
 

Similar to Pantun (20)

Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bunda
 
Kado buat elisa
Kado buat elisaKado buat elisa
Kado buat elisa
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_ada
 
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibucerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
 
Dibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuDibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibu
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)
 
Karena dia
Karena diaKarena dia
Karena dia
 
Ccccc
CccccCcccc
Ccccc
 
Di balik tawa
Di balik tawaDi balik tawa
Di balik tawa
 
The Unforgetable
The UnforgetableThe Unforgetable
The Unforgetable
 
Aku mencintaimu
Aku mencintaimuAku mencintaimu
Aku mencintaimu
 
NOVEL ESTERRRR.ppt
NOVEL ESTERRRR.pptNOVEL ESTERRRR.ppt
NOVEL ESTERRRR.ppt
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Ceritaku
CeritakuCeritaku
Ceritaku
 
Ika r (po)
Ika r (po)Ika r (po)
Ika r (po)
 
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
 
Aku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamikuAku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamiku
 

Pantun

  • 1. Sahabat Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti
  • 2. baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.
  • 3. UNTUK SAHABAT Karya NN Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada „sahabat‟ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, „sahabatku‟. Tanpa mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku. Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya. Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagilagi mereka „menjauhiku‟. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh „sahabat-sahabatku‟ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku. Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku.
  • 4. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan „curhatanku‟. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya. Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan „ingin menjadi sahabat‟ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma‟ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula tinggalkannya.
  • 5. PERSAHABATAN Cerpen NN Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya. Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella. Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis. Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat. Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk.
  • 6. “Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku. Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.
  • 7. KENANGAN INDAH DI POHON MANGGA Karya Nining Septia Siang ini terlihat sangat mendung. Awan tak seputih kapas. Udaranya mendung namun hawanya sangat panas. “sungguh aneh dan tak biasa.” pikir ku dalam hati. Ku tatap kembali pohon dibelakangku yang kini menjadi tempat berteduh RACHEL LOVE VREDO . “aahhh....aku kangen banget sama kamu Do” aku memandang nama ku dan nama Vredo yang dihiasi ukiran berbentuk love di tengahnya. Yah Vredo adalah kekasih ku, kekasih yang sangat aku sayangi. Dan aku sedang menunggu nya dibawah pohon mangga yang ada di tepi danau ini. Pohon cinta yang menjadi saksi terjadinya cinta ku dan Vredo. “Aell..” sebuah suara yang terdengar sangat riang memanggil nama ku. Ku alih kan pandangan ku pada arah suara itu dan ternyata dugaan ku benar itu adalah suara Vredo kekasih ku. “Vredo...”aku berlari menghampiri Vredo di pinggir jalan, Vredo pun ikut menghampiri ku setengah berlari. “aku kangen kamu Do” aku memeluk tubuh Vredo dengan erat. Vredo pun membalas pelukan ku dengan penuh kasih sayang dan rasa rindu yang mendalam. “aku juga kangen kamu Ael. 1 minggu serasa 1 tahun bagi ku, aku bener-bener kangen sama kamu cantik, sama wajah kamu dan sama kecerewetan kamu.” kata Vredo sembari mencubit kedua pipi ku dengan perlahan dan penuh kasih sayang. “oh yah bebh aku punya sesuatu untuk kamu,semoga aja kamu suka yah.” kata Vredo sembari mengeluarkan sesuatu dari saku belakang celananya. “untuk aku? Apa itu beb?” tanya ku kegirangan. “tarraaaa.....” seru Vredo sembari menyodorkan kotak kecil berwarna pink yang dihiasi pita berwarna ungu muda dan memberikanya kepada ku. Aku membukanya secara perlahan dan ternyata itu sebuah kalung dengan liontin love agak besar menggantung ditali kalung berwarna perak itu. Ku buka liontin yang berbentuk hati itu, dan nampaklah wajah ku dan wajah Vredo. “woowww...lucu banget...makasih yah beb.” Aku memeluk vredo lagi. Aku sangat senang bisa ketemu Vredo, setelah 1 minggu kita tak bertemu, karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Apalagi kita sebentar lagi ujian, dan karena aku dan dia berbeda sekolah. Jadi jika kita ingin bertemu harus mencari waktu yang tepat. Hubungan ku dan Vredo sudah berjalan hampir 3 tahun. Kita pacaran sejak 1 SMA, Vredo adalah teman SMP ku. Aku sudah tertarik pada Vredo sejak pertama masuk SMP. Tapi Vredo resmi jadi pacar ku saat kita sudah SMA. Dia menggajak ku ke danau ini dan di bawah pohon mangga inilah dia menembak ku. Yah pohon mangga ini lah yang menjadi saksi perjalanan cinta ku selama 3 tahun. Dalam keadaan apapun,baik senang apapun susah aku selalu bertemu disini mencurahkan semua perasaan kita. Aku dan Vredo bukanlah anak dari keluarga yang mampu, boleh dibilang kita berasal dari keluarga
  • 8. yang sederhana. Tapi itu semua tak menghalangi rasa sayang ku kepadanya karena selain baik dan manis dia juga pintar. Untuk masuk SMA pun dia tak perlu memikirkan biaya sekolah, karena sewaktu SMP dia selalu mendapat rangking 1 dan tentulah ia mendapat biasiswa untuk bersekolah disalah 1 SMA terfavorit dijakarta. “Ael kamu pakai terus yah kalung ini jangan sampai hilang.” Kata Vredo membuyarkan lamunan ku. Akupun hanya tersenyum manis sembari terus memandangi liontin itu. “sini biar aku pakai kan.” Sembari memakaikan kalung itu dileherku. “kamu terlihat lebih cantik pakai kelung ini,aku makin seyang sama kamu, aku harap kamu bisa jadi pertama dan terakhir ku. I LOVE U SO MUCH HONEY.” kata Vredo sembari mengecup kening ku dengan mesra. “yah pasti itu beb, I LOVE TOO SO MUCH.” Balas ku. “oh yah kamu udah makan belum? Kita makan yuk.”ajak Vredo pada ku. Setibanya di kafe yang jarak nya tak jauh dari danau itu. Vredo pun memesan makanan untuk ku dan dia. Sedang asik-asik nya kita menikmati makanan itu tiba-tiba “KEBAKARAN-KEBAKARAN” ada seorang karyawan kafe tempat kami sedang makan siang berteriak histeris. “kebakaran ?” aku yang masih binggung dan tak percaya,langsung ditarik oleh Vredo. “ayo cepat pergi dari sini!.” Vredo menarik ku dan menggenggam tangan ku dengan erat. Asap semakin tebal dan api terus menjalar kesetiap ruangan. Aku dan Vredo telah berhasil menyelamatkan diri disebrang kafe. Vredo masih menggenggam erat tangan ku. Keringat dingin yang berasal dari tanganya mengalir perlahan ketangan ku. Tiba-tiba ada seorang nenek berteriak minta tolong. “cucuuu ku.”nenek itu berteriak parau sambil menangis menjerit. Vredo dan aku menghampiri nenek itu. “ nenek kenapa ? cucu nenek masih didalam ?” tanya Vredo pada nenek itu. “yah cucu nenek masih didalam, tolong dia nak,nenek mohon.” Ucap nenek itu sambil beruarai air mata. Vredo melepaskan genggaman tanganya pada tangan ku dan hendak berlari namun dengan cepat aku meraih tanganya dan menahanya. “kamu mau kemana beb?” tanya ku yang panik karena sudah bisa menebak maksudnya.” Aku yakin kamu tau. Plis beb aku pasti bantu anak itu.” ucap Vredo sambil melepaskan secara perlahan tangan ku. “enggak...enggak boleh bahaya beb. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa?” aku terus menarik tanggan Vredo. “beb kamu gak kasihan sama nenek itu kalau bukan aku yang menolong siapa lagi? Semua sibuk menyelamat kan diri sendiri.” “kembali lah untuk ku beb.” ucap ku akhirnya. Aku melepaskan genggaman ku Secara perlahan. “aku sayang kamu beb.” Vredo mengecup kening ku sembari berlari kedalam kafe yang hampir habis terbakar api semakin membesar. Sedangkan pemadam kebakaran tak kunjung datang. “ya ALLAH selamatkan Vredo.” Doaku dalam hati. Selama 5 menit tak ada tanda-tanda Vredo keluar. Tak lama berselang terlihat sesosok gadis kecil berlari sembari menangis terisak-isak ketakutan. “cucuku akhirnya selamat, kamu gak papa kan?” tanya nenek itu pada cucunya dengan penuh rasa khawatir. Akupun langsung menghampiri. “dik dimana kakak yang menolong kamu tadi.?”tanya ku penasaran. “ada didalam kak, dia gak bisa banggun kak, aku disuruh lari jadi aku lari keluar.” ucap gadis itu. “gak bisa bangun? Maksud kamu apa?” tanya ku yang masih binggung. Aku mempunyai firasat buruk seakan paham akan jawaban dari pertanyaan yang ku tanyakan dari raut wajah muram gadis kecil itu. “kakak itu tertimpa kayu kak, badanya ikut terbakar kayaknya. Aku lupa, karena aku langsung disuruh lari sama kakak itu.” Jelas gadis kecil itu. Butiran bening air mata ku langsung jatuh membasahi kedua pipi ku. Hati ku terasa tersayat, dan jantung ku terasa dihujam ribuan pisau. “Vredoooo....” aku berteriak dengan sekuat tenaga yang aku punya. Aku merasa tubuh ku akan terbang, pandangan mataku mulai kabur. Aku mencoba berdiri tapi tubuh ku malah ambruk dan semua jadi terasa sangat gelap. Saat aku tersadar aku telah berada dirumah sakit bersama orang tua ku. “sayang kamu udah sadar?kamu gak papa kan?” terlihat wajah mama ku yang cemas bercampur panik. “aku gak papa kok
  • 9. ma.” Jawab ku masih memandang sekeliling ku. “bener kamu gak papa?” tanya papa meyakinkan ku. Aku hanya menggelengkan kepala ku. Sesaat kemudian aku teringat akan Vredo. “Vredo..” guman ku sambil beranjak bangun. “kamu mau kemana sayang?” mama dan papa ku membantu ku untuk bangun. “Vredo ma,keadaan Vredo gimana?”. “Vredo,memangnya kenapa dengan dia sayang?” tanya mama tampak bingung. “Vredoi terjebak di kafe itu!” aku mulai menangis histeris. ”aku harus mencari Vredo!” aku beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan kamar rawat ku. “Ael kamu mau kemana?” ku dengar suara mama yang panik, namun aku tak menghiraukanya. Aku terus berlari menyelusuri lorong rumah sakit sambil berlari dengan beruarai air mata. “Aell..” terdengar suara seseorang memanggil ku. Ku paling kan wajah kuketempat suara itu berasal. Dan betapa terkejutnya aku,saat ku sadar ternyata itu adalah Vredo. “Vredo..” aku langsng memeluk Vredo dengan erat. “kamu kenapa nengis beb?” suara Vredo terdengar seperti biasa, tak ada yang beda. “kamu gak papa kan beb?” aku mulai membelai wajah Vredo mulai dari rambut,telinga,dan kedua pipinya yang lembut hingga bahu dan kedua tanganya. “aku gak papa, kamu jangan nangis lagi ya? aku sayang kamu beb. I always in your heart.” Vredo mengecup keningku. Aku terpejam. Kurasakan sensasi yang aneh di hati ku. Entah kenapa kali ini kecupanya terasa begitu dalam dan dingin. “kak Ael..” teriak seseorang dengan suara nyaring. Suara yang masih kanak-kanak. Aku langsung menoleh kearah suara itu. “kakak ngapain disitu.?” Tanya seseorang yang adalah gadis kecil yang ditolong Vredo. “kok kamu tau nama kakak sih? Dan ngapain kamu disini?” tanya ku heran. “aku lagi nyariin kakak.” jawab gadis kecil itu. “cari kakak buat apa?” aku merasa semakin binggung dan aneh. “kakak kenapa ada disini?” gadis kecil itu bertanya lagi kepada ku. “aku lagi sam Vree,”suara ku terhenti sesaat aku menoleh ke temapat Vredo berdiri tadi. Dan aku tlah menemukan Vredo tak ada lagi. “Vredoo..Vredoo..”aku menyelusuri lorong rumah sakit sembari memenggil nama Vredo. “kak Ael ,kak Vredo udah gak ada.” Ucap gadis itu sambil berlari ke arahku. “maksud kamu apa?”aku menatap tajam gadis itu. “ayo kakak ikut aku.” Gadis kecil itu menarik tangan ku dan menggandengku menuntun kearah sebuah ruangan. Ada 2 oang polisi sedang berdiri di pintu ruangan itu. Aku membaca nama ruangan itu dengan ragu. “ka...mar..ma..yat.” seketika aku langsung mengundurkan langkah ku menjauh dari ruangan itu. Dengan perasaan takut dicampur ragu, aku bertanya pada gadis kecil itu. “mau apa kita kesini?” tanya ku dengan ragu pada gadis itu. “katanya kakak mau ketemu ma kak Vredo.” jawab gadis itu. ”tidak...gak mungkin Vredo ada di dalam.” teriak ku histeris sembari berlari kedalam ruangan itu. Dan aku melihat didalam hanya ada 1 mayat,dan itu mayat Vredo. Kubuka kain penutup wajah Vredo. Terlihat wajah yang pucat dengan luka bakar di sekitarnya. Ku kecup kening Vredo dengan berlinang air mata. Aku teringat ketika Vredo mengecup kening ku saat hendak menolong gadis kecil itu, mungkin itu kecupan terakhir Vredo buat ku.
  • 10. PACAR MAKAN TEMAN Karya Titin Dewi J.P Matahari mulai mendaki kaki sang langit. Perlahan-lahan beranjak dari peraduannya, hingga kehangatannya mulai terasa oleh makhluk-makluk bumi. Tak begitu panas, namun cukup hangat hingga membuat orang malas keluar rumah lantaran takut kena sinar UV. Namun bagiku itu adalah anugrah, karena dengan begitu aku bisa nyuci baju yang belum aku cuci seminggu dan menumpuk di pojok kamar kecil kosan ku. Aku Vika, sejak awal masuk kuliah di Universitas Jember aku tak pernah punya kenalan cowok yang cocok di hatiku buat jadi pacar plus driver buatku. Yahhh…. Akhirnya gini deh, kemana-kemana harus on foot with my soulmate, Tiara. Tapi gag papa, karena temenku yang satu ini gokil banget, waaupun sebenernya kita udah sahabatan dari awal masuk SMK, tapi kegokilannya jadi makin parah setelah masuk kuliah ini. Tak kusangka nomor nyasar dua hari yang lalu menjadi awal dari cerita ini. Awalnya sih dia kirim message ke aku. Akunya sih biasa aja, kan emang dasarnya cewek cuek-cuek gitu. Padahal kalo’ dicuekin balik pasti gag mau. “Mau aku jemput gag..?? mau yaa.. yaaa..yaaa… sekalian ketemuan gitu”, katanya lewat sms yang dikirim ke my cell phone setelah aku bilang kalo’ aku lagi di bus, habis mudik. Dan aku iya’in aja. Kan lumayan dapet ojek gratis. Hehehe… Ketika aku turun dari bus aku bingung yang mana orangnya, karena ini adalah pertama kita ketemu semenjak kita chat lewat message seminggu yang lalu. Dan di seberang jalan tepat arah jam dua belas aku melihat sesosok tubuh sedang menunggu. Mungkinkah dia..?? “Vika yaaa…,” katanya sambil menghampiriku. “Iya… kamu Findra ta…??” sahutku kemudian. Lalu dia menjabat tanganku seperti orang maaf-maafan pas lebaran. Aku tertawa dalam hati. Akupun berfikir kekonyolan macam apa ini hingga membuatku salah tingkah seperti ini. Tanpa ku sadari aku senyam-senyum sendiri tak tau apa yang sedang ku fikirkan. “Thanks ya… dah nganterin jemput and nganterin aku ke kosan..” kataku sesampainya di depan pintu gerbang kosanku yang agak mewah itu. “Oke… kalau butuh apa apa hubungi aku, jangan sungkan sungkan…” jawabnya sambil melontarkan senyuman. Dan Findra pun berlalu pulang. Namun benakku masih merekan jelas bayangannya. Tak kusangka dia orangnya baik, enak diajak ngomong, lucu, nyambung, and yang terpenting aku ngerasa nyaman
  • 11. didekatnya. Duuhhh… kok jadi aneh gini sih aku.. “Kenapa kamu senyam-senyum gitu, kesambet setan darimana loe chuy…”, celetuk sahabatku Tiara yang tiba tiba muncul di hadapanku. “Gila loe, aku kaget nie..” sahutku. Aku pun berlalu meninggalkannya yang masih melongo kayak kebo di depan pintu kamar gara gara heran lihat aku senyum senyum. Mungkin dia baru sadar kalau senyumanku ini bisa mengalihkan dunianya. Dan itulah yang terjadi, dunianya beralih menjadi dunia yang penuh tanda tanya. Lama lama aku kasihan juga melihat sahabatku, dari tadi aku saksikan wajahnya menyimpan pertanyaan. Akhirnya aku putuskan untuk menceritakan apa yang membuat aku seperti ini. Dan dia Cuma melongo, dan kali ini dia gag kayak kebo tapi lebih parah lagi, dia kayak sapi ompong yang gag punya gigi. Namanya aja ompong jelas aja gag punya gigi, dasar oon gue. Tiga hari kemudian aku diajak nonton sama Findra. Setelah nonton kita berdua dinner, terus muterin alun-alun gag jelas tujuannya sambil ngobrol gag jelas juga. Lalu kita berhenti di kedai ice cream cone kesukaanku and Tiara. And disitu dia nyatain perasaannya sama aku. Dia nembak aku. Dan aku langsung kena tembakannya. Jadi malam itu aku jadian sama dia. Seminggu berlalu, dan aku punya rencana nyomblangin Tiara sama sepupunya Findra, Herma namanya. Dua hari kemudian mereka jadian. Dan itu tandannya aku berhasil jadi mak comblang. Wahh, jadi kayak kontak jodoh aja nih aku. “Besok mudik gag chuy..??” Tanya Tiara sepulang dinner sama Herma. “Kasih tau gag yaaa…” celetukku menggodanya. “Hhhmmm… kalo’ pulang sih ayo bareng aja, soalnya aku mau dianterin Herma, ntar kamu sama Findra yaaa…” terangnya kemudian. Aku berpikir sejenak, lalu manggut manggut pertanda setuju. Waktu mudik pun tiba. Sudah biasa bagi anak kos seperti kami selalu pulang saat week end tiba, jika nggak punya uang. Tapi kalo’ masih full kantongnya kami hanya menunggu next week end. Namun mudik kali ini akan lebih panjang karena seminggu full kita libur untuk minggu tenang. Suara sepeda motor yang berhenti di depan gerbang kosanku membuatku harus cepat cepat keluar, karena aku tau kalo’ itu Findra and Herma driver and co driver kami. Hehehe. Dan benarlah bahwa mereka telah siap untuk mengantar para putri ke istana. Akhirnya kamipun meluncur menuju ke terminal Pakusari, tempat dimana aku dan Tiara biasa menunggu bus. Sesampainya di terminal kami berempat saling chatting. Findra pacarku, asyik ngobrol dengan sahabatku Tiara tanpa menghiraukan keberadaanku dan Herma. Namun aku tak curiga sedikitpun, karena aku percaya sahabatku tak mungkin menyakitiku. Bus yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Dan kami pun berpisah. Setelah aku dan Tiara masuk ke dalam bus, Tiara cerita tentang apa yang dia omongin sama Findra tadi. Sahabatku ini memang selalu terbuka denganku. Apapun yang ia rasakan entah itu sedih atau bahagia, pasti dia selalu menceritakannya padaku. Suatu sore setelah dua hari aku berada di rumah, Tiara memberi tau aku kalau dia putus sama Herma. Aku tanyai apa alasannya putus, dan dia menjawab kalau ternyata Herma sudah punya pacar. Aku jadi ngerasa bersalah sama dia, karena aku yang menyomblangkannya dengan Herma. Tapi aku berusaha menenangkan diri dan mencoba menghibur sahabatku itu. Akhirnya diapun merelakan hubungannya yang harus kandas secepat itu. Tak kusangka kalau putusnya Sahabatku dan Herma akan berimbas padaku. Dua hari kemudian Tiara memberitahuku sebuah berita yang sebenarnya tak ingin kudengar, karena itu sungguh membuatku muak. Sebenarnya aku tak mau mengingatnya, tapi karena aku harus bercerita padamu jadi terpaksa deh ku buka kembali memori otakku untuk mengingat kata kata itu. Dan inilah kata-katanya lewat
  • 12. message yang dikirimkan padaku.. “Chuy kamu ngerasa aneh gag sih sama Findra..?? masa’ dia bilang gini ke aku… I LOVE YOU..” Dan setelah itu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Findra. Walau aku tau sahabatku tak mungkin menghiraukan kata-kata itu. Namun aku ngerasa Findra memang bukan untukku dan dia kayaknya gag beneran sayang sama aku. Buktinya dia masih ngelirik sahabatku. Bahkan disaat statusnya masih pacaran denganku dia berani bilang LOVE pada sahabatku sendiri.
  • 13. LOVE LIFE STORY Karya Marita “Ta, ada yang mau Ari omongin,” kata Nino. Aku langsung menoleh ke arah Ari yang duduk di samping aku. “Eh, gila lo, No!” balas Ari langsung. Nino mengisyaratkan Ari dengan gerakan kepalanya supaya Ari mau memberitahu apa yang disembunyikannya pada aku. Tapi Ari menolak. “Ya udah gw yang ngomong. Maaf ya, Ta. Gw cuma mau nyampein,” kata Nino lagi dengan nada yang lebih berat dari sebelumnya. Sebenernya ada apa sih ini? Kok aku jadi takut gini ya? Nino berdeham kecil. “Jadi gini, Ari sebenernya udah ngelakuin kesalahan. Mmm.. kesalahan yang besar.” Setiap kata yang diucapkan Nino semakin membuat kecepatan detak jantung aku bertambah. “Beberapa waktu yang lalu, Ari lagi di taman, dan singkat cerita ia ketemu cewek dan kenalan sama cewek itu. Dia ngobrol sampai malem dan mau nganterin cewek itu pulang ke rumahnya. Namun, waktu perjalanan pulang di mobil, cewek itu ngegodain Ari. Dan.. sorry ya, Ta, gw mesti bilang ke lo kalo mereka lepas kendali.” Aku terdiam. Mencerna kata-kata yang baru saja aku dengar. Ari yang duduk di sampingku terus memegangi tangan aku dengan lembut seperti biasanya. Namun ada yang aneh hari ini. Aku sama sekali tidak merasakan kenyamanan yang biasanya. Apa karena cerita yang barusan aku dengar? “Ta, lo nggak apa-apa? Sorry gw harus ngomong itu ke lo,” kata Nino dengan rasa bersalah. Aku hanya memandang wajah Nino yang ada di depan aku dengan pandangan yang semakin kabur. Ya, kesadaranku hilang. *** “Parah banget, Ta! Masa lo sampe pingsan gitu dikerjainnya!?” Suara nyaring Putri suskses menembus gendang telingaku. “Iya, mereka jahat banget tau! Gw udah shock berat dengernya, sampe pingsan, dan ternyata itu bohongan!” balasku. “Lo tau dari mana dia bohong?” tanya Putri mulai menginterogasi. “Ari bilang tadinya mau pura-pura sampe anniv kita seminggu lagi, tapi ternyata hari pertama gw langsung pingsan, jadi langsung dibatalin deh,” kataku menjelaskan. “Gw rasa ada yang aneh loh. Lo mesti hati-hati sama Ari, Ta. Beneran deh! Soalnya disebut bercanda juga udah nggak wajar, Ta!” kata Putri mengomentari. “Dari dulu kali lo udah bilang terus-terusan ke gw buat hati-hati sama Ari, tapi nggak ada apa-apa kan sampe lebih dari 19 bulan ini gw sama dia pacaran.” Putri mengangguk ragu. “Tapi jujur ya, Ta, sebagai sahabat lo sampe sekarang gw masih kurang setuju lo pacaran sama cowok tipe Ari gitu. Playboy! Orang tua lo juga nggak setuju kan kayak gw?” balas Putri lagi. “Iya deh iya, gw bakal hati-hati kok ngadepin dia.”
  • 14. *** Malem minggu ini tugas banyak banget. Bukannya malem mingguan kayak pasangan lain, aku malah terdampar di kamar berduaan sama laptop. Harus di-email sekarang lagi tugasnya ke guru botak itu. Dengan sangat malas, aku pun mengaktifkan modem di laptop dan segera sign in untuk cepat-cepat mengirimkan tugas yang udah aku kerjakan. Dan ketika aku sedang mengecek inbox, aku tertarik melihat ada email masuk dari Facebook. Aku langsung teringat akun FB aku yang hilang begitu saja beberapa bulan yang lalu. Memang sih, aku agak cuek di dunia maya dan membiarkan hal itu terjadi begitu saja tanpa mempermasalahkannya. Karena penasaran, aku baca email dari FB itu dan dikatakan bahwa akun FB aku sudah diambil alih oleh email milik Ari. Aku sedikit terkejut dengan fakta itu, tapi aku nggak mau berpikiran macemmacem. Lewat beberapa proses, aku mengambil alih kembali akun FB milikku dan mengaktifkannya. Setelah bernostalgia dengan FB milikku, aku penasaran melihat perkembangan FB milik Ari. Dan aku lebih terkejut lagi saat melihat deretan percakapan Ari di wallnya dengan seorang cewek bernama Dian, dengan berbagai panggilan sayang! Aku langsung menangis. Kaget dengan kenyataan yang aku dapati. “Halo, Ari?” sapaku lewat telepon. “Iya, ada apa sayang?” balasnya. “Aku baru bisa buka lagi FB aku, dan aku liat-liat FB kamu,” kataku sambil berusaha keras menahan tangis. Namun seberapa keras pun aku mencoba menahannya, air mataku tetap menetes, dan tidak tertahankan lagi aku menangis dengan telepon tetap tersambung. Ari hanya diam. Mungkin kaget juga dengan kenyataan yang aku ungkapkan barusan. Kaget karena hubungan gelapnya terbongkar. “Tata, maafin aku ya,” kata Ari pelan. “Aku salah apa sama kamu, Ri?” tanya aku heran. “Nggak, kamu nggak salah apa-apa sama aku. Kamu udah terlalu baik sama aku, kamu udah mau tetep pacaran sama aku walopun banyak yang nolak aku. Bulan kemarin, kamu bangga kenalin aku di acara sweet seventeen kamu ke semua orang, kamu suapin aku first cake kamu, aku seneng jadi pacar kamu, Ta. Kamu udah perhatian banget, aku juga masih inget waktu kamu jagain aku setiap hari sampe malem waktu aku dirawat, kamu baik banget. Aku sayang sama kamu, sayang banget sama kamu! Tapi kamu terlalu baik, aku nggak pantes buat kamu.” Kata-kata Ari terasa menusuk di hati aku. Itu membuat kenangan-kenangan yang udah selama ini aku jalani sama Ari kembali terulang dalam sekejap. Dan itu membuat aku menyangkali kenyataan di depan mata aku ini. “Kamu sama Dian, ada apa sebenernya?” tanyaku sambil terisak. Ari terdiam sejenak. “Aku sama Dian.. pacaran. Seperti yang kamu liat sendiri di FB aku, dan itu udah berjalan hampir 3 bulan yang lalu. Maaf,” jelas Ari. Dan itu terasa seperti tamparan keras! Semakin nyata. Semakin tidak bisa disangkali lagi. “Tata,” panggil Ari pelan. Aku sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa sama sekali. Tangisan aku terlalu hebat untuk mampu menjawab panggilan Ari. “Tata, maafin aku ya. Mungkin hubungan kita sampai di sini aja. Kita putus ya...” Tangisanku berhenti sekejap. Keadaan menjadi sangat sunyi, dan beberapa saat kemudian terdengar nada sambungan yang terputus. Aku menelungkupkan tanganku di atas meja belajar, dan kembali menangis sejadi-jadinya. *** Banyak kejadian yang terjadi setelah hubungan kami putus. Mulai dari hubungan aku dengan
  • 15. sahabatku yang kembali saling terbuka, sampai terjadinya keretakan dalam pertemanan di kelas kami. Memang, sangat sulit mengakui kenyataan kalo Ari bukan lagi siapa-siapa. Apalagi saat dia lebih memilih Dian daripada aku, dan beberapa cewek setelahnya yang ia pacari setelah putus dari aku. Saat ini, kalo kamu yang merasa sebagai Ari membaca cerita ini, aku cuma mau bilang kalo selama ini bodohnya aku masih terus berharap hubungan kita bisa kembali lagi. Tapi dengan segala apa yang telah kamu perbuat sampai saat ini, membuat aku semakin yakin kalo kamu memang bukan yang terbaik buat aku. Sekarang, udah lebih dari setahun sejak hubungan kita berakhir. Aku berterima kasih sama kamu atas kejadian ini yang membuat aku terus belajar dalam hidup. Aku maafin kamu. Dan aku berharap jangan ada lagi perempuan yang bernasib seperti aku dalam hidup kamu.
  • 16. Anjing dan Bayangannya Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya. Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya. ======
  • 17. Pemerah Susu dan Embernya Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan. "Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli bajubaju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!" Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya. ======
  • 18.
  • 19. Burung Gagak dan Sebuah Kendi Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan. Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
  • 20. Pantun Sekolah Jika hendak kamu melamar Jangan banyak tulis dihapus Jika siswa rajin belajar Sudah tentu pasti lulus Pergilah ke tepi kali Jangan lupa bawa guci Bangkitlah anak pertiwi Bangunlah negerimu ini Jika kita pegang kuas Melukislah pada kertas Jika anak bangsa cerdas Bangsa pun berkualitas Hendaklah melempar jangkar Kalau ada perahu singgah Kalau anak bangsa pintar Negeri ini akan bangga Kehutan mencari rusa Hendaklah membawa tali Wahai anak-anak bangsa Cepat bangun lekas mandi Jika kamu pergi ke dusun Jangan lupa bawa beras Belajarlah dengan tekun Agar kita naik kelas Jika pergi ke padang datar Jangan lupa pulang berlabuh Jika kita kepingin pintar Belajarlah sungguh-sungguh
  • 21. Ada ubi ada talas Ada budi ada balas Sebab pulut santan binasa Sebab mulut badan merana Anak ayam turun sepuluh Mati satu tinggal sembilan Tuntulah ilmu dengan sungguh-sungguh Supaya engkau tidak ketinggalan Anak ayam turun sembilan Mati satu tinggal delapan Ilmu boleh sedikit ketinggalan Tapi jangan sampai putus harapan Anak ayam turun delapan Mati satu tinggal lah tujuh Hidup harus penuh harapan jadikan itu jalan yang dituju Jika pergi ke padang datar Jangan lupa pulang berlabuh Jika kita kepingin pintar Belajarlah sungguh-sungguh Jika ingin mendulang cadas Jangan lupa palu baja Jika murid tumbuh cerdas Guru pun ikut bahagia Jika kamu pergi ke dusun Jangan lupa bawa beras Belajarlah dengan tekun Agar kita naik kelas Jika kita makan petai jangan lupa makan kerupuk Jika kita ingin pandai Ranjin-rajin baca buku
  • 22. Pantun Cinta jalan-jalan keliling dunia cuma untuk beli akuarium yg amat membuatku bahagia, waktu melihatmu tersenyum makan sepiring berdua, bagai cinta yang setia, pusingku pulih tiba-tiba, dikarenakan kau obati dengan salam sapa mentari tidak pernah keluar, dikarenakan lagi tengah gerimis, dikarenakan watakmu amat sabar, bikin cintaku untukmu tidak dapat habis buah rambutan kulitnya berbulu, bila merah tandanya masak, bila bener-bener cinta berikan kepenghulu, jangan sampai hanya dibibir doang meskipun cuma buah jambu tetapi ini dapat diramu walaupun jarang ketemu cintaku cuma untukmu Jalan-jalan ke samarinda Tidak lupa bawa bambu Makin lama makin bahagia Lihat kamu berkerudung ungu Kalau mau menanam tebu Tanamlah di dekat pohon jambu Kalau kau cinta padaku Bilang saja I LOVE U Makan roti minumnya susu Susunya di campur madu Walaupun tadi kita udah ketemu Tapi hatiku masih terasa rindu Aku sedang minum jamu Minum di bawah pohon jambu Aku tak mau kehilangan kamu Karna ku sangat mencintaimu Pagi pagi udah sarapan Lauknya ikan teri
  • 23. Met pagi aku ucapkan Untukmu kekasih hati Pulang belanja dari pasar baru Tidak lupa beli kacang Neng cantik yang menunggu Awal bulan kita tunangan Sore-sore makan sekoteng Belanjanya di pasar baru Abang sayang yang ganteng Neng disini sudah menunggu Kalau Cinta Ya Bilang Cinta Kalau Sayang Ya Bilang Sayang Jangan Ditunda Tunda Nanti Di Ambil Orang Kemanapun kaki melangkah Aku selalu mengurai doa Kemanapun cinta merambah Aku selalu mengurai setia Malam Senin ada tamu Masuk rumah pake sepatu Kalo adek mau jadi Pacarku Alhamdulillah yah sesuatu Hati senang diundang pesta Sahabat lama yang sedang dinanti Apakah ini artinya cinta Jika tanpa tulus di hati meskipun saya udah kenyang terus mesti minum jamu wanita yang ku sayang bolehkah saya bertamu
  • 24. Pantun Sahabat Di Kalimantan membangun rumah Rumah dibangun ditengah desa Persahabatan yang paling indah Takkan ku lupa sepanjang masa Tutup pintu rapat-rapat Jangan sampe dilihat orang Kalo kamu ngaku sahabat Kenapa Loe nusuk dari belakang Bang Markum beli baju batik Assalamu'alaikum temanku yang baik....??? Pergi ke pasar membeli mangga Jangan lupa membeli pita Hati siapa yang tak berbangga Punya sahabat yang cantik jelita Burung Elang burung Gelatik Banyak burung terbang di Hutan Aduh eneng makin cantik Apakah boleh kita berkawan....??? Satu,dua,tiga,empat Lima,enam,tujuh,delapan Betapa senangnya punya sahabat Sahabat yang baik dan juga tampan Makan roti di Filipina Makan ketupat di Malaysia Tak pernah hati ini merana Karena sahabat selalu setia Ada papan, ada paku Ada maling alias garong Kalo kamu ngaku sahabatku Beliin aku pulsa dong...!!! Paling enak makan soto babat Apalagi ditambah kecap Paling demen punya sahabat Rajin menolong tak banyak cakap Paling enak makan bakso urat Makannya sama si Kadir Paling enak banyak sahabat Apalagi sering ditraktir..... UNTUK KAWANKU (NN) Aku tau aku salah Aku tau aku melukai hati mu
  • 25. Tapi bukan maksut ku seperti itu kawan Kata-kata maaf slalu aku ucapkan untuk mu Tapi apalah daya tak ada gunanya semua itu di benakmu Aku tak ingin persahabatan ini hancur Aku ingin kita selalu tetap bersama Maaf kan aku kawan Aku sayank kalian aku tak bisa apa" tanpa kalian Aku tak bisa berdiri tegak tanpa kalian Hanya kata" maaf yang bisa aku utarakan Hanya kata" maaf yang bisa ku berikan aku rela aku serahkan jiwa raga ku untuk kalian Demi persahabataan ini aku rela berkorban hanya demi kalian
  • 26. SAHABAT ITU..... Puisi Psycho Selalu hadir dalam kehidupan kita Baik itu senang atau susah Tak perlu berkata ia pasti mendengar Semua cerita akan tercampur dengan bumbu kisahnya Menegur kala kita salah mengambil langkah Menyokong kala kita mengangkat satu keputusan Bertanggung jawab walau tak ikut menyebabkan Meniupkan hawa kedamaian kala kita terbalut dalam emosi Dan… Selalu seperti itu hingga takdir memisahkan
  • 27. MENANGISLAH SOBAT (Maulida) Tak bisa ungkap dengan kata apapun Ini memang sangat membosankan Ini begitu melelahkan Bahkan, ini sangat menjengkelkan Tubuh seakan beku dalam bongkahan es Membeku tidak tahu kapan akan mencair Yaa, itu benar sobat Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton Menerangi tubuh di dalam kegelapan Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata Ini sangat menyedihkan. Namun, ingatlah sobat. Kau tidak sendiri Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas Karena itu lebih baik ku lihat Dari pada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu Bagai seorang tokoh tanpa dialog.
  • 28. JANJI SUCI CINTA Oleh Adelia L.K Anggrek Biru Kaulah saksi cintaku Telah tertanam dalam jiwaku Sebuah cinta suciku untuk dirimu Takan ku lupa Akan ku jaga Dan ku rawat keindahanya Di ladang jiwa berlahan kasih mesra Dia malaikat penjaga hati Berjanji padaku setia menemani Memulai kisah cinta ini dengan sepenuh hati Meraih cita cinta berdua hingga maut memisahkan kami Membina mahligai indah berdua Menempuh masalah dengan bijaksana Mewujudkan mimpi masa depan cinta kita bersama Bergandengan tangan kita bina rumah tangga
  • 29. CINTA ADALAH KEJUJURAN Oleh Penyair Tanpa Nama Aku berbicara tentang apa itu cinta, Meski aku saja belum bercinta, Cinta bagi saya adalah kejujuran, Saling percaya tanpa kejujuran antara belahan jiwa, Selayaknya Kopi tanpa Gula, Pahit serasa cinta, Itulah cinta, Niscahya terang langgeng, Lantas surga hadir melengkapinya. Cinta Adalah Kejujuran
  • 30. IKLAS KASIHMU TERPANCAR DARI MATAMU Oleh JN Tidak pernah ku menduga akan mengenali mu Kau membawa seribu sinar di kelam hati ini Terbalut luka hati yang para dari penderitaan Terucap kata kasih iklas dari mu.. Ku bagaikan di awang-awangan keluh lidah tiada terkata bila mata mu merenung ku dengan senyuman manja hati berkata ku jatuh cinta pada mu..eeee!Maluyer..! kau berkata jatuh cinta pada ku terasa bergetar hati ini.. perasaan indah membelai jiwa telaga kalbu yang merana kini kembali bahagia Kini jalan yang berbatu penuh penderitaan terasa sirna semuanya .. kau berjanji akan bersama walau terpaksa bersama ku merempuh duri-duri kehidupan Namun satu yang harus ku sedari penderitaan hati ini tiada lagi benci yang ada kini cinta dan kasih padanya kerana, Iklas kasihmu Terpancar Dari Matamu.. Kini ku rindu kamu sayang...