SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  4
Suara Pembaruan 
Minggu, 01 Juli 2007 
Dongeng untuk Anjeli 
Cerpen: Willy Hangguman 
Telepon di atas meja kerja Nadia berdering. "Mami, jangan lupa dongengnya?" terdengar 
suara mungil se- orang anak perempuan. 
"Tentu, Anjeli. Mami mempunyai dongeng yang istimewa," Nadia berjanji kepada putri 
sulungnya, Anjeli. Hari itu Anjeli genap enam tahun dan dia minta kado didongengi. 
"Dongeng tentang apa, Mami?" 
"Pondik." 
"Apa itu?" 
"Dongeng dari Manggarai, Flores, dari kampung Opa Yulman." 
"Pondik itu, siapa?" 
"Seorang laki-laki Manggarai yang dianggap bodoh, namun sebenarnya cerdas." 
"Cepat pulang, ya, Mami! Anjeli sudah tak sabar ingin dengar ceritanya." 
Hati Nadia pengap oleh rasa bahagia. Anjeli ternyata rindu pada dongengnya. Selama ini 
dia selalu merasa cemburu pada pesawat televisi yang ada di ruang keluarga. Anjeli suka 
cuek pada dirinya saat duduk di depan pesawat televisi. Malah dia lebih mentaati acara 
televisi daripada perintah orangtuanya. Televisi telah menjadi idolanya yang dengan sabar 
mendongeng untuknya. Televisi tak pernah mengeluh capek saat mendongeng. Tidak 
seperti ibunya yang suka mengeluh capek pulang kerja. Begitu juga bapaknya. Nadia 
merasa diejek televisi karena berhasil merebut Anjeli. 
Nadia makin terkejut karena anaknya makin dikuasai oleh televisi. Ceritanya, suatu hari, 
seusai pulang taman kanak-kanak Anjeli menunjukkan gambar-gambar yang dibuatnya di 
sekolah dengan penuh semangat kepadanya. 
"Mami, lihat ini," katanya sambil menunjukkan tiga lembar kertas gambar yang sangat 
ramai dengan pesta warna. Nadia memperhatikan gambar-gambar itu. 
"Oi, anak mama ternyata sudah pandai menggambar," Nadia memuji. 
"Bagus nggak, Ma?" 
"Bagus sekali," dia memuji lalu menarik anak perempuan itu, memeluknya erat-erat, 
mencium kedua pipinya. 
Setelah anaknya pergi bermain, Nadia memperhatikan kembali gambar-gambar yang dibuat 
oleh anaknya. Dia tersentak, televisi telah berhasil mengajarinya dengan gambar-gambar 
dari negeri asing, dari negeri televisi, dari negeri maya. Ada Doraemon, Satria Baja Hitam, 
Hercules dan Xena. Dia tidak menggambar ayam, bebek, kucing, dan burung. Dia tidak 
melukis Gatotkaca dan Anoman. Rasa cemburu dan geram mengguncang-guncangkan hati 
Nadia karena televisi telah berhasil merebut anaknya. Ingin dia mencampakkan pesawat
televisi dari rumahnya. Namun itu tidak mungkin. Orang kota seperti dirinya membutuhkan 
televisi, sama seperti membutuhkan nasi dan sayur. Televisi telah menjadi bagian dari 
hidupnya, identitas dirinya. 
Televisi telah berhasil menggusur dirinya dalam merebut hati Anjeli. Televisi memang 
penuh pesona. Dia menyadari televisi selalu lebih sabar dan ramah kepada Anjeli 
dibandingkan dengan dirinya. Televisi tak pernah marah, bila Anjeli tidak mengganti 
seragamnya setelah pulang sekolah. Dengan tangan terbuka dia mengatakan, "Datanglah 
kepadaku, dengarlah dongeng-dongengku sepuas-puasnya, Anjeli. Saya tidak peduli 
engkau belum mandi. Kalau engkau mendengarku sampai lupa makan, sampai lupa belajar, 
sampai lupa pekerjaan rumah yang ditugaskan Guru Omar Bakrii, sampai lupa ibu dan 
bapakmu juga, saya tidak marah. Saya siap menjadi orangtuamu. 
"Ibumu, ayahmu telah membawa saya tinggal di rumah ini dan mendapat ruang penting 
dalam rumah, ruang keluarga. Saya merasa sangat terhormat, bisa menjadi bagian penting 
dari keluargamu. Saya hanya bisa berterima kasih dengan menawarkan mimpi-mimpi 
kepadamu. Nontonlah sekuat-kuatnya dan sepuas-puasnya. Dengarlah sekuat-kuatnya. Saya 
tidak mengenal lelah. Saya juga siap dibangunkan kapan saja untuk mendongeng. Kamu 
terlalu baik pada saya, Anjeli." Nadia sakit hati mendengar televisi mengejeknya. 
Nadia pernah mencoba merebut anaknya dari pelukan televisi dengan dongeng Malin 
Kundangii, suatu kisah anak durhaka. Malin Kundang yang sudah sukses, tidak mau 
mengakui ibu kandungnya di depan istrinya yang cantik karena ibunya hanyalah seorang 
perempuan desa biasa. Anjeli tertarik. Nadia merasa bahagia. 
"Anjeli sayang sama Mama, nggak?" tanya Nadia setelah mengakhiri dongennya. 
"Sayang. Anjeli nggak mau jadi anak durhaka, Ma," jawab Anjeli. Matanya berkaca-kaca. 
Dulu, Malin Kundang juga membuat air mata Nadia berlinang karena terharu ketika ibunya 
mendongenginya. Bila ada paman atau bibinya yang datang ke rumahnya, Nadia selalu 
merengek minta didongengi. Bahagia rasanya bila omanya datang. Omanya pandai 
mendongeng. Dongengnya macam-macam. Nadia biasanya minta untuk tidur bersama 
omanya agar bisa menikmati dongeng yang lezat. 
Sekarang, dia ingin mewariskan pengalaman masa kecilnya untuk putrinya sendiri, Anjeli. 
Dia tahu dongeng itu banyak manfaatnya bagi Anjeli. Dongeng menyiapkan ruang 
imajinasi untuk petualangan anaknya. Di ruang imajinasi itulah anaknya bisa bermain, 
mengembangkan pikirannya. 
Televisi telah menyandera anak-anak kota besar, termasuk Anjeli, untuk tidak mau 
bermain, kecuali duduk takluk di depannya. Nadia sempat menolak rencana suaminya 
untuk membeli home theater yang mampu memanjakan mata dan telinga dengan gambar-gambar 
dan bunyi yang terasa live, di mana penontonnya merasa ikut terlibat dalam 
peristiwa yang sedang ditayangkan di layar televisi. Dia menyadari, kenikmatan menonton 
akan membuat Anjeli makin betah mendengar dongeng dari televisi dan malas bermain. 
Kelak dia juga akan malas membaca. Televisi akan menjadi idola Anjeli. Nadia merasa 
sangat khawatir. 
"Televisi tidak boleh menguasai anakku. Aku akan merebut dari pelukannya," geram hati 
Nadia. Dia mencemaskan anaknya menjadi manusia square eyes, menjadi manusia malang 
seperti Chips Gordon yang diperankan Jim Carrey dalam film The Cable Guy. 
Nadia menyadari tidak mudah menjadi orangtua di zaman televisi. Pada masa kecilnya di 
Ruteng, tak ada televisi. Jangankan pesawatnya, kata televisi belum sampai ke sana. Ketika
ayah Nadia membeli sebuah radio, rasanya bahagia luar biasa. Benda berbentuk seperti 
kotak itu mampu menangkap suara dari RRI Jakarta dan RRI Makassar, bahkan suara dari 
benua lain seperti BBC London, Hilversum Belanda, Deutche Welle Jerman, dan Radio 
Australia dari Melbourne, Australia. Benda itu membuat Nadia terkagum-kagum pada 
radio. 
Pernah dia berpikir, mereka yang berbicara dan menyanyi di radio tentu tinggal di dalam 
kotak kecil itu. Dia berusaha keras mengintip mereka. Ketika ayahnya membuka bagian 
belakang radio untuk mengganti batu baterei, barulah dia yakin tak ada yang menghuni 
kotak tersebut. Namun dia tetap tidak mengerti bagaimana kotak itu bisa menangkap 
pembicaraan orang di belahan dunia lain, menangkap suara merdu Titik Sandora dan 
Muchsin Alatas di akhir tahun 60-an, dan musik ngak-ngik-ngok The Beatles dari 
Liverpool sana. Pada masa itu tak banyak keluarga di kota kecil itu memiliki radio. 
Keluarga Nadia termasuk beruntung. 
Gedung bioskop juga belum ada di sana waktu itu. Namun sesekali penduduknya bisa juga 
menikmati film. Pater Klisan, seorang pastor misionaris dari Eropa, sering menghibur 
penduduk kota itu dengan film. Dialah satu-satunya yang memiliki proyektor di kota itu, 
mungkin juga di kabupaten itu sampai awal tahun 70-an. Bila ingin memutar film, biasanya 
dipakai sebuah gedung yang sehari-harinya digunakan sebagai gedung sekolah dasar. Sejak 
zaman Belanda dan Jepang gedung itu memang sudah dipakai untuk sekolah. Bangunan itu 
pernah pula dimanfaatkan sebagai gedung kesenian, tempat main drama. Kota kecil itu 
sempat memiliki kelompok teater. Belakangan kegiatannya terbengkalai. Namun 
panggungnya masih bagus. Rumah Nadia tidak jauh dari situ. 
Biasanya, bila ada pemutaran film, Nadia dan teman-temannya telah menyelinap ke gedung 
sebelum acara pemutaran film dilaksanakan. Bersembunyi di bawah kolong panggung 
teater. Begitu malam tiba, mereka keluar dari sarang persembunyian, bergabung dengan 
penonton lain yang masuk ke sana dengan membayar karcis masuk. Layarnya dari kain 
putih biasa yang dibentangkan begitu saja. Kesannya darurat. Namun itu sudah lebih dari 
cukup untuk penonton di kota kecil tersebut waktu itu. 
Masuk ke sana bukan masuk ke "gua yang gelap" gedung bioskop modern seperti sekarang. 
Lampu listrik dari motor disel menyala terang benderang ketika penonton masuk ruang 
bioskop darurat itu. Listrik untuk masyrakat belum menyala di sana waktu itu. Orang 
menggunakan lampu gas atau teplok untuk penerangan. 
Di gedung bioskop darurat itu, tidak ada nomor kursi. Siapa cepat, dia mendapat tempat 
duduk. Orang selalu berebut duduk di depan, dekat layar. Pater Klisan biasanya berada di 
tengah penonton, kira-kira tiga meter jaraknya dari layar. Bila film siap diputar, maka akan 
terdengar suaranya menggelegar: "Lampu!" Seseorang yang ditugasi mematikan lampu 
segera melaksanakan tugasnya. Dan, proyektor pun berputar. 
Terkadang, saat asyik menonton, tiba-tiba film putus. "Lampu," teriak Pater Klisan. 
Penonton tak marah bila film tiba-tiba putus. Mereka menikmatinya sebagai bagian dari 
tontonan. Mereka menunggu dengan sabar sampai film bisa diputar kembali. Semuanya 
berjalan dengan begitu menyenangkan. Film yang diputar biasanya tentang cowboy atau 
kisah orang-orang kudus seperti riwayat hidup Maria Goretti yang rela mati demi 
mempertahankan keperawanannya. Kadang diputar pula film tentang Perang Dunia II. 
Masa kanak-kanak yang indah itu sudah berlalu. Kini Nadia tinggal di kota metropolitan 
dengan tantangan hidup yang lain pula. Dia melihat jarum jam dinding. Pukul empat sore. 
Dia buru-buru mengemas diri. Sore itu dia harus membawa oleh-oleh dongeng untuk 
anaknya. Hatinya sudah sampai di rumah saat duduk di belakang setir mobil. Lalu
mobilnya bergerak meninggalkan tempat parkir yang lapang dan asri di kampus tempat dia 
mengajar. Lalu lintas sedang merayap. Dia tahu Anjeli sudah tidak sabar untuk mendengar 
dongeng Pondik. Dia sendiri juga sudah tidak sabar untuk mendongeng. 
Nadia memutar radio kesayangannya untuk menghibur diri di tengah kemacetan lalu lintas. 
Saat itu Jakarta sedang dilanda demonstrasi mahasiswa. Beberapa ruas jalan di pusat kota 
ditutup dan mobil-mobil yang sedang merayap pulang harus mencari jalan masing-masing. 
Dan, kini Nadia ikut merasakan dampaknya. Dia baru tiba di rumah pukul sembilan malam. 
Di ruang keluarga, dia mendapatkan Anjeli telah bertekuk lutut di depan layar televisi. 
Meskipun Anjeli telah tertidur, televisi masih terus mendongeng dengan penuh sabar. 
Kotak ajaib itu sedang menayangkan kerusuhan di suatu tempat. Dengan penuh bangga 
televisi itu menunjukkan Anjeli gambar-gambar orang mengacung-acungkan golok, parang, 
dan tombak, siap membunuh sesamanya. Sementara itu, Mbak Sum, pembantu rumah 
tangga mereka yang bertugas mengasuh Anjeli, menikmati kekerasan di televisi itu sambil 
menikmati kacang rebus. 
Pesawat televisi itu tersenyum bangga ketika mengetahui Nadia muncul. Nadia membalas 
dengan senyum kecut. Dia melabrak Mbak Sum karena membiarkan anaknya menyaksikan 
kekerasan dan tragedi itu. Nadia menyadari anaknya tidak mudah mencerna berita itu, 
sebab Anjeli bukan miniatur dari orang dewasa dalam memandang dunia. Dia langsung 
merampas anaknya dari pelukan televisi. Anjeli terbangun. Saat membuka matanya, Anjeli 
mendapatkan ibunya telah pulang. 
"Mami, mana dongengnya," Anjeli merengek. Permintaan itu menyejukkan hati Nadia. Dia 
merasa lega karena anaknya masih menagih janji dongengnya. Lalu dia memeluk anak itu 
dengan dongengnya. *** 
Catatan kaki: 
i "Guru Omar Bakri" adalah salah satu judul lagu Iwan Fals. 
ii "Malin Kundang" cerita anak durhaka dari Sumatra Barat.

Contenu connexe

Tendances

Serial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bis
Serial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bisSerial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bis
Serial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bisTenia Wahyuningrum
 
Ulasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film Refrain
Ulasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film RefrainUlasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film Refrain
Ulasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film Refrainanisafitrianaa_
 
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)ahmadfathiyakan
 
Sinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawiSinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawijannatulfiaandini
 
Novel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-bab
Novel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-babNovel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-bab
Novel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-babhunt_na
 
Antologi Cerpen Budi Hatees
Antologi Cerpen Budi HateesAntologi Cerpen Budi Hatees
Antologi Cerpen Budi HateesBudi Hatees
 
Analisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
Analisis cerpen Lara lana Filosopi KopiAnalisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
Analisis cerpen Lara lana Filosopi Kopirendrafauzi
 
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)Rizka A. Hutami
 

Tendances (9)

Serial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bis
Serial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bisSerial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bis
Serial Oliv Buku 3 Bab 1 :Gadis manis dalam bis
 
Ulasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film Refrain
Ulasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film RefrainUlasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film Refrain
Ulasan, Struktur, dan kaidah kebahasaan resensi Film Refrain
 
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
 
Sinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawiSinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawi
 
Novel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-bab
Novel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-babNovel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-bab
Novel azfa-hanani-sinopsis-bab-demi-bab
 
Refrain
RefrainRefrain
Refrain
 
Antologi Cerpen Budi Hatees
Antologi Cerpen Budi HateesAntologi Cerpen Budi Hatees
Antologi Cerpen Budi Hatees
 
Analisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
Analisis cerpen Lara lana Filosopi KopiAnalisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
Analisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
 
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
 

Similaire à Dongeng untuk Anjeli

Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Andri Goodwood
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
Sh mintardja-tembang tantanganz
Sh mintardja-tembang tantanganzSh mintardja-tembang tantanganz
Sh mintardja-tembang tantanganzBudhi Emha
 

Similaire à Dongeng untuk Anjeli (8)

Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
 
Seekor capung merah
Seekor capung merahSeekor capung merah
Seekor capung merah
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
 
Sh mintardja-tembang tantanganz
Sh mintardja-tembang tantanganzSh mintardja-tembang tantanganz
Sh mintardja-tembang tantanganz
 
Doa emak untuk asa
Doa emak untuk asaDoa emak untuk asa
Doa emak untuk asa
 
Tiga episod bangkai (zelfeni wimra)
Tiga episod bangkai (zelfeni wimra)Tiga episod bangkai (zelfeni wimra)
Tiga episod bangkai (zelfeni wimra)
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 

Plus de arvin2014

Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)arvin2014
 
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)arvin2014
 
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)arvin2014
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)arvin2014
 
Dalam rindu (hembang tambun)
Dalam rindu (hembang tambun)Dalam rindu (hembang tambun)
Dalam rindu (hembang tambun)arvin2014
 
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)arvin2014
 
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)arvin2014
 
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)arvin2014
 
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)arvin2014
 
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)arvin2014
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)arvin2014
 
Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)arvin2014
 
Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)arvin2014
 
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)arvin2014
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)arvin2014
 
Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)arvin2014
 
Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)arvin2014
 
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)arvin2014
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )arvin2014
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)arvin2014
 

Plus de arvin2014 (20)

Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)
 
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
 
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 
Dalam rindu (hembang tambun)
Dalam rindu (hembang tambun)Dalam rindu (hembang tambun)
Dalam rindu (hembang tambun)
 
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
 
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
 
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
 
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
 
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
 
Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)
 
Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)
 
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
 
Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)
 
Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)
 
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 

Dernier

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKANIDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKANNeta
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
Kodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin Tertinggi
Kodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin TertinggiKodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin Tertinggi
Kodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin TertinggiKodomo99
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTNeta
 
Pengetahuan Asas dan Strategi Fotografi Kewartawanan
Pengetahuan Asas dan Strategi Fotografi KewartawananPengetahuan Asas dan Strategi Fotografi Kewartawanan
Pengetahuan Asas dan Strategi Fotografi KewartawananMOHAMMADAKMALBINABDR1
 
Prinsip Asas Videografi dan Pengambaran
Prinsip Asas  Videografi dan PengambaranPrinsip Asas  Videografi dan Pengambaran
Prinsip Asas Videografi dan PengambaranMOHAMMADAKMALBINABDR1
 

Dernier (10)

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKANIDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
 
Kodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin Tertinggi
Kodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin TertinggiKodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin Tertinggi
Kodomo99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Maxwin Tertinggi
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
 
Pengetahuan Asas dan Strategi Fotografi Kewartawanan
Pengetahuan Asas dan Strategi Fotografi KewartawananPengetahuan Asas dan Strategi Fotografi Kewartawanan
Pengetahuan Asas dan Strategi Fotografi Kewartawanan
 
Prinsip Asas Videografi dan Pengambaran
Prinsip Asas  Videografi dan PengambaranPrinsip Asas  Videografi dan Pengambaran
Prinsip Asas Videografi dan Pengambaran
 

Dongeng untuk Anjeli

  • 1. Suara Pembaruan Minggu, 01 Juli 2007 Dongeng untuk Anjeli Cerpen: Willy Hangguman Telepon di atas meja kerja Nadia berdering. "Mami, jangan lupa dongengnya?" terdengar suara mungil se- orang anak perempuan. "Tentu, Anjeli. Mami mempunyai dongeng yang istimewa," Nadia berjanji kepada putri sulungnya, Anjeli. Hari itu Anjeli genap enam tahun dan dia minta kado didongengi. "Dongeng tentang apa, Mami?" "Pondik." "Apa itu?" "Dongeng dari Manggarai, Flores, dari kampung Opa Yulman." "Pondik itu, siapa?" "Seorang laki-laki Manggarai yang dianggap bodoh, namun sebenarnya cerdas." "Cepat pulang, ya, Mami! Anjeli sudah tak sabar ingin dengar ceritanya." Hati Nadia pengap oleh rasa bahagia. Anjeli ternyata rindu pada dongengnya. Selama ini dia selalu merasa cemburu pada pesawat televisi yang ada di ruang keluarga. Anjeli suka cuek pada dirinya saat duduk di depan pesawat televisi. Malah dia lebih mentaati acara televisi daripada perintah orangtuanya. Televisi telah menjadi idolanya yang dengan sabar mendongeng untuknya. Televisi tak pernah mengeluh capek saat mendongeng. Tidak seperti ibunya yang suka mengeluh capek pulang kerja. Begitu juga bapaknya. Nadia merasa diejek televisi karena berhasil merebut Anjeli. Nadia makin terkejut karena anaknya makin dikuasai oleh televisi. Ceritanya, suatu hari, seusai pulang taman kanak-kanak Anjeli menunjukkan gambar-gambar yang dibuatnya di sekolah dengan penuh semangat kepadanya. "Mami, lihat ini," katanya sambil menunjukkan tiga lembar kertas gambar yang sangat ramai dengan pesta warna. Nadia memperhatikan gambar-gambar itu. "Oi, anak mama ternyata sudah pandai menggambar," Nadia memuji. "Bagus nggak, Ma?" "Bagus sekali," dia memuji lalu menarik anak perempuan itu, memeluknya erat-erat, mencium kedua pipinya. Setelah anaknya pergi bermain, Nadia memperhatikan kembali gambar-gambar yang dibuat oleh anaknya. Dia tersentak, televisi telah berhasil mengajarinya dengan gambar-gambar dari negeri asing, dari negeri televisi, dari negeri maya. Ada Doraemon, Satria Baja Hitam, Hercules dan Xena. Dia tidak menggambar ayam, bebek, kucing, dan burung. Dia tidak melukis Gatotkaca dan Anoman. Rasa cemburu dan geram mengguncang-guncangkan hati Nadia karena televisi telah berhasil merebut anaknya. Ingin dia mencampakkan pesawat
  • 2. televisi dari rumahnya. Namun itu tidak mungkin. Orang kota seperti dirinya membutuhkan televisi, sama seperti membutuhkan nasi dan sayur. Televisi telah menjadi bagian dari hidupnya, identitas dirinya. Televisi telah berhasil menggusur dirinya dalam merebut hati Anjeli. Televisi memang penuh pesona. Dia menyadari televisi selalu lebih sabar dan ramah kepada Anjeli dibandingkan dengan dirinya. Televisi tak pernah marah, bila Anjeli tidak mengganti seragamnya setelah pulang sekolah. Dengan tangan terbuka dia mengatakan, "Datanglah kepadaku, dengarlah dongeng-dongengku sepuas-puasnya, Anjeli. Saya tidak peduli engkau belum mandi. Kalau engkau mendengarku sampai lupa makan, sampai lupa belajar, sampai lupa pekerjaan rumah yang ditugaskan Guru Omar Bakrii, sampai lupa ibu dan bapakmu juga, saya tidak marah. Saya siap menjadi orangtuamu. "Ibumu, ayahmu telah membawa saya tinggal di rumah ini dan mendapat ruang penting dalam rumah, ruang keluarga. Saya merasa sangat terhormat, bisa menjadi bagian penting dari keluargamu. Saya hanya bisa berterima kasih dengan menawarkan mimpi-mimpi kepadamu. Nontonlah sekuat-kuatnya dan sepuas-puasnya. Dengarlah sekuat-kuatnya. Saya tidak mengenal lelah. Saya juga siap dibangunkan kapan saja untuk mendongeng. Kamu terlalu baik pada saya, Anjeli." Nadia sakit hati mendengar televisi mengejeknya. Nadia pernah mencoba merebut anaknya dari pelukan televisi dengan dongeng Malin Kundangii, suatu kisah anak durhaka. Malin Kundang yang sudah sukses, tidak mau mengakui ibu kandungnya di depan istrinya yang cantik karena ibunya hanyalah seorang perempuan desa biasa. Anjeli tertarik. Nadia merasa bahagia. "Anjeli sayang sama Mama, nggak?" tanya Nadia setelah mengakhiri dongennya. "Sayang. Anjeli nggak mau jadi anak durhaka, Ma," jawab Anjeli. Matanya berkaca-kaca. Dulu, Malin Kundang juga membuat air mata Nadia berlinang karena terharu ketika ibunya mendongenginya. Bila ada paman atau bibinya yang datang ke rumahnya, Nadia selalu merengek minta didongengi. Bahagia rasanya bila omanya datang. Omanya pandai mendongeng. Dongengnya macam-macam. Nadia biasanya minta untuk tidur bersama omanya agar bisa menikmati dongeng yang lezat. Sekarang, dia ingin mewariskan pengalaman masa kecilnya untuk putrinya sendiri, Anjeli. Dia tahu dongeng itu banyak manfaatnya bagi Anjeli. Dongeng menyiapkan ruang imajinasi untuk petualangan anaknya. Di ruang imajinasi itulah anaknya bisa bermain, mengembangkan pikirannya. Televisi telah menyandera anak-anak kota besar, termasuk Anjeli, untuk tidak mau bermain, kecuali duduk takluk di depannya. Nadia sempat menolak rencana suaminya untuk membeli home theater yang mampu memanjakan mata dan telinga dengan gambar-gambar dan bunyi yang terasa live, di mana penontonnya merasa ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang ditayangkan di layar televisi. Dia menyadari, kenikmatan menonton akan membuat Anjeli makin betah mendengar dongeng dari televisi dan malas bermain. Kelak dia juga akan malas membaca. Televisi akan menjadi idola Anjeli. Nadia merasa sangat khawatir. "Televisi tidak boleh menguasai anakku. Aku akan merebut dari pelukannya," geram hati Nadia. Dia mencemaskan anaknya menjadi manusia square eyes, menjadi manusia malang seperti Chips Gordon yang diperankan Jim Carrey dalam film The Cable Guy. Nadia menyadari tidak mudah menjadi orangtua di zaman televisi. Pada masa kecilnya di Ruteng, tak ada televisi. Jangankan pesawatnya, kata televisi belum sampai ke sana. Ketika
  • 3. ayah Nadia membeli sebuah radio, rasanya bahagia luar biasa. Benda berbentuk seperti kotak itu mampu menangkap suara dari RRI Jakarta dan RRI Makassar, bahkan suara dari benua lain seperti BBC London, Hilversum Belanda, Deutche Welle Jerman, dan Radio Australia dari Melbourne, Australia. Benda itu membuat Nadia terkagum-kagum pada radio. Pernah dia berpikir, mereka yang berbicara dan menyanyi di radio tentu tinggal di dalam kotak kecil itu. Dia berusaha keras mengintip mereka. Ketika ayahnya membuka bagian belakang radio untuk mengganti batu baterei, barulah dia yakin tak ada yang menghuni kotak tersebut. Namun dia tetap tidak mengerti bagaimana kotak itu bisa menangkap pembicaraan orang di belahan dunia lain, menangkap suara merdu Titik Sandora dan Muchsin Alatas di akhir tahun 60-an, dan musik ngak-ngik-ngok The Beatles dari Liverpool sana. Pada masa itu tak banyak keluarga di kota kecil itu memiliki radio. Keluarga Nadia termasuk beruntung. Gedung bioskop juga belum ada di sana waktu itu. Namun sesekali penduduknya bisa juga menikmati film. Pater Klisan, seorang pastor misionaris dari Eropa, sering menghibur penduduk kota itu dengan film. Dialah satu-satunya yang memiliki proyektor di kota itu, mungkin juga di kabupaten itu sampai awal tahun 70-an. Bila ingin memutar film, biasanya dipakai sebuah gedung yang sehari-harinya digunakan sebagai gedung sekolah dasar. Sejak zaman Belanda dan Jepang gedung itu memang sudah dipakai untuk sekolah. Bangunan itu pernah pula dimanfaatkan sebagai gedung kesenian, tempat main drama. Kota kecil itu sempat memiliki kelompok teater. Belakangan kegiatannya terbengkalai. Namun panggungnya masih bagus. Rumah Nadia tidak jauh dari situ. Biasanya, bila ada pemutaran film, Nadia dan teman-temannya telah menyelinap ke gedung sebelum acara pemutaran film dilaksanakan. Bersembunyi di bawah kolong panggung teater. Begitu malam tiba, mereka keluar dari sarang persembunyian, bergabung dengan penonton lain yang masuk ke sana dengan membayar karcis masuk. Layarnya dari kain putih biasa yang dibentangkan begitu saja. Kesannya darurat. Namun itu sudah lebih dari cukup untuk penonton di kota kecil tersebut waktu itu. Masuk ke sana bukan masuk ke "gua yang gelap" gedung bioskop modern seperti sekarang. Lampu listrik dari motor disel menyala terang benderang ketika penonton masuk ruang bioskop darurat itu. Listrik untuk masyrakat belum menyala di sana waktu itu. Orang menggunakan lampu gas atau teplok untuk penerangan. Di gedung bioskop darurat itu, tidak ada nomor kursi. Siapa cepat, dia mendapat tempat duduk. Orang selalu berebut duduk di depan, dekat layar. Pater Klisan biasanya berada di tengah penonton, kira-kira tiga meter jaraknya dari layar. Bila film siap diputar, maka akan terdengar suaranya menggelegar: "Lampu!" Seseorang yang ditugasi mematikan lampu segera melaksanakan tugasnya. Dan, proyektor pun berputar. Terkadang, saat asyik menonton, tiba-tiba film putus. "Lampu," teriak Pater Klisan. Penonton tak marah bila film tiba-tiba putus. Mereka menikmatinya sebagai bagian dari tontonan. Mereka menunggu dengan sabar sampai film bisa diputar kembali. Semuanya berjalan dengan begitu menyenangkan. Film yang diputar biasanya tentang cowboy atau kisah orang-orang kudus seperti riwayat hidup Maria Goretti yang rela mati demi mempertahankan keperawanannya. Kadang diputar pula film tentang Perang Dunia II. Masa kanak-kanak yang indah itu sudah berlalu. Kini Nadia tinggal di kota metropolitan dengan tantangan hidup yang lain pula. Dia melihat jarum jam dinding. Pukul empat sore. Dia buru-buru mengemas diri. Sore itu dia harus membawa oleh-oleh dongeng untuk anaknya. Hatinya sudah sampai di rumah saat duduk di belakang setir mobil. Lalu
  • 4. mobilnya bergerak meninggalkan tempat parkir yang lapang dan asri di kampus tempat dia mengajar. Lalu lintas sedang merayap. Dia tahu Anjeli sudah tidak sabar untuk mendengar dongeng Pondik. Dia sendiri juga sudah tidak sabar untuk mendongeng. Nadia memutar radio kesayangannya untuk menghibur diri di tengah kemacetan lalu lintas. Saat itu Jakarta sedang dilanda demonstrasi mahasiswa. Beberapa ruas jalan di pusat kota ditutup dan mobil-mobil yang sedang merayap pulang harus mencari jalan masing-masing. Dan, kini Nadia ikut merasakan dampaknya. Dia baru tiba di rumah pukul sembilan malam. Di ruang keluarga, dia mendapatkan Anjeli telah bertekuk lutut di depan layar televisi. Meskipun Anjeli telah tertidur, televisi masih terus mendongeng dengan penuh sabar. Kotak ajaib itu sedang menayangkan kerusuhan di suatu tempat. Dengan penuh bangga televisi itu menunjukkan Anjeli gambar-gambar orang mengacung-acungkan golok, parang, dan tombak, siap membunuh sesamanya. Sementara itu, Mbak Sum, pembantu rumah tangga mereka yang bertugas mengasuh Anjeli, menikmati kekerasan di televisi itu sambil menikmati kacang rebus. Pesawat televisi itu tersenyum bangga ketika mengetahui Nadia muncul. Nadia membalas dengan senyum kecut. Dia melabrak Mbak Sum karena membiarkan anaknya menyaksikan kekerasan dan tragedi itu. Nadia menyadari anaknya tidak mudah mencerna berita itu, sebab Anjeli bukan miniatur dari orang dewasa dalam memandang dunia. Dia langsung merampas anaknya dari pelukan televisi. Anjeli terbangun. Saat membuka matanya, Anjeli mendapatkan ibunya telah pulang. "Mami, mana dongengnya," Anjeli merengek. Permintaan itu menyejukkan hati Nadia. Dia merasa lega karena anaknya masih menagih janji dongengnya. Lalu dia memeluk anak itu dengan dongengnya. *** Catatan kaki: i "Guru Omar Bakri" adalah salah satu judul lagu Iwan Fals. ii "Malin Kundang" cerita anak durhaka dari Sumatra Barat.