Dokumen tersebut membahas tentang komplikasi penyembuhan luka yang meliputi dehisensi, eviserasi, infeksi, hemoragi, fistula, dan keloid. Komplikasi-komplikasi tersebut dijelaskan penyebab, patofisiologi, dan tindakan penatalaksanaannya.
3. DEHISENSI
• Adalah terbukanya tepi-tepi luka. Dehisensi
luka sering terjadi pada luka abdomen.
• Dehisensi luka abdomen (post laparotomy)
merupakan keadaan terbukanya sebagian
atau seluruh lapisan insisi abdomen.
• Kondisi tersebut merupakan salah satu
komplikasi dari proses penyembuhan luka
sebagai akibat kegagalan proses penyembuhan
luka operasi
4. • Faktor mekanik
Adanya tekanan dapat menyebabkan jahitan jaringan semakin
meregang dan mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Faktor
mekanik tersebut antara lain batuk-batuk yang berlebihan, ileus
obstruktif dan hematom serta teknik operasi yang kurang.
• Faktor metabolik
Hipoalbuminemia, diabetes mellitus, anemia, gangguan
keseimbangan elektrolit serta defisiensi vitamin dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka.
• Faktor infeksi
Semua faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi luka
operasi akan meningkatkan terjadinya dehisensi luka operasi.
Secara klinis biasanya terjadi pada hari ke 6 - 9 paska operasi
dengan gejala suhu badan yang meningkat disertai tanda
peradangan disekitar luka.
Etiologi Dehisensi
8. Penatalaksanaan Wound Dehiscence
Penanganan Nonoperatif Penanganan Operatif
Penanganan non operatif
diberikan kepada penderita
yang tidak stabil dan tidak
mengalami eviserasi. Hal ini
dilakukan dengan penderita
berbaring di tempat tidur dan
menutup luka operasi dengan
kassa steril atau pakaian
khusus steril. Penggunaan
jahitan penguat abdominal
dapat dipertimbangkan untuk
mengurangi perburukan luka
operasi terbuka
Penanganan operatif
dilakukan pada sebagian
besar penderita dehisensi.
Ada beberapa jenis operasi
yang dilakukan pada
dehisensi luka yang dilakukan
antara lain rehecting atau
penjahitan ulang luka operasi
yang terbuka, mesh repair,
vacuum pack, abdominal
packing, dan Bogota bag
repair
9. EVISERASI
• Adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.
• Eviserasi adalah tindakan mengeluarkan dalaman seperti isi
perut, atau mengeluarkan bola mata.
• Eviserasi adalah salah satu prosedur bedah dalam
rekonstruksi orbita dimana rekonstruksi ini dilakukan untuk
tujuan terapeutik dan kosmetik. Eviserasi melibatkan
pengeluaran isi bola mata (lensa, uvea, retina, vitreus, dan
kadangkornea) dengan meninggalkan sklera, otot luar mata,
dan saraf optik yang utuh, biasanya diikuti dengan
penempatan implan orbital untuk menggantikan volume
okulus yang hilang.
• Salah satu penyakit yang disebabkan oleh eviserasi adalah
endoftalmitis.
• Endoftalmitis adalah peradangan supuratif dalam bola
mata.
10. Etiologi Eviserasi
• Infeksi kuman atau jamur setelah trauma
atau bedah, atau secara endogen akibat
sepsis.
• Bakteri yang sering menjadi penyebab
adalah Stafilokok, Streptokok, Pneumokok,
Pseudomonas
• Jamur yang sering menjadi penyebab
Aktinomises, Aspergilus, dan sebagainya.
11.
12. Tindakan Keperawatan untuk Eviserasi
• Antibiotik topikal melaiui periokular atau
subkonjungtiva dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan
kloramfenikol 3 gram/hari
• Setelah diketahui penyebabnya, antibiotik disesuaikan
dengan penyebab, misalnya gentamisin untuk
Pseudomonas atau amfoterisin B untuk jamur.
• Sikloplegik tetes mata diberikan 3 kali sehari. Hati-hati
pada pemberian kortikosteroid.
• Pada kasus yang berat dapat dilakukan vitrektomi untuk
mengeluarkan organisme di dalam vitreus,
meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan
membran terbentuk yang potensial menyebabkan
ablasi, serta mengembalikan kejernihan vitreus.
• Bila terapi gagal, dilakukan eviserasi. Enukleasi
ditakukan bila mata telah tenang atau ftisis bulbi.
13. INFEKSI
• Adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit.
• Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa
infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh,
khususnya yang menimbulkan cedera seluler
setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,
replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi.
14. Faktor Jasad Renik
pada Infeksi
• Bakteri
• Virus
• Fungi
• Parasit
• Daya Transmisi
(Direct atau
Indirect)
• Daya Invasi
• Kemampuan untuk
menimbulkan
penyakit
Tipe Mikroorganisme
Penyebab Infeksi
15. Etiologi Infeksi
• Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang
pada di luar sel tubuh (ekstraselular) atau menggunakan sel
tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen intraselular
lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut:
o Patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam
sel, seperti : virus dan beberapa bakteri
(Chlamydia, Rickettsia, Listeria).
o Patogen yang berkembang biak di dalam vesikel,
seperti Mycobacteria.
• Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh
karena infeksi patogen, misalnya oleh eksotoksin yang
disekresi pada permukaan sel, atau sekresi endotoksin yang
memicu sekresi sitokin oleh makrofag, dan mengakibatkan
gejala-gejala lokal maupun sistemik
16.
17. HEMORAGIK
• Adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya
darah dari dalam vaskula akibat dari kerusakan
dinding vaskula
• Hemoragik dapat menyebabkan anoxia
jaringan akibat berkurangnya oksigen yang
diangkut oleh darah
• Keadaan ini dapat berkembang menjadi shock
ireversibel sampai kematian apabila volume
darah dalam sirkulasi menurun tajam
18. Faktor Penyebab Hemoragi
• Trauma yaitu kerusakan dalam bentuk fisik yang merusak
sistem vaskula jaringan di daerah benturan/ kontak.
• Infeksi agen infeksius terutama mengakibatkan septisemia
seperti pasteurellosis dan anthrax, infeksi oleh virus seperti
canine adenovirus.
• Bahan toksik yang merusak endotel kapiler seperti keracunan
arsen, dicumarol (racun tikus) yang dapat menghambat
penggumpalan darah sehingga terjadi pendarahan dan toksin
uremik yang dapat merusak endotel pembuluh darah.
• Faktor lain yang menyebabkan dinding vaskula lemah
sehingga pembuluh darah rentan untuk bocor seperti pada
kasus atherosklerosis (dinding arteri melemah terjadi pada
kondisi kronis)
• Defisiensi vitamin C yang dapat menyebabkan pendarahan gusi
karena vaskula setempat rapuh (skorbutus).
20. Macam-macam Hemoragi
Berdasarkan
tempat asal
• H. Arterial
• H. Vena
• H. Kapiler
Berdasarkan
waktu terjadi
• H. Primer
• H. Intermediet
• H. Sekunder
Berdasarkan pola
bentuk
perdarahan
• H. Linier
• H. Stria
• Hematom
Berdasarkan
besarnya vaskula
yang rusak
• H. Kecil
(Ptechiae)
• Purpura (H.
Noktah)
• H. Besar
• Ekstrafasasi
21.
22. Gambar
(A) Ptechiae
hemoragi pada
ginjal anjing
akibat infeksi
virus herpes;
(B) hemoragi
pada jantung
karena
endotoxemia
Hemoragi
ekimosis
pada
subkutis
kelinci
Gambaran
histopatologi
hemoragi
pada usus
ikan lele
(panah)
23. FISTULA
• Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua
organ berongga internal atau antara organ berongga internal dan
dengan tubuh bagian luar. Nama fistula menandakan kedua area
yang berhubungan secara abnormal
• Fistula dapat terjadi di banyak bagian tubuh. Beberapa di
antaranya adalah:
o Arteriovenosa (antara arteri dan vena)
o Bilier (terjadi selama operasi kandung empedu, saluran
empedu terhubung ke permukaan kulit)
o Serviks (celah yang abnormal ke dalam atau di leher rahim)
o Craniosinus (antara ruang dalam tengkorak dan sinus hidung)
o Enterovaginal (antara usus dan vagina)
o Kotoran atau anus (tinja dibuang melalui pembukaan selain
anus)
o dll
24. Etiologi
• Kebanyakan fistula merupakan hasil dari
operasi pembedahan.
• Atau penyebab lain meliputi : proses
peradangan, seperti infeksi
atau “inflammatory bowel disease”,
melahirkan dan terapi radiasi.
25. Etiologi Fistula Ani
• Terjadi karena infeksi dari kelenjar
anus (cyptoglandular). Kelenjar ini
terdapat di dalam ruang intersphinteric.
Diawali kelenjar anus terinfeksi,
sebuah abses kecil terbentuk di daerah
intersfincter. Abses ini kemudian
membengkak dan fibrosis, termasuk di
bagian luar kelenjar anus di garis kripte.
• Ketidakmampuan abses untuk keluar dari
kelenjar tersebut akan mengakibatkan
proses peradangan yang meluas sampai
perineum, anus atau seluruhnya, yang
akhirnya membentuk abses perianal dan
kemudian menjadi fistula.
26.
27. Tindakan Keperawatan
• Observasi dan catat frekuensi
defekasi, karakteristik, jumlah
dan faktor pencetus.
• Tingkatkan tirah baring, berikan
alat-alat disamping tempat tidur.
• Buang feses dengan cepat.
Berikan pengharum ruangan.
• Identifikasi makanan dan cairan
yang mencetuskan diare,
misalnya : sayuran segar dan
buah, sereal, bumbu, minuman
karbonat dan produk susu.
• Mulai lagi pemasukan cairan per
oral secara bertahap. Tawarkan
minuman jernih tiap jam; hindari
minuman dingin.
• Berikan kesempatan untuk
menyatakan frustasi sehubungan
dengan proses penyakit.
• Observasi demam, takikardia,
letargi, leukositosis, penurunan
protein serum, ansietas, dan
kelesuan.
• Berikan obat sesuai indikasi :
Antikolinergik contoh
belladonna tinkur, atropin,
difenoksilat (Lemotil); anodin
supositoria.
• Antibiotik
• Bantu/siapkan intervensi bedah.
28. KELOID
• Adalah jaringan parut yang dapat dijelaskan sebagai suatu variasi
dari penyembuhan luka.
Mengapa timbul keloid?
• Pada suatu luka, proses anabolik dan katabolik mencapai
keseimbangan selama kurang lebih 6-8 minggu. Pada stadium ini,
kekuatan luka kurang lebih 30-40% dibandingkan kulit sehat. Seiring
dengan maturnya jaringan parut (skar), kekuatan meregang dari skar
juga bertambah
• Pada saat itu, skar akan nampak hiperemis dan mungkin menebal, tepi
penebalan ini akan berkurang secara bertahap selama beberapa bulan
sampai menjadi datar, putih, lemas, dapat diregangkan sebagai suatu
skar yang matur.
• Jika terjadi ketidakseimbangan antara fase anabolik dan katabolik
akan lebih banyak kolagen yang diproduksi dari yang dikeluarkan, dan
skar bertumbuh dari segala arah. Skar yang meluas ini akan timbul
sebagai keloid
29. Faktor Timbulnya
Keloid
• Semua rangsang fibroplasia yang
berkelanjutan (infeksi kronik,
benda asing dalam luka, tidak
ada regangan setempat waktu
penyembuhan, regangan
berlebihan pada pertautan luka)
• Usia pertumbuhan
• Bakat (genetik)
• Ras
• Lokasi luka
30. Tindakan Penatalaksanaan Keloid
• Pembedahan menggunakan cara tradisional atau laser
• Pemberian injeksi corticosteroid
• Pemberian tekanan pada saat membalut ( compression
bandaging)
• Pemberian obat oral yang dapat mengganggu sintesis kolagen
(mis: methotrexate, penicillamine)
• Terapi radiasi
Untuk menghindari/mengurangi resiko terjadinya keloid,
disarankan jika mempunyai luka agar dirawat dengan baik dan
tepat, terutama pemberian tehnik balutan kompresi pada
mereka yang mempunyai resiko keloid, sehingga
pembentukkan keloid dapat diminimalkan. Atau jika sudah
terlihat tanda2 seperti akan timbul keloid / di curigai akan
timbul keloid bs menggunakan plester khusus / salep khusus
pencegah resiko keloid.