SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
Télécharger pour lire hors ligne
TUGAS ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PEMBANGUNAN INDONESIA
KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU
NAMA ANGGOTA:
1. Rika Sri Amalia (16309863)
2. Yogi Oktopianto (16309875)
3. Yurista Vipriyanti (16309876)
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
1. PENDAHULUAN
Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Papua Barat,
Maluku dan Maluku Utara. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku ini merupakan
pusat pengembangan 3 sektor, yaitu :
a. Pangan (Pertanian)
b. Perikanan
c. Pertambangan nasional
a. Sektor Pertanian
Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan
bagi penduduknya. Namun perkembangan pertanian di kawasan timur khususnya Papua
dan kepulauan Maluku masih ketinggalan dari provinsi lainnya. Maka dari itu,
berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2007 Presiden
mengamanatkan agar dilakukan usaha percepatan pembangunan Provinsi Papua dan
Papua Barat yang meliputi beberapa aspek pembangunan salah satunya infrastruktur
pertanian pangan.
Dalam rangka mengantisipasi krisis pangan dan energi, kawasan Merauke telah
ditetapkan sebagai lumbung pangan dan energi, karena memiliki lahan datar dan subur.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan dibuatnya program
pengembangan MIFEE ( Merauke Integrated Food and Energy Estate) yang sesuai
dengan PP No. 18 Tahun 2010 tentang usaha budidaya tanaman.
MIFEE merupakan kegiatan usaha budidaya tanaman skala luas yang dilakukan
dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), modal, serta organisasi dan manajemen modern. Dengan
memanfaatkan lahan yang luas di Papua Barat, MIFFE melakukan beberapa strategi
untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian.
1. Mengolah Sumber daya lahan yang tersedia di Papua
2. Menjadikan Papua sebagai penghasil kelapa sawit terbesar
3. Menjadikan Papua dan Maluku sebagai penghasil devisa terbesar untuk negara
b. Sektor Perikanan
Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan
perlu dilakukan pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang
terintegrasi, efisien, berkualitas, dengan konsepsi Minapolitan. Kawasan minapolitan
dikota Ambon ditetapkan oleh menteri kelautan dan Perikanan dengan SK No.
32/MEN/2010 tanggal 14 mei 2010 kemudian diikuti oleh SK wali kota Ambon tentang
kawasan minapolitan kota ambon dan SK tentang Pembentukan kelompok Kerja
(POKJA) Kota Ambon, dan didukung oleh sejumlah dokumen perencanaan yaitu
Rencana Induk Pengembangan Minapolitan, RPIJM, RPJP, RPJM, RTRW, Rencana
Detail Kawasan Strategis Perikanan Kota Ambon, Rencana Zonasi Kota Ambon, dan
Rencana Tata Ruang Pesisir.
Untuk mendukung program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang
menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, maka beberapa daerah di Maluku
yang merupakan daerah sentra perikanan bakal dijadikan sebagai Kota Minapolitan.
c. Sektor Pertambangan
Berdasarkan pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meiputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
Sumber daya mineral adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lagi, pada
suatu saat sumber daya tersebut tidak akan ada lagi di bumi, jika terus-menerus
digunakan. Demikian pula di Indonesia, meskipun kita memiliki berbagai macam
sumberdaya mineral, namun jika terus di ekploitasi maka suatu saat nanti akan habis.
Sektor pertambangan mempunyai manfaat sangat penting bagi pembangunan,
modernisasi, pertumbuhan ekonomi di banyak Negara di dunia, terlebih lagi bagi Negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun juga menimbulkan banyak persoalan
terhadap lingkungan hidup dan sosial dimana ia dioperasikan.
Tabel Potensi Mineral Tambang di Indonesia
Komoditas Sumber daya Cadangan Produksi Masa hidup
(tanpa
eksplorasi)
Batubara 50 milyar ton 5 milyar ton 160 juta ton 30 tahun
Emas (logam) 4,3 juta ton 2,5 juta ton 141,02 ton 19 tahun
Perak (logam) 11 juta ton 5 juta ton 285,21 ton 21 tahun
Timah (logam) 1,87 juta ton 399,8 ribu ton 66,28 ribu ton 7 tahun
Tembaga
(logam)
33,80 juta ton 22,27 juta ton 1,01 juta ton 31 tahun
Nikel (bijih) 820,82 juta ton 63,32 juta ton 4,40 juta ton 15 tahun
Sumber : DESDM, 2004
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa sumberdaya alam mineral di
Indonesia sangat besar dan terancam punah bila dieksploitasi secara berlebihan.
Dalam pengeksploitasian sumber daya alam dibutuhkan strategi pembangunan dalam
pertambangan agar sumber daya alam tersebut tidak cepat habis. Eksploitasi sumber daya
alam ini nantinya akan mempengaruh pembangunan infrastruktur yang ada di daerah
tersebut. sumber daya yang dikhususkan untuk pemeliharaan, perencanaan, dan penilaian
proyek harus ditingkatkan. Persediaan infrastruktur yang produktif tidak mungkin terus
bertambah, kecuali sumber daya yang dikhususkan untuk perencanaan dan pemeliharaan
benar-benar ditingkatkan.
Berikut ini adalah strategi bertahap pembangunan berkelanjutan yang diterapkan di
daerah Papua dan Papua Barat yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat adalah :
1. Mengoptimalkan hubungan fungsional antara Pemerintah Pusat, Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat, serta kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat
2. Melakukan percepatan pengembangan infrasturktur energi, komunikasi, perumahan,
air bersih dan sanitasi yang menjangkau seluruh wilayah
3. Mengembangkan ekonomi yang berdaya saing melalui pengembangan klaster pada
kawasan strategis di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan memerhatikan
MP3EI pada koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku.
2. PERMASALAHAN
a. Sektor Pertanian
Ketertinggalan pembangunan sektor pertanian Papua terutama Papua Barat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
a. Keterbatasan infrastruktur penunjang pertanian
b. Belum berkembangnya kelembagaan pertanian
c. Terbatasnya jumlah maupun tingkat keterampilan sumber daya manusia
d. Rendahnya minat investasi
e. Tidak kuatnya kepastian hukum bekenaan dengan penguasaan lahan
f. Belum berkembangnya teknologi pasca panen dan agroindustri, dan
g. Rendahnya akses petani terhadap pasar
Beberapa hal diatas menjadi kendala dalam pembangunan sektor pertanian di Papua,
namun disisi lain Papua Barat memiliki sumber daya lahan yang sangat berpotensi untuk
pengembangan pertanian. Berdasarkan atlas arahan tata ruang pertanian Indonesia, dari
9,9 juta ha luas lahan di provinsi Papua Barat, seluas 2,7 juta ha berpotensi untuk
pertanian, tetapi baru sekitar 0,94 juta ha (33%) yang sudah dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian (BPS Papua Barat, 2006).
b. Sektor Perikanan
1. Mendorong pelaksanaan program Mega Minapolitan di Morotai
Minapolitan merupakan konsep manajemen ekonomi kawasan berbasis kelautan
dan perikanan. Program ini merupakan upaya untuk merevitalisasi sentra produksi
perikanan dan kelautan dengan fokus pada peningkatan produksi dan pendapatan
rakyat. Minapolitan merupakan sebuah model dari Revolusi Biru yang digalakkan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan mengubah mindset
pembangunan yang berorientasi darat ke berorientasi maritim. Sementara untuk
pemberdayaan masyarakat perikanan di Morotai telah memprogramkan berupa
pemberian bantuan pemberdayaan, pengadaan dermaga serta pengadaan kapal.
2. Pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional
Maluku merupakan salah satu provinsi dengan bentuk kepulauan di wilayah
Indonesia bagian Timur dan terdiri dari beberapa gugusan pulau. Provinsi Maluku
memiliki luas wilayah total sebesar 712.479,65 km2
dan 92,4% dari luas tersebut
merupakan wilayah perairan laut (658.294,69 km2
). Kondisi geografis inilah yang
menjadi salah satu alas an kuat untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan lumbung
ikan nasional di Maluku agar dapat segera mendongkrak peningkatan ekonomi daerah
maupun ekonomi nasional. Untuk mewujudkan Kepulauan Maluku sebagai Lumbung
Ikan Nasional (LIN), maka disusunlah Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung
Ikan Nasional yang mencakup rencana strategi dan rencana program pengembangan
wilayah.
Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 , untuk
sebuah kawasan minapolitan, pemerintah daerah perlu menyiapkan beberapa
persiapan yaitu Rencana Induk yang diimplementasikan melalui Rencana
Pengusahaan dan Rencana Tindak.
c. Sektor Pertambangan
Suatu strategi pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan secara ekonomi, jika
menciptakan penghasilan yang bertahan untuk beberapa generasi ke depan dan bukan
hanya untuk beberapa dekade. Tanpa perencanaan, eksploitasi sumber daya tak-
terbarukan akan mengalami siklus tumbuh-layu dan hanya meninggalkan kesempatan-
kesempatan yang sudah merosot. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa permasalahan yang ada di kawasan pertambangan Indonesia ini adalah :
1. Menangani eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh pihak illegal akibat
kurangnya peraturan yang mengikat masalah tersebut.
2. Regulasi perizinan usaha pertambangan yang ada di daerah Sorowako dan Timika,
untuk diperjelas di dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Nasional (RTR
KSN) Sorowako dan Timika.
3. PEMBAHASAN
a. Sektor Pertanian
Dengan mewujudkan ketahanan pangan nasional, diperlukannya pengendalian untuk
mengatur program MIFEE agar tidak melenceng dari tujuan awal. Berikut ini regulasi dan
kebijakan untuk melaksanakan pengembangan MIFEE tersebut, ada beberapa hal terkait
yang harus dilakukan antara lain :
Pengembangan lahan food estate secara bertahap diatur pada UU No. 2 Tahun 2012
tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Percepatan proses pelepasan kawasan hutan untuk food estate karena pada program
Sosialisai pada masyarakat setempat tentang pelaksanaan dan manfaat program
MIFEE bagi kesejahteraan masyarakat
Infrastruktur pengembangan MIFEE juga memerlukan dukungan infrastuktur yang
meliputi :
Dibutuhkannya konektivitas darat yang menghubungkan kebun kelapa sawit dengan
lokasi penggilingan dan pelabuhan.
Peningkatan dan pengembangan jalan dan jembatan di masing-masing klaster sentra
produksi pertanian
pengembangan jaringan irigasi untuk pertanian
Pembangunan pabrik pupuk organik di Wasur, serapu, tanah miring, wapeko,
onggaya, sota dan proyek amoniak urea di tangguh
Pembangunan balai penelitian dan pengembangan teknologi pertanian.
Pendirian sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui
pelatihan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas perguruan tinggi, sebagaimana
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 Pasal 3 menyebutkan “melakukan
revitalisasi pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh kampung untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi masa depan Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat”.
b. Sektor Perikanan
Pembentukan Mega Minapolitan ini didasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil dengan memanfaatkan
wilayah Pesisir Maluku. Dalam penataan ruang dari Mega Minapolitan ini, pemerintah
daerah merujuk kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
06/MEN/2010 tentang Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan SK No. 32/MEN/2010 tentang
Penetapan Kawasan Minapolitan.
Tujuan program Mega Minapolitan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.12/MEN/2010 Pasal 3 adalah meningkatkan produksi produk kelautan
dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, mengembangkan kawasan minapolitan
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah.
Dalam pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) dibutuhkan
pengembangan dukungan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan seperti :
a Pelabuhan Perikanan
b Balai Benih Ikan
c Unit Pengolahan Ikan
d Pemukiman Nelayan
c. Sektor Pertambangan
1. Regulasi Eksploitasi Sumberdaya Alam
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, perlu ditetapkan Peraturan Presiden
tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung untuk Penambangan Bawah Tanah.
Pada UUD 1945 pada pasal 4 ayat 1, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2010 dan UU Nomor 41 tahun 1999 dijelaskan mengenai penggunaan kawasan Hutan
lindung untuk penambangan bawah tanah.
Pada pasal 1 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dijelaskan bahwa
Penambangan bawah tanah di hutan lindung adalah penambangan yang kegiatannya di
lakukan di bawah tanah (tidak langsung berhubungan dengan udara luar) dengan cara
terlebih dahulu membuat jalan masuk berupa sumuran atau terowongan (tunnel) atau
terowongan buntu termasuk sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan produksi di
hutan lindung.
Pada pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dijelaskan proses
permohonan izin penggunaan kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan
bawah tanah. Dalam pasal ini proses permohonan secara tertulis oleh pemohon kepada
Menteri dengan tembusan kepada :
1. Menteri yang bertanggungjawab di bidang energi dan sumber daya mineral
2. Menteri yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup
3. Gubernur setempat, dan
4. Bupati/walikota setempat
Permohonan izin harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Kelayakan usaha di bidang pertambangan yang dinyatakan di dalam Studi
Kelayakan Hasil Eksplorasi
2. Keputusan kelayakan lingkungan berdasarkan hasil penilian AMDAL yang
disesuaikan dengan fungsi pokok hutan lindung
3. Rekomendasi dari pihak bupati/walikota dan gubernur setempat
4. Pertimbangan teknis dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
izini atau perjanjian di sektor pertambangan
5. Rencana penggunaan kawasan hutan lindung dan penambangan di bawah tanah
6. Pernyataan kesanggupan di hadapan notaris
Bila regulasi Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dilaksanakan dengan baik,
maka penggunaan sumber daya alam dapat diawasi dan eksploitasi sumber daya alam
dapat diminimalisir.
Dalam rangka menunjang pembangunan industri dalam negeri perlu penataan kembali
pemberian izin usaha pertambangan untuk mineral bukan logam dan batuan dan
memberikan kepastian hukum bagi pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara mengenai tata cara permohonan izin usaha
pertambangan, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
2. Kawasan Timika di Provinsi Papua dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRW) telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang
direncanakan masuk ke dalam tahapan pengembangan I.
Pengembangan kawasan strategis yang dimaksud diatas adalah pengembangan yang
difokuskan pada lokasi yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat
ditingkatakan nilai tambahnya, sumber daya manusia terampil dan infrastruktur wilayah
yang memadai guna mendukung investasi yang berbasis pada potensi ekonomi lokal,
serta disinergikan dengan MP3EI pda koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Nasional (RTR KSN) Sorowako
dan Timika adalah salah satu contoh Ruang Tata Ruang yang pola ruangnya
diperuntukkan sebagai kegiatan budidaya pertambangan. KSN Sorowako dan KSN
Timika merupakan KSN yang ditetapkan dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi. Berdasarkan isu strategisnya, KSN Sorowako
diarahkan terutama sebagai kawasan penghasil nikel terbesar se Indonesia.
Sesuai dengan amanat pasal 20 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan
pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan
rencana pembangunan jangka menengah nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah nasional, penataan ruang kawasan strategis nasional dan
penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Untuk provinsi Papua Barat diberlakukan pula RTRW Papua Barat yang didukung
oleh Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua Barat. Rencana Tata Ruang (RTR) Papua disusun berdasarkan 9 prinsip kebijakan
Nasional.
4. PENUTUP
A. Kesimpulan
Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Papua Barat,
Maluku dan Maluku Utara. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku ini merupakan
pusat pengembangan 3 sektor, yaitu :
a. Pangan (Pertanian)
b. Perikanan
c. Pertambangan nasional
Tiap sektor memiliki permasalahan yang nantinya mempengaruhi percepatan dan
perluasan pembangunan dari daerah tersebut.
Regulasi yang berhubungan dengan masterplan percepataan dan perluasan
pembangunan :
1. Sektor Pertanian
- UU No. 2 Tahun 2012
- Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 Pasal 3
2. Sektor Perikanan
- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 Pasal tentang
Minapolitan
- Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau Kecil
- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/MEN/2010 tentang
Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan
- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan SK No. 32/MEN/2010 tentang
Penetapan Kawasan Minapolitan.
3. Sektor Pertambangan
- Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011
- Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
- Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua Barat
B. Saran
Koridor ekonomi di Papua – Kepulauan Maluku merupakan koridor ekonomi yang
memprioritaskan pemanfaatan sumber daya alam di wilayah tersebut. Ketidaksiapan
Pemerintah daerah untuk menggali potensi sumber daya alam dapat menimbulkan
dampak negatif bagi daerah tersebut. Salah satunya adalah adanya eksploitasi sumber
daya alam pertambangan yang berlebihan dengan tidak memperhatikan dampak
lingkungan sekitar. Untuk mencapai tujuan dari otonomi daerah tersebut, dibutuhkan
regulasi peraturan daerah yang diperkuat dengan peraturan pemerintah pusat baik
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri maupun Undang-Undang. Regulasi tersebut
nantinya masih diperlukan pengawasan lapangan dalam menjalankan amanah dari
regulasi tersebut.
SUMBER
1. http://www.ptfi.com/operation/infrastruktur.asp
2. http://www.migas.esdm.go.id/#
3. http://distamben.papua.go.id/pr01111.htm
4. http://www.rtrwpapuabarat.info/fakta/pembangunan.php
5. http://www.ittc.co.id/rencana-induk.php

Contenu connexe

Tendances

Contoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsung
Contoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsungContoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsung
Contoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsung
bh4ja
 
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdfrevisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
ssusercf685f
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Fitri Indra Wardhono
 
356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel
Irwin Sopyanudin
 
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv
Latifah Tio
 
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Amanda Hurin
 

Tendances (20)

Prosedur pelaporan (laporan harian, mingguan, bulanan) kon-19
Prosedur pelaporan (laporan harian, mingguan, bulanan) kon-19Prosedur pelaporan (laporan harian, mingguan, bulanan) kon-19
Prosedur pelaporan (laporan harian, mingguan, bulanan) kon-19
 
Ppt akhir aknop bendung 2
Ppt akhir aknop bendung 2Ppt akhir aknop bendung 2
Ppt akhir aknop bendung 2
 
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
 
Contoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsung
Contoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsungContoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsung
Contoh jadwal pelaksanaan pengadaan langsung
 
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdfrevisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
revisi PPT LAPHIR LAHAN POTENSIAL RELOKASI BENCANA NGANJUK_show (1).pdf
 
P mendagri 10 2018 reviu dokumen perencanaan pembangunan & anggaran daera...
P mendagri 10 2018 reviu dokumen perencanaan pembangunan & anggaran daera...P mendagri 10 2018 reviu dokumen perencanaan pembangunan & anggaran daera...
P mendagri 10 2018 reviu dokumen perencanaan pembangunan & anggaran daera...
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
 
Analisa harga satuan
Analisa harga satuanAnalisa harga satuan
Analisa harga satuan
 
Peta draft RTRW Jakarta
Peta draft RTRW JakartaPeta draft RTRW Jakarta
Peta draft RTRW Jakarta
 
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekLaporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
 
356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel
 
Gambaran Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Gambaran Wilayah Kabupaten SukoharjoGambaran Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Gambaran Wilayah Kabupaten Sukoharjo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SidoarjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
 
Laporan aktualisasi prajabatan_golongan_iii (bpsdm, kementerian hukum dan ham...
Laporan aktualisasi prajabatan_golongan_iii (bpsdm, kementerian hukum dan ham...Laporan aktualisasi prajabatan_golongan_iii (bpsdm, kementerian hukum dan ham...
Laporan aktualisasi prajabatan_golongan_iii (bpsdm, kementerian hukum dan ham...
 
Materi 6 persiapan pbj - versi 4
Materi 6   persiapan pbj - versi 4Materi 6   persiapan pbj - versi 4
Materi 6 persiapan pbj - versi 4
 
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv
 
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
Faktor faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawas...
 

En vedette

Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan
Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatanKeterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan
Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan
CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK
 
Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...
Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...
Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...
CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK
 

En vedette (12)

Pembangunan irigasi rejang lebong
Pembangunan irigasi rejang lebongPembangunan irigasi rejang lebong
Pembangunan irigasi rejang lebong
 
Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan
Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatanKeterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan
Keterbatasan saluran irigasi kabupaten hulu sungai selatan, kalimantan selatan
 
Reklamasi dan revitalisasi
Reklamasi   dan  revitalisasiReklamasi   dan  revitalisasi
Reklamasi dan revitalisasi
 
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otopartsKebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
 
Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...
Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...
Kebutuhan air pemadam kebakaran untuk kawasan pemukiman di rw 01 kelurahan ta...
 
Tempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampahTempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampah
 
Sengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adatSengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adat
 
Documents.tips brosur peri-pd-8
Documents.tips brosur peri-pd-8Documents.tips brosur peri-pd-8
Documents.tips brosur peri-pd-8
 
Tugas softskill
Tugas softskillTugas softskill
Tugas softskill
 
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTA
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTAPERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTA
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTA
 
Perancangan dan pemasangan sistem sprinkler pada gedung perkantoran
Perancangan dan pemasangan sistem sprinkler pada gedung perkantoranPerancangan dan pemasangan sistem sprinkler pada gedung perkantoran
Perancangan dan pemasangan sistem sprinkler pada gedung perkantoran
 
Sistem utilitas bangunan tinggi
Sistem utilitas bangunan tinggiSistem utilitas bangunan tinggi
Sistem utilitas bangunan tinggi
 

Similaire à MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

Laporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil PaluLaporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil Palu
Dimas Hastomo
 
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Freelance, self-employed
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Pepen Mahale
 
Laporan profil bitung
Laporan profil bitung Laporan profil bitung
Laporan profil bitung
Dimas Hastomo
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Nachan
 
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
ignatiuswirawan
 

Similaire à MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU (20)

Laporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil PaluLaporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil Palu
 
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptRakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
 
Akua
AkuaAkua
Akua
 
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
 
kepulauan ppt.pptx
kepulauan ppt.pptxkepulauan ppt.pptx
kepulauan ppt.pptx
 
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
 
MARKET REASRCH PLBN MOTAAIN.pptx
MARKET REASRCH PLBN MOTAAIN.pptxMARKET REASRCH PLBN MOTAAIN.pptx
MARKET REASRCH PLBN MOTAAIN.pptx
 
Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02
 
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
 
Laporan profil bitung
Laporan profil bitung Laporan profil bitung
Laporan profil bitung
 
Journal - EVALUASI KELAYAKAN USAHA GARAM RAKYAT BERPOLA SUBSISTEN DALAM RANGK...
Journal - EVALUASI KELAYAKAN USAHA GARAM RAKYAT BERPOLA SUBSISTEN DALAM RANGK...Journal - EVALUASI KELAYAKAN USAHA GARAM RAKYAT BERPOLA SUBSISTEN DALAM RANGK...
Journal - EVALUASI KELAYAKAN USAHA GARAM RAKYAT BERPOLA SUBSISTEN DALAM RANGK...
 
36 sebatik
36 sebatik36 sebatik
36 sebatik
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
 
Bab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluanBab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluan
 
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
 
Pembangunan kelautan dalam_rpjmn_2015-2019_jakarta_28_jan_2014
Pembangunan kelautan dalam_rpjmn_2015-2019_jakarta_28_jan_2014Pembangunan kelautan dalam_rpjmn_2015-2019_jakarta_28_jan_2014
Pembangunan kelautan dalam_rpjmn_2015-2019_jakarta_28_jan_2014
 
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
 
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
 

Plus de CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK

Plus de CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK (11)

2. analisis pembljr peta cp
2. analisis pembljr peta cp2. analisis pembljr peta cp
2. analisis pembljr peta cp
 
Evaluasi sifat dinamis dan potensi likuifaksi pada tanah berpasir
Evaluasi sifat dinamis dan potensi likuifaksi pada tanah berpasirEvaluasi sifat dinamis dan potensi likuifaksi pada tanah berpasir
Evaluasi sifat dinamis dan potensi likuifaksi pada tanah berpasir
 
Jawaban geoteknik
Jawaban geoteknikJawaban geoteknik
Jawaban geoteknik
 
Stabilitas Lereng Menggunakan Metode Fellenius Dan SLOPE/W 2007
Stabilitas Lereng Menggunakan Metode Fellenius Dan SLOPE/W 2007Stabilitas Lereng Menggunakan Metode Fellenius Dan SLOPE/W 2007
Stabilitas Lereng Menggunakan Metode Fellenius Dan SLOPE/W 2007
 
Geotextile
GeotextileGeotextile
Geotextile
 
ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS...
ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI  DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS...ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI  DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS...
ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS...
 
Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut
 
Yogi oktopianto (16309875)
Yogi oktopianto (16309875)   Yogi oktopianto (16309875)
Yogi oktopianto (16309875)
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
 
01.cover
01.cover01.cover
01.cover
 

Dernier

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Dernier (20)

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU

  • 1. TUGAS ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEPULAUAN MALUKU NAMA ANGGOTA: 1. Rika Sri Amalia (16309863) 2. Yogi Oktopianto (16309875) 3. Yurista Vipriyanti (16309876) UNIVERSITAS GUNADARMA 2012
  • 2. 1. PENDAHULUAN Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku ini merupakan pusat pengembangan 3 sektor, yaitu : a. Pangan (Pertanian) b. Perikanan c. Pertambangan nasional a. Sektor Pertanian Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. Namun perkembangan pertanian di kawasan timur khususnya Papua dan kepulauan Maluku masih ketinggalan dari provinsi lainnya. Maka dari itu, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2007 Presiden mengamanatkan agar dilakukan usaha percepatan pembangunan Provinsi Papua dan
  • 3. Papua Barat yang meliputi beberapa aspek pembangunan salah satunya infrastruktur pertanian pangan. Dalam rangka mengantisipasi krisis pangan dan energi, kawasan Merauke telah ditetapkan sebagai lumbung pangan dan energi, karena memiliki lahan datar dan subur. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan dibuatnya program pengembangan MIFEE ( Merauke Integrated Food and Energy Estate) yang sesuai dengan PP No. 18 Tahun 2010 tentang usaha budidaya tanaman. MIFEE merupakan kegiatan usaha budidaya tanaman skala luas yang dilakukan dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, serta organisasi dan manajemen modern. Dengan memanfaatkan lahan yang luas di Papua Barat, MIFFE melakukan beberapa strategi untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian. 1. Mengolah Sumber daya lahan yang tersedia di Papua 2. Menjadikan Papua sebagai penghasil kelapa sawit terbesar 3. Menjadikan Papua dan Maluku sebagai penghasil devisa terbesar untuk negara b. Sektor Perikanan Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan perlu dilakukan pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang terintegrasi, efisien, berkualitas, dengan konsepsi Minapolitan. Kawasan minapolitan dikota Ambon ditetapkan oleh menteri kelautan dan Perikanan dengan SK No. 32/MEN/2010 tanggal 14 mei 2010 kemudian diikuti oleh SK wali kota Ambon tentang kawasan minapolitan kota ambon dan SK tentang Pembentukan kelompok Kerja (POKJA) Kota Ambon, dan didukung oleh sejumlah dokumen perencanaan yaitu Rencana Induk Pengembangan Minapolitan, RPIJM, RPJP, RPJM, RTRW, Rencana
  • 4. Detail Kawasan Strategis Perikanan Kota Ambon, Rencana Zonasi Kota Ambon, dan Rencana Tata Ruang Pesisir. Untuk mendukung program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, maka beberapa daerah di Maluku yang merupakan daerah sentra perikanan bakal dijadikan sebagai Kota Minapolitan. c. Sektor Pertambangan Berdasarkan pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meiputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Sumber daya mineral adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lagi, pada suatu saat sumber daya tersebut tidak akan ada lagi di bumi, jika terus-menerus digunakan. Demikian pula di Indonesia, meskipun kita memiliki berbagai macam sumberdaya mineral, namun jika terus di ekploitasi maka suatu saat nanti akan habis. Sektor pertambangan mempunyai manfaat sangat penting bagi pembangunan, modernisasi, pertumbuhan ekonomi di banyak Negara di dunia, terlebih lagi bagi Negara- negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun juga menimbulkan banyak persoalan terhadap lingkungan hidup dan sosial dimana ia dioperasikan.
  • 5. Tabel Potensi Mineral Tambang di Indonesia Komoditas Sumber daya Cadangan Produksi Masa hidup (tanpa eksplorasi) Batubara 50 milyar ton 5 milyar ton 160 juta ton 30 tahun Emas (logam) 4,3 juta ton 2,5 juta ton 141,02 ton 19 tahun Perak (logam) 11 juta ton 5 juta ton 285,21 ton 21 tahun Timah (logam) 1,87 juta ton 399,8 ribu ton 66,28 ribu ton 7 tahun Tembaga (logam) 33,80 juta ton 22,27 juta ton 1,01 juta ton 31 tahun Nikel (bijih) 820,82 juta ton 63,32 juta ton 4,40 juta ton 15 tahun Sumber : DESDM, 2004 Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa sumberdaya alam mineral di Indonesia sangat besar dan terancam punah bila dieksploitasi secara berlebihan.
  • 6. Dalam pengeksploitasian sumber daya alam dibutuhkan strategi pembangunan dalam pertambangan agar sumber daya alam tersebut tidak cepat habis. Eksploitasi sumber daya alam ini nantinya akan mempengaruh pembangunan infrastruktur yang ada di daerah tersebut. sumber daya yang dikhususkan untuk pemeliharaan, perencanaan, dan penilaian proyek harus ditingkatkan. Persediaan infrastruktur yang produktif tidak mungkin terus bertambah, kecuali sumber daya yang dikhususkan untuk perencanaan dan pemeliharaan benar-benar ditingkatkan. Berikut ini adalah strategi bertahap pembangunan berkelanjutan yang diterapkan di daerah Papua dan Papua Barat yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah : 1. Mengoptimalkan hubungan fungsional antara Pemerintah Pusat, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 2. Melakukan percepatan pengembangan infrasturktur energi, komunikasi, perumahan, air bersih dan sanitasi yang menjangkau seluruh wilayah 3. Mengembangkan ekonomi yang berdaya saing melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan memerhatikan MP3EI pada koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku. 2. PERMASALAHAN a. Sektor Pertanian Ketertinggalan pembangunan sektor pertanian Papua terutama Papua Barat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
  • 7. a. Keterbatasan infrastruktur penunjang pertanian b. Belum berkembangnya kelembagaan pertanian c. Terbatasnya jumlah maupun tingkat keterampilan sumber daya manusia d. Rendahnya minat investasi e. Tidak kuatnya kepastian hukum bekenaan dengan penguasaan lahan f. Belum berkembangnya teknologi pasca panen dan agroindustri, dan g. Rendahnya akses petani terhadap pasar Beberapa hal diatas menjadi kendala dalam pembangunan sektor pertanian di Papua, namun disisi lain Papua Barat memiliki sumber daya lahan yang sangat berpotensi untuk pengembangan pertanian. Berdasarkan atlas arahan tata ruang pertanian Indonesia, dari 9,9 juta ha luas lahan di provinsi Papua Barat, seluas 2,7 juta ha berpotensi untuk pertanian, tetapi baru sekitar 0,94 juta ha (33%) yang sudah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (BPS Papua Barat, 2006). b. Sektor Perikanan 1. Mendorong pelaksanaan program Mega Minapolitan di Morotai Minapolitan merupakan konsep manajemen ekonomi kawasan berbasis kelautan dan perikanan. Program ini merupakan upaya untuk merevitalisasi sentra produksi perikanan dan kelautan dengan fokus pada peningkatan produksi dan pendapatan rakyat. Minapolitan merupakan sebuah model dari Revolusi Biru yang digalakkan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan mengubah mindset pembangunan yang berorientasi darat ke berorientasi maritim. Sementara untuk pemberdayaan masyarakat perikanan di Morotai telah memprogramkan berupa pemberian bantuan pemberdayaan, pengadaan dermaga serta pengadaan kapal.
  • 8. 2. Pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional Maluku merupakan salah satu provinsi dengan bentuk kepulauan di wilayah Indonesia bagian Timur dan terdiri dari beberapa gugusan pulau. Provinsi Maluku memiliki luas wilayah total sebesar 712.479,65 km2 dan 92,4% dari luas tersebut merupakan wilayah perairan laut (658.294,69 km2 ). Kondisi geografis inilah yang menjadi salah satu alas an kuat untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan lumbung ikan nasional di Maluku agar dapat segera mendongkrak peningkatan ekonomi daerah maupun ekonomi nasional. Untuk mewujudkan Kepulauan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN), maka disusunlah Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan Nasional yang mencakup rencana strategi dan rencana program pengembangan wilayah. Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 , untuk sebuah kawasan minapolitan, pemerintah daerah perlu menyiapkan beberapa persiapan yaitu Rencana Induk yang diimplementasikan melalui Rencana Pengusahaan dan Rencana Tindak. c. Sektor Pertambangan Suatu strategi pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan secara ekonomi, jika menciptakan penghasilan yang bertahan untuk beberapa generasi ke depan dan bukan hanya untuk beberapa dekade. Tanpa perencanaan, eksploitasi sumber daya tak- terbarukan akan mengalami siklus tumbuh-layu dan hanya meninggalkan kesempatan- kesempatan yang sudah merosot. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada di kawasan pertambangan Indonesia ini adalah :
  • 9. 1. Menangani eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh pihak illegal akibat kurangnya peraturan yang mengikat masalah tersebut. 2. Regulasi perizinan usaha pertambangan yang ada di daerah Sorowako dan Timika, untuk diperjelas di dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Nasional (RTR KSN) Sorowako dan Timika. 3. PEMBAHASAN a. Sektor Pertanian Dengan mewujudkan ketahanan pangan nasional, diperlukannya pengendalian untuk mengatur program MIFEE agar tidak melenceng dari tujuan awal. Berikut ini regulasi dan kebijakan untuk melaksanakan pengembangan MIFEE tersebut, ada beberapa hal terkait yang harus dilakukan antara lain : Pengembangan lahan food estate secara bertahap diatur pada UU No. 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum Percepatan proses pelepasan kawasan hutan untuk food estate karena pada program Sosialisai pada masyarakat setempat tentang pelaksanaan dan manfaat program MIFEE bagi kesejahteraan masyarakat Infrastruktur pengembangan MIFEE juga memerlukan dukungan infrastuktur yang meliputi : Dibutuhkannya konektivitas darat yang menghubungkan kebun kelapa sawit dengan lokasi penggilingan dan pelabuhan. Peningkatan dan pengembangan jalan dan jembatan di masing-masing klaster sentra produksi pertanian pengembangan jaringan irigasi untuk pertanian
  • 10. Pembangunan pabrik pupuk organik di Wasur, serapu, tanah miring, wapeko, onggaya, sota dan proyek amoniak urea di tangguh Pembangunan balai penelitian dan pengembangan teknologi pertanian. Pendirian sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pelatihan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas perguruan tinggi, sebagaimana Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 Pasal 3 menyebutkan “melakukan revitalisasi pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh kampung untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi masa depan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat”. b. Sektor Perikanan Pembentukan Mega Minapolitan ini didasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil dengan memanfaatkan wilayah Pesisir Maluku. Dalam penataan ruang dari Mega Minapolitan ini, pemerintah daerah merujuk kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/MEN/2010 tentang Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan SK No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Tujuan program Mega Minapolitan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 Pasal 3 adalah meningkatkan produksi produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Dalam pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) dibutuhkan pengembangan dukungan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan seperti :
  • 11. a Pelabuhan Perikanan b Balai Benih Ikan c Unit Pengolahan Ikan d Pemukiman Nelayan c. Sektor Pertambangan 1. Regulasi Eksploitasi Sumberdaya Alam Untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, perlu ditetapkan Peraturan Presiden tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung untuk Penambangan Bawah Tanah. Pada UUD 1945 pada pasal 4 ayat 1, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 dan UU Nomor 41 tahun 1999 dijelaskan mengenai penggunaan kawasan Hutan lindung untuk penambangan bawah tanah. Pada pasal 1 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dijelaskan bahwa Penambangan bawah tanah di hutan lindung adalah penambangan yang kegiatannya di lakukan di bawah tanah (tidak langsung berhubungan dengan udara luar) dengan cara terlebih dahulu membuat jalan masuk berupa sumuran atau terowongan (tunnel) atau terowongan buntu termasuk sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan produksi di hutan lindung. Pada pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dijelaskan proses permohonan izin penggunaan kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan bawah tanah. Dalam pasal ini proses permohonan secara tertulis oleh pemohon kepada Menteri dengan tembusan kepada : 1. Menteri yang bertanggungjawab di bidang energi dan sumber daya mineral
  • 12. 2. Menteri yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup 3. Gubernur setempat, dan 4. Bupati/walikota setempat Permohonan izin harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut : 1. Kelayakan usaha di bidang pertambangan yang dinyatakan di dalam Studi Kelayakan Hasil Eksplorasi 2. Keputusan kelayakan lingkungan berdasarkan hasil penilian AMDAL yang disesuaikan dengan fungsi pokok hutan lindung 3. Rekomendasi dari pihak bupati/walikota dan gubernur setempat 4. Pertimbangan teknis dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) izini atau perjanjian di sektor pertambangan 5. Rencana penggunaan kawasan hutan lindung dan penambangan di bawah tanah 6. Pernyataan kesanggupan di hadapan notaris Bila regulasi Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 dilaksanakan dengan baik, maka penggunaan sumber daya alam dapat diawasi dan eksploitasi sumber daya alam dapat diminimalisir. Dalam rangka menunjang pembangunan industri dalam negeri perlu penataan kembali pemberian izin usaha pertambangan untuk mineral bukan logam dan batuan dan memberikan kepastian hukum bagi pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara mengenai tata cara permohonan izin usaha pertambangan, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
  • 13. 2. Kawasan Timika di Provinsi Papua dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRW) telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang direncanakan masuk ke dalam tahapan pengembangan I. Pengembangan kawasan strategis yang dimaksud diatas adalah pengembangan yang difokuskan pada lokasi yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat ditingkatakan nilai tambahnya, sumber daya manusia terampil dan infrastruktur wilayah yang memadai guna mendukung investasi yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, serta disinergikan dengan MP3EI pda koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Nasional (RTR KSN) Sorowako dan Timika adalah salah satu contoh Ruang Tata Ruang yang pola ruangnya diperuntukkan sebagai kegiatan budidaya pertambangan. KSN Sorowako dan KSN Timika merupakan KSN yang ditetapkan dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi. Berdasarkan isu strategisnya, KSN Sorowako diarahkan terutama sebagai kawasan penghasil nikel terbesar se Indonesia. Sesuai dengan amanat pasal 20 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, penataan ruang kawasan strategis nasional dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Untuk provinsi Papua Barat diberlakukan pula RTRW Papua Barat yang didukung oleh Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
  • 14. Papua Barat. Rencana Tata Ruang (RTR) Papua disusun berdasarkan 9 prinsip kebijakan Nasional. 4. PENUTUP A. Kesimpulan Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku ini merupakan pusat pengembangan 3 sektor, yaitu : a. Pangan (Pertanian) b. Perikanan c. Pertambangan nasional Tiap sektor memiliki permasalahan yang nantinya mempengaruhi percepatan dan perluasan pembangunan dari daerah tersebut. Regulasi yang berhubungan dengan masterplan percepataan dan perluasan pembangunan : 1. Sektor Pertanian - UU No. 2 Tahun 2012 - Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 Pasal 3 2. Sektor Perikanan - Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 Pasal tentang Minapolitan - Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil
  • 15. - Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/MEN/2010 tentang Rencana Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan - Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan SK No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. 3. Sektor Pertambangan - Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2011 - Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat B. Saran Koridor ekonomi di Papua – Kepulauan Maluku merupakan koridor ekonomi yang memprioritaskan pemanfaatan sumber daya alam di wilayah tersebut. Ketidaksiapan Pemerintah daerah untuk menggali potensi sumber daya alam dapat menimbulkan dampak negatif bagi daerah tersebut. Salah satunya adalah adanya eksploitasi sumber daya alam pertambangan yang berlebihan dengan tidak memperhatikan dampak lingkungan sekitar. Untuk mencapai tujuan dari otonomi daerah tersebut, dibutuhkan regulasi peraturan daerah yang diperkuat dengan peraturan pemerintah pusat baik Peraturan Presiden, Peraturan Menteri maupun Undang-Undang. Regulasi tersebut nantinya masih diperlukan pengawasan lapangan dalam menjalankan amanah dari regulasi tersebut.
  • 16. SUMBER 1. http://www.ptfi.com/operation/infrastruktur.asp 2. http://www.migas.esdm.go.id/# 3. http://distamben.papua.go.id/pr01111.htm 4. http://www.rtrwpapuabarat.info/fakta/pembangunan.php 5. http://www.ittc.co.id/rencana-induk.php