Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan oksigenasi yang mencakup pengertian, tujuan, metode, dan langkah-langkah pemberian oksigen serta faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernafasan serta aspek-aspek pengkajian dan diagnosis keperawatan terkait oksigenasi.
11. Daftar Pustaka :
• Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For
Continuity Of Care, W.B Sunders Company, 1999
• Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa
Indonesia, vol. 8, Jakarta, 2001
• Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
• Doengoes, Merilin E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga,
Jakarta, EGC, 1999
• Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
EGC, Jakarta, 1999
• Long, Barbara C. Perawatan Medikal Bedah, YIAPK, Bandung,
1996
• Potter, Patricia A. Perry, Anne G. Fundamental of Nursing ;
Concepts, Process and Practice, Mosby Year Book, St. Louis, 1997
• Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and Science
of Nursing Care, Lipincott, Philadelphia, 1997
12. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen
atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen
dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker,
fisioterapi dada, dan cara penghisapan
lendir (suction).
13. TUJUAN PEMBERIAN
OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen
yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-
paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
4. Untuk mengatasi keadaan
Hipoksemia sesuai dengan hasil
Analisa Gas Darah,
5. Untuk menurunkan kerja nafas
dan menurunkan kerja miokard.
14. PEMBERIAN OKSIGEN
Pemberian oksigen berupa pemberian
oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat
bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui
tiga cara, yaitu melalui:
1.katetar nasal
2.kanula nasal
3.dan masker oksigen.
15. Syarat-syarat Pemberian
Oksigen Meliputi :
• Dapat mengontrol konsentrasi oksigen
udara inspirasi,
• Tahanan jalan nafas yang rendah,
• Tidak terjadi penumpukan CO2,
• Efisien,
• Nyaman untuk pasien.
16. Indikasi Pemberian Oksigen
• Klien dengan kadar oksigen arteri rendah
dari hasil analisa gas darah,
• Klien dengan peningkatan kerja nafas,
dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan
dalamnya pernafasan serta adanya kerja
otot-otot tambahan pernafasan,
• Klien dengan peningkatan kerja miokard,
dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan oksigen melalui peningkatan laju
pompa jantung yang adekuat.
17. Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi
pemberian oksigendindikasikan kepada klien
dengan gejala :
1.Klien dengan keadaan tidak sadar,
2.Sianosis,
3.Hipovolemia,
4.Perdarahan,
5.Anemia berat,
6.Keracunan gas karbondioksida,
7.Asidosis,
8.Selama dan sesudah pembedahan.
18. Metode Pemberian Oksigen
Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1.Sistem Aliran Rendah
• Kanula nasal
• Kateter nasal
• Sungkup muka sederhana,
• Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
• Sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
2. Sistem Aliran Tinggi
19. Sistem Aliran Tinggi
• Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil
dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga
dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi
oksigen yang lebih tepat dan teratur.
• Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup
muka dengan ventury.
• Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang
dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang
kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai
ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udara luar dapat diisap dan aliran udara yang
dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini
sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
27. Langkah Pemberian Oksigen
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci Tangan
3. Hubungkan humidifier serta flow meter pada tabung oksigen,
kemudian kanul/masker ke selang oksigen/humidifier.
4. Cek aliran oksigen (humidifier akan ber gelembung)
5. Atur aliran oksigen sesuai advis atau indikasi
6. Pasang kanul/masker pada klien dan atur pengikat untuk
kenyamanan klien.
7. Kaji setiap 6-8 jam. Dokumentasikan.
28.
29. SEBELUM KE ASKEP OKSIGENASI KITA
REVIEW ANATOMI FISIOLOGI
PERNAFASAN DULU YUKS……
30. A. SALURAN PERNAFASAN ATAS
Fungsi :
menyaring, menghangatkan dan
melembabkan udara yang dihirup.
Terdiri dari :
- hidung
- faring
- laring
- epiglottis
A. SALURAN PERNAFASAN BAWAH
Fungsi :
- menghangatkan udara
- membersihkan mukuosa cilliary
- memproduksi surfactan
Terdiri dari :
- trachea
- bronchus
- paru
32. FISIOLOGI PERNAFASAN
3 Proses Yang Berpengaruh Pada Proses
Respirasi, Yaitu ;
1)Ventilasi Pulmoner
2)Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru
3)Transport O2 dan CO2 melalui darah ke
sel sel jaringan
33. 1. Ventilasi Pulmoner
• → Merupakan proses pertukaran udara antara alveoli
dan atmosfir / udara luar.
→ Ventilasi pulmoner akan meningkat slama aktifitas
dan dalam keadaan sakit. Hal ini diikuti
pengembangan dada dan usaha bernafas maksimal.
→ Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi
otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal
external.
→ Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi
otot perut anterior.
→ Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas bertambah
pada klien dengan penyakit obstruksi saluran
pernafasan.
34. • Ventilasi Pulmoner tergantung dari :
a)Kecukupan O2 di Udara Luar
b)Kebersihan Jalan Nafas
c)Kembang kempis Paru
d)Regulasi Respirasi
35. Volume Pulmoner
1. Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang
digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml pada
laki – laki dan 400 ml pada wanita.
2. Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve
volume ( IRV ) : jumlah udara yang didapat pada
inhalasi maksimal, 3100 ml
3. Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve
volume ( ERV ) : jumlah udara yang dikeluarkan
pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml.
4. Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa
setelah ekspirasi, normalnya 1200 ml
36. Kapasitas Pulmoner
a) Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara maksimal
dalma paru setelah inspirasi maksimal : TLC = TV +
IRV + ERV + RV, 6000 ml
b) Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat
diekspirasi setelah inspirasi kuat : VC = TV + IRV +
ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml
c) Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal
yang didapat setelah ekspirasi normal, IC = TV + IRV
, 3600 ml
d) Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume udara
yang tertinggal dalam paru setelah ekspirasi normal
volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml
37. Tekanan Pulmoner
• Bernafas mengubah tekanan intrapulmonal
dan tekanan intraplueral. Perubahan tekanan
tersebut berhubungan dengan perubahan
volume paru. Pada saat inspirasi, volume
paru bertambah, dan tekanan intrapulmoner
menurun. Sebaliknya, pada saat ekspirasi
volume paru menurun, dan tekanan
intrapulmonal meningkat.
38. 2. Difusi Gas
• Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat yang
bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
4 faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari
membran respirasi :
1. Ketebalan membran
2. Area permukaan membran
3. Koefisien difusi gas
4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran
39. 3. Transpor Dari Oksigen Dan
Karbon Dioksida
Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap transport oksigen dari paru ke
jaringan :
1.Cardiac Output
2.Jumlah Erytrocit
3.Latihan
4.Hematokrit Darah
40. FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP OKSIGENASI :
1. Lingkungan / Enviroment
2. Latihan / Exercise
3. Emosi / Emotions
4. Gaya Hidup / Life Style
5. Status Kesehatan / Health Status
6. Narcotics
42. A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan klien
2. Pengkajian Fisik
3. Pemeriksaan laboratorium dan
penunjang
43. 1. Riwayat Keperawatan Klien
• Hal – hal yang perlu dikaji antara lain :
a.Data demografi : nama, alamat, umur, jenis
kelamin, support sistem yang ada dan tingkat
pendidikan.
b.Riwayat keluarga : penyakit keluarga,
penyakit keturunan dan alergi.
c.Pekerjaan
d.Keadaan lingkungan : kumuh, rawa – rawa,
kota besar
e.Kebiasaan : merokok, aktivitas.
44. 2. Pengkajian Fisik
A. Batuk :
ada atau tidak, nyeri saat batuk, sputum, sesak saat batuk, jenis batuk :
produktif, non produktif, terus menerus atau tidak, kapan batuk timbul : pagi
atau saat aktifitas.
B. Sputum :
warna, bau, konsistensi : kental atau cair, jumlah, darah dan berbusa.
C. Dispneu (kesulitan bernafas) :
kapan timbul, tingkat toleransi klien terhadap aktifitas.
Tingkatan dispneu yaitu :
• Klasifikasi
• Kondisi I : dapat berjalan normal, tidak dapat naik tangga / gunung.
• Kondisi ii : berjalan i mil tanpa terengah – engah namun tidak secepat
normal
• Kondisi III : terengah – engah (100 meter) atau setelah beberapa menit
berjalan
• Kondisi IV : terengah – engah untuk ADL (pakaian, makan, bicara).
45. D. Hemoptisis :
Kapan saja, apa pencetusnya
E. Nyeri dada :
kapan timbul nyeri, apakah mengikuti irama pernafasan
F. Wheezing :
Suara yang timbul akibat udara melewati saluran yang kecil.
Tanyakan kapan saja timbulnya dan bagaimana cara
menangani kondisi tersebut.
G. Warna kulit :
Sianosis perifer atau sentral.
H. Udema wajah :
biasanya karena infeksi dan pembengkakan sinus.
Tanyakan kapan saja timbulnya.
46. I. Kecemasan
J. Bentuk dada :
dada burung, sejak kapan mulainya.
K. Gangguan muskuloskeletal :
Adakah penggunaan otot – otot tambahan,
kelemahan, nyeri otot.
L. Clubbing nail
M. Bau nafas :
Pengeluaran zat sisa metabolisme, jenis bau
nafasnya, aseton, ureum dan alkohol.
48. • Tachypnea → nafas yang cepat, dijumpai pada demam, asidosis
metabolik, nyeri, hipercapnea, anoxemia ( penurunan O2 dalam
darah ).
• Bradypnea → nafas yang lambat, dijumpai pada pasien yang
mendapat morphie sulfat ( penyebab depresi respirasi ), asidosis
metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan
intrakranial, → injuri otak ).
• Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering
disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli
melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi
lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata
dan kedalaman pernafasan.
• Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam
aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps
alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
49. • Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme
respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan
akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif,
PTIK, dan overdosis obat.
• Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan kecepatan
dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
• Apneustic → henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
• Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat
dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat.
• Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
50. O. Taktil Fremitus :
Akan meningkat pada konsolidasi (ada
masa) dan menuru pada pneumothorak
dan pleural effusion.
51. C. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang.
1. Rontgen foto
2. Sputum BTA
3. Bronchoscopy
4. Analisa gas darah.
53. Diagnosa Keperawatan
• Bersihan jalan nafas takefektif b/d peningkatan
produksi sekret
• Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai
oksigen
• Nyeri akut b/d inflamasi parenkrim paru
• Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b/d
ketikadekuatan pertahanan utama
• Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
• Resiko tinggi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia yg berhubungan dengan toksin bakteri, bau
dan rasa sputum, dan pengobatan aerosol
54. Rencana / Tindakan
Keperawatan
• Bersihan jalan nafas takefektif
1.Kaji frekuensi pernafasan dan gerakan dada.
R/ data tidak simestris krn ketidaknyamanan
gerakan dinding dada / ada cairan paru
2.Auskultasi area paru R/ mengetahui normal
dan tidaknya paru
3.Bantu latihan nafas sering R/ memudahkan
ekspansi maksimum paru
55. Cont….
4. Penghisapan sesuai indikasi R/
merangsang batuk atau bersihan jalan
nafas
5. Berikan cairan minimal 2500 ml/hari
hangat (kecuali kontraindikasi) R/
membantu mengeluarkan secret
56. Cont….
• Tindakan Kolaborasi
1.Mengawasi efek nebuliser dan fisioterapi
R/ memudahkan pengenceran sekret
2.Berikan obat sesuai indikasi, mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik R/
menurunkan spasme bronkus (analgetik
hati2 pada bayi pernafasan)
3.Berikan cairan tambahan
57. Evaluasi Keperawatan
• Hasil yang di harapkan :
1.Mengidentifikasi/ menunjukan perilaku
mencapai bersihan jalan nafas
2.Menunjukkan jalan nafas paten dengan
bunyi nafas bersihn tidak ada dispnea dan
sianosis