Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari proses respirasi pada tumbuhan dengan menggunakan kecambah sebagai objek percobaan. Hasilnya menunjukkan bahwa kecambah dengan bobot 4 gram memiliki laju respirasi lebih cepat dibandingkan dengan kecambah berbobot 2 gram, karena semakin besar bobot suatu organisme maka laju respirasinya akan semakin cepat."
2. LEMBAR PENGESAHAN
Judul Percobaan
: Respirasi
Tanggal Percobaan
: 17 Oktober 2013
Tempat Percobaan
: Laboratorium Botani 2 Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung
Nama
: Vanna Fitriana
NPM
: 1314131112
Fakultas
: Pertanian
Jurusan
: Agribisnis
Kelompok
: 6 (enam)
Bandar Lampung, 31 Oktober 2013
Mengetahui
Asisten,
Putri
NPM:
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan adalah salah satu makluk hidup di bumi ini yang mempunyai suatu
keistimewaan. Tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri dengan
memanfaatkan sesuatu yang ada disekitarnya. Proses pembuatan makanan ini
disebut fotosintesis. Oleh karena itu tumbuhan berada pada urutan paling bawah
dalam piramida rantai makanan karena tumbuhan merupakan produsen.
Banyak ciri-ciri yang dapat mendefinisikan satu mahkluk hidup, salah satunya
adalah respirasi. Respirasi adalah suatu proses dilakukan oleh satu mahkluk hidup
dengan melakukan penyerapan udara. Salah satu ciri yang dapat membedakan
tumbuhan hijau dengan mahkluk hidup lainnya adalah kemampuannya memakai
zat karbon untuk dirubah menjadi bahan organik serta dasimilasi dalam tubuh
tumbuhan.
Kegiatan ini merupakan salah satu ciri-ciri dari makluk hidup, namun cara
makhluk hidup satu dengan yang lainnya berbeda. Tumbuhan yang satu dengan
yang lainnya juga mempunyai perbedaan dalam respirasi, ada yang menggunakan
oksigen dan ada pula yang tidak menggunakan oksigen dalam menghasilkan
energi. Namun intinya respirasi adalah menghasilkan energi
4. B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami semua faktor respirasi yang terjadi pada semua sel
organisme makhluk hidup.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik
yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik.
Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta
energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang
tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Proses respirasi merupakan suatu proses mengubah energi kimia yang tersimpan
dalam bentuk karbohidrat untuk digunakan menggerakkan proses-proses
metabolisme. Proses respirasi terdapat pada jaringan baik yang tidak berwarna
hijau maupun yang berwarna hijau, dan juga pada hewan. Respirasi dapat
dibadakan menjadi dua berdasarkan ketersedian udara, yaitu respirasi aerob dan
anaerob. Pada respirasi aerob, ketersedian oksigen sangat dibutuhkan untuk
menghasilkan energi. Sedangkan pada respirasi anaerobi, tidak membutuhkan
oksigen namun dapat menghasilkan senyawa lain seperti karbondioksida. Bahan
baku dalam proses respirasi adalah protein, asam lemak, dan juga karbohidrat.
Proses respirasi dapat menghasilkan CO2, dan energi dalam bentuk ATP. Reaksi
proses ini dapat ditulis sebagai berikut: C6H12O6 + O2
(Campbell, 2009).
6CO2 + H2O + energi
6. Respirasi atau oksidasi glukosa secara lengkap merupakan sumber energi yang
utama untuk kebanyakan sel. Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian
reaksi enzimatis, sejumlah energi dibebaskan dan akan disimpan dalam bentuk
ikatan fosfat bertenaga tinggi (ATP) dan sebagian lain akan hilang sebagai panas.
Secara garis besar, respirasi dibedakan atas reaksi aerob yang menggunakan
oksigen sebagai oksidator terakhir dan juga anaerob (Nasir, 1993).
Respirasi berjalan di dalam sel dan berlangsung baik secara aerobi maupun secara
anaerob. Mengenai repirasi aerob, yang dibutuhkan adalah oksigen yang nantinya
dapat menghasilkan energi serta karbon dioksida. Sedangkan untuk repirasi
anaerob, oksigen tidak dibutuhkan sehingga menghasilkan senyawa selain karbon
dioksida, misalnya alkohol, asam asetat serta sedikit energi (Lambers, 2005).
Respirasi merupakan fungsi kumulatif dari tiga tahap matabolik yaitu : glikolisis,
siklus krebs, rantai transpor elektron dan fosforilasi oksidatif. Glikolisis dan siklus
krebs merupakan jalur katabolik yang mengurai glukosa dan bahan bakar organik
lainnya, pada tahapan rantai transpor elektron akan menerima elektron dari
produksi hasil pembakaran pada tahapan glikolisis dan siklus krebs dan
melewatkan elekton ini dari satu molekul ke molekul lain. Pada akhir rantai ini,
elektron akan digabung dengan ion hidrogen dan oksigen molekuler untuk
membentuk air. Energi yang dilepaskan dari setiap langkah dalam rantai tersebut
disimpan dalam suatu bentuk yang digunakan oleh mitikondria untuk membuat
ATP (Kristiyono, 2008).
Proses respirasi, untuk dapat menghasilkan energi, ATP harus melalui beberapa
tahapan. Yang pertama adalah glikolisis. Tahapan ini merupakan proses dimana
glukosa berubah menjadi dua molekul asam. Tahapan ini berjalan di sitosol. Dua
molekul asam tersebut nantinya akan digunakan dalam proses dekarboksilasi
oksidatif. Juga glikosis dapat menghasilkan dua molekul NADPH dan energi
dalam bentuk molekul ATP. (Salisbury, 2009).
7. Tahapan yang kedua adalah dekarboksilasi oksidatif. Tahapan ini berlangsung di
sitosol juga. Dalam proses ini, asam piruvat yang beratom C3 berubah menjadi
asetil yang beratom C2 dengan melepaskan CO2. Asetil tersebut yang nantinya
akan dugunakan pula dalam siklus asam sitrat. Dan hasil lain dalam bentuk
NADPH digunakan dalam transport electron. (Salisbury, 2009).
Selanjutnya, tahapan yang ke tiga adalah siklus asam sitrat. Tahapan ini
berlangsung pada membran dan matriks dalam mitokondria. Pada tahapan ini,
asetil diolah dengan senyawa asam sitrat. Ada beberapa seyawa yang dapat
dihawilkan pada proses ini, salah satunya adalah 1 molekul ATP, 2 molekul CO2,
serta FADH dan NADPH yang akan diproses dala transfer electron. (Salisbury,
2009).
Tahapan yang keempat dan juga yang terakhir adalah trannsfer elektron. Proses
ini berlangsung pada membran dalam mitkondria dimana electron akan ditransfer
oleh enzim quinon, sitokrom, flavoprotein dan piridoksin. Reaksi ini dapat
menghasilkan H2O. (Salisbury, 2009).
Respirasi anaerob adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan
energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerob disebut fermentasi atau
respirasi intramolekul. Respirasi anaerob dibedakan menjadi obligatif dan
fakultatif, respirasi anaerob obligatif mutlak memerlukan oksigen sedangkan
anaerob fakultatif dapat berlangsung tanpa atau dengan oksigen. Tujuan
fermentasi sama dengan respirasi aerob, yaitu mendapatkan energi. Hanya saja
energi yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari respirasi aerob. Respirasi anaerob
dapat berlangsung didalam udara bebas, tetapi proses ini tidak menggunakan O2
yang disediakan di udara. Fermentasi sering pula disebut sebagai peragian alkohol
atau alkoholisasi. Pada respirasi aerob maupun anaerob, asam piruvat hasil proses
glikolisis merupakan substrat ( Loveless, 1991).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju repirasi, yaitu ketersediaan
substrat, ketersedian oksigen, suhu, tipe dan umur tumbuhan. Mengenai
8. ketersediaan substrat, hal ini sangat penting dalam pelaksanaan respirasi karena
proses ini tergantung pada ketersidiaanya substrat. Apabila pada tumbuhan yang
persediaan substratn yang berupa karbohidrat rendah, maka laju respirasinya juga
akan rendah. Demikian pula, apabila persediaan karbohidrat agak banyak, maka
laju respirasi akan meningkat juga. (Mulyani, 2007).
9. BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah : tabung
respirometer, stopwatch, alat suntik, kapas.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : kecambah,
KOH, larutan eosin, faselin.
B. Cara Kerja
1) Masukan KOH kedalam respirometer.
2) Kemudian masukan kecambah kedalam respirometer.
3) Tutup rapat tabung respirometer.
4) Suntikan larutan eosin ke ujung respirometer.
5) Amati setiap 5 menit selama 15 menit
6) Catat setiap perubahan yang terjadi.
10. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Tabel Pengamatan Laju Eosin
Berat
t1 = 5 menit
t2 = 10 menit
t3 = 15 menit
Rata-rata
Kecambah
(300 sekon)
(600 sekon)
(900 sekon)
2 gram
0,07 ml
0,13 ml
0,16 ml
0,12 ml
4 gram
0,07 ml
0,18 ml
0,20 ml
0,15 ml
Tabel Laju Respirasi
Berat
V1
V2
V3
Kecambah
V
Rata-rata
2 gram
0,0002
0,0001
0,00006
0,00012
4 gram
0,000125
0,0000625
0,0000416
0,000076
B. Pembahasan
Pada 17 Oktober 2013 telah dilakukan percobaan tentang proses respirasi yang
dilakukan oleh tumbuhan, tumbuhan yang digunakan kali ini adalah kecambah.
Percobaan dimulai dengan menyiapakan 2 kecambah yang berbeda beratnya, yaitu
kecambah yang memiliki bobot 2 gram dan kecambah yang memiliki bobot 4
gram.
11. Kedua kecambah diberi perlakuan yang sama. Pertama, masukan kecambah
kedalam tabung respirometer, kemudian memasukan kristal KOH yang dibungkus
dengan kapas kedalam tabung, kristal KOH ini berfungsi untuk mengikat
karbondioksida (CO2) yang ada didalam tabung. Kemudian pipa repirometer dan
tutup tabung diolesi vaselin, pengolesan vaselin ini berfungsi agar tabung kedap
udara sehingga tidak ada udara yang keluar atau masuk ke tabung. Kemudian
disuntikan larutan eosin ke pipa respirometer. Larutan eosin digunakan untuk
mengukur banyaknya oksigen yang dibutuhkan selama proses respirasi.
Kemudian mengamati pergerakan eosin selama 3 x 5 menit.
Pada percobaan kecambah dengan bobot 2 gram pada 3 menit pertama
menunjukan angka 0,07 ml, 0,13 untuk 3 menit kedua, dan 0,16 untuk 3 menit
ketiga, rata-rata penggunaan eosin adalah 0,12 ml. Serta laju respirasi pada 3
menit pertama adalah 0,0002, 0,0001 untuk 3 menit kedua, dan 0,00006 untuk 3
menit ketiga. Rata-rata laju respirasi Hal ini menunjukan adanya penurunan laju
reaksi, karena ketersediaan oksigen semakin berkurang.
Pada percobaan kecambah dengan bobot 4 gram pada 3 menit pertama
menunjukan 0,07 ml, 0,18 ml untuk 3 menit kedua, dan 0,20 ml untuk 3 menit
ketiga. Rata-rata penggunaan eosin adalah 0,15 ml. Serta laju reaksi untuk 3 menit
pertama 0,000125, 0,0000625 pada 3 menit kedua, dan 0,0000416 untuk 3 menit
ketiga. Rata-rata laju respirasi adalah 0,000076. Hal ini menunjukan adanya
penurunan laju reaksi, karena ketersediaan oksigen didalam tabung semakin
berkurang.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa kecambah
dengan bobot 4 gram melakukan respirasi lebih cepat dibandingkan dengan
kecambah yang bobotnya 2 gram. Hal ini karena semakin besar bobot suatu
organisme, maka laju respirasi akan semakin cepat.
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
12. oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
ketersediaan substrat, suhu, spesies, ukuran badan dan aktivitas tubuh.
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang
tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
Ketersediaan Oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor
Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan
suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan
berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju
respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada
organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
13. BAB V
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan eosin dari waktu ke waktu semakin bertambah, hal ini karena
kurangnya ketersediaan oksigen dalam tabung semakin berkurang.
2. Laju respirasi dari waktu ke waktu semakin menurun.
3. Kecambah yang memiliki bobot lebih berat, laju respirasinya semakin
cepat.
4. Sedangkan, kecambah yang bobotnya lebih ringan, laju respirasinya
semakin lambat.
14. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2009. Biologi Jilid 2 Edisi 5. Erlangga : Jakarta
Kristiyono. 2000. Pendalaman Biologi. Esis : Jakarta
Lambers, Hans. 2005. Plant Respiration: from cell to ecosystem Vol.8.
Springfield :Springer
Lavelles, A.R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropis. Gramedia : Jakarta
Mulyani, Sri. 2008. Anatomi Tumbuhan. Kanisius : Surabaya
Nasir, Muhammad. 1993. Biologi Umum. Universitas Gajah Mada :
Yogyakarta
Salisburg, F.B dan Cleon W. Ross. 2009. Plant Phyciology. Wadswad Pub
: California