SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
PENERAPAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) DALAM UPAYA PENINGKATAN
  HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MEMASANG SISTEM
    PERPIPAAN DAN SALURAN (MSPS) DI SMKN 1 BUKITTINGGI

                       Ilham Ilahi”, Azwir Sahibuddin1, Ahyanuardi2
                                         Abstrak

Penerapan pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learnig)
dalam upaya peningkatan hasil belajar sisiwa pada mata diklat memasang sistem
perpipaan dan saluran (MSPS) di SMKN 1 Bukittingi.
        Penelitian ini dilakukan di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi pada mata
diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS). Peneliti melihat rendahnya
hasil belajar siswa yang belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar ( ≥7 dan
jumlah yang lulus sebanyak 60%).
        Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
ang Learning). Pengajaran dan Pembelajaran kontekstual (CTL) ini melibatkan
7 (tujuh) aspek yaitu : 1. kontruktivis, 2. menemukan (inquiry), 3. bertanya
(questioning), 4. masyarakat belajar (learning community), 5. pemodelan (modelling),
6. refleksi (reflection), 7. penilaian otentik (authentic assesment). Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen. Dengan rancangan penelitian The One Shot Case
Study. Objek penelitian ini adalah siswa kelas I TPTL 1 dengan jumlah siswa 29
orang.
Kata kunci: SMK, Kontekstual(Contextual Teaching ang Learning).


Pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. (Hamalik Oemar, 2001:10)3. Sesuai dengan rumusan tersebut,
orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga
lainnya.    Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut
Johnson (2002:67)4 adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari –hari.




“Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Angkatan 2003 UNP dan lulus tahun 2008.
1
   Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Pembimbing Pertama).
2
   Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Pembimbing Kedua).
3
  Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Bandung : Bumi
Aksara, 2001). h. 10.
4
  Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and Learning: What is is and why it's here to stay (Bandung :
MLC,2002). h. 67.
Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga
bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala
aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut
dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk membentuk
manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang. Sekolah yang
mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan
berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini
dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat
2, yaitu, “Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional”. Berbicara mengenai pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya pemahaman
siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa
yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang
diajarkan. Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep
yang berhubungan dengan materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu
menghubungkan atau mengkaitkan materi ajar yang mereka terima di sekolah
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan nantinya.
       Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem
Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan
pembelajaran kontekstual (CTL) di SMKN 1 Bukittinggi.



METODE

   Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian pra-eksperimental. Dalam
rancangan penelitian ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu
dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu
      tertentu lalu kedua kelompok itu dikenai pengukuran yang sama (Muri Yusuf,
      2005:227)1. Perbedaan yang timbul dianggap bersumber pada variabel perlakuan.
      Model penelitian ini dikenal dengan The One Shot Case Study. Bagan rancangan
      penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
      Tabel 1. Rancangan Penelitian

               Kelas            Pretest           Treatment            Postest
         Eksperimen                -                     X               T2
         Kontrol                   -                     -                -

      Keterangan:

      X : Perlakuan yang diberikan untuk kelas eksperimen, yaitu penerapan model

             pembelajaran CTL

      T2 : Tes akhir yang diberikan untuk kelas eksperimen

      Untuk melakukan penelitian eksperimental maka jumlah siswa kelas I TPTL yang

      berjumlah 80 orang siswa dibagi dalam 2 kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen

      dan kelas kontrol. Dengan asumsi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

      seperti guru, materi pelajaran, faktor internal siswa dan yang lainnya diabaikan.

      1. Kelas Eksperimen

           Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan tindakan. Untuk menetukan

           kelas eksperimen terlebih dahulu mengumpulkan daftar nilai siswa pada

           semester sebelumnya dan melihat nilai rata-rata kelas terendah, sebagai kelas

           eksperimen dipilih kelas I TPTL 1 sebagai kelas dengan rata-rata kelas

           terendah selain itu pihak sekolah memberikan saran dan masukan untuk

           melakukan penelitian pada kelas tersebut. Pada kelas eksperimen diberikan

           pembelajaran berbasis kontekstual (CTL).




1
    Muri Yusuf. h. 227
2. Kelas Kontrol

       Kelas kontrol pada penelitian berfungsi sebagai pembanding, yaitu untuk

       melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen

       dengan kelas kontrol. Untuk kelas kontrol peneliti memilih kelas I TPTL 1 dan

       I TPTL 2. Pada kelas kontrol diberikan model pembelajaran yang biasa

       dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi pelajaran untuk kedua kelompok

       kelas ini sama, yang membedakan hanya metode pembelajarannya.

     Dari penelitian tersebut terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol, pada proses kegiatan pembelajaran dikelas eksperimen peneliti menerapkan

model pembelajaran CTL, sedangkan pada proses kegiatan pembelajaran dikelas

kontrol menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi

pelajaran untuk kedua kelompok kelas ini sama, yang membedakan hanya metode

pembelajarannya.

HASIL
   Pada bagian ini disajikan data – data hasil penelitian yang meliputi hasil observasi
   penerapan CTL di kelas dan pemaparan tes hasil belajar. Berikut rincian masing-
   masing data tersebut.
   1. Observasi Penerapan CTL di kelas
       a. Konstruktivisme
          Dibawah ini merupakan data yang berisi tentang penerapan kontruktivis di
          kelas.
          Tabel 2 : Ditribusi Hasil Pengamatan Kontruktivis
                                       INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
                INDIKATOR
                                                SETIAP PERTEMUAN
             KONTRUKTIVIS
                                       I   II    III   IV   V   VI    VII   VIII
          1. Siswa membangun
            sendiri pengetahuan            √     √     √         √     √     √
            mereka dengan terlibat
aktif dalam PBM
          2. Guru memberi
               kesempatan kepada
               siswa untuk
               menemukan dan
                                        √    √                √    √    √
               menerapkan idenya
               sendiri dengan
               memberikan
               pertanyaan
          3. Siswa dapat
               mengkomunikasikan                                   √    √     √
               pemahaman mereka
     Kriteria:
     1. Kurang : tidak ada satu pun yang terlaksana
     2. Cukup     : hanya ada satu yang terlaksana
     3. Baik      : lebih dari satu yang terlaksana


Pada tabel diatas terlihat bahwa pada pertemuan pertama hanya satu indikator yang
muncul. Terlihat siswa masih gamang dan belum familiar dengan metode yang
diterapkan. Pada pertemuan pertama tersebut guru menyampaikan beberapa informasi
tentang perkembangan dan contoh kegunaan ilmu kelistrikan di dunia lapangan dan
prospek kerja lulusan jurusan listrik. Pada pertemuan selanjutnya jumlah siswa yang
mau terlibat aktif dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Ketika siswa
diberikan tugas proyek terlihat antusias siswa dan ketika mereka mencari sendiri
materi pelajaran yang mendukung tugas proyek yang diberikan. Terlihat dari tabel
diatas siswa kurang mampu dalam mengkomunikasikan pemahaman mereka, hal itu
terlihat ketika siswa mempresentasikan hasil pengamatan mereka dilapangan, siswa
hanya membacakan dan siswa kurang mampu dalam hal menjelaskan dan menanggapi
pertanyaan-pertanyaan siswa dari kelompok lain. Secara keseluruhan, semua indikator
yang digunakan untuk mengamati penerapan              kontruktivis muncul dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian penerapan kontruktivis pada pertemuan I sampai
VIII termasuk kategori baik. Kualitas penerapan kontruktivis untuk setiap pertemuan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Kontruktivis
         Pertemuan         I          II             III            IV          V              VI      VII        VIII
         Kualitas        C ukup     B a ik       Cukup        Cukup           Cukup          B a ik   B a ik     B a ik


       b. Menemukan (Inquiry)
            Berdasarkan beberapa indikator yang telah dibuat, diperoleh data
            mengenai menemukan pada setiap pertemuan seperti tabel berikut ini :
            Tabel 4 : Distribusi Hasil Pengamatan Menemukan
                                                 INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
                 INDIKATOR
                                                            SETIAP PERTEMUAN
                MENEMUKAN
                                                 I     II     III        IV   V         VI     VII VIII
            1. Siswa menemukan
              sendiri konsep materi
              pelajaran melalui                                          √     √        √             √
              pertanyaan yang
              diajukan
            2. Siswa menemukan
              sendiri konsep materi
                                                       √      √          √     √        √       √     √
              pelajaran melalui
              kegiatan penyelidikan
   Dari tabel diatas terlihat bahwa pertemuan I tidak ada indikator yang muncul.
Kualitas pada pertemuan I ini dikatakan kurang, dan pada pertemuan II dan seterusnya
indikator kedua muncul dimana saat itu siswa ditugaskan untuk mengamati
pemasangan instalasi listrik pasangan luar (outbow) dan pasangan dalam (inbow) di
beberapa tempat berdasarkan kelompok. Disana siswa mencari apa saja materi yang
dibutuhkan mereka dalam pelaksanaan tugas proyek tersebut. Sehingga mereka
bekerja untuk menyelidiki hubungan antara konsep dan teori yang mereka pelajari
dengan konteks dunia nyata di lingkungan mereka masing-masing. Berdasarkan
uraian diatas kualitas dari penerapan menemukan pada setiap pertemuan adalah :
              Tabel 5 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Menemukan
 Pertemuan          I          II          III         IV             V            VI           VII       VIII
 Kualitas       Kurang Cukup          Cukup          B a ik         B a ik     B a ik         Cukup    B a ik
c. Bertanya (questioning)
            Berdasarkan indikator yang telah dibuat, diperoleh data mengenai
            penerapan Bertanya (questioning) seperti dibawah ini :


            Tabel 6 : Distribusi Hasil Pengamatan Bertanya
                                     INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
               INDIKATOR
                                              SETIAP PERTEMUAN
               BERTANYA
                                     I   II   III   IV   V   VI      VII   VIII
          1. Guru menggunakan
            pertanyaan untuk
                                     √        √     √    √   √       √      √
            menuntun siswa
            berpikir
          2. Siswa bertanya untuk
            menggali informasi
            baik kepada guru             √    √     √    √   √       √      √
            maupun kepada
            temannya
          3. Pertanyaan digunakan
            untuk membuat
                                         √    √          √   √       √
            penilaian terhadap
            pemahaman siswa
          4. Pertanyaan yang
            diajukan guru ataupun
            siswa dapat                       √     √        √       √      √
            membangkitkan
            respons siswa lainnya
   Pada     aspek Bertanya ini terlihat indikator yang buat banyak yang muncul.
Bertanya tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa tetapi juga antara siswa dengan
siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukan hanya untuk untuk mengarahkan
siswa untuk terlibat dalam proses belajar mengajar, tetapi juga digunakan untuk
menuntun siswa dalam menemukan konsep materi pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka kualitas penerapan bertanya (questioning) ini adalah
sebagai berikut :
             Tabel 7 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Bertanya
  Pertemuan         I           II     III         IV          V           VI         VII          VIII
  Kualitas       C ukup     B a ik   B a ik   B a ik        B a ik       B a ik    B a ik        B a ik
       d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
             Berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Diperoleh data
             hasil pengamatan penerapan Masyarakat Belajar seperti tabel berikut ini :
             Tabel 8 : Distribusi Hasil Pengamatan Masyarakat Belajar
                INDIKATOR                INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
              MASYARAKAT                           SETIAP PERTEMUAN
                  BELAJAR                I    II    III      IV      V     VI     VII       VIII
        1. Adanya kelompok
             belajar yang
             berkomunikasi untuk              √         √    √       √      √     √          √
             berbagi gagasan dan
             pemahaman
        2. Siswa bekerja sama
             dengan siswa lain
             untuk menciptakan
             pembelajaran yang                          √    √       √      √     √          √
             lebih baik
             dibandingkan dengan
             belajar sendiri
        3. Guru berperan sebagai
             fasilitator yang
                                         √    √         √    √       √      √     √          √
             memandu proses
             pembelajaran
   Dari hasil pengamatan di atas, terlihat pada setiap pertemuan n inidikator tersebut
bermunculan. Pada pertemuan I terlihat hanya satu indikator yang muncul dan pada
setiap pertamuan berikutnya ketika diberikan tugas proyek maka hampir seluruh
indikator tersebut bermunculan, seluruh siswa dibagi dalam 5 (lima) kelompok
dengan beranggotakan masing-masing kelompok 4 (empat) orang. Dengan demikian
berdasarkan kualitas penerapan masyarakat belajar ini dapat dikategorikan terlaksana
dengan baik.
   Tabel 9 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan MasyarakatBelajar
  Pertemuan         I         II       III           IV             V            VI         VII         VIII
  Kualitas       C ukup    B a ik    B a ik        B a ik       B a ik       B a ik       B a ik    B a ik


       e. Refleksi (Reflection)
             Indikator-indikator yang digunakan unuk mengamati penerapan Refleksi
             ini terlihat pada tabel berikut ini :
             Tabel 10 : Distibusi Hasil Pengamatan Penerapan Refleksi
                                               INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
                  INDIKATOR
                                                            SETIAP PERTEMUAN
                   REFLEKSI
                                               I    II        III    IV      V    VI       VII     VIII
             1. Diskusi mengenai hasil
                                                                      √      √        √     √
               kerja kelompok
             2. Siswa menyatakan
               kesimpulan mengenai
                                                     √                       √                      √
               pembelajaran yang
               telah berlangsung
             3. Siswa mencatat hal-hal
               penting yang telah                                            √        √             √
               mereka lakukan
   Dari hasil pengamatan diatas, terlihat pertemuan I indikator tidak ada yang
muncul, Pada pertemuan selanjutnya indikator-indikator tersebut bermunculan seiring
dengan tugas proyek yang dilakukan siswa. Berdasarkan pengamatan diatas terlihat
hanya pada pertemuan ke V keseluruhan inidikator bermunculan. Pada ini dilakukan
kegiatan melihat kembali apa yang telah dibuat, disampaikan kepada siswa. Kualitas
penerapan refleksi ini seperti tabel di bawah ini :


Tabel 11 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Refleksi
  Pertemuan         I         II         III             IV           V          VI         VII         VIII
  Kualitas       Kurang Cukup        Kurang Cukup                   B a ik    B a ik      Cukup      B a ik
Dari tabel diatas dapat terlihat kualitas penerapan refleksi di kelas masih kurang baik,
artinya setiap pertemuan banyak indikator yang belum muncul.


       f. Pemodelan (Modelling)
            Hasil pengamatan penerapan pemodelan di kelas dapat terlihat pada tabel
            di bawah ini :
            Tabel 12 : Distribusi Hasil Pengamatan Pemodelan
                                             INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
                INDIKATOR
                                                          SETIAP PERTEMUAN
                MODELLING
                                             I    II       III   IV    V    VI       VII     VIII
         1. Guru
             mendemonstrasikan
             pembelajaran yang
                                             √     √       √     √              √     √
             sedang dilaksanakan
             agar siswa
             mengikutinya
         2. Siswa
             mendemonstrasikan
                                                           √     √     √        √     √       √
             pembelajaran yang
             sedang dilaksanakan
         3. Siswa yang
             membahasakan
                                                           √                    √
             gagasan yang sedang
             ia pikirkan
   Dari hasil pengamatan diatas, terlihat bahwa pemodelan dalam proses
pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi siswa juga terlibat dalam hal ini
baik di dalam kelas maupun saat kerja kelompok. Pada pertemuan I, II indikator yang
muncul hanya satu. Contoh dari pemodelan ini adalah siswa memperagakan cara
memasukkan kabel pada pipa yang ditanam pada tembok. Kualitas hasil penerapan
pemodelan adalah seperti tabel berikut ini :
            Tabel 13 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Pemodelan
 Pertemuan         I         II       III          IV            V         VI        VII          VIII
 Kualitas      C ukup      C ukup   B a ik       B a ik        Cukup   B a ik       B a ik    Cukup
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dikatakan penerapan pemodelan sudah
terlaksana denga baik. Artinya guru bukan satu-satunya model dalam proses belajar
mengajar tetapi siswa juga bisa dijadikan model dalam mendemonstrasikan suatu
keterampilan.


       g. Penilaian Otentik (Authentic Assesment)
          Pada penilaian otentik ini diperoleh data hasil pengamatan penerapan
          berdasarkan indikator-indikator seperti dibawah ini :
          Tabel 14 : Distribusi Hasil Pengamatan Penilaian Otentik
                INDIKATOR             INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
                AUTHENTIC                      SETIAP PERTEMUAN
                ASSESMENT             I   II   III   IV   V       VI   VII   VIII
         1. Guru mengukur
            pengetahuan dan
            keterampilan siswa            √     √    √     √      √    √      √
            melalui latihan pada
            m odul
         2. Guru mengukur
            pengetahuan dan
            keterampilan siswa
                                                           √      √
            melalui kegiatan
            presentasi hasil kerja
            proyek mereka
         3. Guru mengukur
            pengetahuan dan
            keterampilan siswa            √     √          √                  √
            melalui tanggapan
            yang diberikan
         4. Guru mengukur
            pengetahuan dan
            keterampilan siswa
            dengan tes akhir siswa
Dari hasil pengamatan diatas pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan pada
pertemuan terakhir yaitu pada pertemuan kesepuluh (X). Penilaian berdasarkan
latihan yang tertera pada model dilakukan setiap pertemuan. Dan penilaian akhir pada
tugas proyek dilakukan pada pertemuan VI. Penilaian tidak hanya dilakukan pada
akhir pokok bahasan tetapi pada saat proses belajar berlangsung. Beberapa penilaian
yang diterapkan pada penelitian ini meliputi penilaian latihan pada modul, penilaian
presentasi dan tanggapan serta penilaian tes hasil belajar di akhir pertemuan. Kualitas
dari penerapan penilaian otentik ini adalah seperti berikut :
    Tabel 15 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Penilaian Otentik
  Pertemuan          I      II         III      IV       V              VI    VII      VIII
  Kualitas      Kurang Cukup         B a ik   B a ik   B a ik      B a ik    Cukup    B a ik
   Dengan demikian penerapan penilaian otentik ini cenderung cukup, artinya guru
sudah melakukan penilaian yang sebenarnya untuk melihat kemajuan siswa selama
proses belajar berlangsung. Dalam hal ini tidak semua penilaian otentik dapat
dilaksanakan dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan.


   Setelah dilakukan tes akhir diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada mata
diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) yang menggunakan metode
pembelajaran kontekstual (CTL). Tes hasil belajar ini diberikan kepada 29 orang
siswa I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi. Data tersebut dianalisis sehingga diperoleh
deskripsi statistik nilai dari kelas sampel seperti yang terlihat dibawah ini.
       Tabel 18 : Hasil Analisis Data Tes Akhir
             Kelas               x             s                Xmaks          Xmin
          Sampel             7.31             2.7               8.12           6.45
         Kontrol 1           6.58             1.14              7.75           5.0
         Kontrol 2           7.00             1.06              8.08           5.0
       Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat rata-rata nilai kelas sampel setelah
dilakukan metode pembelajaran adalah 7.31 dengan nilai tertinggi adalah 8.12 dan
nilai terendah 6.45 dengan jumlah siswa yang lulus sebanyak 26 dari 29 orang dan
persentase ketuntasan belajar 89 %. Sedangkan rata-rata nilai siswa pada kelas
kontrol 1 adalah 6.58 dengan nilai tertinggi 7.75 dan nilai terendah adalah 5.00
dengan persentase kelulusan 65 %. Nilai rata-rata kelas kontrol 2 adalah 7.00 dan
nilai tertinggi 8.08, nilai terendah adalah 5.00.
PEMBAHASAN
Bagian ini harus ada. Pembahasan sedapat mungkin dikaitkan dengan (kajian)
pustaka dan disertai rujukan. Diambil dari bagian hasil penelitian (Bab IV) terutama
pada pembahasan hasil dan dari bagian implikasi penelitian (Bab V) .


   Untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperoleh dari tes hasil belajar
   dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji statistik dilaksanakan terlebih
   dahulu dilakukan uji normalitas data.
   1. Uji Normalitas
                 Untuk uji normalitas digunakan uji lilifors terhadap hasil belajar
       MSPS siswa kelas sampel. Setelah dilakukan uji normalitas diperoleh hasil
       yang menunjukkan bahwa pancaran titik-titik grafik untuk kelas sampel berada
       dekat garis lurus, kemudian setelah melakukan tes akhir pada kedua kelas
       sampel diperoleh data sebagai berikut :
       Tabel 19 : Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel
           Kelas           N                      Lo        Lt         Distribusi
           Sampel         29         0,05        0.1409    0.161        Normal

                 Dari data yang diperoleh pada tabel di atas terlihat bahwa pada kelas
       sampel nilai Lo < Lt yaitu 0.1409 < 0.1764, berarti data tersebut terdistribusi
       normal.
   2. Uji Hipotesis
              Setelah dilakukan uji normalitas maka dilakukan uji-F. Berdasarkan
       hasil analisis uji-F dapat dilihat bahwa pada selang kepercayaan 95%
       diperoleh T-value(thitung) = 0.04 dengan dk(0.95)(77)= 3.13, maka berdasarkan
       hasil disebut Hi diterima bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang
       signifikant menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) pada mata
       diklat MSPS di SMKN 1 Bukittinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN



  A. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
  berikut :
  1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) dapat
      meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa di kelas I TPTL 1 SMKN 1
      Bukittingi
  2. Hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
      (MSPS) di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi setelah dilakukan metode
      pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) mengalami peningkatan yang
      cukup signifikan nilai rata-rata setelah diberikan tindakan adalah 7.13, jumlah
      siswa yang lulus sebanyak 26 orang (89%), sedangkan pada kelas kontrol
      yaitu kelas I TPTL 2 nilai rata-rata kelas 6.58 dan jumlah siswa yang lulus
      sebanyak 17 dari 26 orang siswa (65%). Sedangkan untuk kelas I TPTL 3
      nilai rata-rata kelas 7.00 jumah siswa yang lulus sebanyak 19 dari 25 orang
      siswa (80%). Dengan demikian proses belajar mengajar di kelas I TPTL 1
      dikatakan mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar.


  B. Saran
  Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai
  berikut :
  1. Diharapkan para guru mata diklat produktif di SMKN 1 Bukittingi dapat
      menggunakan metode pembelajaran kontekstual dalam kegiatan belajar
      mengajar.
  2. Untuk selanjutnya diharapkan lembaga yang terkait dapat menyusun standar
      penerapan metode kontekstual di sekolah kejuruan khususnya di kelompok
      Teknologi..
  3. Pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada peningkatan bidang
      kognitif siswa, diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengamati hasil
      belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotor.
  4. Sebaiknya dalam penerapan pendekatan kontekstual ini dilakuakan selama 1
      (satu) semester penuh untuk hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA


Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

       Sistem. Bandung : Bumi Aksara.

Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What is is and

       why it's here to stay. Bandung : MLC.

Basrul, Donna. (2005). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Yang Menggunakan

       Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dan Pembelajaran Konvensional Di

       Kelas II SMPN 3 Padang Panjang. Skripsi. FMIPA: UNP.

Depdiknas. (2007). Model Penilaian SMK. Jakarta : Depdiknas.

Djohar, M.S. (2003). Pendidikan Strategik, Alternatif untuk Pendidikan Masa

       Depan Menuju Masyarakat Madani. Bandung : Remaja Rosma Karya.

Fitriza, Rozi. (2005). Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan

       Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning/Ctl) Pada Siswa

       Kelas II SMPN 8 Padang Dan Pendekatan Konvensional Pada Siswa Kelas II

       SMPN 7 Padang. Skripsi. FMIPA:UNP.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

       Bandung : Rosda

Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Contenu connexe

Tendances

Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaLaila Amru
 
Modul 1 Konsep dasar Literasi
Modul 1 Konsep dasar Literasi Modul 1 Konsep dasar Literasi
Modul 1 Konsep dasar Literasi Iwan Sumantri
 
Hakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanHakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanNdang Pratama
 
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranFirman Anz
 
Konsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistikKonsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistiksashiera armhie
 
Mengenali kesehatan rambut
Mengenali kesehatan rambutMengenali kesehatan rambut
Mengenali kesehatan rambutrosarialadyta
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIArief Kurniatama
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruemy mila
 
Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
Keterkaitan Antar Lingkungan PendidikanKeterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
Keterkaitan Antar Lingkungan PendidikanRatri nia
 
Profesi Kependidikan
Profesi Kependidikan Profesi Kependidikan
Profesi Kependidikan Yamanto Isa
 
STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
STRATEGI INOVASI PENDIDIKANSTRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
STRATEGI INOVASI PENDIDIKANRofiani Intan
 
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifKisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifAni Mahisarani
 
Ringkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesia
Ringkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesiaRingkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesia
Ringkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesiaKandidat guru BK Profesional
 

Tendances (20)

Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesia
 
presentasi menyimak kritis
presentasi menyimak kritispresentasi menyimak kritis
presentasi menyimak kritis
 
Prinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaranPrinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaran
 
Ppt laporan observasi
Ppt laporan observasiPpt laporan observasi
Ppt laporan observasi
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
 
Modul 1 Konsep dasar Literasi
Modul 1 Konsep dasar Literasi Modul 1 Konsep dasar Literasi
Modul 1 Konsep dasar Literasi
 
Hakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanHakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikan
 
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaran
 
Materi kuliah landasan pendidikan
Materi kuliah landasan pendidikan Materi kuliah landasan pendidikan
Materi kuliah landasan pendidikan
 
Konsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistikKonsep dasar psikolinguistik
Konsep dasar psikolinguistik
 
Mengenali kesehatan rambut
Mengenali kesehatan rambutMengenali kesehatan rambut
Mengenali kesehatan rambut
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guru
 
Materi wacana
Materi wacanaMateri wacana
Materi wacana
 
Jurnal lengkap
Jurnal lengkapJurnal lengkap
Jurnal lengkap
 
Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
Keterkaitan Antar Lingkungan PendidikanKeterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
 
Profesi Kependidikan
Profesi Kependidikan Profesi Kependidikan
Profesi Kependidikan
 
STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
STRATEGI INOVASI PENDIDIKANSTRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
 
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifKisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
 
Ringkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesia
Ringkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesiaRingkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesia
Ringkasan materi ujian akhir semester bahasa indonesia
 

En vedette

Jurnal Bahasa Indonesia
Jurnal Bahasa IndonesiaJurnal Bahasa Indonesia
Jurnal Bahasa IndonesiaJodi Sugiarto
 
Fungsi dan ragam bahasa indonesia
Fungsi dan ragam bahasa indonesiaFungsi dan ragam bahasa indonesia
Fungsi dan ragam bahasa indonesiaage46
 
Tugas Jurnal Bahasa indonesia dwi
Tugas Jurnal Bahasa indonesia dwiTugas Jurnal Bahasa indonesia dwi
Tugas Jurnal Bahasa indonesia dwianirsu
 
PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016
PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016
PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016Diana Amelia Bagti
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruFrey Krasic
 
Kumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya IlmiahKumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya IlmiahFahmy Metala
 
ragam bahasa
ragam bahasaragam bahasa
ragam bahasaroisah453
 
Ragam frasa verba
Ragam frasa verbaRagam frasa verba
Ragam frasa verbaDita Devi
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnalsyfwan
 
Analisis struktural dalam cerita rakyat
Analisis struktural dalam cerita rakyatAnalisis struktural dalam cerita rakyat
Analisis struktural dalam cerita rakyatSeptian Muna Barakati
 
Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)
Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)
Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)Lindung Ratwiawan
 
Cover bab i kelompok
Cover bab i kelompokCover bab i kelompok
Cover bab i kelompoktaufiq99
 
RAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIARAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIAZUKI SUDIANA
 
Teks eksplanasi kompleks
Teks eksplanasi kompleksTeks eksplanasi kompleks
Teks eksplanasi kompleksMa`rifah Ifah
 
Publikasi kegiatan work shop bahasa inggris
Publikasi kegiatan work shop bahasa inggrisPublikasi kegiatan work shop bahasa inggris
Publikasi kegiatan work shop bahasa inggrisnashrul01
 
Menganalisis teks eksplanasi
Menganalisis teks eksplanasiMenganalisis teks eksplanasi
Menganalisis teks eksplanasiSiti Risa Komala
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaSeptiana Farikha
 
Prawn production in maharashtra
Prawn production in maharashtraPrawn production in maharashtra
Prawn production in maharashtraankush tokare
 

En vedette (20)

TUGAS JURNAL BHS.INDONESIA
TUGAS JURNAL BHS.INDONESIATUGAS JURNAL BHS.INDONESIA
TUGAS JURNAL BHS.INDONESIA
 
Jurnal Bahasa Indonesia
Jurnal Bahasa IndonesiaJurnal Bahasa Indonesia
Jurnal Bahasa Indonesia
 
Fungsi dan ragam bahasa indonesia
Fungsi dan ragam bahasa indonesiaFungsi dan ragam bahasa indonesia
Fungsi dan ragam bahasa indonesia
 
Tugas Jurnal Bahasa indonesia dwi
Tugas Jurnal Bahasa indonesia dwiTugas Jurnal Bahasa indonesia dwi
Tugas Jurnal Bahasa indonesia dwi
 
PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016
PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016
PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
 
Kumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya IlmiahKumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
 
ragam bahasa
ragam bahasaragam bahasa
ragam bahasa
 
Ragam frasa verba
Ragam frasa verbaRagam frasa verba
Ragam frasa verba
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Analisis struktural dalam cerita rakyat
Analisis struktural dalam cerita rakyatAnalisis struktural dalam cerita rakyat
Analisis struktural dalam cerita rakyat
 
Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)
Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)
Unsur unsur yang membangun prosa (cerita)
 
Cover bab i kelompok
Cover bab i kelompokCover bab i kelompok
Cover bab i kelompok
 
RAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIARAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIA
 
Teks eksplanasi kompleks
Teks eksplanasi kompleksTeks eksplanasi kompleks
Teks eksplanasi kompleks
 
Publikasi kegiatan work shop bahasa inggris
Publikasi kegiatan work shop bahasa inggrisPublikasi kegiatan work shop bahasa inggris
Publikasi kegiatan work shop bahasa inggris
 
Menganalisis teks eksplanasi
Menganalisis teks eksplanasiMenganalisis teks eksplanasi
Menganalisis teks eksplanasi
 
TEKS EKSPLANASI
TEKS EKSPLANASITEKS EKSPLANASI
TEKS EKSPLANASI
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Prawn production in maharashtra
Prawn production in maharashtraPrawn production in maharashtra
Prawn production in maharashtra
 

Similaire à CTL-SMK

04. elvinawati hal. 23 28
04. elvinawati hal. 23 2804. elvinawati hal. 23 28
04. elvinawati hal. 23 28Afwanilhuda Nst
 
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...sinupid
 
04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt
04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt
04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.pptUjangSaprudin1
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaFrima Dona Spd
 
Konsep penelitian tindakan kelas
Konsep penelitian tindakan  kelasKonsep penelitian tindakan  kelas
Konsep penelitian tindakan kelasauliyadewii
 
Penelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruan
Penelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruanPenelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruan
Penelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruanDedi Mukhlas
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUANPENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUANDedi Mukhlas
 
071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx
071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx
071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptxSevtyaDwi
 
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)Sugama Maskar
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdfDewiVatikaSari
 
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7gusty_21
 
Bab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNP
Bab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNPBab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNP
Bab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNPBePee NaiNs
 
Penerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro Awalani
Penerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro AwalaniPenerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro Awalani
Penerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro AwalaniKhafid Foundation
 
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdfPENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdfFaridaFadzilah
 

Similaire à CTL-SMK (20)

04. elvinawati hal. 23 28
04. elvinawati hal. 23 2804. elvinawati hal. 23 28
04. elvinawati hal. 23 28
 
Power point spm
Power point spmPower point spm
Power point spm
 
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
 
04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt
04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt
04-Pembelajara Kontekstual-CTL_Edit Sept 2021.ppt
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematika
 
Konsep penelitian tindakan kelas
Konsep penelitian tindakan  kelasKonsep penelitian tindakan  kelas
Konsep penelitian tindakan kelas
 
Penelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruan
Penelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruanPenelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruan
Penelitian tindakan kelas dan pentingnya bagi kerja keguruan
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUANPENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENTINGNYA BAGI KERJA KEGURUAN
 
071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx
071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx
071_Riskha Indryani Batrisya_Tugas Pemanfaatan dan Tindak Lanjut Penilaian.pptx
 
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
 
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
 
Bab iii 86
Bab iii 86Bab iii 86
Bab iii 86
 
Bab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNP
Bab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNPBab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNP
Bab iii PTK seni rupa BePee NaiNs UNP
 
Penerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro Awalani
Penerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro AwalaniPenerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro Awalani
Penerapan Model Pembelajaran CRC Indikhiro Awalani
 
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdfPENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
 
Sogol ptk plpg
Sogol ptk plpgSogol ptk plpg
Sogol ptk plpg
 
Ptk (pusapom)
Ptk (pusapom)Ptk (pusapom)
Ptk (pusapom)
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
Tugas TIK
Tugas TIKTugas TIK
Tugas TIK
 

Dernier

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 

Dernier (20)

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 

CTL-SMK

  • 1. PENERAPAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MEMASANG SISTEM PERPIPAAN DAN SALURAN (MSPS) DI SMKN 1 BUKITTINGGI Ilham Ilahi”, Azwir Sahibuddin1, Ahyanuardi2 Abstrak Penerapan pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learnig) dalam upaya peningkatan hasil belajar sisiwa pada mata diklat memasang sistem perpipaan dan saluran (MSPS) di SMKN 1 Bukittingi. Penelitian ini dilakukan di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS). Peneliti melihat rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar ( ≥7 dan jumlah yang lulus sebanyak 60%). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching ang Learning). Pengajaran dan Pembelajaran kontekstual (CTL) ini melibatkan 7 (tujuh) aspek yaitu : 1. kontruktivis, 2. menemukan (inquiry), 3. bertanya (questioning), 4. masyarakat belajar (learning community), 5. pemodelan (modelling), 6. refleksi (reflection), 7. penilaian otentik (authentic assesment). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dengan rancangan penelitian The One Shot Case Study. Objek penelitian ini adalah siswa kelas I TPTL 1 dengan jumlah siswa 29 orang. Kata kunci: SMK, Kontekstual(Contextual Teaching ang Learning). Pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. (Hamalik Oemar, 2001:10)3. Sesuai dengan rumusan tersebut, orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga lainnya. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Johnson (2002:67)4 adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari –hari. “Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Angkatan 2003 UNP dan lulus tahun 2008. 1 Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Pembimbing Pertama). 2 Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Pembimbing Kedua). 3 Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Bandung : Bumi Aksara, 2001). h. 10. 4 Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and Learning: What is is and why it's here to stay (Bandung : MLC,2002). h. 67.
  • 2. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang. Sekolah yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Berbicara mengenai pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang diajarkan. Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep yang berhubungan dengan materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu menghubungkan atau mengkaitkan materi ajar yang mereka terima di sekolah dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan nantinya. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) di SMKN 1 Bukittinggi. METODE Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian pra-eksperimental. Dalam rancangan penelitian ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
  • 3. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu lalu kedua kelompok itu dikenai pengukuran yang sama (Muri Yusuf, 2005:227)1. Perbedaan yang timbul dianggap bersumber pada variabel perlakuan. Model penelitian ini dikenal dengan The One Shot Case Study. Bagan rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Rancangan Penelitian Kelas Pretest Treatment Postest Eksperimen - X T2 Kontrol - - - Keterangan: X : Perlakuan yang diberikan untuk kelas eksperimen, yaitu penerapan model pembelajaran CTL T2 : Tes akhir yang diberikan untuk kelas eksperimen Untuk melakukan penelitian eksperimental maka jumlah siswa kelas I TPTL yang berjumlah 80 orang siswa dibagi dalam 2 kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan asumsi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seperti guru, materi pelajaran, faktor internal siswa dan yang lainnya diabaikan. 1. Kelas Eksperimen Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan tindakan. Untuk menetukan kelas eksperimen terlebih dahulu mengumpulkan daftar nilai siswa pada semester sebelumnya dan melihat nilai rata-rata kelas terendah, sebagai kelas eksperimen dipilih kelas I TPTL 1 sebagai kelas dengan rata-rata kelas terendah selain itu pihak sekolah memberikan saran dan masukan untuk melakukan penelitian pada kelas tersebut. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran berbasis kontekstual (CTL). 1 Muri Yusuf. h. 227
  • 4. 2. Kelas Kontrol Kelas kontrol pada penelitian berfungsi sebagai pembanding, yaitu untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk kelas kontrol peneliti memilih kelas I TPTL 1 dan I TPTL 2. Pada kelas kontrol diberikan model pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi pelajaran untuk kedua kelompok kelas ini sama, yang membedakan hanya metode pembelajarannya. Dari penelitian tersebut terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada proses kegiatan pembelajaran dikelas eksperimen peneliti menerapkan model pembelajaran CTL, sedangkan pada proses kegiatan pembelajaran dikelas kontrol menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi pelajaran untuk kedua kelompok kelas ini sama, yang membedakan hanya metode pembelajarannya. HASIL Pada bagian ini disajikan data – data hasil penelitian yang meliputi hasil observasi penerapan CTL di kelas dan pemaparan tes hasil belajar. Berikut rincian masing- masing data tersebut. 1. Observasi Penerapan CTL di kelas a. Konstruktivisme Dibawah ini merupakan data yang berisi tentang penerapan kontruktivis di kelas. Tabel 2 : Ditribusi Hasil Pengamatan Kontruktivis INDIKATOR YANG MUNCUL PADA INDIKATOR SETIAP PERTEMUAN KONTRUKTIVIS I II III IV V VI VII VIII 1. Siswa membangun sendiri pengetahuan √ √ √ √ √ √ mereka dengan terlibat
  • 5. aktif dalam PBM 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan √ √ √ √ √ menerapkan idenya sendiri dengan memberikan pertanyaan 3. Siswa dapat mengkomunikasikan √ √ √ pemahaman mereka Kriteria: 1. Kurang : tidak ada satu pun yang terlaksana 2. Cukup : hanya ada satu yang terlaksana 3. Baik : lebih dari satu yang terlaksana Pada tabel diatas terlihat bahwa pada pertemuan pertama hanya satu indikator yang muncul. Terlihat siswa masih gamang dan belum familiar dengan metode yang diterapkan. Pada pertemuan pertama tersebut guru menyampaikan beberapa informasi tentang perkembangan dan contoh kegunaan ilmu kelistrikan di dunia lapangan dan prospek kerja lulusan jurusan listrik. Pada pertemuan selanjutnya jumlah siswa yang mau terlibat aktif dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Ketika siswa diberikan tugas proyek terlihat antusias siswa dan ketika mereka mencari sendiri materi pelajaran yang mendukung tugas proyek yang diberikan. Terlihat dari tabel diatas siswa kurang mampu dalam mengkomunikasikan pemahaman mereka, hal itu terlihat ketika siswa mempresentasikan hasil pengamatan mereka dilapangan, siswa hanya membacakan dan siswa kurang mampu dalam hal menjelaskan dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa dari kelompok lain. Secara keseluruhan, semua indikator yang digunakan untuk mengamati penerapan kontruktivis muncul dalam proses pembelajaran. Dengan demikian penerapan kontruktivis pada pertemuan I sampai VIII termasuk kategori baik. Kualitas penerapan kontruktivis untuk setiap pertemuan adalah sebagai berikut:
  • 6. Tabel 3 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Kontruktivis Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas C ukup B a ik Cukup Cukup Cukup B a ik B a ik B a ik b. Menemukan (Inquiry) Berdasarkan beberapa indikator yang telah dibuat, diperoleh data mengenai menemukan pada setiap pertemuan seperti tabel berikut ini : Tabel 4 : Distribusi Hasil Pengamatan Menemukan INDIKATOR YANG MUNCUL PADA INDIKATOR SETIAP PERTEMUAN MENEMUKAN I II III IV V VI VII VIII 1. Siswa menemukan sendiri konsep materi pelajaran melalui √ √ √ √ pertanyaan yang diajukan 2. Siswa menemukan sendiri konsep materi √ √ √ √ √ √ √ pelajaran melalui kegiatan penyelidikan Dari tabel diatas terlihat bahwa pertemuan I tidak ada indikator yang muncul. Kualitas pada pertemuan I ini dikatakan kurang, dan pada pertemuan II dan seterusnya indikator kedua muncul dimana saat itu siswa ditugaskan untuk mengamati pemasangan instalasi listrik pasangan luar (outbow) dan pasangan dalam (inbow) di beberapa tempat berdasarkan kelompok. Disana siswa mencari apa saja materi yang dibutuhkan mereka dalam pelaksanaan tugas proyek tersebut. Sehingga mereka bekerja untuk menyelidiki hubungan antara konsep dan teori yang mereka pelajari dengan konteks dunia nyata di lingkungan mereka masing-masing. Berdasarkan uraian diatas kualitas dari penerapan menemukan pada setiap pertemuan adalah : Tabel 5 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Menemukan Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas Kurang Cukup Cukup B a ik B a ik B a ik Cukup B a ik
  • 7. c. Bertanya (questioning) Berdasarkan indikator yang telah dibuat, diperoleh data mengenai penerapan Bertanya (questioning) seperti dibawah ini : Tabel 6 : Distribusi Hasil Pengamatan Bertanya INDIKATOR YANG MUNCUL PADA INDIKATOR SETIAP PERTEMUAN BERTANYA I II III IV V VI VII VIII 1. Guru menggunakan pertanyaan untuk √ √ √ √ √ √ √ menuntun siswa berpikir 2. Siswa bertanya untuk menggali informasi baik kepada guru √ √ √ √ √ √ √ maupun kepada temannya 3. Pertanyaan digunakan untuk membuat √ √ √ √ √ penilaian terhadap pemahaman siswa 4. Pertanyaan yang diajukan guru ataupun siswa dapat √ √ √ √ √ membangkitkan respons siswa lainnya Pada aspek Bertanya ini terlihat indikator yang buat banyak yang muncul. Bertanya tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa tetapi juga antara siswa dengan siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukan hanya untuk untuk mengarahkan siswa untuk terlibat dalam proses belajar mengajar, tetapi juga digunakan untuk menuntun siswa dalam menemukan konsep materi pelajaran.
  • 8. Berdasarkan uraian diatas maka kualitas penerapan bertanya (questioning) ini adalah sebagai berikut : Tabel 7 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Bertanya Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas C ukup B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Diperoleh data hasil pengamatan penerapan Masyarakat Belajar seperti tabel berikut ini : Tabel 8 : Distribusi Hasil Pengamatan Masyarakat Belajar INDIKATOR INDIKATOR YANG MUNCUL PADA MASYARAKAT SETIAP PERTEMUAN BELAJAR I II III IV V VI VII VIII 1. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk √ √ √ √ √ √ √ berbagi gagasan dan pemahaman 2. Siswa bekerja sama dengan siswa lain untuk menciptakan pembelajaran yang √ √ √ √ √ √ lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri 3. Guru berperan sebagai fasilitator yang √ √ √ √ √ √ √ √ memandu proses pembelajaran Dari hasil pengamatan di atas, terlihat pada setiap pertemuan n inidikator tersebut bermunculan. Pada pertemuan I terlihat hanya satu indikator yang muncul dan pada setiap pertamuan berikutnya ketika diberikan tugas proyek maka hampir seluruh indikator tersebut bermunculan, seluruh siswa dibagi dalam 5 (lima) kelompok dengan beranggotakan masing-masing kelompok 4 (empat) orang. Dengan demikian
  • 9. berdasarkan kualitas penerapan masyarakat belajar ini dapat dikategorikan terlaksana dengan baik. Tabel 9 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan MasyarakatBelajar Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas C ukup B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik e. Refleksi (Reflection) Indikator-indikator yang digunakan unuk mengamati penerapan Refleksi ini terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 10 : Distibusi Hasil Pengamatan Penerapan Refleksi INDIKATOR YANG MUNCUL PADA INDIKATOR SETIAP PERTEMUAN REFLEKSI I II III IV V VI VII VIII 1. Diskusi mengenai hasil √ √ √ √ kerja kelompok 2. Siswa menyatakan kesimpulan mengenai √ √ √ pembelajaran yang telah berlangsung 3. Siswa mencatat hal-hal penting yang telah √ √ √ mereka lakukan Dari hasil pengamatan diatas, terlihat pertemuan I indikator tidak ada yang muncul, Pada pertemuan selanjutnya indikator-indikator tersebut bermunculan seiring dengan tugas proyek yang dilakukan siswa. Berdasarkan pengamatan diatas terlihat hanya pada pertemuan ke V keseluruhan inidikator bermunculan. Pada ini dilakukan kegiatan melihat kembali apa yang telah dibuat, disampaikan kepada siswa. Kualitas penerapan refleksi ini seperti tabel di bawah ini : Tabel 11 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Refleksi Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas Kurang Cukup Kurang Cukup B a ik B a ik Cukup B a ik
  • 10. Dari tabel diatas dapat terlihat kualitas penerapan refleksi di kelas masih kurang baik, artinya setiap pertemuan banyak indikator yang belum muncul. f. Pemodelan (Modelling) Hasil pengamatan penerapan pemodelan di kelas dapat terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 12 : Distribusi Hasil Pengamatan Pemodelan INDIKATOR YANG MUNCUL PADA INDIKATOR SETIAP PERTEMUAN MODELLING I II III IV V VI VII VIII 1. Guru mendemonstrasikan pembelajaran yang √ √ √ √ √ √ sedang dilaksanakan agar siswa mengikutinya 2. Siswa mendemonstrasikan √ √ √ √ √ √ pembelajaran yang sedang dilaksanakan 3. Siswa yang membahasakan √ √ gagasan yang sedang ia pikirkan Dari hasil pengamatan diatas, terlihat bahwa pemodelan dalam proses pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi siswa juga terlibat dalam hal ini baik di dalam kelas maupun saat kerja kelompok. Pada pertemuan I, II indikator yang muncul hanya satu. Contoh dari pemodelan ini adalah siswa memperagakan cara memasukkan kabel pada pipa yang ditanam pada tembok. Kualitas hasil penerapan pemodelan adalah seperti tabel berikut ini : Tabel 13 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Pemodelan Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas C ukup C ukup B a ik B a ik Cukup B a ik B a ik Cukup
  • 11. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dikatakan penerapan pemodelan sudah terlaksana denga baik. Artinya guru bukan satu-satunya model dalam proses belajar mengajar tetapi siswa juga bisa dijadikan model dalam mendemonstrasikan suatu keterampilan. g. Penilaian Otentik (Authentic Assesment) Pada penilaian otentik ini diperoleh data hasil pengamatan penerapan berdasarkan indikator-indikator seperti dibawah ini : Tabel 14 : Distribusi Hasil Pengamatan Penilaian Otentik INDIKATOR INDIKATOR YANG MUNCUL PADA AUTHENTIC SETIAP PERTEMUAN ASSESMENT I II III IV V VI VII VIII 1. Guru mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa √ √ √ √ √ √ √ melalui latihan pada m odul 2. Guru mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa √ √ melalui kegiatan presentasi hasil kerja proyek mereka 3. Guru mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa √ √ √ √ melalui tanggapan yang diberikan 4. Guru mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa dengan tes akhir siswa
  • 12. Dari hasil pengamatan diatas pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan pada pertemuan terakhir yaitu pada pertemuan kesepuluh (X). Penilaian berdasarkan latihan yang tertera pada model dilakukan setiap pertemuan. Dan penilaian akhir pada tugas proyek dilakukan pada pertemuan VI. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pokok bahasan tetapi pada saat proses belajar berlangsung. Beberapa penilaian yang diterapkan pada penelitian ini meliputi penilaian latihan pada modul, penilaian presentasi dan tanggapan serta penilaian tes hasil belajar di akhir pertemuan. Kualitas dari penerapan penilaian otentik ini adalah seperti berikut : Tabel 15 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Penilaian Otentik Pertemuan I II III IV V VI VII VIII Kualitas Kurang Cukup B a ik B a ik B a ik B a ik Cukup B a ik Dengan demikian penerapan penilaian otentik ini cenderung cukup, artinya guru sudah melakukan penilaian yang sebenarnya untuk melihat kemajuan siswa selama proses belajar berlangsung. Dalam hal ini tidak semua penilaian otentik dapat dilaksanakan dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan. Setelah dilakukan tes akhir diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) yang menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL). Tes hasil belajar ini diberikan kepada 29 orang siswa I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi. Data tersebut dianalisis sehingga diperoleh deskripsi statistik nilai dari kelas sampel seperti yang terlihat dibawah ini. Tabel 18 : Hasil Analisis Data Tes Akhir Kelas x s Xmaks Xmin Sampel 7.31 2.7 8.12 6.45 Kontrol 1 6.58 1.14 7.75 5.0 Kontrol 2 7.00 1.06 8.08 5.0 Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat rata-rata nilai kelas sampel setelah dilakukan metode pembelajaran adalah 7.31 dengan nilai tertinggi adalah 8.12 dan nilai terendah 6.45 dengan jumlah siswa yang lulus sebanyak 26 dari 29 orang dan persentase ketuntasan belajar 89 %. Sedangkan rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol 1 adalah 6.58 dengan nilai tertinggi 7.75 dan nilai terendah adalah 5.00 dengan persentase kelulusan 65 %. Nilai rata-rata kelas kontrol 2 adalah 7.00 dan nilai tertinggi 8.08, nilai terendah adalah 5.00.
  • 13. PEMBAHASAN Bagian ini harus ada. Pembahasan sedapat mungkin dikaitkan dengan (kajian) pustaka dan disertai rujukan. Diambil dari bagian hasil penelitian (Bab IV) terutama pada pembahasan hasil dan dari bagian implikasi penelitian (Bab V) . Untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperoleh dari tes hasil belajar dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji statistik dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. 1. Uji Normalitas Untuk uji normalitas digunakan uji lilifors terhadap hasil belajar MSPS siswa kelas sampel. Setelah dilakukan uji normalitas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pancaran titik-titik grafik untuk kelas sampel berada dekat garis lurus, kemudian setelah melakukan tes akhir pada kedua kelas sampel diperoleh data sebagai berikut : Tabel 19 : Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel Kelas N Lo Lt Distribusi Sampel 29 0,05 0.1409 0.161 Normal Dari data yang diperoleh pada tabel di atas terlihat bahwa pada kelas sampel nilai Lo < Lt yaitu 0.1409 < 0.1764, berarti data tersebut terdistribusi normal. 2. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas maka dilakukan uji-F. Berdasarkan hasil analisis uji-F dapat dilihat bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh T-value(thitung) = 0.04 dengan dk(0.95)(77)= 3.13, maka berdasarkan hasil disebut Hi diterima bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikant menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) pada mata diklat MSPS di SMKN 1 Bukittinggi.
  • 14. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittingi 2. Hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi setelah dilakukan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) mengalami peningkatan yang cukup signifikan nilai rata-rata setelah diberikan tindakan adalah 7.13, jumlah siswa yang lulus sebanyak 26 orang (89%), sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas I TPTL 2 nilai rata-rata kelas 6.58 dan jumlah siswa yang lulus sebanyak 17 dari 26 orang siswa (65%). Sedangkan untuk kelas I TPTL 3 nilai rata-rata kelas 7.00 jumah siswa yang lulus sebanyak 19 dari 25 orang siswa (80%). Dengan demikian proses belajar mengajar di kelas I TPTL 1 dikatakan mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Diharapkan para guru mata diklat produktif di SMKN 1 Bukittingi dapat menggunakan metode pembelajaran kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Untuk selanjutnya diharapkan lembaga yang terkait dapat menyusun standar penerapan metode kontekstual di sekolah kejuruan khususnya di kelompok Teknologi.. 3. Pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada peningkatan bidang kognitif siswa, diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengamati hasil belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotor. 4. Sebaiknya dalam penerapan pendekatan kontekstual ini dilakuakan selama 1 (satu) semester penuh untuk hasil yang lebih maksimal.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung : Bumi Aksara. Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What is is and why it's here to stay. Bandung : MLC. Basrul, Donna. (2005). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dan Pembelajaran Konvensional Di Kelas II SMPN 3 Padang Panjang. Skripsi. FMIPA: UNP. Depdiknas. (2007). Model Penilaian SMK. Jakarta : Depdiknas. Djohar, M.S. (2003). Pendidikan Strategik, Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan Menuju Masyarakat Madani. Bandung : Remaja Rosma Karya. Fitriza, Rozi. (2005). Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning/Ctl) Pada Siswa Kelas II SMPN 8 Padang Dan Pendekatan Konvensional Pada Siswa Kelas II SMPN 7 Padang. Skripsi. FMIPA:UNP. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Rosda Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.