Cerita pendek mengisahkan petualangan Butet, mahasiswi Batak, saat menghadapi ujian di villa milik keluarganya di Puncak. Setelah singgah di Pasaribu untuk makan, ia melanjutkan perjalanan dan menikmati keindahan alam di villa. Namun ia terpeleset dan bibirnya terluka, sehingga harus diobati di puskesmas setempat. Malamnya, ia dikejutkan suara aneh di luar namun ternyata hanya kucing.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
PERKUMPULAN MARGA
1. PERKUMPULAN MARGA – MARGA BATAK
Alkisah, Butet si Gadis Cantik dari Batak akan menghadapi ujian semester. Agar
bisa konsentrasi, dia memutuskan menyepi ke villanya di Puncak. Setelah keluar dari jalan
tol Jagorawi, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu Cipanas.
Beberapa pemuda tanggung langsung Hutasoit-soit melihat Butet yang seksi itu.
Tapi Butet tidak peduli, dia jalan Sitorus memasuki rumah tanpa menanggapi. Sepiring
Naibaho yang hangat dengan ikan gurame yang dibakar dengan Batubara membuatnya
semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan semangkok Nababan yang hijau segar.
Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan kesana ber-
bukit-bukit. Kadang Nainggolan, kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak
Pohan. Kebanyakan Pohan “Tanjung“. Beberapa diantaranya ada yang Simatupang
diterjang badai semalam.
Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil, wow … Siregar sekali
hawanya, berbeda dengan Jakarta yang Panggabean penuh asap. Hembusan Perangin-
angin pun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh Simarmata memandang warna hijau
semuanya. Tidak ada tanah yang Girsang.
Mulanya Butet ingin berenang. Tetapi yang ditemukan hanyalah bekas kolam
renang yang akan di-Hutahuruk dengan Tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan
untuk berjalan-jalan di kebun teh saja. Sedang asik- asiknya menikmati keindahan alam,
tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang sangat besar “Sinaga….. ! “, teriaknya sambil
lari Sitanggang langgang. Celakanya dia malah terpeleset dari Tobing yg tinggi sehingga
bibirnya Sihombing. Kasihan sekali, Butet menangis Marpaung-paung lantaran kesakitan.
Tetapi, dia lantas ingat bahwa sebagai orang Batak pantang untuk menangis. Dia harus
Togar! Maka, dengan menguatkan, dia pergi ke Puskesmas setempat untuk melakukan
Panjaitan terhadap bibirnya yang Sihombing itu. Mantri Puskesmas tergopoh-gopoh
Simangunsong di pintu untuk menolongnya.
“Hmmm, ongkosnya Pangaribuan“, kata mantri setelah memeriksa sejenak.
“Itu terlalu mahal …. bagaimana kalau Napitupulu saja … “, tawar si butet.
“Napitupulu terlalu murah, mengertilah saya sebagai PNS Pandapotan saya khan kecil
sekali, ekonomi keluarga saya sudah sangat Ginting sekali”, kata mantri memelas
“Jangan begitulah, masa tidak Siahaan melihat bibir saya begini?”.
“Baiklah, tapi Panjaitan-nya pakai jarum Sitompul saja”, sahut mantri mulai agak kesal
“Cepatlah …. ! aku sudah hampir Munthe, yach ….. Saragih sedikit tidak apa-apalah, dari
pada bibirku Sihombing terus”
Malamnya, ketika sedang asik belajar sambil makan kue Lubis kegemarannya,
sayup-sayup dia mendengar lolongan Rajagukguk. Wah, Butet bonar-bonar ketakutan.
Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi “Poltak….! ” keras sekali. “Ada
Situmorang ……! “, “Sialan, cuma kucing …. “, desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir
yang Silaen-laen.
Selesai belajar, Butet menyalakan televisi. Ternyata ada siaran Discovery Channel
yang menampilkan Hutabarat Amazon di Kanada yg terkenal itu serta Simamora gajah
purba yang berbulu lebat. Saat commercial break, muncul lagu nasional RI yang terkenal
dengan seruannya “Simanjuntak gentar, Sinambela yang benar ! “.
2. Keesokan harinya, Butet kembali ke Jakarta dan langsung pergi ke kampus. Di
depan ruang ujian dia membaca tulisan “Harahap tenang, ada ujian “. Butet bergumam
“Ah, aku khan Marpaung, boleh ribut dong!”.