SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Perkembangan Pemekaran Daerah


            Ujian Akhir Semester
      Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik




                    Oleh:
            Barita P. M. Siahaan
                0616041024




  JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
        UNIVERSITAS LAMPUNG
                 2009
Perkembangan Pemekaran Daerah


Pengertian pemekaran daerah
Pemekaran daerah merupakan suatu langkah atau cara politik sebuah daerah
dengan cara membagi atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah tersebut
baik bagian atau daerah yang berbentuk provinsi baru atau pun kabupaten baru.
Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam pemekaran daerah ini adalah
tidak lain dengan meningkatkan berbagai pelayanan social yang diberikan dan
meningkatkan kefektivan serta keefisiensian sebuah daerah dalam mengatur atau
mengelola daerahnya baik dilihat dari sector perekonomian, politik serta
pelayanan public untuk masyarakatnya.


Dalam Undang Undang otonomi daerah, wacana pemekaran tidak terlepas dari
pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. Hal ini menyimpulkan bahwa pada
prinsipnya otonomi daerah merupakan media atau jalan untuk menjawab tiga
persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik.
Sehingga banyak orang berasumsi bahwa pemekaran daerah merupakan langkah
yang diambil setelah diberlakukannya otonomi daerah yang merupakan:
   1. pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah merupakan jalan atau
       upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat.
   2. melalui pemekaran daerah juga harus tercipta akuntabilitas yang terjaga
       dengan baik.
   3. pemekaran daerah diformulasikan menjadi langkah untuk mengupayakan
       responsiveness, dimana publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan
       kebijakan.




Tujuan pemekaran daerah
Bersdasarkan pasal 2 PP 129/2000 disebutkan ada beberapa tujuan dibentuknya
sebuah daerah baru atau dilakukannya pemekaran daerah. Tujuan tersebut
diantaranya:
1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
   2. meningkatkan pelayanan masyarakat
   3. mempercepat pertumbuhan demokrasi
   4. mempercepat pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah
   5. mempercepat pengelolaan potensi daerah
   6. meningkatkan keamanan dan ketertiban
   7. meningkatkan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah


Pembentukan pemekaran daerah dan daerah otonom
Pemekaran daerah dapat terjadi di setiap wilayah di Indonesia ini. Suatu daerah
otonom dapat melakukan suatu pemekaran dengan menggunakan sebuah media
yaitu melihat indikator keberhasilan pembangunan daerah selama penerapan
otonomi daerah tersebut, yang telah berusia enam tahun ini, sekaligus dapat
dijadikan sebagai dasar dalam melakukan pemekaran.


Indikator menilai kemajuan
Dalam implementasi struktur, fungsi dan tugas dalam kepemerintahan suatu
daerah dapat ternilai apakah daerah tersebut mampu dalam menjalankan situasi,
mengoperasikan serta meningkatkan pelayanan dalam daerah otonomnya.
Penilaian ini dilakukan dengan melihat indikator yang secara sederhana dapat
dikategorikan sebagai berikut:
   1. aspek ekonomi daerah. Indikator aspek ini akan menjawab seperti
       apakah nantinya kekuatan ekonomi dari daerah-daerah yang menjadi
       bagian dari wilayah yang hendak dimekarkan. Selanjutnya, potensi-potensi
       apa yang bisa dimaksimalkan dalam membangun ekonomi daerah. Ini
       perlu dilakukan, mengingat pertimbangan ekonomi adalah salah satu unsur
       utama didalam memandirikan suatu daerah. Sebab indikator ini
       menggunakan dasar penilaian dengan menggunakan dasar ”apakah
       pembangunan yang terjadi selama enam tahun terakhir ini adalah
       pembangunan       yang    merangsang     pertumbuhan       ekonomi    di
       masyarakat lokal.” Hal ini perlu dijalankan dengan melakukan kajian
       mendalam, sehingga kelihatanlah seberapa besar pengaruh otonomi
daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun secara regional, untuk
      memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan demikian akan bisa
      kita ketahui bahwa apakah otonomi daerah selaras dengan upaya dalam
      meningkatkan kesejahteraan rakyat.
   2. aspek pelayanan publik. Dalam konteks ini, harus dinilai seberapa dekat
      pemerintah daerah dengan masyarakat, yang tercermin dalam urusan-
      urusan pelayanan publik yang terbuka, efisien dan efektif. Apakah publik
      merasa dipuaskan melalui pelayanan pemerintah lokal, atau justru
      pemerintah lokal mengharapkan pelayanan dari masyarakat. Apakah
      mental-mental KKN dan primordialisme masih sangat kental dalam
      urusan-urusan publik. Masih terdapat ketidakadilan, kemudian politik
      kongkalikong di antara elit lokal masih kerap terjadi.
   3. aspek pembangunan demokrasi politik. Menjadi penting                    juga
      mengkaitkan antara pelaksanaan otonomi daerah dengan upaya-upaya
      pelembagaan demokrasi ditingkat lokal. Potret ini bisa terlihat dari
      beberapa kritiskah rakyat dalam melihat kebijakan-kebijakan yang
      dikeluarkan oleh pemerintah lokal? Atau seberapa besarkah kontribusi dari
      masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan strategis di daerahnya ?


Indikator diatas merupakan sebagai batu loncatan yang harus dipertimbangkan
baik-baik oleh pemerintah dalam menyetujui terbentuknya daerah baru dari
pemekaran otonomi daerah. Sehingga pada akhirnya daerah yang dimekarkan
dapat sungguh-sungguh mampu dalam mengelola daerahnya.


Jawaban supaya suatu daerah mampu melewati indikator dan membentuk sebuah
daerah baru atau memekarkan daerahnya adalah dengan mempercepat laju
pertumbuhan    pembangunan      daerahnya     dari   berbagai   aspek     kegiatan
kepemerintahannya.   Menurut     Marselina    (Unila,   27-4-2006),     percepatan
pembangunan di daerah otonom bisa dilakukan dengan cara:
   1. mendorong dan membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
   2. desentralisasi pembangunan dan pelayanan publik
3. belanja pembangunan dalam APBD yang tepat dan terfokus; dan
   4. strategi pemekaran sebagai opsi terakhir yang menjadi awal rencana
       memekarkan daerah.


Pemekaran daerah pada faktanya
Pada kenyataannya pemekaran daerah tidaklah berjalan sesuai dengan tujuan apa
yang seharusnya menjadi target. Hal ini nampak dari belum kunjung
meningkatnya kesejahteraan dan kualitas pelayanan yang diperoleh masyarakat
masih seperti yang dulu. Pelayanan yang didapat masih dapat dikatann sebagai
pelayanan yang ruwet, rumit, dan duit. Pascapemekaran, wilayah induk dan
provinsi termasuk juga pemerintah pusat, mengalami berbagai kesulitan karena
harus berbagi sumber daya dan dana APBD/APBN. Jika rencana pemekaran tidak
hati-hati dan dipersiapkan dengan matang, lebih dominan "musibah" yang ditelan
masyarakat ketimbang "berkah" yang menghampiri.


Selain itu pemekaran juga tidak jauh dengan istilah ”daerah pemekaran
bermasalah” hal tersebut nampak pada ungkapan Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) M. Ma'ruf yang menjelaskan hasil evaluasi 98 daerah otonom,
umumnya daerah baru hasil pemekaran, ternyata 76 daerah (78%) bermasalah,
seperti soal penyerahan personel, peralatan, dokumen, batas wilayah, rencana tata
ruang, pemindahan PNS ke daerah baru, dan yang paling berat adalah masalah
pendanaan. Masalah pendanaan ini berkaitan erat dengan belum tercapainya
angka potensi kemampuan ekonomi.


Ungkapan yang tidak sesuai dengan kenyataannya:
      "Pemekaran diharapkan tidak membebani keuangan negara," kata Menteri
      Dalam Negeri Mardiyanto saat menyampaikan pandangan pemerintah
      dalam rapat paripurna pengesahan pembentukan 12 daerah pemekaran
      baru di Gedung MPR/DPR, Rabu (29/10).
Jumlah daerah merupakan angka pembagi dalam formula penentuan Dana Alokasi
Umum (DAU). Yang dirugikan sebetulnya daerah induk, karena alokasi APBN
untuk daerah menjadi terbagi kepada daerah otonom baru. Namun biasanya,
jumlah DAU yang diterima daerah induk setelah pemekaran minimal sama
dengan sebelum terjadinya pemekaran, maka kebutuhan dana akibat pemekaran
ini menjadi beban tambahan bagi pusat. Pembentukan daerah baru ternyata
memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional. Wujud dari implikasi ini
dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Mardiasmo yang melihat
keberadaan daerah otonom baru akan mengurangi alokasi dana perimbangan yang
diterima daerah yang telah ada.


Dengan alokasi anggaran kepada daerah yang harus memperhatikan kemampuan
anggaran negara dan dengan bertambahnya daerah-daerah otonom baru, yang juga
harus memperoleh anggaran perimbangan, mengakibatkan pemerintah pusat
memilih merasionalisasi alokasi anggaran. Sehingga, penyesuaian yang dilakukan
dalam pengalokasian anggaran perimbangan memberikan dampak kepada daerah-
daerah yang sudah ada sebelumnya.


Pemekaran tidak mengarah jauh lebih baik
Beberapa data lagi yang dapat menggambarkan kondisi pembentukan daerah
otonom baru tidak serta merta memberi perubahan baik kepada masyarakat
daerahnya.
   1. pembentukan daerah otonom baru memberikan implikasi terhadap
       pengelolaan kelembagaan nasional. Bahwa daerah otonom di Indonesia
       menjadi bertambah jumlahnya sehingga menghasilkan struktur yang lebih
       banyak adalah suatu hal yang jelas. Namun bertambahnya struktur tersebut
       juga membawa konsekuensi besar terhadap pengelolaan sumber daya
       kelembagaan. Dalam hal sumber daya keuangan misalnya. Pembentukan
       daerah baru ternyata memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional.
       Wujud dari implikasi ini dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan
       Depkeu Mardiasmo yang melihat keberadaan daerah otonom baru akan
       mengurangi alokasi dana perimbangan yang diterima daerah yang telah
       ada.
   2. pembangunan kelembagaan daerah. Beberapa daerah otonom baru
       mengalami masalah dalam aspek pembangunan kelembagaannya. Hal ini
berkaitan dengan sumber daya (SDM, finansial, dan administratif) yang
       diperlukan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pada daerah baru
       tersebut. Dalam unsur sumber daya finansial (anggaran) misalnya, anggota
       BPK Baharuddin Aritonang menyebutkan, merujuk temuan BPK terhadap
       daerah otonom baru, kinerja keuangan daerah pemekaran baru
       memprihatinkan. Selain mengandalkan dana dari pusat, daerah baru hasil
       pemekaran juga kekurangan SDM yang mau menjadi aparatur
       pemerintahan.
   3. penggerakkan kapasitas daerah. Beberapa daerah otonom baru hasil
       pemekaran justru mengalami masalah dalam menggerakkan kapasitas
       daerahnya. Penyebabnya, setelah pemekaran dilakukan kerja sama
       ekonomi masyarakat justru melemah, skala produksi mengecil, dan
       persaingan antardaerah menguat. Akibatnya, biaya ekonomi membesar
       dan lokasi geografis kurang mendukung kegiatan ekonomi. Kesejahteraan
       masyarakat juga menurun akibat perlambatan kegiatan ekonomi
       masyarakat.



Untuk itu, revisi terhadap PP 129 Tahun 2000 yang memang lebih berdimensi
kuantitas dan menafikan aspek kualitas masih kita nantikan untuk lebih mampu
memberikan jaminan atas masa depan daerah otonom baru yang akan diusulkan
oleh beberapa daerah. Yang juga kita tunggu implementasinya adalah penerapan
dari pasal 6 UU No. 32 Tahun 2004 yang memberi peluang bagi daerah otonom
untuk dihapuskan atau digabungkan kembali dengan daerah induknya jika tidak
mampu menyelenggarakan otonomi daerah setelah melalui proses evaluasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah.


Strategi Penataan Daerah
Pemekaran daerah yang tidak membawa sebuah daerah kearah yang jauh lebih
baik membuahkan pemikiran bahwa pemekaran daerah seharusnya dikurangi
dengan menggunakan strategi yang tepat.strategi tersebut diantaranya:
1. substansi perlu dipikirkan nilai dasar dan tujuan akhir dari pemekaran. Jika
       demokrasi lokal menjadi nilai dasar dan tujuan pemekaran, pemekaran
       kabupaten/kota akan jadi prioritas. Sebaliknya, jika nilai dasarnya adalah
       efisiensi-efektivitas pemerintahan, pemekaran kabupaten/kota harus
       dibatasi dan provinsi harus diperbanyak.
   2. proses pengusulan DOB untuk melakukan penahapan pemekaran. Sebelum
       DOB dibentuk, perlu diberikan masa persiapan, misalnya, tiga tahun.
       Masa persiapan tersebut adalah masa pembinaan sekaligus evaluasi
       terhadap kesiapan daerah untuk dimekarkan. (*)
   3. perbaikan mentalitas dan orientasi politisi terhadap tujuan pemekaran.


Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007
Pemekaran     daerah     memang   sulit   dibendung.   Aturan   membolehkannya.
Pemerintah telah menelurkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang
menggantikan PP No 129/2000. Persyaratan baru dalam PP No 78/2007 bisa
dikatakan lebih ketat.

Pemerintah membutuhkan waktu selama dua tahun untuk menyusun PP No
78/2007. Mengenai mengapa penyusunan revisi peraturan pemerintah itu
demikian lama, Departemen Dalam Negeri selalu berdalih, mereka membutuhkan
kajian yang mendalam untuk merevisi PP No 129/2000 untuk disinkronisasikan
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Selama kurun waktu dua tahun itu, laju pemekaran terus meningkat tajam.
Rencana moratorium yang pernah dilontarkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di depan sidang paripurna khusus Dewan Perwakilan Daerah dan
terlontar di penutupan masa sidang DPR awal tahun 2007 tak menyurutkan
aspirasi pemekaran.

Sejumlah hal yang bisa menjelaskan mengapa moratorium pemekaran sulit
dilakukan, diantanya:
1. tuntutan terhadap pemekaran adalah cara hukum mendorong pemerintah
   untuk mengalirkan keuangan negara ke daerah. Selama insentif keuangan
   berupa dana alokasi umum, dana alokasi, dan dana perimbangan lainnya
   dari pemerintah pusat terus mengalir ke DOB, selama itu pula tuntutan
   pemekaran akan terjadi. Dengan kata lain, pemekaran adalah alat bagi
   daerah untuk menekan pemerintah pusat agar memberikan uang kepada
   daerah.
2. selain berdimensi keuangan negara, pemekaran memiliki dimensi politik.
   Pemekaran merupakan cara politik untuk memberikan ruang yang lebih
   besar kepada kader-kader partai politik di daerah untuk berkiprah di
   lembaga-lembaga        perwakilan   serta   lembaga-lembaga   pemerintahan
   daerah. Pembentukan DOB jelas diikuti pembentukan sejumlah struktur
   dan posisi di daerah seperti kepala daerah, wakil daerah, anggota DPRD,
   dan posisi-posisi pemerintahan lainnya. Tidak mengherankan jika anggota
   DPR memiliki interes yang tinggi untuk terus membuat inisiatif RUU
   pemekaran.
3. pemekaran juga bisa berdimensi janji politisi kepada masyarakat di daerah
   pemilihannya (dapil). Apalagi menjelang pemilu, janji pemekaran akan
   menjadi alat kampanye yang efektif untuk mendongkrak suara dalam
   pemilu. Kontra opini terhadap pemekaran bisa dipandang tidak prodaerah
   dan tidak prorakyat.
4. meski masih berupa indikasi dan masih harus dibuktikan, transaksi
   ekonomi politik sangat berpotensi terjadi dalam pengusulan dan inisiatif
   RUU pemekaran.
5. tentu saja sangat legitimate untuk menyatakan bahwa dari matra luas
   wilayah dan jangkauan pelayanan, pemekaran adalah jalan untuk
   mendekatkan pelayanan sekaligus meningkatkan kemakmuran masyarakat.
   Berbagai penjelasan tersebut sebenarnya telah menjadikan DPR dan
   pemerintah ‘’tersandera’’ dalam tuntutan pemekaran. Kepentingan
   memperluas struktur dan posisi di daerah, tuntutan mengalirkan dana pusat
   ke daerah, janji kampanye pemilu, serta indikasi transaksi ekonomi politik
memaksa dan menyandera anggota-anggota DPR untuk terus memberikan
       tempat bagi usul dan inisiatif pemekaran daerah.


Rasanya sulit untuk menghentikan tuntutan pemekaran daerah hanya dengan
mengandalkan syarat-syarat teknis-administratif. Penyanderaan bukan hanya
dilakukan calon DOB terhadap anggota-anggota DPR, tapi juga dilakukan DPR
terhadap pemerintah.



Tarik ulur terus terjadi antara pemerintah dan DPR saat membahas puluhan usulan
calon daerah baru di kurun waktu 2005- 2007. Selama dua tahun itu, kedua pihak
telah menyepakati pembentukan 31 daerah baru.

Perdebatan yang sering terjadi terkait apakah pembahasan pemekaran akan
dilanjutkan atau menunggu aturan baru. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto
menyatakan PP No 78/2007 memuat beberapa syarat pemekaran yang berbeda
dengan aturan yang lama, di antaranya jumlah kabupaten, waktu pemekaran, juga
rekomendasi dari kabupaten induk dan provinsi.

Perbedaan lain dari kedua aturan itu ialah mengenai penghapusan dan
penggabungan daerah. PP No 78/2007 mengatur penghapusan suatu daerah
didahului dengan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah tak kunjung selesai. Dengan demikian, penghapusan dan penggabungan
daerah yang dinilai tidak mampu lagi menyelenggarakan pemerintahan daerah
pun belum bisa terwujud.

PP No 78/2007 memang bisa dibilang lebih lengkap mengatur persyaratan
pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah dibandingkan PP No
129/2000. Sayangnya, substansi yang juga penting tidak tercantum di PP No
78/2007, yaitu soal tujuan ketiga hal itu.

Pejabat pemerintah maupun DPR sering kali berucap bahwa tujuan pemekaran
adalah menyejahterakan masyarakat, memperpendek rentang kendali, dan
memperbaiki pelayanan publik. Sekarang, ketika peraturan sudah sah, kita hanya
bisa berharap semoga pemerintah dan DPR tidak lupa tujuan pemekaran ketika
membahas RUU pembentukan daerah baru.

Peneliti Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng
mempertanyakan apa semangat dari PP No 78/2007, apakah mau memperjelas
syarat dan mekanisme pemekaran daerah ataukah membatasi pemekaran. Menurut
dia, masalah pemekaran daerah bukan hanya persyaratan pemekaran, tetapi juga
prosedur pengusulan pemekaran daerah.
Daftar Pustaka

http://beritasore.com/2008/10/29/dpr-setuju-pembentukan-12-kabupatenkota-
baru/

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/10/29/brk,20081029-142906,id
.html

http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/2900/Daerah_Kian_Berkemba
ng__12_Kabupaten_Berdiri_

http://www.kabarindonesia.com

http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com

Contenu connexe

Tendances

Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianIsnu Rahadi Wiratama
 
Paper desentralisasi fiskal
Paper desentralisasi fiskalPaper desentralisasi fiskal
Paper desentralisasi fiskalMulyadi Yusuf
 
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Dadang Solihin
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Ade Suerani
 
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Dadang Solihin
 
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA 01112015
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahYadhi Muqsith
 
Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Ike Hanisyah
 
Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan, Strategi dan Upaya
Optimalisasi Otonomi Daerah  Kebijakan, Strategi dan UpayaOptimalisasi Otonomi Daerah  Kebijakan, Strategi dan Upaya
Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan, Strategi dan UpayaDadang Solihin
 
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan DaerahSistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 

Tendances (18)

Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
 
Paper desentralisasi fiskal
Paper desentralisasi fiskalPaper desentralisasi fiskal
Paper desentralisasi fiskal
 
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
Kamus Otonomi Daerah
Kamus Otonomi DaerahKamus Otonomi Daerah
Kamus Otonomi Daerah
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
 
138 293-1-pb
138 293-1-pb138 293-1-pb
138 293-1-pb
 
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
 
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerah
 
Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004
 
Uu 33 tahun 2004
Uu 33 tahun 2004Uu 33 tahun 2004
Uu 33 tahun 2004
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan, Strategi dan Upaya
Optimalisasi Otonomi Daerah  Kebijakan, Strategi dan UpayaOptimalisasi Otonomi Daerah  Kebijakan, Strategi dan Upaya
Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan, Strategi dan Upaya
 
kepemimpinan
kepemimpinankepemimpinan
kepemimpinan
 
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan DaerahSistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
 
1959589
19595891959589
1959589
 

Similaire à Pemekaran Daerah Tidak Selalu Berjalan Sesuai Harapan

bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfHaniRainn
 
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)JanuarRobiansyah
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahAhmad Tien
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
 
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Tri Widodo W. UTOMO
 
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORgitamelania1
 
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahKel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahIndriati Dewi
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfFajar318789
 
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kotaKesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kotaArdiyanto Maksimilianus
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Rizki Gumilar
 
Contoh Poposal Pkn
Contoh Poposal PknContoh Poposal Pkn
Contoh Poposal Pkntaufiksenpai
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahAskam
 
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdfProses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdfDediIrawan266763
 
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...YuditiaVirgiansyah
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahEfry Ghani
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Fitran Zain
 

Similaire à Pemekaran Daerah Tidak Selalu Berjalan Sesuai Harapan (20)

bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdf
 
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
 
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
 
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahKel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
 
Pnadq133
Pnadq133Pnadq133
Pnadq133
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
 
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kotaKesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah
 
Contoh Poposal Pkn
Contoh Poposal PknContoh Poposal Pkn
Contoh Poposal Pkn
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Pengantar asp
Pengantar aspPengantar asp
Pengantar asp
 
Resum bab 1 2
Resum bab  1 2Resum bab  1 2
Resum bab 1 2
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
 
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdfProses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
 
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerah
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 

Plus de barita

2473144 fur-elise-complete-version
2473144 fur-elise-complete-version2473144 fur-elise-complete-version
2473144 fur-elise-complete-versionbarita
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909barita
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909barita
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909barita
 
Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909barita
 
Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009barita
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909barita
 
pengembangan organisasi
pengembangan organisasipengembangan organisasi
pengembangan organisasibarita
 
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Kegiatan Praktik Kerja LapanganLaporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapanganbarita
 
SK judul form A2,A3
SK judul form A2,A3SK judul form A2,A3
SK judul form A2,A3barita
 
SK judul form A1 Administrasi negara
SK judul form A1 Administrasi negaraSK judul form A1 Administrasi negara
SK judul form A1 Administrasi negarabarita
 
Outline skripsi Administrasi Negara
Outline skripsi Administrasi NegaraOutline skripsi Administrasi Negara
Outline skripsi Administrasi Negarabarita
 
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi LampungPelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampungbarita
 
Ekopub Ketenagakerjaan
Ekopub KetenagakerjaanEkopub Ketenagakerjaan
Ekopub Ketenagakerjaanbarita
 

Plus de barita (14)

2473144 fur-elise-complete-version
2473144 fur-elise-complete-version2473144 fur-elise-complete-version
2473144 fur-elise-complete-version
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909
 
Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909
 
Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909
 
pengembangan organisasi
pengembangan organisasipengembangan organisasi
pengembangan organisasi
 
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Kegiatan Praktik Kerja LapanganLaporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
 
SK judul form A2,A3
SK judul form A2,A3SK judul form A2,A3
SK judul form A2,A3
 
SK judul form A1 Administrasi negara
SK judul form A1 Administrasi negaraSK judul form A1 Administrasi negara
SK judul form A1 Administrasi negara
 
Outline skripsi Administrasi Negara
Outline skripsi Administrasi NegaraOutline skripsi Administrasi Negara
Outline skripsi Administrasi Negara
 
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi LampungPelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
 
Ekopub Ketenagakerjaan
Ekopub KetenagakerjaanEkopub Ketenagakerjaan
Ekopub Ketenagakerjaan
 

Dernier

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 

Dernier (20)

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 

Pemekaran Daerah Tidak Selalu Berjalan Sesuai Harapan

  • 1. Perkembangan Pemekaran Daerah Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik Oleh: Barita P. M. Siahaan 0616041024 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2009
  • 2. Perkembangan Pemekaran Daerah Pengertian pemekaran daerah Pemekaran daerah merupakan suatu langkah atau cara politik sebuah daerah dengan cara membagi atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah tersebut baik bagian atau daerah yang berbentuk provinsi baru atau pun kabupaten baru. Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam pemekaran daerah ini adalah tidak lain dengan meningkatkan berbagai pelayanan social yang diberikan dan meningkatkan kefektivan serta keefisiensian sebuah daerah dalam mengatur atau mengelola daerahnya baik dilihat dari sector perekonomian, politik serta pelayanan public untuk masyarakatnya. Dalam Undang Undang otonomi daerah, wacana pemekaran tidak terlepas dari pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. Hal ini menyimpulkan bahwa pada prinsipnya otonomi daerah merupakan media atau jalan untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik. Sehingga banyak orang berasumsi bahwa pemekaran daerah merupakan langkah yang diambil setelah diberlakukannya otonomi daerah yang merupakan: 1. pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah merupakan jalan atau upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat. 2. melalui pemekaran daerah juga harus tercipta akuntabilitas yang terjaga dengan baik. 3. pemekaran daerah diformulasikan menjadi langkah untuk mengupayakan responsiveness, dimana publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan. Tujuan pemekaran daerah Bersdasarkan pasal 2 PP 129/2000 disebutkan ada beberapa tujuan dibentuknya sebuah daerah baru atau dilakukannya pemekaran daerah. Tujuan tersebut diantaranya:
  • 3. 1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. meningkatkan pelayanan masyarakat 3. mempercepat pertumbuhan demokrasi 4. mempercepat pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah 5. mempercepat pengelolaan potensi daerah 6. meningkatkan keamanan dan ketertiban 7. meningkatkan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah Pembentukan pemekaran daerah dan daerah otonom Pemekaran daerah dapat terjadi di setiap wilayah di Indonesia ini. Suatu daerah otonom dapat melakukan suatu pemekaran dengan menggunakan sebuah media yaitu melihat indikator keberhasilan pembangunan daerah selama penerapan otonomi daerah tersebut, yang telah berusia enam tahun ini, sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan pemekaran. Indikator menilai kemajuan Dalam implementasi struktur, fungsi dan tugas dalam kepemerintahan suatu daerah dapat ternilai apakah daerah tersebut mampu dalam menjalankan situasi, mengoperasikan serta meningkatkan pelayanan dalam daerah otonomnya. Penilaian ini dilakukan dengan melihat indikator yang secara sederhana dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. aspek ekonomi daerah. Indikator aspek ini akan menjawab seperti apakah nantinya kekuatan ekonomi dari daerah-daerah yang menjadi bagian dari wilayah yang hendak dimekarkan. Selanjutnya, potensi-potensi apa yang bisa dimaksimalkan dalam membangun ekonomi daerah. Ini perlu dilakukan, mengingat pertimbangan ekonomi adalah salah satu unsur utama didalam memandirikan suatu daerah. Sebab indikator ini menggunakan dasar penilaian dengan menggunakan dasar ”apakah pembangunan yang terjadi selama enam tahun terakhir ini adalah pembangunan yang merangsang pertumbuhan ekonomi di masyarakat lokal.” Hal ini perlu dijalankan dengan melakukan kajian mendalam, sehingga kelihatanlah seberapa besar pengaruh otonomi
  • 4. daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun secara regional, untuk memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan demikian akan bisa kita ketahui bahwa apakah otonomi daerah selaras dengan upaya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. aspek pelayanan publik. Dalam konteks ini, harus dinilai seberapa dekat pemerintah daerah dengan masyarakat, yang tercermin dalam urusan- urusan pelayanan publik yang terbuka, efisien dan efektif. Apakah publik merasa dipuaskan melalui pelayanan pemerintah lokal, atau justru pemerintah lokal mengharapkan pelayanan dari masyarakat. Apakah mental-mental KKN dan primordialisme masih sangat kental dalam urusan-urusan publik. Masih terdapat ketidakadilan, kemudian politik kongkalikong di antara elit lokal masih kerap terjadi. 3. aspek pembangunan demokrasi politik. Menjadi penting juga mengkaitkan antara pelaksanaan otonomi daerah dengan upaya-upaya pelembagaan demokrasi ditingkat lokal. Potret ini bisa terlihat dari beberapa kritiskah rakyat dalam melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal? Atau seberapa besarkah kontribusi dari masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan strategis di daerahnya ? Indikator diatas merupakan sebagai batu loncatan yang harus dipertimbangkan baik-baik oleh pemerintah dalam menyetujui terbentuknya daerah baru dari pemekaran otonomi daerah. Sehingga pada akhirnya daerah yang dimekarkan dapat sungguh-sungguh mampu dalam mengelola daerahnya. Jawaban supaya suatu daerah mampu melewati indikator dan membentuk sebuah daerah baru atau memekarkan daerahnya adalah dengan mempercepat laju pertumbuhan pembangunan daerahnya dari berbagai aspek kegiatan kepemerintahannya. Menurut Marselina (Unila, 27-4-2006), percepatan pembangunan di daerah otonom bisa dilakukan dengan cara: 1. mendorong dan membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru 2. desentralisasi pembangunan dan pelayanan publik
  • 5. 3. belanja pembangunan dalam APBD yang tepat dan terfokus; dan 4. strategi pemekaran sebagai opsi terakhir yang menjadi awal rencana memekarkan daerah. Pemekaran daerah pada faktanya Pada kenyataannya pemekaran daerah tidaklah berjalan sesuai dengan tujuan apa yang seharusnya menjadi target. Hal ini nampak dari belum kunjung meningkatnya kesejahteraan dan kualitas pelayanan yang diperoleh masyarakat masih seperti yang dulu. Pelayanan yang didapat masih dapat dikatann sebagai pelayanan yang ruwet, rumit, dan duit. Pascapemekaran, wilayah induk dan provinsi termasuk juga pemerintah pusat, mengalami berbagai kesulitan karena harus berbagi sumber daya dan dana APBD/APBN. Jika rencana pemekaran tidak hati-hati dan dipersiapkan dengan matang, lebih dominan "musibah" yang ditelan masyarakat ketimbang "berkah" yang menghampiri. Selain itu pemekaran juga tidak jauh dengan istilah ”daerah pemekaran bermasalah” hal tersebut nampak pada ungkapan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) M. Ma'ruf yang menjelaskan hasil evaluasi 98 daerah otonom, umumnya daerah baru hasil pemekaran, ternyata 76 daerah (78%) bermasalah, seperti soal penyerahan personel, peralatan, dokumen, batas wilayah, rencana tata ruang, pemindahan PNS ke daerah baru, dan yang paling berat adalah masalah pendanaan. Masalah pendanaan ini berkaitan erat dengan belum tercapainya angka potensi kemampuan ekonomi. Ungkapan yang tidak sesuai dengan kenyataannya: "Pemekaran diharapkan tidak membebani keuangan negara," kata Menteri Dalam Negeri Mardiyanto saat menyampaikan pandangan pemerintah dalam rapat paripurna pengesahan pembentukan 12 daerah pemekaran baru di Gedung MPR/DPR, Rabu (29/10). Jumlah daerah merupakan angka pembagi dalam formula penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Yang dirugikan sebetulnya daerah induk, karena alokasi APBN untuk daerah menjadi terbagi kepada daerah otonom baru. Namun biasanya, jumlah DAU yang diterima daerah induk setelah pemekaran minimal sama
  • 6. dengan sebelum terjadinya pemekaran, maka kebutuhan dana akibat pemekaran ini menjadi beban tambahan bagi pusat. Pembentukan daerah baru ternyata memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional. Wujud dari implikasi ini dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Mardiasmo yang melihat keberadaan daerah otonom baru akan mengurangi alokasi dana perimbangan yang diterima daerah yang telah ada. Dengan alokasi anggaran kepada daerah yang harus memperhatikan kemampuan anggaran negara dan dengan bertambahnya daerah-daerah otonom baru, yang juga harus memperoleh anggaran perimbangan, mengakibatkan pemerintah pusat memilih merasionalisasi alokasi anggaran. Sehingga, penyesuaian yang dilakukan dalam pengalokasian anggaran perimbangan memberikan dampak kepada daerah- daerah yang sudah ada sebelumnya. Pemekaran tidak mengarah jauh lebih baik Beberapa data lagi yang dapat menggambarkan kondisi pembentukan daerah otonom baru tidak serta merta memberi perubahan baik kepada masyarakat daerahnya. 1. pembentukan daerah otonom baru memberikan implikasi terhadap pengelolaan kelembagaan nasional. Bahwa daerah otonom di Indonesia menjadi bertambah jumlahnya sehingga menghasilkan struktur yang lebih banyak adalah suatu hal yang jelas. Namun bertambahnya struktur tersebut juga membawa konsekuensi besar terhadap pengelolaan sumber daya kelembagaan. Dalam hal sumber daya keuangan misalnya. Pembentukan daerah baru ternyata memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional. Wujud dari implikasi ini dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Mardiasmo yang melihat keberadaan daerah otonom baru akan mengurangi alokasi dana perimbangan yang diterima daerah yang telah ada. 2. pembangunan kelembagaan daerah. Beberapa daerah otonom baru mengalami masalah dalam aspek pembangunan kelembagaannya. Hal ini
  • 7. berkaitan dengan sumber daya (SDM, finansial, dan administratif) yang diperlukan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pada daerah baru tersebut. Dalam unsur sumber daya finansial (anggaran) misalnya, anggota BPK Baharuddin Aritonang menyebutkan, merujuk temuan BPK terhadap daerah otonom baru, kinerja keuangan daerah pemekaran baru memprihatinkan. Selain mengandalkan dana dari pusat, daerah baru hasil pemekaran juga kekurangan SDM yang mau menjadi aparatur pemerintahan. 3. penggerakkan kapasitas daerah. Beberapa daerah otonom baru hasil pemekaran justru mengalami masalah dalam menggerakkan kapasitas daerahnya. Penyebabnya, setelah pemekaran dilakukan kerja sama ekonomi masyarakat justru melemah, skala produksi mengecil, dan persaingan antardaerah menguat. Akibatnya, biaya ekonomi membesar dan lokasi geografis kurang mendukung kegiatan ekonomi. Kesejahteraan masyarakat juga menurun akibat perlambatan kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu, revisi terhadap PP 129 Tahun 2000 yang memang lebih berdimensi kuantitas dan menafikan aspek kualitas masih kita nantikan untuk lebih mampu memberikan jaminan atas masa depan daerah otonom baru yang akan diusulkan oleh beberapa daerah. Yang juga kita tunggu implementasinya adalah penerapan dari pasal 6 UU No. 32 Tahun 2004 yang memberi peluang bagi daerah otonom untuk dihapuskan atau digabungkan kembali dengan daerah induknya jika tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah setelah melalui proses evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Strategi Penataan Daerah Pemekaran daerah yang tidak membawa sebuah daerah kearah yang jauh lebih baik membuahkan pemikiran bahwa pemekaran daerah seharusnya dikurangi dengan menggunakan strategi yang tepat.strategi tersebut diantaranya:
  • 8. 1. substansi perlu dipikirkan nilai dasar dan tujuan akhir dari pemekaran. Jika demokrasi lokal menjadi nilai dasar dan tujuan pemekaran, pemekaran kabupaten/kota akan jadi prioritas. Sebaliknya, jika nilai dasarnya adalah efisiensi-efektivitas pemerintahan, pemekaran kabupaten/kota harus dibatasi dan provinsi harus diperbanyak. 2. proses pengusulan DOB untuk melakukan penahapan pemekaran. Sebelum DOB dibentuk, perlu diberikan masa persiapan, misalnya, tiga tahun. Masa persiapan tersebut adalah masa pembinaan sekaligus evaluasi terhadap kesiapan daerah untuk dimekarkan. (*) 3. perbaikan mentalitas dan orientasi politisi terhadap tujuan pemekaran. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Pemekaran daerah memang sulit dibendung. Aturan membolehkannya. Pemerintah telah menelurkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang menggantikan PP No 129/2000. Persyaratan baru dalam PP No 78/2007 bisa dikatakan lebih ketat. Pemerintah membutuhkan waktu selama dua tahun untuk menyusun PP No 78/2007. Mengenai mengapa penyusunan revisi peraturan pemerintah itu demikian lama, Departemen Dalam Negeri selalu berdalih, mereka membutuhkan kajian yang mendalam untuk merevisi PP No 129/2000 untuk disinkronisasikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selama kurun waktu dua tahun itu, laju pemekaran terus meningkat tajam. Rencana moratorium yang pernah dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan sidang paripurna khusus Dewan Perwakilan Daerah dan terlontar di penutupan masa sidang DPR awal tahun 2007 tak menyurutkan aspirasi pemekaran. Sejumlah hal yang bisa menjelaskan mengapa moratorium pemekaran sulit dilakukan, diantanya:
  • 9. 1. tuntutan terhadap pemekaran adalah cara hukum mendorong pemerintah untuk mengalirkan keuangan negara ke daerah. Selama insentif keuangan berupa dana alokasi umum, dana alokasi, dan dana perimbangan lainnya dari pemerintah pusat terus mengalir ke DOB, selama itu pula tuntutan pemekaran akan terjadi. Dengan kata lain, pemekaran adalah alat bagi daerah untuk menekan pemerintah pusat agar memberikan uang kepada daerah. 2. selain berdimensi keuangan negara, pemekaran memiliki dimensi politik. Pemekaran merupakan cara politik untuk memberikan ruang yang lebih besar kepada kader-kader partai politik di daerah untuk berkiprah di lembaga-lembaga perwakilan serta lembaga-lembaga pemerintahan daerah. Pembentukan DOB jelas diikuti pembentukan sejumlah struktur dan posisi di daerah seperti kepala daerah, wakil daerah, anggota DPRD, dan posisi-posisi pemerintahan lainnya. Tidak mengherankan jika anggota DPR memiliki interes yang tinggi untuk terus membuat inisiatif RUU pemekaran. 3. pemekaran juga bisa berdimensi janji politisi kepada masyarakat di daerah pemilihannya (dapil). Apalagi menjelang pemilu, janji pemekaran akan menjadi alat kampanye yang efektif untuk mendongkrak suara dalam pemilu. Kontra opini terhadap pemekaran bisa dipandang tidak prodaerah dan tidak prorakyat. 4. meski masih berupa indikasi dan masih harus dibuktikan, transaksi ekonomi politik sangat berpotensi terjadi dalam pengusulan dan inisiatif RUU pemekaran. 5. tentu saja sangat legitimate untuk menyatakan bahwa dari matra luas wilayah dan jangkauan pelayanan, pemekaran adalah jalan untuk mendekatkan pelayanan sekaligus meningkatkan kemakmuran masyarakat. Berbagai penjelasan tersebut sebenarnya telah menjadikan DPR dan pemerintah ‘’tersandera’’ dalam tuntutan pemekaran. Kepentingan memperluas struktur dan posisi di daerah, tuntutan mengalirkan dana pusat ke daerah, janji kampanye pemilu, serta indikasi transaksi ekonomi politik
  • 10. memaksa dan menyandera anggota-anggota DPR untuk terus memberikan tempat bagi usul dan inisiatif pemekaran daerah. Rasanya sulit untuk menghentikan tuntutan pemekaran daerah hanya dengan mengandalkan syarat-syarat teknis-administratif. Penyanderaan bukan hanya dilakukan calon DOB terhadap anggota-anggota DPR, tapi juga dilakukan DPR terhadap pemerintah. Tarik ulur terus terjadi antara pemerintah dan DPR saat membahas puluhan usulan calon daerah baru di kurun waktu 2005- 2007. Selama dua tahun itu, kedua pihak telah menyepakati pembentukan 31 daerah baru. Perdebatan yang sering terjadi terkait apakah pembahasan pemekaran akan dilanjutkan atau menunggu aturan baru. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto menyatakan PP No 78/2007 memuat beberapa syarat pemekaran yang berbeda dengan aturan yang lama, di antaranya jumlah kabupaten, waktu pemekaran, juga rekomendasi dari kabupaten induk dan provinsi. Perbedaan lain dari kedua aturan itu ialah mengenai penghapusan dan penggabungan daerah. PP No 78/2007 mengatur penghapusan suatu daerah didahului dengan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dan evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tak kunjung selesai. Dengan demikian, penghapusan dan penggabungan daerah yang dinilai tidak mampu lagi menyelenggarakan pemerintahan daerah pun belum bisa terwujud. PP No 78/2007 memang bisa dibilang lebih lengkap mengatur persyaratan pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah dibandingkan PP No
  • 11. 129/2000. Sayangnya, substansi yang juga penting tidak tercantum di PP No 78/2007, yaitu soal tujuan ketiga hal itu. Pejabat pemerintah maupun DPR sering kali berucap bahwa tujuan pemekaran adalah menyejahterakan masyarakat, memperpendek rentang kendali, dan memperbaiki pelayanan publik. Sekarang, ketika peraturan sudah sah, kita hanya bisa berharap semoga pemerintah dan DPR tidak lupa tujuan pemekaran ketika membahas RUU pembentukan daerah baru. Peneliti Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng mempertanyakan apa semangat dari PP No 78/2007, apakah mau memperjelas syarat dan mekanisme pemekaran daerah ataukah membatasi pemekaran. Menurut dia, masalah pemekaran daerah bukan hanya persyaratan pemekaran, tetapi juga prosedur pengusulan pemekaran daerah.