SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
Télécharger pour lire hors ligne
Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja


LAJU KOROSI BAJA OLEH DESULFOMICROBIUM BACULATUM
              DAN DESULFOMONAS PIGRA
  (Corrosion Rate of Steel by Desulfomicrobium Baculatum and Desulfomonas Pigra)


                                        Dwi Suhartanti

                 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
                   Jl. Prof. Soepomo Janturan Yogyakarta. Ph. (0274)381523,379418

                                          ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju korosi baja produksi PT. Krakatau Steel
oleh bakteri Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra. Metode penelitian
eksperimental di laboratorium dilakukan dengan rancangan acak lengkap pola faktorial.
Faktor pertama adalah baja (ST24,ST40 dan ST 52). Faktor kedua adalah media (HCl 0,1
M, 1 M; H2 S0 4 0,1 M, H2 SO 4 ) dan faktor ketiga adalah jenis bakteri (D.baculatum dan
D.pigra). Data dianalisis dengan sidik ragam, dan jika ada perbedaan diuji dengan jarak
berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi baja ST24,ST40 dan
ST52 meningkat cepat dengan adanya            bakteri Desulfomicrobium baculatum dan
Desulfomonas pigra, khususnya dalam media yang mengandung H2 SO 4 1M. Laju korosi
baja ST24 dalam media           yang mengandung H2 SO4 1M tanpa Desulfomicrobium
baculatum dan Desulfomonas pigra meningkat dar 5,87mg/det menjadi 43,39 mg/det dalam
media yang mengandung H2 SO 4 1M dan Desulfomicrobium baculatum dan menjadi 33,39
m/det dalam media yang mengandung Desulfomonas pigra. Laju korosi baja ST40 dalam
media       yang mengandung H2 SO4 1M tanpa Desulfomicrobium baculatum dan
Desulfomonas pigra bertambah dari 3,85mg/det menjadi 39,67 mg/det dalam media yang
mengandung H2 SO 4 1M dan Desulfomicrobium baculatum dan menjadi 29,67 m/det dalam
media yang mengandung Desulfomonas pigra .Laju korosi baja ST52 dalam media yang
mengandung H2 SO 4 1M tanpa Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra adalah
2,97mg/det menjadi 37,32 mg/det dalam media          yang mengandung H2 SO 4 1M dan
Desulfomicrobium baculatum.dan menjadi 27,32 m/det dalam media yang mengandung
Desulfomonas pigra

Kata Kunci : laju korosi, baja, bakteri pereduksi sulfat, Desulfomicrobium baculatum

                                         ABSTRACT

The purpose of this study was to find out the effect of sulfate reducer bacteria
(Desulfomicrobium baculatum and Desulfomonas pigra on corrosion rate of steel. The
laboratory experimental method was employed by utilizing the randomized factorial
design. The first factor was the steel (ST24,ST40 dan ST 52).The second factor was the
media (HCl 0,1 M, 1 M; H 2 S0 4 0,1 M, H2 SO 4 ). Any differences in the results were tested by
the Duncan Multiple Range Test. The results of the research indicated that the Corrosion
rate of steel ST24,ST40 DAN ST 52 occurred rapidly on media containing
Desulfomicrobium baculatum and Desulfomonas pigra, specially on media with the
addition 1 M H2 S0 4.. Corrosion rate of steel ST24 on media with addition 1 M H2 S0 4
without Desulfomicrobium baculatum and Desulfomonas pigra increased from 5,87mg/sec
to be 43,39 mg/sec on media with addition 1 M H S0 4 containing Desulfomicrobium
                                                           2
baculatum and 33,39mg/sec on media with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomonas
pigra. Corrosion rate of steel Desulfomicrobium ST40 on media with addition 1 M H2 S0 4


                                                                                           27
Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006

without desulfomicrobium baculatum was from 3,85 mg/sec to be 39,67 mg/sec on media
with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomicrobium baculatum and 29,6739 mg/sec on
media with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomonas pigra. Corrosion rate of steel
ST52 on media with the addition of 1 M H2 S0 4 is 2,97mg/sec to be 37,32 mg/sec on media
with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomicrobium baculatum and 27,32 mg/sec on
media with addition 1 M H 2 S0 4 containing Desulfomonas pigra

Keyword : corrosion rate, sulphate reducing bacteria, steel, Desulfomonas pigra, Desulfomicro-
          microbium baculatum

Makalah diterima 17 September 2005

1. PENDAHULUAN                                   suatu lingkungan asam yang korosif. Dalam
                                                 kondisi yang aerob bakteri ini akan
     Korosi dapat terjadi karena proses fisis,   mengoksidasi sulfur atau senyawa sulfur
khemis maupun bio logis. Korosi biologis         menjadi asam sulfat yang mempercepat korosi
pada umumnya disebabkan karena adanya            (Bradford, 1992; Pohlman, 1996; Bagnall,
mikrobia. Mikrobia dalam proses korosi           1996; Bryson, 1996; Davison,1996; Supardi,
dianggap      sebagai penyebab tersendiri,       1997).
yang dalam kerjanya         dapat sendiri atau        Bakteri memperoleh energi dari oksidasi
merupakan gabungan dari sejumlah mikroba         Fe 2+ menjadi Fe 3+ yang terlihat pada endapan.
yang berbeda (Rochati, 1995 ; Dexter, 1996 ;     Mereka sebagian terlihat dalam pipa (khas
Stoecker , 1996 ; Supardi, 1997 ).               seperti gundukan 1/2 lingkaran) di atas lubang
     Mikroorganisme hadir pada kondisi           pada permukaan baja. Beberapa termasuk
aerob, maupuni anaerob. Kondisi anaerob          pengoksidasi besi mereka terdapat di lam
selalu hadir pada suatu lingkungan mikro,        sebagai lapisan protein yang panjang atau
dibawah dari kondisi aerob. Kondisi pH dan       bentuk fila men. Filamen yang panjang
tersedianya nutrisi juga merupakan faktor             Bakteri pereduksi sulfat (SRB)            ,
yang menetukan apakah suatu jenis                merupakan salah satu mikrobia yang turut
mikroorganisme dapat berkembang di dalam         berperan dalam proses korosi adalah bakteri
tanah dan menyebabkan korosi (Bradford,          pereduksi sulfat yang hidup secara a     naerob.
1992; Pohlman, 1996; Bagnall,1996; Bryson,       Bakteri ini ditemukan hampir pada semua
1996; Davison,1996; Lewandowski, and             tanah dan air, terutama yang banyak
Hamilton, 2002).                                 mengandung        bahan     organik.     Bakteri
     Salah satu mikroba yang turut berperan      pengoksidasi sulfur / sulfid           termasuk
dalam proses korosi mikrobiologis adalah         golongan bakteri aerob yang memperoleh
bakteri pereduksi sulfat (SRB) yang hidup        energi dari oksidasi sulfid atau elemen sulfur
secara anaerob dan dapat tumbuh pada kisaran     menghasilkan sulfat. Beberapa tipe bakteri
pH 2 sampai pH 9, tetapi optimalnya pada pH      aerob, dapat mengoksidasi sulfur menjadi
7. Bakteri ini ditemukan hampir pada semua       asam sulfur, pada pH dibawah 1,0 (Bradford ,
tanah, dan air, terutama yang banyak             1992; Dexter, 1995 ; Dexter, 1996; Stoecker,
mengandung bahan organik (Dart, 1977;            1996; Dart, 1997; Supardi, 1997 ; Tapper et
Bradford, 1992; Supardi, 1997). Dalam            al, 1998).
suasana anaerob, asam sulfat akan direduksi           Desulfovibrio desulforicans adalah salah
oleh bakteri pereduksi sulfat menghasilkan       satu jenis bakteri pereduksi sulfat yang sangat
gas H2 S dan H2 O. H2 S yang dihasilkan akan     berperan dalam proses korosi. Bakteri ini
bereaksi dengan besi membentuk FeS, Fe           termasuk gram negatif, fakultatif anaerob
(OH)2. Mikrobia yang lain yang berperan          yang hidupnya tidak tergantung tersedianya
dalam korosi adalah bakteri yang hidup secara    zat organik, tapi cukup gas CO2 yang
aerob, yang telah diketahui dengan baik dan      dijadikan sebagai sumber karbon, tetapi jika
merupakan suatu kenyataan, misalnya akti-        ada zat organik peran bakteri ini dalam proses
vitas Thiobacillus yang dapat menghasilkan       korosi meningkat. Clostridium nigrificans,



28
Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja

bersifat gram negatif dan thermofil, juga               Hidrogen sulfida yang terbentuk oleh
berperan sebagai bakteri pereduksi sulfat.         mikrobia pada penguraian secara anaerob,
Desulfomonas pigra adalah salah satu jenis         oleh mikrobia lain disintesa menjadi bagian
bakteri pereduksi yang telah berhasil di isolasi   bahan organik atau berubah menjadi senyawa
dari kawasan PLTP Kamojang Jawa Barat dan          sulfida logam di alam (Dexter, 1996; Supardi,
sangat korosif terhadap logam (Dexter, 1995;       1997).
Dexter, 1996; Stoecker, 1996; Supardi, 1997 ;           Baja banyak digunakan untuk membuat
Suhartanti,2004).                                  paku, kawat las, ram kawat, beton bertulang,
     Menurut Dexter bakteri pereduksi sulfat       penyangga tangki - tangki, rak, pagar , pipa –
yang sangat berperan dalam proses korosi           pipa minyak, tangki-tangki air, pipa – pipa
pada besi dan baja yaitu dari genus                gas dan tangki gas. Baja seperti halnya besi
Desulfovibrio,     Desulfotomaculum         dan    bila berada dalam lingkungan yang korosif
Desulf omonas, yang semuanya hidup secara          maka akan larut atau mengalami korosi
anaerob. Peranan bakteri pereduksi sulfat          (Rochati,1995; Korb, 1996; Supardi, 1997).
adalah     sebagai    aseptor    yang      akan
menghasilkan H2 S secara anaerob. Bakteri          2. TINJAUAN PUSTAKA
pereduksi sulfat diduga kuat dalam proses
korosi logam termasuk baja. Bakteri ini                  Hampir di semua tempat dan dalam
ditemukan hampir pada semua tanah dan air,         berbagai kondisi dapat terjadi korosi karena
terutama yang banyak mengandung bahan              mikrobia. Mikrobia yang paling berperan
organik (Dexter, 1996; Stoecker, 1996;             dalam proses korosi adalah bakteri pengubah
Supardi,1997; Tapper at al, 1998). Dalam           sulfat. Produk kor osinya adalah sulfida yang
suasana anaerob, asam sulfat (H2 SO4 ) akan        berwarna hitam. Bakteri penyebabnya adalah
direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat            Desulfovibrio desulforicans yang mempunyai
menghasilkan gas H2 S dan H2O.                     enzim hodrogenase yang dapat melakukan
                                                   depolarisasi pada daerah yang ada
        H2 SO4           H2 S + 4 H2 O             mikrobanya. Jenis lain yang dapat membentuk
                                                   enzim hidrogenase adalah bakteri-bakteri
    H2 S yang dihasilkan akan bereaksi             pembentuk metan, asam cuka, pereduksi asam
dengan besi di anoda                               nitrat dan perhidrol. Selain bakteri-bakteri
                                                   tersebut ada bakteri yang penting pada
     H2 S + Fe +2            FeS + 2H+             teerjadinya korosi yaitu bakteri-bakteri
                                                   pembentuk oksida-oksida logam seperti
Sewaktu membentuk FeS, juga dibentuk Fe            bakteri pengoksidasi belerang, besi dan
(OH)2 sebagai hasil korosi, pada reaksi antara     mangan. Selain dua kelompok bakteri diatas
besi dengan ion hidroksil bebas.                   masih ada mikrobia yang menghasilkan
                                                   produk-produk metabolisme yang dapat
   3 Fe 2+ + 6 (OH) -             3 Fe (OH)2      menyebabkan terjadinya korosi, misal Fungi
                                                   yang sebagian besar menghasilkan asam yang
Hasil akhir berupa                                 menyebabkan korosi pada tembaga dalam
                                                   lingkungan ada air. Ada bakteri yang tidak
4 Fe +H2 SO4 + 2H2O         FeS + 3Fe(OH)2         menyebabkan korosi tetapi menghasilkan O2
                                                   yang pada akhirnya juga dapat menjadi
                                                   penyebab terjadinya korosi karena akan
Jika di lingkungan tidak tersedia sulfida tetapi   terbentuk sel konsentrasi oksigen. Konstruksi
material lain misal karbon dioksida , maka         baja yang ditempatkan di laut sebagai tiang
akan terbentuk besi karbonat.                      pancang terjadi korosi yang disebabkan
                                                   adanya mikrobia yang dapat membentuk sel
  FeS + H2 CO3           FeCO3       + H2 S        konsentrasi oksigen. Kombinasi adanya
                                                   mikrobia yang mempunyai enzim hidogenase
Reaksi ini didahului oleh reaksi antara CO2        dengan mikrobia penghasil oksigen akan lebih
dan air membentuk asam karbonat.                   berbahaya, karena keduanya akan saling
                                                   mempengaruhi (sinergis) dan lebih tahan

                                                                                             29
Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006

terhadap desinfektas dan juga lebih tahan            1. Mikroba dapat mengeluarkan inhibitor
terhadap lingkungannya (Stoecker, 1996;                 mineral dari media fosfat dan nitrat.
Supardi, 1997).                                         Fosfat dan Nitrat mempunyai sifat
     Korosi yang terbesar yang disebabkan               inhibitor pada aluminium tapi digunakan
oleh bakteri yaitu korosi yang disebabkan               dalam metabolisme bakteri. Media yang
oleh bakteri pereduksi sulfat. Bakteri ini              tertinggal jadi korosi, juga dengan
hidup secara anaerobik dan sangat                       adanya        sumber      protein   dapat
membutuhkan senyawa sulfat yang akan                    menetralkan pengaruh dari inhibitor.
direduksi menjadi sulfida. Walaupun dalam               Sebenarnya konsentrasi nitrat 12mMol
kondisi yang kurang cocok bakteri ini masih             sudah efektif untuk inhibitor, tetapi
mampu menyerang baja, genus Desulfovibrio               dilingkungan 0,2 – 0,8 mMol Nitrat
dan subgenusnya Vibrio, sangat berperan                 sudah dapat menjadi inhibitor. Dengan
dalam proses terjadinya korosi dan                      adanya bakteri maka jumlah konsentrasi
Desulfovibrio desulforicans merupakan salah             ini jadi tidak berfungsi.
satu jenis yang sangat berperan dalam proses         2. Mikrobia dapat merubah hidrokarbonn
korosi. Bakteri ini termasuk gram negatif,              menjadi produk yang cukup korosif dan
dapat membentuk spora.              Clostridium         walaupun telah diuraikan masih tetap
nigrificans merupakan bakteri pereduksi                 dapat menyerang alumunium.
sulfat yang bukan vibrio, bersifat gram              3. Akibat      hidupnya      mikrobia   dapat
negatif, termofil dan membentuk spora                   menimbulkan sel konsentrasi oksigen
(Supardi, 1997; Tapper at al, 1998).                    hingga akan timbul elemen galvanik, di
     Desulfovibrio adalah bakteri yang hidup            mana akan menimbulkan korosi sumur.
anaerob, untuk tumbuhnya memerlukan                     Dalam sumur tadi di dapat bakteri
kelembaban, untuk makanannya diperlukan                 Desulfovibrio desulfuricans dan akan
garan sulfat dan fosfat, dan bersifat fakultatif        menghasilkan senyawa sulfida. Tipe
ototrof, sehingga untuk hidupnya tidak selalu           korosi ini analog dengan dengan korosi
memerlukan zat organik, tapi cukup ada gas              besi sampai terbentuk besi sulfida.
CO2 yang dijadikan sebagai sumber karbon,            4. Mikrobia akan mengambil sumber
tetapi jika ada zat organik dapat tumbuh lebih          elektron dari logam.
baik dan tingkat korosifitasnya meningkat.              Untuk        hidupnya      mikroorganisme
Desulfovibrio dapat hidup dilingkungan yang        melakukan metabolisme secara langsung atau
aerob bekerjasama dengan bakteri yang aerob        secara tidak langsung dengan logam sehingga
dan dapat menimbulkan korosi sumur. Bakteri        reaksi akan menimbulkan korosi. Atau dapat
ini optimal dapat berperan dalam proses            pula hasil reaksinya membuat lingkungan
korosi pada pH 7, tetapi pada pH tinggi masih      yang korosif. Contoh mikroba reduktor sulfat
aktif menyebabkan korosi (Stoecker, 1996;          anaerobik adalah Desulfovibrio desulforicans.
Supardi, 1997; Tapper at al, 1998).
     Desulfomonas pigra merupakan bakteri             8H2 O                         8H+ + SOH
gram negatif, bentuk batang, tidak                    4Fe + + 8H+                   4Fe ++ + 8H
membentuk endospora, dapat menghidrolisis
gelatin, memfermentasi laktosa dan sukrosa            H2 SO4 + 8H                   H2 S + 4 H2 O
dan menghasilkan asam dan gas, dapat                  Fe ++ + H2 S                  FeS + 2H +
mereduksi nitrat, sulfat, dapat mengoksidasi
                                                        Korosi oleh mikrobia biasanya terjadi
laktat dan asetat, tidak dapat mengoksidasi
                                                   pada pipa logam dala m tanah yang dibungkus
propionat (Holt, et al, 1994; Joulian et al,
                                                   oleh kain aspal yang terbuka dan jadi koloni
2001 ; Suhartanti, 2004).
                                                   tempat bakteri pereduksi sulfat. Bentuk
     Mekanisme terjadinya korosi oleh
                                                   korosinyapun sering seperti bekas lilitan kain
adanya bakteri pertama kali di tulis oleh Kurh
                                                   pada pipa. Ada juga mikroba pengoksidasi
dan Vlugt (Supardi, 1997). Ada 4 (empat)
                                                   belerang hingga dapat membentuk SO 2 yang
hipotesa mengenai mekanisme korosi oleh
                                                   dapat menimbulkan SO3 dan H2 SO4 yang
bakteri :
                                                   dapat menimbulkan korosi yang berat pada
                                                   logam dalam lingkungan yang aerob (Dexter,


30
Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja

1995; Rochati, 1995; Koger, 1996; Supardi,         SO4 -- + 10 H + 8 e-          H2 S + 4H2 O
1997; Tapper et al, 1998).                         4 Feo
                                                                                 4 Fe++ + 8 e-
     Semua korosi pada dasarnya merupakan
proses elektrokimia, tetapi cara bakteri ini       4 Fe O + SO-- + 10 H+     H2 S + 4 H2 O + 4 Fe++
memulai pada proses korosi sangat khas. Pada
                                                   4 Fe ++ + H2 S            FeS + 3 Fe++ + 2H+
mulanya penelitian korosi yang disebabkan
oleh bakteri yang anaerob diadakan di
Belanda, yaitu pada pipa-pipa yang                 4Fe + SO4 -- + 8 H+          FeS 3Fe++ + 4H2 O
terpendam. Baru kemudian di selidiki di
Afrika selatan, Inggris, Australia, Jerman dan         Besi karbon ( baja ) adalah besi yang
Uni Sovie t. Banyak teori mekanisme korosi        mengandung karbon 1,7 %, sifat baja dari
yang disebabkan oleh bakteri yang anaerob.        0,05 % C dengan 1 % C mempunyai sifat
Semua teori tersebut didasarkan pada lapisan      yang sangat berbeda. Baja yang kadar
molekul hydrogen hasil korosi pada                karbonnya sangat rendah 0 % disebut Ferit,
permukaan logam, sehingga terjadi sel             Baja yang mengandung karbon ± 2 % disebut
galvanik. Jika ada bakteri pereduksi sulfat,      sementit dan yang mengandung            0,8 %
anoda pada sel galvanik berbentuk:                disebut perlit. Ferit hampir serupa besi murni
                                                  atau hanya sedikit mengandung karbon.
    2H++ + SO 4 --4H2              H2 S + 4H2 O   Karbon memberi sifat kuat dan keras. Ferit
                                                  sifatnya lemah tapi plastis, hanya terbentuk
    Fe ++ + H2 S                   FeS + 2H +     pada temperatur rendah dan bersifat magnetik,
                                                  Sementit adalah besi karbon yang dikenal
    Fe O                           Fe ++ + 2e     sebagai besi karbida dengan rumus kimia
                                                  Fe 3 C, mengandung karbon 1,6 – 2,0 %,
Dengan kehilangan hydrogen membentuk dari         bersifat kuat dan keras serta bersifat
besi, anoda pada besi menjadi ;                   magnetik, Perlit adalah baja yang merupakan
                                                  campuran antara Ferit dan Sementit ( α +
       Fe o                  Fe ++ + 2 e
                                                  Fe 3 C ), keras dan bersifat magnetik, Austenit,
Elektron bebas yang terbentuk pindah ke           merupakan baja karbon yang tidak bersifat
katoda dan bereaksi dengan ion hydrogen           magnetik dan tahan karat (Korb, 1996; Koger,
membentuk gas hydrogen.                           1996).

           2H+ + 2e                    H2         3. METODOLOGI PENELITIAN
Ion ferro bebas kemudian bereaksi dengan                Bahan yang digunakan dalam penelitian
hydrogen sulfid pada anoda membentuk ion          ini adalah baja ST – 400 tanpa pelapisan,
hydrogen bebas dan ferro sulfid. Ion hydrogen
                                                  isolat bakteri Desulfomicrobium baculatum,
bebas pindah ke katoda dan bereaksi dengan        media SRB cair, aquades steril, H2 SO4 0,1 N,
gugus hydroksil membentuk air (Koger, 1996;       H2 SO4 1 N, HCl 1 N, HCl 0,1 N., KOH, JKJ,
Supardi, 1997; Wallen,1998; Grimm et al,
                                                  KCl, reagen α , α - dipiridil, larutan
2002 ).
                                                  thiosianat, larutan buffer.
     Kadang-kadang pada beberapa sistem
                                                        Alat-alat yang digunakan adalah botol –
tidak di jumpai adanya sulfida, tetapi material
                                                  botol kultur, cawan petri, erlenmeyer, beker
lain    misal oksida (Sukamto, 1993). Jika
                                                  glass, pipet 10 ml, pipet 1 ml , tabung titrasi,
sistem air berisi karbon dioksida, maka akan
                                                  kompor gas, bunsen, skapel, pipet, pH meter,
terbentuk besi karbonat.
                                                  aluminium foil, labu ukur, incubator, lampu
                                                  spiritus, mikroskop, rak tabung reaksi,
 FeS + OH - + H2O             Fe (OH)2 + HS-
                                                  autoclave, incubator, oven, timbangan analit.
Ferro sulfida terbentuk dengan adanya                   Peubah yang akan diamati pada
bakteri pereduksi sulfat. Perubahan ini dapat     penelitian ini, yaitu H2 S yang dihasilkan, laju
diikuti dalam larutan asam :



                                                                                                31
Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006

korosi, masing – masing pada hari ke 6, 8, 10,      Desulfomicrobium baculatum. H2 S yang
12 dan 14 setelah perlakuan dan penambahan          dihasilkan pada hari ke 6, 8, 10, 12 dan ke 14
jumlah bakteri pada akhir perlakuan (hari ke        dianalisa dengan metode titrasi. .Jumlah
14).                                                bakteri pada akhir perlakuan dengan metode
     Metode yang digunakan dalam penelitian         pengenceran.Berat sampel baja pada akhir
ini    adalah    metode     eksperimen      di      perendaman ditimbang.Laju korosi sample -
Laboratorium. Rancangan yang digunakan              sampel baja setelah akhir perendaman
adalah Ral (Rancangan Acak Lengkap)                 dihitung.
dengan lima perlakuan dengan lima kali
ulangan.Data     yang diperoleh dianalisis          5. HASIL PENELITIAN DAN
Anova dan jika ada perbedaan dilanjutkan               PEMBAHASAN
dengan Uji Duncan (Steel and Torrie, 1993).
                                                         Dengan Sidik Ragam terlihat adanya
4. PROSEDUR KERJA                                   perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara
                                                    laju korosi baja ST24, ST 40 dan ST 52 oleh
     Media perendaman dimasukkan dalam              Desulfomicrobium           baculatum     dan
botol – botol kultur d disteril, kemudian
                         an                         Desulfomonas pigra          pada media yang
hasil isolasi dan identifikasi di inokulasikan      berbeda. Berdasarkan Uji Jarak Berganda
kedalam botol – botol kultur.Lempeng baja           Duncan          ada perbedaan sangat nyata
dipotong-potong 1,5 x 3,0 Cm dengan tebal 4         (P<0.01) seperti terlihat pada Tabel 1.
mm, dihaluskan dengan gerinda, dan digosok               Gambar 1 menunjukkan adanya pening-
amplas sampai permukaan halus dan                   katan laju korosi pada baja ST 24, ST 40 dan
mengkilap. Kemudian d      igosok lagi dengan       ST 52 yang diakibatkan oleh bakteri D.
carborundum sampai lebih halus dan                  baculatum .Seperti logam pada umumnya baja
mengkilap, lalu disimpan dalam inkubator            ST 24, ST 40 dan ST 52 mudah terkorosi oleh
dengan suhu lebih kurang 100o C. Hal ini            zat asam seperti H2 SO4 dan HCl (Baboin,
dilakukan agar selama penyimpanan tidak             1996; Bozec et al, 2001). Baja ST24
berkarat sebelum digunakan. Sebelum                 mempunyai tegangan tarik 24 kg/m, Baja ST
digunakan        lempeng baja di dinginkan          40 mempunyai tegangan tarik 40 kg/m dan
sehingga keadaannya sampai suhu kamar,              ST 52 mempunyai tegangan tarik 52 kg/m.
kemudian di timbang (Ulanovskii, 1981;              Baja ST 24 paling mudah mengalami korosi
Rochati, 1995). Lempeng baja yang telah             oleh HCl dan H2 SO4 dibanding dengan ST40
dipersiapkan dimasukkan kedalam botol –             dan ST52. Laju korosi Baja ST 24 dalam
botol kultur yang berisi media perendaman           media H2 SO4 1M tanpa bakteri D. baculatum
yang       telah     diinokulasikan     bakteri

     Tabel 1. Uji Jarak Berganda Duncan terhapap Laju korosi baja ST24,ST40 dan ST52
              oleh Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra

       Baja    Perlakuan                                    Media
                                      H2 SO4     H2 SO4     HCl 1M         HCl       Air
                                       1M         0,1M                     0,1M      Steril
       ST24    Tanpa bakteri        5,87c      3,22b         3,15b       2,54b       0,23a
               +D.baculatum         43,39h     36,41g        34,88g      31,17g      27,35g
               + D.pigra            33,39g     26,41g        24,88f      21,17f      17,35e
       ST40    Tanpa bakteri        3,85b      3,08b         3,23b       2,22b       0,12a
               + D.baculatum        39,67h     32,64f        31,87g      28,90f      24,89f
               + D.pigra            29,67g     22,64f        21,87f      18,90d      14,89d
       ST52    Tanpa bakteri        2,97b      2,65b         2,55b       2,19a       0,08a
               + D.baculatum        37,32h     29,39g        27,61g      20,97f      10,88c
               + D.pigra            27,32g     19,39f        17,61e      10,97c      9,88c
         Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01)


32
Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja




        50
                                                                                     H2SO4 1M
        40
                                                                                     H2SO4 0,1M
        30
                                                                                     HCl 1M
        20
                                                                                     HCl 0,1M
        10
                                                                                     Air Steril
         0
              A1     A2     A3      A1    A2       A3     A1         A2    A3
             ST24                  ST40                  ST52


     Gambar 1. Laju korosi baja ST24,ST40 dan ST52 oleh D>baculatum dan D.pigra

sebesar 5,87 mg/det. Laju koros i baja ST24             yang dilakukan oleh D. bacula tum berlang-
meningkat dalam media H2 SO4 1M yang                    sung dalam sitokrom c yang mempunyai inti
mengandung bakteri D. baculatum, yaitu                  ion besi. D. baculatum dalam pertumbu-
sebesar 43,39 mg/det, berarti mengalami                 hannya melakukan pembelahan biner yang
kenaikan sebesar lebih dari 7 kali. Laju korosi         memerlukan bahan-bahan termasuk Fe dan
Baja ST 40 dalam media H2 SO4 1M tanpa                  sulfur dua kali lipat banyaknya untuk
bakteri D. baculatum sebesar 3,85 mg/det.               disintesis menjadi bahan-bahan penyusun sel
Laju korosi baja ST40 meningkat dalam                   termasuk sitokrom , periplasma dan enzim
media H2 SO4 1M yang mengandung bakteri                 hidrogenase (Ott, 2000; Foprget et al, 2003).
D. baculatum, yaitu sebesar 39,67 mg/det,                    Korosi yang terjadi pada baja ST24,
berarti mengalami kenaikan sebesar lebih dari           ST40 dan ST52 dalam media yang
10 kali.. Laju korosi Baja ST 52 dalam media            mengandung H2 SO4 dan bakteri D. baculatum
H2 SO4 1M tanpa bakteri D. baculatum sebesar            adalah seperti    disajikan pada reaksi-reaksi
2,97 mg/det. Laju korosi baja ST52                      berikut ini:
meningkat dalam media H2 SO4 1M yang
mengandung bakteri D. baculatum, yaitu                                     D. baculatum
sebesar 37,32 mg/det, berarti mengalami                  H2 SO4 + 2H+                 H2 S + 4H 2O (1)
kenaikan sebesar lebih dari 12 kali.
      Baja merupakan           besi        yang                       D. baculatum
mengandung karbon. Ion besi (Fe) digunakan               Fe o                            Fe 2+ + 2e   (2)
oleh bakteri sebagai penyusun sitokrom,
periplasma       dan    penyusun       koenzim                            D. baculatum
hidrogenase. Sitokrom merupakan suatu                    Fe 2+ + H2 S                    FeS + 2H + (3)
pigmen oksidasi reduksi selluler yang
tersusun dari cincin porfirin dengan Fe                                                   Hitam
sebagai intinya. Periplasma merupakan                                      D. baculatum
plasma sel bagian luar yang berhubungan                  2H+ + 2e                         H2 O        (4)
dengan lingkungan, banyak tersusun oleh ion
Fe. Enzim hidrogenase merupakan enzim
yang berperan dalam reduksi besi maupun                     Baja akan terkorosi dalam media yang
sulfat, berintikan ion Fe (Foprget et al, 2003).        mengandung HCl dan bakteri D. baculatum
Menurut Forget, tiap molekul Fe-hidrogenase             melalui reaksi-reaksi berikut ini:
akan mengkonsumsi atau memproduksi ion                            D. baculatum
H2 sebanyak 700 molekul per detik pada suhu                 Fe o                   Fe 2+ + 2e (1)
30o C. Lebih lanjut Forget menyatakan bahwa
pada D. baculatum setiap molekulnya                                 D. baculatum
                                                                2+
hidrogenasenyanya mengndung 14 atom besi.                  Fe + H2 O            FeOH- + H+ (2)
Transport elektron dalam proses respirasi

                                                                                                       33
Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006

     Sebagian Fe 2+ bereaksi dengan Cl- seperti        Site - diracted Mutageneses, Proc. Nalt.
disajikan pada reaksi 3 berikut :                      Acadd. Sei., USA, pp.11625 - 11630
                                                  Gerrassimenko, A., 1979, A Protection of
              D. baculatum                             Structur from Microbiological Corrosion
     2+    -
Fe + 2 Cl + 4 H2O      FeCl2 + 4H2 O (3)               and     Methods       Determining     The
                                                       Resistance of Metals and Coating to
                                                       Biodeterioration, Protection Metals, Vol.
                               putih                   15, No. 4.
                                                  Holt, J. G., N.R.Krieg., P.H.A. Sneath., J.T.
DAFTAR PUSTAKA                                         Staley., and S.T. Williams , 1994,
                                                       Bergey’s Manual of Determinative
Baboin, R., 1996, Galvanic Corrosion.                  Bacteriology, 9th ed., The William &
    ASM Handbook. Formerly 9th ed, Metals              Wilkins. Co, Inc., Baltimore.
    Handbook. Vol. 13. ,                          Korb, J. L, 1996,           Corrosion, ASM
Bagnall, C., 1996, Corrosion in Liquid                 Handbook. Formerly 9th ed, Metals
    Metals. ASM Handbook, Formerly 9th                 Handbook, Vol. 13.
    ed, Metals Handbook. Vol.13.                  Koger, W. J., 1996, Molten – Salt Corrosion,
Bozec, N. L ; D Persson ; A, Nazarov ; and             ASM Handbook. Formerly 9th ed, Metals
    D. Thierry, 2001, Investigation of                 Handbook, Vol. 13.
    Filliform Corrosion on Coated aluminum        Lewandowski, Z., R, Avci., M. Geiser., X.
    alloys by FTIR Microspectroscopy and               Shi., K. Brughton., and N. Yurt, 2002,
    Scanning Kelvin Probe, Journal of The              Biofouling and Corrosion of Steel in
    Electrochemical society, 149 (9),                  Natural Waters, Journal Wat. Svi.
    Swedish Corrosion Institue, Stckholm,              Tech : Wat. Sup., Vol. 2. No. 4, Pp. 65-
    Sweden, Pp. 403 – 408.                             72
Bradford, A. S, 1992, Corrosion Control, Van      Ott, N., 2000, Permeable Reactive Barriers
    Nostrand Reinhold , New York.                      for Inorganic, National network of
Bryson, H. J, 1996, Corrosion of Carbon                enviromental      Management       Studies
    Steel, ASM Handbook, Formerly 9th ed,              Fellow, U.S. enviromental Protection
    Metals Handbook, Vol. 13.                          agency Office of Solid Waste and
Dart, R. K., and R. J. Stretton, 1977,                 Emergency       Response      Technology
    Microbiological Aspect of Pollution                Innovation Office, Washington. DC.
    Control, Elsevier Scientific Publishing            http:/www.clu-in.org, pp. 1- 37
    Company, Amsterdam.                           Pohlman, L. S., 1996, Atmospheric Corrosi-
Davison, M. R.,1996, Corrosion of Stainless            on, ASM Handbook. Formerly 9th ed,
    Steels. ASM Handbook. Formerly 9th ed,             Metals Handbook. Vol. 13.
    Metals Handbook. Vol. 13.                     Postgate, J. R., 1965, Recent Advances in the
Dexter, C. S., 1995, Localized Biological              Study of Sulfat educing Bacteria.
    Corrosion . College of Marine Studies              Bacteriological reviev. Vol 29 No. 4.
    University Of Delaware.                       Rochati, D, 1995, Pengembangan Desain
Dexter, C. S, 1996, General Biological                 Produk Pipa dan Pelat Baja Tahan
    Corrosion, ASM Handbook, Formerly                  Korosi dalam Lingkungan Gas. Dep.
    9th ed, Metals Handbook, Vol. 13.                  Perindustrian. Balai besar penelitian dan
Doelle, H. W., 1969, Bacterial Metabolism,             Pengembangan Industri Bahan dan
    Academic Press, New York and London                Barang teknik. Bandung.
Forget,N., Rouset,M., Monlet, Y. Guiarelli,B.,    Suhartanti, D., 2004, Isolasi dan Identi-fikasi
    Asco, M., Bertrand,P., Fonticilia, and             Bakteri Pereduksi Sulfat dari Kawasan
    J.C.,     Hatchikian,     E.C.,    2003,           PLTP Kamojang Jawa Barat, Prosiding
    Biochemestry (3Fe-4S) to (4Fe -SS)                 Seminar Nasional dan hasil-Hasil
    Cluster Conversion in desulfovibrio                Penelitian, Universitas Muhammadyah
    fructosoxorans (NiFe) Hydrogenase by               Semarang.
                                                                 , 2004, Isolasi dan Identfi-
                                                       kasi Bakteri Anaerob dari Baja

34
Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja

     yang Terkorosi di Kawasan PLTP                   copy Study of the Biocidal Effect of Super
     Kamojang Jawa Barat, Proceeding                  Oxidised Water Sterilox, Journal Biofilm,
     Seminar MIPA IV, FMIPA, Institut                 Vol.     3.,   Online     Journal-URL://
     Teknologi Bandung, Pp. 261-264                   www.bdt.org.br/bioline/bf.
Sukamto, 1993, Corrosion control on Sea           Ullanovski, I. B. and A. V. Ledeney, 1981,
     Water Cooler at Arum LNG Plant                   Influence of Sulfat Reducing Bacteria on
     Lhoksemawe, LIPI, Bandung.                       Cathodic Protection of Steel, Plenum
Supardi, R., 1997, Korosi, Penerbit Tarsito           Publishing Corporation.
          Bandung.                                Wallen, B., 1998, Corrosion of Stainless Steel
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie, 1993, Prinsip       in Seawater, Journal. Acom. Avesta
     dan Prosedur Statistik. Terjemah :               Sheffield, Avesta Sheffield Corrosion
     Bambang Sumantri. Penerbit Gramedia.             Management          and       Application
     Jakarta.                                         Engineering      A.B.     Research      &
Tapper, R.C., Smith, J.R., Cooking,C., and            Development, Sweden, Vol., pp.1-14
     Beech, I.B., 1998, Atomic Force Micros-




                                                                                            35
Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006




36

Contenu connexe

Tendances

Laporan Kimia_korosi besi
Laporan Kimia_korosi besiLaporan Kimia_korosi besi
Laporan Kimia_korosi besi
Feren Jr
 
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
Zhafran Anas
 
Jurnal Tentang Mesin
Jurnal Tentang MesinJurnal Tentang Mesin
Jurnal Tentang Mesin
Alen Pepa
 
Laporan Praktikum Kimia (Korosi)
Laporan Praktikum Kimia (Korosi)Laporan Praktikum Kimia (Korosi)
Laporan Praktikum Kimia (Korosi)
Raha Sia
 
Mekanisme Korosi
Mekanisme KorosiMekanisme Korosi
Mekanisme Korosi
randiramlan
 

Tendances (20)

Makalah Korosi
Makalah KorosiMakalah Korosi
Makalah Korosi
 
Laporan Kimia_korosi besi
Laporan Kimia_korosi besiLaporan Kimia_korosi besi
Laporan Kimia_korosi besi
 
Modul2_Korosi
Modul2_KorosiModul2_Korosi
Modul2_Korosi
 
korosi
korosikorosi
korosi
 
Material teknik-pertemuan-11
Material teknik-pertemuan-11Material teknik-pertemuan-11
Material teknik-pertemuan-11
 
Korosi suatu material
Korosi suatu materialKorosi suatu material
Korosi suatu material
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
 
Korosi atau Perkaratan
Korosi atau PerkaratanKorosi atau Perkaratan
Korosi atau Perkaratan
 
Korosi 2
Korosi 2Korosi 2
Korosi 2
 
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
 
Korosi dan proteksi katodik
Korosi dan proteksi katodikKorosi dan proteksi katodik
Korosi dan proteksi katodik
 
Jurnal Tentang Mesin
Jurnal Tentang MesinJurnal Tentang Mesin
Jurnal Tentang Mesin
 
makalah macam-macam korosi
makalah macam-macam korosimakalah macam-macam korosi
makalah macam-macam korosi
 
Korosi pada besi
Korosi pada besiKorosi pada besi
Korosi pada besi
 
Laporan korosi besi
Laporan korosi besiLaporan korosi besi
Laporan korosi besi
 
Laporan Praktikum Kimia (Korosi)
Laporan Praktikum Kimia (Korosi)Laporan Praktikum Kimia (Korosi)
Laporan Praktikum Kimia (Korosi)
 
macam-macam korosi
macam-macam korosimacam-macam korosi
macam-macam korosi
 
Tugas korosi iii
Tugas korosi iiiTugas korosi iii
Tugas korosi iii
 
Mekanisme Korosi
Mekanisme KorosiMekanisme Korosi
Mekanisme Korosi
 
Korosi Besi (KIMIA KELAS XII SMA)
Korosi Besi (KIMIA KELAS XII SMA)Korosi Besi (KIMIA KELAS XII SMA)
Korosi Besi (KIMIA KELAS XII SMA)
 

Similaire à 76

Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
daeyah
 

Similaire à 76 (20)

Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
 
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
 
Sifat unsur golongan utama
Sifat unsur golongan utamaSifat unsur golongan utama
Sifat unsur golongan utama
 
Tugas Review Jurnal Indra M_mic.ppt
Tugas Review Jurnal Indra M_mic.pptTugas Review Jurnal Indra M_mic.ppt
Tugas Review Jurnal Indra M_mic.ppt
 
Laporan prakytikum kimia anorganik
Laporan prakytikum kimia anorganikLaporan prakytikum kimia anorganik
Laporan prakytikum kimia anorganik
 
Zuraida titi-22-27
Zuraida titi-22-27Zuraida titi-22-27
Zuraida titi-22-27
 
KIR Kimia
KIR KimiaKIR Kimia
KIR Kimia
 
Daur oksigen
Daur oksigenDaur oksigen
Daur oksigen
 
K o r o s i
K o r o s iK o r o s i
K o r o s i
 
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logamPembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
 
Daur Belerang (Siklus Sulfur)
Daur Belerang (Siklus Sulfur)Daur Belerang (Siklus Sulfur)
Daur Belerang (Siklus Sulfur)
 
Korosi 212
Korosi 212Korosi 212
Korosi 212
 
Belerang
BelerangBelerang
Belerang
 
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
 
KOROSI
KOROSIKOROSI
KOROSI
 
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
 
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
 

76

  • 1. Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja LAJU KOROSI BAJA OLEH DESULFOMICROBIUM BACULATUM DAN DESULFOMONAS PIGRA (Corrosion Rate of Steel by Desulfomicrobium Baculatum and Desulfomonas Pigra) Dwi Suhartanti Program Studi Biologi FMIPA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jl. Prof. Soepomo Janturan Yogyakarta. Ph. (0274)381523,379418 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju korosi baja produksi PT. Krakatau Steel oleh bakteri Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra. Metode penelitian eksperimental di laboratorium dilakukan dengan rancangan acak lengkap pola faktorial. Faktor pertama adalah baja (ST24,ST40 dan ST 52). Faktor kedua adalah media (HCl 0,1 M, 1 M; H2 S0 4 0,1 M, H2 SO 4 ) dan faktor ketiga adalah jenis bakteri (D.baculatum dan D.pigra). Data dianalisis dengan sidik ragam, dan jika ada perbedaan diuji dengan jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi baja ST24,ST40 dan ST52 meningkat cepat dengan adanya bakteri Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra, khususnya dalam media yang mengandung H2 SO 4 1M. Laju korosi baja ST24 dalam media yang mengandung H2 SO4 1M tanpa Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra meningkat dar 5,87mg/det menjadi 43,39 mg/det dalam media yang mengandung H2 SO 4 1M dan Desulfomicrobium baculatum dan menjadi 33,39 m/det dalam media yang mengandung Desulfomonas pigra. Laju korosi baja ST40 dalam media yang mengandung H2 SO4 1M tanpa Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra bertambah dari 3,85mg/det menjadi 39,67 mg/det dalam media yang mengandung H2 SO 4 1M dan Desulfomicrobium baculatum dan menjadi 29,67 m/det dalam media yang mengandung Desulfomonas pigra .Laju korosi baja ST52 dalam media yang mengandung H2 SO 4 1M tanpa Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra adalah 2,97mg/det menjadi 37,32 mg/det dalam media yang mengandung H2 SO 4 1M dan Desulfomicrobium baculatum.dan menjadi 27,32 m/det dalam media yang mengandung Desulfomonas pigra Kata Kunci : laju korosi, baja, bakteri pereduksi sulfat, Desulfomicrobium baculatum ABSTRACT The purpose of this study was to find out the effect of sulfate reducer bacteria (Desulfomicrobium baculatum and Desulfomonas pigra on corrosion rate of steel. The laboratory experimental method was employed by utilizing the randomized factorial design. The first factor was the steel (ST24,ST40 dan ST 52).The second factor was the media (HCl 0,1 M, 1 M; H 2 S0 4 0,1 M, H2 SO 4 ). Any differences in the results were tested by the Duncan Multiple Range Test. The results of the research indicated that the Corrosion rate of steel ST24,ST40 DAN ST 52 occurred rapidly on media containing Desulfomicrobium baculatum and Desulfomonas pigra, specially on media with the addition 1 M H2 S0 4.. Corrosion rate of steel ST24 on media with addition 1 M H2 S0 4 without Desulfomicrobium baculatum and Desulfomonas pigra increased from 5,87mg/sec to be 43,39 mg/sec on media with addition 1 M H S0 4 containing Desulfomicrobium 2 baculatum and 33,39mg/sec on media with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomonas pigra. Corrosion rate of steel Desulfomicrobium ST40 on media with addition 1 M H2 S0 4 27
  • 2. Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006 without desulfomicrobium baculatum was from 3,85 mg/sec to be 39,67 mg/sec on media with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomicrobium baculatum and 29,6739 mg/sec on media with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomonas pigra. Corrosion rate of steel ST52 on media with the addition of 1 M H2 S0 4 is 2,97mg/sec to be 37,32 mg/sec on media with addition 1 M H2 S0 4 containing Desulfomicrobium baculatum and 27,32 mg/sec on media with addition 1 M H 2 S0 4 containing Desulfomonas pigra Keyword : corrosion rate, sulphate reducing bacteria, steel, Desulfomonas pigra, Desulfomicro- microbium baculatum Makalah diterima 17 September 2005 1. PENDAHULUAN suatu lingkungan asam yang korosif. Dalam kondisi yang aerob bakteri ini akan Korosi dapat terjadi karena proses fisis, mengoksidasi sulfur atau senyawa sulfur khemis maupun bio logis. Korosi biologis menjadi asam sulfat yang mempercepat korosi pada umumnya disebabkan karena adanya (Bradford, 1992; Pohlman, 1996; Bagnall, mikrobia. Mikrobia dalam proses korosi 1996; Bryson, 1996; Davison,1996; Supardi, dianggap sebagai penyebab tersendiri, 1997). yang dalam kerjanya dapat sendiri atau Bakteri memperoleh energi dari oksidasi merupakan gabungan dari sejumlah mikroba Fe 2+ menjadi Fe 3+ yang terlihat pada endapan. yang berbeda (Rochati, 1995 ; Dexter, 1996 ; Mereka sebagian terlihat dalam pipa (khas Stoecker , 1996 ; Supardi, 1997 ). seperti gundukan 1/2 lingkaran) di atas lubang Mikroorganisme hadir pada kondisi pada permukaan baja. Beberapa termasuk aerob, maupuni anaerob. Kondisi anaerob pengoksidasi besi mereka terdapat di lam selalu hadir pada suatu lingkungan mikro, sebagai lapisan protein yang panjang atau dibawah dari kondisi aerob. Kondisi pH dan bentuk fila men. Filamen yang panjang tersedianya nutrisi juga merupakan faktor Bakteri pereduksi sulfat (SRB) , yang menetukan apakah suatu jenis merupakan salah satu mikrobia yang turut mikroorganisme dapat berkembang di dalam berperan dalam proses korosi adalah bakteri tanah dan menyebabkan korosi (Bradford, pereduksi sulfat yang hidup secara a naerob. 1992; Pohlman, 1996; Bagnall,1996; Bryson, Bakteri ini ditemukan hampir pada semua 1996; Davison,1996; Lewandowski, and tanah dan air, terutama yang banyak Hamilton, 2002). mengandung bahan organik. Bakteri Salah satu mikroba yang turut berperan pengoksidasi sulfur / sulfid termasuk dalam proses korosi mikrobiologis adalah golongan bakteri aerob yang memperoleh bakteri pereduksi sulfat (SRB) yang hidup energi dari oksidasi sulfid atau elemen sulfur secara anaerob dan dapat tumbuh pada kisaran menghasilkan sulfat. Beberapa tipe bakteri pH 2 sampai pH 9, tetapi optimalnya pada pH aerob, dapat mengoksidasi sulfur menjadi 7. Bakteri ini ditemukan hampir pada semua asam sulfur, pada pH dibawah 1,0 (Bradford , tanah, dan air, terutama yang banyak 1992; Dexter, 1995 ; Dexter, 1996; Stoecker, mengandung bahan organik (Dart, 1977; 1996; Dart, 1997; Supardi, 1997 ; Tapper et Bradford, 1992; Supardi, 1997). Dalam al, 1998). suasana anaerob, asam sulfat akan direduksi Desulfovibrio desulforicans adalah salah oleh bakteri pereduksi sulfat menghasilkan satu jenis bakteri pereduksi sulfat yang sangat gas H2 S dan H2 O. H2 S yang dihasilkan akan berperan dalam proses korosi. Bakteri ini bereaksi dengan besi membentuk FeS, Fe termasuk gram negatif, fakultatif anaerob (OH)2. Mikrobia yang lain yang berperan yang hidupnya tidak tergantung tersedianya dalam korosi adalah bakteri yang hidup secara zat organik, tapi cukup gas CO2 yang aerob, yang telah diketahui dengan baik dan dijadikan sebagai sumber karbon, tetapi jika merupakan suatu kenyataan, misalnya akti- ada zat organik peran bakteri ini dalam proses vitas Thiobacillus yang dapat menghasilkan korosi meningkat. Clostridium nigrificans, 28
  • 3. Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja bersifat gram negatif dan thermofil, juga Hidrogen sulfida yang terbentuk oleh berperan sebagai bakteri pereduksi sulfat. mikrobia pada penguraian secara anaerob, Desulfomonas pigra adalah salah satu jenis oleh mikrobia lain disintesa menjadi bagian bakteri pereduksi yang telah berhasil di isolasi bahan organik atau berubah menjadi senyawa dari kawasan PLTP Kamojang Jawa Barat dan sulfida logam di alam (Dexter, 1996; Supardi, sangat korosif terhadap logam (Dexter, 1995; 1997). Dexter, 1996; Stoecker, 1996; Supardi, 1997 ; Baja banyak digunakan untuk membuat Suhartanti,2004). paku, kawat las, ram kawat, beton bertulang, Menurut Dexter bakteri pereduksi sulfat penyangga tangki - tangki, rak, pagar , pipa – yang sangat berperan dalam proses korosi pipa minyak, tangki-tangki air, pipa – pipa pada besi dan baja yaitu dari genus gas dan tangki gas. Baja seperti halnya besi Desulfovibrio, Desulfotomaculum dan bila berada dalam lingkungan yang korosif Desulf omonas, yang semuanya hidup secara maka akan larut atau mengalami korosi anaerob. Peranan bakteri pereduksi sulfat (Rochati,1995; Korb, 1996; Supardi, 1997). adalah sebagai aseptor yang akan menghasilkan H2 S secara anaerob. Bakteri 2. TINJAUAN PUSTAKA pereduksi sulfat diduga kuat dalam proses korosi logam termasuk baja. Bakteri ini Hampir di semua tempat dan dalam ditemukan hampir pada semua tanah dan air, berbagai kondisi dapat terjadi korosi karena terutama yang banyak mengandung bahan mikrobia. Mikrobia yang paling berperan organik (Dexter, 1996; Stoecker, 1996; dalam proses korosi adalah bakteri pengubah Supardi,1997; Tapper at al, 1998). Dalam sulfat. Produk kor osinya adalah sulfida yang suasana anaerob, asam sulfat (H2 SO4 ) akan berwarna hitam. Bakteri penyebabnya adalah direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat Desulfovibrio desulforicans yang mempunyai menghasilkan gas H2 S dan H2O. enzim hodrogenase yang dapat melakukan depolarisasi pada daerah yang ada H2 SO4 H2 S + 4 H2 O mikrobanya. Jenis lain yang dapat membentuk enzim hidrogenase adalah bakteri-bakteri H2 S yang dihasilkan akan bereaksi pembentuk metan, asam cuka, pereduksi asam dengan besi di anoda nitrat dan perhidrol. Selain bakteri-bakteri tersebut ada bakteri yang penting pada H2 S + Fe +2 FeS + 2H+ teerjadinya korosi yaitu bakteri-bakteri pembentuk oksida-oksida logam seperti Sewaktu membentuk FeS, juga dibentuk Fe bakteri pengoksidasi belerang, besi dan (OH)2 sebagai hasil korosi, pada reaksi antara mangan. Selain dua kelompok bakteri diatas besi dengan ion hidroksil bebas. masih ada mikrobia yang menghasilkan produk-produk metabolisme yang dapat 3 Fe 2+ + 6 (OH) - 3 Fe (OH)2 menyebabkan terjadinya korosi, misal Fungi yang sebagian besar menghasilkan asam yang Hasil akhir berupa menyebabkan korosi pada tembaga dalam lingkungan ada air. Ada bakteri yang tidak 4 Fe +H2 SO4 + 2H2O FeS + 3Fe(OH)2 menyebabkan korosi tetapi menghasilkan O2 yang pada akhirnya juga dapat menjadi penyebab terjadinya korosi karena akan Jika di lingkungan tidak tersedia sulfida tetapi terbentuk sel konsentrasi oksigen. Konstruksi material lain misal karbon dioksida , maka baja yang ditempatkan di laut sebagai tiang akan terbentuk besi karbonat. pancang terjadi korosi yang disebabkan adanya mikrobia yang dapat membentuk sel FeS + H2 CO3 FeCO3 + H2 S konsentrasi oksigen. Kombinasi adanya mikrobia yang mempunyai enzim hidogenase Reaksi ini didahului oleh reaksi antara CO2 dengan mikrobia penghasil oksigen akan lebih dan air membentuk asam karbonat. berbahaya, karena keduanya akan saling mempengaruhi (sinergis) dan lebih tahan 29
  • 4. Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006 terhadap desinfektas dan juga lebih tahan 1. Mikroba dapat mengeluarkan inhibitor terhadap lingkungannya (Stoecker, 1996; mineral dari media fosfat dan nitrat. Supardi, 1997). Fosfat dan Nitrat mempunyai sifat Korosi yang terbesar yang disebabkan inhibitor pada aluminium tapi digunakan oleh bakteri yaitu korosi yang disebabkan dalam metabolisme bakteri. Media yang oleh bakteri pereduksi sulfat. Bakteri ini tertinggal jadi korosi, juga dengan hidup secara anaerobik dan sangat adanya sumber protein dapat membutuhkan senyawa sulfat yang akan menetralkan pengaruh dari inhibitor. direduksi menjadi sulfida. Walaupun dalam Sebenarnya konsentrasi nitrat 12mMol kondisi yang kurang cocok bakteri ini masih sudah efektif untuk inhibitor, tetapi mampu menyerang baja, genus Desulfovibrio dilingkungan 0,2 – 0,8 mMol Nitrat dan subgenusnya Vibrio, sangat berperan sudah dapat menjadi inhibitor. Dengan dalam proses terjadinya korosi dan adanya bakteri maka jumlah konsentrasi Desulfovibrio desulforicans merupakan salah ini jadi tidak berfungsi. satu jenis yang sangat berperan dalam proses 2. Mikrobia dapat merubah hidrokarbonn korosi. Bakteri ini termasuk gram negatif, menjadi produk yang cukup korosif dan dapat membentuk spora. Clostridium walaupun telah diuraikan masih tetap nigrificans merupakan bakteri pereduksi dapat menyerang alumunium. sulfat yang bukan vibrio, bersifat gram 3. Akibat hidupnya mikrobia dapat negatif, termofil dan membentuk spora menimbulkan sel konsentrasi oksigen (Supardi, 1997; Tapper at al, 1998). hingga akan timbul elemen galvanik, di Desulfovibrio adalah bakteri yang hidup mana akan menimbulkan korosi sumur. anaerob, untuk tumbuhnya memerlukan Dalam sumur tadi di dapat bakteri kelembaban, untuk makanannya diperlukan Desulfovibrio desulfuricans dan akan garan sulfat dan fosfat, dan bersifat fakultatif menghasilkan senyawa sulfida. Tipe ototrof, sehingga untuk hidupnya tidak selalu korosi ini analog dengan dengan korosi memerlukan zat organik, tapi cukup ada gas besi sampai terbentuk besi sulfida. CO2 yang dijadikan sebagai sumber karbon, 4. Mikrobia akan mengambil sumber tetapi jika ada zat organik dapat tumbuh lebih elektron dari logam. baik dan tingkat korosifitasnya meningkat. Untuk hidupnya mikroorganisme Desulfovibrio dapat hidup dilingkungan yang melakukan metabolisme secara langsung atau aerob bekerjasama dengan bakteri yang aerob secara tidak langsung dengan logam sehingga dan dapat menimbulkan korosi sumur. Bakteri reaksi akan menimbulkan korosi. Atau dapat ini optimal dapat berperan dalam proses pula hasil reaksinya membuat lingkungan korosi pada pH 7, tetapi pada pH tinggi masih yang korosif. Contoh mikroba reduktor sulfat aktif menyebabkan korosi (Stoecker, 1996; anaerobik adalah Desulfovibrio desulforicans. Supardi, 1997; Tapper at al, 1998). Desulfomonas pigra merupakan bakteri 8H2 O 8H+ + SOH gram negatif, bentuk batang, tidak 4Fe + + 8H+ 4Fe ++ + 8H membentuk endospora, dapat menghidrolisis gelatin, memfermentasi laktosa dan sukrosa H2 SO4 + 8H H2 S + 4 H2 O dan menghasilkan asam dan gas, dapat Fe ++ + H2 S FeS + 2H + mereduksi nitrat, sulfat, dapat mengoksidasi Korosi oleh mikrobia biasanya terjadi laktat dan asetat, tidak dapat mengoksidasi pada pipa logam dala m tanah yang dibungkus propionat (Holt, et al, 1994; Joulian et al, oleh kain aspal yang terbuka dan jadi koloni 2001 ; Suhartanti, 2004). tempat bakteri pereduksi sulfat. Bentuk Mekanisme terjadinya korosi oleh korosinyapun sering seperti bekas lilitan kain adanya bakteri pertama kali di tulis oleh Kurh pada pipa. Ada juga mikroba pengoksidasi dan Vlugt (Supardi, 1997). Ada 4 (empat) belerang hingga dapat membentuk SO 2 yang hipotesa mengenai mekanisme korosi oleh dapat menimbulkan SO3 dan H2 SO4 yang bakteri : dapat menimbulkan korosi yang berat pada logam dalam lingkungan yang aerob (Dexter, 30
  • 5. Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja 1995; Rochati, 1995; Koger, 1996; Supardi, SO4 -- + 10 H + 8 e- H2 S + 4H2 O 1997; Tapper et al, 1998). 4 Feo 4 Fe++ + 8 e- Semua korosi pada dasarnya merupakan proses elektrokimia, tetapi cara bakteri ini 4 Fe O + SO-- + 10 H+ H2 S + 4 H2 O + 4 Fe++ memulai pada proses korosi sangat khas. Pada 4 Fe ++ + H2 S FeS + 3 Fe++ + 2H+ mulanya penelitian korosi yang disebabkan oleh bakteri yang anaerob diadakan di Belanda, yaitu pada pipa-pipa yang 4Fe + SO4 -- + 8 H+ FeS 3Fe++ + 4H2 O terpendam. Baru kemudian di selidiki di Afrika selatan, Inggris, Australia, Jerman dan Besi karbon ( baja ) adalah besi yang Uni Sovie t. Banyak teori mekanisme korosi mengandung karbon 1,7 %, sifat baja dari yang disebabkan oleh bakteri yang anaerob. 0,05 % C dengan 1 % C mempunyai sifat Semua teori tersebut didasarkan pada lapisan yang sangat berbeda. Baja yang kadar molekul hydrogen hasil korosi pada karbonnya sangat rendah 0 % disebut Ferit, permukaan logam, sehingga terjadi sel Baja yang mengandung karbon ± 2 % disebut galvanik. Jika ada bakteri pereduksi sulfat, sementit dan yang mengandung 0,8 % anoda pada sel galvanik berbentuk: disebut perlit. Ferit hampir serupa besi murni atau hanya sedikit mengandung karbon. 2H++ + SO 4 --4H2 H2 S + 4H2 O Karbon memberi sifat kuat dan keras. Ferit sifatnya lemah tapi plastis, hanya terbentuk Fe ++ + H2 S FeS + 2H + pada temperatur rendah dan bersifat magnetik, Sementit adalah besi karbon yang dikenal Fe O Fe ++ + 2e sebagai besi karbida dengan rumus kimia Fe 3 C, mengandung karbon 1,6 – 2,0 %, Dengan kehilangan hydrogen membentuk dari bersifat kuat dan keras serta bersifat besi, anoda pada besi menjadi ; magnetik, Perlit adalah baja yang merupakan campuran antara Ferit dan Sementit ( α + Fe o Fe ++ + 2 e Fe 3 C ), keras dan bersifat magnetik, Austenit, Elektron bebas yang terbentuk pindah ke merupakan baja karbon yang tidak bersifat katoda dan bereaksi dengan ion hydrogen magnetik dan tahan karat (Korb, 1996; Koger, membentuk gas hydrogen. 1996). 2H+ + 2e H2 3. METODOLOGI PENELITIAN Ion ferro bebas kemudian bereaksi dengan Bahan yang digunakan dalam penelitian hydrogen sulfid pada anoda membentuk ion ini adalah baja ST – 400 tanpa pelapisan, hydrogen bebas dan ferro sulfid. Ion hydrogen isolat bakteri Desulfomicrobium baculatum, bebas pindah ke katoda dan bereaksi dengan media SRB cair, aquades steril, H2 SO4 0,1 N, gugus hydroksil membentuk air (Koger, 1996; H2 SO4 1 N, HCl 1 N, HCl 0,1 N., KOH, JKJ, Supardi, 1997; Wallen,1998; Grimm et al, KCl, reagen α , α - dipiridil, larutan 2002 ). thiosianat, larutan buffer. Kadang-kadang pada beberapa sistem Alat-alat yang digunakan adalah botol – tidak di jumpai adanya sulfida, tetapi material botol kultur, cawan petri, erlenmeyer, beker lain misal oksida (Sukamto, 1993). Jika glass, pipet 10 ml, pipet 1 ml , tabung titrasi, sistem air berisi karbon dioksida, maka akan kompor gas, bunsen, skapel, pipet, pH meter, terbentuk besi karbonat. aluminium foil, labu ukur, incubator, lampu spiritus, mikroskop, rak tabung reaksi, FeS + OH - + H2O Fe (OH)2 + HS- autoclave, incubator, oven, timbangan analit. Ferro sulfida terbentuk dengan adanya Peubah yang akan diamati pada bakteri pereduksi sulfat. Perubahan ini dapat penelitian ini, yaitu H2 S yang dihasilkan, laju diikuti dalam larutan asam : 31
  • 6. Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006 korosi, masing – masing pada hari ke 6, 8, 10, Desulfomicrobium baculatum. H2 S yang 12 dan 14 setelah perlakuan dan penambahan dihasilkan pada hari ke 6, 8, 10, 12 dan ke 14 jumlah bakteri pada akhir perlakuan (hari ke dianalisa dengan metode titrasi. .Jumlah 14). bakteri pada akhir perlakuan dengan metode Metode yang digunakan dalam penelitian pengenceran.Berat sampel baja pada akhir ini adalah metode eksperimen di perendaman ditimbang.Laju korosi sample - Laboratorium. Rancangan yang digunakan sampel baja setelah akhir perendaman adalah Ral (Rancangan Acak Lengkap) dihitung. dengan lima perlakuan dengan lima kali ulangan.Data yang diperoleh dianalisis 5. HASIL PENELITIAN DAN Anova dan jika ada perbedaan dilanjutkan PEMBAHASAN dengan Uji Duncan (Steel and Torrie, 1993). Dengan Sidik Ragam terlihat adanya 4. PROSEDUR KERJA perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara laju korosi baja ST24, ST 40 dan ST 52 oleh Media perendaman dimasukkan dalam Desulfomicrobium baculatum dan botol – botol kultur d disteril, kemudian an Desulfomonas pigra pada media yang hasil isolasi dan identifikasi di inokulasikan berbeda. Berdasarkan Uji Jarak Berganda kedalam botol – botol kultur.Lempeng baja Duncan ada perbedaan sangat nyata dipotong-potong 1,5 x 3,0 Cm dengan tebal 4 (P<0.01) seperti terlihat pada Tabel 1. mm, dihaluskan dengan gerinda, dan digosok Gambar 1 menunjukkan adanya pening- amplas sampai permukaan halus dan katan laju korosi pada baja ST 24, ST 40 dan mengkilap. Kemudian d igosok lagi dengan ST 52 yang diakibatkan oleh bakteri D. carborundum sampai lebih halus dan baculatum .Seperti logam pada umumnya baja mengkilap, lalu disimpan dalam inkubator ST 24, ST 40 dan ST 52 mudah terkorosi oleh dengan suhu lebih kurang 100o C. Hal ini zat asam seperti H2 SO4 dan HCl (Baboin, dilakukan agar selama penyimpanan tidak 1996; Bozec et al, 2001). Baja ST24 berkarat sebelum digunakan. Sebelum mempunyai tegangan tarik 24 kg/m, Baja ST digunakan lempeng baja di dinginkan 40 mempunyai tegangan tarik 40 kg/m dan sehingga keadaannya sampai suhu kamar, ST 52 mempunyai tegangan tarik 52 kg/m. kemudian di timbang (Ulanovskii, 1981; Baja ST 24 paling mudah mengalami korosi Rochati, 1995). Lempeng baja yang telah oleh HCl dan H2 SO4 dibanding dengan ST40 dipersiapkan dimasukkan kedalam botol – dan ST52. Laju korosi Baja ST 24 dalam botol kultur yang berisi media perendaman media H2 SO4 1M tanpa bakteri D. baculatum yang telah diinokulasikan bakteri Tabel 1. Uji Jarak Berganda Duncan terhapap Laju korosi baja ST24,ST40 dan ST52 oleh Desulfomicrobium baculatum dan Desulfomonas pigra Baja Perlakuan Media H2 SO4 H2 SO4 HCl 1M HCl Air 1M 0,1M 0,1M Steril ST24 Tanpa bakteri 5,87c 3,22b 3,15b 2,54b 0,23a +D.baculatum 43,39h 36,41g 34,88g 31,17g 27,35g + D.pigra 33,39g 26,41g 24,88f 21,17f 17,35e ST40 Tanpa bakteri 3,85b 3,08b 3,23b 2,22b 0,12a + D.baculatum 39,67h 32,64f 31,87g 28,90f 24,89f + D.pigra 29,67g 22,64f 21,87f 18,90d 14,89d ST52 Tanpa bakteri 2,97b 2,65b 2,55b 2,19a 0,08a + D.baculatum 37,32h 29,39g 27,61g 20,97f 10,88c + D.pigra 27,32g 19,39f 17,61e 10,97c 9,88c Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01) 32
  • 7. Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja 50 H2SO4 1M 40 H2SO4 0,1M 30 HCl 1M 20 HCl 0,1M 10 Air Steril 0 A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 A3 ST24 ST40 ST52 Gambar 1. Laju korosi baja ST24,ST40 dan ST52 oleh D>baculatum dan D.pigra sebesar 5,87 mg/det. Laju koros i baja ST24 yang dilakukan oleh D. bacula tum berlang- meningkat dalam media H2 SO4 1M yang sung dalam sitokrom c yang mempunyai inti mengandung bakteri D. baculatum, yaitu ion besi. D. baculatum dalam pertumbu- sebesar 43,39 mg/det, berarti mengalami hannya melakukan pembelahan biner yang kenaikan sebesar lebih dari 7 kali. Laju korosi memerlukan bahan-bahan termasuk Fe dan Baja ST 40 dalam media H2 SO4 1M tanpa sulfur dua kali lipat banyaknya untuk bakteri D. baculatum sebesar 3,85 mg/det. disintesis menjadi bahan-bahan penyusun sel Laju korosi baja ST40 meningkat dalam termasuk sitokrom , periplasma dan enzim media H2 SO4 1M yang mengandung bakteri hidrogenase (Ott, 2000; Foprget et al, 2003). D. baculatum, yaitu sebesar 39,67 mg/det, Korosi yang terjadi pada baja ST24, berarti mengalami kenaikan sebesar lebih dari ST40 dan ST52 dalam media yang 10 kali.. Laju korosi Baja ST 52 dalam media mengandung H2 SO4 dan bakteri D. baculatum H2 SO4 1M tanpa bakteri D. baculatum sebesar adalah seperti disajikan pada reaksi-reaksi 2,97 mg/det. Laju korosi baja ST52 berikut ini: meningkat dalam media H2 SO4 1M yang mengandung bakteri D. baculatum, yaitu D. baculatum sebesar 37,32 mg/det, berarti mengalami H2 SO4 + 2H+ H2 S + 4H 2O (1) kenaikan sebesar lebih dari 12 kali. Baja merupakan besi yang D. baculatum mengandung karbon. Ion besi (Fe) digunakan Fe o Fe 2+ + 2e (2) oleh bakteri sebagai penyusun sitokrom, periplasma dan penyusun koenzim D. baculatum hidrogenase. Sitokrom merupakan suatu Fe 2+ + H2 S FeS + 2H + (3) pigmen oksidasi reduksi selluler yang tersusun dari cincin porfirin dengan Fe Hitam sebagai intinya. Periplasma merupakan D. baculatum plasma sel bagian luar yang berhubungan 2H+ + 2e H2 O (4) dengan lingkungan, banyak tersusun oleh ion Fe. Enzim hidrogenase merupakan enzim yang berperan dalam reduksi besi maupun Baja akan terkorosi dalam media yang sulfat, berintikan ion Fe (Foprget et al, 2003). mengandung HCl dan bakteri D. baculatum Menurut Forget, tiap molekul Fe-hidrogenase melalui reaksi-reaksi berikut ini: akan mengkonsumsi atau memproduksi ion D. baculatum H2 sebanyak 700 molekul per detik pada suhu Fe o Fe 2+ + 2e (1) 30o C. Lebih lanjut Forget menyatakan bahwa pada D. baculatum setiap molekulnya D. baculatum 2+ hidrogenasenyanya mengndung 14 atom besi. Fe + H2 O FeOH- + H+ (2) Transport elektron dalam proses respirasi 33
  • 8. Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006 Sebagian Fe 2+ bereaksi dengan Cl- seperti Site - diracted Mutageneses, Proc. Nalt. disajikan pada reaksi 3 berikut : Acadd. Sei., USA, pp.11625 - 11630 Gerrassimenko, A., 1979, A Protection of D. baculatum Structur from Microbiological Corrosion 2+ - Fe + 2 Cl + 4 H2O FeCl2 + 4H2 O (3) and Methods Determining The Resistance of Metals and Coating to Biodeterioration, Protection Metals, Vol. putih 15, No. 4. Holt, J. G., N.R.Krieg., P.H.A. Sneath., J.T. DAFTAR PUSTAKA Staley., and S.T. Williams , 1994, Bergey’s Manual of Determinative Baboin, R., 1996, Galvanic Corrosion. Bacteriology, 9th ed., The William & ASM Handbook. Formerly 9th ed, Metals Wilkins. Co, Inc., Baltimore. Handbook. Vol. 13. , Korb, J. L, 1996, Corrosion, ASM Bagnall, C., 1996, Corrosion in Liquid Handbook. Formerly 9th ed, Metals Metals. ASM Handbook, Formerly 9th Handbook, Vol. 13. ed, Metals Handbook. Vol.13. Koger, W. J., 1996, Molten – Salt Corrosion, Bozec, N. L ; D Persson ; A, Nazarov ; and ASM Handbook. Formerly 9th ed, Metals D. Thierry, 2001, Investigation of Handbook, Vol. 13. Filliform Corrosion on Coated aluminum Lewandowski, Z., R, Avci., M. Geiser., X. alloys by FTIR Microspectroscopy and Shi., K. Brughton., and N. Yurt, 2002, Scanning Kelvin Probe, Journal of The Biofouling and Corrosion of Steel in Electrochemical society, 149 (9), Natural Waters, Journal Wat. Svi. Swedish Corrosion Institue, Stckholm, Tech : Wat. Sup., Vol. 2. No. 4, Pp. 65- Sweden, Pp. 403 – 408. 72 Bradford, A. S, 1992, Corrosion Control, Van Ott, N., 2000, Permeable Reactive Barriers Nostrand Reinhold , New York. for Inorganic, National network of Bryson, H. J, 1996, Corrosion of Carbon enviromental Management Studies Steel, ASM Handbook, Formerly 9th ed, Fellow, U.S. enviromental Protection Metals Handbook, Vol. 13. agency Office of Solid Waste and Dart, R. K., and R. J. Stretton, 1977, Emergency Response Technology Microbiological Aspect of Pollution Innovation Office, Washington. DC. Control, Elsevier Scientific Publishing http:/www.clu-in.org, pp. 1- 37 Company, Amsterdam. Pohlman, L. S., 1996, Atmospheric Corrosi- Davison, M. R.,1996, Corrosion of Stainless on, ASM Handbook. Formerly 9th ed, Steels. ASM Handbook. Formerly 9th ed, Metals Handbook. Vol. 13. Metals Handbook. Vol. 13. Postgate, J. R., 1965, Recent Advances in the Dexter, C. S., 1995, Localized Biological Study of Sulfat educing Bacteria. Corrosion . College of Marine Studies Bacteriological reviev. Vol 29 No. 4. University Of Delaware. Rochati, D, 1995, Pengembangan Desain Dexter, C. S, 1996, General Biological Produk Pipa dan Pelat Baja Tahan Corrosion, ASM Handbook, Formerly Korosi dalam Lingkungan Gas. Dep. 9th ed, Metals Handbook, Vol. 13. Perindustrian. Balai besar penelitian dan Doelle, H. W., 1969, Bacterial Metabolism, Pengembangan Industri Bahan dan Academic Press, New York and London Barang teknik. Bandung. Forget,N., Rouset,M., Monlet, Y. Guiarelli,B., Suhartanti, D., 2004, Isolasi dan Identi-fikasi Asco, M., Bertrand,P., Fonticilia, and Bakteri Pereduksi Sulfat dari Kawasan J.C., Hatchikian, E.C., 2003, PLTP Kamojang Jawa Barat, Prosiding Biochemestry (3Fe-4S) to (4Fe -SS) Seminar Nasional dan hasil-Hasil Cluster Conversion in desulfovibrio Penelitian, Universitas Muhammadyah fructosoxorans (NiFe) Hydrogenase by Semarang. , 2004, Isolasi dan Identfi- kasi Bakteri Anaerob dari Baja 34
  • 9. Dwi Suhartanti, Laju Korosi Baja yang Terkorosi di Kawasan PLTP copy Study of the Biocidal Effect of Super Kamojang Jawa Barat, Proceeding Oxidised Water Sterilox, Journal Biofilm, Seminar MIPA IV, FMIPA, Institut Vol. 3., Online Journal-URL:// Teknologi Bandung, Pp. 261-264 www.bdt.org.br/bioline/bf. Sukamto, 1993, Corrosion control on Sea Ullanovski, I. B. and A. V. Ledeney, 1981, Water Cooler at Arum LNG Plant Influence of Sulfat Reducing Bacteria on Lhoksemawe, LIPI, Bandung. Cathodic Protection of Steel, Plenum Supardi, R., 1997, Korosi, Penerbit Tarsito Publishing Corporation. Bandung. Wallen, B., 1998, Corrosion of Stainless Steel Steel, R. G. D. and J. H. Torrie, 1993, Prinsip in Seawater, Journal. Acom. Avesta dan Prosedur Statistik. Terjemah : Sheffield, Avesta Sheffield Corrosion Bambang Sumantri. Penerbit Gramedia. Management and Application Jakarta. Engineering A.B. Research & Tapper, R.C., Smith, J.R., Cooking,C., and Development, Sweden, Vol., pp.1-14 Beech, I.B., 1998, Atomic Force Micros- 35
  • 10. Berkala MIPA, 16(1), Januari 2006 36