2. Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu untuk memberikan pengetahuan serat pemahaman yang lebih bagi kita semua, khususnya yang sedang kuliah PPD sebagai bekal untuk menghadapi era perkembangan yang lebih kompetitif saat kita menjadi seorang pendidik. Sehingga ilmu yang akan kita salurka diterima dan bisa mengembangkan kemampuan dari para peserta didik.
7. Tahap permainan khayal. Pada tahap ini anak-anak akan mulai meniru kebiasaan atau kegiatan seseorang yang lebih tua darinya dan bermain secara bersama-sama.
8. Tahap permainan kelompok yang lebih teratur. Ini merupakan perkembangan dari tahap selanjutnya. Dimana sudah ada kepatuhan terhadap otoritas atau kepemimpinan terhadap pemimpin pada permainan atau kelompok.
9. Tahap tim terorganisir. Tahap ini, merek telah berkelompok dengan baik dan mempunyai aturan-aturan.
10. Tahap pubertas. Pada tahap ini, kegiatan kelompok berubah sifatnya. Kelompok sudah menjadi kecil dan bersifat homogin yang berdasarkan atas persamaan minat.
11.
12. Agresi (Agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
13. Berselisih (Bertengkar). Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
14. Menggoda (Teasing), merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
15. Persaingan (Rivaly), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
16. Kerja sama (Cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
17. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior), yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
18. Mementingkan diri sendiri (selffishness), yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya.
19. Simpati (Sympaty), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
20.
21. Lingkungan prenatal, lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode prenatal, individu secara tak langsung medapat pengaruh dari ibunya.
22. Perbedaan individu, merupakan salah atu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak lahir seorang individu dilahirkan dengan keunikan dan cirri khas yang berbeda dengan individu lainnya. Sehingga ia akan bersikap selektif terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan.
23. Lingkungan, kondisi-kondisi di sekitar individu yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Peranan kondisi lingkungan dalam proses sosialisasi tidak menentukan, tapi hanya member batasan dan member pengaruh.
24.
25. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena merupakan buah cinta kasih hubungan suami-istri sehingga melahirkan emosional antara anak dengan kedua orang tuanya.
26.
27. Setelah mempelajari dan mendiskusikan pembahasan makalah ini, kita dapat lihat bahwa perkembangan sosial suatu anak sebagai peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil proses belajar. Begitu juga dengan pendidik, apabila pendidik tak dapat menguasai lingkungan pembelajaran, maka ilmu yang akan ia bagikan tak akan tersalurkan dengan baik.
28. Sebagai pendidik, kita harus memahami kondisi dan karakter dari peserta didik. Setiap orang dilahirkan dengan berbagai ciri khas dan kemampuan (talenta) yang berbeda-beda. Tanpa berinteraksi atau mendekatkan diri kepada mereka, kita tak akan bisa menjadi seorang pendidik yang baik.