Teknik pembenihan ikan patin meliputi pemilihan induk, pemberokan, pemijahan buatan dengan hormon perangsang seperti kelenjar hipofisa ikan mas atau ovaprim, penetasan telur, pemeliharaan larva, dan pembesaran benih di kolam."
2. KLASIFIKASI
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak,
diantaranya:
a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b) Pangasius macronema (ikan rius, riu, lancang),
c) Pangasius micronemus (wakal, riu scaring)
d) Pangasius nasutus (pedado)
e) Pangasius nieuwenhuisii (lawang)
3. Asal : Thailand
Penyebaran : Thailand, Burma,
IndiaTaiwan, Malaysia,
Semenanjung Indocina,
Sumatra dan Kalimantan
Panjang maks : 35-40 cm (pd waktu 6 bln)
Musim mijah : November-April
Tempat hidup : sungai, danau, waduk dan
kolam
Pakan : larva (karnivor)
dewasa (omnivor)
4. Pembenih
ansuatu kegiatan usaha
Pembenihan adalah
memproduksi benih ikan
yang dilakukan secara terbatas sampai ukuran benih
Kegiatan pembenihan ikan Patin
siap tebar.
a. Pemilihan calon induk siap pijah.
b. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari
ikan donor,yaitu ikan mas dan ovaprim
c. Kawin suntik (induce breeding).
d. Pengurutan (striping).
e. Penetasan telur.
f. Perawatan larva.
g. Pendederan.
h. Pemanenan.
5. A. Pemeliharaan induk
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan induk, Y
padat tebar induk, jenis dan jumlah pakan yang diberikannya serta
lingkungan atau kondisi kolam.
a. Wadah Pemeliharaan. induk
- Kolam tembok atau kolam tanah
- KJA atau Karamba
- Kedalaman minimal 80 cm
b. Kepadatan induk 4-5 kg/m2
c. Pakan tambahan
- Pelet dengan kadar protein 25-35 %
Dosis pemberian 3 - 4 % per hari diberikan 3
kali
- Keong mas atau Kijing 10 % diberika 2
kali/minggu
6. B. SELEKSI INDUK
Kriteria Induk Matang Gonad
B. Induk Jantan
• Umur minimum di atas 1,5
A. Induk Betina tahun
• Umur ≤ 2,5 tahun • Berat minimal 2 kg
• Berat minimal 3 kg • Kulit dibagian perut lembek
• Perut membesar kearah anus dan tipis
• Perut terasa empuk dan halus • Kelamin membengkak dan
saat diraba berwarna merah
• Kloaka membengkak dan • Keluar sperma jika perut
berwarna merah diurut kearah anus
• Kulit dibagian perut lembek dan
tipis
7. Cara membedakan induk jantan dan betina
Induk jantan Induk betina
a. Saat berumur 3 tahun memiliki berat a. Saat berumur 3 tahun memiliki berat
minimal 2 kg. minimal 2 kg.
b.Mulai mengandung sperma pada umur 2,5 b.Mulai bertelur pada umur 3 tahun, tidak
bulan. bertelur muda.
c. Bentuk tubuhnya normal, atau tidak cacat c. Bentuk tubuhnya normal, atau tidak cacat
d. Bertubuh gemuk, atau tidak kurus d. Bertubuh gemuk, atau tidak kurus
e. Kepala relatif kecil e. Kepala relatif kecil
f. Tidak luka, dan sehat f. Tidak luka, dan sehat
g. Bila diraba, kulitnya halus, atau tidak kasar g. Bila diraba, kulitnya halus, atau tidak kasar
h. Respon terhadap pakan tambahan h. Respon terhadap pakan tambahan
8. C. Pemberokan
• Adalah menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk
di bak pemberokan.
• Kegiatan ini dilakukan semalam, hingga menjelang induk tersebut dipijahkan.
• Tujuan :
membuang kotoran karena kotoran dapat menggangu saat pengurutan telur,
dan bisa mengotori telur.
mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Kandungan lemak yang
terlalu tinggi dapat menghambat proses pemijahan, atau streefing, sehingga
telur susah keluar.
memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena matang telur
dengan gendut karena makanan.
9. Pemijahan
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang
sulit dipijahkan secara alami, karena sulit
menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang
sesuai dengan habitatnya di alam. Karena itu,
pemijahan ikan patin hanya dapat dilakukan
secara buatan ( induce breeding ) yaitu dengan
cara menyuntikan hormon perangsang kedalam
tubuh ikan.
10. Induce breeding ikan patin dapat dilakukan
dengan menggunakan kelenjar hypopisa
ikan mas atau hormon buatan (ovaprim)
yang mengandung hormon Gonadotropin.
11. a. Sediakan wadah penampung telur
b. Siapkan sperma induk jantan dalam larutan NaCl
c. Perut induk betina diurut secara perlahan, lalu
telur di tampung dalam wadah
d. Masukan sperma dan lakukan pengadukan dengan
menggunakan bulu ayam selama 0.5 menit
e. Tebar telur dalam akuarium
12. Penetasan telur
• Penetasan telur dilakukan dalam akuarium berukuran panjang 80 cm, lebar
60 cm dan tinggi 40 cm. Akuarium-akuarium itu diletakan dalam rak-rak
besi yang disimpan dalam sebuah ruangan.
• Akuarium diisi air bersih setinggi 25 – 30 cm. Caranya dengan
mengalirkan air itu dari bak penampungan dengan selang berdiameter ¾
inchi. Setelah penuh, pada setiap akuarium dipasang masing-masing dua
buah titik aerasi sebagai pensuplay oksigen. Aerasi dihidupkan selama
penetasan.
• Penetasan telur ikan patin perlu suhu tinggi, antara 28 – 30 O C. Pada suhu
ini telur menetas cepat. Agar bisa mencapai suhu tersebut, maka setiap
akuarium dipasang pemanas air (heater). Heater dihidupkan selama
penetasan. Alat itu dipasang pada suhu 28 O C.
• Pada suhu 28 – 30 O C, telur-telur akuarium akan menetas dalam waktu 18
– 28 jam. Tentu saja tidak semua telur menetas. Telur-telur yang tidak
menetas dapat mengotori dan menurunkan kualitas air dalam akuarium.
Karena itu 10 jam kemudian, sebagian atau 50 persen air harus dibuang
dengan cara disipon, kemudian diganti dengan air baru.
13. Pemeliharaan larva
• Setelah telur menetas seluruhnya, larva dipindah
ke akuarium lain yang bersih airnya atau
dilakukan penyiponan untuk membuang telur
yang tidak menetas dan penggantian air.
• Larva umur 2 hari mulai diberi pakan Artemia
secukupnya sampai umur 9 hari.
• Larva umur 10-13 hari diberi cacing sutra yang
telah dicincang, setelah umur 14 hari diberi
cacing utuh sampai umur 21 hari (ukuran 1 inch).
• Untuk menjaga kualitas air dilakukan penyiponan
setiap hari dan penggantian air setiap 2 hari
sekali.
14. KOLAM PEMIJAHAN
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa
untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18
m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah
pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan.
Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga
memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik.
Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan
dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada
kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke
daerah yang ada telurnya.
15. KOLAM PEMELIHARAAN INDUK
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas
pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk
memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan
luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya
persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam
tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya.
Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang
sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya
berbentuk monik.
16. Kolam Pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat.
Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu
• Pendederan Pertama luas 25-500 m2
• Pendederan Kedua (lanjutan) 500-1000 m2 per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/
pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam
dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu
pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah
tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan
untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam
dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air
yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka
17. KOLAM PEMBESARAN
•Pembesaran di Kolam
Karamba
Pembesaran di Kolam
Dilakukan di kolam air mengalir, kolam tadah hujan, dan kolam resapan.
Kontruksi kolam pembesaran patin super bias berupa kolam tanah, kolam
tembok, atau kolam tembok dengan dasar tanah.
Luas kolam pembesaran patin super 200-1.500 m2.
Langkah-langkah :
1.Persiapan Kolam,
2.Pengapuran dan pemupukan,
3.Pengisian air
4.Penebaran benih
5.Pemberian pakan
18.
19. A. Menggunakan Kelenjar hypopisa ikan
Teknis pelaksanaan pemijahan buatan dengan menggunakan
kelenjar hypopisa adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui jumlah donor yang akan diambil hypopisanya, terlebih
dahulu induk yang akan di pijahkan ditimbang beratnya.
2. Dosis Penyuntikan sebanyak 3 dosis, yaitu 3 kg donor/kg induk
Penyuntikan ke1=1/3 dosis. Penyuntikan ke 2 = 2/3 dosis
interval penyuntikan 6 jam – 12 jam
3. Ikan donor yang akan diambil
kelenjar hypopisanya dipotong
tegak lurus atau vertikal
dibelakang tutup insang.
20. 4. Potongan kepala diletakan dengan
posisi mulut menghadap keatas,
kemudian dipotong vertikal dari
permukaan sedikit diatas mulut sehingga
akan terlihat organ otak yangdilingkupi
lendir atau lemak.
5. Otak ikan ikan diangkat dan lendir
dibuang atau dibersihkan dengan
menggunakan kapas atau tisue.
Setelah bersih akan tampak butiran
putih seperti beras dalam lekukan
tulang, itulah kelenjar hypopisa.
6. Kelenjar hypopisa diambil dengan menggunkan pinset, kemudian
disimpan pada alu penggerus. Demikian selanjutnya hypopisa diambil
satu persatu dari setiap ikan yang dijadikan donor. Setelah semuanya
dikerjakan, selanjutnya hypopisa dihancurkan dalam gelas penggerus
sampai halus.
21. 7. Kelenjar hypopisa diambil dengan menggunkan pinset, kemudian disimpan pada
alu penggerus.
Demikian selanjutnya hypopisa diambil satu persatu dari setiap ikan yang
dijadikan donor.
Setelah semuanya dikerjakan, selanjutnya hypopisa dihancurkan dalam gelas
penggerus sampai halus.
8. Untuk memudahkan dalam penyuntikan, kelenjar hypopisa yang sudah halus tadi
dilarutkan kedalam
aquabides sebanyak 1.5 – 2 ml. Agar larutan tersebut benar-benar tercampur
gunakan sentrifugal
atau pemusing.
9. Larutan hypopisa yang telah tercampur menjadi ekstrak, selanjutnya diambil
atau disedot dengan menggunakan alat suntik.
10. Penyuntikan dilakukan dua kali secara intramuscular( didalam daging ) yaitu
pada bagian
punggung ikan dengan menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 ml sedalam 2
cm dengan
kemiringan jarum 45 derajat.
22. A. Menggunakan Ovaprim
Urutan pekerjaan pemijahan buatan dengan menggunakan ovaprim sebagi
hormon perangsangnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui berapa banyak ovaprim yang aka digunakan maka terlebih dahulu
timbang induk yang akan dipijahkan
b. Dosis penyuntikannya 0.6 ml/kg induk
c. Penyuntikan dilakukan dua kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan
dengan menggunakan jarum suntik berukuran 0.12 ml sedalam 2 cm dengan
kemiringan jarum 45 derajat
Penyuntikan ke I = 1/3 dosis dan penyuntikan ke II = 2/3 dosis
Interval penyuntikan 6 atau 12 jam
d. Induk yang telah disuntik selanjutnya disimpan dalam bak pemijahan/ bak inkubasi