SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
14/01/12
Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Oleh : Apripudin, S.Pd
Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
oleh Huinker dan Laughlin. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan
pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model
pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian
menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Metode ini merupakan metode yang dapat
melatih kemampuan berpikir dan berbicara peserta didik.
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) menyatakan bahwa “The think-talk-
write strategy builds in time for thought and reflection and for the organization of ides
and the testing of those ideas before students are expected to write. The flow of
communication progresses from student engaging in thought or reflective dialogue with
themselves, to talking and sharing ideas with one another, to writing”.
Artinya, Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran,
merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik
diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai
dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya
sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik
menulis.
Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang
harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai
berikut.
1. Think (Berpikir atau Dialog Reflektif)
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Thinking and talking are important
steps in the process of bringing meaning into student’s writing”. Maksudnya adalah
berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa
pemahaman ke dalam tulisan peserta didik.
Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban
atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada
bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Menurut
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:85) “Aktivitas berpikir dapat dilihat dari
proses membaca suatu teks matemtika atau berisi cerita matematika kemudian membuat
catatan tentang apa yang telah dibaca”. Dalam membuat atau menulis catatan peserta
didik membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian
menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri.
Menurut Wiederhold seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Bansu I.
Ansari (2008:85) “Membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan
memeriksa bahan-bahan yang ditulis”. Selain itu, belajar membuat/menulis catatan
setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca,
sehingga dapat mempertinggi pengetahuan bahkan meningkatkan keterampilan berpikir
dan menulis.
Menurut Gusni Satriawati (2006:2-3) “Dalam pembelajaran matematika berpikir
secara matematika digolongkan dalam dua jenis, yaitu berpikir tingkat rendah dan
berpikir tingkat tinggi”. Contoh berpikir matematika tingkat rendah, yaitu melaksanakan
operasi hitung sederhana, menerapkan rumus matematika secara langsung, dan mengikuti
prosedur yang baku, sedangkan berpikir tingkat tinggi ditandai dengan kemampuan
memahami ide matematika secara lebih mendalam, menggamati data dan mengenali ide
yang tersirat, menyusun konjektur, analogi, generalisasi, menalar secara logik
menyelesaikan masalah, berkomunikasi secara matemaik, dan mengkaitkan ide
matematika dengan kegiatan intelektual lainnya.
Pada tahap ini peserta didik akan membaca sejumlah masalah yang diberikan
pada Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS), kemudian setelah membaca peserta didik
akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut
(membuat catatan individu). Selanjutnya peserta didik diminta untuk menyelesaikan
masalah yang ada secara individu. Proses berpikir ada tahap ini akan terlihat ketika
peserta didik membaca masalah kemudian menuliskan kembali apa yang diketahui dan
tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain itu, proses berpikir akan terjadi ketika
peserta didik berusaha untuk menyelasaikan masalah dalam LKS secara individu.
2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi)
Pada tahap talk peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun,
dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Menurut Huinker dan Laughlin
(1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1) connect the language
they know from their own personal experiences and backgrounds with the language of
mathematics, (2) analyzes and synthesizes mathematical ideas, (3) fosters collaboration
and helps to build a learning community in the classroom”. Artinya, peserta didik yang
diberikan kesempatan untuk berdiskusi dapat: (1) megkoneksikan bahasa yang mereka
tahu dari pengalaman dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa matematika, (2)
menganalisis dan mensintesis ide-ide matematika, (3) memelihara kolaborasi dan
membantu membangun komunitas pembelajaran di kelas.
Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga meyebutkan bahwa Talking
encourages the exploration of words and the testing of ideas. Talking promotes
understanding. When students are given numerous opportunities to talk, the meaning that
is constructed finds its way into students’ writing, and the writing further contributes to
the construction of meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan
menguji ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik
diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun dalam
tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi dalam
membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik dapat mendiskusikan
pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga mereka mengetahui apa
yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan untuk
dipelajari.
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86) mengutarakan talk penting dalam
matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika,
pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, meningkatkan dan menilai
kualitas berpikir karena talking dapat membantu mengetahui tingkat pemahaman peserta
didik dalam belajar matematika.
Pada tahap talk memungkinkan peserta didik untuk terampil berbicara. Pada tahap
ini peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi matematika dengan anggota
kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah yang
telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think. Pada umumnya peserta didik
menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) talking dapat berlangsung secara alamiah tetapi
tidak menulis. Proses talking dipelajari peserta didik melalui kehidupannya sebagai
individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosial. Dengan berdiskusi dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam kelas. Berkomunikasi dalam diskusi
menciptakan lingkungan belajar yang memacu peserta didik berkomunikasi antar peserta
didik dapat meningkatkan pemahaman peserta didik karena ketika peserta didik
berdiskusi, peserta didik mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan.
3. Write (Menulis)
Masingila dan Wisniowska (1996:95) menyebutkan bahwa writing can help
students make their tacit knowledge and thoughts more explicit so that they can look at,
and reflect on, their knowledge and thoughts. Artinya, menulis dapat membantu peserta
didik untuk mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang tersimpan agar lebih terlihat
dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.
Writing in mathematics helps realize one of the major goals in teaching, namely,
that students understand the material being studied (Shield dan Swinson, 1996:35).
Artinya, menulis dalam matematika dapat merealisasikan tujuan utama dalam
pembelajaran, yaitu pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Selain
itu melalui kegiatan menulis dalam pembelajaran matematika, peserta didik diharapkan
dapat memahami bahwa matematika dibangun melalui suatu proses berpikir yang
dinamis, dan diharapkan pula dapat memahami bahwa matematika merupakan bahasa
atau alat untuk mengungkapkan ide.
Masingila dan Wisniowska (1996:95) juga menyebutkan bahwa for teacher,
writing can elicit (a) direct communication from all members of a class, (b) information
about student’s errors, misconception, thought habits, and beliefs, (c) various students’
conceptions of the same idea, and (d) tangible evidence of students’ achievement.
Artinya, manfaat tulisan peserta didik untuk guru adalah (1) komunikasi langsung secara
tertulis dari seluruh anggota kelas, (2) informasi tentang kesalahan-kesalahan,
miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari para peserta didik, (3) variansi
konsep peserta didik dari ide yang sama, dan (4) bukti yang nyata dari pencapaian atau
prestasi peserta didik.
Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap
masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, mengorganisasikan semua
pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram,
grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua
pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan,
dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan
terjamin keasliannya (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88).
Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi
matematika secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita untuk
menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah diberikan. Apa yang
peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda dengan apa yang peserta didik
tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal ini terjadi karena setelah peserta didik
berdiskusi ia akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan masalah yang telah
diberikan.
A. Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
yang digunakan adalah:
1) Salam pembuka
2) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
3) Guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.
4) Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa
5) Siswa secara individu diminta untuk menuangkan gagasan/ide mengenai cara
memecahan masalah dalam LKS yang diberikan, dalam bentuk catatan kecil dan
yang akan menjadi bahan untuk melakukan diskusi. (Think)
6) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa)
7) Siswa mendiskusikan hasil catatannya (saling menukar ide) agar diperoleh
kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk). Guru berkeliling kelas untuk memonitor
jalannya diskusi dan jika sangat diperlukan guru dapat membantu seperlunya.
8) Secara individu, siswa menuliskan semua jawaban atas permasalahan dalam LKS
yang diberikan secara lengkap, jelas, dan mudah dibaca (write).
9) Beberapa perwakilan kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang tidak terpilih memberikan
tanggapan atau pendapatnya.
10) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
11) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
12) Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam
B. Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Think Talk Write
a) Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang
penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompoknya.
b) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.
c) Model ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan pada siswa dan guru
berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Guru menjadi monitoring dan menilai
partisipasi siswa terutama dalam diskusi.
C. Kekurangan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu:
a) Model pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu
hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau menemukan
teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa.
b) Tidak semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, M. 2008. Metode Pembelajaran Think-Talk-
Write, (http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajran-think-talk-
write.html, diakses 23 November 2011).
Herdian. 2011. Model Pembelajaran TTW (Think-Talk-
Write), (http://herdy07.wordpress.com/tag/model-pembelajaran-ttw-think-talk-
write/, diakses 23 November 2011).
Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit Pusat Sains dan Matematika
Sekolah UNESA.
Rifa’i, A. dan Anni, C. T. 2005. Psikologi Pendidikan. Semarang: Penerbit Pusat
Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.
Santyasa, I. W. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah ini disajikan dalam
pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan SMA,
Nusa Penida, 29 Juni s.d. 1 Juli.
Suaidin. 2011. Metode Pembelajaran Think-Talk-Write, (http://dikporadompu.net/wp/?
p=71, diakses 23 November 2011).
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Suyitno, A. 2011. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Universitas
Negeri Semarang.
Zulkarnaini. 2011. Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Santyasa, I. W. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah ini disajikan dalam
pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan SMA,
Nusa Penida, 29 Juni s.d. 1 Juli.
Suaidin. 2011. Metode Pembelajaran Think-Talk-Write, (http://dikporadompu.net/wp/?
p=71, diakses 23 November 2011).
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Suyitno, A. 2011. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Universitas
Negeri Semarang.
Zulkarnaini. 2011. Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis. Universitas
Pendidikan Indonesia.

More Related Content

What's hot

Model Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickModel Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickyuli yuliyanti
 
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626Interest_Matematika_2011
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifSaleha Salleh
 
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.New Mubarok
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematikarianti aprilia
 
Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematikaPembelajaran matematika
Pembelajaran matematikaOnny Wiriandi
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNurul Hilal
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaranUNIMED
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranAwaluddin Asham
 
4 model pengajaran
4 model pengajaran4 model pengajaran
4 model pengajaranKamal Khalid
 
Artikel cara berfikir kreatif
Artikel cara berfikir kreatifArtikel cara berfikir kreatif
Artikel cara berfikir kreatifaghery
 
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKASTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKAFebri Arianti
 
Masalah Keterampilan Pembelajaran matematika
Masalah Keterampilan Pembelajaran matematikaMasalah Keterampilan Pembelajaran matematika
Masalah Keterampilan Pembelajaran matematikaArvina Frida Karela
 
Pembelajaran matematika dengan strategi REACT
Pembelajaran matematika dengan strategi REACTPembelajaran matematika dengan strategi REACT
Pembelajaran matematika dengan strategi REACTNovi Hindasah
 

What's hot (20)

Model Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickModel Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stick
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Model
ModelModel
Model
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
 
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
 
65 model pembelajaran
65 model pembelajaran65 model pembelajaran
65 model pembelajaran
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
 
Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematikaPembelajaran matematika
Pembelajaran matematika
 
Pp rt
Pp rtPp rt
Pp rt
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Desain pesan
Desain pesanDesain pesan
Desain pesan
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaran
 
4 model pengajaran
4 model pengajaran4 model pengajaran
4 model pengajaran
 
Artikel cara berfikir kreatif
Artikel cara berfikir kreatifArtikel cara berfikir kreatif
Artikel cara berfikir kreatif
 
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKASTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
Masalah Keterampilan Pembelajaran matematika
Masalah Keterampilan Pembelajaran matematikaMasalah Keterampilan Pembelajaran matematika
Masalah Keterampilan Pembelajaran matematika
 
Pembelajaran matematika dengan strategi REACT
Pembelajaran matematika dengan strategi REACTPembelajaran matematika dengan strategi REACT
Pembelajaran matematika dengan strategi REACT
 

Viewers also liked

Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )
Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )
Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )kakwahyu97
 
Strategi Pembelajaran
Strategi PembelajaranStrategi Pembelajaran
Strategi PembelajaranAmeilya P P
 
Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Tree Myutz
 
Powerpoint seminar proposalku
Powerpoint seminar proposalkuPowerpoint seminar proposalku
Powerpoint seminar proposalkuNur Asiah
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDDchuex AJie
 
Ppt strategi pembelajaran
Ppt strategi pembelajaranPpt strategi pembelajaran
Ppt strategi pembelajaranKhusnul Kotimah
 
ppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranrizka_pratiwi
 

Viewers also liked (8)

Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )
Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )
Model pembelajaran TTW (Think - Talk - Write )
 
Strategi Pembelajaran
Strategi PembelajaranStrategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
 
Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika
 
Powerpoint seminar proposalku
Powerpoint seminar proposalkuPowerpoint seminar proposalku
Powerpoint seminar proposalku
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
Ppt strategi pembelajaran
Ppt strategi pembelajaranPpt strategi pembelajaran
Ppt strategi pembelajaran
 
ppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaran
 

Similar to TTW Model

440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdfJackzid
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnalwandary
 
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)bemgusti
 
Tugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 InternetTugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 Internetiman_hilman
 
L.K. 2.2 MENENTUKAN SOLUSI..pptx
L.K. 2.2  MENENTUKAN SOLUSI..pptxL.K. 2.2  MENENTUKAN SOLUSI..pptx
L.K. 2.2 MENENTUKAN SOLUSI..pptxtonysumbung2
 
Makalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistikMakalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistikPujiati Puu
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaranDani Novita Rahma
 
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...asmaun4
 
Metode diskusi dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...
Metode diskusi  dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...Metode diskusi  dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...
Metode diskusi dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...nurwa ningsih
 
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...Siti Romlah
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranrizka_pratiwi
 
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxSISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxsaibani3
 
Tugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaranTugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajarandhianhariani
 
Komponen t.komunikasi pp
Komponen t.komunikasi ppKomponen t.komunikasi pp
Komponen t.komunikasi ppbaringintinjak
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Aidil Abrar
 

Similar to TTW Model (20)

Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
 
Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
 
440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnal
 
Resume media
Resume mediaResume media
Resume media
 
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
 
Artikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar PembelajaranArtikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar Pembelajaran
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Tugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 InternetTugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 Internet
 
L.K. 2.2 MENENTUKAN SOLUSI..pptx
L.K. 2.2  MENENTUKAN SOLUSI..pptxL.K. 2.2  MENENTUKAN SOLUSI..pptx
L.K. 2.2 MENENTUKAN SOLUSI..pptx
 
Makalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistikMakalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistik
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
 
Metode diskusi dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...
Metode diskusi  dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...Metode diskusi  dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...
Metode diskusi dan kaitannya dengan teori belajar van hiele pada materi bang...
 
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
 
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxSISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
 
Tugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaranTugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaran
 
Komponen t.komunikasi pp
Komponen t.komunikasi ppKomponen t.komunikasi pp
Komponen t.komunikasi pp
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 

TTW Model

  • 1. 14/01/12 Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Oleh : Apripudin, S.Pd Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Metode ini merupakan metode yang dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicara peserta didik. Menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) menyatakan bahwa “The think-talk- write strategy builds in time for thought and reflection and for the organization of ides and the testing of those ideas before students are expected to write. The flow of communication progresses from student engaging in thought or reflective dialogue with themselves, to talking and sharing ideas with one another, to writing”. Artinya, Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik menulis. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut. 1. Think (Berpikir atau Dialog Reflektif) Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Thinking and talking are important steps in the process of bringing meaning into student’s writing”. Maksudnya adalah berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan peserta didik. Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:85) “Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matemtika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan tentang apa yang telah dibaca”. Dalam membuat atau menulis catatan peserta didik membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri.
  • 2. Menurut Wiederhold seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:85) “Membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis”. Selain itu, belajar membuat/menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca, sehingga dapat mempertinggi pengetahuan bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Menurut Gusni Satriawati (2006:2-3) “Dalam pembelajaran matematika berpikir secara matematika digolongkan dalam dua jenis, yaitu berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi”. Contoh berpikir matematika tingkat rendah, yaitu melaksanakan operasi hitung sederhana, menerapkan rumus matematika secara langsung, dan mengikuti prosedur yang baku, sedangkan berpikir tingkat tinggi ditandai dengan kemampuan memahami ide matematika secara lebih mendalam, menggamati data dan mengenali ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi, generalisasi, menalar secara logik menyelesaikan masalah, berkomunikasi secara matemaik, dan mengkaitkan ide matematika dengan kegiatan intelektual lainnya. Pada tahap ini peserta didik akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS), kemudian setelah membaca peserta didik akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu). Selanjutnya peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah yang ada secara individu. Proses berpikir ada tahap ini akan terlihat ketika peserta didik membaca masalah kemudian menuliskan kembali apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain itu, proses berpikir akan terjadi ketika peserta didik berusaha untuk menyelasaikan masalah dalam LKS secara individu. 2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi) Pada tahap talk peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1) connect the language they know from their own personal experiences and backgrounds with the language of mathematics, (2) analyzes and synthesizes mathematical ideas, (3) fosters collaboration and helps to build a learning community in the classroom”. Artinya, peserta didik yang diberikan kesempatan untuk berdiskusi dapat: (1) megkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa matematika, (2) menganalisis dan mensintesis ide-ide matematika, (3) memelihara kolaborasi dan membantu membangun komunitas pembelajaran di kelas.
  • 3. Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga meyebutkan bahwa Talking encourages the exploration of words and the testing of ideas. Talking promotes understanding. When students are given numerous opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way into students’ writing, and the writing further contributes to the construction of meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun dalam tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik dapat mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan untuk dipelajari. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86) mengutarakan talk penting dalam matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika, pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, meningkatkan dan menilai kualitas berpikir karena talking dapat membantu mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam belajar matematika. Pada tahap talk memungkinkan peserta didik untuk terampil berbicara. Pada tahap ini peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi matematika dengan anggota kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah yang telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think. Pada umumnya peserta didik menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) talking dapat berlangsung secara alamiah tetapi tidak menulis. Proses talking dipelajari peserta didik melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosial. Dengan berdiskusi dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam kelas. Berkomunikasi dalam diskusi menciptakan lingkungan belajar yang memacu peserta didik berkomunikasi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman peserta didik karena ketika peserta didik berdiskusi, peserta didik mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan. 3. Write (Menulis) Masingila dan Wisniowska (1996:95) menyebutkan bahwa writing can help students make their tacit knowledge and thoughts more explicit so that they can look at, and reflect on, their knowledge and thoughts. Artinya, menulis dapat membantu peserta didik untuk mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang tersimpan agar lebih terlihat dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.
  • 4. Writing in mathematics helps realize one of the major goals in teaching, namely, that students understand the material being studied (Shield dan Swinson, 1996:35). Artinya, menulis dalam matematika dapat merealisasikan tujuan utama dalam pembelajaran, yaitu pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Selain itu melalui kegiatan menulis dalam pembelajaran matematika, peserta didik diharapkan dapat memahami bahwa matematika dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan diharapkan pula dapat memahami bahwa matematika merupakan bahasa atau alat untuk mengungkapkan ide. Masingila dan Wisniowska (1996:95) juga menyebutkan bahwa for teacher, writing can elicit (a) direct communication from all members of a class, (b) information about student’s errors, misconception, thought habits, and beliefs, (c) various students’ conceptions of the same idea, and (d) tangible evidence of students’ achievement. Artinya, manfaat tulisan peserta didik untuk guru adalah (1) komunikasi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas, (2) informasi tentang kesalahan-kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari para peserta didik, (3) variansi konsep peserta didik dari ide yang sama, dan (4) bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi peserta didik. Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88). Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi matematika secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda dengan apa yang peserta didik tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal ini terjadi karena setelah peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan. A. Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang digunakan adalah: 1) Salam pembuka 2) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
  • 5. 3) Guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan. 4) Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa 5) Siswa secara individu diminta untuk menuangkan gagasan/ide mengenai cara memecahan masalah dalam LKS yang diberikan, dalam bentuk catatan kecil dan yang akan menjadi bahan untuk melakukan diskusi. (Think) 6) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa) 7) Siswa mendiskusikan hasil catatannya (saling menukar ide) agar diperoleh kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk). Guru berkeliling kelas untuk memonitor jalannya diskusi dan jika sangat diperlukan guru dapat membantu seperlunya. 8) Secara individu, siswa menuliskan semua jawaban atas permasalahan dalam LKS yang diberikan secara lengkap, jelas, dan mudah dibaca (write). 9) Beberapa perwakilan kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang tidak terpilih memberikan tanggapan atau pendapatnya. 10) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari 11) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya 12) Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam B. Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Think Talk Write a) Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompoknya. b) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. c) Model ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Guru menjadi monitoring dan menilai partisipasi siswa terutama dalam diskusi. C. Kekurangan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu: a) Model pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau menemukan teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa. b) Tidak semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini DAFTAR PUSTAKA Andriani, M. 2008. Metode Pembelajaran Think-Talk- Write, (http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajran-think-talk- write.html, diakses 23 November 2011). Herdian. 2011. Model Pembelajaran TTW (Think-Talk- Write), (http://herdy07.wordpress.com/tag/model-pembelajaran-ttw-think-talk- write/, diakses 23 November 2011). Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Rifa’i, A. dan Anni, C. T. 2005. Psikologi Pendidikan. Semarang: Penerbit Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.
  • 6. Santyasa, I. W. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah ini disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan SMA, Nusa Penida, 29 Juni s.d. 1 Juli. Suaidin. 2011. Metode Pembelajaran Think-Talk-Write, (http://dikporadompu.net/wp/? p=71, diakses 23 November 2011). Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Suyitno, A. 2011. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Universitas Negeri Semarang. Zulkarnaini. 2011. Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis. Universitas Pendidikan Indonesia.
  • 7. Santyasa, I. W. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah ini disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan SMA, Nusa Penida, 29 Juni s.d. 1 Juli. Suaidin. 2011. Metode Pembelajaran Think-Talk-Write, (http://dikporadompu.net/wp/? p=71, diakses 23 November 2011). Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Suyitno, A. 2011. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Universitas Negeri Semarang. Zulkarnaini. 2011. Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis. Universitas Pendidikan Indonesia.