SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
KIMIA DAN TEKNIK PELEDAKAN
               DOSEN : NENY SUKMAWATIE, S.HUT, M.P




Kelompok 3 :
1. Piter Wilton Hutabarat               DBD 111 0117
2. Sylvester Saragih                    DBD 111 0105
3. Fahmi Yahya                          DBD 111 0022
4. Apriadi Simanungkalit                DBD 111 0012
5. Yasica Dien Ariny                    DBD 111 0065
6. Binsar L Sihombing                   DBD 111 0121
7. Imelda Melina Sianturi               DBD 111 0135
8. Evan Setyawan                        DBD 111 0042
9. Heri Kristianto                      DBD 109 056
10. Firdaus Jambang                     DBD 107 067
11. Bintora Hutabarat                   DBD 111 0124
12. Restu Ilahi                         DBD 111 0120
13. Mando Sirait                        DBD 111 0083


                     UNIVERSITAS PALANGKARAYA
                            FAKULTAS TEKNIK
                        JURUSAN PERTAMBANGAN
                            PALANGKARAYA
                                 2011




                                                       1
BAB I
                        PENDAHULUAN



1.1.   Latar Belakang

              Penulis menulis makalah ini didasari oleh beberapa latar belakang
       dimana supaya kita dapat mengetahui hubungan kimia dengan jurusan
       pertambangan terutama di bidang Teknik peledakan yang memiliki
       hubungan yang erat dengan kimia, karena untuk membuat suatu pemicu
       ledakan atau suatu bom harus dirakit dengan mengunakan bahan-bahan
       yang dominan berbau dengan kimia. Bahan peledak adalah zat reaktif yang
       berisikan sejumlah besar energy potensial yang dapat menghasilkan
       ledakan jika dirilis tiba-tiba, biasanya disertai dengan produksi cahaya,
       panas, suara, dan tekanan. Energy potensial yang tersimpan dalam bahan
       peledak dapat     berupa energy kimia seperti nitrogliserin atau debu
       gandum, tekanan gas yang dikompresikan seperti tabung gas atau aerosol
       padat, dan nuklir seperti fisil isotop uranium-235 dan plutonium-239.

              Peledakan ini sudah ada sejak zaman kuno, yang pertama banyak
       digunakan dalam peperangan dan pertambangan adalah bubuk hitamyang
       diciptakan di abad ke-9 oleh Cina. Bahan ini sangat sensitive terhadap air
       dan berkembang banyak asap gelap. Pada abad ke-19 bubuk hitam
       digantikan dengan nitrogliserin, nitroselulosa, bubuk tanpa asap, dinamit
       dan bahan peledak jel yang terakhir kedua diciptakan oleh Alfred Nobel.
       Maka bahan peledak sangat berhubungan dengan jurusan Pertambangan
       terutama di bidang Teknik Peledakan.




                                                                               2
1.2.   Tujuan

              Dengan mempelajari makalah ini diharapkan pembaca akan
       mengenal berbagai jenis dan tipe bahan peledak yang digunakan pada
       penambangan bahan galian, termasuk reaksi unsur-unsur kimia bahan
       peledak secara umum, klasifikasi, dan sifat serta karakteristik bahan
       peledak. Selain itu, pembaca juga dapat mengetahui hubungan dari kimia
       dalam teknik peledakan, dimana teknik peledakan tidak terlepas dari bahan
       kimia karena bahan peledak yang digunakan bayank menggunakan bahan-
       bahan kimia dan bukan hanya di teknik peledakan, namun di dunia
       pertambangan banyak kaitannya dengan kimia dan bukan hanya itu,
       pembaca juga akan mengetahui jenis-jenis peledakan dalam dunia
       pertambangan.




                                                                              3
BAB II

                       ISI DAN PEMBAHASAN




2.1. Sejarah Peledakan

            Pada sejak zaman kuno, pertama kali banyak digunakan peledak
     dalam peperangan dan pertambangan adalah bubuk hitam yang diciptakan
     di abad ke-9 oleh Cina. Bahan ini sangat sensitif terhadap air, dan
     berkembang banyak asap gelap. Selama abad ke-19 bubuk hitam
     digantikan oleh nitrogliserin , nitroselulosa , bubuk tanpa asap , dinamit
     dan bahan peledak jel (yang terakhir dua diciptakan oleh Alfred Nobel ).
     Perang Dunia II melihat ekstensif menggunakan bahan peledak baru. Pada
     gilirannya, ini sebagian besar telah digantikan oleh bahan peledak modern
     seperti trinitrotoluena dan C-4 . Peningkatan ketersediaan bahan kimia
     telah memungkinkan pembangunan alat peledak improvisasi.




2.2. Jenis Peledakan di Pertambangan

            Sebagian besar bahan peledak dan agen peledakan dijual di AS
     digunakan dalam pertambangan. Ada dua klasifikasi bahan peledak dan
     agen peledakan. Bahan peledak tinggi termasuk permissibles dan bahan
     peledak tinggi lainnya. Permissibles adalah bahan peledak yang
     Keselamatan Tambang dan Administrasi Kesehatan disetujui. Agen
     peledakan dan Oksidator termasuk amonium nitrat-bahan bakar minyak



                                                                             4
(ANFO) campuran, terlepas dari kepadatan; slurries, gel air, atau emulsi;
ANFO mengandung campuran lumpur, gel air, atau emulsi; dan amonium
nitrat dalam bentuk prilled, berbutir, atau minuman keras. Bentuk curah
dan kemasan bahan-bahan yang terkandung dalam kategori ini. In 1998,
about 95% of the total blasting agents and oxidizer were in bulk form.
Pada tahun 1998, sekitar 95% dari agen peledakan total dan oksidator
adalah dalam bentuk curah.

       Perbedaan prinsip antara bahan peledak tinggi dan agen peledakan
adalah sensitivitas mereka untuk inisiasi. Bahan peledak tinggi sensitif
topi, sedangkan agen peledakan tidak. Tambang batubara banyak
menggunakan bahan peledak untuk melonggarkan batu dan batu bara. Di
pertambangan permukaan, lubang dibor melalui lapisan penutup, sarat
dengan bahan peledak, dan dikosongkan, menghancurkan batu dalam
overburden. Dalam satu metode penambangan bawah tanah, batubara
meluncur tempat tidur tanpa meremehkan untuk membantu memecahnya.
Kelemahan metode ini adalah bahwa bahan peledak berbahaya besar
diperlukan, dan debu banyak dan batubara halus yang dihasilkan. Di lain
metode penambangan bawah tanah dengan menggunakan bahan peledak
untuk memecah batubara, ditembak lubang dibor pada interval sepanjang
wajah coal bed. Bahan peledak dimasukkan dalam lubang atau suntikan.

       Ketika ledakan terjadi, dinding retak menjadi potongan-potongan
batubara. Tambang batubara menggunakan silinder kompresi udara,
karbon dioksida cair, atau bahan peledak kimia. Sekitar 1,72 juta metrik
ton (Mt) bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan batubara di
2000. Hal ini menyumbang 67 persen dari total konsumsi bahan peledak
AS. Batubara terbesar negara penghasil, Wyoming, West Virginia, dan
Kentucky juga memakan bahan peledak terbesar negara, akuntansi untuk
41 persen dari penjualan total US peledak. Penggalian dan pertambangan
bukan logam, terbesar kedua bahan peledak memakan industri,
menyumbang 14 persen dari penjualan total dan bahan peledak


                                                                       5
pertambangan logam menyumbang 9 persen. Kentucky, Wyoming, West
      Virginia, Virginia, dan Indiana, dalam urutan, adalah negara terbesar
      mengkonsumsi, dengan total gabungan dari 51 persen dari penjualan total
      US bahan peledak.




2.2.1. Cast Ledakan

             Pengecoran ledakan adalah teknik yang digunakan oleh banyak
      tambang batubara permukaan untuk mengontrol perpindahan overburden
      dengan cara energi ledakan. Casting bergerak 30-80% dari overburden ke
      dalam lubang ditambang-out, sementara sisanya merusak dihapus oleh
      draglines atau mesin lainnya. Seorang insinyur peledakan harus
      mempertimbangkan bangku tinggi, lebar lubang, diameter lubang bor, dan
      formasi geologi ketika merancang ledakan cor. Dalam kebanyakan kasus,
      blaster menggunakan urutan yang rumit keterlambatan downhole dan
      permukaan untuk meminimalkan gulungan tanah terkait dengan jumlah
      besar bahan peledak (antara 0,5-8000000 pound, yaitu, 500 sampai 4.000
      ton, dari Amonium Nitrat Bahan Bakar Minyak ANFO) digunakan dalam
      ledakan cor.    Casting dari overburden ke dalam lubang menciptakan
      komponen gaya spall baik horisontal dan vertikal yang mempengaruhi
      generasi gelombang permukaan.

             Kelas kiloton ledakan tambang yang tidak biasa di berbagai daerah
      di seluruh dunia seperti Wyoming, Kentucky dan, setidaknya secara
      historis, wilayah pertambangan Kuzbass di Rusia. Ini menggunakan delay-
      menembak dan dengan demikian hasil ledakan yang cukup besar tersebar
      di beberapa detik dan amplitudo seismik berkurang. Hal ini juga diketahui
      bahwa penyimpangan kecil dari pola tembakan yang direncanakan
      obiquitous. Sebuah subset kecil dari peristiwa ini, bagaimanapun,
      termasuk anomali ledakan signifikan.



                                                                             6
2.2.2. Fragmentasi Ledakan

               Mayoritas hard rock lubang tambang terbuka desain ledakan yang
      akan mengoptimalkan fragmentasi insitu material. Hal ini dicapai dengan
      memuat lubang dengan dua tingkat energi yang berbeda: bahan peledak
      energi yang lebih tinggi di bawah dan energi yang lebih rendah di dekat
      bagian atas. Hasilnya adalah bahwa bahan tersebut tidak dilemparkan ke
      dalam lubang ditambang-keluar sebagai dalam ledakan cor. Sebaliknya,
      bahan yang retak di tempat dan dihapus dengan sekop dan truk angkut.
      Gelombang seismik yang dihasilkan dari ledakan fragmentasi harus
      dipengaruhi hanya oleh titik ledakan dan kekuatan komponen vertikal
      spall.




2.2.3. Ledakan Tambang

               Jenis ketiga ledakan yang digunakan dalam industri pertambangan
      untuk penggalian bahan seperti batu kapur, kerikil, dan batuan beku. Rata-
      rata, ledakan tambang lebih kecil dalam batas spasial dan bahan peledak
      konten dari ledakan fragmentasi dan cor. Karena operasi ini biasanya
      melibatkan menghancurkan fragmentasi, batuan efisien batu menjadi
      potongan-potongan kecil diperlukan untuk digunakan dalam crusher batu.
      Untuk kemudahan dalam ekstraksi bahan, batuan biasanya meledak ke
      dalam lubang ditambang-out. Ledakan Quarrry seismogram sehingga akan
      memiliki kekuatan spall baik horisontal dan vertikal mempengaruhi
      seismogram daerah.

2.2.4. Klasifikasi Ledakan Pertambang

               Ketika sudut eject 0 °, tidak ada komponen horizontal dan pecahan
      ledakan analog dengan tembakan fragmentasi. Untuk ledakan tambang,
      ada beberapa materi yang dilemparkan ke dalam lubang di sudut


                                                                              7
mengeluarkan lebih besar dari 45 °, bagaimanapun, jumlah tambahan
     bahan spalled dilemparkan ke udara di sudut antara 0 dan 30 °. Akhirnya,
     untuk ledakan cor, mayoritas bahan yang dikeluarkan pada sudut lebih
     besar dari 30 °. Ledakan Pemain akan memiliki deviasi terbesar dari
     sumber isotropik (yaitu, sebuah ledakan fragmentasi) dengan besarnya
     variasi tergantung pada azimut sudut eject. Dalam semua kasus, ada
     sedikit peningkatan dalam amplitudo ke arah penembakan keterlambatan.
     Untuk ledakan cor untuk mengambil pola ("kacang-berbentuk") lebih
     banyak radiasi di-kutub, massa spall horisontal harus ditingkatkan. Dengan
     menambahkan baris tambahan bahan peledak dengan interrow berbeda dan
     penundaan interhole, karakteristik dapat menjadi sangat berbeda.




2.3. Pengenalan Bahan Peledak

            Bahan peledak (handak) adalah suatu bahan kimia yang berupa
     senyawa tunggal atau campurannya yang berbentuk padat atau cair, yang
     apabila dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal
     dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan berubah menjadi bahan-
     bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan
     disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi.

           Secara garis besarnya, jenis bahan peledak diklasifikasikan
     menjadi 3 bagian, yaitu :


     1.     Bahan      peledak      mekanis        (mechanical     explosives).
     2.      Bahan       peledak       kimia        (chemical      explosives).
     3. Bahan peledak nuklir (nuclear explosives).




                                                                             8
Berdasarkan lapangan penggunaannya, bahan peledak dibagi atas :
1.   Bahan peledak militer (untuk kepentingan militer).

2.   Bahan peledak komersil / industri (untuk keperluan pekerjaan sipil,
     tambang, dll), umumnya dari bahan peledak kimia.

       Berdasarkan kecepatan reaksinya, bahan peledak dibagi 2 jenis,
yaitu:
-Bahan peledak kuat (high explosives).

-Bahan peledak lemah (low explosives).

1. Bahan peledak mekanis yaitu Senyawa dalam bahan peledak mekanis
akan segera bereaksi dan berubah menjadi gas akibat suatu elemen panas
yang dimasukkan ke dalam bahan peledak tersebut. Contohnya adalah
cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu tabung dengan penutup
yang mudah retak yang berisi CO2 cair.

2. Bahan peledak kimia Berdasarkan kecepatan reaksinya bahan peledak
ini dibagi dua, yaitu:

-Bahan peledak kuat. Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi
sangat tinggi, yaitu 5.000 – 24.000 fps (1-6 mil perdetik). Tekanan yang
dihasilkan juga sangat tinggi 50.000 – 4.000.000 psi. Sifat reaksinya
adalah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave). Bahan
peledak kuat ini dibagi 2 macam lagi, yaitu:

- “primary explosives”, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila
terkena api, benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2, yaitu
untuk                 bahan                 isi              detonator.
- “secondary explosives” , yaitu bahan peledak yang hanya akan meledak
apabila ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya ledakan dari sebuah
detonator atau primer. Contohnya adalah TNT (Tri Nitro Toluene) dan
PETN.

-Bahan peledak lemah. Bahan peledak ini (low explosives) memiliki
kecepatan reaksi rendah (<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan <50.000
psi. Umumnya dipakai di tambang batubara.

3. Bahan peledak nuklir. Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari
plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat
atom aktif.




                                                                       9
2.3.1. Bahan Peledak
             Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia
      yang didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau
      campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi
      aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu
      reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau
      seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang
      secara kimia lebih stabil.
             Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar
      4000° C. Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978),
      bisa mencapai lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau
      9.850 MPa (» 10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang
      ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami
      bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah
      energi yang memang tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar,
      namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat, yaitu
      berkisar antara 2500 - 7500 meter per second (m/s). Oleh sebab itu
      kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat
      laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.


2.3.2. Reaksi dan Produk Peledakan
             Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang
      diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan
      tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk
      bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses
      dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan
      pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses
      dekomposisi       bahan      peledak    diuraikan     sebagai     berikut:


      a) Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga
      keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan


                                                                             10
produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan
unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan
molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan
kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen.
Contoh reaksi minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:
       CH3(CH2)10CH3        +   18½       O2   ®   12 CO2    +   13      H2O


b) Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi
dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi
merupakan fenomena reaksi permukaan yang reaksinya meningkat
menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut shock wave) dengan
kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 – 1000 m/s atau lebih rendah
dari kecep suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakan low
explosive (black powder)sebagai bagai berikut:
V Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S ® 6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 +
10CO                                  +                                  10N2
v Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S ® 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO +
10N2


c) Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari
gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras
dan efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa
ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan
oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis
merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain
balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus
menerus           bisa           meledak,           dan           lain-lain.




                                                                           11
d) Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi
      sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar
      yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula.
      Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan panas
      ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock
      compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk
      membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya.
      Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000 –
      7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO sekitar 4500 m/s. Sementara itu
      shock compression wave mempunyai daya dorong sangat tinggi dan
      mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan
      yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat menimbulkan
      symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam
      menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses
      detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain:
      v TNT : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
      v ANFO : 3 NH4NO3 + CH2 ® CO2 + 7 H2O + 3 N2
      v NG : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
      v NG + AN : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2


              Dengan mengenal reaksi kimia pada peledakan diharapkan peserta
      akan lebih hati-hati dalam menangani bahan peledak kimia dan
      mengetahui nama-nama gas hasil peledakan dan bahayanya.


2.3.3. Klasifikasi Bahan Peledak
              Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya
      menjadi bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir. Karena pemakaian
      bahan peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi
      lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif
      diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif
      murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda


                                                                            12
(delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Bahan
       peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena tidak
       semua merupakan bahan peledak lemah. Bahan peledak permissible
       digunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara
       bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan
       peledak kuat.

              Sampai saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan
       peledak kimia, namun pada umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar
       pengklasifikasian tersebut.




              Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
       Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau
       meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000
       m/s). Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi
       atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).



2.3.4. Klasifikasi Bahan Peledak Industri
              Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan
       dibuat khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan,
       sipil, dan industri lainnya, di luar keperluan militer. Sifat dan karakteristik
       bahan peledak (yang akan diuraikan pada pembelajaran 2) tetap melekat
       pada jenis bahan peledak industri. Dengan perkataan sifat dan karakter
       bahan peledak industri tidak jauh berbeda dengan bahan peledak militer,



                                                                                   13
bahkan saat ini bahan peledak industri lebih banyak terbuat dari bahan
       peledak yang tergolong ke dalam bahan peledak berkekuatan tinggi (high
       explosives).



2.3.5. Metode Peledakan
              Ada beberapa metode peledakan, seperti:
       1. Peledakan cara non-listrik
       2. Peledakan cara listrik




       1. Peledakan cara non-listrik terdiri dari:

       - Sumbu api (Safety fuse)

       - Sumbu ledak (detonating fuse)

       - Nonel

                Nonel adalah Tube plastik yang mempunyai diameter luar 3 mm,
       di dalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang
       kejut (shock wave) dengan kecepatan ca. 2000 meter (2 kilometer) per
       detik.

                Shock wave mempunyai energi yang dapat meledakkan “primary
       explosive” atau delay element dalam detonator.

                Macam-macam jenis nonel detonator:

       -         Nonel standard

       -         Nonel GT-HD dan Nonel Unidet-HD

       -         Nonel GT-OD dan Nonel Unidet-OD



                                                                           14
-      Nonel GT-HT dan Nonel Unidet HT




       Macam-macam perlengkapan Nonel:

- Nonel UB 0 connector, bekerja sebagai relay; gelombang kejut yang
diterima dari nonel tube diperkuat dan didistribu-sikan ke sejumlah nonel
tube penerima.

- Nonel starter sama dengan UB 0, tersedia dalam 50 atau 100 m coil/reel
(gulungan).



- Nonel bunch connector dipakai kebanyakan dalam terowongan

- Multiclip adalah penyambung plastik yg dipakai untuk menyambung
nonel tube dengan sumbu ledak.




       Geometri peledakan adalah jarak lubang tembak yang di buat
pada    saat     sebuah    area   pertambangan    akan    di   ledakkan.




                 ¨   Burden (B)


                                                                      15
¨       Diameter lubang tembak( Æ )

               ¨       Tinggi jenjang (L)

               ¨       Kedalaman lubang tembak (H)

               ¨       Subdrilling (J)

               ¨       Stemming (T)

               ¨       Spacing (S)

2.peledakan cara listrik:

       Tiga elemen dasar rangkaian peledakan:

- Detonator listrik (electric detonator)

- Kawat rangkaian (circuit wiring), terdiri dari:

       - Leg wire

       - Connecting wire

       - Firing line

       - Buswire

- Sumber tenaga (power source): Blasting machine dan AC-power line.




       Kawat        rangkaian         (circuit   wiring),   terdiri   dari:
- Legwire: Dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang
salah satu ujungnya dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat dalam
detonator. Isolasi legwire pada ujung yang lain terkupas dan kedua kawat


                                                                        16
diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi plastik shunt. Panjangnya
bervariasi tergantung kebutuhan.

- Connecting wire: Kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk meng-
hubungkan “legwire” dengan “firing line”. Connecting wire terdiri dari
kawat tunggal (solid wire) tembaga dengan isolasi yang tahan terhadap air
yaitu 20 AWG atau yang lebih besar.

- Firing line: Kawat yang dipergunakan untuk menghubungkan sumber
tenaga listrik dengan rangkaian detonator yaitu 14 AWG atau yang lebih
besar.

- Buswire: Kawat perpanjangan dari firing line dimana masing-masing
detonator (paralel circuit) atau masing-masing detonator dalam seri
(paralel series circuit) dihubungkan. Buswire memiliki ukuran (gauge)
yang sama dengan semua firing line.

Jenis detonator

- Instantaneous detonator

- Delay detonator




Kelas Detonator

- Instantaneous detonator

- Milli-second detonator

- Half-second detonator

         Milli-second Di dalamnya terdapat milli second delay element,
berfungsi untuk menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah


                                                                        17
ditentukan. Waktu tunda (delay interval) antara setiap inter-val seri tidak
       boleh melibihi 100 ms (0.1 detik).

               Half yaitu Di dalamnya terdapat half second delay element. Waktu
       tunda (delay interval) adalah 500 ms (0.5 detik).




2.4.   Istilah Dalam Peledakan Tambang

               Ledakan (explosive) Ekspansi seketika yang cepat dari gas
       menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan
       efek mekanis yang merusak.

       Contoh:

          Ø Tangki bertekanan meledak
          Ø Balon karet meletus

       Kriteria:

          Tidak melibatkan reaksi kimia
          Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
          Disertai panas dan bunyi

               Deflagrasi Adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari
       reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (heat/thermal
       conductivity). Merupakan fenomena reaksi permukaan di mana reaksinya
       meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu antara 300-
       1000 m/s, atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Deflagrasi terjadi
       pada reaksi peledakan LOW EXPLOSIVE (black powder):




                                                                               18
- Potassium nitrat + charcoal + sulfur

20NaNO3 + 30C + 10S ® 6Na2CO3 + Na2SO4+ 3Na2S +14CO2 +10CO +
10N2

- Sodium nitrat + charcoal + sulfur

20KNO3 + 30C + 10S ® 6K2CO3 + K2SO4+ 3K2S +14CO2 +10CO +
10N2

        Detonasi Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan
reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat
besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula.
Kecepatan reaksi yang sangat cepat dan diawali dengan panas tersebut
menghasilkan gelombang tekanan kejut (shock compression wave) dan
membebaskan energi dengan mempertahankan shock wave serta berakhir
dengan ekspansi hasil reaksinya.

Contoh:

TNT meledak : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C

ANFO meledak          : 3 NH4NO3 + CH2 ® CO2 + 7 H2O + 3 N2

NG meledak     : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2

NG + AN meledak       : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 +
O2



Kriteria:
- Melibatkan reaksi kimia




                                                                   19
- Oksigen utk reaksi terdapat dalam bahan itu sendiri (tanpa oksigen dari
       udara)

       - Handak dapat digunakan dalam lubang ledak

       - Reaksi ledakan tidak dapat dipadamkan

       - Reaksi sangat cepat (> Kecepatan suara » supersonic);

       contoh VoDANFO= 4500 m/s

       - Shock compression: mempunyai daya dorong sangat tinggi, merobek
       retakan yang sudah ada sebelumnya

       - Shock wave: bahaya symphatetic detonation, menentukan safety distance

       - Ada ledakan (gerakan massa, bunyi dan panas)




2.5.   Tujuan Peledakan di Dunia Pertambangan

                Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri
       yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau
       endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan induknya
       menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi
       berikutnya. Dalam suatu operasi peledakan pada pertambangan didahului
       oleh pemboran yang bertujuan untuk membuat lubang tembak.
       Lubang tembak sendiri akan diisi oleh bahan peledak yang terlebih dahulu
       di isi oleh material atau pasir yang disebut Sub-drilling bertujuan agar
       hasil peledakan tidak terjadi toes atau tonjolan-tonojolan pada lantai
       tambang yang mengakibatkan alat berat sulit bergerak saat pemuatan dan
       pengangkutan hasil peledakan. setelah disi oleh rangkaian bahan peledak
       seperti TNT atau ANFO yang dilengkapi dengan nonel, maka selanjutnya


                                                                             20
diisi material penutup yangdisebut stemming berfungsi menahan tekanan
   keatas agar energi yang dihasilkan oleh bahan peledak tersebar kesegala
   arah dan menghancurkan batuan disampingnya.

           Tujuan perencanaan pemboran dan peledakan pada batuan:
   menghasilkan batuan lepas, yang dinyatakan dalam derajat fragmentasi
   sesuai dengan tujuan yang akan capai. Hasil peledakan ini sangat
   mempengaruhi produktivitas dan biaya operasi berikutnya. Fragmentasi
   batuan dapat dikontrol dengan merubah pola pemboran atau mengatur
   powder faktor atau menggunakan kombinasi kedua faktor tersebut.

           Hal yg perlu diperhatikan dalam peledakan yaitu Sifat-sifat batuan
   yang penting:

    Kekerasan: Tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.
    Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan.
    Abrasiveness: Parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor.
    Abrasiveness tergantung pada komposisi batuan. Keausan mata bor
   sebanding dengan komposisi batuan tersebut. Kandungan kuarsa dalam
   batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk
   mengukur keausan mata bor (drill bit).
   Tekstur: Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan
   berdasarkan sifat-sifat porositas, looseness density dan ukuran butir.
   Tekstur juga mempengaruhi kecepatan pemboran.
   Struktur: Rekahan, patahan, bidang perlapisan schistosity dan jenis batuan,
   dip, strike.
   Breaking characteristic: menggambarkan sifat batuan apabila dipukul
   dengan palu. Setiap jenis batuan mempunyai sifat khusus dan derajat
   kerusakan yang berhubungan dengan dengan tekstur, komposisi mineral
   dan strukturnya.

Dalam kegiatan pemboran dan peledakan terdapat 2 ketahanan batuan:



                                                                           21
Rock Drillability yaitu Kecepatan penetrasi dari mata bor ke dalam
batuan. Rock drillability adalah fungsi dari beberapa sifat batuan, seperti:
komposisi mineral, tekstur, ukuran butiran, derajat pelapukan dan lain
sebagainya.

       Rock Blastability yaitu Tahanan batuan terhadap peledakan dan ini
sangat dipengaruhi oleh keadaan batuan. Dalam batuan yang keras dan padat
peledakan dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan dalam batuan yang banyak
celahnya sebagian energi dari bahan peledak hilang ke dalam rekahan dan
peledakan susah untuk dikontrol.

       Sebelum sampai pada rancang bangun peledakan, banyak hal yang
harus diketahui terlebih dahulu, yaitu yang berkaitan dengan :

       a. Parameter batuan.

       b. Parameter bahan peledak.

       c. Parameter pengisian.

       d. Sasaran produksi.

       e. Fragmentasi yang dikehendaki.

       f. Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll).

       Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila
perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan
yang diterapkan. Perlengkapan peledakan (blasting supplies / blasting
accessories) adalah semua bahan atau kelengkapan yang dapat digunakan
hanya untuk satu kali peledakan saja. Contohnya adalah sumbu api, detonator,
sumbu ledak, dan sebagainya. Peralatan peledakan (blasting equipment)
adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali dalam proses peledakan.
Contohnya adalah blasting machine, dan sebagainya.


                                                                           22
BAB III

                                     PENUTUP



3.1. Kesimpulan

            Pertama kali banyak digunakan peledak dalam peperangan dan
     pertambangan adalah bubuk hitam yang diciptakan di abad ke-9 oleh Cina.
     Bahan ini sangat sensitif terhadap air, dan berkembang banyak asap gelap.
     Selama abad ke-19 bubuk hitam digantikan oleh nitrogliserin ,
     nitroselulosa , bubuk tanpa asap , dinamit dan bahan peledak jel (yang
     terakhir dua diciptakan oleh Alfred Nobel). Perang Dunia II melihat
     ekstensif menggunakan bahan peledak baru. Pada gilirannya, ini sebagian
     besar telah digantikan oleh bahan peledak modern seperti trinitrotoluena
     dan C-4 . Peningkatan ketersediaan bahan kimia telah memungkinkan
     pembangunan alat peledak improvisasi.

            Pengecoran ledakan adalah teknik yang digunakan oleh banyak
     tambang batubara permukaan untuk mengontrol perpindahan overburden
     dengan cara energi ledakan. Casting bergerak 30-80% dari overburden ke
     dalam lubang ditambang-out, sementara sisanya merusak dihapus oleh
     draglines atau mesin lainnya.

            Mayoritas hard rock lubang tambang terbuka desain ledakan yang
     akan mengoptimalkan fragmentasi insitu material. Hal ini dicapai dengan
     memuat lubang dengan dua tingkat energi yang berbeda: bahan peledak
     energi yang lebih tinggi di bawah dan energi yang lebih rendah di dekat
     bagian atas. Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia
     yang didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau



                                                                           23
campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi
aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu
reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau
seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang
secara kimia lebih stabil.




                                                                   24
Daftar Pustaka


http://akhmad-nafarin.blogspot.com/2011/07/peledakan-pada-kegiatan-
tambang.html

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=9&mnorutisi=3

http://himatto.wordpress.com/category/peledak/

http://tambang.net/2008/10/pengenalan-bahan-peledak.html

http://seorangminer.wordpress.com/2011/10/29/blasting-peledakan/

http://suyitno01.wordpress.com/?s=pengetahuan+dasar+bahan+peledak+komersi

Kantor Penelitian Angkatan Darat. Elemen Persenjataan Rekayasa (Bagian Satu).
Washington, DC: US Army Materiel Command , 1964.

Komandan, Naval Ordnance Systems Command Keselamatan dan. Kinerja
Pengujian Bahan Peledak Kualifikasi NAVORD OD 44811.. Washington, DC:
GPO, 1972.

Komandan, Naval Ordnance Systems Command. Senjata Sistem Fundamental.
NAVORD OP 3000, vol. 2, 1 rev. Washington, DC: GPO, 1971.




                                                                           25

Contenu connexe

Similaire à Tugas besar kimia dasar 1 (peledakan)

Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Sylvester Saragih
 
Sumber Pencemaran Laut.pptx
Sumber Pencemaran Laut.pptxSumber Pencemaran Laut.pptx
Sumber Pencemaran Laut.pptxNaomiPoppyMoore
 
Pemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi Tambang
Pemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi TambangPemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi Tambang
Pemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi TambangRivai Anas Amirul Huda
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaWarnet Raha
 
ppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptx
ppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptxppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptx
ppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptxWindaApriliasari
 
Makalah mengenai minyak bumi dan gas alam
Makalah mengenai minyak bumi dan gas alamMakalah mengenai minyak bumi dan gas alam
Makalah mengenai minyak bumi dan gas alamSeptian Muna Barakati
 
Teknik peledakan
Teknik peledakanTeknik peledakan
Teknik peledakanyudi05
 
ppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptx
ppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptxppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptx
ppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptxRexyIrawan
 
dari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasdari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasMustajab Manar
 
Deepwater horizon
Deepwater horizonDeepwater horizon
Deepwater horizonDeadastro
 
PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)
PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)
PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)Harry Boedioetomo
 
Proses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pileProses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pileYasirecin Yasir
 

Similaire à Tugas besar kimia dasar 1 (peledakan) (20)

Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
pertemuan 1.pdf
pertemuan 1.pdfpertemuan 1.pdf
pertemuan 1.pdf
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Sumber Pencemaran Laut.pptx
Sumber Pencemaran Laut.pptxSumber Pencemaran Laut.pptx
Sumber Pencemaran Laut.pptx
 
Pemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi Tambang
Pemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi TambangPemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi Tambang
Pemanfaatan Efisiensi dan Reklamasi Lokasi Tambang
 
fungsi
fungsifungsi
fungsi
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang raha
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang raha
 
ppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptx
ppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptxppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptx
ppt_kelompok 2 _Materi_dan_Energi[1].pptx
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang raha
 
Makalah mengenai minyak bumi dan gas alam
Makalah mengenai minyak bumi dan gas alamMakalah mengenai minyak bumi dan gas alam
Makalah mengenai minyak bumi dan gas alam
 
Teknik peledakan
Teknik peledakanTeknik peledakan
Teknik peledakan
 
ppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptx
ppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptxppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptx
ppt-persebaran-barang-tambang-revisi geo.pptx
 
dari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasdari mana datangnya migas
dari mana datangnya migas
 
Deepwater horizon
Deepwater horizonDeepwater horizon
Deepwater horizon
 
PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)
PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)
PENGETAHUAN BAHAN PELEDAK (pendahuluan)
 
Proses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pileProses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pile
 
Makalah pemanfaatan minya bumi
Makalah pemanfaatan minya bumiMakalah pemanfaatan minya bumi
Makalah pemanfaatan minya bumi
 
Materi fisika bab 9 klas xi
Materi fisika  bab 9 klas xiMateri fisika  bab 9 klas xi
Materi fisika bab 9 klas xi
 
Materi fisika bab 9 klas xi
Materi fisika  bab 9 klas xiMateri fisika  bab 9 klas xi
Materi fisika bab 9 klas xi
 

Tugas besar kimia dasar 1 (peledakan)

  • 1. KIMIA DAN TEKNIK PELEDAKAN DOSEN : NENY SUKMAWATIE, S.HUT, M.P Kelompok 3 : 1. Piter Wilton Hutabarat DBD 111 0117 2. Sylvester Saragih DBD 111 0105 3. Fahmi Yahya DBD 111 0022 4. Apriadi Simanungkalit DBD 111 0012 5. Yasica Dien Ariny DBD 111 0065 6. Binsar L Sihombing DBD 111 0121 7. Imelda Melina Sianturi DBD 111 0135 8. Evan Setyawan DBD 111 0042 9. Heri Kristianto DBD 109 056 10. Firdaus Jambang DBD 107 067 11. Bintora Hutabarat DBD 111 0124 12. Restu Ilahi DBD 111 0120 13. Mando Sirait DBD 111 0083 UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PERTAMBANGAN PALANGKARAYA 2011 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulis menulis makalah ini didasari oleh beberapa latar belakang dimana supaya kita dapat mengetahui hubungan kimia dengan jurusan pertambangan terutama di bidang Teknik peledakan yang memiliki hubungan yang erat dengan kimia, karena untuk membuat suatu pemicu ledakan atau suatu bom harus dirakit dengan mengunakan bahan-bahan yang dominan berbau dengan kimia. Bahan peledak adalah zat reaktif yang berisikan sejumlah besar energy potensial yang dapat menghasilkan ledakan jika dirilis tiba-tiba, biasanya disertai dengan produksi cahaya, panas, suara, dan tekanan. Energy potensial yang tersimpan dalam bahan peledak dapat berupa energy kimia seperti nitrogliserin atau debu gandum, tekanan gas yang dikompresikan seperti tabung gas atau aerosol padat, dan nuklir seperti fisil isotop uranium-235 dan plutonium-239. Peledakan ini sudah ada sejak zaman kuno, yang pertama banyak digunakan dalam peperangan dan pertambangan adalah bubuk hitamyang diciptakan di abad ke-9 oleh Cina. Bahan ini sangat sensitive terhadap air dan berkembang banyak asap gelap. Pada abad ke-19 bubuk hitam digantikan dengan nitrogliserin, nitroselulosa, bubuk tanpa asap, dinamit dan bahan peledak jel yang terakhir kedua diciptakan oleh Alfred Nobel. Maka bahan peledak sangat berhubungan dengan jurusan Pertambangan terutama di bidang Teknik Peledakan. 2
  • 3. 1.2. Tujuan Dengan mempelajari makalah ini diharapkan pembaca akan mengenal berbagai jenis dan tipe bahan peledak yang digunakan pada penambangan bahan galian, termasuk reaksi unsur-unsur kimia bahan peledak secara umum, klasifikasi, dan sifat serta karakteristik bahan peledak. Selain itu, pembaca juga dapat mengetahui hubungan dari kimia dalam teknik peledakan, dimana teknik peledakan tidak terlepas dari bahan kimia karena bahan peledak yang digunakan bayank menggunakan bahan- bahan kimia dan bukan hanya di teknik peledakan, namun di dunia pertambangan banyak kaitannya dengan kimia dan bukan hanya itu, pembaca juga akan mengetahui jenis-jenis peledakan dalam dunia pertambangan. 3
  • 4. BAB II ISI DAN PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Peledakan Pada sejak zaman kuno, pertama kali banyak digunakan peledak dalam peperangan dan pertambangan adalah bubuk hitam yang diciptakan di abad ke-9 oleh Cina. Bahan ini sangat sensitif terhadap air, dan berkembang banyak asap gelap. Selama abad ke-19 bubuk hitam digantikan oleh nitrogliserin , nitroselulosa , bubuk tanpa asap , dinamit dan bahan peledak jel (yang terakhir dua diciptakan oleh Alfred Nobel ). Perang Dunia II melihat ekstensif menggunakan bahan peledak baru. Pada gilirannya, ini sebagian besar telah digantikan oleh bahan peledak modern seperti trinitrotoluena dan C-4 . Peningkatan ketersediaan bahan kimia telah memungkinkan pembangunan alat peledak improvisasi. 2.2. Jenis Peledakan di Pertambangan Sebagian besar bahan peledak dan agen peledakan dijual di AS digunakan dalam pertambangan. Ada dua klasifikasi bahan peledak dan agen peledakan. Bahan peledak tinggi termasuk permissibles dan bahan peledak tinggi lainnya. Permissibles adalah bahan peledak yang Keselamatan Tambang dan Administrasi Kesehatan disetujui. Agen peledakan dan Oksidator termasuk amonium nitrat-bahan bakar minyak 4
  • 5. (ANFO) campuran, terlepas dari kepadatan; slurries, gel air, atau emulsi; ANFO mengandung campuran lumpur, gel air, atau emulsi; dan amonium nitrat dalam bentuk prilled, berbutir, atau minuman keras. Bentuk curah dan kemasan bahan-bahan yang terkandung dalam kategori ini. In 1998, about 95% of the total blasting agents and oxidizer were in bulk form. Pada tahun 1998, sekitar 95% dari agen peledakan total dan oksidator adalah dalam bentuk curah. Perbedaan prinsip antara bahan peledak tinggi dan agen peledakan adalah sensitivitas mereka untuk inisiasi. Bahan peledak tinggi sensitif topi, sedangkan agen peledakan tidak. Tambang batubara banyak menggunakan bahan peledak untuk melonggarkan batu dan batu bara. Di pertambangan permukaan, lubang dibor melalui lapisan penutup, sarat dengan bahan peledak, dan dikosongkan, menghancurkan batu dalam overburden. Dalam satu metode penambangan bawah tanah, batubara meluncur tempat tidur tanpa meremehkan untuk membantu memecahnya. Kelemahan metode ini adalah bahwa bahan peledak berbahaya besar diperlukan, dan debu banyak dan batubara halus yang dihasilkan. Di lain metode penambangan bawah tanah dengan menggunakan bahan peledak untuk memecah batubara, ditembak lubang dibor pada interval sepanjang wajah coal bed. Bahan peledak dimasukkan dalam lubang atau suntikan. Ketika ledakan terjadi, dinding retak menjadi potongan-potongan batubara. Tambang batubara menggunakan silinder kompresi udara, karbon dioksida cair, atau bahan peledak kimia. Sekitar 1,72 juta metrik ton (Mt) bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan batubara di 2000. Hal ini menyumbang 67 persen dari total konsumsi bahan peledak AS. Batubara terbesar negara penghasil, Wyoming, West Virginia, dan Kentucky juga memakan bahan peledak terbesar negara, akuntansi untuk 41 persen dari penjualan total US peledak. Penggalian dan pertambangan bukan logam, terbesar kedua bahan peledak memakan industri, menyumbang 14 persen dari penjualan total dan bahan peledak 5
  • 6. pertambangan logam menyumbang 9 persen. Kentucky, Wyoming, West Virginia, Virginia, dan Indiana, dalam urutan, adalah negara terbesar mengkonsumsi, dengan total gabungan dari 51 persen dari penjualan total US bahan peledak. 2.2.1. Cast Ledakan Pengecoran ledakan adalah teknik yang digunakan oleh banyak tambang batubara permukaan untuk mengontrol perpindahan overburden dengan cara energi ledakan. Casting bergerak 30-80% dari overburden ke dalam lubang ditambang-out, sementara sisanya merusak dihapus oleh draglines atau mesin lainnya. Seorang insinyur peledakan harus mempertimbangkan bangku tinggi, lebar lubang, diameter lubang bor, dan formasi geologi ketika merancang ledakan cor. Dalam kebanyakan kasus, blaster menggunakan urutan yang rumit keterlambatan downhole dan permukaan untuk meminimalkan gulungan tanah terkait dengan jumlah besar bahan peledak (antara 0,5-8000000 pound, yaitu, 500 sampai 4.000 ton, dari Amonium Nitrat Bahan Bakar Minyak ANFO) digunakan dalam ledakan cor. Casting dari overburden ke dalam lubang menciptakan komponen gaya spall baik horisontal dan vertikal yang mempengaruhi generasi gelombang permukaan. Kelas kiloton ledakan tambang yang tidak biasa di berbagai daerah di seluruh dunia seperti Wyoming, Kentucky dan, setidaknya secara historis, wilayah pertambangan Kuzbass di Rusia. Ini menggunakan delay- menembak dan dengan demikian hasil ledakan yang cukup besar tersebar di beberapa detik dan amplitudo seismik berkurang. Hal ini juga diketahui bahwa penyimpangan kecil dari pola tembakan yang direncanakan obiquitous. Sebuah subset kecil dari peristiwa ini, bagaimanapun, termasuk anomali ledakan signifikan. 6
  • 7. 2.2.2. Fragmentasi Ledakan Mayoritas hard rock lubang tambang terbuka desain ledakan yang akan mengoptimalkan fragmentasi insitu material. Hal ini dicapai dengan memuat lubang dengan dua tingkat energi yang berbeda: bahan peledak energi yang lebih tinggi di bawah dan energi yang lebih rendah di dekat bagian atas. Hasilnya adalah bahwa bahan tersebut tidak dilemparkan ke dalam lubang ditambang-keluar sebagai dalam ledakan cor. Sebaliknya, bahan yang retak di tempat dan dihapus dengan sekop dan truk angkut. Gelombang seismik yang dihasilkan dari ledakan fragmentasi harus dipengaruhi hanya oleh titik ledakan dan kekuatan komponen vertikal spall. 2.2.3. Ledakan Tambang Jenis ketiga ledakan yang digunakan dalam industri pertambangan untuk penggalian bahan seperti batu kapur, kerikil, dan batuan beku. Rata- rata, ledakan tambang lebih kecil dalam batas spasial dan bahan peledak konten dari ledakan fragmentasi dan cor. Karena operasi ini biasanya melibatkan menghancurkan fragmentasi, batuan efisien batu menjadi potongan-potongan kecil diperlukan untuk digunakan dalam crusher batu. Untuk kemudahan dalam ekstraksi bahan, batuan biasanya meledak ke dalam lubang ditambang-out. Ledakan Quarrry seismogram sehingga akan memiliki kekuatan spall baik horisontal dan vertikal mempengaruhi seismogram daerah. 2.2.4. Klasifikasi Ledakan Pertambang Ketika sudut eject 0 °, tidak ada komponen horizontal dan pecahan ledakan analog dengan tembakan fragmentasi. Untuk ledakan tambang, ada beberapa materi yang dilemparkan ke dalam lubang di sudut 7
  • 8. mengeluarkan lebih besar dari 45 °, bagaimanapun, jumlah tambahan bahan spalled dilemparkan ke udara di sudut antara 0 dan 30 °. Akhirnya, untuk ledakan cor, mayoritas bahan yang dikeluarkan pada sudut lebih besar dari 30 °. Ledakan Pemain akan memiliki deviasi terbesar dari sumber isotropik (yaitu, sebuah ledakan fragmentasi) dengan besarnya variasi tergantung pada azimut sudut eject. Dalam semua kasus, ada sedikit peningkatan dalam amplitudo ke arah penembakan keterlambatan. Untuk ledakan cor untuk mengambil pola ("kacang-berbentuk") lebih banyak radiasi di-kutub, massa spall horisontal harus ditingkatkan. Dengan menambahkan baris tambahan bahan peledak dengan interrow berbeda dan penundaan interhole, karakteristik dapat menjadi sangat berbeda. 2.3. Pengenalan Bahan Peledak Bahan peledak (handak) adalah suatu bahan kimia yang berupa senyawa tunggal atau campurannya yang berbentuk padat atau cair, yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan berubah menjadi bahan- bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi. Secara garis besarnya, jenis bahan peledak diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Bahan peledak mekanis (mechanical explosives). 2. Bahan peledak kimia (chemical explosives). 3. Bahan peledak nuklir (nuclear explosives). 8
  • 9. Berdasarkan lapangan penggunaannya, bahan peledak dibagi atas : 1. Bahan peledak militer (untuk kepentingan militer). 2. Bahan peledak komersil / industri (untuk keperluan pekerjaan sipil, tambang, dll), umumnya dari bahan peledak kimia. Berdasarkan kecepatan reaksinya, bahan peledak dibagi 2 jenis, yaitu: -Bahan peledak kuat (high explosives). -Bahan peledak lemah (low explosives). 1. Bahan peledak mekanis yaitu Senyawa dalam bahan peledak mekanis akan segera bereaksi dan berubah menjadi gas akibat suatu elemen panas yang dimasukkan ke dalam bahan peledak tersebut. Contohnya adalah cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu tabung dengan penutup yang mudah retak yang berisi CO2 cair. 2. Bahan peledak kimia Berdasarkan kecepatan reaksinya bahan peledak ini dibagi dua, yaitu: -Bahan peledak kuat. Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi sangat tinggi, yaitu 5.000 – 24.000 fps (1-6 mil perdetik). Tekanan yang dihasilkan juga sangat tinggi 50.000 – 4.000.000 psi. Sifat reaksinya adalah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave). Bahan peledak kuat ini dibagi 2 macam lagi, yaitu: - “primary explosives”, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila terkena api, benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2, yaitu untuk bahan isi detonator. - “secondary explosives” , yaitu bahan peledak yang hanya akan meledak apabila ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya ledakan dari sebuah detonator atau primer. Contohnya adalah TNT (Tri Nitro Toluene) dan PETN. -Bahan peledak lemah. Bahan peledak ini (low explosives) memiliki kecepatan reaksi rendah (<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan <50.000 psi. Umumnya dipakai di tambang batubara. 3. Bahan peledak nuklir. Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom aktif. 9
  • 10. 2.3.1. Bahan Peledak Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil. Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000° C. Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 MPa (» 10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500 - 7500 meter per second (m/s). Oleh sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan. 2.3.2. Reaksi dan Produk Peledakan Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut: a) Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan 10
  • 11. produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen. Contoh reaksi minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut: CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2 ® 12 CO2 + 13 H2O b) Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi permukaan yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut shock wave) dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 – 1000 m/s atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakan low explosive (black powder)sebagai bagai berikut: V Potassium nitrat + charcoal + sulfur 20NaNO3 + 30C + 10S ® 6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2 v Sodium nitrat + charcoal + sulfur 20KNO3 + 30C + 10S ® 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2 c) Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain. 11
  • 12. d) Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000 – 7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wave mempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat menimbulkan symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain: v TNT : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C v ANFO : 3 NH4NO3 + CH2 ® CO2 + 7 H2O + 3 N2 v NG : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2 v NG + AN : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2 Dengan mengenal reaksi kimia pada peledakan diharapkan peserta akan lebih hati-hati dalam menangani bahan peledak kimia dan mengetahui nama-nama gas hasil peledakan dan bahayanya. 2.3.3. Klasifikasi Bahan Peledak Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir. Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda 12
  • 13. (delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Bahan peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena tidak semua merupakan bahan peledak lemah. Bahan peledak permissible digunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan peledak kuat. Sampai saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan peledak kimia, namun pada umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar pengklasifikasian tersebut. Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi: Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s). Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s). 2.3.4. Klasifikasi Bahan Peledak Industri Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan industri lainnya, di luar keperluan militer. Sifat dan karakteristik bahan peledak (yang akan diuraikan pada pembelajaran 2) tetap melekat pada jenis bahan peledak industri. Dengan perkataan sifat dan karakter bahan peledak industri tidak jauh berbeda dengan bahan peledak militer, 13
  • 14. bahkan saat ini bahan peledak industri lebih banyak terbuat dari bahan peledak yang tergolong ke dalam bahan peledak berkekuatan tinggi (high explosives). 2.3.5. Metode Peledakan Ada beberapa metode peledakan, seperti: 1. Peledakan cara non-listrik 2. Peledakan cara listrik 1. Peledakan cara non-listrik terdiri dari: - Sumbu api (Safety fuse) - Sumbu ledak (detonating fuse) - Nonel Nonel adalah Tube plastik yang mempunyai diameter luar 3 mm, di dalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan ca. 2000 meter (2 kilometer) per detik. Shock wave mempunyai energi yang dapat meledakkan “primary explosive” atau delay element dalam detonator. Macam-macam jenis nonel detonator: - Nonel standard - Nonel GT-HD dan Nonel Unidet-HD - Nonel GT-OD dan Nonel Unidet-OD 14
  • 15. - Nonel GT-HT dan Nonel Unidet HT Macam-macam perlengkapan Nonel: - Nonel UB 0 connector, bekerja sebagai relay; gelombang kejut yang diterima dari nonel tube diperkuat dan didistribu-sikan ke sejumlah nonel tube penerima. - Nonel starter sama dengan UB 0, tersedia dalam 50 atau 100 m coil/reel (gulungan). - Nonel bunch connector dipakai kebanyakan dalam terowongan - Multiclip adalah penyambung plastik yg dipakai untuk menyambung nonel tube dengan sumbu ledak. Geometri peledakan adalah jarak lubang tembak yang di buat pada saat sebuah area pertambangan akan di ledakkan. ¨ Burden (B) 15
  • 16. ¨ Diameter lubang tembak( Æ ) ¨ Tinggi jenjang (L) ¨ Kedalaman lubang tembak (H) ¨ Subdrilling (J) ¨ Stemming (T) ¨ Spacing (S) 2.peledakan cara listrik: Tiga elemen dasar rangkaian peledakan: - Detonator listrik (electric detonator) - Kawat rangkaian (circuit wiring), terdiri dari: - Leg wire - Connecting wire - Firing line - Buswire - Sumber tenaga (power source): Blasting machine dan AC-power line. Kawat rangkaian (circuit wiring), terdiri dari: - Legwire: Dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang salah satu ujungnya dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat dalam detonator. Isolasi legwire pada ujung yang lain terkupas dan kedua kawat 16
  • 17. diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi plastik shunt. Panjangnya bervariasi tergantung kebutuhan. - Connecting wire: Kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk meng- hubungkan “legwire” dengan “firing line”. Connecting wire terdiri dari kawat tunggal (solid wire) tembaga dengan isolasi yang tahan terhadap air yaitu 20 AWG atau yang lebih besar. - Firing line: Kawat yang dipergunakan untuk menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator yaitu 14 AWG atau yang lebih besar. - Buswire: Kawat perpanjangan dari firing line dimana masing-masing detonator (paralel circuit) atau masing-masing detonator dalam seri (paralel series circuit) dihubungkan. Buswire memiliki ukuran (gauge) yang sama dengan semua firing line. Jenis detonator - Instantaneous detonator - Delay detonator Kelas Detonator - Instantaneous detonator - Milli-second detonator - Half-second detonator Milli-second Di dalamnya terdapat milli second delay element, berfungsi untuk menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah 17
  • 18. ditentukan. Waktu tunda (delay interval) antara setiap inter-val seri tidak boleh melibihi 100 ms (0.1 detik). Half yaitu Di dalamnya terdapat half second delay element. Waktu tunda (delay interval) adalah 500 ms (0.5 detik). 2.4. Istilah Dalam Peledakan Tambang Ledakan (explosive) Ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak. Contoh: Ø Tangki bertekanan meledak Ø Balon karet meletus Kriteria: Tidak melibatkan reaksi kimia Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis) Disertai panas dan bunyi Deflagrasi Adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (heat/thermal conductivity). Merupakan fenomena reaksi permukaan di mana reaksinya meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu antara 300- 1000 m/s, atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Deflagrasi terjadi pada reaksi peledakan LOW EXPLOSIVE (black powder): 18
  • 19. - Potassium nitrat + charcoal + sulfur 20NaNO3 + 30C + 10S ® 6Na2CO3 + Na2SO4+ 3Na2S +14CO2 +10CO + 10N2 - Sodium nitrat + charcoal + sulfur 20KNO3 + 30C + 10S ® 6K2CO3 + K2SO4+ 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2 Detonasi Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat cepat dan diawali dengan panas tersebut menghasilkan gelombang tekanan kejut (shock compression wave) dan membebaskan energi dengan mempertahankan shock wave serta berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Contoh: TNT meledak : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C ANFO meledak : 3 NH4NO3 + CH2 ® CO2 + 7 H2O + 3 N2 NG meledak : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2 NG + AN meledak : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2 Kriteria: - Melibatkan reaksi kimia 19
  • 20. - Oksigen utk reaksi terdapat dalam bahan itu sendiri (tanpa oksigen dari udara) - Handak dapat digunakan dalam lubang ledak - Reaksi ledakan tidak dapat dipadamkan - Reaksi sangat cepat (> Kecepatan suara » supersonic); contoh VoDANFO= 4500 m/s - Shock compression: mempunyai daya dorong sangat tinggi, merobek retakan yang sudah ada sebelumnya - Shock wave: bahaya symphatetic detonation, menentukan safety distance - Ada ledakan (gerakan massa, bunyi dan panas) 2.5. Tujuan Peledakan di Dunia Pertambangan Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya. Dalam suatu operasi peledakan pada pertambangan didahului oleh pemboran yang bertujuan untuk membuat lubang tembak. Lubang tembak sendiri akan diisi oleh bahan peledak yang terlebih dahulu di isi oleh material atau pasir yang disebut Sub-drilling bertujuan agar hasil peledakan tidak terjadi toes atau tonjolan-tonojolan pada lantai tambang yang mengakibatkan alat berat sulit bergerak saat pemuatan dan pengangkutan hasil peledakan. setelah disi oleh rangkaian bahan peledak seperti TNT atau ANFO yang dilengkapi dengan nonel, maka selanjutnya 20
  • 21. diisi material penutup yangdisebut stemming berfungsi menahan tekanan keatas agar energi yang dihasilkan oleh bahan peledak tersebar kesegala arah dan menghancurkan batuan disampingnya. Tujuan perencanaan pemboran dan peledakan pada batuan: menghasilkan batuan lepas, yang dinyatakan dalam derajat fragmentasi sesuai dengan tujuan yang akan capai. Hasil peledakan ini sangat mempengaruhi produktivitas dan biaya operasi berikutnya. Fragmentasi batuan dapat dikontrol dengan merubah pola pemboran atau mengatur powder faktor atau menggunakan kombinasi kedua faktor tersebut. Hal yg perlu diperhatikan dalam peledakan yaitu Sifat-sifat batuan yang penting: Kekerasan: Tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan. Abrasiveness: Parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor. Abrasiveness tergantung pada komposisi batuan. Keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan tersebut. Kandungan kuarsa dalam batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata bor (drill bit). Tekstur: Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat porositas, looseness density dan ukuran butir. Tekstur juga mempengaruhi kecepatan pemboran. Struktur: Rekahan, patahan, bidang perlapisan schistosity dan jenis batuan, dip, strike. Breaking characteristic: menggambarkan sifat batuan apabila dipukul dengan palu. Setiap jenis batuan mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan dengan tekstur, komposisi mineral dan strukturnya. Dalam kegiatan pemboran dan peledakan terdapat 2 ketahanan batuan: 21
  • 22. Rock Drillability yaitu Kecepatan penetrasi dari mata bor ke dalam batuan. Rock drillability adalah fungsi dari beberapa sifat batuan, seperti: komposisi mineral, tekstur, ukuran butiran, derajat pelapukan dan lain sebagainya. Rock Blastability yaitu Tahanan batuan terhadap peledakan dan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan batuan. Dalam batuan yang keras dan padat peledakan dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan dalam batuan yang banyak celahnya sebagian energi dari bahan peledak hilang ke dalam rekahan dan peledakan susah untuk dikontrol. Sebelum sampai pada rancang bangun peledakan, banyak hal yang harus diketahui terlebih dahulu, yaitu yang berkaitan dengan : a. Parameter batuan. b. Parameter bahan peledak. c. Parameter pengisian. d. Sasaran produksi. e. Fragmentasi yang dikehendaki. f. Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll). Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan. Perlengkapan peledakan (blasting supplies / blasting accessories) adalah semua bahan atau kelengkapan yang dapat digunakan hanya untuk satu kali peledakan saja. Contohnya adalah sumbu api, detonator, sumbu ledak, dan sebagainya. Peralatan peledakan (blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali dalam proses peledakan. Contohnya adalah blasting machine, dan sebagainya. 22
  • 23. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pertama kali banyak digunakan peledak dalam peperangan dan pertambangan adalah bubuk hitam yang diciptakan di abad ke-9 oleh Cina. Bahan ini sangat sensitif terhadap air, dan berkembang banyak asap gelap. Selama abad ke-19 bubuk hitam digantikan oleh nitrogliserin , nitroselulosa , bubuk tanpa asap , dinamit dan bahan peledak jel (yang terakhir dua diciptakan oleh Alfred Nobel). Perang Dunia II melihat ekstensif menggunakan bahan peledak baru. Pada gilirannya, ini sebagian besar telah digantikan oleh bahan peledak modern seperti trinitrotoluena dan C-4 . Peningkatan ketersediaan bahan kimia telah memungkinkan pembangunan alat peledak improvisasi. Pengecoran ledakan adalah teknik yang digunakan oleh banyak tambang batubara permukaan untuk mengontrol perpindahan overburden dengan cara energi ledakan. Casting bergerak 30-80% dari overburden ke dalam lubang ditambang-out, sementara sisanya merusak dihapus oleh draglines atau mesin lainnya. Mayoritas hard rock lubang tambang terbuka desain ledakan yang akan mengoptimalkan fragmentasi insitu material. Hal ini dicapai dengan memuat lubang dengan dua tingkat energi yang berbeda: bahan peledak energi yang lebih tinggi di bawah dan energi yang lebih rendah di dekat bagian atas. Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau 23
  • 24. campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil. 24
  • 25. Daftar Pustaka http://akhmad-nafarin.blogspot.com/2011/07/peledakan-pada-kegiatan- tambang.html http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=9&mnorutisi=3 http://himatto.wordpress.com/category/peledak/ http://tambang.net/2008/10/pengenalan-bahan-peledak.html http://seorangminer.wordpress.com/2011/10/29/blasting-peledakan/ http://suyitno01.wordpress.com/?s=pengetahuan+dasar+bahan+peledak+komersi Kantor Penelitian Angkatan Darat. Elemen Persenjataan Rekayasa (Bagian Satu). Washington, DC: US Army Materiel Command , 1964. Komandan, Naval Ordnance Systems Command Keselamatan dan. Kinerja Pengujian Bahan Peledak Kualifikasi NAVORD OD 44811.. Washington, DC: GPO, 1972. Komandan, Naval Ordnance Systems Command. Senjata Sistem Fundamental. NAVORD OP 3000, vol. 2, 1 rev. Washington, DC: GPO, 1971. 25