SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
BACAAN “SHALAWAT NARIYAH” &
TERJEMAH/ARTINYA: TEKS, FAEDAH,
KEUTAMAAN, KEAMPUHAN AMALAN “SHALAWAT
NARIYAH MP3″ & HUKUMNYA MENURUT
PEMAHAMAN AHLUSUNNAH WAL JAMA‟AH




                     Mereka kaum Sufi meyakini bahwa Shalawat Nariyah memiliki
faedah yakni:

“…Jika mendapat kesusahan karena kehilangan barang, hendaknya membaca sholawat ini
sebanyak 4444 kali. Insya Allah barang yang hilang akan cepat kembali. Jika barang tersebut
dicuri orang dan tidak dikembalikan, maka pencuri tersebut akan mengalami musibah dengan
kehendak Allah swt. Setelah membaca Sholawat ini hendaknya membaca do’a sebagai berikut
(boleh dibaca dengan bahasa Indonesia): “ Ya Allah, dengan berkah Sholawat Nariyah ini, saya
mohon Engkau kembalikan barang saya”. Doa ini dibaca 11 kali dengan hati yang penuh harap
dan sungguh-sungguh..”

Bagaimana tinjauan Syari‟ah terhadap “Shalawat Nariyah” dari para Ulama Ahlussunnah
Waljama‟ah?Berikut ini artikel yang ditulis oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari Al-Bugisi
Hafidzahullah, semoga bisa menjadi pencerahan bagi kita semua.

*****

Shalawat jenis ini banyak tersebar dan diamalkan di kalangan kaum
muslimin. Bahkan ada yang menuliskan lafadznya di sebagian
dinding masjid. Mereka berkeyakinan, siapa yang membacanya 4444
kali, hajatnya akan terpenuhi atau akan dihilangkan kesulitan yang
dialaminya. Berikut nash shalawatnya:
Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman „ala sayyidinaa
Muhammadin Alladzi tanhallu bihil „uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil
hawaa‟iju Wa tunaalu bihir raghaa‟ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi
wajhihil kariimi, wa „alaa aalihi, wa shahbihi „adada kulli ma‟luumin laka

“Ya Allah, berikanlah shalawat yang sempurna dan salam yang sempurna
kepada Baginda kami Muhammad yang dengannya terlepas dari ikatan
(kesusahan) dan dibebaskan dari kesulitan. Dan dengannya pula
ditunaikan hajat dan diperoleh segala keinginan dan kematian yang
baik,dan memberi siraman (kebahagiaan) kepada orang yang sedih dengan
wajahnya yang mulia, dan kepada keluarganya, para shahabatnya, dengan
seluruh ilmu yang engkau miliki.”

Ada beberapa hal yang perlu dijadikan catatan kaitannya dengan shalawat
ini:

1- Sesungguhnya aqidah tauhid yang diseru oleh Al Qur‟anul Karim dan yang
diajarkan kepada kita dari Rasulullah shallallahu laiahi wasallam,
mengharuskan setiap muslim untuk berkeyakinan bahwa Allah-lah satu-
satunya yang melepaskan ikatan (kesusahan), membebaskan dari kesulitan,
yang menunaikan hajat, dan memberikan manusia apa yang mereka minta.

Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim berdo’a kepada selain
Allah untuk menghilangkan kesedihannya atau menyembuhkan
penyakitnya, walaupun yang diminta itu seorang malaikat yang
dekat ataukah nabi yang diutus. Telah disebutkan dalam berbagai ayat
dalam Al Qur‟an yang menjelaskan haramnya meminta pertolongan, berdo‟a,
dan semacamnya dari berbagai jenis ibadah kepada selain Allah Azza
wajalla. Firman Allah:




“Katakanlah: „Panggillah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain
Allah. Maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan
bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya.” (Al-Isra: 56)

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
segolongan kaum yang berdo’a kepada Al Masih ‘Isa, atau malaikat,
ataukah sosok-sosok yang shalih dari kalangan jin. (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir 3/47-48)

2- Bagaimana mungkin Rasulullah shallallahu alaihi wasallam rela dikatakan
bahwa dirinya mampu melepaskan ikatan (kesulitan), menghilangkan
kesusahan, dsb, sedangkan Al Qur‟an menyuruh beliau untuk berkata:




“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman‟.” (Al-A‟raf: 188)
Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu
mengatakan, “Berdasarkan kehendak Allah dan kehendakmu”. Maka beliau
bersabda:




“Apakah engkau hendak menjadikan bagi Allah sekutu? Ucapkanlah:
Berdasarkan kehendak Allah semata.” (HR. An-Nasai dengan sanad yang
hasan)

(Lihat Minhaj Al-Firqatin Najiyah 227-228, Muhammad Jamil Zainu)

Sumber: http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=224
(LENGKAP) TEKS,BACAAN,LIRIK & ARTI
 ”SHOLAWAT BADAR” & “SHOLAWAT BURDATUL
BUSHIRI” : Shalawat Syirik & Bid‟ah yang tidak pernah
dicontohkan oleh Rosulullah Shallallaahu „alaihi wasallam
Penulis: Al-Ustadz Abu Karimah Askari Al-Bugisi




                                                   Shalawat Burdatul Bushiri
Nashnya adalah sebagai berikut:




“Wahai Rabbku! Dengan perantara Musthafa (Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi
wassallam ) penuhilah segala keinginan kami dan ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu,
wahai Dzat Yang Maha Luas Kedermawanannya.”

Shalawat ini mempunyai beberapa (kemungkinan) makna. Bila maknanya seperti yang
terkandung di atas, maka termasuk tawasul kepada Nabi Shallallahu „alaihi wassalam yang
beliau telah meninggal dunia.

Hal ini termasuk jenis tawasul yang dilarang, karena tidak ada seorang pun dari sahabat yang
melakukannya disaat ditimpa musibah dan yang sejenisnya. Bahkan Umar bin Al Khathab ketika
shalat istisqa‟ (minta hujan) tidaklah bertawasul dengan Nabi Shallallahu „alaihi wassalam
karena beliau telah meninggal dunia, dan justru Umar meminta Abbas paman Nabi Shallallahu
„alaihi wassalam (yang masih hidup ketika itu) untuk berdo‟a. Kalaulah tawasul kepada Nabi
Shallallahu „alaihi wassalam ketika beliau telah meninggal dunia merupakan perbuatan yang
disyari‟atkan niscaya Umar melakukannya.

Adapun bila mengandung makna tawasul dengan jaah (kedudukan) Nabi Shallallahu „alaihi
wassalam maka termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama, karena hadits:
“Bertawasullah dengan kedudukanku”,

merupakan hadits yang tidak ada asalnya (palsu).Bahkan bisa mengantarkan kepada
kesyirikan disaat ada keyakinan bahwa Allah Ta‟ala butuh terhadap
perantarasebagaimana butuhnya seorang pemimpin terhadap perantara antara dia dengan
rakyatnya, karena ada unsur menyamakan Allah dengan makhluk-Nya, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. (Lihat Al Firqatun Najiyah hal. 85)

Sedangkan bila maknanya mengandung unsur (Demi Nabi Muhammad) maka termasuk syirik,
karena tergolong sumpah dengan selain Allah Ta‟ala.

Nabi Shallallahu „alaihi wassallam bersabda (artinya):

“Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat kafir atau
syirik.” ( HR At Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya dengan sanad yang shahih)

Para pembaca, dari sekian makna di atas maka jelaslah bagi kita kebatilan yang terkandung di
dalam shalawat tersebut. Terlebih lagi Nabi Shallallahu „alaihi wassalam dan para sahabatnya
tidak pernah mengamalkannya, apalagi mengajarkannya. Seperti itu pula hukum yang dikandung
oleh bagian akhir dari Shalawat Badar (bertawasul kepada Nabi Muhammad, para mujahidin dan
ahli Badar).

                                                                        Shalawat Badar
Lafadz shalawat ini sebagai berikut:




                         shalatullah salamullah „ala thoha rosulillah
shalatullah salamullah „ala yaasiin habibillah

                         tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah

                        wa kulli majahid fillah bi ahlil badri ya Allah

Artinya :

Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah

Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah

Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah

Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah

Dalam ucapan shalawat ini terkandung beberapa hal:

1. Penyebutan Nabi dengan habibillah

2. Bertawassul dengan Nabi

3. Bertawassul dengan para mujahidin dan ahli Badr

Point pertama telah diterangkan kesalahannya secara jelas pada rubrik Tafsir.

Pada point kedua, tidak terdapat satu dalilpun yang shahih yang membolehkannya. Allah Idan
Rasul-Nya tidak pernah mensyariatkan. Demikian pula para shahabat (tidak pernah
mengerjakan). Seandainya disyariatkan, tentu Nabi shallallahu „alaihi wa sallam telah
menerangkannya dan para shahabat melakukannya. Adapun hadits:

“Bertawassullah kalian dengan kedudukanku karena sesungguhnya kedudukan ini besar
di hadapan Allah”,

maka hadits ini termasuk hadits maudhu‟ (palsu) sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah
dan Asy-Syaikh Al-Albani.

Adapun point ketiga, tentunya lebih tidak boleh lagi karena bertawassul dengan Nabi shallallhu
„alaihi wa sallam saja tidak diperbolehkan. Yang dibolehkan adalah bertawassul dengan nama
Allah di mana Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
“Dan hanya milik Allah-lah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaul husna itu.” (Al-A‟raf: 180)

Demikian pula di antara doa Nabi:

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau miliki yang Engkau
namai diri-Mu dengannya. Atau Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau
Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau simpan di sisi-Mu dalam ilmu yang ghaib.”

(HR. Ahmad, Abu Ya‟la dan lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-
Shahihah no. 199)




                                                           Bertawassul dengan nama Allah
seperti ini merupakan salah satu dari bentuk tawassul yang diperbolehkan. Tawassul lain
yang juga diperbolehkan adalah dengan amal shalih dan dengan doa orang shalih yang masih
hidup (yakni meminta orang shalih agar mendoakannya). Selain itu yang tidak berdasarkan dalil,
termasuk tawassul terlarang.

Jenis-jenis shalawat di atas banyak dijumpai di kalangan sufiyah. Bahkan dijadikan sebagai
materi yang dilombakan di antara para tarekat sufi. Karena setiap tarekat mengklaim bahwa
mereka memiliki do‟a, dzikir, dan shalawat-shalawat yang menurut mereka mempunyai sekian
pahala. Atau mempunyai keutamaan bagi yang membacanya yang akan menjadikan mereka
dengan cepat kepada derajat para wali yang shaleh. Atau menyatakan bahwa termasuk
keutamaan wirid ini karena syaikh tarekatnya telah mengambilnya dari Nabi shallallahu alaihi
wasallam secara langsung dalam keadaan sadar atau mimpi. Di mana, katanya, Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam telah menjanjikan bagi yang membacanya kedekatan dari beliau,
masuk jannah (surga) ,dan yang lainnya dari sekian propaganda yang tidak bernilai sedikitpun
dalam timbangan syariat. Sebab, syariat ini tidaklah diambil dari mimpi-mimpi. Dan karena
Rasul tidak memerintahkan kita dengan perkara-perkara tersebut sewaktu beliau masih hidup.
Jika sekiranya ada kebaikan untuk kita, niscaya beliau telah menganjurkannya kepada kita.
Apalagi apabila model shalawat tersebut sangat bertentangan dengan apa yang beliau bawa,
yakni menyimpang dari agama dan sunnahnya. Dan yang semakin menunjukkan kebatilannya,
dengan adanya wirid-wirid bid‟ah ini menyebabkan terhalangnya mayoritas kaum muslimin
untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah yang justru disyari‟atkan yang telah
Allah jadikan sebagai jalan mendekatkan diri kepada-Nya dan memperoleh keridhaannya.

Berapa banyak orang yang berpaling dari Al Qur‟an dan mentadabburinya disebabkan tenggelam
dan „asyik‟ dengan wirid bid‟ah ini? Dan berapa banyak dari mereka yang sudah tidak peduli
lagi untuk menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena tergiur
dengan pahala „instant‟ yang berlipat ganda. Berapa banyak yang lebih mengutamakan majelis-
majelis dzikir bid‟ah semacam buatan Arifin Ilham daripada halaqah yang di dalamnya
membahas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Laa haula walaa
quwwata illaa billah.

Sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=224

Contenu connexe

Tendances

Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburPeringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburBidak 99
 
Pelajaran 1 mari belajar surah an nasr
Pelajaran 1 mari belajar surah an nasrPelajaran 1 mari belajar surah an nasr
Pelajaran 1 mari belajar surah an nasrfitriani2909
 
Doa, solat sunat dan zikir munajat
Doa, solat sunat dan zikir munajatDoa, solat sunat dan zikir munajat
Doa, solat sunat dan zikir munajatBiskut Crackers
 
rahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihahrahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihahhafidz cahya
 
Surat an nashr KI 3 kd 3.3
Surat an nashr KI 3 kd 3.3Surat an nashr KI 3 kd 3.3
Surat an nashr KI 3 kd 3.3Ahmad Zainuddin
 
Al wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salafAl wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salafArdian DP
 
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoaWaktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoaHendri Syahrial
 
Surat Al kautsar
Surat Al   kautsar Surat Al   kautsar
Surat Al kautsar mbak_aul
 
Doa supaya dimudahkan urusan
Doa supaya dimudahkan urusanDoa supaya dimudahkan urusan
Doa supaya dimudahkan urusanDesi Fujanita
 
Hadits hadits qudsi - abu dawud
Hadits hadits qudsi - abu dawudHadits hadits qudsi - abu dawud
Hadits hadits qudsi - abu dawudArifuddin Ali.
 
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranWhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranRidlo Abelian
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMuhsin Hariyanto
 
Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)
Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)
Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)Muhammad Jamhuri
 
Tafsir surat al kautsar
Tafsir surat al kautsarTafsir surat al kautsar
Tafsir surat al kautsarMasher Zen
 

Tendances (18)

Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburPeringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
 
SHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
SHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAHSHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
SHOLAWAT DAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
 
Pelajaran 1 mari belajar surah an nasr
Pelajaran 1 mari belajar surah an nasrPelajaran 1 mari belajar surah an nasr
Pelajaran 1 mari belajar surah an nasr
 
Doa, solat sunat dan zikir munajat
Doa, solat sunat dan zikir munajatDoa, solat sunat dan zikir munajat
Doa, solat sunat dan zikir munajat
 
rahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihahrahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihah
 
Surat an nashr KI 3 kd 3.3
Surat an nashr KI 3 kd 3.3Surat an nashr KI 3 kd 3.3
Surat an nashr KI 3 kd 3.3
 
Al wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salafAl wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salaf
 
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoaWaktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
 
Dalil syara (2)
Dalil syara (2)Dalil syara (2)
Dalil syara (2)
 
Tafsir ayat shalawat
Tafsir ayat shalawatTafsir ayat shalawat
Tafsir ayat shalawat
 
Surat Al kautsar
Surat Al   kautsar Surat Al   kautsar
Surat Al kautsar
 
Doa supaya dimudahkan urusan
Doa supaya dimudahkan urusanDoa supaya dimudahkan urusan
Doa supaya dimudahkan urusan
 
Hadits hadits qudsi - abu dawud
Hadits hadits qudsi - abu dawudHadits hadits qudsi - abu dawud
Hadits hadits qudsi - abu dawud
 
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranWhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
 
Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)
Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)
Tafsir ayat shalawat (edisi tambahan)
 
Tafsir surat al kautsar
Tafsir surat al kautsarTafsir surat al kautsar
Tafsir surat al kautsar
 
Dzikir dan doa
Dzikir dan doaDzikir dan doa
Dzikir dan doa
 

En vedette

Tahlil Arwah
Tahlil ArwahTahlil Arwah
Tahlil Arwahwell881
 
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmiPembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmiAde Kusnadi
 
Istighosah dan terjemahnya
Istighosah dan terjemahnyaIstighosah dan terjemahnya
Istighosah dan terjemahnyazaenal mukodir
 

En vedette (6)

Ilmu Huruf
Ilmu HurufIlmu Huruf
Ilmu Huruf
 
Soal fiqih q 5 (madrasah)
Soal fiqih q 5 (madrasah)Soal fiqih q 5 (madrasah)
Soal fiqih q 5 (madrasah)
 
Tahlil Arwah
Tahlil ArwahTahlil Arwah
Tahlil Arwah
 
Do'a dan Tahlil
Do'a dan TahlilDo'a dan Tahlil
Do'a dan Tahlil
 
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmiPembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
 
Istighosah dan terjemahnya
Istighosah dan terjemahnyaIstighosah dan terjemahnya
Istighosah dan terjemahnya
 

Similaire à Bacaan shalawat nariyah

Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Khoirun Nisa
 
Tawasul kepada allah
Tawasul kepada allahTawasul kepada allah
Tawasul kepada allahAki Untol
 
4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allahAbyanuddin Salam
 
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptxKelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptxztursila76
 
5 amalan ketika mendengar azan
5 amalan ketika mendengar azan5 amalan ketika mendengar azan
5 amalan ketika mendengar azanErman Hidayat
 
Hukum zikir berjemaah
Hukum zikir berjemaahHukum zikir berjemaah
Hukum zikir berjemaahAbu Bakar
 
vdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptx
vdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptxvdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptx
vdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptxABDULMUHAJIR2
 
Tuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajatTuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajatYasir Partomo
 
Anjuran memperbagus shalat
Anjuran memperbagus shalatAnjuran memperbagus shalat
Anjuran memperbagus shalatSMPN 4 Kerinci
 
tata cara shala tarawih dan witir
tata cara shala tarawih dan witirtata cara shala tarawih dan witir
tata cara shala tarawih dan witirTeguh Prasetyo
 
10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkan10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkanloevera
 

Similaire à Bacaan shalawat nariyah (20)

Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
 
Tawasul kepada allah
Tawasul kepada allahTawasul kepada allah
Tawasul kepada allah
 
4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah
 
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptxKelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
 
Tabarruk
TabarrukTabarruk
Tabarruk
 
5 amalan ketika mendengar azan
5 amalan ketika mendengar azan5 amalan ketika mendengar azan
5 amalan ketika mendengar azan
 
Tafsir surat al
Tafsir surat alTafsir surat al
Tafsir surat al
 
Fatihatul kitab
Fatihatul kitabFatihatul kitab
Fatihatul kitab
 
Hukum zikir berjemaah
Hukum zikir berjemaahHukum zikir berjemaah
Hukum zikir berjemaah
 
Zikir dan doa
Zikir dan doaZikir dan doa
Zikir dan doa
 
vdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptx
vdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptxvdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptx
vdocuments.mx_tafsir-surat-al-fatihah.pptx
 
Tuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajatTuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajat
 
Anjuran memperbagus shalat
Anjuran memperbagus shalatAnjuran memperbagus shalat
Anjuran memperbagus shalat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
tata cara shala tarawih dan witir
tata cara shala tarawih dan witirtata cara shala tarawih dan witir
tata cara shala tarawih dan witir
 
One day one hadist
One day one hadistOne day one hadist
One day one hadist
 
10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkan10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkan
 

Bacaan shalawat nariyah

  • 1. BACAAN “SHALAWAT NARIYAH” & TERJEMAH/ARTINYA: TEKS, FAEDAH, KEUTAMAAN, KEAMPUHAN AMALAN “SHALAWAT NARIYAH MP3″ & HUKUMNYA MENURUT PEMAHAMAN AHLUSUNNAH WAL JAMA‟AH Mereka kaum Sufi meyakini bahwa Shalawat Nariyah memiliki faedah yakni: “…Jika mendapat kesusahan karena kehilangan barang, hendaknya membaca sholawat ini sebanyak 4444 kali. Insya Allah barang yang hilang akan cepat kembali. Jika barang tersebut dicuri orang dan tidak dikembalikan, maka pencuri tersebut akan mengalami musibah dengan kehendak Allah swt. Setelah membaca Sholawat ini hendaknya membaca do’a sebagai berikut (boleh dibaca dengan bahasa Indonesia): “ Ya Allah, dengan berkah Sholawat Nariyah ini, saya mohon Engkau kembalikan barang saya”. Doa ini dibaca 11 kali dengan hati yang penuh harap dan sungguh-sungguh..” Bagaimana tinjauan Syari‟ah terhadap “Shalawat Nariyah” dari para Ulama Ahlussunnah Waljama‟ah?Berikut ini artikel yang ditulis oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari Al-Bugisi Hafidzahullah, semoga bisa menjadi pencerahan bagi kita semua. ***** Shalawat jenis ini banyak tersebar dan diamalkan di kalangan kaum muslimin. Bahkan ada yang menuliskan lafadznya di sebagian dinding masjid. Mereka berkeyakinan, siapa yang membacanya 4444 kali, hajatnya akan terpenuhi atau akan dihilangkan kesulitan yang dialaminya. Berikut nash shalawatnya:
  • 2. Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman „ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil „uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa‟iju Wa tunaalu bihir raghaa‟ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa „alaa aalihi, wa shahbihi „adada kulli ma‟luumin laka “Ya Allah, berikanlah shalawat yang sempurna dan salam yang sempurna kepada Baginda kami Muhammad yang dengannya terlepas dari ikatan (kesusahan) dan dibebaskan dari kesulitan. Dan dengannya pula ditunaikan hajat dan diperoleh segala keinginan dan kematian yang baik,dan memberi siraman (kebahagiaan) kepada orang yang sedih dengan wajahnya yang mulia, dan kepada keluarganya, para shahabatnya, dengan seluruh ilmu yang engkau miliki.” Ada beberapa hal yang perlu dijadikan catatan kaitannya dengan shalawat ini: 1- Sesungguhnya aqidah tauhid yang diseru oleh Al Qur‟anul Karim dan yang diajarkan kepada kita dari Rasulullah shallallahu laiahi wasallam, mengharuskan setiap muslim untuk berkeyakinan bahwa Allah-lah satu- satunya yang melepaskan ikatan (kesusahan), membebaskan dari kesulitan, yang menunaikan hajat, dan memberikan manusia apa yang mereka minta. Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim berdo’a kepada selain Allah untuk menghilangkan kesedihannya atau menyembuhkan penyakitnya, walaupun yang diminta itu seorang malaikat yang dekat ataukah nabi yang diutus. Telah disebutkan dalam berbagai ayat
  • 3. dalam Al Qur‟an yang menjelaskan haramnya meminta pertolongan, berdo‟a, dan semacamnya dari berbagai jenis ibadah kepada selain Allah Azza wajalla. Firman Allah: “Katakanlah: „Panggillah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya.” (Al-Isra: 56) Para ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan segolongan kaum yang berdo’a kepada Al Masih ‘Isa, atau malaikat, ataukah sosok-sosok yang shalih dari kalangan jin. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/47-48) 2- Bagaimana mungkin Rasulullah shallallahu alaihi wasallam rela dikatakan bahwa dirinya mampu melepaskan ikatan (kesulitan), menghilangkan kesusahan, dsb, sedangkan Al Qur‟an menyuruh beliau untuk berkata: “Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman‟.” (Al-A‟raf: 188)
  • 4. Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu mengatakan, “Berdasarkan kehendak Allah dan kehendakmu”. Maka beliau bersabda: “Apakah engkau hendak menjadikan bagi Allah sekutu? Ucapkanlah: Berdasarkan kehendak Allah semata.” (HR. An-Nasai dengan sanad yang hasan) (Lihat Minhaj Al-Firqatin Najiyah 227-228, Muhammad Jamil Zainu) Sumber: http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=224
  • 5. (LENGKAP) TEKS,BACAAN,LIRIK & ARTI ”SHOLAWAT BADAR” & “SHOLAWAT BURDATUL BUSHIRI” : Shalawat Syirik & Bid‟ah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rosulullah Shallallaahu „alaihi wasallam Penulis: Al-Ustadz Abu Karimah Askari Al-Bugisi Shalawat Burdatul Bushiri Nashnya adalah sebagai berikut: “Wahai Rabbku! Dengan perantara Musthafa (Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wassallam ) penuhilah segala keinginan kami dan ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu, wahai Dzat Yang Maha Luas Kedermawanannya.” Shalawat ini mempunyai beberapa (kemungkinan) makna. Bila maknanya seperti yang terkandung di atas, maka termasuk tawasul kepada Nabi Shallallahu „alaihi wassalam yang beliau telah meninggal dunia. Hal ini termasuk jenis tawasul yang dilarang, karena tidak ada seorang pun dari sahabat yang melakukannya disaat ditimpa musibah dan yang sejenisnya. Bahkan Umar bin Al Khathab ketika shalat istisqa‟ (minta hujan) tidaklah bertawasul dengan Nabi Shallallahu „alaihi wassalam karena beliau telah meninggal dunia, dan justru Umar meminta Abbas paman Nabi Shallallahu „alaihi wassalam (yang masih hidup ketika itu) untuk berdo‟a. Kalaulah tawasul kepada Nabi Shallallahu „alaihi wassalam ketika beliau telah meninggal dunia merupakan perbuatan yang disyari‟atkan niscaya Umar melakukannya. Adapun bila mengandung makna tawasul dengan jaah (kedudukan) Nabi Shallallahu „alaihi wassalam maka termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama, karena hadits:
  • 6. “Bertawasullah dengan kedudukanku”, merupakan hadits yang tidak ada asalnya (palsu).Bahkan bisa mengantarkan kepada kesyirikan disaat ada keyakinan bahwa Allah Ta‟ala butuh terhadap perantarasebagaimana butuhnya seorang pemimpin terhadap perantara antara dia dengan rakyatnya, karena ada unsur menyamakan Allah dengan makhluk-Nya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. (Lihat Al Firqatun Najiyah hal. 85) Sedangkan bila maknanya mengandung unsur (Demi Nabi Muhammad) maka termasuk syirik, karena tergolong sumpah dengan selain Allah Ta‟ala. Nabi Shallallahu „alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat kafir atau syirik.” ( HR At Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya dengan sanad yang shahih) Para pembaca, dari sekian makna di atas maka jelaslah bagi kita kebatilan yang terkandung di dalam shalawat tersebut. Terlebih lagi Nabi Shallallahu „alaihi wassalam dan para sahabatnya tidak pernah mengamalkannya, apalagi mengajarkannya. Seperti itu pula hukum yang dikandung oleh bagian akhir dari Shalawat Badar (bertawasul kepada Nabi Muhammad, para mujahidin dan ahli Badar). Shalawat Badar Lafadz shalawat ini sebagai berikut: shalatullah salamullah „ala thoha rosulillah
  • 7. shalatullah salamullah „ala yaasiin habibillah tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah wa kulli majahid fillah bi ahlil badri ya Allah Artinya : Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah Dalam ucapan shalawat ini terkandung beberapa hal: 1. Penyebutan Nabi dengan habibillah 2. Bertawassul dengan Nabi 3. Bertawassul dengan para mujahidin dan ahli Badr Point pertama telah diterangkan kesalahannya secara jelas pada rubrik Tafsir. Pada point kedua, tidak terdapat satu dalilpun yang shahih yang membolehkannya. Allah Idan Rasul-Nya tidak pernah mensyariatkan. Demikian pula para shahabat (tidak pernah mengerjakan). Seandainya disyariatkan, tentu Nabi shallallahu „alaihi wa sallam telah menerangkannya dan para shahabat melakukannya. Adapun hadits: “Bertawassullah kalian dengan kedudukanku karena sesungguhnya kedudukan ini besar di hadapan Allah”, maka hadits ini termasuk hadits maudhu‟ (palsu) sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah dan Asy-Syaikh Al-Albani. Adapun point ketiga, tentunya lebih tidak boleh lagi karena bertawassul dengan Nabi shallallhu „alaihi wa sallam saja tidak diperbolehkan. Yang dibolehkan adalah bertawassul dengan nama Allah di mana Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
  • 8. “Dan hanya milik Allah-lah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (Al-A‟raf: 180) Demikian pula di antara doa Nabi: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau miliki yang Engkau namai diri-Mu dengannya. Atau Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau simpan di sisi-Mu dalam ilmu yang ghaib.” (HR. Ahmad, Abu Ya‟la dan lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash- Shahihah no. 199) Bertawassul dengan nama Allah seperti ini merupakan salah satu dari bentuk tawassul yang diperbolehkan. Tawassul lain yang juga diperbolehkan adalah dengan amal shalih dan dengan doa orang shalih yang masih hidup (yakni meminta orang shalih agar mendoakannya). Selain itu yang tidak berdasarkan dalil, termasuk tawassul terlarang. Jenis-jenis shalawat di atas banyak dijumpai di kalangan sufiyah. Bahkan dijadikan sebagai materi yang dilombakan di antara para tarekat sufi. Karena setiap tarekat mengklaim bahwa mereka memiliki do‟a, dzikir, dan shalawat-shalawat yang menurut mereka mempunyai sekian pahala. Atau mempunyai keutamaan bagi yang membacanya yang akan menjadikan mereka dengan cepat kepada derajat para wali yang shaleh. Atau menyatakan bahwa termasuk keutamaan wirid ini karena syaikh tarekatnya telah mengambilnya dari Nabi shallallahu alaihi wasallam secara langsung dalam keadaan sadar atau mimpi. Di mana, katanya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menjanjikan bagi yang membacanya kedekatan dari beliau, masuk jannah (surga) ,dan yang lainnya dari sekian propaganda yang tidak bernilai sedikitpun dalam timbangan syariat. Sebab, syariat ini tidaklah diambil dari mimpi-mimpi. Dan karena Rasul tidak memerintahkan kita dengan perkara-perkara tersebut sewaktu beliau masih hidup.
  • 9. Jika sekiranya ada kebaikan untuk kita, niscaya beliau telah menganjurkannya kepada kita. Apalagi apabila model shalawat tersebut sangat bertentangan dengan apa yang beliau bawa, yakni menyimpang dari agama dan sunnahnya. Dan yang semakin menunjukkan kebatilannya, dengan adanya wirid-wirid bid‟ah ini menyebabkan terhalangnya mayoritas kaum muslimin untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah yang justru disyari‟atkan yang telah Allah jadikan sebagai jalan mendekatkan diri kepada-Nya dan memperoleh keridhaannya. Berapa banyak orang yang berpaling dari Al Qur‟an dan mentadabburinya disebabkan tenggelam dan „asyik‟ dengan wirid bid‟ah ini? Dan berapa banyak dari mereka yang sudah tidak peduli lagi untuk menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena tergiur dengan pahala „instant‟ yang berlipat ganda. Berapa banyak yang lebih mengutamakan majelis- majelis dzikir bid‟ah semacam buatan Arifin Ilham daripada halaqah yang di dalamnya membahas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Laa haula walaa quwwata illaa billah. Sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=224