SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  4
Tujuh dari 10 Wanita Hamil Terkena
Anemia
Oleh Admin pada 19 Nov, 2008 Komentar 3

Di Indonesia prevalensi anemia di kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi mengenai
anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi, dan Kudus – Jawa
Tengah membuktikan hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan produktivitas 5 – 10% dan
kapasitas kerjanya 6,5 jam per minggu. Anemia yang menyebabkan turunnya daya tahan juga
membuat penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja
meningkat. Maka benarlah bila disimpulkan, anemia defisiensi zat besi sangat mempengaruhi
produktivitas kerja seseorang. Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat
ditingkatkan sampai 10 – 20% setelah pekerja mendapat suplemen zat besi.

Pembentuk sel darah merah
Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin
atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk
pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering
terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya, terjadi
penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi dengan masukan zat besi,
lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb.

Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan,
daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun,
dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah,
selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat
berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung.

Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses
pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah.

Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak mudah
terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari 10 g/dl memiliki
kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.

Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis
tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4.000 mg, dengan
sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian zat besi (sekitar 1.000 mg)
disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi
dari ferritin dikerahkan untuk memproduksi Hb.

Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan 10 – 20
mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi
penyerapannya yaitu 20 – 30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1 – 6%.
Wanita lebih rentan

Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah
berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai
kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan
menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi.

Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka yang
karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti pola makan
yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.

Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya hamil,
kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit kronis
atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu dikenal
sebagai TBC).

Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang
berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang
mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita anemia.
Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa kualitas
makanan seimbang.

Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi karena
gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh, atau serat
makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.

Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat remaja
mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat
besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus kehilangan zat besi
hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria.

Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran pencernaan
dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 – 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar 0,8
mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid, pada 95% populasi adalah
1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat haid ditambah kehilangan basal
menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi.

Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu di
kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat besi.
Kehilangan zat besi lewat haid pada wanita biasanya konstan, tetapi bervariasi jumlahnya di
antara kaum wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita perlu zat besi lebih banyak
daripada wanita lain.

Penyebab lain adalah kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk
tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang masuk, terutama zat besi.

Selain menstruasi, kondisi rawan lain adalah saat hamil dan menyusui. Anemia adalah
masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia.
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga,
volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg
zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen
lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg
akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg
per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.

Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak
memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan berulang dalam
waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan
janin yang dikandung berikutnya.

Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya. Wanita
dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita hamil perlu
tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.

Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan zat besi
dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg, kehilangan zat besi
melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu menyusui butuh tambahan zat besi 2
mg per hari serta kalsium 400 mg per hari.

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu
berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani
karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Selain itu, hewan percobaan
yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya tahan rendah
terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang bertugas menangkal bakteri infeksi tak
berfungsi maksimal.

Perhatikan pola makan
Penanggulangan anemia – terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita yang
telah menikah prahamil – sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian suplementasi
pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus
diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak minum pil zat besi
mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke-12 usia kehamilan.

Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka, alternatifnya
adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya berbentuk susu
atau roti.

Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia
berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen besi, lebih
tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan meningkatkan
konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging,
kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua
(kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang). Perhatikan pula
gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.
Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti
vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat penyerapan
zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.

Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya infeksi,
penyakit kronis, atau gangguan pencernaan.

Popularity: 39%

Kata kunci pencarian:

      anemia pada ibu hamil, anemia pada kehamilan, ANEMIA IBU HAMIL, anemia
      kehamilan, Hb normal ibu hamil, makanan yang mengandung zat besi, makanan
      mengandung zat besi, akibat anemia pada ibu hamil, prinsip diet pada ibu hamil
      dengan anemia, anemia pada ibu hamil di indonesia, gambar anemia, prevalensi
      anemia pada ibu hamil, diet ibu hamil dengan anemia, penyebab anemia pada ibu
      hamil, zat besi untuk ibu hamil, makanan zat besi, GAMBAR ANEMIA PADA IBU
      HAMIL, IBU HAMIL DENGAN ANEMIA, pengaruh anemia pada ibu hamil,
      makanan mengandung zat besi tinggi, zat besi pada ibu hamil, prinsip diet ibu hamil
      dengan anemia, makanan tinggi zat besi, angka kejadian anemia pada ibu hamil di
      indonesia, artikel anemia pada ibu hamil, diet pada ibu hamil dengan anemia, hb
      normal pada ibu hamil, anemia ibu hamil di indonesia, KEHAMILAN DENGAN
      ANEMIA, pengaruh anemia terhadap kehamilan, anemia dalam kehamilan, makanan
      zat besi untuk ibu mengandung, kebutuhan oksigen pada ibu hamil, anemia ringan
      pada ibu hamil, makalah anemia pada ibu hamil, makanan yg mengandung zat besi,
      ibu hamil anemia, dampak anemia pada ibu hamil, hb normal untuk ibu hamil,
      kehamilan anemia
Sebarluaskan artikel ini:

       Diabetes Mellitus pada Kehamilan
       Tekanan terhadap Jantung dan Paru-paru
       Bepergian selama Hamil
       Menghitamnya Daerah Sekitar Puting Payudara atau Ketiak
       Bakteri Vaginosis
       Asma disaat Hamil
       Hidung dan Tenggorokan Kering saat Kehamilan
       Guratan Kulit saat Kehamilan
       Gangguan Gigi selama Masa Kehamilan
       Pertumbuhan Bulu/Rambut

Kategori: Kehamilan • Kesehatan

Label: akibat anemia pada ibu hamil • anemia • ANEMIA IBU HAMIL • anemia kehamilan •
anemia pada ibu hamil • anemia pada ibu hamil di indonesia • anemia pada kehamilan • Hb
normal ibu hamil • kebutuhan oksigen pada ibu hamil • Kehamilan • Kesehatan • prinsip diet
pada ibu hamil dengan anemia

Contenu connexe

En vedette

How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 

En vedette (20)

How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 

Tujuh dari 10 wanita hamil terkena anemia

  • 1. Tujuh dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia Oleh Admin pada 19 Nov, 2008 Komentar 3 Di Indonesia prevalensi anemia di kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi, dan Kudus – Jawa Tengah membuktikan hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan produktivitas 5 – 10% dan kapasitas kerjanya 6,5 jam per minggu. Anemia yang menyebabkan turunnya daya tahan juga membuat penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat. Maka benarlah bila disimpulkan, anemia defisiensi zat besi sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat ditingkatkan sampai 10 – 20% setelah pekerja mendapat suplemen zat besi. Pembentuk sel darah merah Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi dengan masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb. Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung. Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah. Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari 10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4.000 mg, dengan sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian zat besi (sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan untuk memproduksi Hb. Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan 10 – 20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1 – 6%.
  • 2. Wanita lebih rentan Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi. Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka yang karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti pola makan yang memenuhi kebutuhan akan zat besi. Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai TBC). Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa kualitas makanan seimbang. Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh, atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup. Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat remaja mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria. Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 – 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid, pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi. Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat besi. Kehilangan zat besi lewat haid pada wanita biasanya konstan, tetapi bervariasi jumlahnya di antara kaum wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita perlu zat besi lebih banyak daripada wanita lain. Penyebab lain adalah kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang masuk, terutama zat besi. Selain menstruasi, kondisi rawan lain adalah saat hamil dan menyusui. Anemia adalah masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia.
  • 3. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya. Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya. Wanita dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari. Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan zat besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg, kehilangan zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu menyusui butuh tambahan zat besi 2 mg per hari serta kalsium 400 mg per hari. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Selain itu, hewan percobaan yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya tahan rendah terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang bertugas menangkal bakteri infeksi tak berfungsi maksimal. Perhatikan pola makan Penanggulangan anemia – terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita yang telah menikah prahamil – sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian suplementasi pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak minum pil zat besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke-12 usia kehamilan. Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka, alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya berbentuk susu atau roti. Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen besi, lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.
  • 4. Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari. Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya infeksi, penyakit kronis, atau gangguan pencernaan. Popularity: 39% Kata kunci pencarian: anemia pada ibu hamil, anemia pada kehamilan, ANEMIA IBU HAMIL, anemia kehamilan, Hb normal ibu hamil, makanan yang mengandung zat besi, makanan mengandung zat besi, akibat anemia pada ibu hamil, prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia, anemia pada ibu hamil di indonesia, gambar anemia, prevalensi anemia pada ibu hamil, diet ibu hamil dengan anemia, penyebab anemia pada ibu hamil, zat besi untuk ibu hamil, makanan zat besi, GAMBAR ANEMIA PADA IBU HAMIL, IBU HAMIL DENGAN ANEMIA, pengaruh anemia pada ibu hamil, makanan mengandung zat besi tinggi, zat besi pada ibu hamil, prinsip diet ibu hamil dengan anemia, makanan tinggi zat besi, angka kejadian anemia pada ibu hamil di indonesia, artikel anemia pada ibu hamil, diet pada ibu hamil dengan anemia, hb normal pada ibu hamil, anemia ibu hamil di indonesia, KEHAMILAN DENGAN ANEMIA, pengaruh anemia terhadap kehamilan, anemia dalam kehamilan, makanan zat besi untuk ibu mengandung, kebutuhan oksigen pada ibu hamil, anemia ringan pada ibu hamil, makalah anemia pada ibu hamil, makanan yg mengandung zat besi, ibu hamil anemia, dampak anemia pada ibu hamil, hb normal untuk ibu hamil, kehamilan anemia Sebarluaskan artikel ini: Diabetes Mellitus pada Kehamilan Tekanan terhadap Jantung dan Paru-paru Bepergian selama Hamil Menghitamnya Daerah Sekitar Puting Payudara atau Ketiak Bakteri Vaginosis Asma disaat Hamil Hidung dan Tenggorokan Kering saat Kehamilan Guratan Kulit saat Kehamilan Gangguan Gigi selama Masa Kehamilan Pertumbuhan Bulu/Rambut Kategori: Kehamilan • Kesehatan Label: akibat anemia pada ibu hamil • anemia • ANEMIA IBU HAMIL • anemia kehamilan • anemia pada ibu hamil • anemia pada ibu hamil di indonesia • anemia pada kehamilan • Hb normal ibu hamil • kebutuhan oksigen pada ibu hamil • Kehamilan • Kesehatan • prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia