SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Télécharger pour lire hors ligne
MENTERI
                    TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
                         REPUBLIK INDONESIA


       PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
                     REPUBLIK INDONESIA

                     NOMOR 20 TAHUN 2012
                             TENTANG
     PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
   TRANSMIGRASI NOMOR PER-12/MEN/VI/2007 TENTANG PETUNJUK
      TEKNIS PENDAFTARAN KEPESERTAAN, PEMBAYARAN IURAN,
              PEMBAYARAN SANTUNAN DAN PELAYANAN
                 JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

             DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang    : a. bahwa    dalam    rangka    pelaksanaan   Peraturan
                  Pemerintah   Nomor    14    Tahun    1993   tentang
                  Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
                  sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
                  dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012
                  tentang   Perubahan    Kedelapan    Atas  Peraturan
                  Pemerintah   Nomor    14    Tahun    1993   tentang
                  Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
                  perlu dilakukan penyesuaian, peningkatan dan
                  perluasan manfaat program jaminan sosial tenaga
                  kerja;

               b. bahwa untuk melaksanakan Putusan Mahkamah
                  Konstitusi Nomor 70/PUU-IX/2011, tenaga kerja dapat
                  mendaftarkan dirinya secara langsung kepada Badan
                  Penyelenggara apabila perusahaan nyata-nyata lalai
                  tidak mendaftarkan tenaga kerja yang bersangkutan
                  sebagai peserta program jaminan sosial tenaga kerja;

               c. bahwa     berdasarkan    pertimbangan    sebagaimana
                  dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu dilakukan
                  perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
                  Transmigrasi Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang
                  Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran
                  Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan
                  Sosial Tenaga Kerja dengan Peraturan Menteri;

Mengingat    : 1. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
                  Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik
                  Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran
                  Negara Republik Indonesia Nomor 3468);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang
                       Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
                       (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
                       Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
                       Indonesia Nomor 3520) sebagaimana telah beberapa
                       kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
                       Nomor 53 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan
                       Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
                       tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
                       Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
                       Tahun 2012 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara
                       Republik Indonesia Nomor 5312);

                    3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang
                       Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan
                       Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik
                       Indonesia Tahun 1995 Nomor 59);

                    4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P
                       Tahun 2009;

                    5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
                       Republik Indonesia Nomor PER-12/MEN/VI/2007
                       tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan,
                       Pembayaran Iuran, Pembayaran         Santunan dan
                       Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

                               MEMUTUSKAN:

Menetapkan       : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
                   DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER-12/MEN/VI/2007 TENTANG
                   PETUNJUK    TEKNIS    PENDAFTARAN     KEPESERTAAN,
                   PEMBAYARAN IURAN, PEMBAYARAN SANTUNAN DAN
                   PELAYANAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA.

                                    Pasal I

Peraturan     Menteri    Tenaga      Kerja dan Transmigrasi  Nomor
PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan,
Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, diubah sebagai berikut:

1. Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 1A, Pasal
   1B, Pasal 1C, dan Pasal 1D sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                   Pasal 1A

   (1) Pengusaha wajib mendaftarkan dirinya dan tenaga kerjanya dalam
       program jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara.

   (2) Dalam hal pengusaha telah nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan
       tenaga kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka tenaga
       kerja dapat mendaftarkan dirinya sendiri dalam program jaminan sosial
       tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara.




                                                                               2
Pasal 1B

 (1) Tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat (2) adalah
     tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan yang diwajibkan sesuai
     dengan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 14
     Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga
     Kerja sebagai peserta program jaminan sosial tenaga kerja.

 (2) Pendaftaran tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
     dilakukan setelah tenaga kerja yang bersangkutan melaporkan secara
     tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang
     ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat dengan tembusan kepada
     Badan Penyelenggara setempat, bahwa dirinya belum diikutsertakan
     dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

                                Pasal 1C

 (1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1B ayat (1), tenaga
     kerja harus mengisi formulir yang disediakan oleh Badan Penyelenggara
     dengan melampirkan:
     a. bukti diri sebagai tenaga kerja/karyawan aktif pada perusahaan;
     b. perjanjian kerja atau Surat Keputusan pengangkatan;
     c. kartu tanda penduduk; dan
     d. kartu keluarga.

 (2) Badan Penyelenggara setelah menerima formulir sebagaimana
     dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari kerja harus
     melakukan verifikasi data kepada perusahaan tempat tenaga kerja
     bekerja.

                                Pasal 1D

  Tenaga kerja yang telah menyampaikan formulir pendaftaran dan telah
  memenuhi persyaratan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1B
  dan Pasal 1C, Badan Penyelenggara menerbitkan bukti kepesertaan
  program jaminan sosial tenaga kerja setelah pengusaha membayar iuran
  secara lunas bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

2. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                Pasal 27

  (1) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan sebagaimana
      dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d meliputi:
      a. pemeriksaan kehamilan oleh dokter umum atau bidan;
      b. pertolongan persalinan oleh dokter umum atau bidan atau dukun
         beranak yang diakui;
      c. perawatanibu dan bayi;
      d. pemberian obat-obatan sesuai dengan standar obat program JPK
         Jamsostek yang berpedoman pada Daftar Obat Esensial Nasional
         Plus (DOEN Plus);
      e. menginap dan makan; dan
      f. rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit bersalin.




                                                                         3
(2) Pelayanan persalinan (partus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
        diberikan kepada tenaga kerja atau istri tenaga kerja yang melahirkan
        setelah hamil sekurang-kurangnya 26 (dua puluh enam) minggu.

    (3) Pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau istri tenaga kerja
        dilakukan pada pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau
        rumah bersalin dengan ketentuan sebagai berikut:
        a. persalinan kesatu, kedua dan ketiga;
        b. tenaga kerja pada permulaan kepesertaan sudah mempunyai tiga
           anak atau lebih, tidak berhak mendapat pertolongan persalinan;dan
        c. untuk persalinan dengan penyulit yang memerlukan tindakan
           spesialistik maka berlaku ketentuan rawat inap di rumah sakit.

    (4) Biaya persalinan normal ditetapkan paling banyak             sebesar
        Rp.750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

3. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                  Pasal 29

  (1) Pelayanan khusus sebagaimana       dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
      huruf f, meliputi:
      a. kacamata;
      b. prothese mata;
      c. prothese gigi;
      d. alat bantu dengar; dan
      e. prothese anggota gerak.

  (2) Pelayanan khusus dilakukan di optik, balai pengobatan, rumah sakit
      dan perusahaan alat kesehatan yang ditunjuk oleh Badan
      Penyelenggara.

  (3) Penggantian biaya pelayanan khusus diberikan kepada tenaga kerja
      sesuai standar yang ditetapkan dan atas indikasi medis dengan
      pengaturan sebagai berikut:
      a. tenaga kerja yang mendapat resep kacamata dari dokter spesialis
         mata dapat memperoleh kacamata di optik dengan ketentuan:
         a.1 biaya untuk frame dan lensa sebesarRp.300.000,00 (tiga ratus
             ribu rupiah);
         a.2 penggantian lensa 2 (dua) tahun sekali sebesar Rp.150.000,00
             (seratus lima puluh ribu rupiah); dan
         a.3 penggantian frame 3 (tiga) tahun sekali sebesar Rp.150.000,00
             (seratus lima puluh ribu rupiah).

     b. tenaga kerja yang memerlukan prothese mata dapat diberikan atas
        anjuran dokter spesialis mata dan diambil di rumah sakit atau
        perusahaan alat-alat kesehatan, dengan biaya penggantian paling
        banyak sebesar Rp.900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah).

     c. tenaga kerja yang memerlukan        prothese gigi dapat diberikan
        pelayanan di balai pengobatan gigi, klinik gigi atau praktek dokter
        gigi dengan paling banyak biaya sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta
        rupiah) dan prothese gigi yang diberikan adalah jenis lepasan
        (removable) dengan bahan acrylic dengan ketentuan per rahang:
        c.1 gigi pertama sebesar Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah);


                                                                            4
c.2 gigi kedua dan seterusnya sebesar Rp.20.000,00 (dua puluh ribu
            rupiah);

  (4) Tenaga kerja yang memerlukan prothese kaki dan prothese tangan dapat
      diberikan atas anjuran dokter spesialis di rumah sakit, dengan
      ketentuan:
      a. prothese tangan dengan penggantian biaya paling banyak sebesar
         Rp.1.050.000,00 (satu juta lima puluh ribu rupiah);
      b. prothese kaki dengan penggantian biaya paling banyak sebesar
         Rp.1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah); dan
      c. tenaga kerja yang memerlukan alat bantu dengar diberikan biaya
         paling banyak sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah).

  (5) Kerusakan atau kehilangan prothese dan orthese sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1) tidak mendapat penggantian dari Badan
      Penyelenggara.

4. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                 Pasal 34

  (1) Dalam hal diperlukan rawat inap:
      a. tertanggung yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan
         dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau surat
         rawat dari dokter poli rumah sakit dan kartu pemeliharaan
         kesehatan;
      b. bagi tertanggung yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat
         langsung ke rumah sakit; dan
      c. dalam waktu 3 (tiga) hari sejak mulai dirawat tenaga kerja atau
         keluarganya    harus mengurus surat jaminan        dari  Badan
         Penyelenggara.

  (2) Rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk perawatan di
      ICU/ICCU dan ruang rawat inap sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
      indikasi medis yang dibuktikan dari rekam medis.

  (3) Standar ruang rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
      ditetapkan kelas dua pada rumah sakit pemerintah atau rumah sakit
      lainnya dengan tarif yang setara dengan rumah sakit pemerintah.

5. Diantara Pasal 34 dan Pasal 35 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 34A,
   sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                 Pasal 34A

  Pelayanan kesehatan untuk penyakit kronis dan kritis (critical illness)
  diberikan atas anjuran dokter spesialis di unit pelayanan khusus atau di
  rumah sakit dengan pengaturan sebagai berikut:

  a. tindakan hemodialisa ditanggung paling banyak sebesar Rp.700.000,00
     (tujuh ratus ribu rupiah) per kasus kunjungan dengan ketentuan paling
     banyak 3 (tiga) kali dalam seminggu di Pelaksana Pelayanan Kesehatan
     Tingkat Lanjutan yang ditunjuk Badan Penyelenggara;
  b. tindakan operasi jantung ditanggung paling banyak sebesar
     Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) per kasus per tahun;


                                                                           5
c. pengobatan, perawatan dan/atau tindakan medis atas penyakit kanker
     ditanggung paling banyak sebesar Rp.35.000.000,00 (tiga puluh lima
     juta rupiah) per kasus per tahun;
  d. biaya transplantasi organ tubuh ginjal, hati atau sumsum tulang
     belakang ditanggung paling banyak sebesar Rp.50.000.000,00 (lima
     puluh juta rupah) per kasus per tahun; dan
  e. pengobatan, perawatan dan/atau tindakan medis atas penyakit
     HIV/AIDS ditanggung paling banyak sebesar Rp.20.000.000,00 (dua
     puluh juta rupiah) per kasus per tahun.

6. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                 Pasal 39

  Dalam pelaksanaan penilaian kerja sejawat dilakukan bersama-sama
  antara Badan Penyelenggara dengan instansi yang bertanggung jawab di
  bidang kesehatan dengan dokter ahli atau direktur medik di rumah sakit,
  terutama bila terjadi keluhan pasien atas tindakan dokter kepada pasien.

7. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                 Pasal 41

  Hal-hal yang tidak ditanggung dalam program jaminan pemeliharaan
  kesehatan oleh Badan Penyelenggara:
  a. pelayanan:
     a.1   pelayanan kesehatan diluar pelaksana pelayanan kesehatan yang
           ditunjuk;
     a.2   penyakit atau cidera yang diakibatkan karena hubungan kerja dan
           karena kesengajaan;
     a.3   penyakit yang diakibatkan oleh alkohol, narkotik dan penyakit
           kelamin;
     a.4   perawatan kosmetik untuk kecantikan;
     a.5   pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan;
     a.6   pemeriksaan kesehatan umum/berkala.

  b. obat-obatan:
     b.1 obat-obatan kosmetik untuk kecantikan;
     b.2 semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit;
     b.3 obat-obatan berupa makanan antara lain susu untuk bayi;
     b.4 obat-obat gosok seperti minyak kayu putih dan sejenisnya;
     b.5 obat-obatan untuk kesuburan termasuk bayi tabung.

  c. alat-alat perawatan kesehatan antara lain termometer dan eskap;

  d. biaya pengangkutan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan
     pengurusan administrasi.

8. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                 Pasal 42

  (1) Pengusaha yang telah mengusahakan sendiri pelayanan kesehatan bagi
      tenaga kerjanya, diwajibkan melaporkan kepada instansi yang
      bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan
      tembusan kepada Badan Penyelenggara setempat.

                                                                         6
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara triwulan
      yang memuat:
      a. pelayanan yang diberikan;
      b. tertanggung yang mendapat pelayanan pemeliharaan kesehatan;
      c. jenis dan jumlah pelaksana pelayanan kesehatan; dan
      d. jumlah tenaga kerja dan keluarganya yang mendapat pelayanan
         pemeliharaan kesehatan.

9. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

                                 Pasal 43

  Peningkatan manfaat jaminan dan perluasan cakupan layanan
  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 29, Pasal 34A dan Pasal 41,
  ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

                                  Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.


                                      Ditetapkan di Jakarta
                                      pada tanggal 14 November 2012

                                              MENTERI
                                    TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
                                         REPUBLIK INDONESIA

                                                    ttd.

                                    Drs. H. A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 November 2012

         MENTERI
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
     REPUBLIK INDONESIA

               ttd.

       AMIR SYAMSUDIN


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1139




                                                                         7

Contenu connexe

Plus de JARINGAN METHADONE INDONESIA-JIMI™ | Indonesia MMT Program Community Network®

Plus de JARINGAN METHADONE INDONESIA-JIMI™ | Indonesia MMT Program Community Network® (20)

Permenkes no.2415 thn.2011 ttg rehabilitasi medis pecandu, penyalahguna, dan ...
Permenkes no.2415 thn.2011 ttg rehabilitasi medis pecandu, penyalahguna, dan ...Permenkes no.2415 thn.2011 ttg rehabilitasi medis pecandu, penyalahguna, dan ...
Permenkes no.2415 thn.2011 ttg rehabilitasi medis pecandu, penyalahguna, dan ...
 
KMK No.1305 Thn.2011 ttg Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
KMK No.1305 Thn.2011 ttg Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)KMK No.1305 Thn.2011 ttg Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
KMK No.1305 Thn.2011 ttg Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
 
Perkembangan Implementasi PP Wajib Lapor Pecandu Narkotika
Perkembangan Implementasi PP Wajib Lapor Pecandu NarkotikaPerkembangan Implementasi PP Wajib Lapor Pecandu Narkotika
Perkembangan Implementasi PP Wajib Lapor Pecandu Narkotika
 
SOP PTRM Indonesia
SOP PTRM IndonesiaSOP PTRM Indonesia
SOP PTRM Indonesia
 
UU RI No.35 Thn.2009 tentang Narkotika
UU RI No.35 Thn.2009 tentang NarkotikaUU RI No.35 Thn.2009 tentang Narkotika
UU RI No.35 Thn.2009 tentang Narkotika
 
Permenkes No.2415 Thn.2011
Permenkes No.2415 Thn.2011Permenkes No.2415 Thn.2011
Permenkes No.2415 Thn.2011
 
Permensos No.56 Thn.2009 ttg Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyala...
Permensos No.56 Thn.2009 ttg Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyala...Permensos No.56 Thn.2009 ttg Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyala...
Permensos No.56 Thn.2009 ttg Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyala...
 
Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...
Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...
Peranan Kementerian Kesehatan RI dalam Kebijakan Nasional Rehabilitasi Penyal...
 
Perda No.4 Thn.2009 ttg Sistem Kesehatan Daerah DKI Jakarta
Perda No.4 Thn.2009 ttg Sistem Kesehatan Daerah DKI JakartaPerda No.4 Thn.2009 ttg Sistem Kesehatan Daerah DKI Jakarta
Perda No.4 Thn.2009 ttg Sistem Kesehatan Daerah DKI Jakarta
 
UU RI No.11 Thn.2009 ttg Kesejahteraan Sosial
UU RI No.11 Thn.2009 ttg Kesejahteraan SosialUU RI No.11 Thn.2009 ttg Kesejahteraan Sosial
UU RI No.11 Thn.2009 ttg Kesejahteraan Sosial
 
Renstra Kementerian Sosial RI Thn. 2010-2014
Renstra Kementerian Sosial RI Thn. 2010-2014Renstra Kementerian Sosial RI Thn. 2010-2014
Renstra Kementerian Sosial RI Thn. 2010-2014
 
Renstra Kementerian Kesehatan RI Thn 2010-2014
Renstra Kementerian Kesehatan RI Thn 2010-2014Renstra Kementerian Kesehatan RI Thn 2010-2014
Renstra Kementerian Kesehatan RI Thn 2010-2014
 
Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)
Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)
Profil Jaringan Metadon Indonesia (JIMI)
 
Methadone Clinical Guidelines
Methadone Clinical GuidelinesMethadone Clinical Guidelines
Methadone Clinical Guidelines
 
Yang Perlu Anda Ketahui tentang PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon)
Yang Perlu Anda Ketahui tentang PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon)Yang Perlu Anda Ketahui tentang PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon)
Yang Perlu Anda Ketahui tentang PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon)
 
UU RI Nomor 35 Tahun 2009 ttg Narkotika
UU RI Nomor 35 Tahun 2009 ttg NarkotikaUU RI Nomor 35 Tahun 2009 ttg Narkotika
UU RI Nomor 35 Tahun 2009 ttg Narkotika
 
Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum ttg Tolak Ukur Tuntutan Pida...
Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum ttg Tolak Ukur Tuntutan Pida...Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum ttg Tolak Ukur Tuntutan Pida...
Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum ttg Tolak Ukur Tuntutan Pida...
 
Inpres No.12 Thn.2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pen...
Inpres No.12 Thn.2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pen...Inpres No.12 Thn.2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pen...
Inpres No.12 Thn.2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pen...
 
KMK No.316 Thn.2009 ttg Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas
KMK No.316 Thn.2009 ttg Pedoman Pelaksanaan JamkesmasKMK No.316 Thn.2009 ttg Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas
KMK No.316 Thn.2009 ttg Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas
 
Surat Edaran Mahkamah Agung No.4 Thn.2010
Surat Edaran Mahkamah Agung No.4 Thn.2010Surat Edaran Mahkamah Agung No.4 Thn.2010
Surat Edaran Mahkamah Agung No.4 Thn.2010
 

Dernier

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Dernier (20)

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

Permenakertrans No.20 Thn.2012 ttg Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan Pembayaran Iuran Santunan dan Pelayanan Jamsostek

  • 1. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER-12/MEN/VI/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDAFTARAN KEPESERTAAN, PEMBAYARAN IURAN, PEMBAYARAN SANTUNAN DAN PELAYANAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, perlu dilakukan penyesuaian, peningkatan dan perluasan manfaat program jaminan sosial tenaga kerja; b. bahwa untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 70/PUU-IX/2011, tenaga kerja dapat mendaftarkan dirinya secara langsung kepada Badan Penyelenggara apabila perusahaan nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan tenaga kerja yang bersangkutan sebagai peserta program jaminan sosial tenaga kerja; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan Peraturan Menteri; Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468);
  • 2. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3520) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5312); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009; 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER-12/MEN/VI/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDAFTARAN KEPESERTAAN, PEMBAYARAN IURAN, PEMBAYARAN SANTUNAN DAN PELAYANAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. Pasal I Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, diubah sebagai berikut: 1. Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 1A, Pasal 1B, Pasal 1C, dan Pasal 1D sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1A (1) Pengusaha wajib mendaftarkan dirinya dan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara. (2) Dalam hal pengusaha telah nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan tenaga kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka tenaga kerja dapat mendaftarkan dirinya sendiri dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara. 2
  • 3. Pasal 1B (1) Tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat (2) adalah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai peserta program jaminan sosial tenaga kerja. (2) Pendaftaran tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah tenaga kerja yang bersangkutan melaporkan secara tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat dengan tembusan kepada Badan Penyelenggara setempat, bahwa dirinya belum diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Pasal 1C (1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1B ayat (1), tenaga kerja harus mengisi formulir yang disediakan oleh Badan Penyelenggara dengan melampirkan: a. bukti diri sebagai tenaga kerja/karyawan aktif pada perusahaan; b. perjanjian kerja atau Surat Keputusan pengangkatan; c. kartu tanda penduduk; dan d. kartu keluarga. (2) Badan Penyelenggara setelah menerima formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari kerja harus melakukan verifikasi data kepada perusahaan tempat tenaga kerja bekerja. Pasal 1D Tenaga kerja yang telah menyampaikan formulir pendaftaran dan telah memenuhi persyaratan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1B dan Pasal 1C, Badan Penyelenggara menerbitkan bukti kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja setelah pengusaha membayar iuran secara lunas bagi tenaga kerja yang bersangkutan. 2. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 27 (1) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d meliputi: a. pemeriksaan kehamilan oleh dokter umum atau bidan; b. pertolongan persalinan oleh dokter umum atau bidan atau dukun beranak yang diakui; c. perawatanibu dan bayi; d. pemberian obat-obatan sesuai dengan standar obat program JPK Jamsostek yang berpedoman pada Daftar Obat Esensial Nasional Plus (DOEN Plus); e. menginap dan makan; dan f. rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit bersalin. 3
  • 4. (2) Pelayanan persalinan (partus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada tenaga kerja atau istri tenaga kerja yang melahirkan setelah hamil sekurang-kurangnya 26 (dua puluh enam) minggu. (3) Pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau istri tenaga kerja dilakukan pada pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau rumah bersalin dengan ketentuan sebagai berikut: a. persalinan kesatu, kedua dan ketiga; b. tenaga kerja pada permulaan kepesertaan sudah mempunyai tiga anak atau lebih, tidak berhak mendapat pertolongan persalinan;dan c. untuk persalinan dengan penyulit yang memerlukan tindakan spesialistik maka berlaku ketentuan rawat inap di rumah sakit. (4) Biaya persalinan normal ditetapkan paling banyak sebesar Rp.750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). 3. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 29 (1) Pelayanan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf f, meliputi: a. kacamata; b. prothese mata; c. prothese gigi; d. alat bantu dengar; dan e. prothese anggota gerak. (2) Pelayanan khusus dilakukan di optik, balai pengobatan, rumah sakit dan perusahaan alat kesehatan yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara. (3) Penggantian biaya pelayanan khusus diberikan kepada tenaga kerja sesuai standar yang ditetapkan dan atas indikasi medis dengan pengaturan sebagai berikut: a. tenaga kerja yang mendapat resep kacamata dari dokter spesialis mata dapat memperoleh kacamata di optik dengan ketentuan: a.1 biaya untuk frame dan lensa sebesarRp.300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); a.2 penggantian lensa 2 (dua) tahun sekali sebesar Rp.150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah); dan a.3 penggantian frame 3 (tiga) tahun sekali sebesar Rp.150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). b. tenaga kerja yang memerlukan prothese mata dapat diberikan atas anjuran dokter spesialis mata dan diambil di rumah sakit atau perusahaan alat-alat kesehatan, dengan biaya penggantian paling banyak sebesar Rp.900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah). c. tenaga kerja yang memerlukan prothese gigi dapat diberikan pelayanan di balai pengobatan gigi, klinik gigi atau praktek dokter gigi dengan paling banyak biaya sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan prothese gigi yang diberikan adalah jenis lepasan (removable) dengan bahan acrylic dengan ketentuan per rahang: c.1 gigi pertama sebesar Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah); 4
  • 5. c.2 gigi kedua dan seterusnya sebesar Rp.20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); (4) Tenaga kerja yang memerlukan prothese kaki dan prothese tangan dapat diberikan atas anjuran dokter spesialis di rumah sakit, dengan ketentuan: a. prothese tangan dengan penggantian biaya paling banyak sebesar Rp.1.050.000,00 (satu juta lima puluh ribu rupiah); b. prothese kaki dengan penggantian biaya paling banyak sebesar Rp.1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah); dan c. tenaga kerja yang memerlukan alat bantu dengar diberikan biaya paling banyak sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah). (5) Kerusakan atau kehilangan prothese dan orthese sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mendapat penggantian dari Badan Penyelenggara. 4. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 34 (1) Dalam hal diperlukan rawat inap: a. tertanggung yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau surat rawat dari dokter poli rumah sakit dan kartu pemeliharaan kesehatan; b. bagi tertanggung yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung ke rumah sakit; dan c. dalam waktu 3 (tiga) hari sejak mulai dirawat tenaga kerja atau keluarganya harus mengurus surat jaminan dari Badan Penyelenggara. (2) Rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk perawatan di ICU/ICCU dan ruang rawat inap sesuai dengan kebutuhan berdasarkan indikasi medis yang dibuktikan dari rekam medis. (3) Standar ruang rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan kelas dua pada rumah sakit pemerintah atau rumah sakit lainnya dengan tarif yang setara dengan rumah sakit pemerintah. 5. Diantara Pasal 34 dan Pasal 35 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 34A, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 34A Pelayanan kesehatan untuk penyakit kronis dan kritis (critical illness) diberikan atas anjuran dokter spesialis di unit pelayanan khusus atau di rumah sakit dengan pengaturan sebagai berikut: a. tindakan hemodialisa ditanggung paling banyak sebesar Rp.700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) per kasus kunjungan dengan ketentuan paling banyak 3 (tiga) kali dalam seminggu di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan yang ditunjuk Badan Penyelenggara; b. tindakan operasi jantung ditanggung paling banyak sebesar Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) per kasus per tahun; 5
  • 6. c. pengobatan, perawatan dan/atau tindakan medis atas penyakit kanker ditanggung paling banyak sebesar Rp.35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah) per kasus per tahun; d. biaya transplantasi organ tubuh ginjal, hati atau sumsum tulang belakang ditanggung paling banyak sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupah) per kasus per tahun; dan e. pengobatan, perawatan dan/atau tindakan medis atas penyakit HIV/AIDS ditanggung paling banyak sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per kasus per tahun. 6. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 39 Dalam pelaksanaan penilaian kerja sejawat dilakukan bersama-sama antara Badan Penyelenggara dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang kesehatan dengan dokter ahli atau direktur medik di rumah sakit, terutama bila terjadi keluhan pasien atas tindakan dokter kepada pasien. 7. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 41 Hal-hal yang tidak ditanggung dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan oleh Badan Penyelenggara: a. pelayanan: a.1 pelayanan kesehatan diluar pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk; a.2 penyakit atau cidera yang diakibatkan karena hubungan kerja dan karena kesengajaan; a.3 penyakit yang diakibatkan oleh alkohol, narkotik dan penyakit kelamin; a.4 perawatan kosmetik untuk kecantikan; a.5 pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan; a.6 pemeriksaan kesehatan umum/berkala. b. obat-obatan: b.1 obat-obatan kosmetik untuk kecantikan; b.2 semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit; b.3 obat-obatan berupa makanan antara lain susu untuk bayi; b.4 obat-obat gosok seperti minyak kayu putih dan sejenisnya; b.5 obat-obatan untuk kesuburan termasuk bayi tabung. c. alat-alat perawatan kesehatan antara lain termometer dan eskap; d. biaya pengangkutan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pengurusan administrasi. 8. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 42 (1) Pengusaha yang telah mengusahakan sendiri pelayanan kesehatan bagi tenaga kerjanya, diwajibkan melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan tembusan kepada Badan Penyelenggara setempat. 6
  • 7. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara triwulan yang memuat: a. pelayanan yang diberikan; b. tertanggung yang mendapat pelayanan pemeliharaan kesehatan; c. jenis dan jumlah pelaksana pelayanan kesehatan; dan d. jumlah tenaga kerja dan keluarganya yang mendapat pelayanan pemeliharaan kesehatan. 9. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 43 Peningkatan manfaat jaminan dan perluasan cakupan layanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 29, Pasal 34A dan Pasal 41, ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 November 2012 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA ttd. Drs. H. A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si Diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 November 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1139 7