Dokumen tersebut membahas masalah-masalah ekonomi pertanian di Indonesia yang meliputi (1) jarak waktu panjang antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan, (2) keterbatasan pembiayaan pertanian, dan (3) tekanan penduduk yang berlebihan terhadap sumber daya pertanian.
2. 1.
Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dengan
penerimaan pendapatan (gestation period)
karena proses produksi pertanian memerlukan waktu
lama
Pada tanaman padi misalnya perlu waktu 3-4 bulan
baru bisa menghasilkan. Pada tanaman perkebunan
dan buah-buahan perlu waktu 4-8 tahun. Keadaan ini
akan mempengaruhi tingkat resiko usaha, tingkat
pengembalian modal. Resiko usaha bisa berupa
resiko fisik dan pasar.
Resiko fisik berarti kemungkinan kegagalan panen
atau pengurangan panen yang disebabkan
bermacam-macam faktor seperti banjir, kekeringan,
hama dan penyakit, dan bencana lainnya.
Resiko pasar bisa berupa terjual produknya dengan
harga murah atau tidak ada pembeli.
3. Kalau hasilnya lama baru diperoleh akan
menurunkan nilai kini hasil tersebut.
Harga rendah pada musim panen dan harga
tinggi pada musim paceklik
Pendapatan hanya diterima pada musim
panen, sedang pengeluaran setiap hari
Pengeluaran mendadak sebelum panen tiba
mengakibatkan sistem “ijon”
4. 2. PEMBIAYAAN PERTANIAN
Pemberian kredit bagi usahatani dengan
bunga rendah:
Seperti :BIMAS, INMAS, ……….., KUR
Masalahnya :
Harus ada jaminan (125-150% dari besar
hutang)
Penggunaannya tidak sesuai dengan
peruntukannya
Kredit macet
5. 3. TEKANAN PENDUDUK DAN PERTANIAN
Teori Malthus :
Pertambahan penduduk
deret ukur
Pertambahan makanan
deret hitung
Kepadatan penduduk tinggi
Distribusi penduduk tidak merata
6. Akibatnya :
1. Persediaan lahan untuk pertanian mengecil
2. Produksi bahan makanan per jiwa yang
terus menurun
3. Bertambahnya pengangguran
4. Memburuknya hubungan pemilik tanah
7. 4. Merupakan pertanian rakyat
Sebagian besar pertanian Indonesia merupakan
pertanian rakyat.
Ciri-ciri pertanian rakyat : 1] skala usaha kecil,
rata-rata penguasaan lahan pertanian hanya
sekitar 0,5 hektar, 2] tidak ada pembedaan antara
usahatani dan rumahtangga, misalnya rumah
yang sekaligus merupan gudang, kandang
ternak, keuangan usaha dan rumah tangga
tercampur, 3] manajemennya tidak profesional.
5. Bersifat ekstensif
Pertanian membutuhkan lahan yang luas.
Keadaan ini berimplikasi bahwa lahan di kota
pasti kalah bersaing dengan kegunaan usaha
lain.
8. 6. Hasil pertanian sukar dikuasai
Proses produksi pertanian banyak ditentukan oleh
alam, sehingga jumlah dan kualitas hasilnya sering
tidak bisa dikuasai. Keadaan ini mengakibatkan
perlunya proses sortasi dalam penanganan
pascapanen.
7. Spesialisasi dalam pertanian sukar diterima
Spesialisasi dapat dibedakan menjadi spesialisasi
produksi dan tenaga kerja.
Spesialisasi produksi berarti menghasilkan satu
macam produk, karena pertanian beresiko tinggi
maka tidak banyak petani yang melakukannya.
9. Spesialisasi tenaga kerja banyak dilakukan di
pabrik atau industri, tetapi tidak berlaku di
pertanian. Umumnya tenaga kerja dapat bekerja
pada beberapa pekerjaan. Tetapi ada kebiasaan
di masyarakat tertentu yang pekerjaannya
berdasarkan jenis kelamin, misalnya wanita
bekerja di penyiangan, panen, sedang laki-laki
bekerja mencangkul, sopir traktor dan pekerjaan
yang relatif berat.
8. Harga hasil pertanian selalu berfluktuasi
fluktuasi siklus: siklus produksi
fluktuasi musiman