4. •
Cestoda (Cacing Pita) terlihat secara morfologi: Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmensegmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki
alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.
•
Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
•
Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2-3 m dan
terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila).
•
Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap
segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu
dan bersifat hermafrodit.
•
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
5. Hospes dan Nama penyakit
Hospes defenitif: manusia
Hospes
perantara:
memamabiak
Bovidae,
dari
seperti
hewan
keluarga
sapi
dan
kerbau.
Nama
saginata
penyakit:
Taeniasis
Taenia Saginata
6. Distribusi Geografis
Cacing tersebut adalah kosmopolit, di
dapatkan
di
Eropa,
Tengah,
Afrika,
Asia,
Timur
Amerika
Utara, Amerika Latin, Rusia, dan juga
Indonesia, yaitu daerah Bali, Jakarta dan
lain-lain.
7. Morfologi
a. Cacing dewasa
Panjang badan dapat mencapai 4–12 meter.
Terbagi atas kepala (skolek), leher dan proglotid-proglotid.
Skolek berukuran 1–2 mm, memiliki 4 batil isap tanpa kait.
Jlh proglotid antara 1000–2000buah, trdiri atas proglotid immature, mature & gravid.
Proglotid mature terlihat struktur kelamin seperti folikel testis yang berjumlah 300 –
400 buah tersebar di bidang dorsal dan ovarium.
Ovarium terdiri dari 2 lobus letaknya di 1/3 bagian posterior proglotid.
Uterus di bagian anterior proglotid, pada proglotid gravid uterus akan membentuk
percabangan berjumlah 15–30 cabang.
8. b. Telur
Bentuk bulat.
Ukuran
30–40
x
20–30
mikron.
Telur dibungkus
embriofor.
Dinding tebal, bergaris radier.
Berisi
embrio heksakan atau
onkosfer.
Telur Taenia saginata
9.
10.
11. b. Pengobatan
1. Obat tradisional: biji labu merah,
biji pinang.
2. Obat lama : kuinakrin,
niklosamid
3. Obat baru : prazikuantel &
albendazol
12.
13. Hospes & Nama Penyakit
Hospes defenitif: Manusia
Hospes perantara: Manusia&
babi
Nama penyakit: Taeniasis
solium
(dewasa), Sistiserkosis (larva
)
Habitat:
Usus
halus
(dewasa),
jar
subkutis, mata, otak, hati, paru
,
otot jantung, rongga perut.
14. Distribusi Geografis
Penyebaran T. solium bersifat
kosmopolit, terutama di negara2 yg
mempunyai banyak peternakan babi &
di
tempat
daging
dikonsumsi
babi
seperti
banyak
di
eropa, USA, RRC, India, dan Amerika
latin. Penyakit ini tdk pernah ditemukan
di negara Islam. Kasus taeniasis juga
ditemukan pd beberapa wilayah di
Indonesia,
antara
lain
Jaya, Bali, dan Sumatera Utara.
Irian
15.
16. Keterangan:
Telur → termakan oleh hospes → embrio keluar dari telur → menembus
dinding usus → saluran getah bening/darah → tersangkut diotot hospes →
larva sistiserkus → daging hospes dimakan manusia (dinding kista dicerna) →
skoleks mengalami eviginasi → melekat pd dinding usus halus → dewasa (3
bulan) → melepas proglotid dengan telur.
Patologi dan Gejala Klinis
Cacing dewasa yg berjumlah seekor tidak menyebabkan
gejala klinis. Bila
ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala.
Gejala klinis yg sering diderita, disebabkan oleh larva (sistiserkosis), infeksi ringan
tidak menunjukkan gejala, kecuali yang dihinggapi merupakan alat tubuh yang penting.
Pada
manusia,
sistiserkus
sering
menghinggapi
otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut.
subkuti,
mata,
jaringan