SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  50
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK A DENGAN

PNEUMONIA
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus.
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis dari rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari IgA.

KLASIFIKASI PNEUMONIA

Pneumonia Berdasarkan Penyebab :
1. Pneumonia bakteri  Paling banyak ditemui.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia jamur.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Pneumonia hipostatik.

Pneumonia Berdasarkan anatomik :
1. Pneumonia lobaris
Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia).
Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat.

1
3. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis).
Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan jaringan
interlobular.

B. ETIOLOGI
1. Streptokokus.
2. Stafilokkokus.
3. Pneumokokus.
4. Haemofilus influenza.
5. Pseudomonas.
6. Fungus.
7. Basil Colli
Semuanya dapat masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran pernapasan
bagian atas, kuman masuk ke bronkiolus kemudian alveolus  MENYEBABKAN
Infasi kuman pada jaringan paru.
 Terjadinya akibat infeksi saluran napas bagian atas.
Dapat terjadi gangguan pada :
1. Proses ventilasi.
2. Proses difusi.

C. GEJALA KLINIS
1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam tinggi.
2. Gejala khas :
 Sianosis pada mulut dan hidung.
 Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
 Gelisah, cepat lelah.
3. Batuk  mula-mula kering  produktif.
4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
5. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis.
6. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus

2
D. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat :
1. Otitis media akut (OMA)  terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian
gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan berdasarkan jenisnya.
1. Pneumonia Lobaris
Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Penatalaksanaan Medik :
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan :
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50 –70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisisgas darah arteri.

3
Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
3. Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis)
Penatalaksanaan Medik :
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi,
sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau
dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan, Perlu
diberikan cairan dengan elektrolit secara intravena dengan untuk mengoreksi
asidosis dan dehidrasi.
Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih
yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian steroid belum ada
kesepakatan. Pemberian sedatif tidak diperkenankan karena menimbulkan
depresi pernafasan. Bila dianggap perlu boleh diberi kloralhidrat. Bronkodilator
tidak dianjurkan karena merupakan konra indikasi karena dapat memperberat
keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan
meningkat.

4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK R DENGAN HERNIA INGUINALIS
LATERALIS

KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
internus/lateralis, menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternal/medialis.
Disebut lateralis karena terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior.
Kanalis inguinalis pada pria normal berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosessus vaginalis peritonei dan
ligamentum rotundum. Pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum
rotundum.
B. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria
ketimbang pada wanita. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula factor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih
90 % prosesua vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun

5
sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur
ini hanya beberapa persen.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertropi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup
sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan
otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan m. ilio inguinalis dan m. ilio
femoralis setelah apendiktomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
C. PATOGENESIS
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Bila bayi lahir, umunya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal
sering belum menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis yang kiri terbuka
maka umumnya yang kanan juga masih terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis itu
terbuka terus karena prosesus tidak terobliterasi, maka akan timbul hernia
inguinalis lateral congenital.
Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena daerah itu merupakan
locus amnions resistensiae. Maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-

6
abdominal meninggi, adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat, defekasi yang mengejan dan miktie yang mengejan misalnya pada prostat
hipertropi.
D. JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS
a. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)
Hernia inguinalis indirek ini hampir selalu disebabkan factor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah, mengalami
inkarserasi (menjepit) dan strangulasi (gangguan vaskularisasi). Mungkin
terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih.
Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus
abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi.
b. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis
yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai
hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan
berbentuk tonjolan bulat.
E. GEJALA KLINIK
Pada umunya keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan dilipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Oleh karena itu klien dapat diminta untuk
batuk atau mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat
dilihat. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.

7
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum penderita biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan sejak permulaan sudah
tampak, maka harus dibuktikan bahwa benjolan itu dapat dimasukan kembali.
Penderita dalam posisi tidur, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat
masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga
dapat ditegakkan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
G. DIAGNOSA BANDING
1. Hidrokel.
Benjolan hidrokel mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan
luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah
hidrokel tidak teraba.
2. Limfadenopati inguinal
Lihat apakah ada infeksi pada kaki. Kadang-kadang benjolannya dapat
dimasukkan.
3. Testis ektopik
Yaitu testis yang masuk berada dikanalis inguinalis, mudah diketahui dengan
meraba daerah skrotum dan menghitung jumlah testisnya.
4. Limpoma
H. PENGELOLAAN
Pengelolaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak
dipersiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Bila tidak berhasil dalam waktu
enam jam, harus dilakukan operasi segera. Pengobatan operatif merupakan satusatunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.

8
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM
Streptokokus
Pneumokokus
Stafilokokus

Kecemasan orang tua

Hambatan tumbuh
kembang

Ancaman kehidupan
Masuk melalui
Saluran nafas bag. atas
Perubahan Pola Tidur

Kurang dari kebutuhan
gangguan nutrisi
meningkat

Bronkiolus
Sulit Tidur

Alveoli

Sebagai kompensasi cadangan
lemak dipergunakan oleh tubuh

Merangsang RAS
Nafas kurang pada
Jaringan paru
Peningkatan frekwensi
Pernapasan

Peningkatan metabolisme

Reaksi radang pada
Bronchus dan alveolus

Akumulasi Sekret
Stimulasi Chemoreseption
Fibrosus dan pelebaran

Hipotalamus

Obstruksi jalan
nafas

Atelektasis
DEMAM

Gangguan
Ventilasi
Gangguan Difusi
HIPERTERMIA
s

Bersihan Jalan
Nafas Tidak efektif

Gangguan Pertukaran Gas
Evaporasi meningkat

O2 Ke jaringan Menurun
Cairan Tubuh berkurang
Kelemahan
PENURUNAN VOLUME
CAIRAN

A D L

9
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I.

BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama/nama panggilan

: An. A

2. Tempat tanggal lahir/usia

: Makassar, 27 Oktober 2002/5 bulan.

3. Jenis kelamin

: Laki-laki

4. Agama

: Islam

5. Pendidikan

: -

6. Alamat

: Jl. Banta-bantaeng No. 32

7. Tanggal masuk

: 14 April 2003

8. Tanggal pengkajian

: 15 April 2003

9. Diagnosa medik

: Pneumonia

10. Rencana therapy

: Pemberian O2

Jam : 15.00

B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Ayah
a. Nama

: Tn. A

b. Usia

: 32 tahun

c. Pendidikan

: Tamat SMA

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : (Wiraswasta) Perbengkelan
e. Agama

: Islam

f. Alamat

: Jl. Banta-bantaeng No. 32

2. Ibu
a. Nama

: Ny. S

b. Usia

: 29 tahun

c. Pendidikan

: SMP

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. Agama

: Islam

f. Alamat

: Jl. Banta-bantaeng

10
C. IDENTITAS SAUDARA KANDUNG
NO.

NAMA

USIA

HUBUNGAN

1.

Anshar

10 tahun

Saudara kandung

STATUS
KESEHATAN
Sehat

2.

Asdar

8 tahun

Saudara kandung

Sehat

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang
lalu dan terus menerus.

III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak ± 2 bulan yang lalu, sesak. Demam dialami sejak 3 hari
yang lalu secara terus menerus, pada auskultasi didapatkan bunyi ronchi.
Anak nampak lelah karena sesak nafas yang dialaminya.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun).
1. Prenatal Care
a. Pemeriksaan kehamilan 1 kali
b. Keluhan selama hamil : Ibu S menderita Bronchitis, tekanan darah
meningkat, oedem pada kaki.
c. Riwayat : Ibu S mendapatkan therapy obat sebab pada saat hamil kaki
ibu S oedem dan tekanan darah ibu tinggi dan ibu S lupa nama obatnya.
d. Ibu S lupa berapa Kg kenaikan berat badannya pada saat hamil.
e. Imunisasi TT dilakukan 1 kali selama hamil.
2. Natal
a. Tempat melahirkan di Rumah Sakit.
b. Persalinan spontan.
c. Penolong persalinan : Dokter.

11
d. Cara untuk memudahkan persalinan : Ibu mengatakan pada saat
melahirkan rencananya akan di operasi karena ibu sesak berat, tetapi
tiba-tiba anaknya lahir.
e. Anak A lahir premature (8 bulan).
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir : 2100 gram, PB : 43 cm
b. Beberapa hari setelah lahir badan anak A agak berwarna kuning.
c. Sejak lahir anak A tidak disusui karena ibu S menderita Bronkhitis dan
pada saat melahirkan ibu S sesak berat.

(Untuk semua usia)
-

Anak A pernah mengalami batuk, demam, diare.

-

Anak A tidak pernah jatuh.

-

Anak A belum pernah dirawat di RS sebelumnya, hanya berobat jalan
(rawat jalan atau ke dokter praktek).

-

Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, zat/substansi
kimia, dan tekstil.

-

Anak A tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga
-

Penyakit anggota keluarga :
Ibu S mengatakan ibu mertuanya mempunyai penyakit tekanan darah
tinggi, begitupun ibu S mempunyai tekanan darah yang tinggi juga
menderita Bronkhitis.

12
GENOGRAM 3 GENERASI
48

32

30

50

53

27

25

10

35

23

8

48

33

29

24

5

KETERANGAN :
: Laki-laki
: Perempuan

: Penderita

: Tinggal serumah
: Laki-laki yang meninggal

: Perempuan yang meninggal

IV. Riwayat Imunisasi
No

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

Reaksi Setelah
Pemberian

1.

BCG

Pada saat baru lahir

2.

DPT (I,II,III)

DPT I : 2 bulan
DPT II : 3 bulan

13

Demam
3.

Polio (I,II,III,IV)

Polio I : Baru lahir
Polio II : 2 bulan
Polio III : 3 bulan

4.

Campak

Belum diberikan

5.

Hepatitis

Belum diberikan

V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan

: 5500 gram

2. Panjang Badan

: 61 cm

3. Waktu tumbuh gigi : Gigi anak A belum tumbuh
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat :
1. Berguling

: 4 bulan

2. Duduk

: -

3. Merangkak : 4. Berdiri

: -

5. Berjalan

: Anak A belum bisa berjalan.

6. Senyum pada orang lain pertama kali

: Lupa

7. Bicara pertama kali

: Belum bisa bicara

VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan ibu
menderita bronchitis.
2. Jumlah pemberian : Tiap kali anak menangis (± 10 kali sehari dalam botol
200 cc.
3. Cara memberikan : Dengan dot.

14
C. Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan
b. Jenis

: Bubur susu (SUN)

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia
1. 0 – 3 bulan
2. Saat ini

Jenis Nutrisi

Lama Pemberian

Susu Formula Lactogen I
Susus formula + bubur susu (SUN)

Sampai sekarang
Sampai sekarang

VII. Riwayat Psichososial
1. Anak tinggal dirumah sendiri, lingkungan berada ditengah kota.
2. Anak tinggal dekat sekolah, ada tempat bermain.
3. Tidak ada tangga yang berbahaya.
4. Anak tidak mempunyai kamar sendiri dan tidak mempunyai ruang bermain.
5. Hubungan antar anggota keluarga harmonis.
6. Pengasuh anak adalah orang tua dan nenek.
VIII. Riwayat Spiritual
1. Support system dalam keluarga : Orang tua, nenek dan saudara kandung.
2. Orang tua klien jarang melaksanakan ibadah karena sibuk mencari nafkah.
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
-

Ibu membawa anaknya ke rumah sakit sebab anaknya batuk, sesak dan
demam yang terus menerus selama 3 hari, sejak tanggal 11 April 2003.

-

Dokter selalu menceritakan keadaan anaknya, dan dokter menyarankan
agar anak A diopname supaya mendapatkan perawatan yang lebih
intensif..

-

Perasaan orang tua saat ini cemas, sebab anaknya sesak, susah untuk
bernapas.

-

Orang tua klien selalu berkunjung, ibu dan nenek yang menjaga klien
pada siang hari, sedangkan pada malam hari dirawat oleh bapaknya.

15
-

Hubungan antar anggota keluarga harmonis, dan orang tua klien
mengasuh anaknya sendiri.

B. Pemahaman Anak Tentang Sakit dan Rawat Inap
Tidak dikaji karena anak baru berumur 5 bulan dan belum mengerti tentang
hal itu.
X. Aktifitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi

Sebelum sakit

1. Selera makan

Saat sakit

Nafsu makan baik, porsi Anak
makan dihabiskan.

2. Menu makan

malas

karena sesak.

Susu formula + Bubur Susu formula, anak malas
susu.

3. Frekwensi makan
4. Makanan

makan

3 kali sehari

Tidak teratur

yang Bubur susu

disukai

Tidak mau makan hanya
diberi susu

5. Makanan pantangan
6. Pembatasan

makan

Tidak ada

Tidak ada

pola Tidak ada

Tidak ada

makan
7. Cara makan

Disuapi

Disuapi

8. Ritual saat makan

Tidak berdoa saat makan

Tidak berdoa saat makan

Sebelum Sakit

Saat Sakit

B. Cairan
Kondisi
1.

Jenis Minuman

ASI, air putih

Asi, air putih

2.

Frekwensi minum

Kuat minum ± 10 botol Kuat
200 cc/hari

minum,

2-3

gelas/hari

3.

Kebutuhan cairan

Terpenuhi

Lebih 20 cc

4.

Cara pemenuhan

Minum pakai dot

Minum

dot,

dextrose 5 %

16

infus
Maintenance
BB = 5,5 Kg
Umur 5 bulan
5,5 x 100 ml/Kg BB = 550 cc/hari
550
= 22,92
24
= 23 tts/menit

Mikro drips

Intake cairan saat sakit
Minum : 5 botol x 100 cc = 500 cc
550-500 = 50 cc
= 2 tts/menit
24
= 120 tt/jam
Infus

: 5,5 cc/jam

Out put
SWL urine

= 2 cc x 5,5 Kg x 24 jam
= 265 cc

Faces = 100 cc
IWL

= 30 cc x 5,5Kg BB/24 jam = 165 cc

Total :

SWL + IWL = 265 + 100 + 165
= 530cc.

Jadi out put – intake = - 530 + 550
= 20 cc

C. Eliminasi (BAB & BAK)
Kondisi

Sebelum sakit

Saat sakit

1. Tempat pembuangan

Bab dan Bak di celana

Bab dan Bak dicelana

2. Frekwensi/waktu

3 - 4 kali sehari

2 kali sehari

3. Konsistensi

Lunak/encer

Encer

4. Kesulitan

Tidak ada

Tidak ada

5. Obat pencahar

Tidak ada

Tidak ada

17
D. Istirahat Tidur
Kondisi

Sebelum Sakit

Saat Sakit

1. Jam tidur
-

Siang

-

10.00–13.00, 16.00-18.00 Klien susah tidur

Malam

20.00 – 05.00

2. Pola tidur
3. Kebiasaan

Klien susah tidur

Teratur

Tidak teratur

sebelum Tidak ada

Tidak ada

tidur
4. Kesulitan tidur

Tidak ada

Sering

terbangun

jika

batuk pada malam hari.

E. Olah Raga
Klien tidak pernah berolah raga karena masih terlalu kecil.
F. Personal Hygiene
Kondisi
1. Mandi
- Cara
- Frekwensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekwensi
- Cara

3. Potong kuku
- Frekwensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekwensi
- Cara

Sebelum sakit
Dimandikan
ibunya
2 x sehari
Sabun, Bak
handuk

Saat sakit

oleh Dimandikan oleh orang
tuanya atau perawat
1 x sehari
Waslap, sabun, handuk
mandi,

2 – 3 kali seminggu
Dibantu oleh orang tua

1 x sejak sakit
Dibantu oleh orang tua
dan perawat

Setiap
kali
kuku
Setiap
kali
kuku panjang dipotong oleh
panjang dipotong oleh perawat
ibunya
Klien
belum
Klien
belum mempunyai gigi
mempunyai gigi

18
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi
Sebelum Sakit
1. Kegiatan
sehari- Makan, tidur, bermain
hari
bersama saudaranya
2. Pengaturan jadwal Makan, bermain, istirahat
harian
3. Penggunaan
alat Tidak ada
Bantu aktivitas
4. Kesulitan
pergerakan tubuh

H. Rekreasi
Kondisi
1. Perasaan
sekolah
2. Waktu luang

Tidak ada

Saat sakit
Tidur, kadang bermain
dengan ibunya.
Mengikuti
program
perawatan
dan
pengobatan di RS
Istirahat/tidur.

- Infus terpasang
- Belum bisa berjalan.

Sebelum Sakit
saat Klien belum sekolah

Saat Sakit
Klien belum sekolah

Bermain dengan orang Bermain dengan orang
tua dan saudara.
tua dan perawat
Tertawa
Tertawa, menangis
3. Perasaan
setelah
rekreasi/bermain
4. Waktu senggang Nonton TV, Istirahat
keluarga.
5. Kegiatan hari libur

Istirahat di rumah

X. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien

: Lemah

B. Tanda-tanda vital
Suhu

: 37,7 º C

Nadi

: 100 x/menit

Respirasi

: 56 x/menit

19

-

-
Tekanan darah : 80/50 mmHg
C. Antropometri
Panjang Badan

: 61 cm

Berat badan

: 5,5 Kg 1 bulan : 3 Kg

4 bulan : 4,8 Kg

Lingkaran lengan atas : 11,5 cm
Lingkar kepala

: 41,5 cm

Lingkar dada

: 42 cm

Lingkar perut

: 45,5 cm

D. Sistem pernapasan
Hidung

: Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung.

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor.

Dada

:

Bentuk dada normal (Barel chest)
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal
Gerakan dada

:1:1

: Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dan

menggunakan otot bantu pernapasan.
Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada bunyi ronchi,
Tidak ada clubbing finger.
E. Sistem Cardiovaskuler
-

Conjunctiva tidak anemi, bibir lembab, arteri carotis kuat, tekanan vena
jugularis tidak meninggi.

-

Ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran.
Batas kiri

: Linea medio klavikularis kiri.

Batas kanan

: Line parasternalis kanan

Batas atas

: ICS III kiri atas

-

Suara jantung S1 dan S2 normal, bising aorta, mur-mur, gallop tidak ada.

-

Capillary refilling time : 2 detik.

F. System Pencernaan
-

Sklera tidak ikterus, bibir lembab dan tidak ada labioskizis.

20
-

Mulut :

Stomatitis, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh,

kemampuan menelan baik.
-

Gaster :

Kembung, tidak ada nyeri dan gerakan peristaltic normal 8

x/menit.
-

Abdomen : Hati teraba 3 cm dibawah arcus costa, lien tidak teraba,
ginjal tidak teraba, tidak teraba feses pada abdomen.

-

Pada anus tidak ada lecet dan hemoroid

G. System indra
1.

Mata
Kelopak mata tidak oedem, bulu mata dan alis tebal.
Lapang pandang : Tidak dikaji.

2.

Hidung
-

3.

Penciuman tidak dikaji, perih, trauma dan mimisan tidak ada
Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada.

Telinga
-

Keadaan daun telinga normal yaitu simetris kiri dan kanan, kanal
auditorus bersih, serumen tidak ada.

-

Fungsi pendengaran normal, klien dapat mendengarkan suara
pemeriksa dan langsung berbalik kearah pemeriksa ketika dibunyikan
kerincingan di sampingnya.

H. Sistem syaraf
1. Fungsi Cerebral
a. Status mental tidak dikaji.
b. Kesadaran (GCS) :
E

: 4 (Buka mata secara spontan).

M

:

V

: Klien belum bisa berbicara

2. Fungsi cranial
Nervus I (Olfaktorius) : Tidak dikaji
Nervus II (Optikus)

: Tidak dikaji.

21
Nervus III,IV, VI (Okulomotorius, troclearis, Abdusens) : Bola mata
dapat digerakkan, pupil isokor.

Nervus V (Trigeminus) :
Sensorik : Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada daerah
oftalmikus.
Motorik

: Klien belum mempunyai gigi, jadi tidak dikaji.

Nervus VII (Fasialis) :
Sensorik

: Tidak dikaji.

Motorik

: Pada waktu tersenyum dan menangis bibir tidak miring.

Nervus VIII (Akustikus)

:

Klien dapat mendengarkan suara tepuk

tangan dan langsung menoleh ke sumber suara.
Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji
Nervus X (Vagus) : Tidak dikaji
Nervus XI ( Accesorius) : Tidak dikaji
Nervus XII (Hipogosus) : Tidak dikaji
3. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot normal.
4. fungsi sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi normal
5. Fungsi cerebellum : Tidak dikaji
6. Reflex Bisep, trisep, patella, babinski.
7. Iritasi meningen : Tidak dilakukan
I. Sistem muskuloskeletal.
Kepala

: Bentuk mesosephal

Vertebrae

: Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri

Pelvis

: Bentuk simetris kiri dan kanan

Lutut

: Tidak ada bengkak, kaku dll

Kaki

: Tidak ada bengkak, dapat bergerak, klien belum bisa berjalan.

Tangan

: Tidak ada bengkak, gerakan aktif.

J. Sistem integumen
Rambut

: Warna hitam dan tidak mudah tercabut.

22
Kulit

: Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup,
turgor baik.

Kuku

: Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan
kotor.

K. System Endokrin
-

Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid

-

Ekskresi urine tidak berlebihan, tidak ada polidipsi dan poliphagi.

-

Suhu tubuh meningkat.

-

Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut.

L. Sistem perkemihan
Odema palpebra : Tidak ada oedem palpebra, moon face, oedem anasarka
tidak ada.
Keadaan kandung kemih : Normal
Ada nocturia pada malam hari, tidak ada dysuria dan kencing batu.
M. Sistem reproduksi
Pria.
-

Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah.

-

Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum.

N. Sistem Immun
-

Tidak ada riwayat alergi.

-

Kadang-kadang dengan perubahan cuaca klien menjadi flu.

XI. TEST DIAGNOTIK
Tanggal : 15 April 2003
Laboratorium :

Nilai normal

WBC

: + 12.1 x 103 m/mm3

Lymp

: 35.3 %

RBC

: -4.56 x 106 m/mm3

4,5 –5,5 juta/mm3

HCT

: -33.2 %

4,0 – 4,8 %

HB

: -10.7 gr/dl

13 – 16 gr %

MCV

: -72.8 fl

80 – 97

MCH

: -23.5 pg

26.5 – 33.5

23

5000 – 10.000/mm3
MCHC

: 32.2 g/dl

315 – 35.0

PLT

: + 560 x 103/ l

150 – 400

Urinalysis
SG

: 1.005

PH

: 7

Leu

: Neg.

Nit

: Neg

Pro

: Neg

Glu

: 100 mg/dl

KET

: Neg

UBG : Norm
Bil

: Neg

Ery

: Neg

Mikroskop analysis
Eryth : Leuko : 0 – 1
Cylind : Epith cell

: -

Ro photo :

Ct – Scan : Tidak ada
MRI, USG, EEG, ECG, dll : Tidak ada
Therapy saat ini :
-

Terpasang infus dekstrose 2,5 % 24 tetes/menit

-

Obat injeksi :
Ampicillin 4 x 200 mg
Kloramfenicol 1 x 200 mg.

24
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM TERJADI PADA KLIEN
DENGAN

PNEUMONIA

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan dan
penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
demam, takipnea.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari
Rumah Sakit.
7. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

25
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF :
1. Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan
batuknya berlendir.
2. Orang tua klien mengeluh anaknya sesak.
3. Orang tua mengatakan anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak
diisap lendirnya sewaktu dilahirkan.
4. Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit.
5. Orang tua klien mengatakan anaknya banyak lendirnya.
6. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus
menerus.
7. Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya.
8. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

DATA OBYEKTIF :
1. Klien nampak sesak.
2. Klien demam
3. Klien batuk dan berlendir.
4. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan.
5. Klien nampak lemah.
6. Ekspresi wajah orang tua klien tegang.
7. Orang tua klien nampak cemas.
8. Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi.
9. Vital sign :
TD

: 80/50 mmHg

N

: 100 x/menit

P

: 56 x/menit

S

: 37,7º C

26
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan

dengan

TANGGAL
DITEMUKAN
14 April 2003

TANGGAL
TERATASI
17 April 2003

peradangan,

penumpukan sekret, ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang

tua

klien

mengatakan

anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang
lalu, dan batuknya berlendir.
- Orang

tua

mengatakan

bahwa

anaknya sesak dan batuk mungkin
disebabkan

oleh

tidak

diisap

lendirnya sewaktu dilahirkan.
Data Obyektif :
- Klien batuk berlendir.
- Vital sign :
TD : 80/50 mmHg
N

: 100 x/menit

P

: 56 x/menit

S

: 37,7º C

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan 14 April 2003
dengan perubahan membran kapiler,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang tua klien mengeluh anaknya
sesak.
Data Obyektif :

27

17 April 2003
- Klien nampak sesak.
- Klien nampak lemah.
- Pada pemeriksaan auskultasi di
dapatkan bunyi ronkhi.
- Vital Sign :
TD : 80/50 mmHg.
N

: 100 x/menit.

P

: 56 x/menit.

S

: 37,7 C.

3. Gangguan

rasa

nyaman

:

panas 14 April 2003

16 April 2003

berhubungan dengan proses infeksi,
ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang

tua

klien

mengatakan

anaknya demam sejak 3 hari yang
lalu secara terus menerus.
Data Obyektif :
-

Klien demam.

-

Vital sign :
S : 37,7 C

4. Resiko berkurangnya volume cairan
berhubungan dengan intake oral yang
tidak

adekuat,

demam,

takipnea,

ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Orang

tua

klien

mengatakan

anaknya malas makan dan minum
sejak sakit.
Data Obyektif :
- Klien demam.

28

14 April 2003

16 April 2003
- Porsi makan dan minum tidak
dihabiskan.
- Klien nampak sesak
5. Kecemasan orang tua berhubungan
dengan dampak hospitalisasi, ditandai
dengan :
Data Subyektif :
-

Orang

tua

klien

mengatakan

sangat cemas dengan keadaan
anaknya.
-

Orang tua klien sering bertanyatanya tentang penyakit anaknya.

Data Obyektif :
-

Ekspresi wajah orang tua klien
nampak tegang.

-

Orang tua klien nampak cemas.

29

14 April 2003

15 April 2003
ANALISA

DATA

D A T A
1. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan
anaknya
batuk
sejak ± 2 bulan
yang lalu, dan
batuknya berlendir.
- Orang
tua
mengatakan bahwa
anaknya sesak dan
batuk
mungkin
disebabkan
oleh
tidak
diisap
lendirnya sewaktu
dilahirkan.
Data obyektif :
- Klien
batuk
berlendir.
- Vital sign :
TD : 80/50 mmHg.
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC

E T I O L O G I
Akumulasi sekret

2. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengeluh anaknya
sesak.
Data obyektif :
- Klien
nampak
sesak.
- Klien
nampak
lemah.
- Vital sign :
TD : 80/50 mmHg
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC

Streptokokus
Pneumokokus
Stafilokokus

MASALAH
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.

Obstruksi jalan nafas

Gangguan ventilasi
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Masuk melalui saluran
nafas bagian atas
Bronkiolus
Alveoli
Nafas kurang pada
jaringan paru
Reaksi radang pada

30

Gangguan pertukaran gas
bronkus dan alveolus

D A T A
3. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari
yang lalu secara terus
menerus
Data Obyektif :
- Klien demam.
- Vital sign :
S : 37,7 C

E T I L O G I
Reaksi radang pada
bronkus dan alveolus

4. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan anaknya
malas makan dan
minum sejak sakit.
Data Obyektif :
- Klien demam.
- Porsi makan dan
minum
tidak
dihabiskan.
- Klien nampak sesak.

Hipertermia

5. Data Subyektif :
- Orang tua klien
mengatakan sangat
cemas
dengan
keadaan anaknya.
- Orang tua klien
sering bertanya-tanya
tentang
penyakit
anaknya.
Data Obyektif :
- Ekspresi wajah orang
tua klien nampak
tegang.
- Orang tua klien
nampak cemas.

MASALAH
Gangguan rasa nyaman :
Panas.

Stimulasi
Chemoreseption di
hipothalamus
Demam
Hipertermia
Resiko
berkurangnya
volume cairan.

Evaporasi meningkat
Cairan tubuh berkurang
Penurunan volume
cairan

Peningkatan frekwensi
pernafasan
Ancaman kehidupan
Kecemasan orang tua

31

Kecemasan
klien.

orang

tua
32
R E N C A N A

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan
efektif

jalan

nafas

berhubungan

K E P E R A W A T A N

TUJUAN

RENCANA

tidak Klien akan menunjukkan
dengan jalan nafas efektif, ventilasi

RASIONAL

1. Monitor status respiratori Mengetahui status pernafasan
setiap 2 jam, kaji adanya klien

peradangan, penumpukan sekret, paru adekuat dan tidak ada

peningkatan

ditandai dengan :

penumpukan sekret, dengan

pernafasan

Data Subyektif :

kriteria :

nafas abnormal.

memudahkan

status intervensi
dan

untuk

selanjutnya,

dan

bunyi takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat

- Orang tua klien mengatakan

-

Batuk anak berkurang.

ditemukan pada penerimaan

anaknya batuk sejak ± 2

-

Lendir tidak ada.

atau

bulan

-

Vital sign dalam batas

proses

normal :

Pernafasan dapat melambat

TD : 90/60 mmHg.

dan

bahwa anaknya sesak dan

N

: 120 x/menit

memanjang

batuk mungkin disebabkan

P

: 30 x/menit

inspirasi.

oleh tidak diisap lendirnya

S

: 36,5 º C

yang

lalu,

dan

batuknya berlendir.
- Orang tua klien mengatakan

sewaktu dilahirkan.

selama

stress/adanya

infeksi

frekwensi

akut.

ekspirasi
dibanding

2. Lakukan perkusi, vibrasi Memudahkan keluarnya sekret
dan postural drainage.

33

yang kental dari jalan nafas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL

3. Beri posisi yang nyaman Peninggian kepala tempat tidur
yang

memudahkan mempermudah fungsi pernafasan

pasien

bernafas dengan menggunakan gravitasi.

(peninggian

kepala Namun pasien dengan distress

tempat tidur atau pasien berat akan mencari posisi yang
dipangku oleh ibunya)

paling mudah untuk bernafas.
Sokongan

tangan/kaki

bantal

dll,

dengan

membantu

menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.

4. Ciptakan

lingkungan Lingkungan tenang dan nyaman

yang nyaman sehingga memudahkan klien beristirahat,
pasien

dapat

dengan tenang.

tidur sebab lingkungan yang tidak
nyaman

merupakan

pencetus

reaksi alergi pernafasan yang
dapat mentriger episode akut.

34
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL

5. Beri minum yang cukup.

Hidrasi

membantu

menurunkan

kekentalan

sekret,

mempermudah

pengeluaran.
cairan

Penggunaan

hangat

dapat

menurunkan spasme bronkus.

6. Kolaborasi
medis

dengan

pemberian

tim
obat

sesuai indikasi
- Bronkodilator

Merilekskan otot halus dan
menurunkan kongesti lokal,
menurunkan

spasme

jalan

nafas, danm produksi mukosa

Banyak
- Antimikrobial.

35

antimikrobial

diindikasikan untuk
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL
Mengontorl

infeksi

pernafasan/pneumina
terapi

dapat

dan

meningkatkan

aliran udara dan memperbaiki
hasil.

2. Gangguan

pertukaran

gas Klien

memperlihatkan

berhubungan dengan perubahan perbaikan
membran

kapile

ventilasi,

alveolus, pertukaran

gas

ditandai dengan :

optimal

dan

Data Subyektif :

jaringan

secara

secara

1. Observasi

tingkat Gelisah dan ansietas adalah

kesadaran, selidiki adanya manifestasi
perubahan.

adekuat,

- Pada

memburuk

bingung/somnolen

menunjukkan
serebral

yang

disfungsi
berhubungan

dengan hipoksemis.

- Klien aktif.

- Klien nampak sesak.

GDA

disertai

oksigenasi

- Klien tidak sesak.

Data Obyektif :

pada

hipoksia,

- Orang tua klien mengeluh dengan kriteria :
anaknya sesak.

umum

- Klien nampak lemah.

pemeriksaan

auskultasi
ditemukan

2. Kaji frekwensi, kedalaman Berguna

tidak
lagi

pernafasan

bnyi

tanda sianosis setiap 2 adan/atau

tambahan pernafasan

jam.

36

dan

tanda- derajat

penyakit.

dalam
distress

evaluasi
pernafasan

kronisnya

proses
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL
Sianosis

mungkin

(terlihat

pada

perifer

kuku)

atau

sentral (terlihat sekitar bibir
dan atau telinga). Keabu-abuan
dan

sianosis

mengindikasikan

sentral
beratnya

hipoksemia.

3. Dorong

pengeluaran Kental, tebal dan banyaknya

sputum,

pengisapan sekresi adalah sumber utama

(suction)

bila gangguan pertukaran gas pada

diindikasikan.

jalan nafas kecil, pengisapan
dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.

4. Lakukan
fremitus.

palpasi

fokal Penurunan
diduga

getaran

ada

vibrasi

pengumpulan

cairan atau udara terjebak.

37
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA
5. Kolaborasi

dengan

RASIONAL
tim Dapat

medis pemberian O2 sesuai memperbaiki/mencegah
dengan indikasi.

memburuknya hipoksia.

3. Gangguan rasa nyaman : panas Klien menunjukkan suhu 1. Pantau suhu klien (derajat Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
berhubungan dengan proses tubuh dalam batas normal,

dan polanya) perhatikan menunjukkan

infeksi, ditandai dengan :

menggigil atau diaforesis.

dengan kriteria :

Data Subyektif :
-

-

yang

lalu

secara

terus

infeksiusakut.

-

Anak tidak demam

Pola

lagi.

Orang tua klien mengatakan
anaknya demam sejak 3 hari

penyakit

proses

membantu

Vital sign dalam batas

diagnosis, misalnyakurva

normal, S : 37,7ºC.

demam

menerus.

lebih

demam

dapat
dalam

lanjut
dari

berakhir
24

jam

Data Obyektif :

menunjukkan pneumonia

-

Klien demam.

pneumokokal,

-

Vital sign :

skarlet atau tifoid, demam

S : 37,7 º C

remiten (bervariasi hanya
beberapa

derajat

arah tertentu),

38

demam

pada
DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA

TUJUAN

RASIONAL
Menunjukkan infeksi paru,
kurva

intermitten

demam

yang

atau
kembali

normal sekali dalam periode
24

jam

menunjukkan

episode septik endokarditis
septik atau TB. Menggigil
sering mendahului puncak
suhu, catatan penggunaan
antipiretik mengubah pola
demam dan dapat dibatasi
sampai diagnosis dibuat atau
bila demam tetap lebih besar
dari 38,9ºC
2. Pantau suhu lingkungan, Suhu
batasi/tambahkan
tempat
indikasi .

39

tidur,

ruangan/jumlah

linen selimut harus diubah untuk
sesuai mempertahankan
mendekati normal

suhu
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA
3. Berikan kompres
hindari,

RASIONAL
hangat, Dapat

membantu

hindarkan mengurangi

penggunaan alkohol.

demam,

penggunaan air es/alkohol
mungkin

menyebabkan

kedinginan,

peningkatan

suhu secara aktual. Selain
itu,

alkohol

dapat

mengeringkan kulit.

4.Kolaborasi dengan tim medis Digunakan
pemberian antipiretik.

untuk

mengurangi demam dengan
aksi

sentralnya

hipothalamus,
demam

pada
meskipun

mungkin

dapat

berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.

40
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

4. Resiko berkurangnya volume Klien
cairan

berhubungan

RENCANA

menunjukkan 1. Kaji

dengan keseimbangan

cairan

dan

vital,

perubahan

RASIONAL
tanda Peningkatan

contoh

: suhu/memanjangnya

intake oral yang tidak adekuat, elektrolit, dengan kriteria:

peningkatan

demam meningkatkan laju

demam,

Anak mau makan sedikit-

suhu/demam

metabolik dan kehilangan

sedikit tapi sering.

memanjang,

takikardia, cairan melalui evaporasi.

Klien tidak demam lagi,

hipotensi ortostatik.

takipnea,

ditandai -

dengan :
Data Subyektif :

-

- Orang tua klien mengatakan

suhu

tubuh

TD ortostatik berubah dan

dalam batas

peningkatan

anaknya malas makan dan

normal

menunjukkan

minum sejak sakit.

S : 37,7 .

takikardia

cairan sistemik.

Data Obyektif :

-

Porsi makan dan minum

-

Klien demam.

dihabiskan.

-

Porsi makan dan minum -

Klien tidak sesak lagi.

kelembaban

tidak dihabiskan.

Turgor kulit baik.

mukosa (bibir, lidah).

-

kekurangan

2. Kaji

turgor

kulit, Indikator

langsung

membran keadekuatan

volume

cairan, meskipun membran

-

Klien nampak sesak

mukosa

-

Vital sign :

kering karena nafas mulut

TD : 80/50 mmHg.

dan oksigen tambahan.

N

: 100x/meni

41

mulut

mungkin
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

P : 56 x/menit

3. Pantau

RASIONAL

masukan

dan Memberikan

haluaran, catat warna, tentang

S : 37,7 C

karakter urine. Hitung volume
keseimbangan
Waspadai

informasi
keadekuatan

cairan

dan

cairan. kebutuhan penggantian.
kehilangan

yang tampak. Ukur berat
badan setiap hari.

4. Anjurkan kepada orang Pemenuhan

kebutuhan

tua klien agar memberi dasar cairan, menurunkan
minum

11/2-2

liter resiko dehidrasi.

perhari sesuai kondisi
individual.

5. Kolaborasi dengan tim Berguna
medis

pemberian

piretik, anti emetik.

42

menurunkan

anti kehilangan cairan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA
6.

RASIONAL

Berikan cairan IV Karena adanya penurunan
tambahan

sesuai masukan/banyak

keperluan.

kehilangan
penggunaan

cairan,
parenteral

dapat
memperbaiki/mencegah
kekurangan cairan.

5. Kecemasan

orang tua

klien Orang

tua

menunjukkan 1. Catat derajat kecemasan Pemahaman

bahwa

berhubungan dengan dampak takut/kecemasan hilang atau

dan takut. Informasikan perasaan

hospitalisasi, ditandai dengan :

menurun, dengan kriteria :

pada orang tua klien berdasarkan situasi stres

Data Subyektif :

-

- Orang tua klien mengatakan

tua

klien

tidak

bahwa

perasaannya ditambah

cemas lagi.
-

anaknya.
tua

klien

bertanya-tanya
penyakit anaknya.

sering
tentang -

normal

Orang tua tidak bertanya-

mengekspresikan

oksigen yang mengancam)

tanya lagi tentang penyakit

sangat cemas dengan keadaan

- Orang

Orang

(dimana

dan

dorong ketidakseimbangan

perasaan.

normal dapat membantu

anaknya.

pasien

Ekspresi wajah orang tua

beberapa perasaan kontrol

klien ceria.

emosi.

43

meningkatkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL

2. Jelaskan proses penyakit Menghilangkan
dan

prosedur

tingkat
orang

dalam kecemasan

karena

kemampuan ketidaktahuan
tua

dan

untuk menurunkan takut tentang

memahami

dan keamanan pribadi. Pada

menangani

informasi. fase dini penjelasan perlu

Kaji situasi saat ini dan diulang dengan sering dan
tindakan yang diambil singkat karena orang tua
untuk

mengatasi klien

masalah.

mengalami

penurunan

lingkup

perhatian.

3. Dukung orang tua klien Mekanisme

koping dan

dalam menerima realita partisipasi dalam program
situasi,

khususnya pengobatan

mungkin

rencana untuk periode meningkatkan
penyembuhan

yang orang

tua

belajar

klien

lama. Libatkan orang tua menerima hasil yang
dalam perencanaan dan

44

untuk
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

RENCANA

RASIONAL

Partisipasi dalam perawatan. Diharapkan dari penyakit
dan

meningkatkan

beberapa rasa kontrol.

4. Beri

support

orang tua klien

kepada Dukungan
orang

membantu
tua

menurunkan
kecemasannya.

45

klien
PROPOSAL PROGRAM BERMAIN

Nama Pasien

: Andara Sabita

Usia

: 7 bulan

Diagnosa Medis

: Diare dengan dehidrasi ringan.

Tingkat aktivitas
Tingkat Perkembangan

: Klien belum mandiri dan semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua.
:

* Perkembangan psikoseksual

:

Fase Oral

46
Fase ini anak mendapat kepuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut  dari mengisap, menelan, memainkan
bibir, makan. Dasar perkembangan mental yang sehat pada fase ini tergantung dari hubungan ibu dan anak.
* Perkembangan Sosial

:

Percaya vs tidak percaya
Komponen awal sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya  yang mendasari kehidupan. Rasa aman dan rasa
percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkunganadalah ibu.
* Perkembangan Kognitif

:

Fase sensori motor
Egosentrik  segala usaha ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya/kesenangannya.
Jenis Permainan

: Eksploratory play

Alat Yang digunakan

: Kerincingan warna-warni yang mempunyai pegangan.

Aturan Permainan

:

Perawat menggoyang kerincingan kemudian memberikan kepada ibu klien, ibu klien

menggoyangkan kerincingan tersebut lagi dan memberikannya kepada si anak. Lihat reaksi anak terhadap kerincingan tersebut.
Peserta

: - Perawat
- Ibu klien
- Andara Sabita
EVALUASI

NO. DP
4

TGL
26-3-2003

JAM

PERKEMBANGAN (SOAP)

13.45

S : - Orang tua klien sudah tahu
tentang

penyakit

hernia

47

PARAF/NAMA
yaitu mengenai pengertian,
penyebab

dan

pengobatan

tindakan

yang

akan

dilakukan.
- Orang tua klien mengatakan
mengerti bahwa tindakan
pengobatan

hernia

hanyalah dengan operasi.
O : - Orang tua klien tidak
bingung lagi.
- Orang

tua

klien

bertanya-tanya

tidak
lagi

tentang penyakit anaknya.
A : Masalah sudah teratasi.
P

:

Lanjutkan dan tingkatkan

intervensi 1, 2 dan 3

48
NO.DP
3

TGL
26-3-2003

JAM

PERKEMBANGAN (SOAP)

08.15

S

:

-

Orang

tua

klien

mengatakan anaknya masih
menangis jika skrotumnya
tertekan.
O : - Klien tidak cengeng.
- Klien masih meringis jika
skrotumnya tertekan.
A : Rasa nyeri klien belum
teratasi.
P : Lanjutkan dan tingkatkan
intervensi

1,3

Sedangkan

pemberian

analgetik

tidak

,4.

perlu

49

PARAF/NAMA
diberikan dan rasa nyeri
hilang setelah dilakukan
pembedahan.
-

50

Contenu connexe

Tendances

ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)Sulistia Rini
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmateguhprayitnopro
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanVituuuut
 
Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmifaaa
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoidEllyeUtami
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaVerar Oka
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisSelvia Agueda
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriocto zulkarnain
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anakf' yagami
 

Tendances (20)

Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
 
Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dm
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
Askep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleuraAskep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleura
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 

Similaire à Pneumonia 131028101758-phpapp01

Similaire à Pneumonia 131028101758-phpapp01 (20)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
 
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
 
Bab 2 new
Bab 2 newBab 2 new
Bab 2 new
 
[Tara] sken 1 pertemuan 2
[Tara] sken 1 pertemuan 2[Tara] sken 1 pertemuan 2
[Tara] sken 1 pertemuan 2
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
 
Referat vicki
Referat vickiReferat vicki
Referat vicki
 
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaatresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
2. divertikel esofagus
2. divertikel esofagus2. divertikel esofagus
2. divertikel esofagus
 
178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Appendiks kmb
Appendiks kmbAppendiks kmb
Appendiks kmb
 
A AKPER PEMDA MUNA
A AKPER PEMDA MUNA A AKPER PEMDA MUNA
A AKPER PEMDA MUNA
 
Makalah sistem pernapasan 2
Makalah sistem pernapasan 2Makalah sistem pernapasan 2
Makalah sistem pernapasan 2
 

Pneumonia 131028101758-phpapp01

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK A DENGAN PNEUMONIA KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus. Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari : 1. Susunan anatomis dari rongga hidung. 2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring. 3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. 4. Refleks batuk. 5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. 6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional. 7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari IgA. KLASIFIKASI PNEUMONIA Pneumonia Berdasarkan Penyebab : 1. Pneumonia bakteri  Paling banyak ditemui. 2. Pneumonia virus. 3. Pneumonia jamur. 4. Pneumonia aspirasi. 5. Pneumonia hipostatik. Pneumonia Berdasarkan anatomik : 1. Pneumonia lobaris Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru. 2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia). Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat. 1
  • 2. 3. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis). Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan jaringan interlobular. B. ETIOLOGI 1. Streptokokus. 2. Stafilokkokus. 3. Pneumokokus. 4. Haemofilus influenza. 5. Pseudomonas. 6. Fungus. 7. Basil Colli Semuanya dapat masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran pernapasan bagian atas, kuman masuk ke bronkiolus kemudian alveolus  MENYEBABKAN Infasi kuman pada jaringan paru.  Terjadinya akibat infeksi saluran napas bagian atas. Dapat terjadi gangguan pada : 1. Proses ventilasi. 2. Proses difusi. C. GEJALA KLINIS 1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam tinggi. 2. Gejala khas :  Sianosis pada mulut dan hidung.  Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.  Gelisah, cepat lelah. 3. Batuk  mula-mula kering  produktif. 4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia. 5. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis. 6. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus 2
  • 3. D. KOMPLIKASI Bila tidak ditangani secara tepat : 1. Otitis media akut (OMA)  terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi. 2. Efusi pleura. 3. Emfisema. 4. Meningitis. 5. Abses otak. 6. Endokarditis. 7. Osteomielitis. E. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan berdasarkan jenisnya. 1. Pneumonia Lobaris Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari. 2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) Penatalaksanaan Medik : Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan : a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50 –70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol infus. c. Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisisgas darah arteri. 3
  • 4. Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit. 3. Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis) Penatalaksanaan Medik : Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan, Perlu diberikan cairan dengan elektrolit secara intravena dengan untuk mengoreksi asidosis dan dehidrasi. Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian steroid belum ada kesepakatan. Pemberian sedatif tidak diperkenankan karena menimbulkan depresi pernafasan. Bila dianggap perlu boleh diberi kloralhidrat. Bronkodilator tidak dianjurkan karena merupakan konra indikasi karena dapat memperberat keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan meningkat. 4
  • 5. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK R DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus/lateralis, menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui annulus inguinalis eksternal/medialis. Disebut lateralis karena terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior. Kanalis inguinalis pada pria normal berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosessus vaginalis peritonei dan ligamentum rotundum. Pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum rotundum. B. ETIOLOGI Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesua vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun 5
  • 6. sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan m. ilio inguinalis dan m. ilio femoralis setelah apendiktomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia C. PATOGENESIS Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 dari kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Bila bayi lahir, umunya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis yang kiri terbuka maka umumnya yang kanan juga masih terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis itu terbuka terus karena prosesus tidak terobliterasi, maka akan timbul hernia inguinalis lateral congenital. Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena daerah itu merupakan locus amnions resistensiae. Maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra- 6
  • 7. abdominal meninggi, adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, defekasi yang mengejan dan miktie yang mengejan misalnya pada prostat hipertropi. D. JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS a. Hernia Ingunalis Medialis (Direk) Hernia inguinalis indirek ini hampir selalu disebabkan factor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi (menjepit) dan strangulasi (gangguan vaskularisasi). Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi. b. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek) Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk tonjolan bulat. E. GEJALA KLINIK Pada umunya keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Oleh karena itu klien dapat diminta untuk batuk atau mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. 7
  • 8. F. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum penderita biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak maka penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan sejak permulaan sudah tampak, maka harus dibuktikan bahwa benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga dapat ditegakkan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut. G. DIAGNOSA BANDING 1. Hidrokel. Benjolan hidrokel mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah hidrokel tidak teraba. 2. Limfadenopati inguinal Lihat apakah ada infeksi pada kaki. Kadang-kadang benjolannya dapat dimasukkan. 3. Testis ektopik Yaitu testis yang masuk berada dikanalis inguinalis, mudah diketahui dengan meraba daerah skrotum dan menghitung jumlah testisnya. 4. Limpoma H. PENGELOLAAN Pengelolaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak dipersiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Bila tidak berhasil dalam waktu enam jam, harus dilakukan operasi segera. Pengobatan operatif merupakan satusatunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. 8
  • 9. PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM Streptokokus Pneumokokus Stafilokokus Kecemasan orang tua Hambatan tumbuh kembang Ancaman kehidupan Masuk melalui Saluran nafas bag. atas Perubahan Pola Tidur Kurang dari kebutuhan gangguan nutrisi meningkat Bronkiolus Sulit Tidur Alveoli Sebagai kompensasi cadangan lemak dipergunakan oleh tubuh Merangsang RAS Nafas kurang pada Jaringan paru Peningkatan frekwensi Pernapasan Peningkatan metabolisme Reaksi radang pada Bronchus dan alveolus Akumulasi Sekret Stimulasi Chemoreseption Fibrosus dan pelebaran Hipotalamus Obstruksi jalan nafas Atelektasis DEMAM Gangguan Ventilasi Gangguan Difusi HIPERTERMIA s Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif Gangguan Pertukaran Gas Evaporasi meningkat O2 Ke jaringan Menurun Cairan Tubuh berkurang Kelemahan PENURUNAN VOLUME CAIRAN A D L 9
  • 10. FORMAT PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN ANAK I. BIODATA A. IDENTITAS KLIEN 1. Nama/nama panggilan : An. A 2. Tempat tanggal lahir/usia : Makassar, 27 Oktober 2002/5 bulan. 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : - 6. Alamat : Jl. Banta-bantaeng No. 32 7. Tanggal masuk : 14 April 2003 8. Tanggal pengkajian : 15 April 2003 9. Diagnosa medik : Pneumonia 10. Rencana therapy : Pemberian O2 Jam : 15.00 B. IDENTITAS ORANG TUA 1. Ayah a. Nama : Tn. A b. Usia : 32 tahun c. Pendidikan : Tamat SMA d. Pekerjaan/sumber penghasilan : (Wiraswasta) Perbengkelan e. Agama : Islam f. Alamat : Jl. Banta-bantaeng No. 32 2. Ibu a. Nama : Ny. S b. Usia : 29 tahun c. Pendidikan : SMP d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT e. Agama : Islam f. Alamat : Jl. Banta-bantaeng 10
  • 11. C. IDENTITAS SAUDARA KANDUNG NO. NAMA USIA HUBUNGAN 1. Anshar 10 tahun Saudara kandung STATUS KESEHATAN Sehat 2. Asdar 8 tahun Saudara kandung Sehat II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang lalu dan terus menerus. III. Riwayat Kesehatan A. Riwayat Kesehatan Sekarang Batuk dialami sejak ± 2 bulan yang lalu, sesak. Demam dialami sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus, pada auskultasi didapatkan bunyi ronchi. Anak nampak lelah karena sesak nafas yang dialaminya. B. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun). 1. Prenatal Care a. Pemeriksaan kehamilan 1 kali b. Keluhan selama hamil : Ibu S menderita Bronchitis, tekanan darah meningkat, oedem pada kaki. c. Riwayat : Ibu S mendapatkan therapy obat sebab pada saat hamil kaki ibu S oedem dan tekanan darah ibu tinggi dan ibu S lupa nama obatnya. d. Ibu S lupa berapa Kg kenaikan berat badannya pada saat hamil. e. Imunisasi TT dilakukan 1 kali selama hamil. 2. Natal a. Tempat melahirkan di Rumah Sakit. b. Persalinan spontan. c. Penolong persalinan : Dokter. 11
  • 12. d. Cara untuk memudahkan persalinan : Ibu mengatakan pada saat melahirkan rencananya akan di operasi karena ibu sesak berat, tetapi tiba-tiba anaknya lahir. e. Anak A lahir premature (8 bulan). 3. Post natal a. Kondisi bayi : BB lahir : 2100 gram, PB : 43 cm b. Beberapa hari setelah lahir badan anak A agak berwarna kuning. c. Sejak lahir anak A tidak disusui karena ibu S menderita Bronkhitis dan pada saat melahirkan ibu S sesak berat. (Untuk semua usia) - Anak A pernah mengalami batuk, demam, diare. - Anak A tidak pernah jatuh. - Anak A belum pernah dirawat di RS sebelumnya, hanya berobat jalan (rawat jalan atau ke dokter praktek). - Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, zat/substansi kimia, dan tekstil. - Anak A tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas. C. Riwayat Kesehatan Keluarga - Penyakit anggota keluarga : Ibu S mengatakan ibu mertuanya mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, begitupun ibu S mempunyai tekanan darah yang tinggi juga menderita Bronkhitis. 12
  • 13. GENOGRAM 3 GENERASI 48 32 30 50 53 27 25 10 35 23 8 48 33 29 24 5 KETERANGAN : : Laki-laki : Perempuan : Penderita : Tinggal serumah : Laki-laki yang meninggal : Perempuan yang meninggal IV. Riwayat Imunisasi No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian 1. BCG Pada saat baru lahir 2. DPT (I,II,III) DPT I : 2 bulan DPT II : 3 bulan 13 Demam
  • 14. 3. Polio (I,II,III,IV) Polio I : Baru lahir Polio II : 2 bulan Polio III : 3 bulan 4. Campak Belum diberikan 5. Hepatitis Belum diberikan V. Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan Fisik 1. Berat badan : 5500 gram 2. Panjang Badan : 61 cm 3. Waktu tumbuh gigi : Gigi anak A belum tumbuh B. Perkembangan Tiap Tahap Usia anak saat : 1. Berguling : 4 bulan 2. Duduk : - 3. Merangkak : 4. Berdiri : - 5. Berjalan : Anak A belum bisa berjalan. 6. Senyum pada orang lain pertama kali : Lupa 7. Bicara pertama kali : Belum bisa bicara VI. Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI B. Pemberian susu formula 1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan ibu menderita bronchitis. 2. Jumlah pemberian : Tiap kali anak menangis (± 10 kali sehari dalam botol 200 cc. 3. Cara memberikan : Dengan dot. 14
  • 15. C. Pemberian makanan tambahan a. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan b. Jenis : Bubur susu (SUN) D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini Usia 1. 0 – 3 bulan 2. Saat ini Jenis Nutrisi Lama Pemberian Susu Formula Lactogen I Susus formula + bubur susu (SUN) Sampai sekarang Sampai sekarang VII. Riwayat Psichososial 1. Anak tinggal dirumah sendiri, lingkungan berada ditengah kota. 2. Anak tinggal dekat sekolah, ada tempat bermain. 3. Tidak ada tangga yang berbahaya. 4. Anak tidak mempunyai kamar sendiri dan tidak mempunyai ruang bermain. 5. Hubungan antar anggota keluarga harmonis. 6. Pengasuh anak adalah orang tua dan nenek. VIII. Riwayat Spiritual 1. Support system dalam keluarga : Orang tua, nenek dan saudara kandung. 2. Orang tua klien jarang melaksanakan ibadah karena sibuk mencari nafkah. IX. Reaksi Hospitalisasi A. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap - Ibu membawa anaknya ke rumah sakit sebab anaknya batuk, sesak dan demam yang terus menerus selama 3 hari, sejak tanggal 11 April 2003. - Dokter selalu menceritakan keadaan anaknya, dan dokter menyarankan agar anak A diopname supaya mendapatkan perawatan yang lebih intensif.. - Perasaan orang tua saat ini cemas, sebab anaknya sesak, susah untuk bernapas. - Orang tua klien selalu berkunjung, ibu dan nenek yang menjaga klien pada siang hari, sedangkan pada malam hari dirawat oleh bapaknya. 15
  • 16. - Hubungan antar anggota keluarga harmonis, dan orang tua klien mengasuh anaknya sendiri. B. Pemahaman Anak Tentang Sakit dan Rawat Inap Tidak dikaji karena anak baru berumur 5 bulan dan belum mengerti tentang hal itu. X. Aktifitas Sehari-hari A. Nutrisi Kondisi Sebelum sakit 1. Selera makan Saat sakit Nafsu makan baik, porsi Anak makan dihabiskan. 2. Menu makan malas karena sesak. Susu formula + Bubur Susu formula, anak malas susu. 3. Frekwensi makan 4. Makanan makan 3 kali sehari Tidak teratur yang Bubur susu disukai Tidak mau makan hanya diberi susu 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan makan Tidak ada Tidak ada pola Tidak ada Tidak ada makan 7. Cara makan Disuapi Disuapi 8. Ritual saat makan Tidak berdoa saat makan Tidak berdoa saat makan Sebelum Sakit Saat Sakit B. Cairan Kondisi 1. Jenis Minuman ASI, air putih Asi, air putih 2. Frekwensi minum Kuat minum ± 10 botol Kuat 200 cc/hari minum, 2-3 gelas/hari 3. Kebutuhan cairan Terpenuhi Lebih 20 cc 4. Cara pemenuhan Minum pakai dot Minum dot, dextrose 5 % 16 infus
  • 17. Maintenance BB = 5,5 Kg Umur 5 bulan 5,5 x 100 ml/Kg BB = 550 cc/hari 550 = 22,92 24 = 23 tts/menit Mikro drips Intake cairan saat sakit Minum : 5 botol x 100 cc = 500 cc 550-500 = 50 cc = 2 tts/menit 24 = 120 tt/jam Infus : 5,5 cc/jam Out put SWL urine = 2 cc x 5,5 Kg x 24 jam = 265 cc Faces = 100 cc IWL = 30 cc x 5,5Kg BB/24 jam = 165 cc Total : SWL + IWL = 265 + 100 + 165 = 530cc. Jadi out put – intake = - 530 + 550 = 20 cc C. Eliminasi (BAB & BAK) Kondisi Sebelum sakit Saat sakit 1. Tempat pembuangan Bab dan Bak di celana Bab dan Bak dicelana 2. Frekwensi/waktu 3 - 4 kali sehari 2 kali sehari 3. Konsistensi Lunak/encer Encer 4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada 5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada 17
  • 18. D. Istirahat Tidur Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Jam tidur - Siang - 10.00–13.00, 16.00-18.00 Klien susah tidur Malam 20.00 – 05.00 2. Pola tidur 3. Kebiasaan Klien susah tidur Teratur Tidak teratur sebelum Tidak ada Tidak ada tidur 4. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun jika batuk pada malam hari. E. Olah Raga Klien tidak pernah berolah raga karena masih terlalu kecil. F. Personal Hygiene Kondisi 1. Mandi - Cara - Frekwensi - Alat mandi 2. Cuci rambut - Frekwensi - Cara 3. Potong kuku - Frekwensi - Cara 4. Gosok gigi - Frekwensi - Cara Sebelum sakit Dimandikan ibunya 2 x sehari Sabun, Bak handuk Saat sakit oleh Dimandikan oleh orang tuanya atau perawat 1 x sehari Waslap, sabun, handuk mandi, 2 – 3 kali seminggu Dibantu oleh orang tua 1 x sejak sakit Dibantu oleh orang tua dan perawat Setiap kali kuku Setiap kali kuku panjang dipotong oleh panjang dipotong oleh perawat ibunya Klien belum Klien belum mempunyai gigi mempunyai gigi 18
  • 19. G. Aktifitas/Mobilitas Fisik Kondisi Sebelum Sakit 1. Kegiatan sehari- Makan, tidur, bermain hari bersama saudaranya 2. Pengaturan jadwal Makan, bermain, istirahat harian 3. Penggunaan alat Tidak ada Bantu aktivitas 4. Kesulitan pergerakan tubuh H. Rekreasi Kondisi 1. Perasaan sekolah 2. Waktu luang Tidak ada Saat sakit Tidur, kadang bermain dengan ibunya. Mengikuti program perawatan dan pengobatan di RS Istirahat/tidur. - Infus terpasang - Belum bisa berjalan. Sebelum Sakit saat Klien belum sekolah Saat Sakit Klien belum sekolah Bermain dengan orang Bermain dengan orang tua dan saudara. tua dan perawat Tertawa Tertawa, menangis 3. Perasaan setelah rekreasi/bermain 4. Waktu senggang Nonton TV, Istirahat keluarga. 5. Kegiatan hari libur Istirahat di rumah X. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum klien : Lemah B. Tanda-tanda vital Suhu : 37,7 º C Nadi : 100 x/menit Respirasi : 56 x/menit 19 - -
  • 20. Tekanan darah : 80/50 mmHg C. Antropometri Panjang Badan : 61 cm Berat badan : 5,5 Kg 1 bulan : 3 Kg 4 bulan : 4,8 Kg Lingkaran lengan atas : 11,5 cm Lingkar kepala : 41,5 cm Lingkar dada : 42 cm Lingkar perut : 45,5 cm D. Sistem pernapasan Hidung : Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor. Dada : Bentuk dada normal (Barel chest) Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal Gerakan dada :1:1 : Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dan menggunakan otot bantu pernapasan. Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada bunyi ronchi, Tidak ada clubbing finger. E. Sistem Cardiovaskuler - Conjunctiva tidak anemi, bibir lembab, arteri carotis kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi. - Ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran. Batas kiri : Linea medio klavikularis kiri. Batas kanan : Line parasternalis kanan Batas atas : ICS III kiri atas - Suara jantung S1 dan S2 normal, bising aorta, mur-mur, gallop tidak ada. - Capillary refilling time : 2 detik. F. System Pencernaan - Sklera tidak ikterus, bibir lembab dan tidak ada labioskizis. 20
  • 21. - Mulut : Stomatitis, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh, kemampuan menelan baik. - Gaster : Kembung, tidak ada nyeri dan gerakan peristaltic normal 8 x/menit. - Abdomen : Hati teraba 3 cm dibawah arcus costa, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba, tidak teraba feses pada abdomen. - Pada anus tidak ada lecet dan hemoroid G. System indra 1. Mata Kelopak mata tidak oedem, bulu mata dan alis tebal. Lapang pandang : Tidak dikaji. 2. Hidung - 3. Penciuman tidak dikaji, perih, trauma dan mimisan tidak ada Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada. Telinga - Keadaan daun telinga normal yaitu simetris kiri dan kanan, kanal auditorus bersih, serumen tidak ada. - Fungsi pendengaran normal, klien dapat mendengarkan suara pemeriksa dan langsung berbalik kearah pemeriksa ketika dibunyikan kerincingan di sampingnya. H. Sistem syaraf 1. Fungsi Cerebral a. Status mental tidak dikaji. b. Kesadaran (GCS) : E : 4 (Buka mata secara spontan). M : V : Klien belum bisa berbicara 2. Fungsi cranial Nervus I (Olfaktorius) : Tidak dikaji Nervus II (Optikus) : Tidak dikaji. 21
  • 22. Nervus III,IV, VI (Okulomotorius, troclearis, Abdusens) : Bola mata dapat digerakkan, pupil isokor. Nervus V (Trigeminus) : Sensorik : Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada daerah oftalmikus. Motorik : Klien belum mempunyai gigi, jadi tidak dikaji. Nervus VII (Fasialis) : Sensorik : Tidak dikaji. Motorik : Pada waktu tersenyum dan menangis bibir tidak miring. Nervus VIII (Akustikus) : Klien dapat mendengarkan suara tepuk tangan dan langsung menoleh ke sumber suara. Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji Nervus X (Vagus) : Tidak dikaji Nervus XI ( Accesorius) : Tidak dikaji Nervus XII (Hipogosus) : Tidak dikaji 3. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot normal. 4. fungsi sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi normal 5. Fungsi cerebellum : Tidak dikaji 6. Reflex Bisep, trisep, patella, babinski. 7. Iritasi meningen : Tidak dilakukan I. Sistem muskuloskeletal. Kepala : Bentuk mesosephal Vertebrae : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri Pelvis : Bentuk simetris kiri dan kanan Lutut : Tidak ada bengkak, kaku dll Kaki : Tidak ada bengkak, dapat bergerak, klien belum bisa berjalan. Tangan : Tidak ada bengkak, gerakan aktif. J. Sistem integumen Rambut : Warna hitam dan tidak mudah tercabut. 22
  • 23. Kulit : Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup, turgor baik. Kuku : Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan kotor. K. System Endokrin - Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid - Ekskresi urine tidak berlebihan, tidak ada polidipsi dan poliphagi. - Suhu tubuh meningkat. - Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut. L. Sistem perkemihan Odema palpebra : Tidak ada oedem palpebra, moon face, oedem anasarka tidak ada. Keadaan kandung kemih : Normal Ada nocturia pada malam hari, tidak ada dysuria dan kencing batu. M. Sistem reproduksi Pria. - Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah. - Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum. N. Sistem Immun - Tidak ada riwayat alergi. - Kadang-kadang dengan perubahan cuaca klien menjadi flu. XI. TEST DIAGNOTIK Tanggal : 15 April 2003 Laboratorium : Nilai normal WBC : + 12.1 x 103 m/mm3 Lymp : 35.3 % RBC : -4.56 x 106 m/mm3 4,5 –5,5 juta/mm3 HCT : -33.2 % 4,0 – 4,8 % HB : -10.7 gr/dl 13 – 16 gr % MCV : -72.8 fl 80 – 97 MCH : -23.5 pg 26.5 – 33.5 23 5000 – 10.000/mm3
  • 24. MCHC : 32.2 g/dl 315 – 35.0 PLT : + 560 x 103/ l 150 – 400 Urinalysis SG : 1.005 PH : 7 Leu : Neg. Nit : Neg Pro : Neg Glu : 100 mg/dl KET : Neg UBG : Norm Bil : Neg Ery : Neg Mikroskop analysis Eryth : Leuko : 0 – 1 Cylind : Epith cell : - Ro photo : Ct – Scan : Tidak ada MRI, USG, EEG, ECG, dll : Tidak ada Therapy saat ini : - Terpasang infus dekstrose 2,5 % 24 tetes/menit - Obat injeksi : Ampicillin 4 x 200 mg Kloramfenicol 1 x 200 mg. 24
  • 25. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM TERJADI PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan dan penumpukan sekret. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus. 3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah. 5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. 6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari Rumah Sakit. 7. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi. 25
  • 26. KLASIFIKASI DATA DATA SUBYEKTIF : 1. Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan batuknya berlendir. 2. Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. 3. Orang tua mengatakan anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak diisap lendirnya sewaktu dilahirkan. 4. Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit. 5. Orang tua klien mengatakan anaknya banyak lendirnya. 6. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus. 7. Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya. 8. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya. DATA OBYEKTIF : 1. Klien nampak sesak. 2. Klien demam 3. Klien batuk dan berlendir. 4. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan. 5. Klien nampak lemah. 6. Ekspresi wajah orang tua klien tegang. 7. Orang tua klien nampak cemas. 8. Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi. 9. Vital sign : TD : 80/50 mmHg N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7º C 26
  • 27. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan TANGGAL DITEMUKAN 14 April 2003 TANGGAL TERATASI 17 April 2003 peradangan, penumpukan sekret, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan batuknya berlendir. - Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak diisap lendirnya sewaktu dilahirkan. Data Obyektif : - Klien batuk berlendir. - Vital sign : TD : 80/50 mmHg N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7º C 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan 14 April 2003 dengan perubahan membran kapiler, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. Data Obyektif : 27 17 April 2003
  • 28. - Klien nampak sesak. - Klien nampak lemah. - Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi. - Vital Sign : TD : 80/50 mmHg. N : 100 x/menit. P : 56 x/menit. S : 37,7 C. 3. Gangguan rasa nyaman : panas 14 April 2003 16 April 2003 berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus. Data Obyektif : - Klien demam. - Vital sign : S : 37,7 C 4. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral yang tidak adekuat, demam, takipnea, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit. Data Obyektif : - Klien demam. 28 14 April 2003 16 April 2003
  • 29. - Porsi makan dan minum tidak dihabiskan. - Klien nampak sesak 5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi, ditandai dengan : Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya. - Orang tua klien sering bertanyatanya tentang penyakit anaknya. Data Obyektif : - Ekspresi wajah orang tua klien nampak tegang. - Orang tua klien nampak cemas. 29 14 April 2003 15 April 2003
  • 30. ANALISA DATA D A T A 1. Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan batuknya berlendir. - Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak diisap lendirnya sewaktu dilahirkan. Data obyektif : - Klien batuk berlendir. - Vital sign : TD : 80/50 mmHg. N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7ºC E T I O L O G I Akumulasi sekret 2. Data Subyektif : - Orang tua klien mengeluh anaknya sesak. Data obyektif : - Klien nampak sesak. - Klien nampak lemah. - Vital sign : TD : 80/50 mmHg N : 100 x/menit P : 56 x/menit S : 37,7ºC Streptokokus Pneumokokus Stafilokokus MASALAH Bersihan jalan nafas tidak efektif. Obstruksi jalan nafas Gangguan ventilasi Bersihan jalan nafas tidak efektif Masuk melalui saluran nafas bagian atas Bronkiolus Alveoli Nafas kurang pada jaringan paru Reaksi radang pada 30 Gangguan pertukaran gas
  • 31. bronkus dan alveolus D A T A 3. Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus menerus Data Obyektif : - Klien demam. - Vital sign : S : 37,7 C E T I L O G I Reaksi radang pada bronkus dan alveolus 4. Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit. Data Obyektif : - Klien demam. - Porsi makan dan minum tidak dihabiskan. - Klien nampak sesak. Hipertermia 5. Data Subyektif : - Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya. - Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya. Data Obyektif : - Ekspresi wajah orang tua klien nampak tegang. - Orang tua klien nampak cemas. MASALAH Gangguan rasa nyaman : Panas. Stimulasi Chemoreseption di hipothalamus Demam Hipertermia Resiko berkurangnya volume cairan. Evaporasi meningkat Cairan tubuh berkurang Penurunan volume cairan Peningkatan frekwensi pernafasan Ancaman kehidupan Kecemasan orang tua 31 Kecemasan klien. orang tua
  • 32. 32
  • 33. R E N C A N A DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan efektif jalan nafas berhubungan K E P E R A W A T A N TUJUAN RENCANA tidak Klien akan menunjukkan dengan jalan nafas efektif, ventilasi RASIONAL 1. Monitor status respiratori Mengetahui status pernafasan setiap 2 jam, kaji adanya klien peradangan, penumpukan sekret, paru adekuat dan tidak ada peningkatan ditandai dengan : penumpukan sekret, dengan pernafasan Data Subyektif : kriteria : nafas abnormal. memudahkan status intervensi dan untuk selanjutnya, dan bunyi takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat - Orang tua klien mengatakan - Batuk anak berkurang. ditemukan pada penerimaan anaknya batuk sejak ± 2 - Lendir tidak ada. atau bulan - Vital sign dalam batas proses normal : Pernafasan dapat melambat TD : 90/60 mmHg. dan bahwa anaknya sesak dan N : 120 x/menit memanjang batuk mungkin disebabkan P : 30 x/menit inspirasi. oleh tidak diisap lendirnya S : 36,5 º C yang lalu, dan batuknya berlendir. - Orang tua klien mengatakan sewaktu dilahirkan. selama stress/adanya infeksi frekwensi akut. ekspirasi dibanding 2. Lakukan perkusi, vibrasi Memudahkan keluarnya sekret dan postural drainage. 33 yang kental dari jalan nafas.
  • 34. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL 3. Beri posisi yang nyaman Peninggian kepala tempat tidur yang memudahkan mempermudah fungsi pernafasan pasien bernafas dengan menggunakan gravitasi. (peninggian kepala Namun pasien dengan distress tempat tidur atau pasien berat akan mencari posisi yang dipangku oleh ibunya) paling mudah untuk bernafas. Sokongan tangan/kaki bantal dll, dengan membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada. 4. Ciptakan lingkungan Lingkungan tenang dan nyaman yang nyaman sehingga memudahkan klien beristirahat, pasien dapat dengan tenang. tidur sebab lingkungan yang tidak nyaman merupakan pencetus reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut. 34
  • 35. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL 5. Beri minum yang cukup. Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. cairan Penggunaan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. 6. Kolaborasi medis dengan pemberian tim obat sesuai indikasi - Bronkodilator Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, danm produksi mukosa Banyak - Antimikrobial. 35 antimikrobial diindikasikan untuk
  • 36. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Mengontorl infeksi pernafasan/pneumina terapi dapat dan meningkatkan aliran udara dan memperbaiki hasil. 2. Gangguan pertukaran gas Klien memperlihatkan berhubungan dengan perubahan perbaikan membran kapile ventilasi, alveolus, pertukaran gas ditandai dengan : optimal dan Data Subyektif : jaringan secara secara 1. Observasi tingkat Gelisah dan ansietas adalah kesadaran, selidiki adanya manifestasi perubahan. adekuat, - Pada memburuk bingung/somnolen menunjukkan serebral yang disfungsi berhubungan dengan hipoksemis. - Klien aktif. - Klien nampak sesak. GDA disertai oksigenasi - Klien tidak sesak. Data Obyektif : pada hipoksia, - Orang tua klien mengeluh dengan kriteria : anaknya sesak. umum - Klien nampak lemah. pemeriksaan auskultasi ditemukan 2. Kaji frekwensi, kedalaman Berguna tidak lagi pernafasan bnyi tanda sianosis setiap 2 adan/atau tambahan pernafasan jam. 36 dan tanda- derajat penyakit. dalam distress evaluasi pernafasan kronisnya proses
  • 37. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Sianosis mungkin (terlihat pada perifer kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir dan atau telinga). Keabu-abuan dan sianosis mengindikasikan sentral beratnya hipoksemia. 3. Dorong pengeluaran Kental, tebal dan banyaknya sputum, pengisapan sekresi adalah sumber utama (suction) bila gangguan pertukaran gas pada diindikasikan. jalan nafas kecil, pengisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif. 4. Lakukan fremitus. palpasi fokal Penurunan diduga getaran ada vibrasi pengumpulan cairan atau udara terjebak. 37
  • 38. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA 5. Kolaborasi dengan RASIONAL tim Dapat medis pemberian O2 sesuai memperbaiki/mencegah dengan indikasi. memburuknya hipoksia. 3. Gangguan rasa nyaman : panas Klien menunjukkan suhu 1. Pantau suhu klien (derajat Suhu 38,9ºC – 41,1ºC berhubungan dengan proses tubuh dalam batas normal, dan polanya) perhatikan menunjukkan infeksi, ditandai dengan : menggigil atau diaforesis. dengan kriteria : Data Subyektif : - - yang lalu secara terus infeksiusakut. - Anak tidak demam Pola lagi. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari penyakit proses membantu Vital sign dalam batas diagnosis, misalnyakurva normal, S : 37,7ºC. demam menerus. lebih demam dapat dalam lanjut dari berakhir 24 jam Data Obyektif : menunjukkan pneumonia - Klien demam. pneumokokal, - Vital sign : skarlet atau tifoid, demam S : 37,7 º C remiten (bervariasi hanya beberapa derajat arah tertentu), 38 demam pada
  • 39. DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TUJUAN RASIONAL Menunjukkan infeksi paru, kurva intermitten demam yang atau kembali normal sekali dalam periode 24 jam menunjukkan episode septik endokarditis septik atau TB. Menggigil sering mendahului puncak suhu, catatan penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan dapat dibatasi sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9ºC 2. Pantau suhu lingkungan, Suhu batasi/tambahkan tempat indikasi . 39 tidur, ruangan/jumlah linen selimut harus diubah untuk sesuai mempertahankan mendekati normal suhu
  • 40. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA 3. Berikan kompres hindari, RASIONAL hangat, Dapat membantu hindarkan mengurangi penggunaan alkohol. demam, penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit. 4.Kolaborasi dengan tim medis Digunakan pemberian antipiretik. untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipothalamus, demam pada meskipun mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi. 40
  • 41. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN 4. Resiko berkurangnya volume Klien cairan berhubungan RENCANA menunjukkan 1. Kaji dengan keseimbangan cairan dan vital, perubahan RASIONAL tanda Peningkatan contoh : suhu/memanjangnya intake oral yang tidak adekuat, elektrolit, dengan kriteria: peningkatan demam meningkatkan laju demam, Anak mau makan sedikit- suhu/demam metabolik dan kehilangan sedikit tapi sering. memanjang, takikardia, cairan melalui evaporasi. Klien tidak demam lagi, hipotensi ortostatik. takipnea, ditandai - dengan : Data Subyektif : - - Orang tua klien mengatakan suhu tubuh TD ortostatik berubah dan dalam batas peningkatan anaknya malas makan dan normal menunjukkan minum sejak sakit. S : 37,7 . takikardia cairan sistemik. Data Obyektif : - Porsi makan dan minum - Klien demam. dihabiskan. - Porsi makan dan minum - Klien tidak sesak lagi. kelembaban tidak dihabiskan. Turgor kulit baik. mukosa (bibir, lidah). - kekurangan 2. Kaji turgor kulit, Indikator langsung membran keadekuatan volume cairan, meskipun membran - Klien nampak sesak mukosa - Vital sign : kering karena nafas mulut TD : 80/50 mmHg. dan oksigen tambahan. N : 100x/meni 41 mulut mungkin
  • 42. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA P : 56 x/menit 3. Pantau RASIONAL masukan dan Memberikan haluaran, catat warna, tentang S : 37,7 C karakter urine. Hitung volume keseimbangan Waspadai informasi keadekuatan cairan dan cairan. kebutuhan penggantian. kehilangan yang tampak. Ukur berat badan setiap hari. 4. Anjurkan kepada orang Pemenuhan kebutuhan tua klien agar memberi dasar cairan, menurunkan minum 11/2-2 liter resiko dehidrasi. perhari sesuai kondisi individual. 5. Kolaborasi dengan tim Berguna medis pemberian piretik, anti emetik. 42 menurunkan anti kehilangan cairan.
  • 43. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA 6. RASIONAL Berikan cairan IV Karena adanya penurunan tambahan sesuai masukan/banyak keperluan. kehilangan penggunaan cairan, parenteral dapat memperbaiki/mencegah kekurangan cairan. 5. Kecemasan orang tua klien Orang tua menunjukkan 1. Catat derajat kecemasan Pemahaman bahwa berhubungan dengan dampak takut/kecemasan hilang atau dan takut. Informasikan perasaan hospitalisasi, ditandai dengan : menurun, dengan kriteria : pada orang tua klien berdasarkan situasi stres Data Subyektif : - - Orang tua klien mengatakan tua klien tidak bahwa perasaannya ditambah cemas lagi. - anaknya. tua klien bertanya-tanya penyakit anaknya. sering tentang - normal Orang tua tidak bertanya- mengekspresikan oksigen yang mengancam) tanya lagi tentang penyakit sangat cemas dengan keadaan - Orang Orang (dimana dan dorong ketidakseimbangan perasaan. normal dapat membantu anaknya. pasien Ekspresi wajah orang tua beberapa perasaan kontrol klien ceria. emosi. 43 meningkatkan
  • 44. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL 2. Jelaskan proses penyakit Menghilangkan dan prosedur tingkat orang dalam kecemasan karena kemampuan ketidaktahuan tua dan untuk menurunkan takut tentang memahami dan keamanan pribadi. Pada menangani informasi. fase dini penjelasan perlu Kaji situasi saat ini dan diulang dengan sering dan tindakan yang diambil singkat karena orang tua untuk mengatasi klien masalah. mengalami penurunan lingkup perhatian. 3. Dukung orang tua klien Mekanisme koping dan dalam menerima realita partisipasi dalam program situasi, khususnya pengobatan mungkin rencana untuk periode meningkatkan penyembuhan yang orang tua belajar klien lama. Libatkan orang tua menerima hasil yang dalam perencanaan dan 44 untuk
  • 45. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL Partisipasi dalam perawatan. Diharapkan dari penyakit dan meningkatkan beberapa rasa kontrol. 4. Beri support orang tua klien kepada Dukungan orang membantu tua menurunkan kecemasannya. 45 klien
  • 46. PROPOSAL PROGRAM BERMAIN Nama Pasien : Andara Sabita Usia : 7 bulan Diagnosa Medis : Diare dengan dehidrasi ringan. Tingkat aktivitas Tingkat Perkembangan : Klien belum mandiri dan semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua. : * Perkembangan psikoseksual : Fase Oral 46
  • 47. Fase ini anak mendapat kepuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut  dari mengisap, menelan, memainkan bibir, makan. Dasar perkembangan mental yang sehat pada fase ini tergantung dari hubungan ibu dan anak. * Perkembangan Sosial : Percaya vs tidak percaya Komponen awal sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya  yang mendasari kehidupan. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkunganadalah ibu. * Perkembangan Kognitif : Fase sensori motor Egosentrik  segala usaha ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya/kesenangannya. Jenis Permainan : Eksploratory play Alat Yang digunakan : Kerincingan warna-warni yang mempunyai pegangan. Aturan Permainan : Perawat menggoyang kerincingan kemudian memberikan kepada ibu klien, ibu klien menggoyangkan kerincingan tersebut lagi dan memberikannya kepada si anak. Lihat reaksi anak terhadap kerincingan tersebut. Peserta : - Perawat - Ibu klien - Andara Sabita EVALUASI NO. DP 4 TGL 26-3-2003 JAM PERKEMBANGAN (SOAP) 13.45 S : - Orang tua klien sudah tahu tentang penyakit hernia 47 PARAF/NAMA
  • 48. yaitu mengenai pengertian, penyebab dan pengobatan tindakan yang akan dilakukan. - Orang tua klien mengatakan mengerti bahwa tindakan pengobatan hernia hanyalah dengan operasi. O : - Orang tua klien tidak bingung lagi. - Orang tua klien bertanya-tanya tidak lagi tentang penyakit anaknya. A : Masalah sudah teratasi. P : Lanjutkan dan tingkatkan intervensi 1, 2 dan 3 48
  • 49. NO.DP 3 TGL 26-3-2003 JAM PERKEMBANGAN (SOAP) 08.15 S : - Orang tua klien mengatakan anaknya masih menangis jika skrotumnya tertekan. O : - Klien tidak cengeng. - Klien masih meringis jika skrotumnya tertekan. A : Rasa nyeri klien belum teratasi. P : Lanjutkan dan tingkatkan intervensi 1,3 Sedangkan pemberian analgetik tidak ,4. perlu 49 PARAF/NAMA
  • 50. diberikan dan rasa nyeri hilang setelah dilakukan pembedahan. - 50