Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran di SMKN 1 Bukittinggi dengan menerapkan pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan satu kelas eksperimen dan dua kelas kontrol, di mana kelas eksperimen diberikan treatment berupa pembelajaran kontekstual.
1. PENERAPAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) DALAM UPAYA PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MEMASANG SISTEM
PERPIPAAN DAN SALURAN (MSPS) DI SMKN 1 BUKITTINGGI
Ilham Ilahi”, Azwir Sahibuddin1, Ahyanuardi2
Abstrak
Penerapan pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learnig)
dalam upaya peningkatan hasil belajar sisiwa pada mata diklat memasang sistem
perpipaan dan saluran (MSPS) di SMKN 1 Bukittingi.
Penelitian ini dilakukan di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi pada mata
diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS). Peneliti melihat rendahnya
hasil belajar siswa yang belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar ( ≥7 dan
jumlah yang lulus sebanyak 60%).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
ang Learning). Pengajaran dan Pembelajaran kontekstual (CTL) ini melibatkan
7 (tujuh) aspek yaitu : 1. kontruktivis, 2. menemukan (inquiry), 3. bertanya
(questioning), 4. masyarakat belajar (learning community), 5. pemodelan (modelling),
6. refleksi (reflection), 7. penilaian otentik (authentic assesment). Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen. Dengan rancangan penelitian The One Shot Case
Study. Objek penelitian ini adalah siswa kelas I TPTL 1 dengan jumlah siswa 29
orang.
Kata kunci: SMK, Kontekstual(Contextual Teaching ang Learning).
Pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. (Hamalik Oemar, 2001:10)3. Sesuai dengan rumusan tersebut,
orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga
lainnya. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut
Johnson (2002:67)4 adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari –hari.
“Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Angkatan 2003 UNP dan lulus tahun 2008.
1
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Pembimbing Pertama).
2
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Pembimbing Kedua).
3
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Bandung : Bumi
Aksara, 2001). h. 10.
4
Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and Learning: What is is and why it's here to stay (Bandung :
MLC,2002). h. 67.
2. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga
bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala
aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut
dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk membentuk
manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang. Sekolah yang
mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan
berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini
dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat
2, yaitu, “Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional”. Berbicara mengenai pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya pemahaman
siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa
yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang
diajarkan. Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep
yang berhubungan dengan materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu
menghubungkan atau mengkaitkan materi ajar yang mereka terima di sekolah
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan nantinya.
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem
Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan
pembelajaran kontekstual (CTL) di SMKN 1 Bukittinggi.
METODE
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian pra-eksperimental. Dalam
rancangan penelitian ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu
dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
3. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu
tertentu lalu kedua kelompok itu dikenai pengukuran yang sama (Muri Yusuf,
2005:227)1. Perbedaan yang timbul dianggap bersumber pada variabel perlakuan.
Model penelitian ini dikenal dengan The One Shot Case Study. Bagan rancangan
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelas Pretest Treatment Postest
Eksperimen - X T2
Kontrol - - -
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan untuk kelas eksperimen, yaitu penerapan model
pembelajaran CTL
T2 : Tes akhir yang diberikan untuk kelas eksperimen
Untuk melakukan penelitian eksperimental maka jumlah siswa kelas I TPTL yang
berjumlah 80 orang siswa dibagi dalam 2 kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Dengan asumsi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
seperti guru, materi pelajaran, faktor internal siswa dan yang lainnya diabaikan.
1. Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan tindakan. Untuk menetukan
kelas eksperimen terlebih dahulu mengumpulkan daftar nilai siswa pada
semester sebelumnya dan melihat nilai rata-rata kelas terendah, sebagai kelas
eksperimen dipilih kelas I TPTL 1 sebagai kelas dengan rata-rata kelas
terendah selain itu pihak sekolah memberikan saran dan masukan untuk
melakukan penelitian pada kelas tersebut. Pada kelas eksperimen diberikan
pembelajaran berbasis kontekstual (CTL).
1
Muri Yusuf. h. 227
4. 2. Kelas Kontrol
Kelas kontrol pada penelitian berfungsi sebagai pembanding, yaitu untuk
melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Untuk kelas kontrol peneliti memilih kelas I TPTL 1 dan
I TPTL 2. Pada kelas kontrol diberikan model pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi pelajaran untuk kedua kelompok
kelas ini sama, yang membedakan hanya metode pembelajarannya.
Dari penelitian tersebut terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol, pada proses kegiatan pembelajaran dikelas eksperimen peneliti menerapkan
model pembelajaran CTL, sedangkan pada proses kegiatan pembelajaran dikelas
kontrol menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sebelumnya. Materi
pelajaran untuk kedua kelompok kelas ini sama, yang membedakan hanya metode
pembelajarannya.
HASIL
Pada bagian ini disajikan data – data hasil penelitian yang meliputi hasil observasi
penerapan CTL di kelas dan pemaparan tes hasil belajar. Berikut rincian masing-
masing data tersebut.
1. Observasi Penerapan CTL di kelas
a. Konstruktivisme
Dibawah ini merupakan data yang berisi tentang penerapan kontruktivis di
kelas.
Tabel 2 : Ditribusi Hasil Pengamatan Kontruktivis
INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
INDIKATOR
SETIAP PERTEMUAN
KONTRUKTIVIS
I II III IV V VI VII VIII
1. Siswa membangun
sendiri pengetahuan √ √ √ √ √ √
mereka dengan terlibat
5. aktif dalam PBM
2. Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
menemukan dan
√ √ √ √ √
menerapkan idenya
sendiri dengan
memberikan
pertanyaan
3. Siswa dapat
mengkomunikasikan √ √ √
pemahaman mereka
Kriteria:
1. Kurang : tidak ada satu pun yang terlaksana
2. Cukup : hanya ada satu yang terlaksana
3. Baik : lebih dari satu yang terlaksana
Pada tabel diatas terlihat bahwa pada pertemuan pertama hanya satu indikator yang
muncul. Terlihat siswa masih gamang dan belum familiar dengan metode yang
diterapkan. Pada pertemuan pertama tersebut guru menyampaikan beberapa informasi
tentang perkembangan dan contoh kegunaan ilmu kelistrikan di dunia lapangan dan
prospek kerja lulusan jurusan listrik. Pada pertemuan selanjutnya jumlah siswa yang
mau terlibat aktif dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Ketika siswa
diberikan tugas proyek terlihat antusias siswa dan ketika mereka mencari sendiri
materi pelajaran yang mendukung tugas proyek yang diberikan. Terlihat dari tabel
diatas siswa kurang mampu dalam mengkomunikasikan pemahaman mereka, hal itu
terlihat ketika siswa mempresentasikan hasil pengamatan mereka dilapangan, siswa
hanya membacakan dan siswa kurang mampu dalam hal menjelaskan dan menanggapi
pertanyaan-pertanyaan siswa dari kelompok lain. Secara keseluruhan, semua indikator
yang digunakan untuk mengamati penerapan kontruktivis muncul dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian penerapan kontruktivis pada pertemuan I sampai
VIII termasuk kategori baik. Kualitas penerapan kontruktivis untuk setiap pertemuan
adalah sebagai berikut:
6. Tabel 3 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Kontruktivis
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas C ukup B a ik Cukup Cukup Cukup B a ik B a ik B a ik
b. Menemukan (Inquiry)
Berdasarkan beberapa indikator yang telah dibuat, diperoleh data
mengenai menemukan pada setiap pertemuan seperti tabel berikut ini :
Tabel 4 : Distribusi Hasil Pengamatan Menemukan
INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
INDIKATOR
SETIAP PERTEMUAN
MENEMUKAN
I II III IV V VI VII VIII
1. Siswa menemukan
sendiri konsep materi
pelajaran melalui √ √ √ √
pertanyaan yang
diajukan
2. Siswa menemukan
sendiri konsep materi
√ √ √ √ √ √ √
pelajaran melalui
kegiatan penyelidikan
Dari tabel diatas terlihat bahwa pertemuan I tidak ada indikator yang muncul.
Kualitas pada pertemuan I ini dikatakan kurang, dan pada pertemuan II dan seterusnya
indikator kedua muncul dimana saat itu siswa ditugaskan untuk mengamati
pemasangan instalasi listrik pasangan luar (outbow) dan pasangan dalam (inbow) di
beberapa tempat berdasarkan kelompok. Disana siswa mencari apa saja materi yang
dibutuhkan mereka dalam pelaksanaan tugas proyek tersebut. Sehingga mereka
bekerja untuk menyelidiki hubungan antara konsep dan teori yang mereka pelajari
dengan konteks dunia nyata di lingkungan mereka masing-masing. Berdasarkan
uraian diatas kualitas dari penerapan menemukan pada setiap pertemuan adalah :
Tabel 5 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Menemukan
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas Kurang Cukup Cukup B a ik B a ik B a ik Cukup B a ik
7. c. Bertanya (questioning)
Berdasarkan indikator yang telah dibuat, diperoleh data mengenai
penerapan Bertanya (questioning) seperti dibawah ini :
Tabel 6 : Distribusi Hasil Pengamatan Bertanya
INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
INDIKATOR
SETIAP PERTEMUAN
BERTANYA
I II III IV V VI VII VIII
1. Guru menggunakan
pertanyaan untuk
√ √ √ √ √ √ √
menuntun siswa
berpikir
2. Siswa bertanya untuk
menggali informasi
baik kepada guru √ √ √ √ √ √ √
maupun kepada
temannya
3. Pertanyaan digunakan
untuk membuat
√ √ √ √ √
penilaian terhadap
pemahaman siswa
4. Pertanyaan yang
diajukan guru ataupun
siswa dapat √ √ √ √ √
membangkitkan
respons siswa lainnya
Pada aspek Bertanya ini terlihat indikator yang buat banyak yang muncul.
Bertanya tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa tetapi juga antara siswa dengan
siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukan hanya untuk untuk mengarahkan
siswa untuk terlibat dalam proses belajar mengajar, tetapi juga digunakan untuk
menuntun siswa dalam menemukan konsep materi pelajaran.
8. Berdasarkan uraian diatas maka kualitas penerapan bertanya (questioning) ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 7 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Bertanya
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas C ukup B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Diperoleh data
hasil pengamatan penerapan Masyarakat Belajar seperti tabel berikut ini :
Tabel 8 : Distribusi Hasil Pengamatan Masyarakat Belajar
INDIKATOR INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
MASYARAKAT SETIAP PERTEMUAN
BELAJAR I II III IV V VI VII VIII
1. Adanya kelompok
belajar yang
berkomunikasi untuk √ √ √ √ √ √ √
berbagi gagasan dan
pemahaman
2. Siswa bekerja sama
dengan siswa lain
untuk menciptakan
pembelajaran yang √ √ √ √ √ √
lebih baik
dibandingkan dengan
belajar sendiri
3. Guru berperan sebagai
fasilitator yang
√ √ √ √ √ √ √ √
memandu proses
pembelajaran
Dari hasil pengamatan di atas, terlihat pada setiap pertemuan n inidikator tersebut
bermunculan. Pada pertemuan I terlihat hanya satu indikator yang muncul dan pada
setiap pertamuan berikutnya ketika diberikan tugas proyek maka hampir seluruh
indikator tersebut bermunculan, seluruh siswa dibagi dalam 5 (lima) kelompok
dengan beranggotakan masing-masing kelompok 4 (empat) orang. Dengan demikian
9. berdasarkan kualitas penerapan masyarakat belajar ini dapat dikategorikan terlaksana
dengan baik.
Tabel 9 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan MasyarakatBelajar
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas C ukup B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik B a ik
e. Refleksi (Reflection)
Indikator-indikator yang digunakan unuk mengamati penerapan Refleksi
ini terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10 : Distibusi Hasil Pengamatan Penerapan Refleksi
INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
INDIKATOR
SETIAP PERTEMUAN
REFLEKSI
I II III IV V VI VII VIII
1. Diskusi mengenai hasil
√ √ √ √
kerja kelompok
2. Siswa menyatakan
kesimpulan mengenai
√ √ √
pembelajaran yang
telah berlangsung
3. Siswa mencatat hal-hal
penting yang telah √ √ √
mereka lakukan
Dari hasil pengamatan diatas, terlihat pertemuan I indikator tidak ada yang
muncul, Pada pertemuan selanjutnya indikator-indikator tersebut bermunculan seiring
dengan tugas proyek yang dilakukan siswa. Berdasarkan pengamatan diatas terlihat
hanya pada pertemuan ke V keseluruhan inidikator bermunculan. Pada ini dilakukan
kegiatan melihat kembali apa yang telah dibuat, disampaikan kepada siswa. Kualitas
penerapan refleksi ini seperti tabel di bawah ini :
Tabel 11 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Refleksi
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas Kurang Cukup Kurang Cukup B a ik B a ik Cukup B a ik
10. Dari tabel diatas dapat terlihat kualitas penerapan refleksi di kelas masih kurang baik,
artinya setiap pertemuan banyak indikator yang belum muncul.
f. Pemodelan (Modelling)
Hasil pengamatan penerapan pemodelan di kelas dapat terlihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 12 : Distribusi Hasil Pengamatan Pemodelan
INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
INDIKATOR
SETIAP PERTEMUAN
MODELLING
I II III IV V VI VII VIII
1. Guru
mendemonstrasikan
pembelajaran yang
√ √ √ √ √ √
sedang dilaksanakan
agar siswa
mengikutinya
2. Siswa
mendemonstrasikan
√ √ √ √ √ √
pembelajaran yang
sedang dilaksanakan
3. Siswa yang
membahasakan
√ √
gagasan yang sedang
ia pikirkan
Dari hasil pengamatan diatas, terlihat bahwa pemodelan dalam proses
pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi siswa juga terlibat dalam hal ini
baik di dalam kelas maupun saat kerja kelompok. Pada pertemuan I, II indikator yang
muncul hanya satu. Contoh dari pemodelan ini adalah siswa memperagakan cara
memasukkan kabel pada pipa yang ditanam pada tembok. Kualitas hasil penerapan
pemodelan adalah seperti tabel berikut ini :
Tabel 13 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Pemodelan
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas C ukup C ukup B a ik B a ik Cukup B a ik B a ik Cukup
11. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dikatakan penerapan pemodelan sudah
terlaksana denga baik. Artinya guru bukan satu-satunya model dalam proses belajar
mengajar tetapi siswa juga bisa dijadikan model dalam mendemonstrasikan suatu
keterampilan.
g. Penilaian Otentik (Authentic Assesment)
Pada penilaian otentik ini diperoleh data hasil pengamatan penerapan
berdasarkan indikator-indikator seperti dibawah ini :
Tabel 14 : Distribusi Hasil Pengamatan Penilaian Otentik
INDIKATOR INDIKATOR YANG MUNCUL PADA
AUTHENTIC SETIAP PERTEMUAN
ASSESMENT I II III IV V VI VII VIII
1. Guru mengukur
pengetahuan dan
keterampilan siswa √ √ √ √ √ √ √
melalui latihan pada
m odul
2. Guru mengukur
pengetahuan dan
keterampilan siswa
√ √
melalui kegiatan
presentasi hasil kerja
proyek mereka
3. Guru mengukur
pengetahuan dan
keterampilan siswa √ √ √ √
melalui tanggapan
yang diberikan
4. Guru mengukur
pengetahuan dan
keterampilan siswa
dengan tes akhir siswa
12. Dari hasil pengamatan diatas pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan pada
pertemuan terakhir yaitu pada pertemuan kesepuluh (X). Penilaian berdasarkan
latihan yang tertera pada model dilakukan setiap pertemuan. Dan penilaian akhir pada
tugas proyek dilakukan pada pertemuan VI. Penilaian tidak hanya dilakukan pada
akhir pokok bahasan tetapi pada saat proses belajar berlangsung. Beberapa penilaian
yang diterapkan pada penelitian ini meliputi penilaian latihan pada modul, penilaian
presentasi dan tanggapan serta penilaian tes hasil belajar di akhir pertemuan. Kualitas
dari penerapan penilaian otentik ini adalah seperti berikut :
Tabel 15 : Distribusi Hasil Pengamatan Kualitas Penerapan Penilaian Otentik
Pertemuan I II III IV V VI VII VIII
Kualitas Kurang Cukup B a ik B a ik B a ik B a ik Cukup B a ik
Dengan demikian penerapan penilaian otentik ini cenderung cukup, artinya guru
sudah melakukan penilaian yang sebenarnya untuk melihat kemajuan siswa selama
proses belajar berlangsung. Dalam hal ini tidak semua penilaian otentik dapat
dilaksanakan dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan.
Setelah dilakukan tes akhir diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada mata
diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) yang menggunakan metode
pembelajaran kontekstual (CTL). Tes hasil belajar ini diberikan kepada 29 orang
siswa I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi. Data tersebut dianalisis sehingga diperoleh
deskripsi statistik nilai dari kelas sampel seperti yang terlihat dibawah ini.
Tabel 18 : Hasil Analisis Data Tes Akhir
Kelas x s Xmaks Xmin
Sampel 7.31 2.7 8.12 6.45
Kontrol 1 6.58 1.14 7.75 5.0
Kontrol 2 7.00 1.06 8.08 5.0
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat rata-rata nilai kelas sampel setelah
dilakukan metode pembelajaran adalah 7.31 dengan nilai tertinggi adalah 8.12 dan
nilai terendah 6.45 dengan jumlah siswa yang lulus sebanyak 26 dari 29 orang dan
persentase ketuntasan belajar 89 %. Sedangkan rata-rata nilai siswa pada kelas
kontrol 1 adalah 6.58 dengan nilai tertinggi 7.75 dan nilai terendah adalah 5.00
dengan persentase kelulusan 65 %. Nilai rata-rata kelas kontrol 2 adalah 7.00 dan
nilai tertinggi 8.08, nilai terendah adalah 5.00.
13. PEMBAHASAN
Bagian ini harus ada. Pembahasan sedapat mungkin dikaitkan dengan (kajian)
pustaka dan disertai rujukan. Diambil dari bagian hasil penelitian (Bab IV) terutama
pada pembahasan hasil dan dari bagian implikasi penelitian (Bab V) .
Untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperoleh dari tes hasil belajar
dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji statistik dilaksanakan terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data.
1. Uji Normalitas
Untuk uji normalitas digunakan uji lilifors terhadap hasil belajar
MSPS siswa kelas sampel. Setelah dilakukan uji normalitas diperoleh hasil
yang menunjukkan bahwa pancaran titik-titik grafik untuk kelas sampel berada
dekat garis lurus, kemudian setelah melakukan tes akhir pada kedua kelas
sampel diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 19 : Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel
Kelas N Lo Lt Distribusi
Sampel 29 0,05 0.1409 0.161 Normal
Dari data yang diperoleh pada tabel di atas terlihat bahwa pada kelas
sampel nilai Lo < Lt yaitu 0.1409 < 0.1764, berarti data tersebut terdistribusi
normal.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas maka dilakukan uji-F. Berdasarkan
hasil analisis uji-F dapat dilihat bahwa pada selang kepercayaan 95%
diperoleh T-value(thitung) = 0.04 dengan dk(0.95)(77)= 3.13, maka berdasarkan
hasil disebut Hi diterima bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang
signifikant menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) pada mata
diklat MSPS di SMKN 1 Bukittinggi.
14. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa di kelas I TPTL 1 SMKN 1
Bukittingi
2. Hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) di kelas I TPTL 1 SMKN 1 Bukittinggi setelah dilakukan metode
pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) mengalami peningkatan yang
cukup signifikan nilai rata-rata setelah diberikan tindakan adalah 7.13, jumlah
siswa yang lulus sebanyak 26 orang (89%), sedangkan pada kelas kontrol
yaitu kelas I TPTL 2 nilai rata-rata kelas 6.58 dan jumlah siswa yang lulus
sebanyak 17 dari 26 orang siswa (65%). Sedangkan untuk kelas I TPTL 3
nilai rata-rata kelas 7.00 jumah siswa yang lulus sebanyak 19 dari 25 orang
siswa (80%). Dengan demikian proses belajar mengajar di kelas I TPTL 1
dikatakan mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan para guru mata diklat produktif di SMKN 1 Bukittingi dapat
menggunakan metode pembelajaran kontekstual dalam kegiatan belajar
mengajar.
2. Untuk selanjutnya diharapkan lembaga yang terkait dapat menyusun standar
penerapan metode kontekstual di sekolah kejuruan khususnya di kelompok
Teknologi..
3. Pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada peningkatan bidang
kognitif siswa, diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengamati hasil
belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotor.
4. Sebaiknya dalam penerapan pendekatan kontekstual ini dilakuakan selama 1
(satu) semester penuh untuk hasil yang lebih maksimal.
15. DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bandung : Bumi Aksara.
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What is is and
why it's here to stay. Bandung : MLC.
Basrul, Donna. (2005). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Yang Menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dan Pembelajaran Konvensional Di
Kelas II SMPN 3 Padang Panjang. Skripsi. FMIPA: UNP.
Depdiknas. (2007). Model Penilaian SMK. Jakarta : Depdiknas.
Djohar, M.S. (2003). Pendidikan Strategik, Alternatif untuk Pendidikan Masa
Depan Menuju Masyarakat Madani. Bandung : Remaja Rosma Karya.
Fitriza, Rozi. (2005). Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning/Ctl) Pada Siswa
Kelas II SMPN 8 Padang Dan Pendekatan Konvensional Pada Siswa Kelas II
SMPN 7 Padang. Skripsi. FMIPA:UNP.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Rosda
Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.