PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
Guru sebagai pendidik
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu
profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia yang bermain, bertakwa dan berakhlak mulia serta
mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,makmur,
dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan. Melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki
kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Guru indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, khususnya oleh peserta didik yang dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip
“ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha mewujudkan
prinsip-prinsip tersebut guru indonesia ketika menjalankan tugas-tugas profesional sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai kedewasaan sebagai
calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan
selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar
dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kondisi
seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang
dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan tugas pelaksanaan tugas guru
secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan
dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
1
2. Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional,
setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset
nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang.
1.2 Rumusan masalah
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan sejauh mana peran pendidik dalam upaya
peningkatan kualitas pendidik dalam mutu pendidikan terkait dengan hal – hal teknologi pendidikan
diantara nya komputer dan internet. Pertanyaan dari masalah yang menjadi analisa dalam penelitian
diformulasikan dengan pertanyaan – pertanyaan di bawah ini:
1. Apa Peranan Guru Sebagai Pendidik ?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui seberapa besar tugas dan peran pokok seorang pendidik atau pengajar pada proses
belajar-mengajar
2. Mengupayakan agar tugas dan peran pokok seorang pendidik dalam PBM bisa dijalankan oleh setiap
guru dengan baik yang pada akhirnya tujuan utama pendidikan bisa tercapai
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar pendidik melaui pemahaman akan fungsi
tugas dan perannya bisa meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak didiknya serta
mampu mengembangkan potensi diri peserta didik, mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya
penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat
global.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Beberapa Definisi Mengenai Guru
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai makna "Digugu dan ditiru"
artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris
disebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person Occupation is Teaching Other"
artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian
kepada seseorang atau sekelompok orang.
Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, kognitif maupun psikomotorik.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal. Pertama secara
sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program kelas, yakni orang yang kerjanya
mengajar dan memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-
anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.
Pengertian-pengertian diatas menurut Muhibbin Syah masih bersifat umum, dan oleh karenanya dapat
mengundang bermacam-macam interpretasi dan bahkan juga konotasi (arti lain). Pertama adalah kata
"seorang (A Person) bisa mengacu pada siapa saja asal pekerjaan sehari-harinya (profesinya) mengajar.
Dalam hal ini berarti bukan hanya dia yang sehari-harinya mengajar disekolah yang dapat disebut guru,
melainkan juga dia-dia yang lainnya yang berprofesi (berposisi) sebsagai Kyai di pesantren, pendeta di
gereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan, kedua adalah kata "mengajar" dapat pula ditafsirkan
bermacam-macam misalnya:
Menularkan (menyampaikan) pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif)
3
4. Melaih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik)
Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif)
Situs Wikipedia.com, Ensiklopedia online Guru diartikan dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti
guru, (tetapi artinya harafiahnya adalah “berat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam pengertian umum
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam
kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru
dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara
lain: Dosen, Mentor dan Tutor.
Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, “guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”
Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah
khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Jadi
menurutnya guru adalah pendidik yang mempunyai tugas mengoraganisir pelaksanaan interaksi belajar-
mengajar di suatu kelas atau pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung.
B. Beberapa Definisi Mengenai Pendidikan
Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan di bawah ini :
M.J. Langeveld (1995) :
1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada
kedewasaan.
4
5. 2) Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri,
akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
3) Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
Stella van Petten Henderson : Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan
insani dengan warisan sosial. Kohnstamm dan Gunning (1995) : Pendidikan adalah pembentukan hati
nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.
John Dewey (1978) : Aducation is all one with growing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah
segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik
dirinya).
H.H Horne : Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial
melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.
Encyclopedia Americana (1978) :
Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan
atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.
Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh
metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat kita kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan
gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia
peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar
anak belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki, melanjutkan-
mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.
C. Unsur-Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu :
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian oleh
karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri
5
6. (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai
sepanjang hidupnya
2) Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan
masyarakat/organisasi.
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik
yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh
melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan.
Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
4) Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan demikian
bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sulit untuk dilaksanakan di dalam
praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam
kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat tertentu.
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan
sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi inti
bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal
misinya mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangkan
metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
7) Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
D. Asas Pendidikan (Panca Darma)
6
7. Hal penting yang juga perlu difahami oleh seseorang yang akan menjadi seorang guru adalah pilar dasar
pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu :
1. Asas Kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam,
tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk
berkembang secara wajar menurut kodratnya.
2. Asas Kemerdekaan; kemerdekaan sebagai karunia Tuhan kepada semua makhluk manusia yang
memberikan kepadanya “hak untuk mengatur dirinya sendiri”, dengan selalu mengingat syarat-syarat
tertib damainya hidup bersama (masyarakat).
3. Asas Kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudAyaan luar yang telah maju
sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan
utama (jati diri).
4. Asas Kabangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan
bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
5. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk Tuhan.
E. Sistem Pendidikan
Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem Among” sebagai
perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan. Dalam Sistem
Among, maka setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing
ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri handayani.
Ing ngarsa berarti di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan atau lebih berpengatahuan.
Sedangkan tuladha berarti memberi contoh, memberi teladan (Ki Muchammad Said
Reksohadiprodjo, 1989: 47). Jadi ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, sebagai among
atau pendidik adalah orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu
menjadi contoh yang baik atau dapat dijadikan sebagai “central figure” bagi siswa.
Mangun karsa berarti membina kehendak, kemauan dan hasrat untuk mengabdikan diri kepada
kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur. Sedangkan ing madya berarti di tengah-tengah,
yang berarti dalam pergaulan dan hubungannya sehari-hari secara harmonis dan terbuka. Jadi ing
madya mangun karsa mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai pemimpin
7
8. hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat dan kemauan anak didik untuk dapat
kreatif dan berkarya, guna mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal.
Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan penuh tanggung jawab
berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas dari pamrih dan jauh dari sifat authoritative,
possessive, protective dan permissive yang sewenang-wenang. Sedangkan handayani berarti
memberi kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan yang memungkinkan anak
didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri, supaya mereka berkembang menurut garis
kodrat pribadinya.
Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara juga merupakan warisan luhur yang patut
diimplementasikan dalam perwujudan masyarakat yang berkarakter. Jika para pendidik sadar bahwa
keteladanan adalah upaya nyata dalam membentuk anak bangsa yang berkarakter, semua kita tentu akan
terus mengedepankan keteladanan dalam segala perkataan dan perbuatan. Sebab dengan keteladanan itu
maka karakter religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, cinta damai, peduli sosial, dan karakter lain
tentu akan berkembang dengan baik.
Begitu pula jika kita sadar bahwa berkembangnya karakter peserta didik memerlukan dorongan dan
arahan pendidik, sebagai pendidik tentu kita akan terus berupaya menjadi motivator yang baik. Sebab
dengan dorongan dan arahan pendidik maka karakter kreatif, mandiri, menghargi prestasi, dan pemberani
peserta didik akan terbentuk dengan baik.
F. Corak dan Cara Pendidikan
Corak dan cara pendidikan menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara patut kita jadikan sebagai acuan
dalam pengembangan pendidikan karakter. Corak pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah
bersifat nasional. Artinya secara nasional pendidikan harus memiliki corak yang sama dengan tidak
mengabaikan budaya lokal. Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku, ras, dan agama hendaknya
memiliki kesamaan corak dalam mengembangkan karakter anak bangsanya. Hal ini penting untuk
menghindari terjadinya konflik fisik sebagai akibat banyaknya perbedaan.
Pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara bercorak nasional pada awalnya muncul dalam rangka
mengubah sistem pendidikan kolonial menjadi sistem pendidikan nasional yang berdasarkan pada
kebudayaan sendiri. Pendidikan yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah Pendidikan
Nasional. Hal ini diinsyafi benar oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa
harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsa itu. Hanya orang-orang yang berjiwa merdeka
saja yang sanggup berjuang menuntut dan selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Syaratnya ialah
8
9. Pendidikan Nasional, dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan dapat memberi bekal kuat
untuk membangun karakter bangsa.
Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya sebagai “peralatan pendidikan”. Menurut Ki
Hadjar Dewantara cara mendidik itu amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yng patut diperhatikan,
yaitu
a. Memberi contoh (voorbeelt)
b. Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming)
c. Pengajaran (wulang-wuruk)
d. Laku (zelfbeheersching)
e. Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa) (Ki Hadjar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan
Tamansiswa, 1977: 28).
Cara pendidikan yang disebutkan di atas sangatlah tepat untuk membangun karakter anak bangsa.
Pemberian contoh yang disertai dengan pembiasaan sangatlah tepat untuk menanamkan karakter pada
peserta didik. Begitu juga pengajaran
G. Tugas Dan Peran Guru
Tugas Guru - Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya ia
dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan seperangkat latihan
keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang
diperlukannya. Seorang yang berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan keterampilan
keguruan yang akan ditransformasikan kepada anak didik atau siswanya.
Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai
penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas menurut Rostiyah (dalam
Djamarah, 2000 : 36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru profesional adalah :
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-
pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila.
9
10. 3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.
4. Sebagai prantara dalam belajar.
5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan.
6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
7. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan apabila
guru menjalaninya terlebih dahulu.
8. Sebagai adminstrator dan manajerGuru sebagai perencana kurikulum.
9. Guru sebagai pemimpin.
10. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Seorang guru baru dikatakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi sebagai
pembimbing. Dalam hal ini pembimbing yang memiliki sarana dan serangkaian usaha dalam memajukan
pendidikan. Seorang guru menjadi pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Contohnya
guru sebagai pendidik dan pengajar sering kali akan melakukan pekerjaan bimbingan, seperti bimbingan
belajar tentang keterampilan dan sebagainya dan untuk lebih jelasnya proses pendidikan kegiatan
mendidik, mengajar dan membimbing sebagai yang taka dapat dipisahkan.
Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam
perkembanganya dengan jelas dmemberikan langkah dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik
dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal
ini yang terpenting ikut memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
didik. Dengan demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik
perkembangan fisik maupun mental.
Dari uraian di atas secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan
kegiatan belajar mengajar.
2. Motivator
Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar
10
11. 3. Informator
Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diprogramkan dalam
kurikulum.
4. Pembimbing
Peran guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas adalah
sebagai pembimbing.
5. Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan buruk.
6. Inspirator
Sebagai inspirator guru harus dapat membedakan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik.
7. Organisator
Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan oleh guru dalam bidang ini
memiliki kegiatan pengelolaan kegiataan akademik dan lain sebagainya.
8. Inisator
Sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetur ide-ide kemajuan dan pendidikan dalam
pengajaran.
9. Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran anak didik pahami. mempergakan apa
yang diajarkan secara diktatis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak
didik, tujuan pengajaran tercapai dengan efektif dan efisien.
10. Pengelolaan kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat terhimpun semua
anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.
11. Mediator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
dalam berbagai bentuk dan jenisnya baik media non material maupun material.
12. Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses
pengajaran.
13. Evaluator
Guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan memerikan penilaian yang
menyentuh aspek intrinsik dan ekstrinsik.
11
12. WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model,
(3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat,
(6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-
aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih
lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan
hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu
tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan
anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan
norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat
menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau
tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan
negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku
pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus
memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan
perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan
memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku
sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai
dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan
kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
12
13. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan
dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu
kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat
berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar,
mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.
H. Hubungan Guru dengan Berbagai Aspek
Hubungan Guru dengan Peserta Didik :
a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar, membimbing,
mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-hak dan
kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat
c. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-
masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses
kependidikan.
13
14. e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara,
dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan
efisien bagi peserta didik.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi
perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta
didiknya.
j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta
didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan
dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi
yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya
dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionallnya kepada peserta didik dengan
cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
14
15. Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan Orangtua/Wali siswa
dalam melaksannakan proses pedidikan.
2. Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan
peserta didik.
3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.
4. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi dalam memajukan dan
meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta
didik dan proses kependidikan pada umumnya.
6. Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin dengannya berkaitan dengan
kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
7. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk
memperoleh keuntungna-keuntungan pribadi.
Hubungan Guru dengan Masyarakat :
1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat untuk
memajukan dan mengembangkan pendidikan.
2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan meningkatkan kualitas
pendidikan dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
4. Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam
pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya
6. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan
kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
7. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.
8. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam masyarakat.
15
16. Hubungan Guru dengan seklolah :
1. Guru memelihara dan eningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan.
3. Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat
7. Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar dan
kearifan profesional.
8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profsional dan
memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat
profesionalberkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran
10. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan
profesional dengan sejawat.
11. Guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi
sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral,
kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
13. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi
sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat
pribadi dan profesional sejawatnya
15. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau
masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarnya.
16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang
dapat dilegalkan secara hukum.
17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan
memunculkan konflik dengan sejawat.
16
17. Hubungan Guru dengan Profesi :
1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang
diajarkan
3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas
profesionalnya dan bertanggungjawab atas konsekuensiinya.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas
dalam tindkan-tindakan profesional lainnya.
6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat
profesionalnya.
7. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau
tindakan-tindakan proesionalnya
8. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab
yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :
a. Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan
program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi
kepentingan kependidikan
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi
pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi
profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual,
dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat
dan eksistensis organisasi profesinya.
17
18. g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi
dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Hubungan Guru dengan Pemerintah :
a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan
sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya.
b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan berbudaya.
c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD1945.
d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan
untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.
BAB III
18
19. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, diantaranya :
Nilai-nilai yang perlu diinternalisasikan kepada peserta didik dalam pengembangan karakter
adalah: religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan
tanggung jawab.
Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara (ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, dan tut wuru handayani) adalah wasiat luhur yang patut diterapkan dalam
mengembangkan karakter peserta didik.
Corak dan cara pendidikan menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara patut kita jadikan sebagai
acuan dalam pengembangan pendidikan karakter. Pendidikan karakter harus bercorak nasional
dengan menerapkan cara-cara; pemberian contoh, pembiasaan, wulang-wuruk, laku, dan
pengalaman lahir-batin.
Peran guru sebagai demonstrator dalam PBM guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk bisa menjadikan suasana
kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar mengajara atau penyampaian pengetahuan dari
guru ke murid atau proses pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa yang satu dengan
yang lainnya bisa berjalan dengan baik.
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar.
Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
19
20. 3.2 Saran
Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya berorientasi pada nilai
akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana
seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan
luasnya hamparan alam, sehingga dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam dunia
pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas
dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan
para peserta didiknya sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.
20
21. Daftar Pustaka
Helena Asri Sinawang. 2008. Guru dan Watak Bangsa, dari http://www.keyanaku.blogspot.com.
Irna H.N. Hadi Soewito. Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan. Jakarta: Balai Pustaka. 1985.
Ki Gunawan. Aktualisasi konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia di Gerbang XXI, dalam Ki hadjar Dewantara dalam pandangan para cantrik dan mantriknya.
Yogyakarta: MLPTS. 1989.
Ki Hadjar Dewantara. Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
1977.
MLPTS. Peraturan Besar dan Piagam Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta: MLPTS. 1992.
Muchammad Tauchid. Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa. 1963.
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_154.html
http://syadiashare.com/kode-etik-guru-di-indonesia.html
21