1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK A DENGAN
PNEUMONIA
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus.
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis dari rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari IgA.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
Pneumonia Berdasarkan Penyebab :
1. Pneumonia bakteri Paling banyak ditemui.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia jamur.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Pneumonia hipostatik.
Pneumonia Berdasarkan anatomik :
1. Pneumonia lobaris
Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia).
Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat.
1
2. 3. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis).
Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan jaringan
interlobular.
B. ETIOLOGI
1. Streptokokus.
2. Stafilokkokus.
3. Pneumokokus.
4. Haemofilus influenza.
5. Pseudomonas.
6. Fungus.
7. Basil Colli
Semuanya dapat masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran pernapasan
bagian atas, kuman masuk ke bronkiolus kemudian alveolus MENYEBABKAN
Infasi kuman pada jaringan paru.
Terjadinya akibat infeksi saluran napas bagian atas.
Dapat terjadi gangguan pada :
1. Proses ventilasi.
2. Proses difusi.
C. GEJALA KLINIS
1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam tinggi.
2. Gejala khas :
Sianosis pada mulut dan hidung.
Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
Gelisah, cepat lelah.
3. Batuk mula-mula kering produktif.
4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
5. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis.
6. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus
2
3. D. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian
gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan berdasarkan jenisnya.
1. Pneumonia Lobaris
Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Penatalaksanaan Medik :
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan :
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50 –70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisisgas darah arteri.
3
4. Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
3. Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis)
Penatalaksanaan Medik :
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi,
sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau
dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan, Perlu
diberikan cairan dengan elektrolit secara intravena dengan untuk mengoreksi
asidosis dan dehidrasi.
Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih
yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian steroid belum ada
kesepakatan. Pemberian sedatif tidak diperkenankan karena menimbulkan
depresi pernafasan. Bila dianggap perlu boleh diberi kloralhidrat. Bronkodilator
tidak dianjurkan karena merupakan konra indikasi karena dapat memperberat
keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan
meningkat.
4
5. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK R DENGAN HERNIA INGUINALIS
LATERALIS
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
internus/lateralis, menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternal/medialis.
Disebut lateralis karena terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior.
Kanalis inguinalis pada pria normal berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosessus vaginalis peritonei dan
ligamentum rotundum. Pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum
rotundum.
B. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria
ketimbang pada wanita. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula factor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih
90 % prosesua vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun
5
6. sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur
ini hanya beberapa persen.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertropi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup
sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan
otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan m. ilio inguinalis dan m. ilio
femoralis setelah apendiktomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
C. PATOGENESIS
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Bila bayi lahir, umunya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal
sering belum menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis yang kiri terbuka
maka umumnya yang kanan juga masih terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis itu
terbuka terus karena prosesus tidak terobliterasi, maka akan timbul hernia
inguinalis lateral congenital.
Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena daerah itu merupakan
locus amnions resistensiae. Maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
6
7. abdominal meninggi, adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat, defekasi yang mengejan dan miktie yang mengejan misalnya pada prostat
hipertropi.
D. JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS
a. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)
Hernia inguinalis indirek ini hampir selalu disebabkan factor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah, mengalami
inkarserasi (menjepit) dan strangulasi (gangguan vaskularisasi). Mungkin
terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih.
Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus
abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi.
b. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis
yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai
hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan
berbentuk tonjolan bulat.
E. GEJALA KLINIK
Pada umunya keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan dilipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Oleh karena itu klien dapat diminta untuk
batuk atau mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat
dilihat. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
7
8. F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum penderita biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan sejak permulaan sudah
tampak, maka harus dibuktikan bahwa benjolan itu dapat dimasukan kembali.
Penderita dalam posisi tidur, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat
masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga
dapat ditegakkan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
G. DIAGNOSA BANDING
1. Hidrokel.
Benjolan hidrokel mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan
luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah
hidrokel tidak teraba.
2. Limfadenopati inguinal
Lihat apakah ada infeksi pada kaki. Kadang-kadang benjolannya dapat
dimasukkan.
3. Testis ektopik
Yaitu testis yang masuk berada dikanalis inguinalis, mudah diketahui dengan
meraba daerah skrotum dan menghitung jumlah testisnya.
4. Limpoma
H. PENGELOLAAN
Pengelolaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak
dipersiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Bila tidak berhasil dalam waktu
enam jam, harus dilakukan operasi segera. Pengobatan operatif merupakan satusatunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
8
9. PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM
Streptokokus
Pneumokokus
Stafilokokus
Kecemasan orang tua
Hambatan tumbuh
kembang
Ancaman kehidupan
Masuk melalui
Saluran nafas bag. atas
Perubahan Pola Tidur
Kurang dari kebutuhan
gangguan nutrisi
meningkat
Bronkiolus
Sulit Tidur
Alveoli
Sebagai kompensasi cadangan
lemak dipergunakan oleh tubuh
Merangsang RAS
Nafas kurang pada
Jaringan paru
Peningkatan frekwensi
Pernapasan
Peningkatan metabolisme
Reaksi radang pada
Bronchus dan alveolus
Akumulasi Sekret
Stimulasi Chemoreseption
Fibrosus dan pelebaran
Hipotalamus
Obstruksi jalan
nafas
Atelektasis
DEMAM
Gangguan
Ventilasi
Gangguan Difusi
HIPERTERMIA
s
Bersihan Jalan
Nafas Tidak efektif
Gangguan Pertukaran Gas
Evaporasi meningkat
O2 Ke jaringan Menurun
Cairan Tubuh berkurang
Kelemahan
PENURUNAN VOLUME
CAIRAN
A D L
9
10. FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I.
BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama/nama panggilan
: An. A
2. Tempat tanggal lahir/usia
: Makassar, 27 Oktober 2002/5 bulan.
3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. Agama
: Islam
5. Pendidikan
: -
6. Alamat
: Jl. Banta-bantaeng No. 32
7. Tanggal masuk
: 14 April 2003
8. Tanggal pengkajian
: 15 April 2003
9. Diagnosa medik
: Pneumonia
10. Rencana therapy
: Pemberian O2
Jam : 15.00
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Ayah
a. Nama
: Tn. A
b. Usia
: 32 tahun
c. Pendidikan
: Tamat SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : (Wiraswasta) Perbengkelan
e. Agama
: Islam
f. Alamat
: Jl. Banta-bantaeng No. 32
2. Ibu
a. Nama
: Ny. S
b. Usia
: 29 tahun
c. Pendidikan
: SMP
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. Agama
: Islam
f. Alamat
: Jl. Banta-bantaeng
10
11. C. IDENTITAS SAUDARA KANDUNG
NO.
NAMA
USIA
HUBUNGAN
1.
Anshar
10 tahun
Saudara kandung
STATUS
KESEHATAN
Sehat
2.
Asdar
8 tahun
Saudara kandung
Sehat
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang
lalu dan terus menerus.
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak ± 2 bulan yang lalu, sesak. Demam dialami sejak 3 hari
yang lalu secara terus menerus, pada auskultasi didapatkan bunyi ronchi.
Anak nampak lelah karena sesak nafas yang dialaminya.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun).
1. Prenatal Care
a. Pemeriksaan kehamilan 1 kali
b. Keluhan selama hamil : Ibu S menderita Bronchitis, tekanan darah
meningkat, oedem pada kaki.
c. Riwayat : Ibu S mendapatkan therapy obat sebab pada saat hamil kaki
ibu S oedem dan tekanan darah ibu tinggi dan ibu S lupa nama obatnya.
d. Ibu S lupa berapa Kg kenaikan berat badannya pada saat hamil.
e. Imunisasi TT dilakukan 1 kali selama hamil.
2. Natal
a. Tempat melahirkan di Rumah Sakit.
b. Persalinan spontan.
c. Penolong persalinan : Dokter.
11
12. d. Cara untuk memudahkan persalinan : Ibu mengatakan pada saat
melahirkan rencananya akan di operasi karena ibu sesak berat, tetapi
tiba-tiba anaknya lahir.
e. Anak A lahir premature (8 bulan).
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir : 2100 gram, PB : 43 cm
b. Beberapa hari setelah lahir badan anak A agak berwarna kuning.
c. Sejak lahir anak A tidak disusui karena ibu S menderita Bronkhitis dan
pada saat melahirkan ibu S sesak berat.
(Untuk semua usia)
-
Anak A pernah mengalami batuk, demam, diare.
-
Anak A tidak pernah jatuh.
-
Anak A belum pernah dirawat di RS sebelumnya, hanya berobat jalan
(rawat jalan atau ke dokter praktek).
-
Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, zat/substansi
kimia, dan tekstil.
-
Anak A tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
Penyakit anggota keluarga :
Ibu S mengatakan ibu mertuanya mempunyai penyakit tekanan darah
tinggi, begitupun ibu S mempunyai tekanan darah yang tinggi juga
menderita Bronkhitis.
12
13. GENOGRAM 3 GENERASI
48
32
30
50
53
27
25
10
35
23
8
48
33
29
24
5
KETERANGAN :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Tinggal serumah
: Laki-laki yang meninggal
: Perempuan yang meninggal
IV. Riwayat Imunisasi
No
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Reaksi Setelah
Pemberian
1.
BCG
Pada saat baru lahir
2.
DPT (I,II,III)
DPT I : 2 bulan
DPT II : 3 bulan
13
Demam
14. 3.
Polio (I,II,III,IV)
Polio I : Baru lahir
Polio II : 2 bulan
Polio III : 3 bulan
4.
Campak
Belum diberikan
5.
Hepatitis
Belum diberikan
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan
: 5500 gram
2. Panjang Badan
: 61 cm
3. Waktu tumbuh gigi : Gigi anak A belum tumbuh
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat :
1. Berguling
: 4 bulan
2. Duduk
: -
3. Merangkak : 4. Berdiri
: -
5. Berjalan
: Anak A belum bisa berjalan.
6. Senyum pada orang lain pertama kali
: Lupa
7. Bicara pertama kali
: Belum bisa bicara
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan ibu
menderita bronchitis.
2. Jumlah pemberian : Tiap kali anak menangis (± 10 kali sehari dalam botol
200 cc.
3. Cara memberikan : Dengan dot.
14
15. C. Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan
b. Jenis
: Bubur susu (SUN)
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia
1. 0 – 3 bulan
2. Saat ini
Jenis Nutrisi
Lama Pemberian
Susu Formula Lactogen I
Susus formula + bubur susu (SUN)
Sampai sekarang
Sampai sekarang
VII. Riwayat Psichososial
1. Anak tinggal dirumah sendiri, lingkungan berada ditengah kota.
2. Anak tinggal dekat sekolah, ada tempat bermain.
3. Tidak ada tangga yang berbahaya.
4. Anak tidak mempunyai kamar sendiri dan tidak mempunyai ruang bermain.
5. Hubungan antar anggota keluarga harmonis.
6. Pengasuh anak adalah orang tua dan nenek.
VIII. Riwayat Spiritual
1. Support system dalam keluarga : Orang tua, nenek dan saudara kandung.
2. Orang tua klien jarang melaksanakan ibadah karena sibuk mencari nafkah.
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
-
Ibu membawa anaknya ke rumah sakit sebab anaknya batuk, sesak dan
demam yang terus menerus selama 3 hari, sejak tanggal 11 April 2003.
-
Dokter selalu menceritakan keadaan anaknya, dan dokter menyarankan
agar anak A diopname supaya mendapatkan perawatan yang lebih
intensif..
-
Perasaan orang tua saat ini cemas, sebab anaknya sesak, susah untuk
bernapas.
-
Orang tua klien selalu berkunjung, ibu dan nenek yang menjaga klien
pada siang hari, sedangkan pada malam hari dirawat oleh bapaknya.
15
16. -
Hubungan antar anggota keluarga harmonis, dan orang tua klien
mengasuh anaknya sendiri.
B. Pemahaman Anak Tentang Sakit dan Rawat Inap
Tidak dikaji karena anak baru berumur 5 bulan dan belum mengerti tentang
hal itu.
X. Aktifitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi
Sebelum sakit
1. Selera makan
Saat sakit
Nafsu makan baik, porsi Anak
makan dihabiskan.
2. Menu makan
malas
karena sesak.
Susu formula + Bubur Susu formula, anak malas
susu.
3. Frekwensi makan
4. Makanan
makan
3 kali sehari
Tidak teratur
yang Bubur susu
disukai
Tidak mau makan hanya
diberi susu
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan
makan
Tidak ada
Tidak ada
pola Tidak ada
Tidak ada
makan
7. Cara makan
Disuapi
Disuapi
8. Ritual saat makan
Tidak berdoa saat makan
Tidak berdoa saat makan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
B. Cairan
Kondisi
1.
Jenis Minuman
ASI, air putih
Asi, air putih
2.
Frekwensi minum
Kuat minum ± 10 botol Kuat
200 cc/hari
minum,
2-3
gelas/hari
3.
Kebutuhan cairan
Terpenuhi
Lebih 20 cc
4.
Cara pemenuhan
Minum pakai dot
Minum
dot,
dextrose 5 %
16
infus
17. Maintenance
BB = 5,5 Kg
Umur 5 bulan
5,5 x 100 ml/Kg BB = 550 cc/hari
550
= 22,92
24
= 23 tts/menit
Mikro drips
Intake cairan saat sakit
Minum : 5 botol x 100 cc = 500 cc
550-500 = 50 cc
= 2 tts/menit
24
= 120 tt/jam
Infus
: 5,5 cc/jam
Out put
SWL urine
= 2 cc x 5,5 Kg x 24 jam
= 265 cc
Faces = 100 cc
IWL
= 30 cc x 5,5Kg BB/24 jam = 165 cc
Total :
SWL + IWL = 265 + 100 + 165
= 530cc.
Jadi out put – intake = - 530 + 550
= 20 cc
C. Eliminasi (BAB & BAK)
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
1. Tempat pembuangan
Bab dan Bak di celana
Bab dan Bak dicelana
2. Frekwensi/waktu
3 - 4 kali sehari
2 kali sehari
3. Konsistensi
Lunak/encer
Encer
4. Kesulitan
Tidak ada
Tidak ada
5. Obat pencahar
Tidak ada
Tidak ada
17
18. D. Istirahat Tidur
Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
1. Jam tidur
-
Siang
-
10.00–13.00, 16.00-18.00 Klien susah tidur
Malam
20.00 – 05.00
2. Pola tidur
3. Kebiasaan
Klien susah tidur
Teratur
Tidak teratur
sebelum Tidak ada
Tidak ada
tidur
4. Kesulitan tidur
Tidak ada
Sering
terbangun
jika
batuk pada malam hari.
E. Olah Raga
Klien tidak pernah berolah raga karena masih terlalu kecil.
F. Personal Hygiene
Kondisi
1. Mandi
- Cara
- Frekwensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekwensi
- Cara
3. Potong kuku
- Frekwensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekwensi
- Cara
Sebelum sakit
Dimandikan
ibunya
2 x sehari
Sabun, Bak
handuk
Saat sakit
oleh Dimandikan oleh orang
tuanya atau perawat
1 x sehari
Waslap, sabun, handuk
mandi,
2 – 3 kali seminggu
Dibantu oleh orang tua
1 x sejak sakit
Dibantu oleh orang tua
dan perawat
Setiap
kali
kuku
Setiap
kali
kuku panjang dipotong oleh
panjang dipotong oleh perawat
ibunya
Klien
belum
Klien
belum mempunyai gigi
mempunyai gigi
18
19. G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi
Sebelum Sakit
1. Kegiatan
sehari- Makan, tidur, bermain
hari
bersama saudaranya
2. Pengaturan jadwal Makan, bermain, istirahat
harian
3. Penggunaan
alat Tidak ada
Bantu aktivitas
4. Kesulitan
pergerakan tubuh
H. Rekreasi
Kondisi
1. Perasaan
sekolah
2. Waktu luang
Tidak ada
Saat sakit
Tidur, kadang bermain
dengan ibunya.
Mengikuti
program
perawatan
dan
pengobatan di RS
Istirahat/tidur.
- Infus terpasang
- Belum bisa berjalan.
Sebelum Sakit
saat Klien belum sekolah
Saat Sakit
Klien belum sekolah
Bermain dengan orang Bermain dengan orang
tua dan saudara.
tua dan perawat
Tertawa
Tertawa, menangis
3. Perasaan
setelah
rekreasi/bermain
4. Waktu senggang Nonton TV, Istirahat
keluarga.
5. Kegiatan hari libur
Istirahat di rumah
X. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
: Lemah
B. Tanda-tanda vital
Suhu
: 37,7 º C
Nadi
: 100 x/menit
Respirasi
: 56 x/menit
19
-
-
20. Tekanan darah : 80/50 mmHg
C. Antropometri
Panjang Badan
: 61 cm
Berat badan
: 5,5 Kg 1 bulan : 3 Kg
4 bulan : 4,8 Kg
Lingkaran lengan atas : 11,5 cm
Lingkar kepala
: 41,5 cm
Lingkar dada
: 42 cm
Lingkar perut
: 45,5 cm
D. Sistem pernapasan
Hidung
: Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor.
Dada
:
Bentuk dada normal (Barel chest)
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal
Gerakan dada
:1:1
: Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dan
menggunakan otot bantu pernapasan.
Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada bunyi ronchi,
Tidak ada clubbing finger.
E. Sistem Cardiovaskuler
-
Conjunctiva tidak anemi, bibir lembab, arteri carotis kuat, tekanan vena
jugularis tidak meninggi.
-
Ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran.
Batas kiri
: Linea medio klavikularis kiri.
Batas kanan
: Line parasternalis kanan
Batas atas
: ICS III kiri atas
-
Suara jantung S1 dan S2 normal, bising aorta, mur-mur, gallop tidak ada.
-
Capillary refilling time : 2 detik.
F. System Pencernaan
-
Sklera tidak ikterus, bibir lembab dan tidak ada labioskizis.
20
21. -
Mulut :
Stomatitis, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh,
kemampuan menelan baik.
-
Gaster :
Kembung, tidak ada nyeri dan gerakan peristaltic normal 8
x/menit.
-
Abdomen : Hati teraba 3 cm dibawah arcus costa, lien tidak teraba,
ginjal tidak teraba, tidak teraba feses pada abdomen.
-
Pada anus tidak ada lecet dan hemoroid
G. System indra
1.
Mata
Kelopak mata tidak oedem, bulu mata dan alis tebal.
Lapang pandang : Tidak dikaji.
2.
Hidung
-
3.
Penciuman tidak dikaji, perih, trauma dan mimisan tidak ada
Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada.
Telinga
-
Keadaan daun telinga normal yaitu simetris kiri dan kanan, kanal
auditorus bersih, serumen tidak ada.
-
Fungsi pendengaran normal, klien dapat mendengarkan suara
pemeriksa dan langsung berbalik kearah pemeriksa ketika dibunyikan
kerincingan di sampingnya.
H. Sistem syaraf
1. Fungsi Cerebral
a. Status mental tidak dikaji.
b. Kesadaran (GCS) :
E
: 4 (Buka mata secara spontan).
M
:
V
: Klien belum bisa berbicara
2. Fungsi cranial
Nervus I (Olfaktorius) : Tidak dikaji
Nervus II (Optikus)
: Tidak dikaji.
21
22. Nervus III,IV, VI (Okulomotorius, troclearis, Abdusens) : Bola mata
dapat digerakkan, pupil isokor.
Nervus V (Trigeminus) :
Sensorik : Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada daerah
oftalmikus.
Motorik
: Klien belum mempunyai gigi, jadi tidak dikaji.
Nervus VII (Fasialis) :
Sensorik
: Tidak dikaji.
Motorik
: Pada waktu tersenyum dan menangis bibir tidak miring.
Nervus VIII (Akustikus)
:
Klien dapat mendengarkan suara tepuk
tangan dan langsung menoleh ke sumber suara.
Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji
Nervus X (Vagus) : Tidak dikaji
Nervus XI ( Accesorius) : Tidak dikaji
Nervus XII (Hipogosus) : Tidak dikaji
3. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot normal.
4. fungsi sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi normal
5. Fungsi cerebellum : Tidak dikaji
6. Reflex Bisep, trisep, patella, babinski.
7. Iritasi meningen : Tidak dilakukan
I. Sistem muskuloskeletal.
Kepala
: Bentuk mesosephal
Vertebrae
: Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri
Pelvis
: Bentuk simetris kiri dan kanan
Lutut
: Tidak ada bengkak, kaku dll
Kaki
: Tidak ada bengkak, dapat bergerak, klien belum bisa berjalan.
Tangan
: Tidak ada bengkak, gerakan aktif.
J. Sistem integumen
Rambut
: Warna hitam dan tidak mudah tercabut.
22
23. Kulit
: Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup,
turgor baik.
Kuku
: Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan
kotor.
K. System Endokrin
-
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
-
Ekskresi urine tidak berlebihan, tidak ada polidipsi dan poliphagi.
-
Suhu tubuh meningkat.
-
Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut.
L. Sistem perkemihan
Odema palpebra : Tidak ada oedem palpebra, moon face, oedem anasarka
tidak ada.
Keadaan kandung kemih : Normal
Ada nocturia pada malam hari, tidak ada dysuria dan kencing batu.
M. Sistem reproduksi
Pria.
-
Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah.
-
Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum.
N. Sistem Immun
-
Tidak ada riwayat alergi.
-
Kadang-kadang dengan perubahan cuaca klien menjadi flu.
XI. TEST DIAGNOTIK
Tanggal : 15 April 2003
Laboratorium :
Nilai normal
WBC
: + 12.1 x 103 m/mm3
Lymp
: 35.3 %
RBC
: -4.56 x 106 m/mm3
4,5 –5,5 juta/mm3
HCT
: -33.2 %
4,0 – 4,8 %
HB
: -10.7 gr/dl
13 – 16 gr %
MCV
: -72.8 fl
80 – 97
MCH
: -23.5 pg
26.5 – 33.5
23
5000 – 10.000/mm3
24. MCHC
: 32.2 g/dl
315 – 35.0
PLT
: + 560 x 103/ l
150 – 400
Urinalysis
SG
: 1.005
PH
: 7
Leu
: Neg.
Nit
: Neg
Pro
: Neg
Glu
: 100 mg/dl
KET
: Neg
UBG : Norm
Bil
: Neg
Ery
: Neg
Mikroskop analysis
Eryth : Leuko : 0 – 1
Cylind : Epith cell
: -
Ro photo :
Ct – Scan : Tidak ada
MRI, USG, EEG, ECG, dll : Tidak ada
Therapy saat ini :
-
Terpasang infus dekstrose 2,5 % 24 tetes/menit
-
Obat injeksi :
Ampicillin 4 x 200 mg
Kloramfenicol 1 x 200 mg.
24
25. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM TERJADI PADA KLIEN
DENGAN
PNEUMONIA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan dan
penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
demam, takipnea.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari
Rumah Sakit.
7. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
25
26. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF :
1. Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan
batuknya berlendir.
2. Orang tua klien mengeluh anaknya sesak.
3. Orang tua mengatakan anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak
diisap lendirnya sewaktu dilahirkan.
4. Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit.
5. Orang tua klien mengatakan anaknya banyak lendirnya.
6. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus
menerus.
7. Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya.
8. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.
DATA OBYEKTIF :
1. Klien nampak sesak.
2. Klien demam
3. Klien batuk dan berlendir.
4. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan.
5. Klien nampak lemah.
6. Ekspresi wajah orang tua klien tegang.
7. Orang tua klien nampak cemas.
8. Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi.
9. Vital sign :
TD
: 80/50 mmHg
N
: 100 x/menit
P
: 56 x/menit
S
: 37,7º C
26
27. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan
dengan
TANGGAL
DITEMUKAN
14 April 2003
TANGGAL
TERATASI
17 April 2003
peradangan,
penumpukan sekret, ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang
tua
klien
mengatakan
anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang
lalu, dan batuknya berlendir.
- Orang
tua
mengatakan
bahwa
anaknya sesak dan batuk mungkin
disebabkan
oleh
tidak
diisap
lendirnya sewaktu dilahirkan.
Data Obyektif :
- Klien batuk berlendir.
- Vital sign :
TD : 80/50 mmHg
N
: 100 x/menit
P
: 56 x/menit
S
: 37,7º C
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan 14 April 2003
dengan perubahan membran kapiler,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang tua klien mengeluh anaknya
sesak.
Data Obyektif :
27
17 April 2003
28. - Klien nampak sesak.
- Klien nampak lemah.
- Pada pemeriksaan auskultasi di
dapatkan bunyi ronkhi.
- Vital Sign :
TD : 80/50 mmHg.
N
: 100 x/menit.
P
: 56 x/menit.
S
: 37,7 C.
3. Gangguan
rasa
nyaman
:
panas 14 April 2003
16 April 2003
berhubungan dengan proses infeksi,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang
tua
klien
mengatakan
anaknya demam sejak 3 hari yang
lalu secara terus menerus.
Data Obyektif :
-
Klien demam.
-
Vital sign :
S : 37,7 C
4. Resiko berkurangnya volume cairan
berhubungan dengan intake oral yang
tidak
adekuat,
demam,
takipnea,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang
tua
klien
mengatakan
anaknya malas makan dan minum
sejak sakit.
Data Obyektif :
- Klien demam.
28
14 April 2003
16 April 2003
29. - Porsi makan dan minum tidak
dihabiskan.
- Klien nampak sesak
5. Kecemasan orang tua berhubungan
dengan dampak hospitalisasi, ditandai
dengan :
Data Subyektif :
-
Orang
tua
klien
mengatakan
sangat cemas dengan keadaan
anaknya.
-
Orang tua klien sering bertanyatanya tentang penyakit anaknya.
Data Obyektif :
-
Ekspresi wajah orang tua klien
nampak tegang.
-
Orang tua klien nampak cemas.
29
14 April 2003
15 April 2003
30. ANALISA
DATA
D A T A
1. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan
anaknya
batuk
sejak ± 2 bulan
yang lalu, dan
batuknya berlendir.
- Orang
tua
mengatakan bahwa
anaknya sesak dan
batuk
mungkin
disebabkan
oleh
tidak
diisap
lendirnya sewaktu
dilahirkan.
Data obyektif :
- Klien
batuk
berlendir.
- Vital sign :
TD : 80/50 mmHg.
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC
E T I O L O G I
Akumulasi sekret
2. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengeluh anaknya
sesak.
Data obyektif :
- Klien
nampak
sesak.
- Klien
nampak
lemah.
- Vital sign :
TD : 80/50 mmHg
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC
Streptokokus
Pneumokokus
Stafilokokus
MASALAH
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Obstruksi jalan nafas
Gangguan ventilasi
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Masuk melalui saluran
nafas bagian atas
Bronkiolus
Alveoli
Nafas kurang pada
jaringan paru
Reaksi radang pada
30
Gangguan pertukaran gas
31. bronkus dan alveolus
D A T A
3. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari
yang lalu secara terus
menerus
Data Obyektif :
- Klien demam.
- Vital sign :
S : 37,7 C
E T I L O G I
Reaksi radang pada
bronkus dan alveolus
4. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan anaknya
malas makan dan
minum sejak sakit.
Data Obyektif :
- Klien demam.
- Porsi makan dan
minum
tidak
dihabiskan.
- Klien nampak sesak.
Hipertermia
5. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan sangat
cemas
dengan
keadaan anaknya.
- Orang tua klien
sering bertanya-tanya
tentang
penyakit
anaknya.
Data Obyektif :
- Ekspresi wajah orang
tua klien nampak
tegang.
- Orang tua klien
nampak cemas.
MASALAH
Gangguan rasa nyaman :
Panas.
Stimulasi
Chemoreseption di
hipothalamus
Demam
Hipertermia
Resiko
berkurangnya
volume cairan.
Evaporasi meningkat
Cairan tubuh berkurang
Penurunan volume
cairan
Peningkatan frekwensi
pernafasan
Ancaman kehidupan
Kecemasan orang tua
31
Kecemasan
klien.
orang
tua
33. R E N C A N A
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan
efektif
jalan
nafas
berhubungan
K E P E R A W A T A N
TUJUAN
RENCANA
tidak Klien akan menunjukkan
dengan jalan nafas efektif, ventilasi
RASIONAL
1. Monitor status respiratori Mengetahui status pernafasan
setiap 2 jam, kaji adanya klien
peradangan, penumpukan sekret, paru adekuat dan tidak ada
peningkatan
ditandai dengan :
penumpukan sekret, dengan
pernafasan
Data Subyektif :
kriteria :
nafas abnormal.
memudahkan
status intervensi
dan
untuk
selanjutnya,
dan
bunyi takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat
- Orang tua klien mengatakan
-
Batuk anak berkurang.
ditemukan pada penerimaan
anaknya batuk sejak ± 2
-
Lendir tidak ada.
atau
bulan
-
Vital sign dalam batas
proses
normal :
Pernafasan dapat melambat
TD : 90/60 mmHg.
dan
bahwa anaknya sesak dan
N
: 120 x/menit
memanjang
batuk mungkin disebabkan
P
: 30 x/menit
inspirasi.
oleh tidak diisap lendirnya
S
: 36,5 º C
yang
lalu,
dan
batuknya berlendir.
- Orang tua klien mengatakan
sewaktu dilahirkan.
selama
stress/adanya
infeksi
frekwensi
akut.
ekspirasi
dibanding
2. Lakukan perkusi, vibrasi Memudahkan keluarnya sekret
dan postural drainage.
33
yang kental dari jalan nafas.
34. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
RASIONAL
3. Beri posisi yang nyaman Peninggian kepala tempat tidur
yang
memudahkan mempermudah fungsi pernafasan
pasien
bernafas dengan menggunakan gravitasi.
(peninggian
kepala Namun pasien dengan distress
tempat tidur atau pasien berat akan mencari posisi yang
dipangku oleh ibunya)
paling mudah untuk bernafas.
Sokongan
tangan/kaki
bantal
dll,
dengan
membantu
menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
4. Ciptakan
lingkungan Lingkungan tenang dan nyaman
yang nyaman sehingga memudahkan klien beristirahat,
pasien
dapat
dengan tenang.
tidur sebab lingkungan yang tidak
nyaman
merupakan
pencetus
reaksi alergi pernafasan yang
dapat mentriger episode akut.
34
35. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
RASIONAL
5. Beri minum yang cukup.
Hidrasi
membantu
menurunkan
kekentalan
sekret,
mempermudah
pengeluaran.
cairan
Penggunaan
hangat
dapat
menurunkan spasme bronkus.
6. Kolaborasi
medis
dengan
pemberian
tim
obat
sesuai indikasi
- Bronkodilator
Merilekskan otot halus dan
menurunkan kongesti lokal,
menurunkan
spasme
jalan
nafas, danm produksi mukosa
Banyak
- Antimikrobial.
35
antimikrobial
diindikasikan untuk
36. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
RASIONAL
Mengontorl
infeksi
pernafasan/pneumina
terapi
dapat
dan
meningkatkan
aliran udara dan memperbaiki
hasil.
2. Gangguan
pertukaran
gas Klien
memperlihatkan
berhubungan dengan perubahan perbaikan
membran
kapile
ventilasi,
alveolus, pertukaran
gas
ditandai dengan :
optimal
dan
Data Subyektif :
jaringan
secara
secara
1. Observasi
tingkat Gelisah dan ansietas adalah
kesadaran, selidiki adanya manifestasi
perubahan.
adekuat,
- Pada
memburuk
bingung/somnolen
menunjukkan
serebral
yang
disfungsi
berhubungan
dengan hipoksemis.
- Klien aktif.
- Klien nampak sesak.
GDA
disertai
oksigenasi
- Klien tidak sesak.
Data Obyektif :
pada
hipoksia,
- Orang tua klien mengeluh dengan kriteria :
anaknya sesak.
umum
- Klien nampak lemah.
pemeriksaan
auskultasi
ditemukan
2. Kaji frekwensi, kedalaman Berguna
tidak
lagi
pernafasan
bnyi
tanda sianosis setiap 2 adan/atau
tambahan pernafasan
jam.
36
dan
tanda- derajat
penyakit.
dalam
distress
evaluasi
pernafasan
kronisnya
proses
37. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
RASIONAL
Sianosis
mungkin
(terlihat
pada
perifer
kuku)
atau
sentral (terlihat sekitar bibir
dan atau telinga). Keabu-abuan
dan
sianosis
mengindikasikan
sentral
beratnya
hipoksemia.
3. Dorong
pengeluaran Kental, tebal dan banyaknya
sputum,
pengisapan sekresi adalah sumber utama
(suction)
bila gangguan pertukaran gas pada
diindikasikan.
jalan nafas kecil, pengisapan
dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
4. Lakukan
fremitus.
palpasi
fokal Penurunan
diduga
getaran
ada
vibrasi
pengumpulan
cairan atau udara terjebak.
37
38. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
5. Kolaborasi
dengan
RASIONAL
tim Dapat
medis pemberian O2 sesuai memperbaiki/mencegah
dengan indikasi.
memburuknya hipoksia.
3. Gangguan rasa nyaman : panas Klien menunjukkan suhu 1. Pantau suhu klien (derajat Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
berhubungan dengan proses tubuh dalam batas normal,
dan polanya) perhatikan menunjukkan
infeksi, ditandai dengan :
menggigil atau diaforesis.
dengan kriteria :
Data Subyektif :
-
-
yang
lalu
secara
terus
infeksiusakut.
-
Anak tidak demam
Pola
lagi.
Orang tua klien mengatakan
anaknya demam sejak 3 hari
penyakit
proses
membantu
Vital sign dalam batas
diagnosis, misalnyakurva
normal, S : 37,7ºC.
demam
menerus.
lebih
demam
dapat
dalam
lanjut
dari
berakhir
24
jam
Data Obyektif :
menunjukkan pneumonia
-
Klien demam.
pneumokokal,
-
Vital sign :
skarlet atau tifoid, demam
S : 37,7 º C
remiten (bervariasi hanya
beberapa
derajat
arah tertentu),
38
demam
pada
39. DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA
TUJUAN
RASIONAL
Menunjukkan infeksi paru,
kurva
intermitten
demam
yang
atau
kembali
normal sekali dalam periode
24
jam
menunjukkan
episode septik endokarditis
septik atau TB. Menggigil
sering mendahului puncak
suhu, catatan penggunaan
antipiretik mengubah pola
demam dan dapat dibatasi
sampai diagnosis dibuat atau
bila demam tetap lebih besar
dari 38,9ºC
2. Pantau suhu lingkungan, Suhu
batasi/tambahkan
tempat
indikasi .
39
tidur,
ruangan/jumlah
linen selimut harus diubah untuk
sesuai mempertahankan
mendekati normal
suhu
40. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
3. Berikan kompres
hindari,
RASIONAL
hangat, Dapat
membantu
hindarkan mengurangi
penggunaan alkohol.
demam,
penggunaan air es/alkohol
mungkin
menyebabkan
kedinginan,
peningkatan
suhu secara aktual. Selain
itu,
alkohol
dapat
mengeringkan kulit.
4.Kolaborasi dengan tim medis Digunakan
pemberian antipiretik.
untuk
mengurangi demam dengan
aksi
sentralnya
hipothalamus,
demam
pada
meskipun
mungkin
dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
40
41. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
4. Resiko berkurangnya volume Klien
cairan
berhubungan
RENCANA
menunjukkan 1. Kaji
dengan keseimbangan
cairan
dan
vital,
perubahan
RASIONAL
tanda Peningkatan
contoh
: suhu/memanjangnya
intake oral yang tidak adekuat, elektrolit, dengan kriteria:
peningkatan
demam meningkatkan laju
demam,
Anak mau makan sedikit-
suhu/demam
metabolik dan kehilangan
sedikit tapi sering.
memanjang,
takikardia, cairan melalui evaporasi.
Klien tidak demam lagi,
hipotensi ortostatik.
takipnea,
ditandai -
dengan :
Data Subyektif :
-
- Orang tua klien mengatakan
suhu
tubuh
TD ortostatik berubah dan
dalam batas
peningkatan
anaknya malas makan dan
normal
menunjukkan
minum sejak sakit.
S : 37,7 .
takikardia
cairan sistemik.
Data Obyektif :
-
Porsi makan dan minum
-
Klien demam.
dihabiskan.
-
Porsi makan dan minum -
Klien tidak sesak lagi.
kelembaban
tidak dihabiskan.
Turgor kulit baik.
mukosa (bibir, lidah).
-
kekurangan
2. Kaji
turgor
kulit, Indikator
langsung
membran keadekuatan
volume
cairan, meskipun membran
-
Klien nampak sesak
mukosa
-
Vital sign :
kering karena nafas mulut
TD : 80/50 mmHg.
dan oksigen tambahan.
N
: 100x/meni
41
mulut
mungkin
42. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
P : 56 x/menit
3. Pantau
RASIONAL
masukan
dan Memberikan
haluaran, catat warna, tentang
S : 37,7 C
karakter urine. Hitung volume
keseimbangan
Waspadai
informasi
keadekuatan
cairan
dan
cairan. kebutuhan penggantian.
kehilangan
yang tampak. Ukur berat
badan setiap hari.
4. Anjurkan kepada orang Pemenuhan
kebutuhan
tua klien agar memberi dasar cairan, menurunkan
minum
11/2-2
liter resiko dehidrasi.
perhari sesuai kondisi
individual.
5. Kolaborasi dengan tim Berguna
medis
pemberian
piretik, anti emetik.
42
menurunkan
anti kehilangan cairan.
43. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
6.
RASIONAL
Berikan cairan IV Karena adanya penurunan
tambahan
sesuai masukan/banyak
keperluan.
kehilangan
penggunaan
cairan,
parenteral
dapat
memperbaiki/mencegah
kekurangan cairan.
5. Kecemasan
orang tua
klien Orang
tua
menunjukkan 1. Catat derajat kecemasan Pemahaman
bahwa
berhubungan dengan dampak takut/kecemasan hilang atau
dan takut. Informasikan perasaan
hospitalisasi, ditandai dengan :
menurun, dengan kriteria :
pada orang tua klien berdasarkan situasi stres
Data Subyektif :
-
- Orang tua klien mengatakan
tua
klien
tidak
bahwa
perasaannya ditambah
cemas lagi.
-
anaknya.
tua
klien
bertanya-tanya
penyakit anaknya.
sering
tentang -
normal
Orang tua tidak bertanya-
mengekspresikan
oksigen yang mengancam)
tanya lagi tentang penyakit
sangat cemas dengan keadaan
- Orang
Orang
(dimana
dan
dorong ketidakseimbangan
perasaan.
normal dapat membantu
anaknya.
pasien
Ekspresi wajah orang tua
beberapa perasaan kontrol
klien ceria.
emosi.
43
meningkatkan
44. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
RASIONAL
2. Jelaskan proses penyakit Menghilangkan
dan
prosedur
tingkat
orang
dalam kecemasan
karena
kemampuan ketidaktahuan
tua
dan
untuk menurunkan takut tentang
memahami
dan keamanan pribadi. Pada
menangani
informasi. fase dini penjelasan perlu
Kaji situasi saat ini dan diulang dengan sering dan
tindakan yang diambil singkat karena orang tua
untuk
mengatasi klien
masalah.
mengalami
penurunan
lingkup
perhatian.
3. Dukung orang tua klien Mekanisme
koping dan
dalam menerima realita partisipasi dalam program
situasi,
khususnya pengobatan
mungkin
rencana untuk periode meningkatkan
penyembuhan
yang orang
tua
belajar
klien
lama. Libatkan orang tua menerima hasil yang
dalam perencanaan dan
44
untuk
46. PROPOSAL PROGRAM BERMAIN
Nama Pasien
: Andara Sabita
Usia
: 7 bulan
Diagnosa Medis
: Diare dengan dehidrasi ringan.
Tingkat aktivitas
Tingkat Perkembangan
: Klien belum mandiri dan semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua.
:
* Perkembangan psikoseksual
:
Fase Oral
46
47. Fase ini anak mendapat kepuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut dari mengisap, menelan, memainkan
bibir, makan. Dasar perkembangan mental yang sehat pada fase ini tergantung dari hubungan ibu dan anak.
* Perkembangan Sosial
:
Percaya vs tidak percaya
Komponen awal sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya yang mendasari kehidupan. Rasa aman dan rasa
percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkunganadalah ibu.
* Perkembangan Kognitif
:
Fase sensori motor
Egosentrik segala usaha ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya/kesenangannya.
Jenis Permainan
: Eksploratory play
Alat Yang digunakan
: Kerincingan warna-warni yang mempunyai pegangan.
Aturan Permainan
:
Perawat menggoyang kerincingan kemudian memberikan kepada ibu klien, ibu klien
menggoyangkan kerincingan tersebut lagi dan memberikannya kepada si anak. Lihat reaksi anak terhadap kerincingan tersebut.
Peserta
: - Perawat
- Ibu klien
- Andara Sabita
EVALUASI
NO. DP
4
TGL
26-3-2003
JAM
PERKEMBANGAN (SOAP)
13.45
S : - Orang tua klien sudah tahu
tentang
penyakit
hernia
47
PARAF/NAMA
48. yaitu mengenai pengertian,
penyebab
dan
pengobatan
tindakan
yang
akan
dilakukan.
- Orang tua klien mengatakan
mengerti bahwa tindakan
pengobatan
hernia
hanyalah dengan operasi.
O : - Orang tua klien tidak
bingung lagi.
- Orang
tua
klien
bertanya-tanya
tidak
lagi
tentang penyakit anaknya.
A : Masalah sudah teratasi.
P
:
Lanjutkan dan tingkatkan
intervensi 1, 2 dan 3
48