Makalah ini membahas tentang mengatasi alergi susu sapi pada anak usia dini. Alergi susu sapi disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, serta sistem kekebalan tubuh anak yang belum matang. Gejalanya berupa gangguan kulit, saluran cerna, dan pernafasan. Cara mengatasinya adalah mengganti susu sapi dengan susu formula hypoallergenic atau susu kambing/domba yang sesuai dengan gejala anak.
1. KARYA TULIS
MENGATASI ALERGI SUSU SAPI YANG DIALAMI OEH
ANAK USIA DINI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Anak Usia Dini
Disusun oleh :
Yogi Ardiani
K8110061
PG-PAUD/ IVB
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Gizi Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
Penulis tidak akan berhasil menyelesaikan makalah ini tanpa ada bimbingan dan
bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan motivasi.
3. Idam Ragil W. A., M.Pd dan Dra. Yulianti, M.Pdselaku dosen pengampu mata kuliah
Gizi Anak Usia Dini.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan,
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas ini. Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis pada
khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 08 Juni 2012
Penulis
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman yang serba instant ini, banyak ibu yang kurang memperhatikan gizi
terhadapa asupan makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh anaknya. Hal tersebut
dapat ditunjukan oleh banyaknya kaum ibu yang menggunakan susu formula dan
beranggapan kalau tidak apa-apa mengganti asupan susu ASI dengan susu formula. Tetapi
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. Namun, pada kondisi tertentu ibu
tak bisa memproduksi ASI sehingga bayi membutuhkan susu formula untuk memenuhi
asupan gizi.
Banyaknya bayi dan anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang mengonsumsi
susu formula, alergi susu sapi pun jadi kasus yang sering dijumpai. Sekitar 2 hingga 7,5
persen balita mengalami alergi susu sapi. Apabila tidak ditangani dengan tepat, alergi ini bisa
mengganggu tumbuh kembang anak.
Keadaan inilah yang mendorong penulis untuk membuat karya tulis tentang
“Mengatasi Alergi Susu Sapi yang Dialami oleh Anak Usia Dini”.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah penyebab terjadinya alergi susu sapi yang dialami oleh anak usia dini?
2. Bagaimanakah gejala-gejala yang timbul akibat alergi susu sapi?
3. Bagaimanakah cara mengatasi alergi yang terjadi pada anak usia dini karena alergi
terhadap susu sapi?
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
MENGATASI ALERGI SUSU SAPI YANG DIALAMI OLEH ANAK
USIA DINI
Alergi adalah suatu kegagalan kekebalan tubuh terhadap bahan-bahan tertentu. sistem
kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk melindungi dari bahaya infeksi, jika Sistem
kekebalan tubuh ini menyerang virus atau bakteri yang ada dalam tubuh, dapat menyebabkan
jatuh sakit. Alergi bisa terjadi karena makanan, infeksi atau faktor lingkungan. Semua
makanan, pada prinsipnya, dapat menjadi penyebab alergi, hanya derajatnya berbeda. Ada
yang mudah membuat alergi dan ada yang jarang membuat alergi. Ada beberapa makanan
yang harus dipantang seumur hidup, misalnya seafood. Tapi ada pula yang hanya dipantang
untuk beberapa saat, seperti alergi susu sapi.
A. PENYEBAB ALERGI TERHADAP SUSU SAPI YANG DIALAMI ANAK
Bayi yang alergi terhadap susu sapi, dikarenakan sistem kekebalan tubuh bayi
tersebut tidak dapat membedakan protein susu dengan virus atau bakteri yang masuk ke
dalam tubuh. Respon dari kekebalan tubuh kita terhadap protein susu sapi dan juga
gejala-gejala akibat dari hal tersebut, dinamakan reaksi alergi. Respon kekebalan tubuh
akibat alergi susu sapi seringkali muncul hanya dalam jangka waktu beberapa menit
setelah bayi mengkonsumsi susu dan mungkin berlangsung atau berkembang dalam
jangka waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
Alergi susu sapi pada prinsipnya dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
genetika dan lingkungan. Anak yang punya faktor genetik atau keturunan alergi, tidak
alergi kalau tidak bertemu dengan faktor lingkungan. Sebaliknya, jika lingkungan penuh
zat-zat alergi, anak tidak akan alergi kalau tidak ada faktor genetik (keturunan).
Bayi mempunyai sistem imum yang masih imatur dan rentan. Alergi susu
biasanya terjadi saat sistem imun bayi menyadari (atau mengganggap) bahwa kandungan
protein pada susu sapi sebagai zat yang berbahaya. Sistem kekebalan tubuh bayi akan
melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun
akan muncul. Alergi susu sapi bisa terjadi karena anak sensitif terhadap komponen
protein susu sapi atau pada proses pembuatan susu tersebut. Tubuh sensitif dan protein
5. 5
susu dianggap musuh. Jika tubuh merasa dimusuhi, maka tubuh akan mulai bereaksi
berupa alergi. Protein susu sapi juga bisa menjadi masalah bagi kekebalan tubuh yang
rendah. Selain itu, juga terjadi akibat saluran cerna anak yang belum berfungsi sempurna.
Sehingga, protein susu sapi belum dapat dicerna atau dipecah dengan baik dalam tubuh
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan, bahwa faktor-faktor
penyebab alergi terhadap susu sapi adalah:
1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
3. Faktor usia (kematangan)
B. CIRI-CIRI ATAU GEJALA ANAK YANG ALERGI TERHADAP SUSU SAPI
Terjadinya alergi susu sapi pada anak terutama ketika tahun-tahun pertama
kehidupan bayi, dan akan tampak lebih jelas sewaktu bayi mulai disapih. Gejala klinis
yang muncul sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat, dan mulai
munculnya gejala dapat cepat terlihat setelah beberapa menit meminum atau memakan
bahan makanan yang terbuat dari susu sapi atau setelah beberapa jam kemudian. Gejala
pada alergi susu sapi hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Biasanya akan
menyerang kulit, saluran cerna, dan saluran napas. Reaksi akut (jangka pendek) yang
sering terjadi adalah gatal-gatal pada kulit. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang)
yang terjadi adalah asma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Terdapat
3 pola klinis respon alergi protein susu pada bayi yaitu:
1. Rekasi Cepat
Gejala terlihat dalam 45 menit setelah anak minum susu sapi. Jika muncul bintik
merah (seperti campak) atau gatal pada kulit bayi. Bisa juga terjadi gangguan sistem
saluran napas seperti napas berbunyi “ngik,” bersin, hidung dan mata gatal, dan mata
merah. Reaksi ini adalah reaksi yang diperantarai IgE (Imunoglobulin E). Reaksi
anafilaksis adalah keadaan emergensi yang memerlukan terapi dengan suntikan
epinefrin (adrenalin) yang dilakukan di instalasi gawat darurat. Gejalanya dapat
berupa penyempitan saluran nafas termasuk pembengkakan di tenggorokan sehingga
mengalami kesulitan bernafas, wajah merah, gatal-gatal, sampai syok dengan
penurunan tekanan darah.
6. 6
2. Reaksi Sedang
Gejala terlihat antara 45 menit hingga 20 jam setelah bayi mengonsumsi susu sapi.
Gejala yang sering timbul adalah muntah atau diare. Diare alergi susu sapi dapat juga
muncul pada bayi-bayi yang meminum ASI yang di dalam diet ibunya mengandung
susu sapi karena alergen protein susu sapi dapat melewati ASI. Gejala diare oleh
alergi susu sapi harus dibedakan dengan diare yang disebabkan oleh intoleran susu
sapi (tidak diterimanya susu) oleh susu bayi, terutama intoleran terhadap laktosa,
yaitu karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu. Diare karena intoleran laktosa
disebabkan karena kekurangan enzim laktase di dalam saluran cerna bayi, yang
berperan menghidrolisis (mengubah) laktosa yang ada di dalam susu menjadi glukosa
dan galaktosa (gula susu) yang mudah diserap oleh usus bayi. Kekurangan enzim
laktase dapat terjadi primer yaitu dibawa sejak lahir, atau didapat setelah lahir seperti
bayi yang lahir sebelum cukup bulan (prematur), setelah diare mendadak yang
disebabkan infeksi seperti infeksi virus yang menyebabkan rusaknya mukosa
(permukaan usus) yang berperan memproduksi enzim laktase. Mekanisme diare alergi
susu sapi berbeda dengan diare yang disebabkan intoleran laktosa, bukan karena
kekurangan enzim laktase, tetapi terjadi melalui perantaraan reaksi imunologik tubuh
(zat anti dari sistem pertahanan tubuh) terhadap protein susu. Reaksi ini akan
melepaskan bahan-bahan yang disebut dengan mediator (seperti histamin,
prostaglandin, leukotrin) yang menimbulkan gejala klinis tergantung dari organ
tempat terjadinya reaksi tersebut. Bila menyerang saluran cerna, gejala yang paling
sering muncul adalah diare yang bisa terjadi berkepanjangan selama meminum atau
memakan makanan yang berasal dari susu sapi, dapat pula disertai gejala kolik, kran,
mual, dan muntah.
3. Reaksi Lambat
Gejala mulai terlihat lebih dari 20 jam setelah bayi minum susu. Tanda-tanda yang
sering timbul adalah diare, konstipasi (sulit buang air besar) dan dermatitis (gangguan
kulit). Beberapa gejala yang terlihat pada bayi dengan alergi susu sapi sebagian besar
mengenai saluran cerna karena kontak yang pertama kali adalah daerah tersebut,
gejala-gejalanya:
a. Bengkak dan gatal di bibir sampai lidah dan orofarings
b. Nyeri dan kejang perut.
c. Muntah sampai diare berat dengan tinja berdarah.
7. 7
Menurut perantaranya, alergi susu sapi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Diperantarai IgE
Ig (imunoglobulin) merupakan suatu jenis protein yang diproduksi oleh sel-sel plasma
dan limfosit, yang merupakan benteng pertahanan tubuh. Huruf E menandakan
erythema (warna kemerahan di kulit). Penderita alergi biasanya kadar IgE di dalam
darahnya meningkat.
Alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE (imunoglobulin tipe E) timbul dalam waktu
30-60 menit setelah mengkonsumsi susu sapi. Karena timbulnya cepat, maka disebut
juga sebagai hipersensitivitas segera atau tipe I. Ditandai dengan munculnya gejala,
seperti: biduren, perubahan warna ruam kulit, eksim yang umumnya terlihat jelas di
pipi, muntah, nyeri perut, mencret, bersin, hidung dan mata terasa gatal, mata merah,
gangguan napas seperti: asma, bronkitis. Alergi susu sapi tipe ini relatif mudah
didiagnosis oleh dokter.
2. Tidak Diperantarai IgE
Alergi susu sapi yang tidak diperantarai oleh IgE, namun diperantarai oleh IgG dan
IgM, timbul dalam waktu 1-3 jam hingga beberapa hari setelah minum susu sapi.
Karena timbulnya lambat, maka disebut juga sebagai hipersensitivitas lambat atau tipe
Ilambat. Ditandai dengan munculnya gejala: kolik (rasa nyeri atau tidak nyaman di
perut), radang saluran pencernaan (usus halus, usus besar, anus), kembung, mencret
(dapat berlangsung hingga lebih dari 2 minggu), mual, muntah, anemia (kekurangan
sel darah merah dan hemoglobin), dan gangguan hingga kegagalan tumbuh-kembang.
Manifestasi klinis lain yang mungkin timbul antara lain: gatal dan pembengkakan
bibir, mulut, dan tenggorokan, sulit buang air besar hingga menahun, berat badan
menurun, cairan tubuh berkurang (dehidrasi), perubahan pola pergerakan usus.
Sedangkan batuk menahun, bersin-bersin di pagi hari, dan radang telinga tengah
jarang dijumpai.
Umumnya, 80% gejala alergi susu sapi akan menghilang sebelum anak berusia 3
tahun.
8. 8
C. CARA MENGATASI ALERGI SUSU SAPI PADA ANAK USIA DINI
Jika anak positif mengalami alergi terhadap susu sapi, bukan berarti menghalangi
pertumbuhan dan perkembangannya. Karena ada beberapa alternatif pengganti susu pada
anak yaitu:
1. Susu Hypo-Allergenic
Susu hipoalergenik yaitu susu sapi yang sudah diproses hidrolisis parsial yang
digunakan untuk pencegahan. Susu formula hypo-allergenic mengandung protein
telah dipotong-potong sedemikian rupa sehingga bayi lebih mudah mencerna
kandungan protein yang diperlukannya dalam susu tersebut.
2. Susu Hidrolisis Ekstensif (EHF)
Susu hidrolisis ekstensif yaitu susu sapi yang sudah diproses hidrolisis sempurna dan
digunakan untuk anak yang sudah alergi susu sapi. Susu ini merupakan susu yang
telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memecah sebagian besar enzim yang
menyebabkan gejala alergi. Ini adalah alternatif pilihan pertama untuk bayi di bawah
6 bulan dengan alergi susu sapi
3. Formula kedelai (soy formula)
Formula kedelai yaitu susu yang berasal dari kacang kedelai. Susu formula kedelai
tidak direkomendasikan untuk bayi di bawah 6 bulan tapi bisa dicoba pertama sebagai
susu alternatif pada bayi usia di atas 6 bulan .
4. Formula Asam Amino (AAF)
Formula asam amino adalah susu yang benar-benar diuraikan dengan menghilangkan
protein yang menyebabkan alergi. Ini akan diperlukan sekitar 10% dari alergi susu
sapi anak-anak. Contoh formula asam amino ini adalah Neocate dan Elecare.
Sebagian besar anak-anak sembuh dari alergi susu sapi pada usia 3 tahun. Setelah
anak Anda berusia lebih dari 12 bulan dan telah mendapatkan diet tanpa susu sapi selama
minimal 6 bulan,
9. 9
Selain melalui pengganti susu sapi, ada beberapa cara yang harus dilakukan oleh
orang tua, yaitu:
1. Jangan ragu memberikan anak ASI
Nutrisi alami yang terkandung dalam ASI sangat penting bagi sistem imun bayi, juga
tidak akan menimbulkan alergi pada anak. Hanya saja, ibu hendaknya menghindari
segala makanan yang berbasis susu (dairy products).
2. Menunda pemberian susu sapi
Penundaan ini dapat dilakukan sampai anak berusia 6-12 bulan, makanan padat
seperti telur 12-24 bulan, dan kacang atau sea food 24-48 bulan.
3. Menghindari semua produk susu sapi atau produk olahannya
Jika anak mengalami alergi terhadap susu sapi agar tidak menjadi semakin parah,
maka anak harus dihindarkan produk-produk yang berbahan susu sapi, seperti: keju,
es krim, yoghurt, karamel susu, tahu susu, kerupuk susu, dodol susu,, juga protein
susu mamalia lainnya, seperti: domba, kambing, kerbau, atau kuda, karena berisiko
terjadinya reaksi silang alergenik.
Pencegahan alergi makanan secara umum terbagi menjadi 3 tahap, yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer, bertujuan menghambat sesitisasi imunologi oleh makanan
terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E (IgE).. Pencegahan ini dilakukan
sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan penyebab alergi. Hal ini dapat
dilakukan sejak saat kehamilan.
2. Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mensupresi (menekan) timbulnya penyakit
setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi
manifestasi penyakit alergi belum muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara
pemeriksaan IgE spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji kulit. Saat
tindakan yang optimal adalah usia 0 hingga 3 tahun.
3. Pencegahan tersier, bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan setelah timbulnya
alergi. Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan
manifestasi penyakit yang masih dini tetap[i belum menunjukkan gejala penyakit
alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang optimal adalah usia 6 bulan hingga 4 tahun
10. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertolak dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Faktor-faktor penyebab alergi susu sapi yang dialami oleh anak usia dini adalah faktor
genetik, lingkungan, dan usia (kematangan).
2. Gejala-gejala yang muncul akibat alergi susu sapi, yaitu gatal-gatal, gangguan
pernapasan, diare, muntah-muntah, nyeri perut, dan kembung.
3. Cara untuk mengatasi alergi susu sapi adalah dengan pemberian asupan pengganti
(formula susu hypo-allergenic, hidrolisis ekstensif, asam amino, atau formula
kedelai), menghindarkan anak dari produk-produk yang berasal dari susu sapi,
memberi ASI.
B. Saran
Melalui karya tulis ini, penulis memberikan saran kepada orang tua ataupun pendidik
untuk selalu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga bila
terjadi masalah dapat ditanggulangi sedini mungkin termasuk perhatian setiap
makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh anak. Karena faktor gizi dari makanan
dan minuman ikut ambil andil dalam perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini
11. 11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Mengatasi Alergi Susu Sapi. Diperoleh dari http://e-
kehamilan.blogspot.com/2009/01/mengatasi-alergi-susu-sapi.html pada tanggal 8 Juni
2012.
Anonim. (2010). Alergi Susu Sapi. Diperoleh dari
http://sigodangpos.blogspot.com/2010/08/alergi-susu-sapi.html pada tanggal 8 Juni
2012.
Anonim, (2011). Alergi Susu Sapi Tak Hambat Tumbuh Kembang. Diperoleh dari
http://health.kompas.com/read/2011/07/20/16213099/Alergi.Susu.Sapi.Tak.Hambat.T
umbuh.Kembang pada tanggal 8 Juni 2012.
Anonim. (2012). Deteksi dan Pencegahan Alergi Sejak Bayi.
http://mamaimut.wordpress.com/2012/04/27/deteksi-dan-pencegahan-alergi-sejak-
bayi-bagian-2/#more-288 pada tanggal 8 Juni 2012.
Anonim. Gizi dan Kesehatan Anak. Diperoleh dari
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/mengatasi.alergi.susu.sapi/
001/001/506/257/-/4 pada tanggal 8 Juni 2012.
Anomim. Kenali Gejala Alergi Susu Sapi. Diperoleh dari
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/kenali.gejala.alergi.susu.sa
pi/001/001/1073/1/4 pada tanggal 8 Juni 2012.
Felicia, Nadia. (2012). Tanda-tanda Alergi Susu Sapi. Diperoleh dari
http://www.beritasatu.com/keluarga/40325-tanda-tanda-anak-alergi-susu-sapi.html
pada tanggal 8 Juni 2012.
Sayoeti, Yorva. (2009). Kesehatan Anak. Diperoleh dari
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=196541514338 pada tanggal 8 Juni
2012.
Suara Merdeka.(2010). Mengatasi Alergi Susu Sapi. Diperoleh dari
http://www.rumaherbal.com/artikel/artikel-kesehatan/mengatasi-alergi-susu-sapi/
pada tanggal 8 Juni 2012.
Sudilarsih, Feni. (2010). Mampu Mengatasi 1001 Masalah Batita Anda Sehari-hari. Yogya
karta: Garailmu, hal. 14-16.
Santoso, Soegeng. (2008). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 6.9-6.10.