SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
Download to read offline
Cahmbanjar 1
SERAT SANA SUNU
Bahasa Indonesia
DHANDHANGGULA
(1) Dengan disertai doa agar dijauhkan dari bahaya dan disucikan oleh Sang Mahakuasa,
hendaknya berhasil baik dalam menyusun rangkaian nasehat atau petuah ini, supaya dapat
dijadikan pelajaran bagi anak cucu di kemudian hari. Pembuatan buku ini ditandai dengan
sangkalan tahun, Sapta Catur Swareng Janmi atau tahun 1747 Jawa (tahun 1819 M).
Penggubah memaksa diri untuk memberi nasehat kepada anak-anak yang telah berumur
supaya mereka selamat dari segalanya. Sang Pujangga berusaha berbuat demikian karena
bermaksud, agar petuahnya dapat menjadi teladan bagi kita yang hidup ini. Bukankah kita
selalu berharap, agar hidup kita selamat. Maka kita diminta supaya dapat menerima petunjuk
yang berupa nasehat-nasehat ini. Adapun nasehat-nasehat tersebut dibuat dengan didasari
kesabaran dan kejujuran, agar dapat menimbulkan gairah serta ketekunan. Lama-kelamaan
hasil itu dapat menjadi neraca dan dapat mengikatnya seperti tali. Penggubah atau penulis
petuah ini, tiada lain ialah Kyai Yasadipura, dengan diiringi ucapan wahai seluruh anak cucu
kami laksanakanlah hal-hal seperti terurai di bawah ini. Bagaimanakah seharusnya tindakan
orang hidup itu, maka untuk dapat dikenang, nasehat-nasehat tersebut dibagi dalam 12
macam :
(2) Pertama : Mengingatkan kitabahwa kitaini adalah umat.
Kedua : Kita harus ingat bahwa kita telah mendapatkan sandang dan pangan.
Ketiga : Kita wajib berusaha, terutama sandang dan rejeki yang harus keluar dari jerih
payah sendiri.
Keempat : Atas perintah Tuhan kita diseyogyakan masuk Islam mengikuti jejak Nabi
Muhammad.
Kelima : Pakaian dan kegemaran.
Keenam : Menyangkut cara bergaul dengansesamaumat.
Ketujuh : Bagaimana jikamakan di rumah, tidur, berjalan dan berpakaian, jikapergi dari
rumah.
Kedelapan : Mengenai penyambutan tamu.
Kesembilan : Bagaimana orang bertutur kata dan mengeluarkan pendapat.
Kesepuluh : Besarkecilnya martabat manusia sebagai makhlukTuhan.
Cahmbanjar 2
Kesebelas : Sebab-musabab adanya makhluk Tuhan, turunnya derajat, dan berubahnya
wahyu.
Keduabelas: Perubahan dunia.
Untuk jelasnya, tiap-tiap macam atau bab itu diterangkan satu demi satu.
I. Pertama
Diingatkan bahwa kita dijadikan oleh Tuhan dari semula tidak ada, kemudian
dijadikan manusia berasal dari sinar Kangjeng Nabi Muhammad. Untunglah bahwa kita ini
tak dijadikan oleh Allah menjadi hewan. Oleh sebab itu kita wajib mengucap syukur, kepada
Yang Mahakuasa, dan harus selalu menjaga hidup kita. Hati bulat pasrah terhadap Nya, dan
tak boleh mendendam sebab bila ada kehendak Tuhan sewaktu-waktu mengambil nyawa
kita, kita tentu akan menghadapnya.
Memang hidup manusia ini mengenai usia panjang pendeknya tak dapat ditentukan.
Oleh karena itu janganlah mengira bahwa kita ini akan hidup lama, dan pula janganmengira
bahwa kita hidup hanya sebentar saja. Ini bukan urusan kita, tentang usia panjang dan
pendek itu memang sudah takdir. Hanya kita diminta memikirkan tentang mati dalam hidup.
Artinya mematikan hawa nafsu. Karena kita ini dijadikan oleh Tuhan, maka tak usah
khawatir. Kita diberi kemampuan, oleh sebab itu asal dengan keinginan yang betul-betul,
makakita pasti dapat melaksanakannya.
II. Kedua
Manusia (kita) dilahirkan di dunia dengan diberi sandang dan pangan harus diingat
bahwa sandang lebih dahulu (tua) daripada pangan. Seperti halnya manusia yang lahir dari
rahim ibu, masih bayi bukannya terus disuapi, melainkan disiapkan lebih dahulu lampin-
lampinnya. Itulah sandang, pangan, kekayaan dan rejeki, semua tadi adalah pemberian
Tuhan.
Disini dapat diibaratkan bahwa kekayaanadalah sebagai istri tua, sedang rejeki sebagai
istri muda, dan kita harus dapat mengasuh keduanya. Kekayaan atau keduniawian yang
diumpamakan sebagai istri tua tadi, akan ikut serta selama kita hidup sampai mati.
Sedangkan rejeki yang seakan-akan menjadi istri muda akan menjadi kekuatan hidup kita.
Manusia harus dapat mengasuhnya, dan jangan sampai keduanya itu patah hati.
(4) Apabila kedua pemberian tadi pergi (lepas), maka hilangnya akan cepat sekali,
bagaikan kilat menyambar saja, dan kita tak mungkin dapat mengejarnya. Badan kita akan
terseret, rusak, dan akhirnya menjadi hina. Selanjutnya manusia akan selalu ragu-ragu dan
(3)
Cahmbanjar 3
gelisah, selalu salah pengertian. Apa saja yang diinginkannya luput, menggapai-gapai tak
sampai. Itulah akibat tak tahan ditinggalkan oleh kedua istri tersebut. Sehingga
menyebabkan hilangnya rasa kemanusiaan, suka mengambil istri orang lain, tak ubahnya
seperti binatang yang berada di hutan saja.
Apa yang dikerjakan kemudian; tiada lain menjambret, menggunting, mencuri. Padahal
kalau itu diketahui, umur kitalah yang menjadi ganti. Jasad kita akan tersia-sia terkapar
seperti hewan. Oleh sebab itu, penulis mengingatkan kita, supaya melaksanakan cara
mengasuh pemberian tersebut dengan baik, yaitu secara mengasihi keduanya. Tetapi harus
diingat, bahwa kedua istri itu jangan sampai pergi, karena terlalu kita kasihi. Orang tak boleh
selalu berkasih mesra, memanjakan kekasih, mengabulkan semua kehendaknya, sehingga
lupa kepada yang memberi (Tuhan). Tindakan yang demikian, yang mengutamakan
kemewahan dan seolah-olah itulah yang disembah, dapat menyebabkan kelemahan diri, dan
orang akan menemui sial. Dia tak dapat berjalan karena kegemukan, serta kekenyangan,
sehingga apabila berjalan akan terjungkal menggelundung masuk ke dalam jurang. Disana
terbentur batu, hancur, dan celakalah dia tak berharga sama sekali. Badan sengsara tak ada
yang memperhatikan.
(5) Oleh karena itu kita tidak boleh berbuat demikian, sedang-sedang sajalah. Rejeki dan
kekayaan itu janganterlalu kita cintai.
III. Ketiga
Allah memerintahkan supaya manusia mencari sandang pangan dari hasil jerih payah
sendiri. Di dunia ini banyak sekali pekerjaan untukmencukupi sandang pangan. Sedang yang
terbaik, sekali lagi adalah hasil yang keluar dari cucuran peluh sendiri.
Mengenai orang mencari nafkah mempunyai batas-batas tersendiri, yaitu orang laki-
laki memikul kayu, dan yang perempuan menggendong tenggok (bakul).
Demikianlah ibarat jika badan sedang sial, maka laki-perempuan masing-masing
menggendong dan memikul. Lain halnya, bila baru diistimewakan oleh Tuhan, maka mencari
sandang pangan pun sangat mudah. Tetapi andaikata mudah, orang harus waspada. Sebab
uang yang tidak halal, biar banyak, tetapi belum sah jangan mau, dan jangan diambil. Lebih
baik uang itu sedikit, tetapi diperoleh dari penghasilan sendiri, artinya pendapatan yang sah
menurut hukum.
Penulis berpesan, bila orang mencari nafkah, janganlah dengan cara meminjamkan uang
denganberbunga. Sebab biarpun itu cepat kaya tetapi cara tadi tidaklayak dilakukan. Hal itu
dapat menyebabkan sengsara, karena cara tersebut bukan peninggalan nenek moyang.
Cahmbanjar 4
Dikatakan disini, bahwa pekerjaan yang baik itu bersawah, bertanam padi, pokoknya
menjadi petani. Bersawah memang rangkaian pekerjaannya, banyak yang perlu dilaksanakan
denganrajindan tekun. Ya, memang berat orang mencari penghasilan itu.
(6) Orang mencari nafkah tidak boleh dianggap ringan, sebab manusia itu berakal. Jika tak
berhasil dengan cara begini atau begitu, coba dengan cara lain sehingga berhasil. Lain halnya
dengan hewan yang tak berakal, mencari makan hanya dengan mulutnya saja. Datang di
tempat, terus makan daun ataupun rumput.
Sesudah berhasil, orang harus menerimanya dengan besar hati dan mengucap syukur
kepada Tuhan. Biar hasil itu hanya sedikit tetapi itu adalah pemberian Allah. Masih untung
diberi, daripada tidak. Seperti halnya mereka yang tak dapat mencari rejeki, yang
penghasilannya hanya dari meminta-minta saja. Itu sebenarnya diberi, tetapi rahmat Tuhan
yang baik itu putus tidak diteruskan. Hasilnya sudah diambil, tentu saja terhalang tak dapat
diperoleh, hal ini karena anugerah Allah telah dilepaskannya.
Akal orang tersebut sudah keruh, sebab ketika masih anak-anak memang kurang ajar.
Setelah tua terikat iblis, dengan demikian ia tak mampu berbuat apapun. Andaikata dia itu
mau berbuat sesuatu, jika memang tidak dapat bersawah, ya menjadi tukang pandai besi,
ataupun membuat barang-barang dari tembaga, dan lain-lain. Sebenarnya kalau dia belum
dapat seharusnya belajar lebih dahulu. Pekerjaan bagi manusia itu banyak, baik yang ringan
maupun berat. Misalnya mengabdi, ya harus mau mendekat, rajin mengawal serta berhati
jujur. Manusia diingatkan, bahwa mereka harus sadar bahwa orang itumudah sekali sial.
Tidak boleh membanggakan, bahwa bapak ibu masih hidup, masih ditunggui, dan
cukup mengabdi majikan dengan baik. Bila demikian keinginan manusia, budinya akan
sempit, kosong, tak berilmu, karena hanya membanggakan bahwa masih muda.
SINOM
IV. Keempat
(7) Hal yang keempat menyangkut : bahwa karena titah Tuhanlah maka orang harus
masuk Islam, mengikuti Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tidak boleh meninggalkan
sarengat maupun perintah Nabi baik yang tergolong sunah, wajib, wenang, dan mokal. Harus
berusaha dapat melakukan mana yang batal, haram, halal, musabiyah, dan jangan lupa akan
kelima rukun Islam itu. Jika tak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima, berarti tak
dapat ke Baitullah (kabah) naik haji, maka keempat rukun Islam yang lain itu sajalah jangan
sampai diabaikan.
Cahmbanjar 5
Sarengat merupakan tindakan badaniah, tarekat tindakan batiniah, sedang hakekat
adalah ulah nyawa dan makripat ulah rasa, semua tadi harus diketahui cara- cara
melakukannya. Sarengat tak boleh ditinggalkan, karena dapat menyebabkan dirinya lemah.
Tentu saja tidak akan mungkin menyamai sarengat Nabi, itu dilarang dan juga tak akan
mampu. Kecuali kalau orang itu memang dikehendaki Allah menjadi mukmin sejati, atau
orang yang benar-benar percaya pada Allah. Orang harus beragama, tidak boleh menyembah
berhala. Lagi pula tak boleh kafir, dan tidak boleh melanggar peraturan agama. Karena dasar
manusia itu memang lemah, ya paling tidak tentu berbuat maksiat atau tindakan yang
berdosa. Kalau hanya berbuat maksiat saja, mungkin penyesalan yang dilakukan siang malam
atas dosa-dosanya yang telah dilakukannya akan diampuni Tuhan.
(8) Tetapi jika orang kafir, menyembah berhala, sukarlah mendapatkan ampun. Padahal
kalau penyesalan atas dosanya itu tak diterima Tuhan, maka bencanalah yang akan
ditemuinya.
Sarengat merupakan wadah sopan santun, sekali lagi tak boleh ditinggalkan. Orang
meninggalkan sopan-santun, tidak mustahil menjadi tempat setan, tempat dosa yang besar.
Kangjeng Rasul akan marah kepada orang itu.
Kemurkaan Rasullollah berarti pula kemurkaan Tuhan ; ya allah ya Rasullollah. Sebab
itu orang harus ingat dan percaya aka nisi kitab, dan siapa yang tak dapat melakukan hal itu,
jangan mencela dan menegurnya.
Memang ada sementara orang yang menertawakan orang bersembahyang. Dia itu
kerasukan setan, justru dia sendiri tidak menjalankannya. Ada juga yang menjalankan
sembahyang, tetapi suku berolok-olok, menertawai orang lain. Ini seperti halnya orang
minum arak(minuman keras), yang berolok-olok sambil mengatakan bahwa minum arak itu
tidak haram, melainkan halal.
Orang yang menyatakan demikian tadi berbuat dosa dua kali. Pertama menghalalkan
minumam keras, kedua ia sendiri justru minum arak yang merupakan minumam larangan.
Sebab itulah orang harus berhati-hati, tidak seenaknya berbicara dan melanggar larangan-
larangan. Barang terlarang tak boleh dilakukan, pertama haram, kedua tidak berguna.
Hal yang tak penting hanya dibuat porak poranda, sesuka hati, yang sebenarnya tidak
seimbang dengan dosanya. Sudah jelas bahwa orang minum arak itu pasti mabuk. Jika
mabuknya tidak baik, maka badan menjadi rusak, hati bergejolakseperti akan menelan bumi,
sopan-santun dan kehati-hatiannya sudah hilang.
Jika mabuknya orang itu baik, maka badannya hanya lemas saja tak berdaya.
Kekhusukannya terhadap Tuhan berkurang, hatinya menjadi bingung, lupa bagaimana cara
(9)
Cahmbanjar 6
mencari tindakan yang betul. Orang yang lupa kepada Tuhan berarti menghilangkan
perbuatan baik, dia akan rugi tak mendapat untung, tidak kasihan serta mempersakit diri
sendiri.
Dituturkan bahwa mabuk itu ada lima macam :
Pertama, mabuk pada minuman keras. Telah diuraikan di depan bahwa akibatnya tidak
baik.
Kedua, mabuknya orang muda dan lagi berwajah tampan, bahkan dalam berpakaian pun
tidak kekurangan. Pada perasaannya tak ada orang lain yang tampan selain dirinya. Hanya
dia sendirilah yang rupawan. Itulah dia orang yang mabuk, yang selalu memperhatikan diri
sendiri saja. Sebenarnya yang disebut bagus itu ada dua hal : (1) Kebagusan wajah ; (2)
Kebagusan hati. Walaupun wajahnya tampan tetapi berhati jahat, tentu menjadi orang jahat
pula. Semua tindakannya rusuh, hatinya penuh angkara murka. Itulah mabuknya orang
muda, apa yang dikerjakan serba kuat dan tanpa perhitungan. Sungguh semua hal tadi jelas
terhalang.
(10) Ketiga, ialah mabuk akan kemewahan. Artinya senang akan mewah yang berlebih-
lebihan. Siang malam ingin menikmati kemewahan itu, makan enak, tidur enak. Tak aka nada
habisnya bilaorang yang mabukkemewahan tersebut dibicarakan.
Keempat, yaitu mabukyang timbul dari hawa nafsu. Nafsu yang berlarut-larut yang tak
dikendalikan sedikitpun, baik terhadap istri, pembantu, maupun orang lain. Kepada mereka
dia berbicara keras dan kasar serta ringan tangan. Belum tentu mereka itu salah, tanpa
kesabaran, tanpa diteliti lebih dahulu, belum selesai memeriksanya, sudah tergesa-gesa
marah.
Kelima, ialah mabuk kesenangan, kesenangan apasaja yang melampaui batas.
Sebenarnya kelima macam mabuk tersebut, sama haramnya dengan mabuk arak. Semua
tindakan yang menyebabkan lupa terhadap Tuhan, tak boleh dilakukan. Apabila manusia
telah terbelenggu oleh kelima mabuk tadi, maka tak urung akan menjadi hina-dina, dan
menderita sengsara dunia. Tak usah menanti di akhirat, di dunia pun sudah terjadi
kesengsaraan yang timbul karena melanggar laranganitu.
Penggubah mengingatkan bahwa haram itu bagaikan “aling-aling” atau penutup, jadi
menutup hati manusia sehingga lupakepada Tuhan. Sedang halal itu termasuk baik, hati suci
tiada tertutup, tidak lupa kepada Tuhan.
(11) Demikian bila orang dapat menjadi hamba Tuhan yang baik, maka dia akan menolak
semua barang yang terlarang jangan seperti ucapan orang sinting, yang mengatakan bahwa
dengan ucapan pun pasti diterima oleh Allah. Dikatakan oleh orang ahli hakekat (ilmu
Cahmbanjar 7
kenyataan) yang menerima nasehat dari gurunya, bahwa haram suba’at itu tidak ada,
semuanya dianggap halal.
Ucapan orang itu sungguh gila, ucapan orang yang telah terbelenggu setan, pasti nanti
mendapat murka dari Tuhan. Adapun tindakan yang baik ialah tindakan yang sungguh-
sungguh mampu sampai ke hakekat yang benar. Beralih ke ilmu makrifat (pandangan
terhadap sifat-sifat Allah), yang hanya dapat dikuasai oleh orang yang telah memperoleh
kasih Tuhan.
Orang seperti itu, tindakan yang dianggap halal pun belum tentu mau
melaksanakannya, lebih-lebih tindakan yang haram. Bila orang dapat bertindak seperti
tersebut, dan mendapatkan wahyu Allah, maka orang itu sama derajatnya dengan wali. Wali
suci yang menjaga semuanya. Sesudah Rasullollah maka para wali suci itulah yang menjadi
tiang langit dan dunia. Hal itu terlalu muluk kalau ditiru, dan mustahil sekali dapat
menirunya. Sebab manusia itu ringkih (lemah), hanya saja jangan sampai memulai bersahabat
dengansetan.
Kita tidak boleh minum candu. Memang “madad” itu tidak baik. Dan tak ada tempat
baik bagi mereka yang suka merokok yang memabukkan. Sebab bila orang sudah
“menyandu”, bukannya orang yang makan candu, melainkan candulah yang memakan orang.
Jika sudah demikian maka maut siap merenggut, dan memang tak ada orang yang minum
candu dapat memiliki umur panjang. Hal seperti itu sama dengan menyiksa badan sendiri,
serta di dalam peraturan agama termasuk larangan.
(12) Yang jelas “terlarang” adalah “mabuk” itu sendiri, maka barang-barang yang
memabukkan ikut pula dilarang. Membicarakan hinanya orang makan candu tak aka nada
habisnya, dan kita mengetahui akibat-akibat dari semua yang pernah terjadi. Tetapi ada juga
yang memberi tahu, bahwa candu itu sedikit halal, yaitu untuk mencampuri obat anget.
Candu dicampurkan sedikit saja ke dalam obat panas, dan memang kemudian dapat
menyembuhkan badan. Untuk inilah candu tadi boleh dipakai. Keterangan yang
menerangkan tentang halalnya candu itu termuat dalam kitab Sarahbayan.
Selanjutnya penggubah, menasehatkan agar kita (anak cucu) tidak melakukan judi, ini
juga termasuk kehidupan yang hina. Di dalam peraturan agama, judi memang benar-benar
dilarang, sebab kenyataannya orang jahat itu akibat dari minum candu dan berjudi ini.
Orang dilarang pula mendalami wuku tiga puluh, beserta dewa-dewa yang dipujanya
itu. Dalam sarak(peraturan agama) dianggap tidak baik, hal itu disebut kafir ; sebab seolah-
olah mendua dalam kepercayaan terhadap Tuhan. Memang setengahnya orang dapat tertarik
akan kelebihan wuku, yang mengetengahkan semua peristiwa yang belum terjadi, misalnya
Cahmbanjar 8
kejadian bayi, keadaan selama hidupnya, untung dan celakanya. Semua telah diungkapkan
dalam wuku tadi dan nyata takada yang salah.
(13) Walaupun demikian orang tak perlu heran. Sebab sudah ditandai dan termuat dalam
wangsalan “Sembung gilang ing Palembang dipanggalit” (sembung gilang adalah daun sigugu, dalam
teks jatuh pada kagugu atau “dipercaya”. Dipanggalit maksudnya “raja hutan kecil”, yaitu
“singa”, dalam teks jatuh pada singa-singa atau apa saja). Jadi semua berarti bahwa “apasaja
yang benar-benar dipercaya tentu akan terlihat”. Jangankan para dewa yang diciptakan lebih
dari yang lain, sedangkan bebatuan, pepohonan jika dipuja-puja dengan disertai setanggi
serta diolesi wangi-wangian, tentu akan terbayang dalam angan-angan. Demikian tadi
menurut ucapan orang yang lemah. Sebenarnya semua itu karena pengaruh perasaannya
sendiri, dan itulah penyebab sering terjadinya penyimpangan agama, justru semacam tradisi
tadi.
Tetapi menurut ucapan orang ahli, ilmu semacam tersebut diatas, tidak diperbolehkan.
Demikian pula semua ilmu iladuni (membicarakan peristiwa yang belum terjadi). Ilmu
perhitungan dalam ilmu nujum yang merupakan ilmu awal pembuka segala yang serba gaib,
yang tak lain berasal dari Arab dari Nabi utusan kita itu.
Nenek moyang melarang akan pemakaian gamelan, terutama dalam hajat kerja
perkawinan. Meskipun orang yang mempunyai hajat itu mampu, tetapi dalam mengawinkan
anaknya, tak boleh memakai gamelan. Hal ini merupakan larangan, yang tersurat, dalam
kebiasaan hidup bagi orang yang mengabdi raja. Orang boleh mempergunakan gamelan, bila
dia mengadakanhajat hanya khitanan atau selamatan menujuh bulan (orang hamil) saja.
Mempergunakan gamelan dianggap terlalu besar. Tetapi untuk mengikuti kebiasaan
umum, melanggar sedikit tak apalah, dengan cara mewakilkan. Hajat itu diwakilkan, supaya
tidak kentara semata-mata dari yang bersangkutan.
(14) Sementara gamelan berbunyi, orang yang mempunyai hajat tadi, supaya berdoa kepada
Tuhan mohon agar semua diperkenankan. Selain itu juga mengirim doa pada para leluhur
yang mempunyai pantangan itu, dengan maksud agar terhindar dari bahaya. Cara itu
dilaksanakan lima atau enam hari sebelum gamelan dibunyikan, dan dengan sikap khidmad
dilakukannya pada malam hari di tempat yang sunyi.
Bagi orang awam, bila diperkenankan, maka disitu akan mendapatkan petunjuk/tanda
yang terlihat dalam mimpi. Mengenai tanda ini, bagi orang yang benar-benar beriman, para
wali dan para nabi, maka tentang ayat-ayat yang dianugerahkan kepada mereka, kebanyakan
berujud suara. Itu saja masih ada yang mengatakan bahwa wahyu, Nabi Ibrahim dan Nabi
Yusup dahulu itu diterimanya lewat mimpi juga.
Cahmbanjar 9
Memang kadang-kadang demikianlah, yaitu ketika Malaikat Jabarail diperintahkan
Allah untuk memberikan wahyu. Tetapi sekarang setelah Nabi Muhammad, atas kehendak
Tuhan cara itu telah hilang.
Nafsu manusia ternyata makin besar, hingga menyebabkan hilangnya kewaspadaan dan
ingatan. Dia tak dapat mengetahui akan adanya wahyu yang tidak sejati, sebab disamping itu
banyak wahyu berasal dari setan yang tak dapat dipercaya itu.
Angkara murka makin berkuasa, pencuri makin banyak, dan orang cerdik pandai
makin terdesak, hal ini ternyata terjadi di semua tempat. perbuatan baik itu memang tidak
kekurangan, para ulama dan orang pandai serta bijaksana, mengatakan bahwa banyak sekali
buku-buku yang memuat pelajaran tentang tindakan baik, tidak terkecuali dimuat juga
dalam bacaan tentang asmara.
ASMARADANA
Kyai Yasadipura menasehatkan agar orang rajin mempelajari ilmu, berguru kepada para
ahli, dan harus banyak bertanya, disertai sikap hormat dan tidak memperlihatkan bahwa
dirinya sebenarnya tahu juga. Dengan berlagak seperti orang bodoh, demikianlah sikapuntuk
mendapatkan pelajaran dari orang lain.
Maksud selanjutnya ialah menyadarkan bahwa kebaikan dan kemuliaan orang dimulai
dari lahir di dunia sampai meninggal dan kemuliaan asal mula penciptaan manusia. Tidak
cukup hanya mengamati kitab saja, jika maknanya tidak dirasakan bahkan larangan-larangan
di dalamnya jarang dipatuhi juga.
Lagi pula bila kamu membaca dengan hati-hati kitab Nitisruti, Nitipraja, Sewaka,
Wulangreh, Panitisastra, Asthabrata dan kitab lama bahasa Jawa Kuna, tidak perlu selalu
dilagukan denganberbagai gaya yang tidak berguna.
Orang muda jaman sekarang, memang senang bergaya dengan suara mengalun,
mengombak, hingga menutupi ketajaman rasa. Orang bergaya memang ada gunanya sedikit,
ialah untuk mempercepat pembacaan itu dan agar tidak hambar. Tetapi tidak boleh luput,
apa yang dibaca harus ingat dan tertanam dalam hati.
V. Kelima
Disini dikemukakan mengenai pakaian dengan larangan-larangannya, serta kegemaran-
kegemaran orang. Dalam berpakaian (berkain), orang dilarang memakai kain batik bercorak
Tambal.
(15)
Cahmbanjar 10
(16) Misalnya : Tambal Sukaduka, Tambal Kanoman, Tambal Miring. Kemudian kain lurik
Tuluhsela, ikat pinggang batik (juga dilarang). Kalau tak mempunyai yang berwarna hijau,
kuning, ungu, atau berbunga, baik memakai yang putih saja. Kain “wulung” (hitam agak
kebiru-biruan) juga tak boleh dipakai, supaya orang itu tidak sial. Jangan memelihara kuda
hitam jikakamu memang tidak tangkas.
Jika mampu, kamu dapat mengenakan ikat pinggang cindhe dari negeri luar, hanya saja
dilarang memakai solok (sejenis ikat pinggang) Limar gedhog. Apa saja yang disukai boleh
dipakai, selain yang termasuk larangan tadi. Semua larangan raja, jangan sampai orange
berani memakainya.
Dilarang pula memakai batik garapan orang (jaman) sekarang, baju batik Baron
Sekender, yaitu gambar orang-orangan. Pokoknya gambar dari semua bentuk yang bernyawa
itu haram (terlarang).
Mustahil kalau kekurangan macam batik, disini ada corak lung-lungan, ceplokan
dedaunan dan lain-lain. Orang dilarang bersikeras meniru, yang berhak (raja), sebab mereka
itu hanya abdi, yang mudah celaka, busuk, dan rusak.
Rintangan yang sedang kita alami, berarti pula rintangan manusia. Keadaan yang tak
menentu bagi manusia itu sebenarnya hanyalah dat (sifat keadaan) saja, yang abadi tak akan
rusak. Sedang tugasnya adalah mewujudkan adanya sifat tersebut.
Larangan besar lagi ialah, bagi orang yang sedang tak mengenakan baju. Dia tak
diperbolehkan memakai saputangan yang dikalungkan di leher. Sebab bila untuk
bersembahyang selalu mengganggu, lebih baik diletakkan di pundak kiri atau kanan,
semaunya.
Jika berpakaian, seyogyanya yang sedang-sedang saja, baik kain maupun ikat
kepalanya. Tidak baik orang bersolektiap pagi sore dan siang, seyogyanya hanya pada waktu
tertentu saja. Orang yang senang berhias diri berlebih-lebihan, sifatnya mendatangkan
miskin, mengurangi rejeki. Kecuali itu melemahkan hati yang ingin bertindak bijaksana.
Rejeki itu akan lari bila melihat orang genit bersolek.
Sementara bagi yang masih muda memang tidak boleh berdandan awut-awutan saja,
itu seperti dandanan orang jahat. Jika pada suatu waktu pergi ke perjamuan atau bepergian,
baik berhias dengan destharyang bagus dan rapi seperti bersisir penyu pula.
Bila dikaji, ternyata bahwa cara berhias seperti tersebut di atas, adalah cara berhias
orang pandai yang serba tahu. Kepandaiannya banyak, dapat mempertemukan dan
menyelesaikan sesuatu, dapat membuat yang berbau tak sedap menjadi harum. Sedang yang
sudah harum menjadi semakin harum, karena yang gelap menjadi terang. Dia berhias itu
(17)
Cahmbanjar 11
tidak sungguh-sungguh, tidak sampai di hati, hanya untuk penutup saja, menutupi
kepandaiannya. Sudah biasa sifat orang cendekiawan itudemikian.
Sebenarnya dia itu pandai tetapi mengaku bodoh, karena hatinya sudah luas seperti
lautan, artinya banyak memaafkan. Bagi para ulama dan penasehat (dalam perkara agama)
cara berhiasnya menurut lafal (kata-kata dalam doa) yaitu Jayinapsakabilamaksiyati. Artinya
mereka harus berhias denganpakaian (yang dianggap) maksiat.
Yang dimaksud ialah berhias hanya sebagai perisai saja, tidakbenar sampai di hati. Arti
lafal jayinapsakabilmaksiyati jikadibicarakan tidak akan cukup cara dan tidak ada habisnya.
Dari itu anak cucu diseyogyakan supaya berhati-hati dalam segala tindakan. Bagaimana
hasilnya nanti harus dipikirkan lebih dahulu, tidak boleh hanya asal saja, lebih-lebih bersolek
yang tak berguna. Dituturkan bahwa orang harus suka berdandan tetapi jangan pesolek,
harus pandai tetapi tidak boleh sombong.
Suka berdandan artinya boleh berhias diri tetapi sedang-sedang sajalah, jangan sampai
terlanjur lupa diri. Hanya bersoleknya orang yang rajin akan kebersihan sajalah yang benar-
benar berdandansampai di hati, dan kemudian dapat menimbulkan sifat yang baik, janganlah
bersolekseperti anda.
Adapun orang yang benar-benar suka bersolek, itu mengakibatkan lupa akan
kelemahan dirinya. Hatinya mudah tergiur, pintu keberuntungan terhalang yang terbuka
hanyalah pintu kejahatan. Segala yang baik menjauh, sedang yang jahat mendekat. Sifat itu
menjauhkan rasa senang (terima kasih) kepada pemberian Tuhan berupa apasaja.
Menjauhkan hati sabar, mendekatkan ketamakan, serta rasa marah bila tak terpenuhi
kehendaknya. Tidak akan selesai-selesai bila membicarakan keadaan orang yang suka
bersolek ini. Sekarang ganti soal mengenai kesenangan atau kegemaran orang hidup yang
terdiri dari 5 macam.
Satu ; Orang tidak boleh senang akan kekayaan sebab orang itu dapat lupa akan tugas
akhirat. Sepanjang siang dan malam hanya memikirkan kekayaan. Tindakannya kejam,
nafsunya sebesar gunung, tak mempedulikan batal haram. Sebenarnya, emas permata yang
berkilauan serta uang yang berlebihan itu, hanyalah pembagian untuk manusia yang disebut
kekayaan.
Kekayaan itu sendiri dalam kenyataan, sebenarnya tergolong sesuatu yang tidak baik,
sebab menjauhkan diri dari hal-hal akhirat. Kekayaan ini ibarat neraka, sedang akhirat adalah
sorga. Renungkanlah hal itu.
Orang harus pandai memegang uang. Artinya dapat menggunakan uang sesuai dengan
penggunaannya, batal atau haram, kesemuanya perlu diketahui lebih dahulu. Pengeluaran
(18)
(19)
Cahmbanjar 12
uang tidak boleh terus-menerus, walau itu sudah menjadi haknya, harus diusahakan yang
rapi tidak boleh kentara.
Dalam kitab Panitisastra disebutkan bahwa orang yang menumpuk banyak uang, dapat
disamakan dengan orang membendung air. Bendungan yang tak diberi jalan untuk alur air
keluar, sama halnya dengan uang yang tak dikeluarkan untuk dana ataupun zakat.
Bendungan tadi tersumbat, lalu jebol seperti terlanda banjir, larut tak kuat bertahan. Jelas hal
seperti ini mengandung bahaya besar, dan kenyataan sudah banyak terjadi biar kecil atau
besar yang dapat dipakai sebagai contoh.
Sebuah contoh kecil sebagai peringatan yaitu tentang kaum di desa Cabeyan, bernama
Ki Nurngali. Orang itu wadat (tidakkawin) sendirian tanpa istri dan kawan. Dia mempunyai
banyak nasi kering, semula berasal dari nasi berkat kenduri. Nasi tadi diminta tetangganya
tetapi bersikeras tak diberikan. Olehnya lebih baik dijemur, lalu disimpan. Demikian kikirnya
tak layak seperti manusia pada umumnya. Dia hanya minta saja, kalau memberi tidak mau.
Ki Nurngali sedikit berada, di desanya dia dapat digolongkan orang yang kaya. Hanya
kikirnya luar biasa. Pada suatu pagi buta, ia hendak subuhan dan pergi ke sendang untuk
mengambil air wudu. Tiba-tiba seseorang memukul tengkuknya dengan pentung sehingga
dia meninggal.
Simpanan uang yang dibawa sebanyak 25 anggris, yang ditaruh dalam ikat pinggangnya
hilang. Sedang yang tersimpan di rumah berupa uang dan kain sudah diambil pula oleh
pencuri yang memukulnya di sendang tadi, dan kini tinggal nasi keringnya saja.
Itulah contoh orang yang senang uang, tidak percaya akan Allah, kesana kemari
uangnya dibawa terus. Dia tak mau berbuat amal, hanya mengandalkan rajin sembahyang
saja, yang memang itu sudah menjadi kewajiban manusia untuk bersembahyang 5 waktu.
Lain halnya dengan berbuat amal dan kebaikan. Artinya berbuat amal saleh yang ditujukan
kepada yang Maha Kuasa. Selain khusuk berbakti, juga berbuat baik kepada sesama. Tetapi
tidak mencari pujian, itu takakan menjadi sahabat.
KINANTHI
(21) Mengenai amal saleh oleh penggubah tidak perlu diperpanjang, sebab sudah banyak
tertera dalam kitab. Kecuali petuah para ulama, jika orang belum mengerti, lebih baik
bertanya saja. Nasehat tadi harus dicatat di dalam hati, supaya jangan lupa bahwa tindakan
orang hidup itu dilarang tertarik kepada kegemaran yang menimbulkan kea rah
penyelewengan.
(20)
Cahmbanjar 13
Orang harus patuh mengendalikan kehendaknya sendiri. Agar gemar memberi, jangan
kikir, dan itu baik dilaksanakan siang malam. Gemar memberi berarti, orang dapat memberi
kepada sesama umat, dengan baik dan ikhlas sampai di hati. Memberi dengan ikhlas berarti
memberi tanpa ada maksud akan mendapat balasan. Sedang yang dimaksud kikir ialah
dilarang memberi secara berlebih-lebihan tanpa ada gunanya, disebabkan hanya akan
mencari pujian saja. Padahal dia sendiri belum kuat menahan hawa nafsunya, menahan
kehendak untukberpakaian bagus dan makan enak.
Orang tidak boleh sombong walaupun dia tidak akan kekurangan meski banyak
berdana. Sebab Tuhan tidak menitahkan dia untuk menolong orang lain, bila badan sendiri
belum cukup. Tidak boleh meniru Katintahyi, sebab dia itu telah menjadi orang terpilih,
hampir setengah aulia (wali). Sudah putus segala ilmu dan sudah diijinkan oleh Allah.
(22) Kita harus merasa sebagai orang yang lemah, jadi harus menyayangi kemurahan Tuhan
yang diberikan kepada kita. Bila kita tidak menyayangi berarti kita ini sombong kurang
berterima kasih akan kenikmatan yang kita terima. Meskipun bertindak sesuatu yang baik,
tetapi tak tahu asal mulanya itu berarti ngawur dan tercampuri setan.
1) Segala tindakan harus disertai pertimbangan yang betul. Baiklah dimulai dari madya,
(baik atau sedang) lebih dahulu, bila hati telah mantap, maka diusahakan agar dapat
mendekati tindakan yang utama (terbaik). Jika tindakan itu dimulai dari yang utama lebih
dahulu, maka bila hati tidak mantap dan kalau mendapat rintangan, akibatnya orang akan
jatuh sengsara. Andaikata hati telah mantap betul-betul, di situ ia akan menemukan
keutamaan hidup. Tetapi hal tersebut jarang sekali, orang yang termasuk utama itu.
Kebanyakan orang jaman sekarang ini tergolong orang tercela. Sebab orang tercela tadi
jika bertindak yang hina tidak akan malu-malu. Dari itulah maka orang akan tetap menemui
hina walaupun bertindak baik, dan tindakan tercela itu akhirnya akan rusak. Tindakan yang
baik merupakan bunga keutamaan, sedang keutamaan merupakan bunga kemuliaan. Satu
demi satu harus diketahui bagaimana sebenarnya tindakan nista, madya dan utama tadi,
sebab banyak orang yang keliru menyebutkannya.
(23) Nista disebut madya, madya dikira utama karena kebanyakan nafsu menyelubungi
dunia ini. Memang siapa gerangan yang kuat menerima dan menahan kehendak hati yang
menggelora itu.
2) Kemudian orang dilarang gemar akan perempuan. Sebab bila gagal, berakibat
rusaknya badan, dan rusaknya sama dengan orang yang gemar akan uang. Masih lumayan
orang yang gemar uang, sebab bila dapat menggunakannya dengan betul, maka uang yang
digunakan dengansuci itu menjadi sarana untukmenarik ke sorga. Tetapi orang yang gemar
Cahmbanjar 14
perempuan tak urung bahaya besar yang menghadangnya. Oleh penggubah dinasehatkan
bagi orang yang gemar perempuan itu, disikat saja. Tidak perlu salah paham, sebab semua
telah dapat dibuktikan, dan bila diceritakan, hal ini akan berkepanjangan. Untunglah bagi
orang yang dapat melaksanakannya (menahan nafsu perempuan).
3) Selanjutnya dinasehatkan agar orang tidakgemar akan suara dan rasa. Gemar suara
itu seperti seekor burung gelatik yang terkena pasangan oleh umpan temannya sendiri.
Gelatik temannya itu bersuara tik, tik, tik suaranya sangat menarik, sehingga burung yang
seekor tadi mendengar, dan tertarik akan suaranya. Tanpa curiga dia datang mendekat tahu-
tahu burung tadi masuk perangkap.
Sedangkan gemar rasa itu dapat disamakan seperti ikan dipancing orang dalam kedung
(telaga). Ikan di dalam telaga itu melihat makanan, tanpahati-hati terus disambar saja, tidak
disadari bahwa dirinya kena perangkap. Ikan ditarik, kemudian jatuh di tanah dan matilah
ikan itu. Karena itu kita harus ingat dan waspada, segala tindakan tidak boleh tergesa-gesa
“gita” dilakukan, sebelum dipikir sungguh-sungguh dan tahu kepentingannya “gati”.
(24) Tidak perlu terkejut dan terburu-buru akan sesuatu hal jikabelum tahu kebenarannya.
Tidak pantas bila seseorang seperti ikan yang kena pancing tadi, mati karena hanya menuruti
nafsunya saja, tak mengetahui adanya tipumuslihat.
4) Orang dilarang senang pada sesuatu yang indah yang dijadikan kesayangan. Sebab
sudah pernah terjadi, dan ini jangan sampai terlanjur seperti pengukir Sastradiwangsa. Dia
senang sekali burung perkutut dengan mengukir didengarkannya suara burung itu. Rasanya
segar dan gembira mendengar suara yang merdu tadi, mengukirnya hulu keris lebih giat dan
lebih tekun.
Pada suatu hari burung perkutut itu tak mau berbunyi ; disuruhnya berbunyi, tetapi si
burung tetap bungkam saja. Pak Sastradiwangsa marah, pekerjaannya dihentikan. Dia
mendekati sangkar, sangkar dipegang dan burung itu diambil keluar. Dengan keras
berkatalah ia :
“Hai burung mengapakau takmemperdengarkan suaramu, aku ini kan memeliharamu”.
Burung lalu dibelaiannya, dia terlena, si burung lepas, terbang, namun tidak gesit. Yang
empunya mengejar dan tertangkaplah burung itu. Sastradiwangsa marah bukan main, burung
dibanting, tentu saja mati seketika. Dengan lantang dia menantang.
“Ayokalau kamu berani, inilah Sastradiwangsa”.
Burung lalu diinjak, digilas lumat bercampur tanah. Orang hidup dilarang bertindak
seperti itu.
Cahmbanjar 15
(25) Dimana pun juga takkan ada burung yang dapat berbicara, apa lagi ditantang dan
diajak bertengkar. Orang itu benar-benar kurang pikir. Dia merupakan seorang yang senang
akan ujud (binatang) kesayangan tetapi ngawur saja.
5) Selanjutnya orang dilarang senang akan kuda, karena hal itu tidak baik. Memang di
manapun juga orang tak akan mau bila dilarang menggemari kuda. Karen demikianlah
umumnya orang mengabdi, jadi baik dipertimbangkan lebih dahulu, dan sebaiknya dapat
memperkirakannya sendiri. Andaikata ada orang menertawakan dirinya, karena tidak dapat
naik kuda dia tidak perlu malu. Harus diterima saja, untunglah masih ada yang mau
mencelanya.
Menggemari kuda sebenarnya ada 2 hal yang menghalangi yaitu : merintangi orang
mengabdi dan merintangi orang sewaktu menghadapi maut. Lain halnya dengan Raden
Suranagara dan Raden Tohpati yang gemar kuda. Kuda bagi mereka bukan lagi kegemaran,
tetapi memang sudah pekerjaan mereka. Atas perintah raja mereka diserahi memelihara kuda,
dan itu sebagai mata pencaharian hidup mereka. Jadi aib lah bila mereka tidak mampu
menguasai kuda, sebab akan tergolong orang yang tak berguna.
Selagi masih hidup orang harus mencintai pekerjaan yang menjadi tiang hidupnya.
Cinta dan kehendak adalah sama bila orang itu sungguh-sungguh bekerja. Hal itu sama saja
dengan menyembah Allah secara sembahyang lima waktu, ya seperti apa yang telah menjadi
kewajibannya. Kitab Bustam menguraikan tentang hal tadi. Bila seseorang diperintah
melaksanakansesuatu, makaia harus senang dalam pengabdiannya itu.
Anak cucu dilarang mempunyai watak suka menyeleweng, itu berdosa dua kali.
Pertama dosa kepada majikannya, kedua kepada temannya. Mengibuli (membohongi) “gusti”
tidak baik.
(26) Gusti adalah wakil nabi, jadi sama halnya mengibuli Allah. Menipu kawan-kawan,
menambah dosa juga. Seyogyanya berbuat lebih baik serta rajin berlaku manis.
DHANDHANGGULA
Kita dilarang kerap kali berada di hutan, pergi ke laut, ke sungai dan sebagainya, sebab
banyak mengandung bencana. Dahulu orang senang pergi ke hutan dan biasanya menemui
celaka, demikian pula ke sungai-sungai, itu tak baik juga. Tidak boleh senang akan kesaktian,
ilmu kebal, ilmu jagoan, ilmu kekuatan dan lain-lain, karena semuanya tadi tak akan
memenuhi syarat untuk mendekati Allah. Ilmu yang lahiriah isinya banyak takabur, salah-
salah dapat menjadi ilmu sihir, sebab semua ilmu tersebut bukan “mangunah”,(mempunyai
kelebihan karena imannya), bukan keluhuran dan bukan pula “mukjikat” (keajaiban). Oleh
Cahmbanjar 16
sebab itu orang yang telah tinggi daya ciptanya tak mau mempelajari ilmu tadi. Kepercayaan
terhadap Tuhan telah tebal, hatinya teguh tak akan ragu-ragu lagi. Bila hanya menginginkan
selamat, jangan sampai ada bala menimpa, dengan persiapan, sebagai berikut :
Paritnya ialah penyerahan diri pada Allah. Betengnya, yaitu tetap percaya terhadap
yang Maha Kuasa. Sedang pintu kotanya ialah tetap mantap terhadap Hyang Suksma.
Adapun rumahnya berada dalam kota tadi, demikian itulah makna kesatuan manusia dengan
Allah. Sebagai perbekalan pangan di dalam kota itu ialah penyembahan manusia terhadap
Tuhan, sedang pelurunya yaitu tanawut napi nakirah (dengan teliti tanpapengingkaran).
Apabila manusia telah berhal demikian, hati teguh mantap terhadapTuhan tanpa tabir,
makabiar kota itu dikepung (bahaya) manusia.
(27) Semua yang mengepung tetap selamat. Sebab senjata yang ditujukan kepada mereka
adalah kasih Tuhan, sedang pelurunya yang berjatuhan bersifat belas kasih. Demikianlah atas
kemurahan Tuhan dan kasih Allah, maka semuanya selamat. Selamat mencapai kemuliaan,
tetaputuh manusia, tetap berada pada tempatnya untukmenghadapi musuhabadi.
Keadaan di situ tetap kokoh, kuat taktergoyahkan disertai peraturannya yang tersohor,
yaitu semua kehendak harus serba sabar. Dalam memerintahpun dengan cara serba tidak
kentara, sebab disitu adalah tempat orang suci dan sakti. Mereka dengan sabar dan penuh
pengertian, dan tidak pernah meninggalkan kebersihan hatinya, sehingga hidup itu tidak
sengsara bagi mereka. Semua tadi untuk mempertahankan diri dari pembicaraan iblis yang
telah memancarkan anak cucunya, demikianlah isi kitab Sangsul Ambiya. Setan-setan tadi
menggoda, membuat kacau, dan tak memberi kesempatan hidup pada manusia. Maka ketika
manusia itu lahir di dunia, sewaktu bayi dia dibedung, agar setan tak dapat membencanai
bayi tersebut sampai tua nanti.
Diharapkan agar si bayi kelak tidak mengikuti iblis, jangan sampai terjadi kuda itu
tetap menjadi “belo” saja. Dikatakan dalam kitab Insan kamil bahwa kelakuan iblis tadi
berjumlah Sembilan puluh Sembilan macam, yang merupakan kekuatan setan untuk
mencelakai manusia yaitu supaya manusia tertarik kepada laku yang sesat.
(28) Orang harus berhati-hati dan ingat bahwa tindakan apa saja, selalu diintip oleh setan
yang banyak sekali jumlahnya. Itulah bencana setan yang menyebar memenuhi dunia. Meski
nama Tuhan itu tanpa cela namun tetap ditirunya untuk berbuat jahat. Sebenarnya harus
bagaimanakah orang hidup ini. Andaikata boleh lupa dalam hati, ya hanya seketika itu
sajalah, karena hal tersebut memang ulah setan yang dapat menembus rata menyeluruh
terhadap manusia.
Cahmbanjar 17
Itu dapat terlihat pada diri orang yang cepat marah, pada orang yang mempunyai
angan-angan penuh nafsu, serta tamak akan makan dan syahwat, juga kepada hiasan dunia.
Sentuhan setan yang ingin berhasil, bila dituruti akan menimbulkan sengsara dan akhirnya
orang akan hidup miskin. Sebab orang yang sangat menginginkan sesuatu, malu bila
mengurungkan niatnya, jadi orang itu akan tenggelam oleh sifat-sifat setan yang suka pada
kegelapan, mata buta telinga tuli, dan akhirnya orang akan masuk neraka.
VI. Keenam
Pada bagian keenam ini, penggubah memberi nasihat tentang orang bersahabat,
berkawan dan lain-lain. Orang bersahabat sebaiknya, (dalam hati) dipikir lebih dahulu.
Ibarat orang yang melihat makanan dan minuman, pasti tertarik sekali. Dalam hati harus
berpikir, baik dan berfaedahnya itu bagi badan kita. Sebab sebenarnyalah di dunia ini tak ada
orang yang senang sakit. Demikian pula orang bersahabat dalam memilih temannya.
Andaikata seseorang batuk, ingin sekali rasa yang serba manis, maka minumlah ia nira.
Disini ternyata semua keinginannya terpenuhi, semua nafsu makan yang membawa sengsara.
Nah tidak urung orang itu akan batuk terus-menerus, badan kurus kering, jelas orang itu
merugi, tidak akan mendapat hasil.
(29) Harus diingat bahwa di tengah masyarakat dapat terjadi orang mendapat celaka yang
berasal dari teman atau sahabat karibnya. Hal-hal semacam itu harus dihindari. Kita dilarang
bersahabat dengan orang yang berkelakuan jahat, sebab kita dapat terseret seperti sahabat
kita itu. Seperti orang sakit perut tetapi ingin makan rujak kecut. Tentu saja akhirnya berak
terus, itumenyengsarakan badan serta takberguna pula.
Dilarang juga berkawandengan orang yang tak berakal, orang bodoh yang kurang ilmu,
sebab tak urung akan menarik menjadi bodoh pula. Dikarenakan orang bodoh itu tidak
mengerti akan baik dan buruk, punpula tentang rahasia.
Tidak boleh berkawan dengan orang yang tak mengerti sastra. Orang demikian tentu
sering nekad, merasa benar sendiri, dalam pembicaraan justru tidak pandai. Malahan secara
kasar, tetap gegabah bertindak. Ini jelas merusak sopan santun, dan mustahil akan selamat.
Dilarang pula senang berkawan dengan orang yang tak beragama, sebab orang itu tentu
tidak takut akan siksa Tuhan. Berarti memporak-porandakan peraturan agama, dan bertekad
ugal-ugalan. Orang berhati dengki dilarang pula untuk dijadikan teman. Dia itu suka
menyalahi orang lain dan juga senang memfitnah. Jadi orang harus mengetahui tanda-tanda
orang semacam itu.
Cahmbanjar 18
(30) Sebenarnya pada orang mukmin (yang betul-betul percaya pada Tuhan) itu sendiri, ada
yang mukmin hanya sebagai hiasan saja. Untuk mengetahui/membedakannya agar orang
dapat menemukan hal yang baik dan buruk, pertama, harus dilihat lebih dahulu tingkah
lakunya. Kedua, supaya diteliti, ketiga, dilihat dari cara bertindak. Keempat, yaitu sopan
santunnya, kelima dari pembicaraannya.
Mengenai pembicaraan ini sebetulnya berdasarkan pancawada, yaitu pembicaraan
mengenai orang berdusta, orang pandai, orang berbudi, dan masih banyak lagi yang lain. Baru
mengenai hati tiap-tiap orang saja sudah berlainan, misalnya ada yang seperti raksasa, tamak
dan rusuh. Ada yang bersifat seperti gajah, dan lain-lain, banyaklah bila diceriterakan tentang
orang semacam itu.
Sebaiknya orang berkawan dengan mereka yang berwatak sukamemberi dan bijaksana,
pula dengan orang yang tahu ilmu pelajaran atau yang telah putus dalam ilmu. Kepadanyalah
orang harus meminta lebih dahulu untuk berguru.
Walaupun seseorang telah mengeluarkan semua rahasia kepadanya, dia akan dapat
menjaganya, sebab dia dapat menilai mana yang baik, demikian pulalah bilamana ada
pembicaraan yang menyalahi orang tersebut. Memang orang hidup ini banyak yang
dibicarakan, dan bahkan menjadikan simpang siur.
Seumpama orang melihat sesuatu, biasanya barang yang salah dikatakan betul. Bagi
orang yang bijaksana, dia tahu bahwa barang itu salah, dan dia akan menjauhinya secara tak
kentara. Orang tadi bila berkawan, ingin membalas kebaikan kawannya, sebab orang itu tahu
bahwa dirinya diperlakukan dengan baik, makaia akan membalas baik pula.
(31) Bilaseseorang berbuat baik, maka orang yang bijaksana akan memakluminya, sebab dia
banyak memaafkan. Kalau berkata disertai perkiraan, bahkan perkiraan itu tentu tidak
meleset, orang tadi penuh ketelitian, selalu mencari bagaimana duduknya suatu perkara.
Kata-katanya terucap halus, dengan mata redup tak kelihatan beringas, bermaksud
memaafkan kepada sesama. Kita disuruh berkawan dengan orang baik budi yang suka
beramal, dan perbuatan baik yang tak diperlihatkan itu sesuatu tindakan yang menuju
keutamaan.
Itulah dia orang yang tak tinggi hati dan tak sombong. Bila memberi pertolongan tak
perlu diketahui orang lain, sebab perbuatan itu dimaksud sebagai sedekah pikir dan untuk
kebaikan. Bila kita berkawan dengan banyak orang, kita disuruh menganggap mereka itu
saudara. Kita supaya berhati-hati, tidak boleh membanggakan diri. Sebab biasanya orang
memuji itu hanya dalam kata-kata saja, tidak terus di hati.
Cahmbanjar 19
Jika kita sudah memperoleh nasehat yang benar-betul, maka bilamana kita mendapat
kesukaran dalam hidup tidak perlu khawatir. Sebab, biasanya tak aka nada orang yang mau
menolong kita, malahan menambah susah, dan membuat onar saja. Orang semacam itu
menandakan orang yang mencari enaknya sendiri saja. Berkawan dengan orang yang
setengah-setengah, akhirnya menjadi musuh. Tetapi bila ada kawan yang demikian tadi, kita
tidak boleh membalasnya, dan semua ini seyogyanya diserahkan kepada Allah, agar semua
kembali menjadi baik.
Kecuali itu kita tidak boleh berkecil hati, dan mengubah kebiasaan seperti ketika
berkawan dahulu. Hati harus kuat dan tidak boleh mencela bahwa orang itu pernah
menjelekkan kita. Tetapi bila rahasia orang lain yang dicelanya, maka itu diserahkan saja
kepada Tuhan.
(32) Dinasehatkan agar orang dapat menutup rahasia dirinya, dan baik-baik dalam
bersahabat dengan kawansesama abdi Tuhan. Jika seseorang tak dapat menghindar dari hal
itu dan, tak dapat bergaul dengan orang banyak, disitu ia akan mendapatkan bahaya dari
orang-orang tadi. Oleh sebab itulah orang harus dapat menyimpan rahasia, serta bertindak
bijaksana.
MEGATRUH
VII.Ketujuh
Adapun hal pertama yang dibicarakan penggubah ialah tentang orang makan.
Seseorang yang makan di rumah sendiri, sebaiknya mengikuti cara Nabi Muhammad, yaitu
sehari semalam makan sekali, makannya tiap tengah hari saja. Beliau makan dengan duduk
jegang (salah satu kainnya ditekuk ke atas), kepala menunduk tanpa berbicara. Ketika akan
memasukkan nasi ke mulut disertai menyebut nama Allah, demikian seterusnya disertai doa,
justru itu lebih baik, dan barulah mulai makan. Sesudah makan lalu tengadah seraya minum
tiga kali telan. Sekali telan mengucap syukur kepada Allah, yang kedua kali telan,
mengucapkan kesucian Tuhan.
Demikianlah cara orang makan meski ada tamu siapa saja. Sopan-santun harus dipakai
supaya pantas, dengan duduk bersila yang baik, kepala menunduk, tidak berbicara dan
tangantidak boleh diluruskan.
(33) Kemudian tamu tadi dipersilahkan makan, setelah itu pemilik rumah tidak boleh
berbicara kecuali bila tamu tersebut mengajak berbicara. Pemilik rumah harus menanggapi
agar tamu tadi senang. Kemudian dia harus berpura-pura makan banyak, dengan muka yang
cerah, tidak boleh menyelesaikan makan lebih dahulu. Biarpun perut sudah kenyang, ya
Cahmbanjar 20
makannya sedikit-sedikit saja, karena memang sudah caranya, tamu itu harus dinanti selesai
makan.
Demikian pula jika seseorang bersama-sama makan dengan banyak orang, dan apabila
ia sedang bertamu. Dalam hati ia tidak boleh bersambalewa dan mencela akan adanya nasi
dan ikan yang tak baik. Pemberian Tuhan itu harus dihormati, bila dia mencela nasi yang
tidak putih dan ikan yang tidak baik, dia akan kena murka Allah.
Perlu diingat, dahulu sewaktu Nabi Musa pergi berperang, semua prajuritnya lapar di
sebuah padang. Nabi Musa menjadi bingung, kemudian berdoa mohon belas kasih Tuhan.
Dari angkasa turun, diberi apa yang dimintanya. Tetapi sebelumnya para umat diberi janji,
bila pemberian itu sudah diterima tidak boleh mencelanya. Para umat menyanggupinya, lalu
orang-orang itu makan dengan rasa nikmat sekali. Tiba-tiba ada seseorang yang berkata
bahwa ada satu kekurangannya, ya memang ikan-ikan itu lengkap, hanya “lalaban” (daun-
daun mentah) sajalah yang tak tersedia. Belum habis mereka makan, nasi beserta lauk-pauk
itu kembali ke angkasa dan tak terlihat lagi. Itulah hasil orang bodoh yang bersambalewa
serta takmenginsafinya.
(34) Pangan itu patah hati, orang-orang tak dapat menyusulnya. Oleh sebab itu harus ingat,
bila sedang makan di rumah dilayani oleh istrinya supaya makannya perlahan-lahan, tidak
tergesa-gesa. Bila masakan itu kurang berkenan di hati, misalnya kurang gurih, kurang asin,
sebaiknya dimakan saja. Nanti apabila sudah selesai makan, dapat berkata perlahan-lahan,
sayur tadi kurang apa, dan ikannya, ya apa kekurangan tadi baik dikatakan. Kemudian
dilanjutkan bahwa dia itu senang ikan apa, cukup sekali saja dikatakan untuk seterusnya.
Bila sekali waktu tak berkenan lagi, sebaiknya diam saja, sebab orang makan disertai hati
marah itu tidak baik. Pertama dia dianggap hilang oleh Tuhan, kedua, arti sebagai manusia
berkurang, ketiga mengurangi rejeki.
Dilarang menganggap enteng orang makan, anggapan demikian itu tidak baik. Kalau
tentang makan tadi tidak diperhatikan, dan orang makan tidak memakai aturan, itupun tidak
betul pula. Orang makan memang menjadi tiang pengikat hidup tetapi ya dengan ukuran,
tidak asal menuruti nafsu makan saja. Bila hanya menuruti nafsu makan, tak urung dia akan
lekas meninggal, ia dapat disebut meninggal karena nafsu makannya. Ya karena dia makan
apa saja, disini justru terlihat ketamakannya.
(35) Boleh makan hanya untuk mengobati kelemahan badan saja, sebab jika badan terlalu
lemah, usahanya akan berkurang. Sembahyang kurang bergairah. Jadi amalannya hanya
sedikit juga.
Cahmbanjar 21
Sebuah usaha kecil dari kehendak hati, untuk bertapa selamanya, namun ternyata besar
faedahnya. Usaha tadi mempermudah segala tujuan, dan membuat hati terang benderang.
Tidak baik makan pagi-pagi, menjadikan hati pepat, pendapat tidak tegas, jalan pikiran
tidak baik, lemah tidak berdaya. Jika orang ingin kuat ya harus tegas, sebab apabila kendor
tentu membelok, tak dapat dipakai sebagai dasar. Pada umumnya orang yang banyak makan
biasanya terus ingin tidur. Sebenarnya semua pekerjaan bila dilatih tentu akan terlatih,
demikian pula halnya orang yang suka makan, menyebabkan ketajaman hati berkurang maka
Pak Tumpullah yang mendekat. Di sini ternyata pekerjaan jasmaniah sesuai dipakai untuk
memondong, memikul, menggaru, membajak semua yang serba memakai kekuatan.
Sedangkan anak “priyayi”, kiranya harus banyakmempergunakan hati, dan pikirannya.
Bila yang dipergunakan pikiran, tetapi menggunakan orang untuk memikul, tentu tak
berhasil, karena orang itu terlalu banyak makan, jelas memang bukan tugasnya. Penggunaan
hati dan pikiran memang tugas orang muda.
SINOM
(36) Masih dalam bagian ketujuh, di sini diuraikan mengenai orang tidur. Perlu diketahui
bahwa sehari-semalam selama 24 jam itu, mempergunakan waktu tidur hanya sepertiganya
saja, yaitu 8 jam. Bila orang dapat melaksanakan cara tadi, akan memperoleh pahala yang
besar. Orang itu termasuk istimewa, karena tidak terlalu banyak tidur. Menurut kitab Insan
kamil, Tuhan turun ke langit-dunia, setiap malam menjelang akhir sepertiga malam tadi. Kita
tak boleh membantah, mengapa Tuhan hanya berada di satu tempat saja. Yang dimaksud
langit, sebenarnya ialah badan kita sendiri, sedang dunia adalah dat Allah yang meliputi
jagad.
Pada malam hari kira-kira pukul setengah dua atau pukul tiga di ujung malam,
sebaiknya kita bangun berdoa, mohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa kita di dunia
ini. Untuk bersholat khajad, pada malam Jum’at juga di waktu malam hari seperti tersebut di
atas. Semua kehendak kita, bila betul-betul kita memohon, tentu akan dikabulkanNya.
Bahkan jika badan kita ini suci benar-benar, makapenyesalan kita akan diterima Tuhan yang
Maha Pengasih itu.
(37) Di waktu subuh sesudah bangun, baik segera membersihkan diri, agar tidak terus tidur
lagi. Matahari sudah tinggi, tetapi masih enak tidur, orang malas namanya itu.
Mengakibatkansegala kehendak menjadi terlambat, menjauhkan rahmat, dan menyempitkan
pikiran.
Cahmbanjar 22
Di waktu tidur siang hari, sebaiknya waktu ashar segera bangun. Sebab orang tidur
sampai jam 4,5 atau 6 sore, bila bangun hati menjadi gusar, marah-marah seperti orang gila,
seperti orang kehilangan nalar saja. Hati demikian itu menjauhkan pikiran baik, yang dekat
hanyalah pikiran jelek. Segala pekerjaan menjadi kabur, rahmat Tuhan menjadi berkurang
pula. Jika semua petuah tadi dilaksanakan maka dia akan termasuk orang yang berhati-hati.
Kecuali bila seseorang merasa lelah sekali, dan mengantuk, ya melanggar sedikit taka pa
untuk menjaga kelemahan badan.
Selanjutnya apabilaseseorang tidur di malam hari, baik membujur ke arah utara, badan
miring menghadap kiblat, seperti letak orang yang meninggal di dalam kalwat (liang kubur).
Sebab orang tidur itu, sebenarnya hampir seperti orang meninggal. Mungkin juga sewaktu-
waktu Tuhan menghendaki ajal seseorang, maka sebaiknyalah menyerahkan diri kepada
Allah.
Di sini orang tak boleh salah paham, sebab jarang orang yang tahan tidur miring ke
kiblat terus-menerus, tanpa berpindahtempat.
(38) Sesungguhnya tidaklah demikian, hanya sewaktu orang mulai tidur, itulah menghadap
ke kiblat. Sesudah lama tidur, tentu tak merasa bagaimana letak dirinya, karena sekali lagi
orang tidur itu seperti orang meninggal saja. Orang yang tidur membujur ke utara,
mempunyai sifat melangsungkan adanya rejeki. Bilamembujur ke timur, memutuskan rahmat
Tuhan dan menghilangkan rasa kasih dari kawan-kawannya. Kalau tidur ke selatan
menyebabkan hati pepat, jika membujur ke arah barat akan mempunyai umur panjang.
Orang dilarang menikmati tidur, dia harus dapat menahan kantuk yang mendorong
rasa ingin tidur saja. Orang yang tahan berjaga, mempunyai pandangan luhur, sedang orang
yang tahan lapar, mempunyai hati teguh. Orang yang tahan tidak minum, dia kebal akan bisa
binatang. Semua hal tadi jika dilakukan sungguh-sungguh akan mendapat pahala. Memang
demikianlah sifat orang bertapayang kelak akan memperoleh apa yang akan dikehendakinya.
Orang pandai, orang luar biasa (sakti) dan menjadi priyayi, banyak diperolehnya dari
berlaku tapa ini. Segala yang baik, hasil dari bertapa akan membawa keberuntungan, dan itu
memang sudah tepat. Meski menjadi orang pandai, kaya, dan menjadi priyayi, tetapi bukan
karena bertapa, ituadalah pemberian setan.
Orang yang sakti oleh setan, sifat kesaktiannya hanya sebentar saja. Dipanah dengan
daya cipta orang yang bijaksana, kesaktian tadi akan lumpuh tidak berdaya. Sedang orang
yang hidupnya senang karena setan,
(39) Memang seketika menakjubkan, dia dapat menikmati kemewahan itu, tetapi tak lama
kemudian rusaklah, dan dia menjadi miskin sekali. Bagi orang yang bijaksana tak mau dia
Cahmbanjar 23
berbuat demikian, karena seolah-olah dirinya hanya menjadi bahan tertawaan ayam saja,
lebih baik menerjunkan diri ke laut.
Orang tidak boleh berhal seperti Setrapramukya yang dahulu pernah menjadi
Tumenggung Ngeksiganda. Hanya dua tahun saja dia menjadi Tumenggung, lalu
diberhentikan oleh raja. Kemudian pekerjaannya hanya berkeliling ke rumah para priyayi,
berbincang-bincang mencari kabar dan menjual kabar.
Tidak disadarinya bahwa tindakan ituserupa tindakan setan, dan orang yang baik budi
tak mau bertindak demikian. Jika raja sudah tak berkenan pada orang itu dan sudah tak
diberi pangan, maka sebaiknya dia di rumah melakukan ibadah saja. Sembahyang khusuk
terhadap Tuhan dan mengucap syukur atas segala pemberian Allah kepadanya. Tak ada yang
dimakan, yah biarlah. Takdir Allah demikian itu diterima terus saja, asal hidupnya tidak
menjadi hina, dan tidak menjelekkan nama negaranya.
Adapun kepandaian yang berasal dari setan itu, sifatnya ingin menang sendiri, juga
senang bertengkar. Dalam berbantah ingin memperlihatkan kemampuannya, sombong, minta
dituruti, yang jelas dia mencari pujian.
(40) Seumpama orang hanya mempunyai uang sedikit tetapi menawar bahan yang harganya
mahal. Setelah penawaran itu jadi, diberikan, namun uangnya tak ada, dia minta tangguh.
Akhirnya tak dapat membayar, kalau ditagih tak pernah memberi, lama-kelamaan terbukti
kejelekannya.
Demikianlah perumpamaan bagi orang yang berkepandaian karena setan. Dia
berpendapat bahwa hal itu baik, mendapat berkat Tuhan, tak tahunya didapat dari berkat
setan.
Orang tadi tentu malas berguru, malas bertanya kepada orang pandai-pandai. Dia
merasa malu untuk bertanya, akhirnya percaya pada setan. Masih dalam bab ketujuh, disini
dibicarakan tentang orang berjalan. Jika orang pergi dari rumah, harus tahu kemana tempat
yang ditujunya. Ke tempat itulah dia harus memusatkan perhatian, dan bila mulai berjalan
baik disertai ucapan Bismillah. Kalau berjalan supaya kepala agak ditundukkan, mata dijaga
jangan melihat kesana-kemari. Bila ingin melihat sesuatu, lebih baik berhenti dahulu, orang
yang berjalan denganmenoleh kesana kemari, hatinya akan bercabang- cabang.
Di samping itu orang berjalan tak boleh berangan-angan jelek, baik berserah diri saja
kepada Tuhan. Sebab adakalanya orang itu tersandung (mendapat halangan), menjadi
gagallah kehendaknya.
(41) Bilaberada di rumah, orang dilarang berdiri di tengah pintu seraya menggelantungkan
tangannya. Hal ini dapat membawa dia dan tetangganya kerap kali kehilangan. Berdiri
Cahmbanjar 24
dengan bertolak pinggang di tengah pintu juga tidak boleh, sebab dapat menjauhkan
keberuntungan. Di rumah, orang duduk dilarang menumpangkan kakinya sebelah, karena
dapat menyebabkan kerap kali sedih. Demikian pula dilarang menggerakkan kakinya sebelah
terus-menerus, sikap ini menghilangkan kesopanan dan mengurangi kekhusukan terhadap
Tuhan. Keselamatannya berkurang berarti menyia-nyiakan diri sendiri. Semua pantangan
yang tiada pantas harus selalu diingat, dan harus membiasakan diri percaya kepada hal itu,
sebab manusia memang kerapkali lupa.
POCUNG
VIII. Kedelapan
Bila ada tamu datang , wajib dihormati. Tamu yang terdiri dari anak cucu, teman atau
tetangga, itu dapat disebut setengah tamu. Untuk menghormatinya tidak sukar, karena telah
biasa. Bila ada sesuatu yang disuguhkan, lebih baik tamu tadi disuguhi. Tetapi jika tidak,
cukup dengan penyambutan yang pantas, dan kata-kata yang hormat. Tidak baik
menyusahkan hati seorang tetamu, tetapi juga tidak baik bila terlalu memanjakannya,
sebaiknya yang seimbang dengan. kemampuan diri sendiri.
(42) Tidak seyogyanya menyambut tamu uterus-menerus, sebab bila dirinya sedang
menjalankan tugas, tentu akan merepotkan. Memang banyak tamu atau kawan-kawan yang
datang berkunjung dengan tujuan tertentu. Tetapi tidak memperhatikan bahwa orang yang
dikunjungi tadi sudah letih. Jadi orang yang empunya rumah harus mengetahui lebih dahulu,
tamu itu seyogyanya ditemui atau tidak.
Tetapi apabila tamu itu dari luar lingkungan, wajib disambut secara hormat.
Sepantasnya tamu tadi disuguhi, biarpun tidak mempunyai sesuatu di rumah, harus
diusahakan dengan cara bagaimana. Sebab itu sudah umum berlaku bagi orang Jawa, lebih-
lebih bagi priyayi. Tetapi bagi orang muda yang mempunyai sifat senang lalai, memang
kurang memperhatikan, lebih-lebih dalam hal bahasa.
Bahasa itu ada kalanya dipergunakan dengan baik bahasa krama dan sebaliknya yaitu
ngoko. Kalau memang sudah seharusnya dipergunakan dengan baik, maka seharusnyalah
dipergunakan pada waktunya pula. Untuk dapat terpenuhi, maka oleh orang yang ahli, ajaran
bahasa tadi dibagi-bagi, sebab bila tidak diperinci, ibarat semua pekerjaan akan terbengkalai,
seperti menantikan orang kelaparan yang tak terurus saja.
(43) Mereka mengartikan bahwa bahasa yang baik itu untuk apa, itu hanya suatu “sunah”,
kalau perlu saja mereka mempergunakan, agar sikapnya terlihat bersopan-santun. Apabila
ada seorang tamu besar, yang derajatnya melebihi yang empunya rumah, perlu disambut
Cahmbanjar 25
dengan hormat dan baik. Sesudah duduk, pemilik rumah harus duduk dengan
“ngapurancang” (kedua telapak tangan diketemukan). Kata-kata diucapkan dengan perlahan,
tidak boleh bersambalewa, dan pada waktu tamu itu pulang, harus diantar seperti menyambut
pada waktu ia datang. Jika ada tamu seorang ulama, dan orang yang lebih tua, tua dalam arti
lebih bijaksana, harus dihormati dengan baik seperti telah pernah disebutkan. Bilamana
orang tua tadi hanya tua umurnya saja, pemilik rumah supaya dapat mengira-ira bagaimana
harus menyambutnya, tentunya tak sama dengan tamu para cendekiawan.
Harus diketahui bahwa yang disebut tua itu ada dua macam, tua “majaji” dan tua
“makiki”. Tua “majaji” ialah tua dalam umur tapi kenyataannya masih muda dalam ilmu.
Sedang tua “makiki” yaitu tua dalam ilmu berarti dia itu pandai. Walaupun umurnya masih
muda, seperti halnya ulama (muda) yang berpikiran luhur.
Apabila tamu ituseorang fakir miskin yang meminta-minta, maka sebaiknyalah jangan
diberi. Jika pemilik rumah itu sedang tak mempunyai uang dengan kata-kata manis, maka
sebaiknya diminta kerelaannya untuk pergi, dan disanggupi akan diberi di kali lain.
(44) Jadi pemilik rumah itu tidak memutus rahmat Tuhan, jangan sampai dia merasa bahwa
hak milik itu hanya kepunyaannya sendiri. Bila orang berpendapat demikian maka dia itu
akan berani dan takabur, akhirnya mendapat murkaTuhan, baik lahiriah maupun batiniah.
Bilaseorang kedatangan tamu utusan dari saudara, kawan, priyayi ataupun orang besar,
harus diketahui bagaimana cara menyambutnya. Sebab harus diingat bahwa menghormati
utusan itu sama dengan menghormati yang mengutus. Oleh sebab itu, cara menyambutnya
harus sama seperti kepada yang mengutus. Dalam bertutur kata harus berhati-hati, seperti
berkata kepada yang mengutus pula. Selama berbicara tidak perlu keras-keras, supaya utusan
itu senang. Kepadanya tidak boleh marah, walaupun sikapnya kepada pemilik rumah kurang
pantas, sebab utusan tadi tidak tahu apa-apa. Andaikata pemilik rumah marah kepada
utusan, salah-salah orang tadi menyampaikannya kepada orang yang mengutus. Entah
bagaimana yang disampaikan, hal itu akan memecahkan persahabatan.
(45) Lagi pula dilarang berpesan kepada utusan, jangan-jangan dia salah dengar. Dalam
berbicara harus melihat kanan-kiri, tidak boleh meremehkan kata-kata dan harus dapat
bijaksana. Kepada utusan itu tidak boleh berkata mengenai sesuatu rahasia. Sebab jika
utusan tadi kurang pikir dan senang berbohong, bisa jadi pesan itu ditambah, yang dapat
mengakibatkan adanya salahpaham.
DHANDHANGGULA
IX. Kesembilan
Cahmbanjar 26
Dalam buku ini penggubah menasehatkan mengenai cara orang bertutur kata. Orang
bertutur kata sebaiknya tidak asal mengeluarkan kata-kata, semua harus dipikir lebih
dahulu. Pertama, supaya menghindari ucapan yang takabur, sombong dan congkak. Sebab
orang takabur itu orang yang merasa dirinya lebih daripada orang lain, seolah-olah mampu
menyelesaikan segala pekerjaan. Banyak bicara dan sering menyakitkan hati, dia ingin
memperlihatkan kewibawaannya. Semua tingkah lakunya serba diperlihatkan, tak ada yang
ditutupi agar semua orang melihat danmemujinya.
(46) Orang sombong adalah orang yang segala tindakannya dan kata-katanya minta
perhatian. Sebenarnya hal ini mengkhawatirkan, sebab kalau suatu ketika orang itu jatuh
martabatnya, maka kejelekannya akan tersohor kemana-mana. Bagi mereka yang suka
takabur, sombong, dan congkak, bila kena murka Allah tak akan ada obatnya. Jika mereka
berlarut-larut bersikap demikian, dan tidak segera bertobat, maka mustahillah mereka
mendapat ampun. Orang hidup dilarang bertindak demikian, justru mengharapkan segala hal
yang baik, supaya selamat, terhindar dari tindakan yang jahat.
Kedua, orang dilarang berbicara bengis dan kasar. Berbicara bengis berarti mengobral
marah dan itu berarti pula kemasukan setan.
Ketiga, orang akan mendapat kesukaran karena suka membicarakan kejelekan orang
lain, sedang kejelekan diri sendiri tak disadarinya. Membicarakan kejelekan orang lain berarti
menggendong dosa orang itu. Padahal menggendong dosanya sendiri saja belum tentu kuat,
masih menggendong dosa orang lain, ini tak ada gunanya sama sekali.
(47) Keempat, orang tidak boleh berkata bohong, sebab jangan-jangan ini menjadi
kebiasaan. Orang yang suka bohong takdapat dipercaya, dan sifat itu dapat menjadikan hati
gelap. Ibarat rumah yang lampunya padam, semua barang yang ada didalam, tak dapat
terlihat. Sewaktu akan mengambil barang, barang itu telah hilang, dan habislah harta
bendanya. Maka turunlah tingkat derajat orang itu, ya memang masih mempunyai harta
sedikit, tetapi itu hanya setingkat orang kecil saja, bukanuntuk orang tinggi.
Kelima, orang diharap menjaga ucapan-ucapannya, jangan sampai mencela orang lain
walaupun hanya dalam kata-kata. Sebab orang yang suka mencela itu, bila diri sendiri belum
mampu, oleh Tuhan akan dihadapkan kepada kenyataan yang sebenarnya. Keenam, mulut
dijaga agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tak berguna, misalnya berseloroh,
mengumpat, membual dan lain-lain, sebab hal ini dapat menjauhkan diri dari Tuhan. Bagi
orang yang senang bekerja, berbicara dihitung untung ruginya, agar waktu itu untuk
berbicara itu berfaedah baginya.
Cahmbanjar 27
(48) Ketujuh, ucapan harus dijaga jangan sampai suka bersambalewa, sebab bersambalewa
dapat menghilangkan kesopanan dan keprihatinan. Orang yang kehilangan sopan-santun
akan berkurang kehormatannya, sedang orang yang hilang keprihatinannya segala
kehendaknya tak akan tercapai. Ki Beja (lambang keberuntungan) meninggalkannya yang
mendekat Ki Cilaka (lambang kesengsaraan). Oleh sebab itu orang harus berhati-hati dan
jangan sampai lengah, sebab Ki Cilaka ini siang malam terus menunggu, menanti waktu bila
seesorang sedang lalai. Padahal manusia itu lalainya bukan main, lengah dan tak teliti. Jadi
apabila orang sudah lengah, Ki Cilaka akan datang menyerbu, dan biasanya manusia tak kuat
bertahan terhadapnya.
Bila orang mengadakan musyawarah dengan sanak saudaranya, orang yang lebih muda
jangan sampai mendahului mengeluarkan pendapat, lebih baik segalanya diserahkan yang tua
saja. Jika yang tua itu telah kehabisan akal, dan menyerahkan kepada yang muda, itulah baru
diucapkan. Dalam memutuskan sesuatu hal, tidak boleh diputus (menurut pikiran) sendiri,
harus dirundingkan dengan saudara tua. Sesudah terang mana yang dipilih oleh yang tua,
yang muda harus menyetujui, kalau memang itu sudah betul. Dalam berfikir orang harus
ingat kepada Tuhan, jangan sampai dengan hati panas dan marah. Sebab kemarahan itu
peranggkap setan, yang menghalangi maksud menuju kebaikan.
Kebaikan itu adalah anugerah tuhan, sedang amarah dan setan itu pekerjaannya
mengurungkan kebaikan. Bekerjanya sangat halus tidak kentara selalu menyusup kedalam
amarah orang. Seperti halnya bagi sesuatu yang sudah baik, sudah betul tidak meninggalkan
dalil dan kadis, ijema maupun kias. Dan telah sesuai dengan peraturan negara namun gagal
juga, karena perbuatan setan tadi. Hati manusia terhanyut melampiaskan napsu yang tidak
benar.
Oleh sebabitu, segala tindakan yang dirasa telah mantap, maka segeralah dilaksanakan,
bila sudah terlaksana, maka jangan tergesa-gesa, dalam hal ini harus sabar. Jadi hati dapat
”pasrah” kepada Allah, agar usaha itu berhasil. Hal ini dapat dipersamakan dengan anugerah
tuhan yang sejati, bila anugerah itu telah diperoleh, sikap dan pikiran dapat merasakannya,
dan disinilah manusia hanya dapat bertobat kepada Allah.
(50) Kecuali itu, juga supaya mengucap syukur kepadaNya, karena telah diijinkan
menikmati hasil jerih-payahnya itu. Selanjutnya apabila seseorang bertutur kata dengan
orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya harus selalu waspada. Supaya
diperhatikan apakah buah pikiran orang tadi hasil dari pengaruh amarah, iblis, khawa
ataukah dari nabi adam ataupun dari malaikat, ituharus diperhatikan sungguh-sungguh. Bila
buah pikiran tersebut hasil dari amarah, iblis, dan khawa, akibatnya tentu akan jelek, dan itu
(49)
Cahmbanjar 28
tidak boleh diikuti. Lain halnya bila saudara tua itu memang penuh pengertian, maka dia
pantas dibela.
Kalau orang lain tentu tak mau mengakui kekurangannya, dan hanya mau mencari
selamat diri sendiri saja. Berbeda dengan orang yang telah berbudi sempurna walaupun
pikiran itu berasal dari khawa, amarah dan setan, tetapi hasilnya tetap baik. Pada zaman
sekarang jarang orang yang dapat berhal sedemikian tadi.
(51) Sedangkan pikiran yang berasal dari adam dan malaikat memang keduanya baik, jadi
pikiran itudapat diikuti. Kemudian apabila seseorang berkumpul dengan banyak orang tidak
baik jika mendahului dalam pembicaraan. Lebih baik menanti pendapat mereka yang
dikeluarkan satu persatu. Tidak perlu menegur dan mencela kepandaian orang lain.
Dipertemuan itu akan keluar pikiran baik buruk, betul dan salah, semua pasti terlihat. Ini
ibarat ikan yang tersedia dalam lauk-pauk yang bermacam-macam. Disitu harus dilihat, lalu
dipilih, ikan atau sambal dan ”lalab” manakah yang enak dimakan. Biarpun di situ terdapat
ikan yang menggiurkan, tetapi dapat menyebabkan miskin maka tidak perlu dipilih.
Baik dipilih saja yang tidak menimbulkan penyakit, mengenai ikan-ikan, sambal
maupun lalab atau gundhangan seperti tersebut di atas. Sesama gundhangan namun bila
gundhangan rebung (bakalan bambu) itu enak, tetapi tidak berfaedah. Lain halnya dengan
gundhangan kunci yang sudah enak lagi berfaedah, di perut terasa hangat. Misalnya lagi, nasi
liwet dan nasi kebuli, masih bermanfaat nasi kebuli, karena rangkaian lauknya berfaedah.
(52) Dalam pertemuan supaya mengeluarkan segala isi hatinya. Bukannya setelah bubar,
baru dibelakang mengeluarkan pendapatnya supaya disetujui. Hal itu tidak pantas, berdosa
dan tidak akan selamat. Lain halnya jikaseseorang dimintai pendapat majikannya, segala isi
pikirannya supaya diutarakan. Bila disetujui oleh majikannya, dia harus dapat
mempertanggungjawabkan, walaupun pada akhirnya mungkin gagal, namun dia bersedia
membelanya dengan hati yang mantap. Lain dengan cara mengabdi majikan yang pada
dasarnya hanya pulasan saja. Disini dikatakan menyayang majikannya, tetapi sebenarnya
hanya mencari pujian dan menyetujui sikap yang congkak. Adapun sikap orang mengabdi
majikan yang benar-benar, ialah serba terbuka, apa kekhawatiran hatinya diutarakan, dan
nanti diserahkan kepada majikan itu sendiri.
Jika ada orang hanya memikirkan diri sendiri maka berarti kata hatinya tak dikatakan
kepada orang lain kecuali kepada Tuhan dan Kanjeng Nabi. Yang jelas harus diingat bagi kita,
ialah mengenai kelima ciri- ciri yang dapat menutupi penglihatan hati seperti telah terurai.
Kalau memang telah menjadi ketetapan hati untuk mencapai kehendak itu, baik segera
(53)
Cahmbanjar 29
dilaksanakan dengan sareh dan disesuaikan dengan petunjuk Tuhan. Seyogyanya pula tidak
perlu ragu-ragu akan petunjukNya, dan menyerah saja kepada kekuasaan Allah.
SINOM
X. Kesepuluh
Untuk bagian kesepuluh ini, pengarang memberi nasihat kepada anak cucu bagaimana
jika seseorang diciptakan Tuhan menjadi orang kecil (derajatnya) ataupun orang besar. Bila
manusia diciptakan Allah menjadi orang kecil tidak boleh menyesal, biarpun menjadi bekel
desa misalnya, itu sudah mempunyai kegunaan dan peraturan sendiri.
Umpama lagi, orang yang menjadi petani, segala apa yang tergolong alat kerjanya,
bajak, garu, arit, cangkul, pecok, wangkil (alat untuk membersihkan tanaman), kerbau, sapi
dan lain-lain, harus dipentingkan, harus dilengkapi. Jadi orang itu dengan sendirinya akan
rajin ke sawah, rajin menanami sawahnya. Siang malam yang dipikirkan hanya tanamannya
saja, pala gumantung, kesimpar, kependhem (buah-buahan yang bergantungan, yang terletak
di atas tanah, dan yang terpendam).
Jika hasil tanaman itu baik, seyogyanya sebagian hasil tanaman itu dihaturkan kepada
majikannya. Sebagai tanda bakti, atau serupa pajak demikianlah, dan ini baik dilaksanakan
pada waktu yang telah ditentukan. Tidak baik segala pekerjaan serba lamban, apa yang telah
menjadi kesanggupan untuk menghaturkan pajak kepada raja supaya dipenuhi. Karena telah
dijamin hidupnya, maka jika diminta tanda bukti, tidak perlu banyak dalil, baik segera
dihaturkan. Bila memang tidak kuat, lebih baik sawah itu dikembalikannya saja.
Jika sawah itu benar diminta tidak perlu sakit hati. Sebab bila tanah tadi
dipertahankan, menandakan bahwa orang itu tidak baik, dia akan menjadi ”tampikan” para
priyayi, berarti pula tidak kasihan pada diri sendiri. Kemudian arti peraturan dalam kalangan
tani, misalnya orang menjadi bekel desa, dia harus tertib. Masjid yang dibangunnya
didekatnya harus selalu dilengkapi air. Para santri diberi bagian sawah sepantasnya, dan
zakat fitrah baik diserahkan pula kepada mereka.
Selanjutnya mencari orang yang bertugas sebagai kebayan (bagian keamanan). Harus
dipilih yang kuat dan tidak minum candu. Sebab bila ada tamu priyayi, dia dapat cepat
menyambut dan menjamunya. Oleh karena itulah harus dicari kebayan yang baik, yang dapat
memelihara barang-barang. Membuat pagar pekarangan dari bambu, tetapi tidak boleh
merusak pekarangan. Pagar rumah harus pantas dan kokoh, supaya bila ada tamu singgah,
merasa aman. Mengenai arti berpengalaman ialah tahu akan kebiasaan yang berlaku bagi
(54)
(55)
Cahmbanjar 30
daerah ”manca-pat” ”manca-lima”, dimana batas-batasnya dan dimana arah gunung-
gunungnya.
Kebiasaan mengenai wilayah itu baik terus dilakukan, dan seperti pada umumnya,
orang dilarang membuat kebiasaan sendiri yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat
setempat. Lagi pula dia (kebayan) itu tidakboleh bergaul dengan pencuri, biarpun orang tadi
hanya membawai rakyat kecil, tetapi supaya mengusahakan tidak ada laku jahat di tempat
itu. Bila mengetahui orang yang suka mencuri, baik segera diinsyafkan. Bila dia tidak mau
insyaf, maka baik dikeluarkan dari wilayah tadi supaya tidak membawa nama jelek. Selain itu
apabila seseorang dapat mendirikan masjid, maka orang-orang disitu diminta supaya
bersembahyang di masjid. Bila banyak orang yang melakukan sholat lima waktu, berarti pula
mengurangi tindakan-tindakan jahat yang ada misalnya main kartu, dan menyeret (minum
candu) dua hal itu harus dilarang betul-betul. Sebab dari kedua hal itulah menyebabkan
rakyat kecil miskin, serta adanya pencurian-pencurian. Memang sukar untuk mengetahui
berapa besar nafkah orang itu satu persatu, supaya hasil nafkahnya tadi tidak menimbulkan
kejahatan.
(56) Apabila seseorang mengabdi raja, dia harus rajin menghadap, biarpun belum mendapat
sawah (sebagai gajinya), dan tidak boleh terburu-buru ingin memilikinya. Sebab harus
disadari bahwa dirinya belum berjasa. Karenanya dia harus rajin betul-betul untuk
menghadap raja di balairung. Dengan teman abdi yang lain supaya merendahkan diri, dan
minta pelajaran kepada mereka. Orang mengabdi dapat dilihat dari sikap dan tindakannya
yang jelas kepada atasannya (bekel, wedana), harus dapat melayani dengan baik lahir
maupun batin. Jika tidak sampai batin, sama saja dengantakpercaya pada Tuhan.
Gusti itu sebagai atasan orang banyak, dan sebagai wakil Allah, yang adil para marta
dan kepadanyalah mereka harus percaya pula. Adil para marta berarti banyak memanfaatkan,
dengan demikian orang mengabdi harus rajin dan teratur dan dapat mengambil hati kawan,
sebaliknya dirinya harus juga senang memaafkan kesalahan orang lain. Dengan demikian
orang itu telah mendatangkan budi baik, dan kelak akan dibalas Tuhan. Selanjutnya orang
dilarang berbicara yang bukan-bukan, membicarakan kejelekan kawan, serta iren
(menghindari tugas) dalam pekerjaannya.
(57) Bila ada kawan yang sedang dimarahi gusti, setidak-tidaknya dia ikut merasa susah
pula, lebih-lebih kalau kawan itu memang salah, kasihan, oleh sebabitulah orang harus tepa-
selira. Jadi dia tidak akan jelek di mata sesama abdi, karena saling dapat menjaga, baik lahir
maupun batin. Teman yang baik itu bagaikan saudara, apalagi bila dia itu lebih tua, maka rasa
hormat kepadanya sama halnya hormat kepada orang tua sendiri.
Cahmbanjar 31
Kebetulan justru orang tadi lebih tua dan malahan menjadi atasannya pula, maka orang
itu jelas wajib disembah. Adapun orang yang wajib disembah itu, pertama ialah raja, kedua
orang tua, ketiga mertua pria-wanita, keempat guru kemudian kelima adalah saudara tua.
Sedang para adipati itu disembah karena mereka merupakan para wakil raja. Kemudian
para ”mantri” menyembah ”tumenggung”. Sedang ”tumenggung” wajib menyembah ”patih”,
patih itu sendiri menyembah kepada saudara-saudara raja. Para pendeta ikut disembah pula,
karena ia sebagai guru. Semua sembah tadi teratur sesuai dengan golongan dan pangkat,
dimulai dari Tuhan Allah. Jadi semua makhluk harus menyembah Tuhan, serta utusan-Nya.
(58) Kemudian sekali lagi diwajibkan menyembah raja lalu patih, adipati, keduanya sebagai
wakil pemegang tampuk pemerintah, berdasarkan adanya kebenaran atau kenyataan belaka.
Jika ada orang yang menjadi ”priyayi” dia harus mengetrapkan empat sifat: pertama sifat
priyayi, kedua sifat santri, ketiga sifat saudagar, lalu keempat sifat (orang) tani. Sifat priyayi
berarti orang harus mengetrapkan sopan-santun dan berbicara secara teratur. Tidak semena-
mena, berpakaian pantas, senang memberi makan. Berani dan berhati-hati, selalu membuat
enak hati orang lain. Dia tidak enggan menolong , dan rela memberikan apa saja tanpa
pamrih.
Selanjutnya sifat santri, pada dasarnya bersih dan harus suci, semuanya diserahkan
kepada kerahiman Tuhan, segalanya diterima dengan syukur, tidak banyak bicara. Sedang
sifat orang tani ialah sifat yang senang pada kejujuran, rajin dalam pekerjaan, ringan maupun
berat tidak menjadi soal, karena itu sudah kewajibannya. Tidak senang mencela orang lain,
tidak pula iri hati, sikap sederhana, setia dan jauh dari sifat bohong. Sedangkan sifat
saudagar, ialah sifat yang penuh perhitungan. Dalam pekerjaan serba menanti, hemat dan
selalu berhati-hati. Segala tindakannya selalu diperhitungkan. Demikianlah keempat sifat
tadi yang layak dipersatukan. Jadi dalam sopan-santun agar mengetrapkan sifat priyayi,
sucinya seperti santri, sedang kejujurannya seperti sifat orang tani. Kemudian dalam soal
hitung-menghitung, pantas memakai sifat pedagang (saudagar). Jadi semua tindakan harus
ditimbang benar-benar, dapat mendatangkan hasil atau tidak. Kalau memang merugikan,
agar jangan sampai berlarut-larut, harus dihentikan. Sebab kalau tidak, sama saja dengan
menyengsarakan diri sendiri.
DHANDHANGGULA
Dalam mengerjakan sesuatu, orang harus waspada akan asal-mula apa yang akan
dikerjakan. Misalnya sesorang melihat permata yang indah, karena tertarik sekali, dia ingin
memilikinya. Dalam hal ini orang harus mengingat kemampuannya, dan ini merupakan suatu
(59)
Cahmbanjar 32
jalan tengah. Sebab kalau diteruskan padahal tidak tercapai harga itu, tentu akan
menyebabkan miskin saja. Itulah arti dilarang menurut asal-mula, jangan sampai asal-mula
tadi dilanjutkan berakhir jelek, kalau demikian harus ditolak. Misalnya seperti tadi walau
hati tertarik sekali, tapi harus ditahan agar tidak membawa kesengsaraan. Memang asal-mula
yang timbul dari kehendak diri itu banyak yang baik, tetapi karena pengaruh nafsu, dan
orang jarang ingat hal ini, maka akhirnya semuanya serba tak terpikirkan lagi. Namun ada
pula yang asal mulanya jelek, tetapi akhirnya baik, selanjutnya ada juga pada mulanya baik
tetapi akhirnya menjadi jelek.
(60) Asal mula yang baik tetapi jelek itu, sebenarnya karena orang meninggalkan adat
kebiasaan yang dahulu sudah berhasil baik. Pada perasaannya hal itu akan menambah sifat-
sifat baik, dan terus-menerus dilakukan. Tetapi karena secara penuh nafsu, maka taktahunya
justru akhirnya menjadi rusak. Permulaan yang jelek namun berakhir baik, itu seperti halnya
Seh Malaya yang senang mengambil barang-barang milik orang lain. Pada suatu ketika
kebetulan barang yang diambil itu milik Sunan Bonang, yang telah mengetahui bahwa orang
yang mengambil barangnya itu sebenarnya orang baik. Sunan bermaksud untuk memperbaiki
orang tersebut. Seh Malaya mematuhi akan semua nasehatnya, kemudian dia dijadikan
sahabat Sunan Bonang dan patuh pada semua perintahnya. Lama kelamaan karena sangat
keras bertapa, maka akhirnya menjadi aulia hebat, bernama Seh Malaya atau Sunan Kalijaga.
Oleh karena itu orang harus ingat, apabila sesuatu bermula diawali dengan tindakan jelek,
supaya bertobat kepada Allah dan keras bertapa, supaya kelak mendapat ampun dari Tuhan
yang bersifat belas kasih akan umat-Nya itu. Dia selalu meluluskan permintaan umat-Nya,
lebih-lebih bagi orang yang bertobat masih terbuka bagi siapa saja. Sebetulnya tidak pantas
mengenai ucapan seseorang yang merasa dirinya jelek, kemudian membiarkan dirinya
menjadi jelek terus (tidak perlu tanggung-tanggung). Biar saja orang mendapatkan
keberuntungan demikian pikirnya. Pikiran semacam itu sudah terjerat setan dan nafsu
amarah yang berkobar-kobar. Dia malu untuk mundur biar hanya sejengkalpun untuk
menjadi orang yang baik. Tidak mau dia mengakui adanya martabat rendah dan tinggi, tidak
mau mengakui adanya abdi, yang diakui hanya martabat yang tinggi saja. Itu tentu tidak
mungkin. Hidup di dunia ini sejak Nabi Adam, martabat rendah dan tinggi itu memang sudah
ada. Setelah mengalami martabat yang rendah, denganterus-menerus bertapa, maka dia akan
mendapat ampun dari Tuhan.
Demikian pula bagi para nabi, ratu, wali, dan mukmin, ya pada orang-orang yang masih
makan nasi, akan mengalami hina dan mulia seperti itu.
(61)
Cahmbanjar 33
Sementara ada juga orang yang menyesali dirinya, mengapa dirinya oleh Tuhan
diciptakan beda dengan yang lain. Dalam hati dia mengumpati raja, juga lurah atau bekel
(atasannya), malahan ada pula yang mengumpati orang tuanya.
(62) Umpatan dalam hati tadi sering keluar dalam ucapannya, yang tidak disadari bahwa
sebenarnya dirinyalah yang bertindak hina, kurang rasa terima kasih dan tobat kepada
Tuhan. Padahal orang memohon kebaikan itu, harus disertai dengan laku ”laku” yang bersih.
Syukurlah apabila permohonannya diterima. Kecuali bagi orang yang telah berbuat baik
(menghutangkan) kepada raja, lurah dan bekel, karena telah menyelesaikan semua tugas yang
terlihat maupun yang tak terlihat, jelas permohonannya diterima secara lahiriah.
Apabila sudah mendapat anugerah dari Allah, dengan perantara raja (karena kasih raja
kepadanya), seharusnya orang itu tahu, berapa luas sawah pemberian raja, berapa hasilnya.
Semua tadi dihemat dan diperhitungkan, ini merupakan tindakan yang terpuji untuk
memelihara anugerah Tuhan, dan pemberian raja. Sebagai bekal orang mengabdi, harus
memperhatikan semua tugas antara lain, pakaian untuk menghadap, dan tindakan tadi
diusahakan supaya dapat bertahan.
Tidak perlu sombong, membanggakan dirinya, sifat seperti itu menghambat orang
dalam melakukan tugas.
(63) Jika seseorang ditakdirkan mempunyai kedudukan mantri, dia harus memakai adat
kebiasaan sebagai mantri, yaitu harus memperhatikan 3 hal, ialah: ”nistha”, ”madya”, dan
”utama”. Atau dengan kata (dari pandangan sudut) lain (kiri) yaitu tiga tempat : Janaloka,
Endraloka dan Guruloka. Janaloka tempat manusia pada umumnya, ya di bumi ini, sedang
Endraloka dalah istana Dewa Endra. Kemudian Guruloka ialah istana Bathara Guru. Dalam
ketiga hal tersebut berarti orang harus tahu akan sopan-santun, tahu akan tugas masing-
masing, yang baikmaupun yang jelek, serta tindakan yang hina maupun mulia.
Mengetahui Endraloka berarti tahu akan cara menyembah dewa satu-persatu.
Kemudian Guruloka, seorang mantri harus tahu cara menyembah Batara Guru ini. Adapun
cara tadi dapat dilakukan asal orang itu dapat mengetahui sarengat (peraturan agama Islam),
tarekat (pengetahuan mengenai kewajiban dalam agama Islam), serta hakekat atau
kenyataan yang ada. Dengan kata lain dia harus tahu pula akan ”nistha, madya, utama” sopan
santun, dan undang-undang negara. Demikianlah sarana kesempurnaan bagi orang hidup
yang tercantum dalam ketiga macam cara tadi.
Apabila seseorang ditakdirkan menjadi bupati, bupati itu sama dengan raja, oleh
karenanya dia mempunyai tugas mengatur daerah. Kecuali itu mempunyai pula tugas
Cahmbanjar 34
mengatur perkara yang mungkin memalukan juga, dia harus dapat bertindak supaya perkara
tadi tidak tersiar.
(64) Orang menjadi bupati tidak mudah, sebab lahir batin bertanggungjawab atas
daerahnya. Tidak boleh hanya menikmati kewibawaan serta kemuliaan itu saja, tetapi harus
selalu siap sedia. Pertama, adalah menanti perintah raja. Kedua selalu waspada terhadap
daerah di luar wilayahnya, untuk menjaga jangan sampai ada persoalan. Bilamana terjadi
persoalan, supaya dirunding dengan baik, dan jika sudah sepakat supaya cepat dilaksanakan,
tidak perlu ditunda-tunda lagi.
Sebab ini menjadikan beban pikiran saja, jangan-jangan malah dapat menimbulkan
bahaya. Ibarat sumur yang lama tidak diambil airnya, maka di dalamnya tentu penuh tanah
kotoran, beserta ijuk, beling, dan bambu-bambu kecil. Kalau dibersihkan (diambil), sukar
dan sangat berbahaya. Hal ini dapat terlaksana bila mendapat bantuan atau anugerah dari
Allah. Tetapi bukannya hanya menanti-nanti saja akan datangnya anugerah tersebut, namun
harus disertai dengan usaha pula. Biarpun nanti usaha itu berhasil dan tanah kotoran tadi
dapat terangkat, tetapi kesukaran lain masih banyak. Sama saja seperti beras yang tumpah,
bila diambil dan ditimbang (ditakar) lagi, tak mungkin kembali seperti semula. Sebenarnya
hal itu harus disadari sebab-musababnya, ternyata tiada lain karena dia mendapat murka dari
Tuhan, atas tindakannya yang sukaberlarut-larut itu. Sebab andaikata sesuatu yang menjadi
putusan tersebut cepat dikerjakan, tentu selamat. Tidak perlu berbeda pendapat semua
sepakat menjadi keputusan. Bila tak ada kesepakatan maka hasilnya mengecewakan. Sebagai
seorang bupati harus menjaga nama, harus memegang teguhpendapatnya, jika sudah menjadi
putusan, dengantekat mantap harus dilaksanakan biarpun itupenuh bahaya.
Mantap adalah sari ilmu. Di dalam hidup, agar segala kehendak orang dapat berhasil,
maka tindakannya harus disertai ilmu. Bukan hanya secara menghabiskan kekayaan orang
lain saja untuk mencapai kesenangannya.
(66) Sebagai seorang abdi, cara seperti itusangat hina dan melanggar peraturan negara yang
baik. Berbeda dengannahkoda yang kaya, yang tugasnya memang tak ikut merembug tentang
wilayah. Dia hanya memikirkan kesenangan hidupnya saja, bagaimana mendapatkan laba,
bagaimana supaya uangnya semakin bertambah, demikianlah yang dipikirkannya. Lain hal
dengan orang yang menjadi patih yang merupakan wakil raja, bila hatinya jahat terhadap
yang diwakili, itu lebih berbahaya lagi. Jadi seumpama keris (raja) dengansarungnya (patih).
Bila keris itu tak dapat masuk ke dalam sarungnya bagaimana keadaan seperti itu dapat
menjadi baik. Andaikata keduanya dapat bersatu (patih dan raja), tetapi patih tadi tak dapat
(65)
Cahmbanjar 35
memerintah para senapati dan mantri, maka kesalahan kecil dari mereka akan ditimpakan
kepadanya.
Memikirkan tentang negara. Negara yang penuh persoalan, sebenarnya didalam telah
ada pengadilan yang diatur, untuk mengadili hal yang benar dan yang salah, yang melanggar
adat dan yang menganut adat kuna. Selanjutnya hal-hal yang baik diambil untuk diterapkan
dan disesuaikan dengan zaman sekarang. Mantri sendiri tak dapat mengetrapkan hal-hal
seperti itu, sebab hanya patihlah yang berkuasa. Disini berarti bahwa sebenarnya baik
mantri, tumenggung, maupun ketua desa, dapat juga mengetrapkannya, tetapi mereka tak
berhak dan tak berguna. Kalau orang-orang tadi diberi kuasa pula, berarti merusak peraturan
itu sendiri. Jadi jelaslah siapa yang menjadi patokan, siapa yang menentukan sikap, patihlah
yang betul-betul berkuasa, melakukan segala perintah raja. Keduanya merupakan dwi
tunggal bersenyawa seperti keris masuk dalam sarung, atau sarung masuk ke dalam keris,
bersatu padu, menjadikan negara bertambah kuat.
Di dalam hukum, setiap wilayah sudah mempunyai bagian (tugas) sendiri-sendiri, patih
tinggal memeriksa saja. Disini patih harus dapat memilih orang-orang pandai sebagai perabot
desa yang sesuai denganjabatannya. Oleh pengubah nasehat yang diutarakan bagi orang yang
menjadi patih tidak perlu diperpanjang lagi. Sebab dahulu kala sudah banyak contoh
bagaimana cara melaksanakan tugas yang dapat berakhir baik, sedang, dan jelek. Seyogyanya
orang mengucap syukur kepada Tuhan karena dari kodrat Allah, dengan perantaraan raja,
seseorang dapat menjadi orang besar atau orang luhur. Kecuali itu dapat pula seseorang
bermula sebagai orang luhur, tetapi kemudian menjadi orang hina. Semuanya tadi dimaksud
untuk contoh agar dicatat dalam hati sebagai teladan anak cucu.
KINANTHI
XI. Kesebelas
Di dalam bab sebelas ini kyai Yasadipura membicarakan antara lain tentang turunnya
derajat dan berubahnya wahyu (anugerah Tuhan). Nasehat kepada generasi mendatang,
berupa pesan, supaya mereka itu mengetahui dengan seksama bahwa berkurangnya derajat
atau martabat dan berubahnya wahyu itu, disebabkan oleh rasa melik(ingin memiliki), yang
membawa ke sifat lupa. Misalnya seseorang yang melik dengan cara mengurangi pangan
orang kecil yang berpenghasilan kecil pula, itu keterlaluan. Sebenarnya hal itu hanya karena
menuruti hawa nafsu saja. Inilah yang menyebabkan berkurangnya martabat. Bukan karena
jumlahnya sedikit yang tak kentara, seperti halnya bulu badan yang lembut dicabuti tak
terasa sakit, tetapi jelas dari perbuatan itu dapat nenuman (ingin melakukan terus) nafsu jahat
(67)
(68)
Cahmbanjar 36
tersebut. Selanjutnya justru terlihat bahwa semua tindakannya menyimpang dari peraturan.
Apabila tindakan itu kemudian terlalu menyimpang, maka wahyu tadi dengan sendirinya
akan beralih. Hal ini dapat diumpamakan seperti orang yang hendak membeli barang
kesenangannya : kuda, keris, emas, permata atau kain yang bagus, ataupun barang-barang
sepele yang berharga murah. Dia menawar barang itu dengan harga tinggi, kemudian barang
diberikan atas penawarannya tadi. Tetapi orang tersebut ragu-ragu, kemudian pembelian itu
dibatalkan.
Kegagalan tadi dikarenakan oleh bermacam-macam sebab, antara lain harga barang itu
sendiri. Dia sangat menyesal, karena harga barang terlalu tinggi, jadi ia sayang akan uang
yang terbuang. Dengan demikian martabat dia akhirnya berkurang, memang sudah wajar
bahwa priyayi itu kalau membeli, uang pembayarannya malahan agak lebih dari semestinya.
Lebih-lebih bila sudah berjanji, maka bila gagal, hal itu dapat menyakitkan hati. Oleh sebab
itu tindakannya harus dijaga baik-baik sayang kalau martabatnya menjadi rusak. Sebuah
perumpamaan lagi, seandainya seseorang senang keris yang baik bentuk maupun tangguhnya
(sifat keris menurut jaman empu yang membuatnya. Sayang bahwa keris tadi sebuah wasiat,
jadi agak sukar untuk memilikinya. Tetapi karena sangat senang dan ingin memilikinya,
maka dicarinya akal keris tadi dibayar dengan harga tinggi. Yang empunya keris takut, keris
diberikan, jadi keris tersebut cara memilikinya dengan paksa. Sebenarnya bila barang itu
wasiat, cara demikian tadi tidak baik. Orang itu tak akan dapat lama memiliki barang tadi,
akhirnya wahyu itu beralih juga dari dirinya. Lain halnya apabila yang mempunyai keris
wasiat itu sendirilah yang menjual, karena dia butuh uang. Sebaiknya keris itu dibeli saja
dengan harga umum ataukah dibayar lebih tinggi dari permintaannya. Dalam jual beli tadi,
seyogyanya pembeli mengatakan bahwa wasiat tadi diminta kerelaannya, supaya sah dan
tetap menjadi miliknya. Memang wasiat itu dapat dijual karena butuh uang dengan dalih
untuk menolak kemiskinan. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa selama dirinya masih
hidup, keris itutakkan lepas dari lambungnya.
Orang yang berkata demikian tadi memang betul, selagi dia benar-benar mantap dan
dapat menetapi (memegang teguh) ucapannya. Tetapi jika ingkar, sungguh berbahaya sekali
terhadap keris yang dimuliakan dan dianggap sama seperti orang tuanya sendiri itu. Hal ini
berarti bahwa betapa berat rasanya bila orang tak mempunyai pakaian dan tidak makan,
serta tak berkepandaian pula. Bila ragu-ragu karena kurang ilmu, maka dia akan mudah
dipengaruhi iblis. Hati diarahkan ke perbuatan sesat, lalu keluarlah pikiran yang jahat, lama –
kelamaan ia menjadi penjahat.
(69)
(70)
Cahmbanjar 37
Dia mempergunakan barang pusaka untuk mencuri, karena banyak perbuatan jahat
yang telah dilakukan, maka pada suatu saat dia tertangkap. Lehernya dipukul patah, dan
meninggallah dia. Mayatnya terkapar, barang pusaka sudah dirampas oleh yang memukul.
Selanjutnya kentongan dipukul bertalu-talu, mayatnya diikat “dibongkok”, lalu dibuang,
seperti kebiasaan yang terjadi pada peristiwa seperti itu. Di sini tak ada orang yang
menggugat, demikianlah hasil orang yang kurang berpikir, tak berpengetahuan, dan tak mau
berusaha. Setelah dipukul ternyata nyawanya melayang juga. Dan ternyata khasiat yang
diandalkan dari pusakaitu telah hilang tuahnya. Besi dianggap bertuah, kalau dahulu dijual,
maka uang hasil penjualan itu dapat dipergunakan untuk modal. Hasilnya dapat dinikmati
sedikit demi sedikit untuk penangkal sifat tamak dan sombong. Jika laku dengan harga
tinggi, itusebagai upah jerih payahnya.
Sebenarnya tuah yang benar, bagi manusia hidup, bukannya tuah dari tombak-keris
tetapi berasal dari petunjuk-petunjuk atau nasehat-nasehat yang baik. Kepercayaan pada
barang lahiriah tak dapat membentuk hati baik. Biarpun dia mempunyai wasiat buatan
Pejajaran, yang terkenal baik, juga buatan Siyung Wanara, tak akan dapat merubah sifat dan
hati pemiliknya menjadi baik, kalau hatinya memang jahat. Di sini si setan menggoda, wahyu
orang tadi dan tuah dari wasiat yang diandalkannya lari terbirit-birit, ternyata wasiat itu tak
berguna lagi.
Seperti kisah di jaman dahulu yaitu putra sang Resi Drona. Aswatama mempunyai
pusaka yang sangat diandalkan. Pusaka tadi hadiah dari Dewa, berupa sebuah panah
bernama Cundhamanik. Panah milik Aswatama itu untuk menumpas kedurhakaan, tetapi
digunakannya untukmencuri di daerah (pakuwon) perkemahan Pandawa.
Kita ringkas saja cerita ini, Aswatama mendapat murka dari Dewa, Dewa Warna turun,
dan pusaka Chundamanik dimintanya. Kemudian pusaka itu diberikan pada keluarga
Pandhawa, Aswatama tinggal “melongoh” tak bekutik. Dia mohon ampun tetapi tidak
dikabulkan oleh sang Kresna, maka hilanglah wahyu Aswatama dan hukuman pancunglah
yang diterimanya.
Kisah dari sudut lain ialah sewaktu Sunan Giri, tidak menghadap ke Majapahit, rakyat
seluruh daerah Giri dapat dikuasainya. Sang Prabu Majapahit memberi perintah pada para
perwira untuk menggempur Giri, dengan perlengkapan perang yang besar. Setiba di Giri
pasukan tersebut menyerang, rakyat berlarian mengabarkan kepada Sunan Giri kalau ada
musuh besar datang menyerang. Pada waktu itu Sunan Giri sedang asyik menulis atau
membuat buku, yang ditulisnya itu buku mengenai islam. Anak istrinya menangis bersama,
dengan cepat sunan Giri membuang alat tulisnya yang segera berubah menjadi keris. Keris
(71)
(72)
Cahmbanjar 38
tersebut lalu mengamuk menghadapi musuh. Kangjeng Sunan enak-enak duduk, hanya alat
tulisnya saja yang mengamuk. Beberapa orang meninggal terbunuh oleh keris tadi, sedang
yang lain melarikan diri pulang ke Majapahit. Kalammunyeng demikian nama keris itu, lalu
kembali menghadap Sunan Giri. Kangjeng Sunan bersabda. “ Hai kalammunyeng, karena kau
terjadi dari kalam, maka kembalilah kau menjadi kalam lagi”. Kalammunyeng segera berubah
menjadi alat tulis kembali. Demikianlah hasil tindakutama dan hati sempurna, dari sikap dan
perbuatan seorang wali. Oleh sebab itu janganlah slah tafsir, mencela orang yang membuat
perumpamaan ini, sebab belum tentu setiap orang dapat menirunya. Orang yang salah tafsir
berarti mengaburkan maksud perumpamaan tersebut. Meskipun seseorang dapat bersikap
baik dan menganut para wali, tetapi mustahil jika dia dapat meniru sikap dan tindakan
seorang wali dalam hal perbuatan dan budi pekerti yang baik. Misalnya dapat meniru, ya
hanya seperseratus saja bahkan hanya sepersepuluh ribunya dari sikap dan perbuatan wali.
Sedang seluruh orang Tanah Jawa yang beragama islam, semua mencontoh para wali
tersebut.
Di sini penggubah minta kepada kita supaya membandingkan kebesaran Nabi
Muhammad dengan para wali. Lebih mulia dan luhur siapakah sebenarnya, Sali atau
kangjeng Nabi. Kangjeng Nabi yang jelas sah mengemban perintah Allah, menjadi contoh di
dunia bagi mereka yang menganut beliau.
Oleh sebab itulah beliau ini mendapat sebutan Nabi Panutan yang berarti dapat ditiru
semua perbuatan beliau.
(73) Dengan demikian penggubah tak perlu memperpanjang perumpamaan-perumpamaan,
walaupun ada diantaranya yang menertawakan penggubah. Sebab orang muda jaman
sekarang ini banyak yang pandai memakai cerita Rama bahasa Jawa Kuna (Kawi) dan
biarpun pandai tetapi hatinya penasaran, tergesa-gesa mencela orang lain. Padahal belum
dipertimbangkan masak-masak, apalagi mengerit persoalan tersebut. Maklumlah, sewaktu
penulis sendiri masih muda, kerap kali juga suka mencela orang lain, karena merasa dirinya
lebih pintar.
Ada seorang pujangga berasal dari Ngeksiganda, pendapatnya oleh penggubah tiaphari
selalu di sanggah, baik mengenai tulisan maupun bahasanya. Ternyata orang tadi memang
bukan pujangga betul-betul. Artinya orang tersebut tidak memiliki kepandaian benar-benar,
masih meminjam kesana-kemari, berserabutan takkaruan. Penggubah sendiri heran, dan kini
setelah merasa berumur, menyesal juga, jangan-jangan sifat keras hatinya ketika masih muda
akan berlarut-larut sehingga hal itu tentu berakibat tidak baik.
Cahmbanjar 39
DHANDHANGGULA
Dalam bagian ini penggubah masih membicarakan tentang sikap atau tindakan yang
menyebabkan turunnya derajat. Dikatakan bahwa anak cucu dilarang membuat rumah yang
berlebih-lebihan besar, bagus dan indahnya hiasan, dalam arti takboleh melebihi ukuran. Hal
ini pasti tidak dapat diubah akan turunnya derajat, sementara ada perubahan martabat,
dalam jaman pangiwa maupun panengen. Hal tersebut sejak Nabi Adam hingga jaman
sekarang, tahun Alip (1747), bagi orang besar maupun kecil ternyata tak ada bedanya. Dahulu
di tanah Arab, para raja membuat istana yang menyerupai surga, ternyata bahwa mereka itu
tak ada yang selamat. Jaman pangiwa demikian pula. Para raja yang kuat baik berupa raksasa
maupun manusia, yang membuat istana seperti surga juga tak ada yang selamat. Sedang
sekarang rakyat kecil di desa-desa maupun di kota, serta para orang besar yang lain, tak
diperkenankan membuat rumah besar seperti tersebut di atas. Demikian pula bagi raja-raja,
karena itu sudah umum termasuk dalam adat. Adakah benda penangkal agar orang tak
mengalami kemerosotan derajat karena hal tersebut. Penggubahnya berani memastikan
dengan taruhan potong leher atau bayaran berapa saja, asal langit dan dunia ini masih ada,
demikian pula bulan, bintang dan matahari masih bersinar, jelas hal itu takdapat dirubah.
Penggubah merasa tobat terhadap Tuhan, karena telah terlanjur dalam ucapannya, yang
berani menentukan sesuatu. Hal ini disebabkan oleh hati yang mendongkol, karena memberi
nasehat kepada anak cucu sendiri, tetapi tak diperhatikannya. Nasehat yang diambil dari
ilmu adat jaman dahulu, Karena berkat Tuhan, maka semua tadi dapat dipetik sebagai
contoh. Ada segolongan yang menyatakan, bahwa lebih baik mengurus pekarangan
(halaman), dengansebaik-baiknya saja, supaya mendapat dua macam pujian. Pujian pertama,
ialah setiap orang yang melihat, mengatakan pekaranganitu bagus dan bersih, mengenakkan
hati. Pujian kedua, yaitu pujian dari tuannya, yang menandakan bahwa dia mendapat berkat
dari raja. Ucapan itu memang betul, juga, tetapi sebaiknya takberguna bagi jiwa dan raga, itu
hanya pujian basa-basi saja. Sedang pujian yang betul-betul berguna lahir batin ialah yang
berasal dari “gusti” (majikan). Pujian tadi pujian yang tulus keluar dari hati sanubarinya,
dapat menyegarkan badan. Biarpun seseorang mempunyai rumah bagus, namun dalam
tugasnya selalu salah dan tak cekatan, tak urung akan dimarahinya juga.
Sedangkan pujian yang berasal dari banyak orang, itu merupakan pujian kosong, hanya
dapat dibuat penopang balai-balai saja. Ada orang menyanjung, kebetulan orang yang
menyanjung tadi, bertamu ke rumah seseorang. Karena tidak dijamu, maka sanjungannya
tidak berkobar-kobar lagi, akhirnya hilang dan disertai perut kosong dia kembali pulang.
(74)
(75)
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu
Serat Sana Sunu

More Related Content

What's hot

AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURUAKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURUMoh Holili
 
Bulletin Yasalunaka Edisi 03
Bulletin Yasalunaka Edisi 03Bulletin Yasalunaka Edisi 03
Bulletin Yasalunaka Edisi 03dewankyai
 
problematika perbuatan baik
problematika perbuatan baikproblematika perbuatan baik
problematika perbuatan baikAula Nikmah
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktuAndri Yan
 
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019Muhammad Romdloni
 
Sayang, Patuh dan Hormat kepada Orang Tua dan Guru
Sayang, Patuh dan Hormatkepada Orang Tua dan GuruSayang, Patuh dan Hormatkepada Orang Tua dan Guru
Sayang, Patuh dan Hormat kepada Orang Tua dan GuruDea Aulia
 
Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013
Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013
Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013mardiyanto83
 
Kepimpinan remaja
Kepimpinan remajaKepimpinan remaja
Kepimpinan remajaHasan_93
 
Hadits mendidk anak
Hadits mendidk anakHadits mendidk anak
Hadits mendidk anakRaushan Fikr
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Agama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Agama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guruAgama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Agama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guruYogi andreansyah
 
Pendidikan anak islami
Pendidikan anak islamiPendidikan anak islami
Pendidikan anak islamiAgus Salim
 
Pendidikan pranatal menurut agama islam
Pendidikan pranatal menurut agama islamPendidikan pranatal menurut agama islam
Pendidikan pranatal menurut agama islamBahrun Murtopo
 
Adab Terhadap Orangtua dan Guru
Adab Terhadap Orangtua dan GuruAdab Terhadap Orangtua dan Guru
Adab Terhadap Orangtua dan GuruMike Yunita
 

What's hot (20)

Kelompok 3 pai bab 8
Kelompok 3 pai bab 8Kelompok 3 pai bab 8
Kelompok 3 pai bab 8
 
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURUAKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA DAN MURID TERHADAP GURU
 
Bulletin Yasalunaka Edisi 03
Bulletin Yasalunaka Edisi 03Bulletin Yasalunaka Edisi 03
Bulletin Yasalunaka Edisi 03
 
Peringatan Akhir Zaman
Peringatan  Akhir Zaman Peringatan  Akhir Zaman
Peringatan Akhir Zaman
 
Anugerah ilahi rumi
Anugerah ilahi rumiAnugerah ilahi rumi
Anugerah ilahi rumi
 
problematika perbuatan baik
problematika perbuatan baikproblematika perbuatan baik
problematika perbuatan baik
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Bab 4 akhlak terpuji
Bab 4 akhlak terpujiBab 4 akhlak terpuji
Bab 4 akhlak terpuji
 
Insan cemerlang dunia akhirat
Insan cemerlang dunia akhiratInsan cemerlang dunia akhirat
Insan cemerlang dunia akhirat
 
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
 
Sayang, Patuh dan Hormat kepada Orang Tua dan Guru
Sayang, Patuh dan Hormatkepada Orang Tua dan GuruSayang, Patuh dan Hormatkepada Orang Tua dan Guru
Sayang, Patuh dan Hormat kepada Orang Tua dan Guru
 
WRITER'S WEEK 2
WRITER'S WEEK 2WRITER'S WEEK 2
WRITER'S WEEK 2
 
Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013
Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013
Tryout usbn sd pendidikan agama islam 2013
 
Kepimpinan remaja
Kepimpinan remajaKepimpinan remaja
Kepimpinan remaja
 
Hadits mendidk anak
Hadits mendidk anakHadits mendidk anak
Hadits mendidk anak
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
 
Agama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Agama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guruAgama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Agama islam tentang : Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
 
Pendidikan anak islami
Pendidikan anak islamiPendidikan anak islami
Pendidikan anak islami
 
Pendidikan pranatal menurut agama islam
Pendidikan pranatal menurut agama islamPendidikan pranatal menurut agama islam
Pendidikan pranatal menurut agama islam
 
Adab Terhadap Orangtua dan Guru
Adab Terhadap Orangtua dan GuruAdab Terhadap Orangtua dan Guru
Adab Terhadap Orangtua dan Guru
 

Similar to Serat Sana Sunu

TUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docxTUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docxanwarjuli
 
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docxTUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docxanwarjuli
 
Latihan beristiqomah
Latihan beristiqomahLatihan beristiqomah
Latihan beristiqomahAgus Yasin
 
Paparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptx
Paparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptxPaparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptx
Paparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptxIlhamHadikusuma1
 
Tujuan hidup manusia[1]
Tujuan hidup manusia[1]Tujuan hidup manusia[1]
Tujuan hidup manusia[1]Yanuaribadi
 
Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1
Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1
Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1arifin2484
 
Tafsir Al azhar 103 al ashr
Tafsir Al azhar 103 al ashrTafsir Al azhar 103 al ashr
Tafsir Al azhar 103 al ashrMuhammad Idris
 
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MIMateri Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MIM Samsul Hadi
 
Pembahasan kisi kisi mapel aqidah
Pembahasan kisi kisi mapel aqidahPembahasan kisi kisi mapel aqidah
Pembahasan kisi kisi mapel aqidahelyannara
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8sitisarahrahmania
 
Akhlak juz 3
Akhlak juz 3Akhlak juz 3
Akhlak juz 3KangErul
 
Wejangan Syekh Abdul Qadir Jaelani
Wejangan Syekh Abdul Qadir JaelaniWejangan Syekh Abdul Qadir Jaelani
Wejangan Syekh Abdul Qadir JaelaniDwie Hermanie
 

Similar to Serat Sana Sunu (20)

Pengembangan diri
Pengembangan diriPengembangan diri
Pengembangan diri
 
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docxTUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
 
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docxTUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
TUJUAN HIDUP MANUSIA.docx
 
Kkn
KknKkn
Kkn
 
Latihan beristiqomah
Latihan beristiqomahLatihan beristiqomah
Latihan beristiqomah
 
Jaim Itu Penting
Jaim Itu PentingJaim Itu Penting
Jaim Itu Penting
 
Paparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptx
Paparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptxPaparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptx
Paparan Perilaku Terpuji Menurut Agama.pptx
 
Puasa membentuk akhlak mulya
Puasa membentuk akhlak mulyaPuasa membentuk akhlak mulya
Puasa membentuk akhlak mulya
 
Tujuan hidup manusia[1]
Tujuan hidup manusia[1]Tujuan hidup manusia[1]
Tujuan hidup manusia[1]
 
Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1
Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1
Majalah Anak Muslim Jurnal vol 1
 
Tafsir Al azhar 103 al ashr
Tafsir Al azhar 103 al ashrTafsir Al azhar 103 al ashr
Tafsir Al azhar 103 al ashr
 
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MIMateri Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
 
Pembahasan kisi kisi mapel aqidah
Pembahasan kisi kisi mapel aqidahPembahasan kisi kisi mapel aqidah
Pembahasan kisi kisi mapel aqidah
 
Fitrah.pptx
Fitrah.pptxFitrah.pptx
Fitrah.pptx
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 8
 
Dzikir dan 7 sunah rosul
Dzikir dan 7 sunah rosulDzikir dan 7 sunah rosul
Dzikir dan 7 sunah rosul
 
Akhlak
Akhlak Akhlak
Akhlak
 
Akhlak juz 3
Akhlak juz 3Akhlak juz 3
Akhlak juz 3
 
Wejangan Syekh Abdul Qadir Jaelani
Wejangan Syekh Abdul Qadir JaelaniWejangan Syekh Abdul Qadir Jaelani
Wejangan Syekh Abdul Qadir Jaelani
 
Belajar berpikir
Belajar berpikirBelajar berpikir
Belajar berpikir
 

More from br3k3l3

Serat Wirid
Serat WiridSerat Wirid
Serat Wiridbr3k3l3
 
Serat Nitiprana
Serat NitipranaSerat Nitiprana
Serat Nitipranabr3k3l3
 
Serat cemporet - part2
Serat cemporet - part2Serat cemporet - part2
Serat cemporet - part2br3k3l3
 
Serat Cemporet - part1
Serat Cemporet - part1Serat Cemporet - part1
Serat Cemporet - part1br3k3l3
 
Transkripsi dan Transliterasi Serat Nabi Yusuf
Transkripsi dan Transliterasi Serat Nabi YusufTranskripsi dan Transliterasi Serat Nabi Yusuf
Transkripsi dan Transliterasi Serat Nabi Yusufbr3k3l3
 
Transkripsi dan Transliterasi Serat Darmasonya
Transkripsi dan Transliterasi Serat DarmasonyaTranskripsi dan Transliterasi Serat Darmasonya
Transkripsi dan Transliterasi Serat Darmasonyabr3k3l3
 
Transkripsi dan Transliterasi Babad Prambanan
Transkripsi dan Transliterasi Babad PrambananTranskripsi dan Transliterasi Babad Prambanan
Transkripsi dan Transliterasi Babad Prambananbr3k3l3
 
Transkripsi dan Transliterasi Babad Cina
Transkripsi dan Transliterasi Babad CinaTranskripsi dan Transliterasi Babad Cina
Transkripsi dan Transliterasi Babad Cinabr3k3l3
 
Transkripsi dan Transliterasi Serat Warna Warni
Transkripsi dan Transliterasi Serat Warna WarniTranskripsi dan Transliterasi Serat Warna Warni
Transkripsi dan Transliterasi Serat Warna Warnibr3k3l3
 
Pathokan Pedhalangan Gagrag Banyumas
Pathokan Pedhalangan Gagrag BanyumasPathokan Pedhalangan Gagrag Banyumas
Pathokan Pedhalangan Gagrag Banyumasbr3k3l3
 

More from br3k3l3 (10)

Serat Wirid
Serat WiridSerat Wirid
Serat Wirid
 
Serat Nitiprana
Serat NitipranaSerat Nitiprana
Serat Nitiprana
 
Serat cemporet - part2
Serat cemporet - part2Serat cemporet - part2
Serat cemporet - part2
 
Serat Cemporet - part1
Serat Cemporet - part1Serat Cemporet - part1
Serat Cemporet - part1
 
Transkripsi dan Transliterasi Serat Nabi Yusuf
Transkripsi dan Transliterasi Serat Nabi YusufTranskripsi dan Transliterasi Serat Nabi Yusuf
Transkripsi dan Transliterasi Serat Nabi Yusuf
 
Transkripsi dan Transliterasi Serat Darmasonya
Transkripsi dan Transliterasi Serat DarmasonyaTranskripsi dan Transliterasi Serat Darmasonya
Transkripsi dan Transliterasi Serat Darmasonya
 
Transkripsi dan Transliterasi Babad Prambanan
Transkripsi dan Transliterasi Babad PrambananTranskripsi dan Transliterasi Babad Prambanan
Transkripsi dan Transliterasi Babad Prambanan
 
Transkripsi dan Transliterasi Babad Cina
Transkripsi dan Transliterasi Babad CinaTranskripsi dan Transliterasi Babad Cina
Transkripsi dan Transliterasi Babad Cina
 
Transkripsi dan Transliterasi Serat Warna Warni
Transkripsi dan Transliterasi Serat Warna WarniTranskripsi dan Transliterasi Serat Warna Warni
Transkripsi dan Transliterasi Serat Warna Warni
 
Pathokan Pedhalangan Gagrag Banyumas
Pathokan Pedhalangan Gagrag BanyumasPathokan Pedhalangan Gagrag Banyumas
Pathokan Pedhalangan Gagrag Banyumas
 

Recently uploaded

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 

Recently uploaded (20)

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 

Serat Sana Sunu

  • 1.
  • 2. Cahmbanjar 1 SERAT SANA SUNU Bahasa Indonesia DHANDHANGGULA (1) Dengan disertai doa agar dijauhkan dari bahaya dan disucikan oleh Sang Mahakuasa, hendaknya berhasil baik dalam menyusun rangkaian nasehat atau petuah ini, supaya dapat dijadikan pelajaran bagi anak cucu di kemudian hari. Pembuatan buku ini ditandai dengan sangkalan tahun, Sapta Catur Swareng Janmi atau tahun 1747 Jawa (tahun 1819 M). Penggubah memaksa diri untuk memberi nasehat kepada anak-anak yang telah berumur supaya mereka selamat dari segalanya. Sang Pujangga berusaha berbuat demikian karena bermaksud, agar petuahnya dapat menjadi teladan bagi kita yang hidup ini. Bukankah kita selalu berharap, agar hidup kita selamat. Maka kita diminta supaya dapat menerima petunjuk yang berupa nasehat-nasehat ini. Adapun nasehat-nasehat tersebut dibuat dengan didasari kesabaran dan kejujuran, agar dapat menimbulkan gairah serta ketekunan. Lama-kelamaan hasil itu dapat menjadi neraca dan dapat mengikatnya seperti tali. Penggubah atau penulis petuah ini, tiada lain ialah Kyai Yasadipura, dengan diiringi ucapan wahai seluruh anak cucu kami laksanakanlah hal-hal seperti terurai di bawah ini. Bagaimanakah seharusnya tindakan orang hidup itu, maka untuk dapat dikenang, nasehat-nasehat tersebut dibagi dalam 12 macam : (2) Pertama : Mengingatkan kitabahwa kitaini adalah umat. Kedua : Kita harus ingat bahwa kita telah mendapatkan sandang dan pangan. Ketiga : Kita wajib berusaha, terutama sandang dan rejeki yang harus keluar dari jerih payah sendiri. Keempat : Atas perintah Tuhan kita diseyogyakan masuk Islam mengikuti jejak Nabi Muhammad. Kelima : Pakaian dan kegemaran. Keenam : Menyangkut cara bergaul dengansesamaumat. Ketujuh : Bagaimana jikamakan di rumah, tidur, berjalan dan berpakaian, jikapergi dari rumah. Kedelapan : Mengenai penyambutan tamu. Kesembilan : Bagaimana orang bertutur kata dan mengeluarkan pendapat. Kesepuluh : Besarkecilnya martabat manusia sebagai makhlukTuhan.
  • 3. Cahmbanjar 2 Kesebelas : Sebab-musabab adanya makhluk Tuhan, turunnya derajat, dan berubahnya wahyu. Keduabelas: Perubahan dunia. Untuk jelasnya, tiap-tiap macam atau bab itu diterangkan satu demi satu. I. Pertama Diingatkan bahwa kita dijadikan oleh Tuhan dari semula tidak ada, kemudian dijadikan manusia berasal dari sinar Kangjeng Nabi Muhammad. Untunglah bahwa kita ini tak dijadikan oleh Allah menjadi hewan. Oleh sebab itu kita wajib mengucap syukur, kepada Yang Mahakuasa, dan harus selalu menjaga hidup kita. Hati bulat pasrah terhadap Nya, dan tak boleh mendendam sebab bila ada kehendak Tuhan sewaktu-waktu mengambil nyawa kita, kita tentu akan menghadapnya. Memang hidup manusia ini mengenai usia panjang pendeknya tak dapat ditentukan. Oleh karena itu janganlah mengira bahwa kita ini akan hidup lama, dan pula janganmengira bahwa kita hidup hanya sebentar saja. Ini bukan urusan kita, tentang usia panjang dan pendek itu memang sudah takdir. Hanya kita diminta memikirkan tentang mati dalam hidup. Artinya mematikan hawa nafsu. Karena kita ini dijadikan oleh Tuhan, maka tak usah khawatir. Kita diberi kemampuan, oleh sebab itu asal dengan keinginan yang betul-betul, makakita pasti dapat melaksanakannya. II. Kedua Manusia (kita) dilahirkan di dunia dengan diberi sandang dan pangan harus diingat bahwa sandang lebih dahulu (tua) daripada pangan. Seperti halnya manusia yang lahir dari rahim ibu, masih bayi bukannya terus disuapi, melainkan disiapkan lebih dahulu lampin- lampinnya. Itulah sandang, pangan, kekayaan dan rejeki, semua tadi adalah pemberian Tuhan. Disini dapat diibaratkan bahwa kekayaanadalah sebagai istri tua, sedang rejeki sebagai istri muda, dan kita harus dapat mengasuh keduanya. Kekayaan atau keduniawian yang diumpamakan sebagai istri tua tadi, akan ikut serta selama kita hidup sampai mati. Sedangkan rejeki yang seakan-akan menjadi istri muda akan menjadi kekuatan hidup kita. Manusia harus dapat mengasuhnya, dan jangan sampai keduanya itu patah hati. (4) Apabila kedua pemberian tadi pergi (lepas), maka hilangnya akan cepat sekali, bagaikan kilat menyambar saja, dan kita tak mungkin dapat mengejarnya. Badan kita akan terseret, rusak, dan akhirnya menjadi hina. Selanjutnya manusia akan selalu ragu-ragu dan (3)
  • 4. Cahmbanjar 3 gelisah, selalu salah pengertian. Apa saja yang diinginkannya luput, menggapai-gapai tak sampai. Itulah akibat tak tahan ditinggalkan oleh kedua istri tersebut. Sehingga menyebabkan hilangnya rasa kemanusiaan, suka mengambil istri orang lain, tak ubahnya seperti binatang yang berada di hutan saja. Apa yang dikerjakan kemudian; tiada lain menjambret, menggunting, mencuri. Padahal kalau itu diketahui, umur kitalah yang menjadi ganti. Jasad kita akan tersia-sia terkapar seperti hewan. Oleh sebab itu, penulis mengingatkan kita, supaya melaksanakan cara mengasuh pemberian tersebut dengan baik, yaitu secara mengasihi keduanya. Tetapi harus diingat, bahwa kedua istri itu jangan sampai pergi, karena terlalu kita kasihi. Orang tak boleh selalu berkasih mesra, memanjakan kekasih, mengabulkan semua kehendaknya, sehingga lupa kepada yang memberi (Tuhan). Tindakan yang demikian, yang mengutamakan kemewahan dan seolah-olah itulah yang disembah, dapat menyebabkan kelemahan diri, dan orang akan menemui sial. Dia tak dapat berjalan karena kegemukan, serta kekenyangan, sehingga apabila berjalan akan terjungkal menggelundung masuk ke dalam jurang. Disana terbentur batu, hancur, dan celakalah dia tak berharga sama sekali. Badan sengsara tak ada yang memperhatikan. (5) Oleh karena itu kita tidak boleh berbuat demikian, sedang-sedang sajalah. Rejeki dan kekayaan itu janganterlalu kita cintai. III. Ketiga Allah memerintahkan supaya manusia mencari sandang pangan dari hasil jerih payah sendiri. Di dunia ini banyak sekali pekerjaan untukmencukupi sandang pangan. Sedang yang terbaik, sekali lagi adalah hasil yang keluar dari cucuran peluh sendiri. Mengenai orang mencari nafkah mempunyai batas-batas tersendiri, yaitu orang laki- laki memikul kayu, dan yang perempuan menggendong tenggok (bakul). Demikianlah ibarat jika badan sedang sial, maka laki-perempuan masing-masing menggendong dan memikul. Lain halnya, bila baru diistimewakan oleh Tuhan, maka mencari sandang pangan pun sangat mudah. Tetapi andaikata mudah, orang harus waspada. Sebab uang yang tidak halal, biar banyak, tetapi belum sah jangan mau, dan jangan diambil. Lebih baik uang itu sedikit, tetapi diperoleh dari penghasilan sendiri, artinya pendapatan yang sah menurut hukum. Penulis berpesan, bila orang mencari nafkah, janganlah dengan cara meminjamkan uang denganberbunga. Sebab biarpun itu cepat kaya tetapi cara tadi tidaklayak dilakukan. Hal itu dapat menyebabkan sengsara, karena cara tersebut bukan peninggalan nenek moyang.
  • 5. Cahmbanjar 4 Dikatakan disini, bahwa pekerjaan yang baik itu bersawah, bertanam padi, pokoknya menjadi petani. Bersawah memang rangkaian pekerjaannya, banyak yang perlu dilaksanakan denganrajindan tekun. Ya, memang berat orang mencari penghasilan itu. (6) Orang mencari nafkah tidak boleh dianggap ringan, sebab manusia itu berakal. Jika tak berhasil dengan cara begini atau begitu, coba dengan cara lain sehingga berhasil. Lain halnya dengan hewan yang tak berakal, mencari makan hanya dengan mulutnya saja. Datang di tempat, terus makan daun ataupun rumput. Sesudah berhasil, orang harus menerimanya dengan besar hati dan mengucap syukur kepada Tuhan. Biar hasil itu hanya sedikit tetapi itu adalah pemberian Allah. Masih untung diberi, daripada tidak. Seperti halnya mereka yang tak dapat mencari rejeki, yang penghasilannya hanya dari meminta-minta saja. Itu sebenarnya diberi, tetapi rahmat Tuhan yang baik itu putus tidak diteruskan. Hasilnya sudah diambil, tentu saja terhalang tak dapat diperoleh, hal ini karena anugerah Allah telah dilepaskannya. Akal orang tersebut sudah keruh, sebab ketika masih anak-anak memang kurang ajar. Setelah tua terikat iblis, dengan demikian ia tak mampu berbuat apapun. Andaikata dia itu mau berbuat sesuatu, jika memang tidak dapat bersawah, ya menjadi tukang pandai besi, ataupun membuat barang-barang dari tembaga, dan lain-lain. Sebenarnya kalau dia belum dapat seharusnya belajar lebih dahulu. Pekerjaan bagi manusia itu banyak, baik yang ringan maupun berat. Misalnya mengabdi, ya harus mau mendekat, rajin mengawal serta berhati jujur. Manusia diingatkan, bahwa mereka harus sadar bahwa orang itumudah sekali sial. Tidak boleh membanggakan, bahwa bapak ibu masih hidup, masih ditunggui, dan cukup mengabdi majikan dengan baik. Bila demikian keinginan manusia, budinya akan sempit, kosong, tak berilmu, karena hanya membanggakan bahwa masih muda. SINOM IV. Keempat (7) Hal yang keempat menyangkut : bahwa karena titah Tuhanlah maka orang harus masuk Islam, mengikuti Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tidak boleh meninggalkan sarengat maupun perintah Nabi baik yang tergolong sunah, wajib, wenang, dan mokal. Harus berusaha dapat melakukan mana yang batal, haram, halal, musabiyah, dan jangan lupa akan kelima rukun Islam itu. Jika tak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima, berarti tak dapat ke Baitullah (kabah) naik haji, maka keempat rukun Islam yang lain itu sajalah jangan sampai diabaikan.
  • 6. Cahmbanjar 5 Sarengat merupakan tindakan badaniah, tarekat tindakan batiniah, sedang hakekat adalah ulah nyawa dan makripat ulah rasa, semua tadi harus diketahui cara- cara melakukannya. Sarengat tak boleh ditinggalkan, karena dapat menyebabkan dirinya lemah. Tentu saja tidak akan mungkin menyamai sarengat Nabi, itu dilarang dan juga tak akan mampu. Kecuali kalau orang itu memang dikehendaki Allah menjadi mukmin sejati, atau orang yang benar-benar percaya pada Allah. Orang harus beragama, tidak boleh menyembah berhala. Lagi pula tak boleh kafir, dan tidak boleh melanggar peraturan agama. Karena dasar manusia itu memang lemah, ya paling tidak tentu berbuat maksiat atau tindakan yang berdosa. Kalau hanya berbuat maksiat saja, mungkin penyesalan yang dilakukan siang malam atas dosa-dosanya yang telah dilakukannya akan diampuni Tuhan. (8) Tetapi jika orang kafir, menyembah berhala, sukarlah mendapatkan ampun. Padahal kalau penyesalan atas dosanya itu tak diterima Tuhan, maka bencanalah yang akan ditemuinya. Sarengat merupakan wadah sopan santun, sekali lagi tak boleh ditinggalkan. Orang meninggalkan sopan-santun, tidak mustahil menjadi tempat setan, tempat dosa yang besar. Kangjeng Rasul akan marah kepada orang itu. Kemurkaan Rasullollah berarti pula kemurkaan Tuhan ; ya allah ya Rasullollah. Sebab itu orang harus ingat dan percaya aka nisi kitab, dan siapa yang tak dapat melakukan hal itu, jangan mencela dan menegurnya. Memang ada sementara orang yang menertawakan orang bersembahyang. Dia itu kerasukan setan, justru dia sendiri tidak menjalankannya. Ada juga yang menjalankan sembahyang, tetapi suku berolok-olok, menertawai orang lain. Ini seperti halnya orang minum arak(minuman keras), yang berolok-olok sambil mengatakan bahwa minum arak itu tidak haram, melainkan halal. Orang yang menyatakan demikian tadi berbuat dosa dua kali. Pertama menghalalkan minumam keras, kedua ia sendiri justru minum arak yang merupakan minumam larangan. Sebab itulah orang harus berhati-hati, tidak seenaknya berbicara dan melanggar larangan- larangan. Barang terlarang tak boleh dilakukan, pertama haram, kedua tidak berguna. Hal yang tak penting hanya dibuat porak poranda, sesuka hati, yang sebenarnya tidak seimbang dengan dosanya. Sudah jelas bahwa orang minum arak itu pasti mabuk. Jika mabuknya tidak baik, maka badan menjadi rusak, hati bergejolakseperti akan menelan bumi, sopan-santun dan kehati-hatiannya sudah hilang. Jika mabuknya orang itu baik, maka badannya hanya lemas saja tak berdaya. Kekhusukannya terhadap Tuhan berkurang, hatinya menjadi bingung, lupa bagaimana cara (9)
  • 7. Cahmbanjar 6 mencari tindakan yang betul. Orang yang lupa kepada Tuhan berarti menghilangkan perbuatan baik, dia akan rugi tak mendapat untung, tidak kasihan serta mempersakit diri sendiri. Dituturkan bahwa mabuk itu ada lima macam : Pertama, mabuk pada minuman keras. Telah diuraikan di depan bahwa akibatnya tidak baik. Kedua, mabuknya orang muda dan lagi berwajah tampan, bahkan dalam berpakaian pun tidak kekurangan. Pada perasaannya tak ada orang lain yang tampan selain dirinya. Hanya dia sendirilah yang rupawan. Itulah dia orang yang mabuk, yang selalu memperhatikan diri sendiri saja. Sebenarnya yang disebut bagus itu ada dua hal : (1) Kebagusan wajah ; (2) Kebagusan hati. Walaupun wajahnya tampan tetapi berhati jahat, tentu menjadi orang jahat pula. Semua tindakannya rusuh, hatinya penuh angkara murka. Itulah mabuknya orang muda, apa yang dikerjakan serba kuat dan tanpa perhitungan. Sungguh semua hal tadi jelas terhalang. (10) Ketiga, ialah mabuk akan kemewahan. Artinya senang akan mewah yang berlebih- lebihan. Siang malam ingin menikmati kemewahan itu, makan enak, tidur enak. Tak aka nada habisnya bilaorang yang mabukkemewahan tersebut dibicarakan. Keempat, yaitu mabukyang timbul dari hawa nafsu. Nafsu yang berlarut-larut yang tak dikendalikan sedikitpun, baik terhadap istri, pembantu, maupun orang lain. Kepada mereka dia berbicara keras dan kasar serta ringan tangan. Belum tentu mereka itu salah, tanpa kesabaran, tanpa diteliti lebih dahulu, belum selesai memeriksanya, sudah tergesa-gesa marah. Kelima, ialah mabuk kesenangan, kesenangan apasaja yang melampaui batas. Sebenarnya kelima macam mabuk tersebut, sama haramnya dengan mabuk arak. Semua tindakan yang menyebabkan lupa terhadap Tuhan, tak boleh dilakukan. Apabila manusia telah terbelenggu oleh kelima mabuk tadi, maka tak urung akan menjadi hina-dina, dan menderita sengsara dunia. Tak usah menanti di akhirat, di dunia pun sudah terjadi kesengsaraan yang timbul karena melanggar laranganitu. Penggubah mengingatkan bahwa haram itu bagaikan “aling-aling” atau penutup, jadi menutup hati manusia sehingga lupakepada Tuhan. Sedang halal itu termasuk baik, hati suci tiada tertutup, tidak lupa kepada Tuhan. (11) Demikian bila orang dapat menjadi hamba Tuhan yang baik, maka dia akan menolak semua barang yang terlarang jangan seperti ucapan orang sinting, yang mengatakan bahwa dengan ucapan pun pasti diterima oleh Allah. Dikatakan oleh orang ahli hakekat (ilmu
  • 8. Cahmbanjar 7 kenyataan) yang menerima nasehat dari gurunya, bahwa haram suba’at itu tidak ada, semuanya dianggap halal. Ucapan orang itu sungguh gila, ucapan orang yang telah terbelenggu setan, pasti nanti mendapat murka dari Tuhan. Adapun tindakan yang baik ialah tindakan yang sungguh- sungguh mampu sampai ke hakekat yang benar. Beralih ke ilmu makrifat (pandangan terhadap sifat-sifat Allah), yang hanya dapat dikuasai oleh orang yang telah memperoleh kasih Tuhan. Orang seperti itu, tindakan yang dianggap halal pun belum tentu mau melaksanakannya, lebih-lebih tindakan yang haram. Bila orang dapat bertindak seperti tersebut, dan mendapatkan wahyu Allah, maka orang itu sama derajatnya dengan wali. Wali suci yang menjaga semuanya. Sesudah Rasullollah maka para wali suci itulah yang menjadi tiang langit dan dunia. Hal itu terlalu muluk kalau ditiru, dan mustahil sekali dapat menirunya. Sebab manusia itu ringkih (lemah), hanya saja jangan sampai memulai bersahabat dengansetan. Kita tidak boleh minum candu. Memang “madad” itu tidak baik. Dan tak ada tempat baik bagi mereka yang suka merokok yang memabukkan. Sebab bila orang sudah “menyandu”, bukannya orang yang makan candu, melainkan candulah yang memakan orang. Jika sudah demikian maka maut siap merenggut, dan memang tak ada orang yang minum candu dapat memiliki umur panjang. Hal seperti itu sama dengan menyiksa badan sendiri, serta di dalam peraturan agama termasuk larangan. (12) Yang jelas “terlarang” adalah “mabuk” itu sendiri, maka barang-barang yang memabukkan ikut pula dilarang. Membicarakan hinanya orang makan candu tak aka nada habisnya, dan kita mengetahui akibat-akibat dari semua yang pernah terjadi. Tetapi ada juga yang memberi tahu, bahwa candu itu sedikit halal, yaitu untuk mencampuri obat anget. Candu dicampurkan sedikit saja ke dalam obat panas, dan memang kemudian dapat menyembuhkan badan. Untuk inilah candu tadi boleh dipakai. Keterangan yang menerangkan tentang halalnya candu itu termuat dalam kitab Sarahbayan. Selanjutnya penggubah, menasehatkan agar kita (anak cucu) tidak melakukan judi, ini juga termasuk kehidupan yang hina. Di dalam peraturan agama, judi memang benar-benar dilarang, sebab kenyataannya orang jahat itu akibat dari minum candu dan berjudi ini. Orang dilarang pula mendalami wuku tiga puluh, beserta dewa-dewa yang dipujanya itu. Dalam sarak(peraturan agama) dianggap tidak baik, hal itu disebut kafir ; sebab seolah- olah mendua dalam kepercayaan terhadap Tuhan. Memang setengahnya orang dapat tertarik akan kelebihan wuku, yang mengetengahkan semua peristiwa yang belum terjadi, misalnya
  • 9. Cahmbanjar 8 kejadian bayi, keadaan selama hidupnya, untung dan celakanya. Semua telah diungkapkan dalam wuku tadi dan nyata takada yang salah. (13) Walaupun demikian orang tak perlu heran. Sebab sudah ditandai dan termuat dalam wangsalan “Sembung gilang ing Palembang dipanggalit” (sembung gilang adalah daun sigugu, dalam teks jatuh pada kagugu atau “dipercaya”. Dipanggalit maksudnya “raja hutan kecil”, yaitu “singa”, dalam teks jatuh pada singa-singa atau apa saja). Jadi semua berarti bahwa “apasaja yang benar-benar dipercaya tentu akan terlihat”. Jangankan para dewa yang diciptakan lebih dari yang lain, sedangkan bebatuan, pepohonan jika dipuja-puja dengan disertai setanggi serta diolesi wangi-wangian, tentu akan terbayang dalam angan-angan. Demikian tadi menurut ucapan orang yang lemah. Sebenarnya semua itu karena pengaruh perasaannya sendiri, dan itulah penyebab sering terjadinya penyimpangan agama, justru semacam tradisi tadi. Tetapi menurut ucapan orang ahli, ilmu semacam tersebut diatas, tidak diperbolehkan. Demikian pula semua ilmu iladuni (membicarakan peristiwa yang belum terjadi). Ilmu perhitungan dalam ilmu nujum yang merupakan ilmu awal pembuka segala yang serba gaib, yang tak lain berasal dari Arab dari Nabi utusan kita itu. Nenek moyang melarang akan pemakaian gamelan, terutama dalam hajat kerja perkawinan. Meskipun orang yang mempunyai hajat itu mampu, tetapi dalam mengawinkan anaknya, tak boleh memakai gamelan. Hal ini merupakan larangan, yang tersurat, dalam kebiasaan hidup bagi orang yang mengabdi raja. Orang boleh mempergunakan gamelan, bila dia mengadakanhajat hanya khitanan atau selamatan menujuh bulan (orang hamil) saja. Mempergunakan gamelan dianggap terlalu besar. Tetapi untuk mengikuti kebiasaan umum, melanggar sedikit tak apalah, dengan cara mewakilkan. Hajat itu diwakilkan, supaya tidak kentara semata-mata dari yang bersangkutan. (14) Sementara gamelan berbunyi, orang yang mempunyai hajat tadi, supaya berdoa kepada Tuhan mohon agar semua diperkenankan. Selain itu juga mengirim doa pada para leluhur yang mempunyai pantangan itu, dengan maksud agar terhindar dari bahaya. Cara itu dilaksanakan lima atau enam hari sebelum gamelan dibunyikan, dan dengan sikap khidmad dilakukannya pada malam hari di tempat yang sunyi. Bagi orang awam, bila diperkenankan, maka disitu akan mendapatkan petunjuk/tanda yang terlihat dalam mimpi. Mengenai tanda ini, bagi orang yang benar-benar beriman, para wali dan para nabi, maka tentang ayat-ayat yang dianugerahkan kepada mereka, kebanyakan berujud suara. Itu saja masih ada yang mengatakan bahwa wahyu, Nabi Ibrahim dan Nabi Yusup dahulu itu diterimanya lewat mimpi juga.
  • 10. Cahmbanjar 9 Memang kadang-kadang demikianlah, yaitu ketika Malaikat Jabarail diperintahkan Allah untuk memberikan wahyu. Tetapi sekarang setelah Nabi Muhammad, atas kehendak Tuhan cara itu telah hilang. Nafsu manusia ternyata makin besar, hingga menyebabkan hilangnya kewaspadaan dan ingatan. Dia tak dapat mengetahui akan adanya wahyu yang tidak sejati, sebab disamping itu banyak wahyu berasal dari setan yang tak dapat dipercaya itu. Angkara murka makin berkuasa, pencuri makin banyak, dan orang cerdik pandai makin terdesak, hal ini ternyata terjadi di semua tempat. perbuatan baik itu memang tidak kekurangan, para ulama dan orang pandai serta bijaksana, mengatakan bahwa banyak sekali buku-buku yang memuat pelajaran tentang tindakan baik, tidak terkecuali dimuat juga dalam bacaan tentang asmara. ASMARADANA Kyai Yasadipura menasehatkan agar orang rajin mempelajari ilmu, berguru kepada para ahli, dan harus banyak bertanya, disertai sikap hormat dan tidak memperlihatkan bahwa dirinya sebenarnya tahu juga. Dengan berlagak seperti orang bodoh, demikianlah sikapuntuk mendapatkan pelajaran dari orang lain. Maksud selanjutnya ialah menyadarkan bahwa kebaikan dan kemuliaan orang dimulai dari lahir di dunia sampai meninggal dan kemuliaan asal mula penciptaan manusia. Tidak cukup hanya mengamati kitab saja, jika maknanya tidak dirasakan bahkan larangan-larangan di dalamnya jarang dipatuhi juga. Lagi pula bila kamu membaca dengan hati-hati kitab Nitisruti, Nitipraja, Sewaka, Wulangreh, Panitisastra, Asthabrata dan kitab lama bahasa Jawa Kuna, tidak perlu selalu dilagukan denganberbagai gaya yang tidak berguna. Orang muda jaman sekarang, memang senang bergaya dengan suara mengalun, mengombak, hingga menutupi ketajaman rasa. Orang bergaya memang ada gunanya sedikit, ialah untuk mempercepat pembacaan itu dan agar tidak hambar. Tetapi tidak boleh luput, apa yang dibaca harus ingat dan tertanam dalam hati. V. Kelima Disini dikemukakan mengenai pakaian dengan larangan-larangannya, serta kegemaran- kegemaran orang. Dalam berpakaian (berkain), orang dilarang memakai kain batik bercorak Tambal. (15)
  • 11. Cahmbanjar 10 (16) Misalnya : Tambal Sukaduka, Tambal Kanoman, Tambal Miring. Kemudian kain lurik Tuluhsela, ikat pinggang batik (juga dilarang). Kalau tak mempunyai yang berwarna hijau, kuning, ungu, atau berbunga, baik memakai yang putih saja. Kain “wulung” (hitam agak kebiru-biruan) juga tak boleh dipakai, supaya orang itu tidak sial. Jangan memelihara kuda hitam jikakamu memang tidak tangkas. Jika mampu, kamu dapat mengenakan ikat pinggang cindhe dari negeri luar, hanya saja dilarang memakai solok (sejenis ikat pinggang) Limar gedhog. Apa saja yang disukai boleh dipakai, selain yang termasuk larangan tadi. Semua larangan raja, jangan sampai orange berani memakainya. Dilarang pula memakai batik garapan orang (jaman) sekarang, baju batik Baron Sekender, yaitu gambar orang-orangan. Pokoknya gambar dari semua bentuk yang bernyawa itu haram (terlarang). Mustahil kalau kekurangan macam batik, disini ada corak lung-lungan, ceplokan dedaunan dan lain-lain. Orang dilarang bersikeras meniru, yang berhak (raja), sebab mereka itu hanya abdi, yang mudah celaka, busuk, dan rusak. Rintangan yang sedang kita alami, berarti pula rintangan manusia. Keadaan yang tak menentu bagi manusia itu sebenarnya hanyalah dat (sifat keadaan) saja, yang abadi tak akan rusak. Sedang tugasnya adalah mewujudkan adanya sifat tersebut. Larangan besar lagi ialah, bagi orang yang sedang tak mengenakan baju. Dia tak diperbolehkan memakai saputangan yang dikalungkan di leher. Sebab bila untuk bersembahyang selalu mengganggu, lebih baik diletakkan di pundak kiri atau kanan, semaunya. Jika berpakaian, seyogyanya yang sedang-sedang saja, baik kain maupun ikat kepalanya. Tidak baik orang bersolektiap pagi sore dan siang, seyogyanya hanya pada waktu tertentu saja. Orang yang senang berhias diri berlebih-lebihan, sifatnya mendatangkan miskin, mengurangi rejeki. Kecuali itu melemahkan hati yang ingin bertindak bijaksana. Rejeki itu akan lari bila melihat orang genit bersolek. Sementara bagi yang masih muda memang tidak boleh berdandan awut-awutan saja, itu seperti dandanan orang jahat. Jika pada suatu waktu pergi ke perjamuan atau bepergian, baik berhias dengan destharyang bagus dan rapi seperti bersisir penyu pula. Bila dikaji, ternyata bahwa cara berhias seperti tersebut di atas, adalah cara berhias orang pandai yang serba tahu. Kepandaiannya banyak, dapat mempertemukan dan menyelesaikan sesuatu, dapat membuat yang berbau tak sedap menjadi harum. Sedang yang sudah harum menjadi semakin harum, karena yang gelap menjadi terang. Dia berhias itu (17)
  • 12. Cahmbanjar 11 tidak sungguh-sungguh, tidak sampai di hati, hanya untuk penutup saja, menutupi kepandaiannya. Sudah biasa sifat orang cendekiawan itudemikian. Sebenarnya dia itu pandai tetapi mengaku bodoh, karena hatinya sudah luas seperti lautan, artinya banyak memaafkan. Bagi para ulama dan penasehat (dalam perkara agama) cara berhiasnya menurut lafal (kata-kata dalam doa) yaitu Jayinapsakabilamaksiyati. Artinya mereka harus berhias denganpakaian (yang dianggap) maksiat. Yang dimaksud ialah berhias hanya sebagai perisai saja, tidakbenar sampai di hati. Arti lafal jayinapsakabilmaksiyati jikadibicarakan tidak akan cukup cara dan tidak ada habisnya. Dari itu anak cucu diseyogyakan supaya berhati-hati dalam segala tindakan. Bagaimana hasilnya nanti harus dipikirkan lebih dahulu, tidak boleh hanya asal saja, lebih-lebih bersolek yang tak berguna. Dituturkan bahwa orang harus suka berdandan tetapi jangan pesolek, harus pandai tetapi tidak boleh sombong. Suka berdandan artinya boleh berhias diri tetapi sedang-sedang sajalah, jangan sampai terlanjur lupa diri. Hanya bersoleknya orang yang rajin akan kebersihan sajalah yang benar- benar berdandansampai di hati, dan kemudian dapat menimbulkan sifat yang baik, janganlah bersolekseperti anda. Adapun orang yang benar-benar suka bersolek, itu mengakibatkan lupa akan kelemahan dirinya. Hatinya mudah tergiur, pintu keberuntungan terhalang yang terbuka hanyalah pintu kejahatan. Segala yang baik menjauh, sedang yang jahat mendekat. Sifat itu menjauhkan rasa senang (terima kasih) kepada pemberian Tuhan berupa apasaja. Menjauhkan hati sabar, mendekatkan ketamakan, serta rasa marah bila tak terpenuhi kehendaknya. Tidak akan selesai-selesai bila membicarakan keadaan orang yang suka bersolek ini. Sekarang ganti soal mengenai kesenangan atau kegemaran orang hidup yang terdiri dari 5 macam. Satu ; Orang tidak boleh senang akan kekayaan sebab orang itu dapat lupa akan tugas akhirat. Sepanjang siang dan malam hanya memikirkan kekayaan. Tindakannya kejam, nafsunya sebesar gunung, tak mempedulikan batal haram. Sebenarnya, emas permata yang berkilauan serta uang yang berlebihan itu, hanyalah pembagian untuk manusia yang disebut kekayaan. Kekayaan itu sendiri dalam kenyataan, sebenarnya tergolong sesuatu yang tidak baik, sebab menjauhkan diri dari hal-hal akhirat. Kekayaan ini ibarat neraka, sedang akhirat adalah sorga. Renungkanlah hal itu. Orang harus pandai memegang uang. Artinya dapat menggunakan uang sesuai dengan penggunaannya, batal atau haram, kesemuanya perlu diketahui lebih dahulu. Pengeluaran (18) (19)
  • 13. Cahmbanjar 12 uang tidak boleh terus-menerus, walau itu sudah menjadi haknya, harus diusahakan yang rapi tidak boleh kentara. Dalam kitab Panitisastra disebutkan bahwa orang yang menumpuk banyak uang, dapat disamakan dengan orang membendung air. Bendungan yang tak diberi jalan untuk alur air keluar, sama halnya dengan uang yang tak dikeluarkan untuk dana ataupun zakat. Bendungan tadi tersumbat, lalu jebol seperti terlanda banjir, larut tak kuat bertahan. Jelas hal seperti ini mengandung bahaya besar, dan kenyataan sudah banyak terjadi biar kecil atau besar yang dapat dipakai sebagai contoh. Sebuah contoh kecil sebagai peringatan yaitu tentang kaum di desa Cabeyan, bernama Ki Nurngali. Orang itu wadat (tidakkawin) sendirian tanpa istri dan kawan. Dia mempunyai banyak nasi kering, semula berasal dari nasi berkat kenduri. Nasi tadi diminta tetangganya tetapi bersikeras tak diberikan. Olehnya lebih baik dijemur, lalu disimpan. Demikian kikirnya tak layak seperti manusia pada umumnya. Dia hanya minta saja, kalau memberi tidak mau. Ki Nurngali sedikit berada, di desanya dia dapat digolongkan orang yang kaya. Hanya kikirnya luar biasa. Pada suatu pagi buta, ia hendak subuhan dan pergi ke sendang untuk mengambil air wudu. Tiba-tiba seseorang memukul tengkuknya dengan pentung sehingga dia meninggal. Simpanan uang yang dibawa sebanyak 25 anggris, yang ditaruh dalam ikat pinggangnya hilang. Sedang yang tersimpan di rumah berupa uang dan kain sudah diambil pula oleh pencuri yang memukulnya di sendang tadi, dan kini tinggal nasi keringnya saja. Itulah contoh orang yang senang uang, tidak percaya akan Allah, kesana kemari uangnya dibawa terus. Dia tak mau berbuat amal, hanya mengandalkan rajin sembahyang saja, yang memang itu sudah menjadi kewajiban manusia untuk bersembahyang 5 waktu. Lain halnya dengan berbuat amal dan kebaikan. Artinya berbuat amal saleh yang ditujukan kepada yang Maha Kuasa. Selain khusuk berbakti, juga berbuat baik kepada sesama. Tetapi tidak mencari pujian, itu takakan menjadi sahabat. KINANTHI (21) Mengenai amal saleh oleh penggubah tidak perlu diperpanjang, sebab sudah banyak tertera dalam kitab. Kecuali petuah para ulama, jika orang belum mengerti, lebih baik bertanya saja. Nasehat tadi harus dicatat di dalam hati, supaya jangan lupa bahwa tindakan orang hidup itu dilarang tertarik kepada kegemaran yang menimbulkan kea rah penyelewengan. (20)
  • 14. Cahmbanjar 13 Orang harus patuh mengendalikan kehendaknya sendiri. Agar gemar memberi, jangan kikir, dan itu baik dilaksanakan siang malam. Gemar memberi berarti, orang dapat memberi kepada sesama umat, dengan baik dan ikhlas sampai di hati. Memberi dengan ikhlas berarti memberi tanpa ada maksud akan mendapat balasan. Sedang yang dimaksud kikir ialah dilarang memberi secara berlebih-lebihan tanpa ada gunanya, disebabkan hanya akan mencari pujian saja. Padahal dia sendiri belum kuat menahan hawa nafsunya, menahan kehendak untukberpakaian bagus dan makan enak. Orang tidak boleh sombong walaupun dia tidak akan kekurangan meski banyak berdana. Sebab Tuhan tidak menitahkan dia untuk menolong orang lain, bila badan sendiri belum cukup. Tidak boleh meniru Katintahyi, sebab dia itu telah menjadi orang terpilih, hampir setengah aulia (wali). Sudah putus segala ilmu dan sudah diijinkan oleh Allah. (22) Kita harus merasa sebagai orang yang lemah, jadi harus menyayangi kemurahan Tuhan yang diberikan kepada kita. Bila kita tidak menyayangi berarti kita ini sombong kurang berterima kasih akan kenikmatan yang kita terima. Meskipun bertindak sesuatu yang baik, tetapi tak tahu asal mulanya itu berarti ngawur dan tercampuri setan. 1) Segala tindakan harus disertai pertimbangan yang betul. Baiklah dimulai dari madya, (baik atau sedang) lebih dahulu, bila hati telah mantap, maka diusahakan agar dapat mendekati tindakan yang utama (terbaik). Jika tindakan itu dimulai dari yang utama lebih dahulu, maka bila hati tidak mantap dan kalau mendapat rintangan, akibatnya orang akan jatuh sengsara. Andaikata hati telah mantap betul-betul, di situ ia akan menemukan keutamaan hidup. Tetapi hal tersebut jarang sekali, orang yang termasuk utama itu. Kebanyakan orang jaman sekarang ini tergolong orang tercela. Sebab orang tercela tadi jika bertindak yang hina tidak akan malu-malu. Dari itulah maka orang akan tetap menemui hina walaupun bertindak baik, dan tindakan tercela itu akhirnya akan rusak. Tindakan yang baik merupakan bunga keutamaan, sedang keutamaan merupakan bunga kemuliaan. Satu demi satu harus diketahui bagaimana sebenarnya tindakan nista, madya dan utama tadi, sebab banyak orang yang keliru menyebutkannya. (23) Nista disebut madya, madya dikira utama karena kebanyakan nafsu menyelubungi dunia ini. Memang siapa gerangan yang kuat menerima dan menahan kehendak hati yang menggelora itu. 2) Kemudian orang dilarang gemar akan perempuan. Sebab bila gagal, berakibat rusaknya badan, dan rusaknya sama dengan orang yang gemar akan uang. Masih lumayan orang yang gemar uang, sebab bila dapat menggunakannya dengan betul, maka uang yang digunakan dengansuci itu menjadi sarana untukmenarik ke sorga. Tetapi orang yang gemar
  • 15. Cahmbanjar 14 perempuan tak urung bahaya besar yang menghadangnya. Oleh penggubah dinasehatkan bagi orang yang gemar perempuan itu, disikat saja. Tidak perlu salah paham, sebab semua telah dapat dibuktikan, dan bila diceritakan, hal ini akan berkepanjangan. Untunglah bagi orang yang dapat melaksanakannya (menahan nafsu perempuan). 3) Selanjutnya dinasehatkan agar orang tidakgemar akan suara dan rasa. Gemar suara itu seperti seekor burung gelatik yang terkena pasangan oleh umpan temannya sendiri. Gelatik temannya itu bersuara tik, tik, tik suaranya sangat menarik, sehingga burung yang seekor tadi mendengar, dan tertarik akan suaranya. Tanpa curiga dia datang mendekat tahu- tahu burung tadi masuk perangkap. Sedangkan gemar rasa itu dapat disamakan seperti ikan dipancing orang dalam kedung (telaga). Ikan di dalam telaga itu melihat makanan, tanpahati-hati terus disambar saja, tidak disadari bahwa dirinya kena perangkap. Ikan ditarik, kemudian jatuh di tanah dan matilah ikan itu. Karena itu kita harus ingat dan waspada, segala tindakan tidak boleh tergesa-gesa “gita” dilakukan, sebelum dipikir sungguh-sungguh dan tahu kepentingannya “gati”. (24) Tidak perlu terkejut dan terburu-buru akan sesuatu hal jikabelum tahu kebenarannya. Tidak pantas bila seseorang seperti ikan yang kena pancing tadi, mati karena hanya menuruti nafsunya saja, tak mengetahui adanya tipumuslihat. 4) Orang dilarang senang pada sesuatu yang indah yang dijadikan kesayangan. Sebab sudah pernah terjadi, dan ini jangan sampai terlanjur seperti pengukir Sastradiwangsa. Dia senang sekali burung perkutut dengan mengukir didengarkannya suara burung itu. Rasanya segar dan gembira mendengar suara yang merdu tadi, mengukirnya hulu keris lebih giat dan lebih tekun. Pada suatu hari burung perkutut itu tak mau berbunyi ; disuruhnya berbunyi, tetapi si burung tetap bungkam saja. Pak Sastradiwangsa marah, pekerjaannya dihentikan. Dia mendekati sangkar, sangkar dipegang dan burung itu diambil keluar. Dengan keras berkatalah ia : “Hai burung mengapakau takmemperdengarkan suaramu, aku ini kan memeliharamu”. Burung lalu dibelaiannya, dia terlena, si burung lepas, terbang, namun tidak gesit. Yang empunya mengejar dan tertangkaplah burung itu. Sastradiwangsa marah bukan main, burung dibanting, tentu saja mati seketika. Dengan lantang dia menantang. “Ayokalau kamu berani, inilah Sastradiwangsa”. Burung lalu diinjak, digilas lumat bercampur tanah. Orang hidup dilarang bertindak seperti itu.
  • 16. Cahmbanjar 15 (25) Dimana pun juga takkan ada burung yang dapat berbicara, apa lagi ditantang dan diajak bertengkar. Orang itu benar-benar kurang pikir. Dia merupakan seorang yang senang akan ujud (binatang) kesayangan tetapi ngawur saja. 5) Selanjutnya orang dilarang senang akan kuda, karena hal itu tidak baik. Memang di manapun juga orang tak akan mau bila dilarang menggemari kuda. Karen demikianlah umumnya orang mengabdi, jadi baik dipertimbangkan lebih dahulu, dan sebaiknya dapat memperkirakannya sendiri. Andaikata ada orang menertawakan dirinya, karena tidak dapat naik kuda dia tidak perlu malu. Harus diterima saja, untunglah masih ada yang mau mencelanya. Menggemari kuda sebenarnya ada 2 hal yang menghalangi yaitu : merintangi orang mengabdi dan merintangi orang sewaktu menghadapi maut. Lain halnya dengan Raden Suranagara dan Raden Tohpati yang gemar kuda. Kuda bagi mereka bukan lagi kegemaran, tetapi memang sudah pekerjaan mereka. Atas perintah raja mereka diserahi memelihara kuda, dan itu sebagai mata pencaharian hidup mereka. Jadi aib lah bila mereka tidak mampu menguasai kuda, sebab akan tergolong orang yang tak berguna. Selagi masih hidup orang harus mencintai pekerjaan yang menjadi tiang hidupnya. Cinta dan kehendak adalah sama bila orang itu sungguh-sungguh bekerja. Hal itu sama saja dengan menyembah Allah secara sembahyang lima waktu, ya seperti apa yang telah menjadi kewajibannya. Kitab Bustam menguraikan tentang hal tadi. Bila seseorang diperintah melaksanakansesuatu, makaia harus senang dalam pengabdiannya itu. Anak cucu dilarang mempunyai watak suka menyeleweng, itu berdosa dua kali. Pertama dosa kepada majikannya, kedua kepada temannya. Mengibuli (membohongi) “gusti” tidak baik. (26) Gusti adalah wakil nabi, jadi sama halnya mengibuli Allah. Menipu kawan-kawan, menambah dosa juga. Seyogyanya berbuat lebih baik serta rajin berlaku manis. DHANDHANGGULA Kita dilarang kerap kali berada di hutan, pergi ke laut, ke sungai dan sebagainya, sebab banyak mengandung bencana. Dahulu orang senang pergi ke hutan dan biasanya menemui celaka, demikian pula ke sungai-sungai, itu tak baik juga. Tidak boleh senang akan kesaktian, ilmu kebal, ilmu jagoan, ilmu kekuatan dan lain-lain, karena semuanya tadi tak akan memenuhi syarat untuk mendekati Allah. Ilmu yang lahiriah isinya banyak takabur, salah- salah dapat menjadi ilmu sihir, sebab semua ilmu tersebut bukan “mangunah”,(mempunyai kelebihan karena imannya), bukan keluhuran dan bukan pula “mukjikat” (keajaiban). Oleh
  • 17. Cahmbanjar 16 sebab itu orang yang telah tinggi daya ciptanya tak mau mempelajari ilmu tadi. Kepercayaan terhadap Tuhan telah tebal, hatinya teguh tak akan ragu-ragu lagi. Bila hanya menginginkan selamat, jangan sampai ada bala menimpa, dengan persiapan, sebagai berikut : Paritnya ialah penyerahan diri pada Allah. Betengnya, yaitu tetap percaya terhadap yang Maha Kuasa. Sedang pintu kotanya ialah tetap mantap terhadap Hyang Suksma. Adapun rumahnya berada dalam kota tadi, demikian itulah makna kesatuan manusia dengan Allah. Sebagai perbekalan pangan di dalam kota itu ialah penyembahan manusia terhadap Tuhan, sedang pelurunya yaitu tanawut napi nakirah (dengan teliti tanpapengingkaran). Apabila manusia telah berhal demikian, hati teguh mantap terhadapTuhan tanpa tabir, makabiar kota itu dikepung (bahaya) manusia. (27) Semua yang mengepung tetap selamat. Sebab senjata yang ditujukan kepada mereka adalah kasih Tuhan, sedang pelurunya yang berjatuhan bersifat belas kasih. Demikianlah atas kemurahan Tuhan dan kasih Allah, maka semuanya selamat. Selamat mencapai kemuliaan, tetaputuh manusia, tetap berada pada tempatnya untukmenghadapi musuhabadi. Keadaan di situ tetap kokoh, kuat taktergoyahkan disertai peraturannya yang tersohor, yaitu semua kehendak harus serba sabar. Dalam memerintahpun dengan cara serba tidak kentara, sebab disitu adalah tempat orang suci dan sakti. Mereka dengan sabar dan penuh pengertian, dan tidak pernah meninggalkan kebersihan hatinya, sehingga hidup itu tidak sengsara bagi mereka. Semua tadi untuk mempertahankan diri dari pembicaraan iblis yang telah memancarkan anak cucunya, demikianlah isi kitab Sangsul Ambiya. Setan-setan tadi menggoda, membuat kacau, dan tak memberi kesempatan hidup pada manusia. Maka ketika manusia itu lahir di dunia, sewaktu bayi dia dibedung, agar setan tak dapat membencanai bayi tersebut sampai tua nanti. Diharapkan agar si bayi kelak tidak mengikuti iblis, jangan sampai terjadi kuda itu tetap menjadi “belo” saja. Dikatakan dalam kitab Insan kamil bahwa kelakuan iblis tadi berjumlah Sembilan puluh Sembilan macam, yang merupakan kekuatan setan untuk mencelakai manusia yaitu supaya manusia tertarik kepada laku yang sesat. (28) Orang harus berhati-hati dan ingat bahwa tindakan apa saja, selalu diintip oleh setan yang banyak sekali jumlahnya. Itulah bencana setan yang menyebar memenuhi dunia. Meski nama Tuhan itu tanpa cela namun tetap ditirunya untuk berbuat jahat. Sebenarnya harus bagaimanakah orang hidup ini. Andaikata boleh lupa dalam hati, ya hanya seketika itu sajalah, karena hal tersebut memang ulah setan yang dapat menembus rata menyeluruh terhadap manusia.
  • 18. Cahmbanjar 17 Itu dapat terlihat pada diri orang yang cepat marah, pada orang yang mempunyai angan-angan penuh nafsu, serta tamak akan makan dan syahwat, juga kepada hiasan dunia. Sentuhan setan yang ingin berhasil, bila dituruti akan menimbulkan sengsara dan akhirnya orang akan hidup miskin. Sebab orang yang sangat menginginkan sesuatu, malu bila mengurungkan niatnya, jadi orang itu akan tenggelam oleh sifat-sifat setan yang suka pada kegelapan, mata buta telinga tuli, dan akhirnya orang akan masuk neraka. VI. Keenam Pada bagian keenam ini, penggubah memberi nasihat tentang orang bersahabat, berkawan dan lain-lain. Orang bersahabat sebaiknya, (dalam hati) dipikir lebih dahulu. Ibarat orang yang melihat makanan dan minuman, pasti tertarik sekali. Dalam hati harus berpikir, baik dan berfaedahnya itu bagi badan kita. Sebab sebenarnyalah di dunia ini tak ada orang yang senang sakit. Demikian pula orang bersahabat dalam memilih temannya. Andaikata seseorang batuk, ingin sekali rasa yang serba manis, maka minumlah ia nira. Disini ternyata semua keinginannya terpenuhi, semua nafsu makan yang membawa sengsara. Nah tidak urung orang itu akan batuk terus-menerus, badan kurus kering, jelas orang itu merugi, tidak akan mendapat hasil. (29) Harus diingat bahwa di tengah masyarakat dapat terjadi orang mendapat celaka yang berasal dari teman atau sahabat karibnya. Hal-hal semacam itu harus dihindari. Kita dilarang bersahabat dengan orang yang berkelakuan jahat, sebab kita dapat terseret seperti sahabat kita itu. Seperti orang sakit perut tetapi ingin makan rujak kecut. Tentu saja akhirnya berak terus, itumenyengsarakan badan serta takberguna pula. Dilarang juga berkawandengan orang yang tak berakal, orang bodoh yang kurang ilmu, sebab tak urung akan menarik menjadi bodoh pula. Dikarenakan orang bodoh itu tidak mengerti akan baik dan buruk, punpula tentang rahasia. Tidak boleh berkawan dengan orang yang tak mengerti sastra. Orang demikian tentu sering nekad, merasa benar sendiri, dalam pembicaraan justru tidak pandai. Malahan secara kasar, tetap gegabah bertindak. Ini jelas merusak sopan santun, dan mustahil akan selamat. Dilarang pula senang berkawan dengan orang yang tak beragama, sebab orang itu tentu tidak takut akan siksa Tuhan. Berarti memporak-porandakan peraturan agama, dan bertekad ugal-ugalan. Orang berhati dengki dilarang pula untuk dijadikan teman. Dia itu suka menyalahi orang lain dan juga senang memfitnah. Jadi orang harus mengetahui tanda-tanda orang semacam itu.
  • 19. Cahmbanjar 18 (30) Sebenarnya pada orang mukmin (yang betul-betul percaya pada Tuhan) itu sendiri, ada yang mukmin hanya sebagai hiasan saja. Untuk mengetahui/membedakannya agar orang dapat menemukan hal yang baik dan buruk, pertama, harus dilihat lebih dahulu tingkah lakunya. Kedua, supaya diteliti, ketiga, dilihat dari cara bertindak. Keempat, yaitu sopan santunnya, kelima dari pembicaraannya. Mengenai pembicaraan ini sebetulnya berdasarkan pancawada, yaitu pembicaraan mengenai orang berdusta, orang pandai, orang berbudi, dan masih banyak lagi yang lain. Baru mengenai hati tiap-tiap orang saja sudah berlainan, misalnya ada yang seperti raksasa, tamak dan rusuh. Ada yang bersifat seperti gajah, dan lain-lain, banyaklah bila diceriterakan tentang orang semacam itu. Sebaiknya orang berkawan dengan mereka yang berwatak sukamemberi dan bijaksana, pula dengan orang yang tahu ilmu pelajaran atau yang telah putus dalam ilmu. Kepadanyalah orang harus meminta lebih dahulu untuk berguru. Walaupun seseorang telah mengeluarkan semua rahasia kepadanya, dia akan dapat menjaganya, sebab dia dapat menilai mana yang baik, demikian pulalah bilamana ada pembicaraan yang menyalahi orang tersebut. Memang orang hidup ini banyak yang dibicarakan, dan bahkan menjadikan simpang siur. Seumpama orang melihat sesuatu, biasanya barang yang salah dikatakan betul. Bagi orang yang bijaksana, dia tahu bahwa barang itu salah, dan dia akan menjauhinya secara tak kentara. Orang tadi bila berkawan, ingin membalas kebaikan kawannya, sebab orang itu tahu bahwa dirinya diperlakukan dengan baik, makaia akan membalas baik pula. (31) Bilaseseorang berbuat baik, maka orang yang bijaksana akan memakluminya, sebab dia banyak memaafkan. Kalau berkata disertai perkiraan, bahkan perkiraan itu tentu tidak meleset, orang tadi penuh ketelitian, selalu mencari bagaimana duduknya suatu perkara. Kata-katanya terucap halus, dengan mata redup tak kelihatan beringas, bermaksud memaafkan kepada sesama. Kita disuruh berkawan dengan orang baik budi yang suka beramal, dan perbuatan baik yang tak diperlihatkan itu sesuatu tindakan yang menuju keutamaan. Itulah dia orang yang tak tinggi hati dan tak sombong. Bila memberi pertolongan tak perlu diketahui orang lain, sebab perbuatan itu dimaksud sebagai sedekah pikir dan untuk kebaikan. Bila kita berkawan dengan banyak orang, kita disuruh menganggap mereka itu saudara. Kita supaya berhati-hati, tidak boleh membanggakan diri. Sebab biasanya orang memuji itu hanya dalam kata-kata saja, tidak terus di hati.
  • 20. Cahmbanjar 19 Jika kita sudah memperoleh nasehat yang benar-betul, maka bilamana kita mendapat kesukaran dalam hidup tidak perlu khawatir. Sebab, biasanya tak aka nada orang yang mau menolong kita, malahan menambah susah, dan membuat onar saja. Orang semacam itu menandakan orang yang mencari enaknya sendiri saja. Berkawan dengan orang yang setengah-setengah, akhirnya menjadi musuh. Tetapi bila ada kawan yang demikian tadi, kita tidak boleh membalasnya, dan semua ini seyogyanya diserahkan kepada Allah, agar semua kembali menjadi baik. Kecuali itu kita tidak boleh berkecil hati, dan mengubah kebiasaan seperti ketika berkawan dahulu. Hati harus kuat dan tidak boleh mencela bahwa orang itu pernah menjelekkan kita. Tetapi bila rahasia orang lain yang dicelanya, maka itu diserahkan saja kepada Tuhan. (32) Dinasehatkan agar orang dapat menutup rahasia dirinya, dan baik-baik dalam bersahabat dengan kawansesama abdi Tuhan. Jika seseorang tak dapat menghindar dari hal itu dan, tak dapat bergaul dengan orang banyak, disitu ia akan mendapatkan bahaya dari orang-orang tadi. Oleh sebab itulah orang harus dapat menyimpan rahasia, serta bertindak bijaksana. MEGATRUH VII.Ketujuh Adapun hal pertama yang dibicarakan penggubah ialah tentang orang makan. Seseorang yang makan di rumah sendiri, sebaiknya mengikuti cara Nabi Muhammad, yaitu sehari semalam makan sekali, makannya tiap tengah hari saja. Beliau makan dengan duduk jegang (salah satu kainnya ditekuk ke atas), kepala menunduk tanpa berbicara. Ketika akan memasukkan nasi ke mulut disertai menyebut nama Allah, demikian seterusnya disertai doa, justru itu lebih baik, dan barulah mulai makan. Sesudah makan lalu tengadah seraya minum tiga kali telan. Sekali telan mengucap syukur kepada Allah, yang kedua kali telan, mengucapkan kesucian Tuhan. Demikianlah cara orang makan meski ada tamu siapa saja. Sopan-santun harus dipakai supaya pantas, dengan duduk bersila yang baik, kepala menunduk, tidak berbicara dan tangantidak boleh diluruskan. (33) Kemudian tamu tadi dipersilahkan makan, setelah itu pemilik rumah tidak boleh berbicara kecuali bila tamu tersebut mengajak berbicara. Pemilik rumah harus menanggapi agar tamu tadi senang. Kemudian dia harus berpura-pura makan banyak, dengan muka yang cerah, tidak boleh menyelesaikan makan lebih dahulu. Biarpun perut sudah kenyang, ya
  • 21. Cahmbanjar 20 makannya sedikit-sedikit saja, karena memang sudah caranya, tamu itu harus dinanti selesai makan. Demikian pula jika seseorang bersama-sama makan dengan banyak orang, dan apabila ia sedang bertamu. Dalam hati ia tidak boleh bersambalewa dan mencela akan adanya nasi dan ikan yang tak baik. Pemberian Tuhan itu harus dihormati, bila dia mencela nasi yang tidak putih dan ikan yang tidak baik, dia akan kena murka Allah. Perlu diingat, dahulu sewaktu Nabi Musa pergi berperang, semua prajuritnya lapar di sebuah padang. Nabi Musa menjadi bingung, kemudian berdoa mohon belas kasih Tuhan. Dari angkasa turun, diberi apa yang dimintanya. Tetapi sebelumnya para umat diberi janji, bila pemberian itu sudah diterima tidak boleh mencelanya. Para umat menyanggupinya, lalu orang-orang itu makan dengan rasa nikmat sekali. Tiba-tiba ada seseorang yang berkata bahwa ada satu kekurangannya, ya memang ikan-ikan itu lengkap, hanya “lalaban” (daun- daun mentah) sajalah yang tak tersedia. Belum habis mereka makan, nasi beserta lauk-pauk itu kembali ke angkasa dan tak terlihat lagi. Itulah hasil orang bodoh yang bersambalewa serta takmenginsafinya. (34) Pangan itu patah hati, orang-orang tak dapat menyusulnya. Oleh sebab itu harus ingat, bila sedang makan di rumah dilayani oleh istrinya supaya makannya perlahan-lahan, tidak tergesa-gesa. Bila masakan itu kurang berkenan di hati, misalnya kurang gurih, kurang asin, sebaiknya dimakan saja. Nanti apabila sudah selesai makan, dapat berkata perlahan-lahan, sayur tadi kurang apa, dan ikannya, ya apa kekurangan tadi baik dikatakan. Kemudian dilanjutkan bahwa dia itu senang ikan apa, cukup sekali saja dikatakan untuk seterusnya. Bila sekali waktu tak berkenan lagi, sebaiknya diam saja, sebab orang makan disertai hati marah itu tidak baik. Pertama dia dianggap hilang oleh Tuhan, kedua, arti sebagai manusia berkurang, ketiga mengurangi rejeki. Dilarang menganggap enteng orang makan, anggapan demikian itu tidak baik. Kalau tentang makan tadi tidak diperhatikan, dan orang makan tidak memakai aturan, itupun tidak betul pula. Orang makan memang menjadi tiang pengikat hidup tetapi ya dengan ukuran, tidak asal menuruti nafsu makan saja. Bila hanya menuruti nafsu makan, tak urung dia akan lekas meninggal, ia dapat disebut meninggal karena nafsu makannya. Ya karena dia makan apa saja, disini justru terlihat ketamakannya. (35) Boleh makan hanya untuk mengobati kelemahan badan saja, sebab jika badan terlalu lemah, usahanya akan berkurang. Sembahyang kurang bergairah. Jadi amalannya hanya sedikit juga.
  • 22. Cahmbanjar 21 Sebuah usaha kecil dari kehendak hati, untuk bertapa selamanya, namun ternyata besar faedahnya. Usaha tadi mempermudah segala tujuan, dan membuat hati terang benderang. Tidak baik makan pagi-pagi, menjadikan hati pepat, pendapat tidak tegas, jalan pikiran tidak baik, lemah tidak berdaya. Jika orang ingin kuat ya harus tegas, sebab apabila kendor tentu membelok, tak dapat dipakai sebagai dasar. Pada umumnya orang yang banyak makan biasanya terus ingin tidur. Sebenarnya semua pekerjaan bila dilatih tentu akan terlatih, demikian pula halnya orang yang suka makan, menyebabkan ketajaman hati berkurang maka Pak Tumpullah yang mendekat. Di sini ternyata pekerjaan jasmaniah sesuai dipakai untuk memondong, memikul, menggaru, membajak semua yang serba memakai kekuatan. Sedangkan anak “priyayi”, kiranya harus banyakmempergunakan hati, dan pikirannya. Bila yang dipergunakan pikiran, tetapi menggunakan orang untuk memikul, tentu tak berhasil, karena orang itu terlalu banyak makan, jelas memang bukan tugasnya. Penggunaan hati dan pikiran memang tugas orang muda. SINOM (36) Masih dalam bagian ketujuh, di sini diuraikan mengenai orang tidur. Perlu diketahui bahwa sehari-semalam selama 24 jam itu, mempergunakan waktu tidur hanya sepertiganya saja, yaitu 8 jam. Bila orang dapat melaksanakan cara tadi, akan memperoleh pahala yang besar. Orang itu termasuk istimewa, karena tidak terlalu banyak tidur. Menurut kitab Insan kamil, Tuhan turun ke langit-dunia, setiap malam menjelang akhir sepertiga malam tadi. Kita tak boleh membantah, mengapa Tuhan hanya berada di satu tempat saja. Yang dimaksud langit, sebenarnya ialah badan kita sendiri, sedang dunia adalah dat Allah yang meliputi jagad. Pada malam hari kira-kira pukul setengah dua atau pukul tiga di ujung malam, sebaiknya kita bangun berdoa, mohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa kita di dunia ini. Untuk bersholat khajad, pada malam Jum’at juga di waktu malam hari seperti tersebut di atas. Semua kehendak kita, bila betul-betul kita memohon, tentu akan dikabulkanNya. Bahkan jika badan kita ini suci benar-benar, makapenyesalan kita akan diterima Tuhan yang Maha Pengasih itu. (37) Di waktu subuh sesudah bangun, baik segera membersihkan diri, agar tidak terus tidur lagi. Matahari sudah tinggi, tetapi masih enak tidur, orang malas namanya itu. Mengakibatkansegala kehendak menjadi terlambat, menjauhkan rahmat, dan menyempitkan pikiran.
  • 23. Cahmbanjar 22 Di waktu tidur siang hari, sebaiknya waktu ashar segera bangun. Sebab orang tidur sampai jam 4,5 atau 6 sore, bila bangun hati menjadi gusar, marah-marah seperti orang gila, seperti orang kehilangan nalar saja. Hati demikian itu menjauhkan pikiran baik, yang dekat hanyalah pikiran jelek. Segala pekerjaan menjadi kabur, rahmat Tuhan menjadi berkurang pula. Jika semua petuah tadi dilaksanakan maka dia akan termasuk orang yang berhati-hati. Kecuali bila seseorang merasa lelah sekali, dan mengantuk, ya melanggar sedikit taka pa untuk menjaga kelemahan badan. Selanjutnya apabilaseseorang tidur di malam hari, baik membujur ke arah utara, badan miring menghadap kiblat, seperti letak orang yang meninggal di dalam kalwat (liang kubur). Sebab orang tidur itu, sebenarnya hampir seperti orang meninggal. Mungkin juga sewaktu- waktu Tuhan menghendaki ajal seseorang, maka sebaiknyalah menyerahkan diri kepada Allah. Di sini orang tak boleh salah paham, sebab jarang orang yang tahan tidur miring ke kiblat terus-menerus, tanpa berpindahtempat. (38) Sesungguhnya tidaklah demikian, hanya sewaktu orang mulai tidur, itulah menghadap ke kiblat. Sesudah lama tidur, tentu tak merasa bagaimana letak dirinya, karena sekali lagi orang tidur itu seperti orang meninggal saja. Orang yang tidur membujur ke utara, mempunyai sifat melangsungkan adanya rejeki. Bilamembujur ke timur, memutuskan rahmat Tuhan dan menghilangkan rasa kasih dari kawan-kawannya. Kalau tidur ke selatan menyebabkan hati pepat, jika membujur ke arah barat akan mempunyai umur panjang. Orang dilarang menikmati tidur, dia harus dapat menahan kantuk yang mendorong rasa ingin tidur saja. Orang yang tahan berjaga, mempunyai pandangan luhur, sedang orang yang tahan lapar, mempunyai hati teguh. Orang yang tahan tidak minum, dia kebal akan bisa binatang. Semua hal tadi jika dilakukan sungguh-sungguh akan mendapat pahala. Memang demikianlah sifat orang bertapayang kelak akan memperoleh apa yang akan dikehendakinya. Orang pandai, orang luar biasa (sakti) dan menjadi priyayi, banyak diperolehnya dari berlaku tapa ini. Segala yang baik, hasil dari bertapa akan membawa keberuntungan, dan itu memang sudah tepat. Meski menjadi orang pandai, kaya, dan menjadi priyayi, tetapi bukan karena bertapa, ituadalah pemberian setan. Orang yang sakti oleh setan, sifat kesaktiannya hanya sebentar saja. Dipanah dengan daya cipta orang yang bijaksana, kesaktian tadi akan lumpuh tidak berdaya. Sedang orang yang hidupnya senang karena setan, (39) Memang seketika menakjubkan, dia dapat menikmati kemewahan itu, tetapi tak lama kemudian rusaklah, dan dia menjadi miskin sekali. Bagi orang yang bijaksana tak mau dia
  • 24. Cahmbanjar 23 berbuat demikian, karena seolah-olah dirinya hanya menjadi bahan tertawaan ayam saja, lebih baik menerjunkan diri ke laut. Orang tidak boleh berhal seperti Setrapramukya yang dahulu pernah menjadi Tumenggung Ngeksiganda. Hanya dua tahun saja dia menjadi Tumenggung, lalu diberhentikan oleh raja. Kemudian pekerjaannya hanya berkeliling ke rumah para priyayi, berbincang-bincang mencari kabar dan menjual kabar. Tidak disadarinya bahwa tindakan ituserupa tindakan setan, dan orang yang baik budi tak mau bertindak demikian. Jika raja sudah tak berkenan pada orang itu dan sudah tak diberi pangan, maka sebaiknya dia di rumah melakukan ibadah saja. Sembahyang khusuk terhadap Tuhan dan mengucap syukur atas segala pemberian Allah kepadanya. Tak ada yang dimakan, yah biarlah. Takdir Allah demikian itu diterima terus saja, asal hidupnya tidak menjadi hina, dan tidak menjelekkan nama negaranya. Adapun kepandaian yang berasal dari setan itu, sifatnya ingin menang sendiri, juga senang bertengkar. Dalam berbantah ingin memperlihatkan kemampuannya, sombong, minta dituruti, yang jelas dia mencari pujian. (40) Seumpama orang hanya mempunyai uang sedikit tetapi menawar bahan yang harganya mahal. Setelah penawaran itu jadi, diberikan, namun uangnya tak ada, dia minta tangguh. Akhirnya tak dapat membayar, kalau ditagih tak pernah memberi, lama-kelamaan terbukti kejelekannya. Demikianlah perumpamaan bagi orang yang berkepandaian karena setan. Dia berpendapat bahwa hal itu baik, mendapat berkat Tuhan, tak tahunya didapat dari berkat setan. Orang tadi tentu malas berguru, malas bertanya kepada orang pandai-pandai. Dia merasa malu untuk bertanya, akhirnya percaya pada setan. Masih dalam bab ketujuh, disini dibicarakan tentang orang berjalan. Jika orang pergi dari rumah, harus tahu kemana tempat yang ditujunya. Ke tempat itulah dia harus memusatkan perhatian, dan bila mulai berjalan baik disertai ucapan Bismillah. Kalau berjalan supaya kepala agak ditundukkan, mata dijaga jangan melihat kesana-kemari. Bila ingin melihat sesuatu, lebih baik berhenti dahulu, orang yang berjalan denganmenoleh kesana kemari, hatinya akan bercabang- cabang. Di samping itu orang berjalan tak boleh berangan-angan jelek, baik berserah diri saja kepada Tuhan. Sebab adakalanya orang itu tersandung (mendapat halangan), menjadi gagallah kehendaknya. (41) Bilaberada di rumah, orang dilarang berdiri di tengah pintu seraya menggelantungkan tangannya. Hal ini dapat membawa dia dan tetangganya kerap kali kehilangan. Berdiri
  • 25. Cahmbanjar 24 dengan bertolak pinggang di tengah pintu juga tidak boleh, sebab dapat menjauhkan keberuntungan. Di rumah, orang duduk dilarang menumpangkan kakinya sebelah, karena dapat menyebabkan kerap kali sedih. Demikian pula dilarang menggerakkan kakinya sebelah terus-menerus, sikap ini menghilangkan kesopanan dan mengurangi kekhusukan terhadap Tuhan. Keselamatannya berkurang berarti menyia-nyiakan diri sendiri. Semua pantangan yang tiada pantas harus selalu diingat, dan harus membiasakan diri percaya kepada hal itu, sebab manusia memang kerapkali lupa. POCUNG VIII. Kedelapan Bila ada tamu datang , wajib dihormati. Tamu yang terdiri dari anak cucu, teman atau tetangga, itu dapat disebut setengah tamu. Untuk menghormatinya tidak sukar, karena telah biasa. Bila ada sesuatu yang disuguhkan, lebih baik tamu tadi disuguhi. Tetapi jika tidak, cukup dengan penyambutan yang pantas, dan kata-kata yang hormat. Tidak baik menyusahkan hati seorang tetamu, tetapi juga tidak baik bila terlalu memanjakannya, sebaiknya yang seimbang dengan. kemampuan diri sendiri. (42) Tidak seyogyanya menyambut tamu uterus-menerus, sebab bila dirinya sedang menjalankan tugas, tentu akan merepotkan. Memang banyak tamu atau kawan-kawan yang datang berkunjung dengan tujuan tertentu. Tetapi tidak memperhatikan bahwa orang yang dikunjungi tadi sudah letih. Jadi orang yang empunya rumah harus mengetahui lebih dahulu, tamu itu seyogyanya ditemui atau tidak. Tetapi apabila tamu itu dari luar lingkungan, wajib disambut secara hormat. Sepantasnya tamu tadi disuguhi, biarpun tidak mempunyai sesuatu di rumah, harus diusahakan dengan cara bagaimana. Sebab itu sudah umum berlaku bagi orang Jawa, lebih- lebih bagi priyayi. Tetapi bagi orang muda yang mempunyai sifat senang lalai, memang kurang memperhatikan, lebih-lebih dalam hal bahasa. Bahasa itu ada kalanya dipergunakan dengan baik bahasa krama dan sebaliknya yaitu ngoko. Kalau memang sudah seharusnya dipergunakan dengan baik, maka seharusnyalah dipergunakan pada waktunya pula. Untuk dapat terpenuhi, maka oleh orang yang ahli, ajaran bahasa tadi dibagi-bagi, sebab bila tidak diperinci, ibarat semua pekerjaan akan terbengkalai, seperti menantikan orang kelaparan yang tak terurus saja. (43) Mereka mengartikan bahwa bahasa yang baik itu untuk apa, itu hanya suatu “sunah”, kalau perlu saja mereka mempergunakan, agar sikapnya terlihat bersopan-santun. Apabila ada seorang tamu besar, yang derajatnya melebihi yang empunya rumah, perlu disambut
  • 26. Cahmbanjar 25 dengan hormat dan baik. Sesudah duduk, pemilik rumah harus duduk dengan “ngapurancang” (kedua telapak tangan diketemukan). Kata-kata diucapkan dengan perlahan, tidak boleh bersambalewa, dan pada waktu tamu itu pulang, harus diantar seperti menyambut pada waktu ia datang. Jika ada tamu seorang ulama, dan orang yang lebih tua, tua dalam arti lebih bijaksana, harus dihormati dengan baik seperti telah pernah disebutkan. Bilamana orang tua tadi hanya tua umurnya saja, pemilik rumah supaya dapat mengira-ira bagaimana harus menyambutnya, tentunya tak sama dengan tamu para cendekiawan. Harus diketahui bahwa yang disebut tua itu ada dua macam, tua “majaji” dan tua “makiki”. Tua “majaji” ialah tua dalam umur tapi kenyataannya masih muda dalam ilmu. Sedang tua “makiki” yaitu tua dalam ilmu berarti dia itu pandai. Walaupun umurnya masih muda, seperti halnya ulama (muda) yang berpikiran luhur. Apabila tamu ituseorang fakir miskin yang meminta-minta, maka sebaiknyalah jangan diberi. Jika pemilik rumah itu sedang tak mempunyai uang dengan kata-kata manis, maka sebaiknya diminta kerelaannya untuk pergi, dan disanggupi akan diberi di kali lain. (44) Jadi pemilik rumah itu tidak memutus rahmat Tuhan, jangan sampai dia merasa bahwa hak milik itu hanya kepunyaannya sendiri. Bila orang berpendapat demikian maka dia itu akan berani dan takabur, akhirnya mendapat murkaTuhan, baik lahiriah maupun batiniah. Bilaseorang kedatangan tamu utusan dari saudara, kawan, priyayi ataupun orang besar, harus diketahui bagaimana cara menyambutnya. Sebab harus diingat bahwa menghormati utusan itu sama dengan menghormati yang mengutus. Oleh sebab itu, cara menyambutnya harus sama seperti kepada yang mengutus. Dalam bertutur kata harus berhati-hati, seperti berkata kepada yang mengutus pula. Selama berbicara tidak perlu keras-keras, supaya utusan itu senang. Kepadanya tidak boleh marah, walaupun sikapnya kepada pemilik rumah kurang pantas, sebab utusan tadi tidak tahu apa-apa. Andaikata pemilik rumah marah kepada utusan, salah-salah orang tadi menyampaikannya kepada orang yang mengutus. Entah bagaimana yang disampaikan, hal itu akan memecahkan persahabatan. (45) Lagi pula dilarang berpesan kepada utusan, jangan-jangan dia salah dengar. Dalam berbicara harus melihat kanan-kiri, tidak boleh meremehkan kata-kata dan harus dapat bijaksana. Kepada utusan itu tidak boleh berkata mengenai sesuatu rahasia. Sebab jika utusan tadi kurang pikir dan senang berbohong, bisa jadi pesan itu ditambah, yang dapat mengakibatkan adanya salahpaham. DHANDHANGGULA IX. Kesembilan
  • 27. Cahmbanjar 26 Dalam buku ini penggubah menasehatkan mengenai cara orang bertutur kata. Orang bertutur kata sebaiknya tidak asal mengeluarkan kata-kata, semua harus dipikir lebih dahulu. Pertama, supaya menghindari ucapan yang takabur, sombong dan congkak. Sebab orang takabur itu orang yang merasa dirinya lebih daripada orang lain, seolah-olah mampu menyelesaikan segala pekerjaan. Banyak bicara dan sering menyakitkan hati, dia ingin memperlihatkan kewibawaannya. Semua tingkah lakunya serba diperlihatkan, tak ada yang ditutupi agar semua orang melihat danmemujinya. (46) Orang sombong adalah orang yang segala tindakannya dan kata-katanya minta perhatian. Sebenarnya hal ini mengkhawatirkan, sebab kalau suatu ketika orang itu jatuh martabatnya, maka kejelekannya akan tersohor kemana-mana. Bagi mereka yang suka takabur, sombong, dan congkak, bila kena murka Allah tak akan ada obatnya. Jika mereka berlarut-larut bersikap demikian, dan tidak segera bertobat, maka mustahillah mereka mendapat ampun. Orang hidup dilarang bertindak demikian, justru mengharapkan segala hal yang baik, supaya selamat, terhindar dari tindakan yang jahat. Kedua, orang dilarang berbicara bengis dan kasar. Berbicara bengis berarti mengobral marah dan itu berarti pula kemasukan setan. Ketiga, orang akan mendapat kesukaran karena suka membicarakan kejelekan orang lain, sedang kejelekan diri sendiri tak disadarinya. Membicarakan kejelekan orang lain berarti menggendong dosa orang itu. Padahal menggendong dosanya sendiri saja belum tentu kuat, masih menggendong dosa orang lain, ini tak ada gunanya sama sekali. (47) Keempat, orang tidak boleh berkata bohong, sebab jangan-jangan ini menjadi kebiasaan. Orang yang suka bohong takdapat dipercaya, dan sifat itu dapat menjadikan hati gelap. Ibarat rumah yang lampunya padam, semua barang yang ada didalam, tak dapat terlihat. Sewaktu akan mengambil barang, barang itu telah hilang, dan habislah harta bendanya. Maka turunlah tingkat derajat orang itu, ya memang masih mempunyai harta sedikit, tetapi itu hanya setingkat orang kecil saja, bukanuntuk orang tinggi. Kelima, orang diharap menjaga ucapan-ucapannya, jangan sampai mencela orang lain walaupun hanya dalam kata-kata. Sebab orang yang suka mencela itu, bila diri sendiri belum mampu, oleh Tuhan akan dihadapkan kepada kenyataan yang sebenarnya. Keenam, mulut dijaga agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tak berguna, misalnya berseloroh, mengumpat, membual dan lain-lain, sebab hal ini dapat menjauhkan diri dari Tuhan. Bagi orang yang senang bekerja, berbicara dihitung untung ruginya, agar waktu itu untuk berbicara itu berfaedah baginya.
  • 28. Cahmbanjar 27 (48) Ketujuh, ucapan harus dijaga jangan sampai suka bersambalewa, sebab bersambalewa dapat menghilangkan kesopanan dan keprihatinan. Orang yang kehilangan sopan-santun akan berkurang kehormatannya, sedang orang yang hilang keprihatinannya segala kehendaknya tak akan tercapai. Ki Beja (lambang keberuntungan) meninggalkannya yang mendekat Ki Cilaka (lambang kesengsaraan). Oleh sebab itu orang harus berhati-hati dan jangan sampai lengah, sebab Ki Cilaka ini siang malam terus menunggu, menanti waktu bila seesorang sedang lalai. Padahal manusia itu lalainya bukan main, lengah dan tak teliti. Jadi apabila orang sudah lengah, Ki Cilaka akan datang menyerbu, dan biasanya manusia tak kuat bertahan terhadapnya. Bila orang mengadakan musyawarah dengan sanak saudaranya, orang yang lebih muda jangan sampai mendahului mengeluarkan pendapat, lebih baik segalanya diserahkan yang tua saja. Jika yang tua itu telah kehabisan akal, dan menyerahkan kepada yang muda, itulah baru diucapkan. Dalam memutuskan sesuatu hal, tidak boleh diputus (menurut pikiran) sendiri, harus dirundingkan dengan saudara tua. Sesudah terang mana yang dipilih oleh yang tua, yang muda harus menyetujui, kalau memang itu sudah betul. Dalam berfikir orang harus ingat kepada Tuhan, jangan sampai dengan hati panas dan marah. Sebab kemarahan itu peranggkap setan, yang menghalangi maksud menuju kebaikan. Kebaikan itu adalah anugerah tuhan, sedang amarah dan setan itu pekerjaannya mengurungkan kebaikan. Bekerjanya sangat halus tidak kentara selalu menyusup kedalam amarah orang. Seperti halnya bagi sesuatu yang sudah baik, sudah betul tidak meninggalkan dalil dan kadis, ijema maupun kias. Dan telah sesuai dengan peraturan negara namun gagal juga, karena perbuatan setan tadi. Hati manusia terhanyut melampiaskan napsu yang tidak benar. Oleh sebabitu, segala tindakan yang dirasa telah mantap, maka segeralah dilaksanakan, bila sudah terlaksana, maka jangan tergesa-gesa, dalam hal ini harus sabar. Jadi hati dapat ”pasrah” kepada Allah, agar usaha itu berhasil. Hal ini dapat dipersamakan dengan anugerah tuhan yang sejati, bila anugerah itu telah diperoleh, sikap dan pikiran dapat merasakannya, dan disinilah manusia hanya dapat bertobat kepada Allah. (50) Kecuali itu, juga supaya mengucap syukur kepadaNya, karena telah diijinkan menikmati hasil jerih-payahnya itu. Selanjutnya apabila seseorang bertutur kata dengan orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya harus selalu waspada. Supaya diperhatikan apakah buah pikiran orang tadi hasil dari pengaruh amarah, iblis, khawa ataukah dari nabi adam ataupun dari malaikat, ituharus diperhatikan sungguh-sungguh. Bila buah pikiran tersebut hasil dari amarah, iblis, dan khawa, akibatnya tentu akan jelek, dan itu (49)
  • 29. Cahmbanjar 28 tidak boleh diikuti. Lain halnya bila saudara tua itu memang penuh pengertian, maka dia pantas dibela. Kalau orang lain tentu tak mau mengakui kekurangannya, dan hanya mau mencari selamat diri sendiri saja. Berbeda dengan orang yang telah berbudi sempurna walaupun pikiran itu berasal dari khawa, amarah dan setan, tetapi hasilnya tetap baik. Pada zaman sekarang jarang orang yang dapat berhal sedemikian tadi. (51) Sedangkan pikiran yang berasal dari adam dan malaikat memang keduanya baik, jadi pikiran itudapat diikuti. Kemudian apabila seseorang berkumpul dengan banyak orang tidak baik jika mendahului dalam pembicaraan. Lebih baik menanti pendapat mereka yang dikeluarkan satu persatu. Tidak perlu menegur dan mencela kepandaian orang lain. Dipertemuan itu akan keluar pikiran baik buruk, betul dan salah, semua pasti terlihat. Ini ibarat ikan yang tersedia dalam lauk-pauk yang bermacam-macam. Disitu harus dilihat, lalu dipilih, ikan atau sambal dan ”lalab” manakah yang enak dimakan. Biarpun di situ terdapat ikan yang menggiurkan, tetapi dapat menyebabkan miskin maka tidak perlu dipilih. Baik dipilih saja yang tidak menimbulkan penyakit, mengenai ikan-ikan, sambal maupun lalab atau gundhangan seperti tersebut di atas. Sesama gundhangan namun bila gundhangan rebung (bakalan bambu) itu enak, tetapi tidak berfaedah. Lain halnya dengan gundhangan kunci yang sudah enak lagi berfaedah, di perut terasa hangat. Misalnya lagi, nasi liwet dan nasi kebuli, masih bermanfaat nasi kebuli, karena rangkaian lauknya berfaedah. (52) Dalam pertemuan supaya mengeluarkan segala isi hatinya. Bukannya setelah bubar, baru dibelakang mengeluarkan pendapatnya supaya disetujui. Hal itu tidak pantas, berdosa dan tidak akan selamat. Lain halnya jikaseseorang dimintai pendapat majikannya, segala isi pikirannya supaya diutarakan. Bila disetujui oleh majikannya, dia harus dapat mempertanggungjawabkan, walaupun pada akhirnya mungkin gagal, namun dia bersedia membelanya dengan hati yang mantap. Lain dengan cara mengabdi majikan yang pada dasarnya hanya pulasan saja. Disini dikatakan menyayang majikannya, tetapi sebenarnya hanya mencari pujian dan menyetujui sikap yang congkak. Adapun sikap orang mengabdi majikan yang benar-benar, ialah serba terbuka, apa kekhawatiran hatinya diutarakan, dan nanti diserahkan kepada majikan itu sendiri. Jika ada orang hanya memikirkan diri sendiri maka berarti kata hatinya tak dikatakan kepada orang lain kecuali kepada Tuhan dan Kanjeng Nabi. Yang jelas harus diingat bagi kita, ialah mengenai kelima ciri- ciri yang dapat menutupi penglihatan hati seperti telah terurai. Kalau memang telah menjadi ketetapan hati untuk mencapai kehendak itu, baik segera (53)
  • 30. Cahmbanjar 29 dilaksanakan dengan sareh dan disesuaikan dengan petunjuk Tuhan. Seyogyanya pula tidak perlu ragu-ragu akan petunjukNya, dan menyerah saja kepada kekuasaan Allah. SINOM X. Kesepuluh Untuk bagian kesepuluh ini, pengarang memberi nasihat kepada anak cucu bagaimana jika seseorang diciptakan Tuhan menjadi orang kecil (derajatnya) ataupun orang besar. Bila manusia diciptakan Allah menjadi orang kecil tidak boleh menyesal, biarpun menjadi bekel desa misalnya, itu sudah mempunyai kegunaan dan peraturan sendiri. Umpama lagi, orang yang menjadi petani, segala apa yang tergolong alat kerjanya, bajak, garu, arit, cangkul, pecok, wangkil (alat untuk membersihkan tanaman), kerbau, sapi dan lain-lain, harus dipentingkan, harus dilengkapi. Jadi orang itu dengan sendirinya akan rajin ke sawah, rajin menanami sawahnya. Siang malam yang dipikirkan hanya tanamannya saja, pala gumantung, kesimpar, kependhem (buah-buahan yang bergantungan, yang terletak di atas tanah, dan yang terpendam). Jika hasil tanaman itu baik, seyogyanya sebagian hasil tanaman itu dihaturkan kepada majikannya. Sebagai tanda bakti, atau serupa pajak demikianlah, dan ini baik dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan. Tidak baik segala pekerjaan serba lamban, apa yang telah menjadi kesanggupan untuk menghaturkan pajak kepada raja supaya dipenuhi. Karena telah dijamin hidupnya, maka jika diminta tanda bukti, tidak perlu banyak dalil, baik segera dihaturkan. Bila memang tidak kuat, lebih baik sawah itu dikembalikannya saja. Jika sawah itu benar diminta tidak perlu sakit hati. Sebab bila tanah tadi dipertahankan, menandakan bahwa orang itu tidak baik, dia akan menjadi ”tampikan” para priyayi, berarti pula tidak kasihan pada diri sendiri. Kemudian arti peraturan dalam kalangan tani, misalnya orang menjadi bekel desa, dia harus tertib. Masjid yang dibangunnya didekatnya harus selalu dilengkapi air. Para santri diberi bagian sawah sepantasnya, dan zakat fitrah baik diserahkan pula kepada mereka. Selanjutnya mencari orang yang bertugas sebagai kebayan (bagian keamanan). Harus dipilih yang kuat dan tidak minum candu. Sebab bila ada tamu priyayi, dia dapat cepat menyambut dan menjamunya. Oleh karena itulah harus dicari kebayan yang baik, yang dapat memelihara barang-barang. Membuat pagar pekarangan dari bambu, tetapi tidak boleh merusak pekarangan. Pagar rumah harus pantas dan kokoh, supaya bila ada tamu singgah, merasa aman. Mengenai arti berpengalaman ialah tahu akan kebiasaan yang berlaku bagi (54) (55)
  • 31. Cahmbanjar 30 daerah ”manca-pat” ”manca-lima”, dimana batas-batasnya dan dimana arah gunung- gunungnya. Kebiasaan mengenai wilayah itu baik terus dilakukan, dan seperti pada umumnya, orang dilarang membuat kebiasaan sendiri yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat setempat. Lagi pula dia (kebayan) itu tidakboleh bergaul dengan pencuri, biarpun orang tadi hanya membawai rakyat kecil, tetapi supaya mengusahakan tidak ada laku jahat di tempat itu. Bila mengetahui orang yang suka mencuri, baik segera diinsyafkan. Bila dia tidak mau insyaf, maka baik dikeluarkan dari wilayah tadi supaya tidak membawa nama jelek. Selain itu apabila seseorang dapat mendirikan masjid, maka orang-orang disitu diminta supaya bersembahyang di masjid. Bila banyak orang yang melakukan sholat lima waktu, berarti pula mengurangi tindakan-tindakan jahat yang ada misalnya main kartu, dan menyeret (minum candu) dua hal itu harus dilarang betul-betul. Sebab dari kedua hal itulah menyebabkan rakyat kecil miskin, serta adanya pencurian-pencurian. Memang sukar untuk mengetahui berapa besar nafkah orang itu satu persatu, supaya hasil nafkahnya tadi tidak menimbulkan kejahatan. (56) Apabila seseorang mengabdi raja, dia harus rajin menghadap, biarpun belum mendapat sawah (sebagai gajinya), dan tidak boleh terburu-buru ingin memilikinya. Sebab harus disadari bahwa dirinya belum berjasa. Karenanya dia harus rajin betul-betul untuk menghadap raja di balairung. Dengan teman abdi yang lain supaya merendahkan diri, dan minta pelajaran kepada mereka. Orang mengabdi dapat dilihat dari sikap dan tindakannya yang jelas kepada atasannya (bekel, wedana), harus dapat melayani dengan baik lahir maupun batin. Jika tidak sampai batin, sama saja dengantakpercaya pada Tuhan. Gusti itu sebagai atasan orang banyak, dan sebagai wakil Allah, yang adil para marta dan kepadanyalah mereka harus percaya pula. Adil para marta berarti banyak memanfaatkan, dengan demikian orang mengabdi harus rajin dan teratur dan dapat mengambil hati kawan, sebaliknya dirinya harus juga senang memaafkan kesalahan orang lain. Dengan demikian orang itu telah mendatangkan budi baik, dan kelak akan dibalas Tuhan. Selanjutnya orang dilarang berbicara yang bukan-bukan, membicarakan kejelekan kawan, serta iren (menghindari tugas) dalam pekerjaannya. (57) Bila ada kawan yang sedang dimarahi gusti, setidak-tidaknya dia ikut merasa susah pula, lebih-lebih kalau kawan itu memang salah, kasihan, oleh sebabitulah orang harus tepa- selira. Jadi dia tidak akan jelek di mata sesama abdi, karena saling dapat menjaga, baik lahir maupun batin. Teman yang baik itu bagaikan saudara, apalagi bila dia itu lebih tua, maka rasa hormat kepadanya sama halnya hormat kepada orang tua sendiri.
  • 32. Cahmbanjar 31 Kebetulan justru orang tadi lebih tua dan malahan menjadi atasannya pula, maka orang itu jelas wajib disembah. Adapun orang yang wajib disembah itu, pertama ialah raja, kedua orang tua, ketiga mertua pria-wanita, keempat guru kemudian kelima adalah saudara tua. Sedang para adipati itu disembah karena mereka merupakan para wakil raja. Kemudian para ”mantri” menyembah ”tumenggung”. Sedang ”tumenggung” wajib menyembah ”patih”, patih itu sendiri menyembah kepada saudara-saudara raja. Para pendeta ikut disembah pula, karena ia sebagai guru. Semua sembah tadi teratur sesuai dengan golongan dan pangkat, dimulai dari Tuhan Allah. Jadi semua makhluk harus menyembah Tuhan, serta utusan-Nya. (58) Kemudian sekali lagi diwajibkan menyembah raja lalu patih, adipati, keduanya sebagai wakil pemegang tampuk pemerintah, berdasarkan adanya kebenaran atau kenyataan belaka. Jika ada orang yang menjadi ”priyayi” dia harus mengetrapkan empat sifat: pertama sifat priyayi, kedua sifat santri, ketiga sifat saudagar, lalu keempat sifat (orang) tani. Sifat priyayi berarti orang harus mengetrapkan sopan-santun dan berbicara secara teratur. Tidak semena- mena, berpakaian pantas, senang memberi makan. Berani dan berhati-hati, selalu membuat enak hati orang lain. Dia tidak enggan menolong , dan rela memberikan apa saja tanpa pamrih. Selanjutnya sifat santri, pada dasarnya bersih dan harus suci, semuanya diserahkan kepada kerahiman Tuhan, segalanya diterima dengan syukur, tidak banyak bicara. Sedang sifat orang tani ialah sifat yang senang pada kejujuran, rajin dalam pekerjaan, ringan maupun berat tidak menjadi soal, karena itu sudah kewajibannya. Tidak senang mencela orang lain, tidak pula iri hati, sikap sederhana, setia dan jauh dari sifat bohong. Sedangkan sifat saudagar, ialah sifat yang penuh perhitungan. Dalam pekerjaan serba menanti, hemat dan selalu berhati-hati. Segala tindakannya selalu diperhitungkan. Demikianlah keempat sifat tadi yang layak dipersatukan. Jadi dalam sopan-santun agar mengetrapkan sifat priyayi, sucinya seperti santri, sedang kejujurannya seperti sifat orang tani. Kemudian dalam soal hitung-menghitung, pantas memakai sifat pedagang (saudagar). Jadi semua tindakan harus ditimbang benar-benar, dapat mendatangkan hasil atau tidak. Kalau memang merugikan, agar jangan sampai berlarut-larut, harus dihentikan. Sebab kalau tidak, sama saja dengan menyengsarakan diri sendiri. DHANDHANGGULA Dalam mengerjakan sesuatu, orang harus waspada akan asal-mula apa yang akan dikerjakan. Misalnya sesorang melihat permata yang indah, karena tertarik sekali, dia ingin memilikinya. Dalam hal ini orang harus mengingat kemampuannya, dan ini merupakan suatu (59)
  • 33. Cahmbanjar 32 jalan tengah. Sebab kalau diteruskan padahal tidak tercapai harga itu, tentu akan menyebabkan miskin saja. Itulah arti dilarang menurut asal-mula, jangan sampai asal-mula tadi dilanjutkan berakhir jelek, kalau demikian harus ditolak. Misalnya seperti tadi walau hati tertarik sekali, tapi harus ditahan agar tidak membawa kesengsaraan. Memang asal-mula yang timbul dari kehendak diri itu banyak yang baik, tetapi karena pengaruh nafsu, dan orang jarang ingat hal ini, maka akhirnya semuanya serba tak terpikirkan lagi. Namun ada pula yang asal mulanya jelek, tetapi akhirnya baik, selanjutnya ada juga pada mulanya baik tetapi akhirnya menjadi jelek. (60) Asal mula yang baik tetapi jelek itu, sebenarnya karena orang meninggalkan adat kebiasaan yang dahulu sudah berhasil baik. Pada perasaannya hal itu akan menambah sifat- sifat baik, dan terus-menerus dilakukan. Tetapi karena secara penuh nafsu, maka taktahunya justru akhirnya menjadi rusak. Permulaan yang jelek namun berakhir baik, itu seperti halnya Seh Malaya yang senang mengambil barang-barang milik orang lain. Pada suatu ketika kebetulan barang yang diambil itu milik Sunan Bonang, yang telah mengetahui bahwa orang yang mengambil barangnya itu sebenarnya orang baik. Sunan bermaksud untuk memperbaiki orang tersebut. Seh Malaya mematuhi akan semua nasehatnya, kemudian dia dijadikan sahabat Sunan Bonang dan patuh pada semua perintahnya. Lama kelamaan karena sangat keras bertapa, maka akhirnya menjadi aulia hebat, bernama Seh Malaya atau Sunan Kalijaga. Oleh karena itu orang harus ingat, apabila sesuatu bermula diawali dengan tindakan jelek, supaya bertobat kepada Allah dan keras bertapa, supaya kelak mendapat ampun dari Tuhan yang bersifat belas kasih akan umat-Nya itu. Dia selalu meluluskan permintaan umat-Nya, lebih-lebih bagi orang yang bertobat masih terbuka bagi siapa saja. Sebetulnya tidak pantas mengenai ucapan seseorang yang merasa dirinya jelek, kemudian membiarkan dirinya menjadi jelek terus (tidak perlu tanggung-tanggung). Biar saja orang mendapatkan keberuntungan demikian pikirnya. Pikiran semacam itu sudah terjerat setan dan nafsu amarah yang berkobar-kobar. Dia malu untuk mundur biar hanya sejengkalpun untuk menjadi orang yang baik. Tidak mau dia mengakui adanya martabat rendah dan tinggi, tidak mau mengakui adanya abdi, yang diakui hanya martabat yang tinggi saja. Itu tentu tidak mungkin. Hidup di dunia ini sejak Nabi Adam, martabat rendah dan tinggi itu memang sudah ada. Setelah mengalami martabat yang rendah, denganterus-menerus bertapa, maka dia akan mendapat ampun dari Tuhan. Demikian pula bagi para nabi, ratu, wali, dan mukmin, ya pada orang-orang yang masih makan nasi, akan mengalami hina dan mulia seperti itu. (61)
  • 34. Cahmbanjar 33 Sementara ada juga orang yang menyesali dirinya, mengapa dirinya oleh Tuhan diciptakan beda dengan yang lain. Dalam hati dia mengumpati raja, juga lurah atau bekel (atasannya), malahan ada pula yang mengumpati orang tuanya. (62) Umpatan dalam hati tadi sering keluar dalam ucapannya, yang tidak disadari bahwa sebenarnya dirinyalah yang bertindak hina, kurang rasa terima kasih dan tobat kepada Tuhan. Padahal orang memohon kebaikan itu, harus disertai dengan laku ”laku” yang bersih. Syukurlah apabila permohonannya diterima. Kecuali bagi orang yang telah berbuat baik (menghutangkan) kepada raja, lurah dan bekel, karena telah menyelesaikan semua tugas yang terlihat maupun yang tak terlihat, jelas permohonannya diterima secara lahiriah. Apabila sudah mendapat anugerah dari Allah, dengan perantara raja (karena kasih raja kepadanya), seharusnya orang itu tahu, berapa luas sawah pemberian raja, berapa hasilnya. Semua tadi dihemat dan diperhitungkan, ini merupakan tindakan yang terpuji untuk memelihara anugerah Tuhan, dan pemberian raja. Sebagai bekal orang mengabdi, harus memperhatikan semua tugas antara lain, pakaian untuk menghadap, dan tindakan tadi diusahakan supaya dapat bertahan. Tidak perlu sombong, membanggakan dirinya, sifat seperti itu menghambat orang dalam melakukan tugas. (63) Jika seseorang ditakdirkan mempunyai kedudukan mantri, dia harus memakai adat kebiasaan sebagai mantri, yaitu harus memperhatikan 3 hal, ialah: ”nistha”, ”madya”, dan ”utama”. Atau dengan kata (dari pandangan sudut) lain (kiri) yaitu tiga tempat : Janaloka, Endraloka dan Guruloka. Janaloka tempat manusia pada umumnya, ya di bumi ini, sedang Endraloka dalah istana Dewa Endra. Kemudian Guruloka ialah istana Bathara Guru. Dalam ketiga hal tersebut berarti orang harus tahu akan sopan-santun, tahu akan tugas masing- masing, yang baikmaupun yang jelek, serta tindakan yang hina maupun mulia. Mengetahui Endraloka berarti tahu akan cara menyembah dewa satu-persatu. Kemudian Guruloka, seorang mantri harus tahu cara menyembah Batara Guru ini. Adapun cara tadi dapat dilakukan asal orang itu dapat mengetahui sarengat (peraturan agama Islam), tarekat (pengetahuan mengenai kewajiban dalam agama Islam), serta hakekat atau kenyataan yang ada. Dengan kata lain dia harus tahu pula akan ”nistha, madya, utama” sopan santun, dan undang-undang negara. Demikianlah sarana kesempurnaan bagi orang hidup yang tercantum dalam ketiga macam cara tadi. Apabila seseorang ditakdirkan menjadi bupati, bupati itu sama dengan raja, oleh karenanya dia mempunyai tugas mengatur daerah. Kecuali itu mempunyai pula tugas
  • 35. Cahmbanjar 34 mengatur perkara yang mungkin memalukan juga, dia harus dapat bertindak supaya perkara tadi tidak tersiar. (64) Orang menjadi bupati tidak mudah, sebab lahir batin bertanggungjawab atas daerahnya. Tidak boleh hanya menikmati kewibawaan serta kemuliaan itu saja, tetapi harus selalu siap sedia. Pertama, adalah menanti perintah raja. Kedua selalu waspada terhadap daerah di luar wilayahnya, untuk menjaga jangan sampai ada persoalan. Bilamana terjadi persoalan, supaya dirunding dengan baik, dan jika sudah sepakat supaya cepat dilaksanakan, tidak perlu ditunda-tunda lagi. Sebab ini menjadikan beban pikiran saja, jangan-jangan malah dapat menimbulkan bahaya. Ibarat sumur yang lama tidak diambil airnya, maka di dalamnya tentu penuh tanah kotoran, beserta ijuk, beling, dan bambu-bambu kecil. Kalau dibersihkan (diambil), sukar dan sangat berbahaya. Hal ini dapat terlaksana bila mendapat bantuan atau anugerah dari Allah. Tetapi bukannya hanya menanti-nanti saja akan datangnya anugerah tersebut, namun harus disertai dengan usaha pula. Biarpun nanti usaha itu berhasil dan tanah kotoran tadi dapat terangkat, tetapi kesukaran lain masih banyak. Sama saja seperti beras yang tumpah, bila diambil dan ditimbang (ditakar) lagi, tak mungkin kembali seperti semula. Sebenarnya hal itu harus disadari sebab-musababnya, ternyata tiada lain karena dia mendapat murka dari Tuhan, atas tindakannya yang sukaberlarut-larut itu. Sebab andaikata sesuatu yang menjadi putusan tersebut cepat dikerjakan, tentu selamat. Tidak perlu berbeda pendapat semua sepakat menjadi keputusan. Bila tak ada kesepakatan maka hasilnya mengecewakan. Sebagai seorang bupati harus menjaga nama, harus memegang teguhpendapatnya, jika sudah menjadi putusan, dengantekat mantap harus dilaksanakan biarpun itupenuh bahaya. Mantap adalah sari ilmu. Di dalam hidup, agar segala kehendak orang dapat berhasil, maka tindakannya harus disertai ilmu. Bukan hanya secara menghabiskan kekayaan orang lain saja untuk mencapai kesenangannya. (66) Sebagai seorang abdi, cara seperti itusangat hina dan melanggar peraturan negara yang baik. Berbeda dengannahkoda yang kaya, yang tugasnya memang tak ikut merembug tentang wilayah. Dia hanya memikirkan kesenangan hidupnya saja, bagaimana mendapatkan laba, bagaimana supaya uangnya semakin bertambah, demikianlah yang dipikirkannya. Lain hal dengan orang yang menjadi patih yang merupakan wakil raja, bila hatinya jahat terhadap yang diwakili, itu lebih berbahaya lagi. Jadi seumpama keris (raja) dengansarungnya (patih). Bila keris itu tak dapat masuk ke dalam sarungnya bagaimana keadaan seperti itu dapat menjadi baik. Andaikata keduanya dapat bersatu (patih dan raja), tetapi patih tadi tak dapat (65)
  • 36. Cahmbanjar 35 memerintah para senapati dan mantri, maka kesalahan kecil dari mereka akan ditimpakan kepadanya. Memikirkan tentang negara. Negara yang penuh persoalan, sebenarnya didalam telah ada pengadilan yang diatur, untuk mengadili hal yang benar dan yang salah, yang melanggar adat dan yang menganut adat kuna. Selanjutnya hal-hal yang baik diambil untuk diterapkan dan disesuaikan dengan zaman sekarang. Mantri sendiri tak dapat mengetrapkan hal-hal seperti itu, sebab hanya patihlah yang berkuasa. Disini berarti bahwa sebenarnya baik mantri, tumenggung, maupun ketua desa, dapat juga mengetrapkannya, tetapi mereka tak berhak dan tak berguna. Kalau orang-orang tadi diberi kuasa pula, berarti merusak peraturan itu sendiri. Jadi jelaslah siapa yang menjadi patokan, siapa yang menentukan sikap, patihlah yang betul-betul berkuasa, melakukan segala perintah raja. Keduanya merupakan dwi tunggal bersenyawa seperti keris masuk dalam sarung, atau sarung masuk ke dalam keris, bersatu padu, menjadikan negara bertambah kuat. Di dalam hukum, setiap wilayah sudah mempunyai bagian (tugas) sendiri-sendiri, patih tinggal memeriksa saja. Disini patih harus dapat memilih orang-orang pandai sebagai perabot desa yang sesuai denganjabatannya. Oleh pengubah nasehat yang diutarakan bagi orang yang menjadi patih tidak perlu diperpanjang lagi. Sebab dahulu kala sudah banyak contoh bagaimana cara melaksanakan tugas yang dapat berakhir baik, sedang, dan jelek. Seyogyanya orang mengucap syukur kepada Tuhan karena dari kodrat Allah, dengan perantaraan raja, seseorang dapat menjadi orang besar atau orang luhur. Kecuali itu dapat pula seseorang bermula sebagai orang luhur, tetapi kemudian menjadi orang hina. Semuanya tadi dimaksud untuk contoh agar dicatat dalam hati sebagai teladan anak cucu. KINANTHI XI. Kesebelas Di dalam bab sebelas ini kyai Yasadipura membicarakan antara lain tentang turunnya derajat dan berubahnya wahyu (anugerah Tuhan). Nasehat kepada generasi mendatang, berupa pesan, supaya mereka itu mengetahui dengan seksama bahwa berkurangnya derajat atau martabat dan berubahnya wahyu itu, disebabkan oleh rasa melik(ingin memiliki), yang membawa ke sifat lupa. Misalnya seseorang yang melik dengan cara mengurangi pangan orang kecil yang berpenghasilan kecil pula, itu keterlaluan. Sebenarnya hal itu hanya karena menuruti hawa nafsu saja. Inilah yang menyebabkan berkurangnya martabat. Bukan karena jumlahnya sedikit yang tak kentara, seperti halnya bulu badan yang lembut dicabuti tak terasa sakit, tetapi jelas dari perbuatan itu dapat nenuman (ingin melakukan terus) nafsu jahat (67) (68)
  • 37. Cahmbanjar 36 tersebut. Selanjutnya justru terlihat bahwa semua tindakannya menyimpang dari peraturan. Apabila tindakan itu kemudian terlalu menyimpang, maka wahyu tadi dengan sendirinya akan beralih. Hal ini dapat diumpamakan seperti orang yang hendak membeli barang kesenangannya : kuda, keris, emas, permata atau kain yang bagus, ataupun barang-barang sepele yang berharga murah. Dia menawar barang itu dengan harga tinggi, kemudian barang diberikan atas penawarannya tadi. Tetapi orang tersebut ragu-ragu, kemudian pembelian itu dibatalkan. Kegagalan tadi dikarenakan oleh bermacam-macam sebab, antara lain harga barang itu sendiri. Dia sangat menyesal, karena harga barang terlalu tinggi, jadi ia sayang akan uang yang terbuang. Dengan demikian martabat dia akhirnya berkurang, memang sudah wajar bahwa priyayi itu kalau membeli, uang pembayarannya malahan agak lebih dari semestinya. Lebih-lebih bila sudah berjanji, maka bila gagal, hal itu dapat menyakitkan hati. Oleh sebab itu tindakannya harus dijaga baik-baik sayang kalau martabatnya menjadi rusak. Sebuah perumpamaan lagi, seandainya seseorang senang keris yang baik bentuk maupun tangguhnya (sifat keris menurut jaman empu yang membuatnya. Sayang bahwa keris tadi sebuah wasiat, jadi agak sukar untuk memilikinya. Tetapi karena sangat senang dan ingin memilikinya, maka dicarinya akal keris tadi dibayar dengan harga tinggi. Yang empunya keris takut, keris diberikan, jadi keris tersebut cara memilikinya dengan paksa. Sebenarnya bila barang itu wasiat, cara demikian tadi tidak baik. Orang itu tak akan dapat lama memiliki barang tadi, akhirnya wahyu itu beralih juga dari dirinya. Lain halnya apabila yang mempunyai keris wasiat itu sendirilah yang menjual, karena dia butuh uang. Sebaiknya keris itu dibeli saja dengan harga umum ataukah dibayar lebih tinggi dari permintaannya. Dalam jual beli tadi, seyogyanya pembeli mengatakan bahwa wasiat tadi diminta kerelaannya, supaya sah dan tetap menjadi miliknya. Memang wasiat itu dapat dijual karena butuh uang dengan dalih untuk menolak kemiskinan. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa selama dirinya masih hidup, keris itutakkan lepas dari lambungnya. Orang yang berkata demikian tadi memang betul, selagi dia benar-benar mantap dan dapat menetapi (memegang teguh) ucapannya. Tetapi jika ingkar, sungguh berbahaya sekali terhadap keris yang dimuliakan dan dianggap sama seperti orang tuanya sendiri itu. Hal ini berarti bahwa betapa berat rasanya bila orang tak mempunyai pakaian dan tidak makan, serta tak berkepandaian pula. Bila ragu-ragu karena kurang ilmu, maka dia akan mudah dipengaruhi iblis. Hati diarahkan ke perbuatan sesat, lalu keluarlah pikiran yang jahat, lama – kelamaan ia menjadi penjahat. (69) (70)
  • 38. Cahmbanjar 37 Dia mempergunakan barang pusaka untuk mencuri, karena banyak perbuatan jahat yang telah dilakukan, maka pada suatu saat dia tertangkap. Lehernya dipukul patah, dan meninggallah dia. Mayatnya terkapar, barang pusaka sudah dirampas oleh yang memukul. Selanjutnya kentongan dipukul bertalu-talu, mayatnya diikat “dibongkok”, lalu dibuang, seperti kebiasaan yang terjadi pada peristiwa seperti itu. Di sini tak ada orang yang menggugat, demikianlah hasil orang yang kurang berpikir, tak berpengetahuan, dan tak mau berusaha. Setelah dipukul ternyata nyawanya melayang juga. Dan ternyata khasiat yang diandalkan dari pusakaitu telah hilang tuahnya. Besi dianggap bertuah, kalau dahulu dijual, maka uang hasil penjualan itu dapat dipergunakan untuk modal. Hasilnya dapat dinikmati sedikit demi sedikit untuk penangkal sifat tamak dan sombong. Jika laku dengan harga tinggi, itusebagai upah jerih payahnya. Sebenarnya tuah yang benar, bagi manusia hidup, bukannya tuah dari tombak-keris tetapi berasal dari petunjuk-petunjuk atau nasehat-nasehat yang baik. Kepercayaan pada barang lahiriah tak dapat membentuk hati baik. Biarpun dia mempunyai wasiat buatan Pejajaran, yang terkenal baik, juga buatan Siyung Wanara, tak akan dapat merubah sifat dan hati pemiliknya menjadi baik, kalau hatinya memang jahat. Di sini si setan menggoda, wahyu orang tadi dan tuah dari wasiat yang diandalkannya lari terbirit-birit, ternyata wasiat itu tak berguna lagi. Seperti kisah di jaman dahulu yaitu putra sang Resi Drona. Aswatama mempunyai pusaka yang sangat diandalkan. Pusaka tadi hadiah dari Dewa, berupa sebuah panah bernama Cundhamanik. Panah milik Aswatama itu untuk menumpas kedurhakaan, tetapi digunakannya untukmencuri di daerah (pakuwon) perkemahan Pandawa. Kita ringkas saja cerita ini, Aswatama mendapat murka dari Dewa, Dewa Warna turun, dan pusaka Chundamanik dimintanya. Kemudian pusaka itu diberikan pada keluarga Pandhawa, Aswatama tinggal “melongoh” tak bekutik. Dia mohon ampun tetapi tidak dikabulkan oleh sang Kresna, maka hilanglah wahyu Aswatama dan hukuman pancunglah yang diterimanya. Kisah dari sudut lain ialah sewaktu Sunan Giri, tidak menghadap ke Majapahit, rakyat seluruh daerah Giri dapat dikuasainya. Sang Prabu Majapahit memberi perintah pada para perwira untuk menggempur Giri, dengan perlengkapan perang yang besar. Setiba di Giri pasukan tersebut menyerang, rakyat berlarian mengabarkan kepada Sunan Giri kalau ada musuh besar datang menyerang. Pada waktu itu Sunan Giri sedang asyik menulis atau membuat buku, yang ditulisnya itu buku mengenai islam. Anak istrinya menangis bersama, dengan cepat sunan Giri membuang alat tulisnya yang segera berubah menjadi keris. Keris (71) (72)
  • 39. Cahmbanjar 38 tersebut lalu mengamuk menghadapi musuh. Kangjeng Sunan enak-enak duduk, hanya alat tulisnya saja yang mengamuk. Beberapa orang meninggal terbunuh oleh keris tadi, sedang yang lain melarikan diri pulang ke Majapahit. Kalammunyeng demikian nama keris itu, lalu kembali menghadap Sunan Giri. Kangjeng Sunan bersabda. “ Hai kalammunyeng, karena kau terjadi dari kalam, maka kembalilah kau menjadi kalam lagi”. Kalammunyeng segera berubah menjadi alat tulis kembali. Demikianlah hasil tindakutama dan hati sempurna, dari sikap dan perbuatan seorang wali. Oleh sebab itu janganlah slah tafsir, mencela orang yang membuat perumpamaan ini, sebab belum tentu setiap orang dapat menirunya. Orang yang salah tafsir berarti mengaburkan maksud perumpamaan tersebut. Meskipun seseorang dapat bersikap baik dan menganut para wali, tetapi mustahil jika dia dapat meniru sikap dan tindakan seorang wali dalam hal perbuatan dan budi pekerti yang baik. Misalnya dapat meniru, ya hanya seperseratus saja bahkan hanya sepersepuluh ribunya dari sikap dan perbuatan wali. Sedang seluruh orang Tanah Jawa yang beragama islam, semua mencontoh para wali tersebut. Di sini penggubah minta kepada kita supaya membandingkan kebesaran Nabi Muhammad dengan para wali. Lebih mulia dan luhur siapakah sebenarnya, Sali atau kangjeng Nabi. Kangjeng Nabi yang jelas sah mengemban perintah Allah, menjadi contoh di dunia bagi mereka yang menganut beliau. Oleh sebab itulah beliau ini mendapat sebutan Nabi Panutan yang berarti dapat ditiru semua perbuatan beliau. (73) Dengan demikian penggubah tak perlu memperpanjang perumpamaan-perumpamaan, walaupun ada diantaranya yang menertawakan penggubah. Sebab orang muda jaman sekarang ini banyak yang pandai memakai cerita Rama bahasa Jawa Kuna (Kawi) dan biarpun pandai tetapi hatinya penasaran, tergesa-gesa mencela orang lain. Padahal belum dipertimbangkan masak-masak, apalagi mengerit persoalan tersebut. Maklumlah, sewaktu penulis sendiri masih muda, kerap kali juga suka mencela orang lain, karena merasa dirinya lebih pintar. Ada seorang pujangga berasal dari Ngeksiganda, pendapatnya oleh penggubah tiaphari selalu di sanggah, baik mengenai tulisan maupun bahasanya. Ternyata orang tadi memang bukan pujangga betul-betul. Artinya orang tersebut tidak memiliki kepandaian benar-benar, masih meminjam kesana-kemari, berserabutan takkaruan. Penggubah sendiri heran, dan kini setelah merasa berumur, menyesal juga, jangan-jangan sifat keras hatinya ketika masih muda akan berlarut-larut sehingga hal itu tentu berakibat tidak baik.
  • 40. Cahmbanjar 39 DHANDHANGGULA Dalam bagian ini penggubah masih membicarakan tentang sikap atau tindakan yang menyebabkan turunnya derajat. Dikatakan bahwa anak cucu dilarang membuat rumah yang berlebih-lebihan besar, bagus dan indahnya hiasan, dalam arti takboleh melebihi ukuran. Hal ini pasti tidak dapat diubah akan turunnya derajat, sementara ada perubahan martabat, dalam jaman pangiwa maupun panengen. Hal tersebut sejak Nabi Adam hingga jaman sekarang, tahun Alip (1747), bagi orang besar maupun kecil ternyata tak ada bedanya. Dahulu di tanah Arab, para raja membuat istana yang menyerupai surga, ternyata bahwa mereka itu tak ada yang selamat. Jaman pangiwa demikian pula. Para raja yang kuat baik berupa raksasa maupun manusia, yang membuat istana seperti surga juga tak ada yang selamat. Sedang sekarang rakyat kecil di desa-desa maupun di kota, serta para orang besar yang lain, tak diperkenankan membuat rumah besar seperti tersebut di atas. Demikian pula bagi raja-raja, karena itu sudah umum termasuk dalam adat. Adakah benda penangkal agar orang tak mengalami kemerosotan derajat karena hal tersebut. Penggubahnya berani memastikan dengan taruhan potong leher atau bayaran berapa saja, asal langit dan dunia ini masih ada, demikian pula bulan, bintang dan matahari masih bersinar, jelas hal itu takdapat dirubah. Penggubah merasa tobat terhadap Tuhan, karena telah terlanjur dalam ucapannya, yang berani menentukan sesuatu. Hal ini disebabkan oleh hati yang mendongkol, karena memberi nasehat kepada anak cucu sendiri, tetapi tak diperhatikannya. Nasehat yang diambil dari ilmu adat jaman dahulu, Karena berkat Tuhan, maka semua tadi dapat dipetik sebagai contoh. Ada segolongan yang menyatakan, bahwa lebih baik mengurus pekarangan (halaman), dengansebaik-baiknya saja, supaya mendapat dua macam pujian. Pujian pertama, ialah setiap orang yang melihat, mengatakan pekaranganitu bagus dan bersih, mengenakkan hati. Pujian kedua, yaitu pujian dari tuannya, yang menandakan bahwa dia mendapat berkat dari raja. Ucapan itu memang betul, juga, tetapi sebaiknya takberguna bagi jiwa dan raga, itu hanya pujian basa-basi saja. Sedang pujian yang betul-betul berguna lahir batin ialah yang berasal dari “gusti” (majikan). Pujian tadi pujian yang tulus keluar dari hati sanubarinya, dapat menyegarkan badan. Biarpun seseorang mempunyai rumah bagus, namun dalam tugasnya selalu salah dan tak cekatan, tak urung akan dimarahinya juga. Sedangkan pujian yang berasal dari banyak orang, itu merupakan pujian kosong, hanya dapat dibuat penopang balai-balai saja. Ada orang menyanjung, kebetulan orang yang menyanjung tadi, bertamu ke rumah seseorang. Karena tidak dijamu, maka sanjungannya tidak berkobar-kobar lagi, akhirnya hilang dan disertai perut kosong dia kembali pulang. (74) (75)