Buku "The Mystery of Economic Growth" karya Elhanan Helpman membahas 3 topik utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi: akumulasi, produktivitas, dan institusi politik. Pada bagian akumulasi, Helpman menganalisis pengaruh modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada bagian produktivitas, ia mengkritik pengukuran faktor produktivitas total yang ada. Sedangkan pada bagian institusi politik, Helpman membahas pengaruh sejarah, hukum, dan
1. RESUME DAN KRITIK ATAS BUKU ELHANAN HELPMAN
“THE MYSTERY OF ECONOMIC GROWTH”
Bab yang menjadi focus perhatian dari buku Helpman “The Mystery of
Economic Growth” ada 3 bagian; pertama bercerita tentang pandangan Helpman
tentang Akumulasi, kedua tentang produktifitas, dan ketiga adalah tentang institusi
dan politik. Ketiga hal ini yang coba diulas oleh Helpman atas pengaruhnya pada
pertumbuhan ekonomi.
Di bagian pertama –accumulation, Helpman memulainya dengan sebuah
pertanyaan tentang adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dunia pasca
perang dunia kedua, dimana laju yang terjadi tidak merata (cukup tinggi di beberapa
negara, dan berbanding terbalik dengan beberapa negara)? Penyebab kesenjangan itu
sendiri dan pertanyaan lainnya adalah hal apa (mechanism) yang mengakibatkan
terjadinya kenaikan standar hidup? Dan mengapa hal ini menguntungkan bagi negara
lain (tertentu) tetapi tidak untuk beberapa negara? Helpman mencoba melihatnya
dari adanya faktor perubahan teknologi; apakah menjadi faktor eksogenus atau
mungkin pula menjadi faktor endogenus? Dengan memulai melakukan kajian pada
model Sollow, Helpman mendalaminya menjadi beberapa hal terkait dalam model
tersebut; akumulasi modal, teori konvergensi, perbedaan pendapatan per capita. Apa
yang diutarakan Helpman dalam bagian ini, menyangkut ketiga hal tersebut, secara
pribadi saya sepakat. Akumulasi modal dengan intensitas tinggi belum menjamin
sebuah tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Demikian pula dengan teori
konvergensi. Adanya mekanisme bahwa negara-negara dengan low capital nantinya
akan menjadi lokasi negara-negara pemilik modal besar untuk berinvestasi bukan
sebuah fakta yang benar-benar terjadi. Hal ini dikarenakan adanya faktor resiko yang
tinggi yang menjadi dasar pertimbangan apakah negara-negara tersebut layak untuk
menerima investasi. Hal ini yang kemudian berakibat pada semakin lebarnya gap
antara negara yang kaya dengan negara yang miskin –terkait dengan laju pertumbuhan
ekonominya, dan ini semakin nampak dari perbedaan pendapatan per kapita negara-
negara kaya dengan negara-negara miskin.
2. Di bagian kedua, yaitu tentang produktivitas, Helpman mencoba melihat
experienced base yang dilakukan para ekonom dalam menggunakan konsep total
factor productivity (TFP) yang biasanya dipakai untuk mengukur efektifitas semua
kombinasi input dalam menghasilkan output. Helpman mengkritisi pula bagaimana
penggunaan definisi ”labor productivity” dalam konteks TFP. Sama dengan faktor
labour, capital inputs juga menurut Helpman perlu di adjust terkait masalah kualitas.
Hemat saya, apa yang dikatakan oleh Helpman ini sebenarnya masih mengikuti faham
neo klasik, dimana sub-sub faktor yang diutarakan sebagai faktor yang turut
mempengaruhi labour dan juga capital resources secara prakteknya memang harus
diketahui batasan-batasannya. Jikapun tidak dinyatakan secara kuat dalam
menghitung laju pertumbuhan ekonomi, maka kuantifikasi dari masing-masing faktor
ini (labour dan capital resources) harus memuat indeks terkait masalah experiences
dari labour, background pendidikan labour, juga secara time series, jika capital
resources yang digunakan merupakan ’peninggalan’, hal ini harus pula dihitung –
kembali lagi, indeksnya (atau terkuantifikasi) dan disertakan pada variabel besaran
capital resources.
Sepakat dengan ide Helpman, at the ends, seluruh sub faktor dan faktor yang
dicontohkan ini nantinya turut berdampak pada teknis para ekonom melakukan
perhitungan pada pertumbuhan. Demikian pula pada produktifitas, permasalahan
jumlah labour yang dikerjakan harus terspesifikasi berdasar skills yang dimiliki,
keterkaitan skills dengan bidang yang digeluti, serta pengalaman labour dalam
menggarap pekerjaan. Mungkin jika menyangkut dengan Indonesia misalnya, perlu
didalami lebih lanjut, apakah penentuan alokasi waktu kerja kantor dan hari kerja
menjadi faktor penentu pula dalam mengukur produktifitas labour.
Dibagian terakhir, yaitu terkait masalah institusi dan politik, apa yang
diutarakan oleh Helpman tentang sejarah panjang dari sebuah negara, proses
pembentukan negara, serta kelembagaan ekonomi yang ada disana sebenarnya
merupakan kritikan yang ditujukan pada beberapa koleganya terkait asumsi-asumsi
yang digunakan dalam mendalami permasalahan pertumbuhan ekonomi. Senada
dengan pikiran Helpman, sebuah institusi yang solid, dan kuat sangat diperlukan guna
mengakomodir dan meminimalkan kepentingan golongan guna menciptakan mekanisme
perekonomian di suatu negara. Posisi para pelaku (ekonom, pasar, pemilik modal)
3. adalah mereka yang mengimplementasikan kelembagaan ekonomi tersebut dalam
aktifitas perekonomian mereka di negara tersebut. Influens memang selalu terjadi, ini
kaitannya dengan politik, dan hal ini memang menjadi fenomena yang lumrah yang
terjadi di seluruh negara-negara di belahan dunia manapun. Saya sependapat pula
bahwa sisa peninggalan kolonial, dan asal dari bentuk produk hukum yang dianut
dalam sebuah negara mempunyai implikasi yang cukup signifikans pada penciptaan
mekanisme sistem ekonomi di negara-negara tersebut. Contoh, mungkin Indonesia
dengan produk hukumnya yang memang masih memakai peninggalan kolonial Belanda,
dan beberapa BUMN yang menjadi penyokong kegiatan ekonomi di Indonesia pun,
beberapa masih menggunakan pola-pola yang dianut oleh para kolonial pendiri BUMN
tersebut, walaupun saat ini sudah mulai tereformasi dan merestrukturisasi diri.
Permasalahan geo sense versus institusi, saya pribadi sebenarnya kurang
sependapat dengan apa yang diuraikan oleh Helpman. Lokasi sebuah negara dan kontur
dari negara tersebut, pada akhirnya memang berimbas pada sektor basis yang menjadi
tulang punggung sebuah negara. Harusnya, Institusi merupakan sebuah upaya untuk
menjembatani kekurangan yang dimiliki oleh kondisi geographis negara agar mampu
menjadi penghubung dalam memfasilitasi kegiatan perekenomian yang terjadi di
negaranya. Bukan berhadap-hadapan (vis a vis). Apakah itu menjadi faktor yang cukup
dominan dalam mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi sebuah negara, tidak bisa di
adjust begitu saja, karena ini menyangkut pula dengan political will dari negara-
negara tersebut dalam membuat kebijakan.
Secara garis besar, apa yang disampaikan oleh Helpman dalam bukunya ini,
bukan sebuah hal yang baru. Mungkin, bahan kajian yang digunakan dan teori yang
dikritisi yang ada didalam buku ini yang bisa menjadi semacam katalis bagaimana
wacana perekonomian neo liberal saat ini menjadi berkembang dan seng ada lawan.
Positioning Helpman menjadikan beberapa hasil kajian kolega-koleganya sebagai
penguat gugatan-gugatannya cukup menarik, karena bagi saya pribadi, ini memperkuat
premis yang hingga saat ini saya anggap benar; bahwa ekonomi adalah sebuah produk
seni.()