SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
Intisari
                                       Page 41 - 92




       Dosen : Ir. Prijono Nugroho, M.SP., Ph.D,


                 yanto budisusanto
                 10/307357/PTK/06975
Zoning


               zonasi
Perencanaan tata ruang wilayah atau tata
guna lahan secara komprehensif yang
berfungsi sebagai pemberi masukan terhadap
kegiatan pembangunan terutama yang
bersifat fisik.
Kelemahan dalam pelaksanaannya
• Tidak memiliki kekuatan hukum
• Sering diabaikan sehingga mengakibatkan
  ketidakteraturan/keseragaman dalam tata guna lahan yang
  telah direncanakan, misalkan lokasi pemukiman
  berdampingan dengan perniagaan yang membutuhkan lokasi
  parkir, lalu lintas keluar masuk kendaraan, pembuangan
  sampah, pengiriman barang dengan truk dan lain-lain
  sehingga menimbulkan gangguan lalu lintas, kebisingan dan
  aktifitas perniagaan untuk pemukiman.
• Tetapi efek simultan positif yang ditimbulkan adalah kenaikan
  nilai tanah pada lokasi tersebut.
Tujuan Zonasi
• Mencegah konflik pada perbedaan fungsi tata
  guna lahan atau tata ruang wilayah
• Memberikan aturan dari segi arsitektur
  mengenai sempadan
  bangunan, pagar, lansekap, luas parkir atau
  jam operasi untuk setiap guna lahan
Contoh pembagian Zonasi
• Pemukiman, Pertanian, Komersial, Perkantoran, Industri
• Berdasar batas administratif; batas kelurahan, kecamatan,
  kabupaten dst
• Biasanya zonasi disusun berdasar hirarki atas dampak
  terhadap masyarakat dengan pengertian sebagai berikut :
   – Pemukiman tidak akan bersebelahan atau berdekatan
     dengan industri dll
   – Untuk setiap administratif akan memiliki prioritas
     penggunaan lahan berkaitan dengan pemberian ijin,
     misalkan luasan dan jumlah unit rumah yang
     diperkenankan untuk membuat perumahan dll
Peta Zonasi
• Aturan dalam bentuk teks perlu disertai
  dengan peta yang memberikan gambaran
  pembagian tata guna lahan yang telah
  disetujui berdasar pendefinisian teks tersebut
• Peta Zonasi harus diikuti oleh para
  pengembang sesuai dengan aturan yang
  berlaku dan memerlukan ijin pihak yang
  berwenang dalam hal ini adalah pemertintah
Skala Peta Zonasi
• Skala 1” : 2000’ yang berisi jalan raya
  utama, landmarks dan fitur alami dan batas
  administratif. Untuk setiap wilayah memiliki simbol
  tertentu untuk kepadatan yang diperbolehkan, misal;
  “”R-5 artinya perumahan yang diijinkan adalah 5 unit
  per-Ha dll
• Skala 1” : 200’ yang berisi batas tanah/bidang berikut
  nilai pajaknya dan informasi tambahan mengenai ijin
  khusus tentang penggunaan lahannya, dikelola oleh
  pemerintah kota dan biasanya memiliki kekuatan
  hukum yang mengikat
Aturan Peta Zonasi
• Minimum rerata ukuran kapling
• Maksimum kepadatan atau intensitas dalam
  pengambangan
• Maksimum yang dijadikan lahan efektif dan
  nonefektif biasanya dinyatakan dalam prosestase
• Minimum are terbuka dinyatakan dalam prosestase
• Sempadan bangunan dari batas kapling
• Maksimum ketinggian bangunan
• Sudut antara batas bidang dan bangunan
Zoning Adminstration
• Pengembangan lahan harus memiliki ijin dari
  pemilik wilayah yang sesuai dengan
  kebijaksanaan dan perundangan
Zoning Concept
• Prescriptive atau Euclidian Zoning
  – Spesifik berisi tata guna lahan dan konfigurasi
    bangunan yang diijinkan pada bidang tanah
    sebagai standar pengembangan lahan.
• Performance Zoning
  – Lebih fleksibel dalam kontrol penggunaan lahan
    yaitu lebih memperhatikan dampak dari kegiatan
    pengembangan pada bidang tanah berdasar fisik
    dan karakteristik lingkungannya.
Cummulative Zoning
• Peningkatan kepadatan dan intensitas
  penggunaan lahan memberikan prioritas
  dalam pengembangan, tidak mungkin
  mendirikan pemukiman ditengah-tengah
  kawasan komersial atau perlu relokasi yang
  lebih sesuai dengan peruntukannya
Transitional Zoning
• Gradasi pada
  penggunaan
  lahan seperti
  pada gambar
Floating Zoning
• Zona yang terbentuk karena aktifitas dominan
  yang ada didalamnya. Perencanaan zona ini
  dilakukan setelah aktifitas terbentuk, misal;
  aktifitas pemberhentian penumpang sehingga
  digunakan untuk zona pusat transportasi
  umum, aktifitas pasar tradisional sehingga
  akan direncanakan untuk kegiatan
  perdagangan dsb
Planned Unit Development
• Perencanaan yang dilakukan oleh konsultan
  dengan pertimbangan komprehensif tentang
  penggunaan lahan agar efektif dan efesien,
  misal model arsitektur, landscape, street
  furniture, open space, dan signage.
Cluster Zoning
• Alternatif untuk pengendalian pengembangan
  lokasi yang tidak terlalu luas
  (resedensial), misal untuk melindungi kawasan
  bangunan bersejarah, lahan pertanian
  produktif dll.
Overlay Zones
• Biasa digunakan untuk menyelesaikan
  masalah atau karakter fisik padan penggunaan
  lahan. Atau untuk mengkomunikasikan antara
  penggunaan lahan dan tematik peta yang
  berbeda-beda untuk analisa permasalahan.
Exclusionary Zoning
• Zona eksklusif atau khusus, dengan aturan
  yang ketat, harga tanah dan biaya
  pengembangnnya yang tinggi.
Inclusionary Zoning
• Zona untuk pemukiman dengan harga
  terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
  rendah.
Zoning Changes
• Perubahan panggunaan lahan yang oleh
  konsultan pengembangan lahan dan
  dimintakan persetujuan ke lembaga
  berwenang. Kekurangan dari peluang cara
  rezoning ini adalah penyalahgunaan
  wewenang dan keinginan pengusaha
  pengembang pemukiman untuk memperoleh
  keuntungan yang besar.
Proffered Zoning
• Perubahan penggunaan lahan atas
  kesepakatan antara mayarakat dan
  pemerintah. Jika dilakukan oleh pengembang
  maka dimungkinkan disepakati mengenai
  kompensasi akibat perubahan lahan yang akan
  dilakukan, misal; perbaikan saluran
  air, penambahan fasilitas umum dll.
Contrac Zoning
• Perjanjian antara pemilik tanah dan
  pemerintah dalam perubahan penggunaan
  lahan untuk saling bersepakat dan mengikat
  secara hukum.
RELATED TECHNIQUES IN
      DEVELOPMENT REGULATION
Adequate Public Facilities Ordinances
• Pemenuhan atas kebutuhan infrastruktur pada pemukiman dan fasilitas publik
   yang harus disediakan oleh pengembang pemukiman dan dilindungi oleh lembaga
   yang berwenang. Jika tidak dipenuhi maka kegiatan pengembangan dihentikan.
   Segala sesuatunya sudah mempertimbangkan kapasitas dan kemampuannya baik
   dari segi biaya atau pendanaan dan daya tampung atau kepadatan serta
   kelengkapan fasilitasnya sesuai juga dengan kebutuhan pasar.
Development Review Point System
• Dilakukan penilaian atas pengembang atau evaluasi dan memberikan poin bagi
   yang dinyatakan berhasil menyelesaikan masalah dengan baik.
Deed Restriction and Covenant
• Perjanjian menggunakan akta notaris. Hak dan kewajiban antara pengembang dan
   pembeli terutama untuk mempertahankan estetika dan lingkungan pada lokasi
   pengembangan.
SMARTH GROWTH
Introdution
• Setelah PD II kondisi Amerika belum padat tetapi seiring
   dengan berjalannya waktu maka pertumbuhan penduduk
   berkembang menjadi metropolitan. Oleh karena itu
   diperkembangan difokuskan pada konsep “smart
   growth”.
• Menurut Anthony Downs, esensi dan implementasi
   “smarth growth” berkisar pada sebagai berikut: anti
   pertumbuhan lambat dan lingkungan, mendukung
   pertumbuhan, mendukung pertumbuhan
   kota, mendukung pertumbuhan yang lebih baik.
Fundamentals and Principels
• Prinsip “smarth growth” menurut NAHB
  (National Association of Home Builders
  adalah: memenuhi kebutuhan akan
  perumahan dengan memperhatikan
  perlindungan terhadap lingkungan untuk
  peningkatan kualitas hidup bersama.
Fundamentals and Principels
•   Menurut O’Neil (1999) karakterisitik dari “smarth growth” adalah;
     – pembangunan ekonomi dengan mempertahankan lahan terbuka dan sumber daya alam,
     – perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif, terpadu dan regional (keseluruhan
       lokasi),
     – pihak pemerintah dan masyarakat, swasta dan sektor non-profit bekerjasama untuk
       kemanfaatan, kepastian dan prediksi melekat pada proses pengembangan,
     – pemeliharaan infrastruktur untuk pelayan kepada warga baik yang lama dan baru,
     – pembangunan rumah kembali untuk yang sudah usang,
     – pusat-pusat perkotaan dan lingkungan merupakan komponen integral dari
       perekonomian daerah yang sehat,
     – pembangunan pinggiran kota diintegrasikan ke dalam daerah komersial, pusat kota
       baru, dan/atau dekat fasilitas transportasi yang direncanakan,
     – pembangunan pinggiran kota tetap memperhatikan ruang terbuka, dan keberadaan
       serta akses jalur transportasi.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth Is a Code Word for No Growth.
  – Pertumbuhan penduduk tidak dapat dihindari
    akan semakin meningkat dengan berjalannya
    waktu yang berdampak pada meningkatnya akan
    kebutuhan perumahan yang diyakini akan sektor
    real estate dapat menggerakkan roda
    perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat
    pun dapat menjadi lebih baik.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth Is Anti-suburb
  – Asumsi pengembangan wilayah di pinggiran kota
    tidak diperhatikan berdasar persepsi bahwa
    kebanyakan kegiatan pembangunan berada di
    pusat kota metropolitan. Pengembangan wilayah
    pinggiran tidak tertangani dengan baik, walaupun
    disisi lain banyak dari penduduk ingin bertempat
    tinggal didaerah tersebut. Smart Growth akan
    mengakomodasi kondisi tersebut.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth Creates Another Layer of
  Government Regulations That Slows the
  Develop-ment Process and Increases Project
  Costs.
  – Berusaha mereformasi aturan dan merampingkan
    prosedur serta menyederhanakan proses perijinan
    sehingga mempermudah kegiatan pembangunan
    yang mencerminkan “smart growth”
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth Does Not Sell
  – Asumsi tidak ada pasar atau sedikit dari peminat
    untuk “smart growth” adalah kesalah-pahaman.
    Karena dengan perencanaan yang baik maka
    kebutuhan perumahan dan lokasi bisnis adalah
    siklus hidup dari pertumbuhan penduduk untuk
    memenuhi kebutuhannya.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth Equals Growth Boundaries
  – Pengembangan daerah perbatasan kota menjadi
    kontroversi dan menimbulkan permasalahan
    ketika berbenturan dengan persoalan teknis,
    kepentingan politik, dan isu hukum.
    Pengembangan lokasi tersebut berikut pelayanan
    wilayah kota seharusnya menjadi satu kesatuan
    dari strategi smart growth jika dan hanya jika
    konsistem terhadap politik, ekonomi dan
    perlindungan terhadap lingkungan secara
    komprehensif dan serius diterapkan.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth Will Eliminate the Need for
  New Roads
  – Antara th 1983 dan 1990 kebutuhan akan sarana
    transportasi dirasa sangat tinggi dikarenakan jarak
    antara pemukiman dan tempat kerja serta lokasi
    rekreasi terpisah sangat jauh. Smarth Growth
    merencanakan dengan baik dengan mengurangi
    lama dan jarak perjalanan dengan menyesuaikan
    pertumbuhan penduduk dan lokasi kegiatannya.
    Sehingga kebutuhan akan jalan tetap diperhatikan
    dengan lebih efesien dan efektif.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• Smart Growth is Bad for Business
  – Anggapan bahwa kegiatan bisnis memiliki peran
    yang dominan dalam program smart
    growth, tetapi setelah disadari akibat dari
    pengembangan yang tidak terencana yang salah
    satu akibatnya adalah terjadinya kamacetan maka
    komunitas bisnis menyadari akan pentingnya
    program smarth growth sehingga mau
    mendukung dan berinvestasi untuk program
    tersebut.
Mitos tentang “Smarth Growth”
• With So Much Undeveloped Land, There Is
  Limited Value in Open Space Preservation.
  – Smarth Growth sangat memperhatikan
    perlindungan terhadap lingkungan dan
    ketersediaan ruang terbuka serta tetap
    memperhatikan kemajuan kegiatan perekonomian
    secara bersamaan. Sehingga aktifitas bisnis tetap
    berjalan dengan baik dan
    kesejahteraan, kenyamanan masyarakat juga
    tercapai dan lingkungan tetap terjaga kualitasnya
• Chapter 3
• SITE PLAN ORDINANCES, SUBDIVISION
  REGULATIONS , AND BUILDING CODES
  – Lawrence A. McDer mott
INTRODUCTION
• Secara umum yang terlibat dalam pembangunan
  tanah adalah divisi tanah, site plan dan atau perijinan
  bangunan. Divisi tanah mengurusi tentang
  pemecahan, kepemilikan dan lainnya, termasuk
  didalamnya sewa-menyewa dalam jangka panjang
  baik mengenai tanah dan bangunan. Devisi site plan
  dan atau bangunan sering disamakan dengan devisi
  perencanaan yang memberikan uraian administratif
  saja. Kesemuanya bertujuan untuk menghindari
  akibat negatif dari pembangunan tanah.
SUBDIVISION REGULATION
Component of Subdivision Regulations
• Fungsi khusus adalah desain, konstruksi dan standar material
  untuk fasilitas umum yang antara lain adalah; desain jalan
  termasuk pengaturannya, row, persyaratan trotoar, geometrik
  dan perpotongannya, desain trotoar, rambu-rambu
  lalulintas, desain drainase dan pemeliharaannya
  (manhole, bak kontrol dll), system distribusi air dan
  listrik, ruang terbuka, utilitas, perlindungan lingkungan.
  Demikian juga mengenai dokumentasinya (as built drawing)
  untuk kemudahan dalam kegiatan atau proses
  pemeliharaannya. Disisi lain juga menjamin berjalannya
  sistem.
SUBDIVISION REGULATION
• Development Management
  – Menjamin keseragaman, kelengkapan, format,
    prosedur dokumen yang digunakan untuk desain
    dan konstruksi dalam rangka pembangunan tanah.
SUBDIVISION REGULATION
• Guaranteed Performance
  – Jaminan finansial bagi pengembang agar
    pelaksanaan dapat berjalan lancar yaitu berupa
    surat berharga atau dokumen berharga lainnya.
    Sehingga ketika terjadi one prestasi dan
    pembangunan tanah tidak dapat dilanjutkan oleh
    pengembang maka dokumen berharga dapat
    digunakan untuk melanjutkannya. Dalam hal ini
    melibatkan lembaga keuangan.
SUBDIVISION REGULATION
• Durability of Infromation
  – Kejelasan mengenai
    kepemilikan, batas, pengukuran dan hal lain yang
    berkaitan dengan kepastian hukum akan
    kepemilikan tanah.
SUBDIVISION REGULATION
• Benefits to the Land Development Design
  Team
  – Persaingan bisnis terutama dalam hal harga
    property tidak mengurangi kualitas dari
    desain, konstruksi, infrastruktur dan fasilitas yang
    telah disetujui. Produk yang dihasilkan tetap
    terjamin kualitasnya.
SUBDIVISION REGULATION
• Related Development Regulation
  – Kegiatan pembanguan tanah harus tetap
    memperhatikan dampak terhadap lingkungan
    artinya tidak menyebabkan kerusakan lingkungan
    misalnya; kerusakan kualitas air tanah, sistem
    drainase yang jelek sehingga banjir dan lainnya.
  – Amdal atau UKL/UPL (Upaya Pengelolaan
    Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
    Lingkungan Hidup)
SUBDIVISION REGULATION
• What to Look for and How to Use Subdivision Regulation
  – Buku manual yang berisi tentang detail desain dan standar
  – Identifikasi kesesuaiannya dengan peraturan yang berlaku
     regulasi yang diacu/ dirujuk
  – Cek tanggal berlakunya peraturan  bila dimungkinkan
    terjadi pengecualian atau revisi
  – Cek kesesuaian dengan regulasi daerah  beberapa hal
    diserahkan ke daerah masing-masing untuk mengaturnya
  – Identifikasi kriteria site plan dan desain dan standar
    konstruksi
  – Prosedur administrasi dan kelengkapan dokumen
SITE PLAN ORDINANCES
• Definisi “Site Plan” adalah representasi grafis
  dari tata letak bangunan dan fasilitas pada
  sebidang tanah, dengan detail, akurasi, dan
  skala tergantung pada tujuannya. Terkadang
  disamakan dengan “Development Plan”.
  Beberapa regulasi mengharuskan adanya
  pengesahan dari dokumen “site plan”.
SITE PLAN ORDINANCES




BUILDING
 CODES
• Chapter 4
• EXACTIONS, INFRASTRUCTURE
  ENHANCEMENTS, AND FEES
  – Lawrence A. McDer mott
INTRODUCTION

• Pertumbuhan penduduk memicu akan kebutuhan
  lingkungan dan fasilitas transportasi yang layak. Ada
  pengalihan yang semula menjadi tanggungan
  pemerintah dilimpahkan kepada pihak swasta selaku
  pengembang lahan dan pihak swasta. Oleh karena itu
  pihak yang terkena dampak harus mempelajari
  tentang aturan, standar perencanaan, peningkatan
  infrastruktur yang dibebankan beserta biaya-biaya
  yang timbul akibat dari pembangunan tanah atau
  pengembangan lahan.
EXACTIONS, INFRASTRUCTURE
     ENHANCEMENT AND FEES
• Exaction adalah hal yang harus disediakan oleh
  pengembang adalah sebagai berikut : fasilitas
  umum, jasa untuk kepentingan umum (misal;
  pemadam kebakaran), pengadaan tanah, area
  perdagangan, perbankan. Yang semuanya
  memberikan manfaat langsung bagi penghuni atau
  tidak langsung pada lingkungan sekitar. Pengembang
  harus mengelola anggaran dan keuangan dengan
  baik walaupun pembebanan biaya berakhir pada
  konsumen.
Land Reservation
• Masyarakat dapat meminta kepada
  pengembang mengenai fasilitas umum yang
  harus disediakan misal; taman, sekolah, jalan
  dan lainnya. Karena ketidaksepakatan dalam
  hal ini menyebabkan tertundannya
  pembangunan lahan. Salah satu penyebabnya
  adalah peruntukan lahan yang semula
  digunakan pemukiman tetapi dalam
  regulasinya adalah lokasi industri sehingga
  masyarakat harus pindah.
Dedications
• Penyerahan fasilitas umum oleh pengembang kepada
  pemerintah yang berdampak pada meningkatnya
  biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh
  pemerintah. Salah satu daya tarik bagi konsumen
  adalah semakin lengkapnya fasilitas umum, misal;
  sekolah, taman, fasilitas perpustakaan dan pemadam
  kebakaran. Yang menarik bagi pemerintah adalah
  adanya lahan yang tersedia untuk pelebaran jalan
  jika dimungkinkan semakin berkembangnya lokasi.
Preservation
• Pemeliharaan terhadap lingkungan adalah
  prioritas utama dalam komunitas masyarakat
  tetapi seringkali pemerintah tidak memiliki
  cukup dana untuk hal tersebut. Oleh karena
  itu masyarakat bersepakat untuk dibebankan
  kepada pengembang melalui pungutan
  tertentu.
Fee
• Biaya-biaya yang timbul untuk pemeliharaan
  lingkungan yang disepakati antara
  pengembang dan konsumen serta keterlibatan
  pemerintah sesuai dengan regulasi yang
  berlaku.
• Chapter 5
• REAL PROPERTY LAW
  – Carlyle W. Blomme, R.L.S. / J. Randall
    Minchew, Esq. / Craig N. Thomas, Esq. / Edited /
    Updated: Curt Sumner, L.S., and Gary Kent, L.S
• Kepastian hukum atas kepemilikan tanah dengan
  batas-batas pasti dan melalui proses pengukuran
  dilapangan. Surveyor setidaknya mengerti
  mengenai aturan atau regulasi yang berlaku.
• Properti secara hukum adalah yang dimiliki secara
  eksklusif untuk seseorang. Properti dapat
  diklasifikasikan sebagai berikut properti
  komunitas, properti pribadi, properti publik dan
  real properti (real estate).
• Real properti dapat diwariskan.
• Kepemilikan adalah sekumpulan hak yang menjadi
  satu dan dapat dinikmati
• Awalnya semua tanah adalah dimiliki oleh kerajaan,
  dalam hal ini Raja yang berkuasa atas tindakan
  terhadap tanah dalam wilayahnya.
• Properti law di US dikembangkan dari sistem di
  Inggris kecuali Lousiana dikembangkan dari Perancis.
• Dengan berjalannya waktu hukum properti diatur
  dalam undang-undang.
• Akta adalah instrumen tertulis yang digunakan
  untuk mentransfer minat
  di tanah atau properti riil, suatu bentuk
  kontrak, dan seperti perbuatan yang sah harus
  memenuhi persyaratan tertentu. Akta harus
  memiliki setidaknya dua pihak: satu pemberi
  dan penerima hibah.
• Deskripsi adalah elemen penting dalam akta.
  Ini harus yang jelas dalam arti dan berbeda di
  lokasi, dan lokasi harus unik hanya satu
  properti.
End
• End

More Related Content

What's hot

Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTRhenny ferniza
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangMusnanda Satar
 
Alternatif dan rekomendasi
Alternatif dan rekomendasiAlternatif dan rekomendasi
Alternatif dan rekomendasializias_boys
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Joy Irman
 
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
 
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsorPedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsorinfosanitasi
 
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganSni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganVermona Lumban Gaol
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Perencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptx
Perencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptxPerencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptx
Perencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptxdarmakarya
 
Dinamisasi Rencana Tata Ruang
Dinamisasi Rencana Tata Ruang Dinamisasi Rencana Tata Ruang
Dinamisasi Rencana Tata Ruang henny ferniza
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGSTANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGushfia
 
MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTR
MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTRMEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTR
MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTRFitri Indra Wardhono
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanArdita Putri Usandy
 
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdfrevisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdfssusercf685f
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxYettiAnita
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031joihot
 

What's hot (20)

Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Alternatif dan rekomendasi
Alternatif dan rekomendasiAlternatif dan rekomendasi
Alternatif dan rekomendasi
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
 
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsorPedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
 
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganSni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Perencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptx
Perencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptxPerencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptx
Perencanaan_terpadu_berbasis_kawasan.pptx
 
Dinamisasi Rencana Tata Ruang
Dinamisasi Rencana Tata Ruang Dinamisasi Rencana Tata Ruang
Dinamisasi Rencana Tata Ruang
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGSTANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
 
MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTR
MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTRMEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTR
MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYUSUN RDTR
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdfrevisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptx
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
 

Similar to Ringkasan buku land development handbook

tata ruang n manaj lahan.ppt
tata ruang n manaj lahan.ppttata ruang n manaj lahan.ppt
tata ruang n manaj lahan.pptRenandaAndari1
 
Real Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdf
Real Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdfReal Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdf
Real Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdfAdeIqbalPradhana
 
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi LahanPenataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahangophil
 
MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...
MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...
MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...Fitri Indra Wardhono
 
3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx
3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx
3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptxandra37473
 
Contoh SOP business development
Contoh SOP business developmentContoh SOP business development
Contoh SOP business developmentPutu Ajus
 
EKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptx
EKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptxEKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptx
EKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptxssuser25ec9f1
 
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.docbambang480612
 
2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek
2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek
2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projekKhalid Mdnoh
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptxghifari9
 
5. implementasi landuse handout
5. implementasi landuse handout5. implementasi landuse handout
5. implementasi landuse handoutdahyanto
 
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-268830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2teguh heru winarso
 
Bab iii rencana larap tol_rev
Bab iii rencana  larap tol_revBab iii rencana  larap tol_rev
Bab iii rencana larap tol_revKotjo Negoro
 
Bab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaBab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaLatifah Tio
 
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfssusere9576e
 
Sistem transportasi 3 tgl dan transportasi
Sistem transportasi 3 tgl dan transportasiSistem transportasi 3 tgl dan transportasi
Sistem transportasi 3 tgl dan transportasiRenhard Manurung
 

Similar to Ringkasan buku land development handbook (20)

tata ruang n manaj lahan.ppt
tata ruang n manaj lahan.ppttata ruang n manaj lahan.ppt
tata ruang n manaj lahan.ppt
 
Perancangan Bangunan Untuk Penilaian
Perancangan Bangunan Untuk PenilaianPerancangan Bangunan Untuk Penilaian
Perancangan Bangunan Untuk Penilaian
 
Bab 7 rev 02
Bab 7 rev 02Bab 7 rev 02
Bab 7 rev 02
 
Real Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdf
Real Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdfReal Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdf
Real Estate - Yusdianto Haryo Soeroso, MT.pdf
 
1169423.ppt
1169423.ppt1169423.ppt
1169423.ppt
 
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi LahanPenataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
 
MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...
MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...
MENATA KEMBALI KAWASAN METROPOLITAN JABODETABEKJUR - MENUJU PEMBANGUNAN PERKO...
 
3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx
3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx
3_PROSES PERENCANAAN & PERANCANGAN.pptx
 
Contoh SOP business development
Contoh SOP business developmentContoh SOP business development
Contoh SOP business development
 
EKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptx
EKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptxEKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptx
EKSPOSE LAPDAL STUDI RINCI BINJAI.pptx
 
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
 
2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek
2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek
2.0 agensi terlibat dlm pembangunan projek
 
kebijakan tata ruang
kebijakan tata ruangkebijakan tata ruang
kebijakan tata ruang
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx
 
5. implementasi landuse handout
5. implementasi landuse handout5. implementasi landuse handout
5. implementasi landuse handout
 
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-268830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
 
Bab iii rencana larap tol_rev
Bab iii rencana  larap tol_revBab iii rencana  larap tol_rev
Bab iii rencana larap tol_rev
 
Bab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaBab i Rancang Kota
Bab i Rancang Kota
 
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
 
Sistem transportasi 3 tgl dan transportasi
Sistem transportasi 3 tgl dan transportasiSistem transportasi 3 tgl dan transportasi
Sistem transportasi 3 tgl dan transportasi
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 

Ringkasan buku land development handbook

  • 1. Intisari Page 41 - 92 Dosen : Ir. Prijono Nugroho, M.SP., Ph.D, yanto budisusanto 10/307357/PTK/06975
  • 2.
  • 3. Zoning zonasi Perencanaan tata ruang wilayah atau tata guna lahan secara komprehensif yang berfungsi sebagai pemberi masukan terhadap kegiatan pembangunan terutama yang bersifat fisik.
  • 4. Kelemahan dalam pelaksanaannya • Tidak memiliki kekuatan hukum • Sering diabaikan sehingga mengakibatkan ketidakteraturan/keseragaman dalam tata guna lahan yang telah direncanakan, misalkan lokasi pemukiman berdampingan dengan perniagaan yang membutuhkan lokasi parkir, lalu lintas keluar masuk kendaraan, pembuangan sampah, pengiriman barang dengan truk dan lain-lain sehingga menimbulkan gangguan lalu lintas, kebisingan dan aktifitas perniagaan untuk pemukiman. • Tetapi efek simultan positif yang ditimbulkan adalah kenaikan nilai tanah pada lokasi tersebut.
  • 5. Tujuan Zonasi • Mencegah konflik pada perbedaan fungsi tata guna lahan atau tata ruang wilayah • Memberikan aturan dari segi arsitektur mengenai sempadan bangunan, pagar, lansekap, luas parkir atau jam operasi untuk setiap guna lahan
  • 6. Contoh pembagian Zonasi • Pemukiman, Pertanian, Komersial, Perkantoran, Industri • Berdasar batas administratif; batas kelurahan, kecamatan, kabupaten dst • Biasanya zonasi disusun berdasar hirarki atas dampak terhadap masyarakat dengan pengertian sebagai berikut : – Pemukiman tidak akan bersebelahan atau berdekatan dengan industri dll – Untuk setiap administratif akan memiliki prioritas penggunaan lahan berkaitan dengan pemberian ijin, misalkan luasan dan jumlah unit rumah yang diperkenankan untuk membuat perumahan dll
  • 7. Peta Zonasi • Aturan dalam bentuk teks perlu disertai dengan peta yang memberikan gambaran pembagian tata guna lahan yang telah disetujui berdasar pendefinisian teks tersebut • Peta Zonasi harus diikuti oleh para pengembang sesuai dengan aturan yang berlaku dan memerlukan ijin pihak yang berwenang dalam hal ini adalah pemertintah
  • 8. Skala Peta Zonasi • Skala 1” : 2000’ yang berisi jalan raya utama, landmarks dan fitur alami dan batas administratif. Untuk setiap wilayah memiliki simbol tertentu untuk kepadatan yang diperbolehkan, misal; “”R-5 artinya perumahan yang diijinkan adalah 5 unit per-Ha dll • Skala 1” : 200’ yang berisi batas tanah/bidang berikut nilai pajaknya dan informasi tambahan mengenai ijin khusus tentang penggunaan lahannya, dikelola oleh pemerintah kota dan biasanya memiliki kekuatan hukum yang mengikat
  • 9. Aturan Peta Zonasi • Minimum rerata ukuran kapling • Maksimum kepadatan atau intensitas dalam pengambangan • Maksimum yang dijadikan lahan efektif dan nonefektif biasanya dinyatakan dalam prosestase • Minimum are terbuka dinyatakan dalam prosestase • Sempadan bangunan dari batas kapling • Maksimum ketinggian bangunan • Sudut antara batas bidang dan bangunan
  • 10. Zoning Adminstration • Pengembangan lahan harus memiliki ijin dari pemilik wilayah yang sesuai dengan kebijaksanaan dan perundangan
  • 11. Zoning Concept • Prescriptive atau Euclidian Zoning – Spesifik berisi tata guna lahan dan konfigurasi bangunan yang diijinkan pada bidang tanah sebagai standar pengembangan lahan. • Performance Zoning – Lebih fleksibel dalam kontrol penggunaan lahan yaitu lebih memperhatikan dampak dari kegiatan pengembangan pada bidang tanah berdasar fisik dan karakteristik lingkungannya.
  • 12. Cummulative Zoning • Peningkatan kepadatan dan intensitas penggunaan lahan memberikan prioritas dalam pengembangan, tidak mungkin mendirikan pemukiman ditengah-tengah kawasan komersial atau perlu relokasi yang lebih sesuai dengan peruntukannya
  • 13. Transitional Zoning • Gradasi pada penggunaan lahan seperti pada gambar
  • 14. Floating Zoning • Zona yang terbentuk karena aktifitas dominan yang ada didalamnya. Perencanaan zona ini dilakukan setelah aktifitas terbentuk, misal; aktifitas pemberhentian penumpang sehingga digunakan untuk zona pusat transportasi umum, aktifitas pasar tradisional sehingga akan direncanakan untuk kegiatan perdagangan dsb
  • 15. Planned Unit Development • Perencanaan yang dilakukan oleh konsultan dengan pertimbangan komprehensif tentang penggunaan lahan agar efektif dan efesien, misal model arsitektur, landscape, street furniture, open space, dan signage.
  • 16. Cluster Zoning • Alternatif untuk pengendalian pengembangan lokasi yang tidak terlalu luas (resedensial), misal untuk melindungi kawasan bangunan bersejarah, lahan pertanian produktif dll.
  • 17. Overlay Zones • Biasa digunakan untuk menyelesaikan masalah atau karakter fisik padan penggunaan lahan. Atau untuk mengkomunikasikan antara penggunaan lahan dan tematik peta yang berbeda-beda untuk analisa permasalahan.
  • 18. Exclusionary Zoning • Zona eksklusif atau khusus, dengan aturan yang ketat, harga tanah dan biaya pengembangnnya yang tinggi.
  • 19. Inclusionary Zoning • Zona untuk pemukiman dengan harga terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
  • 20. Zoning Changes • Perubahan panggunaan lahan yang oleh konsultan pengembangan lahan dan dimintakan persetujuan ke lembaga berwenang. Kekurangan dari peluang cara rezoning ini adalah penyalahgunaan wewenang dan keinginan pengusaha pengembang pemukiman untuk memperoleh keuntungan yang besar.
  • 21. Proffered Zoning • Perubahan penggunaan lahan atas kesepakatan antara mayarakat dan pemerintah. Jika dilakukan oleh pengembang maka dimungkinkan disepakati mengenai kompensasi akibat perubahan lahan yang akan dilakukan, misal; perbaikan saluran air, penambahan fasilitas umum dll.
  • 22. Contrac Zoning • Perjanjian antara pemilik tanah dan pemerintah dalam perubahan penggunaan lahan untuk saling bersepakat dan mengikat secara hukum.
  • 23. RELATED TECHNIQUES IN DEVELOPMENT REGULATION Adequate Public Facilities Ordinances • Pemenuhan atas kebutuhan infrastruktur pada pemukiman dan fasilitas publik yang harus disediakan oleh pengembang pemukiman dan dilindungi oleh lembaga yang berwenang. Jika tidak dipenuhi maka kegiatan pengembangan dihentikan. Segala sesuatunya sudah mempertimbangkan kapasitas dan kemampuannya baik dari segi biaya atau pendanaan dan daya tampung atau kepadatan serta kelengkapan fasilitasnya sesuai juga dengan kebutuhan pasar. Development Review Point System • Dilakukan penilaian atas pengembang atau evaluasi dan memberikan poin bagi yang dinyatakan berhasil menyelesaikan masalah dengan baik. Deed Restriction and Covenant • Perjanjian menggunakan akta notaris. Hak dan kewajiban antara pengembang dan pembeli terutama untuk mempertahankan estetika dan lingkungan pada lokasi pengembangan.
  • 24. SMARTH GROWTH Introdution • Setelah PD II kondisi Amerika belum padat tetapi seiring dengan berjalannya waktu maka pertumbuhan penduduk berkembang menjadi metropolitan. Oleh karena itu diperkembangan difokuskan pada konsep “smart growth”. • Menurut Anthony Downs, esensi dan implementasi “smarth growth” berkisar pada sebagai berikut: anti pertumbuhan lambat dan lingkungan, mendukung pertumbuhan, mendukung pertumbuhan kota, mendukung pertumbuhan yang lebih baik.
  • 25. Fundamentals and Principels • Prinsip “smarth growth” menurut NAHB (National Association of Home Builders adalah: memenuhi kebutuhan akan perumahan dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan untuk peningkatan kualitas hidup bersama.
  • 26. Fundamentals and Principels • Menurut O’Neil (1999) karakterisitik dari “smarth growth” adalah; – pembangunan ekonomi dengan mempertahankan lahan terbuka dan sumber daya alam, – perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif, terpadu dan regional (keseluruhan lokasi), – pihak pemerintah dan masyarakat, swasta dan sektor non-profit bekerjasama untuk kemanfaatan, kepastian dan prediksi melekat pada proses pengembangan, – pemeliharaan infrastruktur untuk pelayan kepada warga baik yang lama dan baru, – pembangunan rumah kembali untuk yang sudah usang, – pusat-pusat perkotaan dan lingkungan merupakan komponen integral dari perekonomian daerah yang sehat, – pembangunan pinggiran kota diintegrasikan ke dalam daerah komersial, pusat kota baru, dan/atau dekat fasilitas transportasi yang direncanakan, – pembangunan pinggiran kota tetap memperhatikan ruang terbuka, dan keberadaan serta akses jalur transportasi.
  • 27. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth Is a Code Word for No Growth. – Pertumbuhan penduduk tidak dapat dihindari akan semakin meningkat dengan berjalannya waktu yang berdampak pada meningkatnya akan kebutuhan perumahan yang diyakini akan sektor real estate dapat menggerakkan roda perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat pun dapat menjadi lebih baik.
  • 28. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth Is Anti-suburb – Asumsi pengembangan wilayah di pinggiran kota tidak diperhatikan berdasar persepsi bahwa kebanyakan kegiatan pembangunan berada di pusat kota metropolitan. Pengembangan wilayah pinggiran tidak tertangani dengan baik, walaupun disisi lain banyak dari penduduk ingin bertempat tinggal didaerah tersebut. Smart Growth akan mengakomodasi kondisi tersebut.
  • 29. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth Creates Another Layer of Government Regulations That Slows the Develop-ment Process and Increases Project Costs. – Berusaha mereformasi aturan dan merampingkan prosedur serta menyederhanakan proses perijinan sehingga mempermudah kegiatan pembangunan yang mencerminkan “smart growth”
  • 30. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth Does Not Sell – Asumsi tidak ada pasar atau sedikit dari peminat untuk “smart growth” adalah kesalah-pahaman. Karena dengan perencanaan yang baik maka kebutuhan perumahan dan lokasi bisnis adalah siklus hidup dari pertumbuhan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.
  • 31. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth Equals Growth Boundaries – Pengembangan daerah perbatasan kota menjadi kontroversi dan menimbulkan permasalahan ketika berbenturan dengan persoalan teknis, kepentingan politik, dan isu hukum. Pengembangan lokasi tersebut berikut pelayanan wilayah kota seharusnya menjadi satu kesatuan dari strategi smart growth jika dan hanya jika konsistem terhadap politik, ekonomi dan perlindungan terhadap lingkungan secara komprehensif dan serius diterapkan.
  • 32. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth Will Eliminate the Need for New Roads – Antara th 1983 dan 1990 kebutuhan akan sarana transportasi dirasa sangat tinggi dikarenakan jarak antara pemukiman dan tempat kerja serta lokasi rekreasi terpisah sangat jauh. Smarth Growth merencanakan dengan baik dengan mengurangi lama dan jarak perjalanan dengan menyesuaikan pertumbuhan penduduk dan lokasi kegiatannya. Sehingga kebutuhan akan jalan tetap diperhatikan dengan lebih efesien dan efektif.
  • 33. Mitos tentang “Smarth Growth” • Smart Growth is Bad for Business – Anggapan bahwa kegiatan bisnis memiliki peran yang dominan dalam program smart growth, tetapi setelah disadari akibat dari pengembangan yang tidak terencana yang salah satu akibatnya adalah terjadinya kamacetan maka komunitas bisnis menyadari akan pentingnya program smarth growth sehingga mau mendukung dan berinvestasi untuk program tersebut.
  • 34. Mitos tentang “Smarth Growth” • With So Much Undeveloped Land, There Is Limited Value in Open Space Preservation. – Smarth Growth sangat memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan dan ketersediaan ruang terbuka serta tetap memperhatikan kemajuan kegiatan perekonomian secara bersamaan. Sehingga aktifitas bisnis tetap berjalan dengan baik dan kesejahteraan, kenyamanan masyarakat juga tercapai dan lingkungan tetap terjaga kualitasnya
  • 35. • Chapter 3 • SITE PLAN ORDINANCES, SUBDIVISION REGULATIONS , AND BUILDING CODES – Lawrence A. McDer mott
  • 36. INTRODUCTION • Secara umum yang terlibat dalam pembangunan tanah adalah divisi tanah, site plan dan atau perijinan bangunan. Divisi tanah mengurusi tentang pemecahan, kepemilikan dan lainnya, termasuk didalamnya sewa-menyewa dalam jangka panjang baik mengenai tanah dan bangunan. Devisi site plan dan atau bangunan sering disamakan dengan devisi perencanaan yang memberikan uraian administratif saja. Kesemuanya bertujuan untuk menghindari akibat negatif dari pembangunan tanah.
  • 37. SUBDIVISION REGULATION Component of Subdivision Regulations • Fungsi khusus adalah desain, konstruksi dan standar material untuk fasilitas umum yang antara lain adalah; desain jalan termasuk pengaturannya, row, persyaratan trotoar, geometrik dan perpotongannya, desain trotoar, rambu-rambu lalulintas, desain drainase dan pemeliharaannya (manhole, bak kontrol dll), system distribusi air dan listrik, ruang terbuka, utilitas, perlindungan lingkungan. Demikian juga mengenai dokumentasinya (as built drawing) untuk kemudahan dalam kegiatan atau proses pemeliharaannya. Disisi lain juga menjamin berjalannya sistem.
  • 38. SUBDIVISION REGULATION • Development Management – Menjamin keseragaman, kelengkapan, format, prosedur dokumen yang digunakan untuk desain dan konstruksi dalam rangka pembangunan tanah.
  • 39. SUBDIVISION REGULATION • Guaranteed Performance – Jaminan finansial bagi pengembang agar pelaksanaan dapat berjalan lancar yaitu berupa surat berharga atau dokumen berharga lainnya. Sehingga ketika terjadi one prestasi dan pembangunan tanah tidak dapat dilanjutkan oleh pengembang maka dokumen berharga dapat digunakan untuk melanjutkannya. Dalam hal ini melibatkan lembaga keuangan.
  • 40. SUBDIVISION REGULATION • Durability of Infromation – Kejelasan mengenai kepemilikan, batas, pengukuran dan hal lain yang berkaitan dengan kepastian hukum akan kepemilikan tanah.
  • 41. SUBDIVISION REGULATION • Benefits to the Land Development Design Team – Persaingan bisnis terutama dalam hal harga property tidak mengurangi kualitas dari desain, konstruksi, infrastruktur dan fasilitas yang telah disetujui. Produk yang dihasilkan tetap terjamin kualitasnya.
  • 42. SUBDIVISION REGULATION • Related Development Regulation – Kegiatan pembanguan tanah harus tetap memperhatikan dampak terhadap lingkungan artinya tidak menyebabkan kerusakan lingkungan misalnya; kerusakan kualitas air tanah, sistem drainase yang jelek sehingga banjir dan lainnya. – Amdal atau UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup)
  • 43. SUBDIVISION REGULATION • What to Look for and How to Use Subdivision Regulation – Buku manual yang berisi tentang detail desain dan standar – Identifikasi kesesuaiannya dengan peraturan yang berlaku  regulasi yang diacu/ dirujuk – Cek tanggal berlakunya peraturan  bila dimungkinkan terjadi pengecualian atau revisi – Cek kesesuaian dengan regulasi daerah  beberapa hal diserahkan ke daerah masing-masing untuk mengaturnya – Identifikasi kriteria site plan dan desain dan standar konstruksi – Prosedur administrasi dan kelengkapan dokumen
  • 44. SITE PLAN ORDINANCES • Definisi “Site Plan” adalah representasi grafis dari tata letak bangunan dan fasilitas pada sebidang tanah, dengan detail, akurasi, dan skala tergantung pada tujuannya. Terkadang disamakan dengan “Development Plan”. Beberapa regulasi mengharuskan adanya pengesahan dari dokumen “site plan”.
  • 46. • Chapter 4 • EXACTIONS, INFRASTRUCTURE ENHANCEMENTS, AND FEES – Lawrence A. McDer mott
  • 47. INTRODUCTION • Pertumbuhan penduduk memicu akan kebutuhan lingkungan dan fasilitas transportasi yang layak. Ada pengalihan yang semula menjadi tanggungan pemerintah dilimpahkan kepada pihak swasta selaku pengembang lahan dan pihak swasta. Oleh karena itu pihak yang terkena dampak harus mempelajari tentang aturan, standar perencanaan, peningkatan infrastruktur yang dibebankan beserta biaya-biaya yang timbul akibat dari pembangunan tanah atau pengembangan lahan.
  • 48. EXACTIONS, INFRASTRUCTURE ENHANCEMENT AND FEES • Exaction adalah hal yang harus disediakan oleh pengembang adalah sebagai berikut : fasilitas umum, jasa untuk kepentingan umum (misal; pemadam kebakaran), pengadaan tanah, area perdagangan, perbankan. Yang semuanya memberikan manfaat langsung bagi penghuni atau tidak langsung pada lingkungan sekitar. Pengembang harus mengelola anggaran dan keuangan dengan baik walaupun pembebanan biaya berakhir pada konsumen.
  • 49. Land Reservation • Masyarakat dapat meminta kepada pengembang mengenai fasilitas umum yang harus disediakan misal; taman, sekolah, jalan dan lainnya. Karena ketidaksepakatan dalam hal ini menyebabkan tertundannya pembangunan lahan. Salah satu penyebabnya adalah peruntukan lahan yang semula digunakan pemukiman tetapi dalam regulasinya adalah lokasi industri sehingga masyarakat harus pindah.
  • 50. Dedications • Penyerahan fasilitas umum oleh pengembang kepada pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh pemerintah. Salah satu daya tarik bagi konsumen adalah semakin lengkapnya fasilitas umum, misal; sekolah, taman, fasilitas perpustakaan dan pemadam kebakaran. Yang menarik bagi pemerintah adalah adanya lahan yang tersedia untuk pelebaran jalan jika dimungkinkan semakin berkembangnya lokasi.
  • 51. Preservation • Pemeliharaan terhadap lingkungan adalah prioritas utama dalam komunitas masyarakat tetapi seringkali pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk hal tersebut. Oleh karena itu masyarakat bersepakat untuk dibebankan kepada pengembang melalui pungutan tertentu.
  • 52. Fee • Biaya-biaya yang timbul untuk pemeliharaan lingkungan yang disepakati antara pengembang dan konsumen serta keterlibatan pemerintah sesuai dengan regulasi yang berlaku.
  • 53. • Chapter 5 • REAL PROPERTY LAW – Carlyle W. Blomme, R.L.S. / J. Randall Minchew, Esq. / Craig N. Thomas, Esq. / Edited / Updated: Curt Sumner, L.S., and Gary Kent, L.S
  • 54. • Kepastian hukum atas kepemilikan tanah dengan batas-batas pasti dan melalui proses pengukuran dilapangan. Surveyor setidaknya mengerti mengenai aturan atau regulasi yang berlaku. • Properti secara hukum adalah yang dimiliki secara eksklusif untuk seseorang. Properti dapat diklasifikasikan sebagai berikut properti komunitas, properti pribadi, properti publik dan real properti (real estate).
  • 55.
  • 56. • Real properti dapat diwariskan. • Kepemilikan adalah sekumpulan hak yang menjadi satu dan dapat dinikmati • Awalnya semua tanah adalah dimiliki oleh kerajaan, dalam hal ini Raja yang berkuasa atas tindakan terhadap tanah dalam wilayahnya. • Properti law di US dikembangkan dari sistem di Inggris kecuali Lousiana dikembangkan dari Perancis. • Dengan berjalannya waktu hukum properti diatur dalam undang-undang.
  • 57. • Akta adalah instrumen tertulis yang digunakan untuk mentransfer minat di tanah atau properti riil, suatu bentuk kontrak, dan seperti perbuatan yang sah harus memenuhi persyaratan tertentu. Akta harus memiliki setidaknya dua pihak: satu pemberi dan penerima hibah. • Deskripsi adalah elemen penting dalam akta. Ini harus yang jelas dalam arti dan berbeda di lokasi, dan lokasi harus unik hanya satu properti.