1. 8 Cara Berpikir yang Rentan Memicu Stres
Di lingkungan sehari-hari, pemicu stres dari luar sangat mudah ditemui misalnya jalanan macet dan bertemu
dengan rekan kerja yang menyebalkan. Namun kadang-kadang pemicu stres juga bisa datang dari berbagai cara
berpikir yang tidak sehat, 8 di antaranya adalah sebagai berikut.
"Pikiran-pikiran ini terekam dalam cortex prefrontal, bagian yang sangat berperan dalam menentukan pilihan. Jika
bertumpuk-tumpuk akan menyebabkan orang tidak bahagia," ungkap Dr Taufiq Pasiak, MKes, MPd, Sekretaris
Jendral Indonesia Neuroscience Society dalam seminar Peran Neurosains dalam Mengembangkan Generasi Muda
Bangsa Berkarakter di Menara Peninsula, Senin (24/10/2011).
Delapan cara berpikir yang tidak sehat dan potensial memicu stres seperti yang dimaksud Dr Taufiq adalah sebagai
berikut.
1. Should/Must Thingking. Yakni cara berpikir yang cenderung kaku, harus begini dan harus begitu. Akibatnya
ketika ada sesuatu yang berjalan tidak sebagaimana harusnya, pikirannya akan mulai kalut lalu stres dan tidak
bahagia.
2. Overgeneralization. Bagi orang yang menggunakan cara berpikir overgeneralisasi, satu kali berbuat salah akan
membuatnya patah semangat dan merasa seolah-olah tidak berguna. Contohnya, "Saya selalu bermaksud baik,
tetapi selalu saja salah".
3. Magnification/minimation. Setiap kali ada yang tidak beres, kesalahan selalu ditimpakan pada dirinya sendiri.
Ciri-ciri orang dengan cara berpikir seperti ini adalah sering mengatakan, "Kerusakan ini pasti karena saya".
4. Personalization. Kebencian pribadi pada seseorang sering terbawa-bawa, terutama bagi orang-orang yang selalu
mengaitkan segala hal dengan hubungan personalnya dengan orang lain. Entah ada hubungannya atau tidak, orang
dengan pola pikir seperti ini akan mengatakan, "Dia yang bertanggung jawab atas kesialan saya ini".
5. Mind Reading. Seseorang dengan kemampuan komunikasi yang buruk cenderung suka menebak-nebak pikiran
orang lain dan celakanya kadang yang tertangkap adalah pikiran negatif. Misalnya ,"Dia mengacuhkan saya. Pasti
dia tidak suka sama saya".
6. Fortune Telling. Orang-orang dengan cara berpikir seperti ini selalu dibayangi oleh pikirannya sendiri. Segala
sesuatu saling dikaitkan dengan praduga-praduga, misalnya, "Saya tidak cocok dengan pekerjaan ini. Ini buktinya".
7. Authotative Source. Orang-orang yang tidak punya pendirian cenderung punya cara berpikir Authotative Source.
Segala sesuatu yang dianggap benar selalu dibandingkan dengan pendapat orang lain misalnya, "Ini tidak mungkin
salah karena sudah disampaikan menteri/kiai".
8. Emotional Reasoning. Orang dengan cara berpikir seperti ini selalu berusaha melihat hubungan antar hal secara
logis, namun dalam pelaksanaannya sangat didominasi faktor emosional sehingga tidak selalu logis.