SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI
     PUISI KONTEMPORER MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL
       TEACHING AND LEARNING (CTL)PADA SISWA KELAS XII
              ILMU SOSIAL-4 SMA BATIK 1 SURAKARTA

                                   Sri Suwarni*
                      PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta

      Abstract The aim of the action research classroom are: (1) describing of expression
      the learning process in the contemporary of poetry by Contextual Teaching and
      Learning (CTL) approach.); and (2) showing approach of Contextual Teaching and
      Learning (CTL) can improve the ability to appreciate the contemporary poetry of
      pupils. To reach the the target, this research is designed in the two cycles. Each
      cycles consist of twice meeting. Every meeting composed into two hours lesson and
      every hour of lesson is forty five minutes. There are procedure in every cycles
      involved 1) planning action phase, 2) implementation action phase 3) observing and
      interpretation phase 4) analysis and reflection phase. The phase effectiveness on
      every cycles are measured from the result of obesrving and ability of the test to
      appreciate the contemporary poetry. The result of the data observing are described,
      interpreted, then reflected to decide the remedical action on the next cycle. While the
      result of capability test data appreciates the contemporary poetry that is analyzed by
      describing the intercycle test value till achieving the minimal complete criterion
      (KKM) that had been determined as suit as the indication of work, the minimal of
      85% students get 67 or may be more as the limit of complete appreciation capability
      the contemporary poetry. The classroom action research as many as the two cycles
      of obtained result that the rates the test result on early condition is 54, by the
      complete classical grade is 4,76%. On the first cycle, the rates of test result is 66 by
      the complete classical is 47,62%. On the second cycle, the rates of the test result is
      74 by 100% is the complete classial. Based on the action above, can be concluded
      that the Contextual Teaching and Learning (CTL) approach, the teacher can
      improve ability to appreciate the contemporary poetry at students of XII Science
      Sosial-4 class SMA Batik 1 Surakarta.

      Key words : poem contemporary, Sutardji Calzoum Bachri, appreciate, Contextual
                  Teaching and Learning (CTL) approach

       Materi puisi kontemporer termasuk salah satu materi dalam kesusasteraan.
Untuk itu, kegiatan pembelajaran puisi kontemporer hendaknya diarahkan pada
kemampuan siswa dalam hal mengapresiasi puisi kontemporer. Kegiatan
mengapresiasi puisi dapat berupa membaca puisi, memahami isi puisi,
menghubungkan keterkaitan puisi dengan pengarang, menulis puisi kontemporer.
Membaca dalam hal ini dapat diartikan sebagai kegiatan membaca nyaring dan juga
kegiatan membaca dalam hati. Membaca nyaring disini untuk menikmati karya sastra
melalui puisi yang dibaca. Membaca dalam hati bertujuan untuk memahami dan
menghayati isi puisi kontemporer yang dibaca.
       Pengajaran sastra sebenarnya difokuskan pada karya-karya sastra Indonesia.
Siswa perlu banyak membaca karya sastra yang berhubungan dengan novel, cerpen,
2




drama, maupun puisi agar dapat memberikan apresiasi sastra yang memadahi. Karya
sastra yang dibaca hendaklah karya sastra yang bermutu agar dapat mengambil
manfaatnya. Dengan demikian, dalam mengapresiasi puisi, siswa perlu membaca,
memahami, dan menghayati puisi yang dibacanya. Hal tersebut dilakukan untuk
menumbuhkan pengertian, penghargaan, berpikir secara kritis, serta menumbuhkan
kepekaan terhadap karya sastra khususnya puisi.
        Sebenarnya, puisi kontemporer merupakan salah satu materi kesusastraan
yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang SMA. Materi
ini terdapat dalam silabus untuk jenis keterampilan membaca sastra yang berbunyi
“Memahami buku kumpulan puisi kontemporer dan karya sastra yang dianggap
penting pada tiap periode” (KTSP versi SMA Batik 1 Surakarta, 2006: 59). Oleh
karena itu, puisi kontemporer ini penting dipahami, dikuasai, dan dimengerti isinya
oleh siswa karena merupakan materi pembelajaran di sekolah khususnya kelas XII.
Hal ini dapat dilaksanakan apabila pembelajaran puisi kontemporer diarahkan sampai
pada tingkat mengapresiasi puisi.
        Munculnya istilah puisi kontemporer diperkenalkan oleh Tengsoe Tjahyono
(1988: 89) dalam bukunya Sastra Indonesia. Menurut beliau, “Puisi Kontemporer
adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi
tersebut ditandai dengan adanya bentuk yang aneh dan ganjil”. Menurut ukuran orang
Indonesia puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi itu sendiri. Puisi-puisi yang sejenis itu dipelopori oleh Sutardji
Calzoum Bahri sekitar tahun 1973-an.
        Puisi yang aneh dan ganjil seperti tersebut di atas oleh Herman J. Waluyo
(2002: 122) dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Puisi diberi istilah puisi konkret
dan puisi mantra. Dalam hal ini puisi dikembalikan pada kodratnya yang paling awal
yaitu sebagai mantra yang mengandalkan kata sebagai kekuatan bunyi. Sedangkan
bentuk konkret yang digunakan menurut Rachmad Djoko Pradopo (2007: 51) untuk
mendukung makna yang ada dalam puisi tersebut.
        Sutardji Calzoum Bachri sebagai pelopor puisi kontemporer membuat
pernyataan sikap tentang puisi/ karya-karyanya yang dibuat secara konseptual dalam
bentuk kredo puisi. Pernyataan sikap ini merupakan suatu hal yang belum pernah
dilakukan bahkan oleh sang legenda "AKU" atau Shakespeare sekalipun. Dalam
Kredo Puisinya (semacam pernyataan sikap), Sutardji Calzoum Bachri menyatakan:
        "Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa
yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas. Kalau
diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk.
Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya
seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan
masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (obscene) serta penjajahan
gramatika. Bila kata dibebaskan, kreativitaspun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa
menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan
kemauan dirinya sendiri." http://www.geocities.com/Paris/7229/suta...



     2
3




        Dalam kredo puisi tersebut jelaslah bahwa dalam menciptakan puisi, kata-kata
kurang dipentingkan/ diperhatikan. Inilah yang membuat Sutardji Calzoum Bachri
dikenal sebagai pembaharu dalam perpuisian Indonesia. Subagyo Sastrowardoyo
menyatakan: “Sutardji merintis genre baru dalam sastra Indonesia. Puisi-puisi
Sutardji menunjukkan orisinalitas. Sedang Dami N. Toda menyatakan bahwa Sutardji
mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dalam sejarah puisi Indonesia dengan
Chairil Anwar. Jika Chairil diumpamakan sebagai mata kanan, maka Sutardji adalah
mata kiri (dalam catatan mengenai puisi Tardji di O, Amuk, Kapak)”. (Herman J.
Waluyo, 2008: 333).
        Sementara itu, pembelajaran mengapresiasi puisi di sekolah pada umumnya
belum menunjukkan hasil yang menggembirakan khususnya dalam mengapresiasi
puisi kontemporer. Hasil yang belum maksimal itu dapat dilihat dari rendahnya
tingkat mengapresiasi puisi kontemporer yang dilakukan siswa. Rendahnya tingkat
apresiasi ini disebabkan siswa merasa kesulitan dalam memahami isi puisi yang
dibaca. Hal ini disebabkan diksi yang digunakan dalam puisi memiliki makna ganda,
artinya pemberian makna dalam puisi yang dapat menimbulkan banyak tafsir. Selain
itu, siswa juga merasakan adanya sesuatu yang aneh dalam puisi kontemporer.
Bahkan ketika disodorkan contoh-contoh puisi kontemporer, siswa merasa adanya
sesuatu yang lain dari puisi yang biasa dikenalnya.
        Selain faktor-faktor tersebut di atas, kumpulan puisi kontemporer termasuk
materi pembelajaran sastra yang sulit dipahami. Hal ini disebabkan bahasa dalam
puisi bersifat konotatif/ terkandung banyak pilihan kata yang mempunyai makna
ganda. Untuk memahami isinya, dibutuhkan pengetahuan, wawasan, pengalaman,
serta kemampuan menggunakan imajinasi secara maksimal.
        Faktor yang menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam
mengapresiasi puisi kontemporer tersebut perlu dicarikan solusinya. Adapun caranya
dengan mengubah pendekatan yang sudah dilakukan oleh guru, yaitu dengan
menerapkan pendekatan CTL.
        Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata. Dalam hal ini guru
mendorong siswa untuk menghubungkan antara ilmu/ pengetahuan yang dimilikinya
untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan konsep seperti itu, hasil
pembelajaran diharapkan akan dapat lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah. Siswa bekerja dan mengalami bukan sekadar
mentransfer ilmu dari gurunya.
        Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih mengutamakan
proses daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi
pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa,
bukan mengajar siswa. Hal tersebut dimungkinkan karena pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) mempunyai tujuh komponen utama (Depdiknas, 2003:
10). Ketujuh komponen tersebut meliputi “konstruktivisme (Constructivism), inquiri
(inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community),



     3
4




pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian autentik (Authentic
Assesment)”.
        Dengan penggunaan pendekatan CTL tersebut, diharapkan siswa akan lebih
mudah memahami dan menghayati, sehingga dapat memberikan apresiasi puisi
kontemporer yang dibacanya. Dengan kondisi tersebut, kemampuan siswa dalam
mengapresiasi puisi kontemporer dapat meningkat.
        Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, ada dua masalah dalam
penelitian ini yang perlu digali jawabannya. (1) Bagaimanakah proses pembelajaran
mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi
kontemporer siswa? (2) Apakah penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan
kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer siswa?
        Sejalan dengan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran mengapresiasi puisi
kontemporer dengan pendekatan CTL; (2) Meningkatkan kemampuan mengapresiasi
puisi kontemporer siswa dengan menggunakan pendekatan CTL.
        Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru
bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas, khususnya untuk: memberi pemahaman
kepada guru bahasa dan sastra Indonesia di SMA tentang pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer
pada siswa; serta memberi petunjuk kepada guru bahasa Indonesia di SMA tentang
pentingnya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap
peningkatan kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer pada siswa SMA.
        Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi: Guru Bahasa Indonesia
SMA untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain itu, penggunaan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kreativitas
siswa dalam menemukan sesuatu. Meningkatnya kreativitas siswa dalam menemukan
sesuatu akan berdampak pada kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi
kontemporer. Bagi siswa, hasil penelitian ini bermanfaat: 1) untuk menambah
wawasan mereka dalam mempelajari puisi kontemporer; 2) untuk meningkatkan
prestasi siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer; dan 3) dapat meningkatkan
keinginan siswa untuk membaca karya sastra khususnya puisi kontemporer dengan
rasa senang. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menentukan
kebijakan khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran sastra (khususnya puisi
kontemporer) di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong guru untuk
melakukan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam pembelajaran karya sastra khususnya tentang puisi kontemporer. Untuk
itu, kepala sekolah perlu memberikan fasilitas dalam pengadaan sarana dan prasarana
secara memadai sehingga fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru.
        Adapun sistematika pemaparan hasil penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut. Pertama akan dikemukakan kajian teori yang berhubungan dengan hakikat
kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer serta pendekatan pendekatan CTL.

     4
5




Selanjutnya dikemukakan tentang penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta
hipotesis tindakan. Kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian, hasil penelitian
dan pembahasan tiap siklus. Pada bagian akhir dikemukakan simpulan hasil
penelitian.
Hakikat kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer
        Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poeima yang
artinya berati membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti
pembuat, pembangun, atau pembentuk. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini
adalah poetry yang erat dengan –poet dan –poem yang artinya tidak jauh dari to make
atau to create. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta
melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat
suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci,
yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak
kebenaran yang tersembunyi.
        Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 2007:6) mengumpulkan definisi puisi yang
pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan
disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan
unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya. (2) Carlyle mengatakan
bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi
itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata
disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu
seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi. (3) Wordsworth
mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu
perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa
puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. (4) Dunton
berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara
konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan,
dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan
kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama
seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling
indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan
menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang
memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat
dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
        Sedangkan Herman J. Waluyo dalam buku Pengkajian dan Apresiasi Puisi
mengemukakan definisi puisi seperti berikut ini. (1) Slametmuljana menyatakan
bahwa puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunkan pengulangan suara
sebagai cirri khasnya. (2) James Reeves menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi
bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. (3) Clive Sansom mengemukakan puisi
sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman

     5
6




intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional. (4) Puisi adalah bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun     dengan      mengonsentrasikan      semua kekuatan         bahasa    dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (Herman J. Waluyo: 2008:29).
Demikian juga dengan Emily Dickinson dalam Kenndy, X.J. yang mendefinisikan
puisi seperti berikut ini. “If I read a book and it makes my whole body so cold no fire
can ever warm me, I know that is poetry. If I feel physically as if the top of my head
were taken off, I know that is poetry.
        Berdasarkan definisi puisi seperti yang telah disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa puisi sebenarnya merupakan bentuk karya sastra yang
mementingkan pemilihan diksi yang kaya dan penuh daya pikat, mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif, serta merupakan kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah.
        Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran,
namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 2007:7)
menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi
itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama,
kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur-baur.
        Sedangkan puisi kontemporer diperkenalkan oleh Tjahjono dalam bukunya
yang berjudul Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Dalam buku tersebut
beliau mengatakan bahwa puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari
dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer muncul sekitar tahun
1973-an. Puisi tersebut ditandai dengan adanya bentuk yang aneh dan ganjil. Menurut
ukuran orang Indonesia puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berusaha lari
dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Sebagai contoh penyair Sutardji Calzoum
Bachri mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada
eksistensi bunyi dan kekuatannya (Tjahjono, 1988:89).
        Penyair lain yang sejalan dengan Sutardji yang cenderung berbentuk aneh dan
ganji adalah Danarto. Beliau justru memulai dengan kekuatan garis dalam
menciptakan puisinya. Penyair yang senada dengan Sutardji dan Danarto yang
mencanangkan bentuk aneh dan ganjil antara lain: Ibrahim Sattah, Hamid Jabbar,
Husni Jamaluddin, Noorca Narendra, Jiehan, F. Rahadi, dan sebagainya.
        Puisi yang aneh dan ganjil seperti tersebut di atas oleh Waluyo dalam bukunya
yang berjudul Apresiasi Puisi diberi istilah puisi konkret dan puisi mantra (Herman J.
Waluyo, 2002:122). Dalam hal ini puisi dikembalikan pada kodratnya yang paling
awal yaitu sebagai mantra yang mengandalkan kata sebagai kekuatan bunyi.
Sedangkan bentuk konkret yang digunakan menurut Pradopo untuk mendukung
makna yang ada dalam puisi tersebut.
        Unsur-unsur puisi menurut beberapa pakar. (1) Herman J. Waluyo
mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai
struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
(2) Dick Hartoko (dalam Herman J. Waluyo, 2008) menyebut adanya unsur penting

     6
7




dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi.
Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis
menunjuk ke arah struktur fisik puisi.(3) Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi
(1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk
(Badrun, 1989:6). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7)
bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut
pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur
batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri,
bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).
        Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65)
menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut.
Struktur Fisik Puisi. Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
        (2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi
mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal,
penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis,
penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh
kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan
penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
        (3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji
raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
        (4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll., sedangkan kata kongkret“rawa-rawa”dapat melambangkan tempat
kotor,tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
        (5) Bahasa        figuratif,    yaitu      bahasa     berkias    yang      dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Herman J. Waluyo, 2002).
Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain
metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,

     7
8




pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro
parte, hingga paradoks.
        (6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima
mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek
magis pada puisi Sutardji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan
kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
        Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut. (1) Tema/makna
(sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna dalam setiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan. (2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan
yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan
latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, dan lain-lain.. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi suatu masalah bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-
kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, serta bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya. (3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair
menciptakan        puisi,    maupun       dapat      ditemui      dalam      puisinya
http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/puisi/ (diakses 4 November 2008).
Biografi Sutardji Calzoum Bachri
        Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1943 di Rengat,
Indragiri Hulu, Riau. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya sampai
tingkat doktoral, Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial Universitas
Padjadjaran, Bandung.
        Sutardji adalah anak kelima dari sebelas saudara dari pasangan Mohammad
Bachri (dari Prembun, Kutoarjo, Jawa Tengah) dan May Calzoum (dari Tanbelan,
Riau). Dia menikah dengan Mariham Linda (1982) dikaruniai seorang anak
perempuan bernama Mila Seraiwangi. Kariernya di bidang kesastraan dirintis sejak
mahasiswa yang diawali dengan menulis dalam surat kabar mingguan di Bandung.
        Selanjutnya, ia mengirimkan sajak-sajak dan esainya ke media massa di
Jakarta, seperti Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, majalah bulanan Horison, dan
Budaya Jaya. Di samping itu, ia mengirimkan sajak-sajaknya ke surat kabar lokal,

     8
9




seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Haluan di Padang. Sejak itu, Sutardji Calzoum
Bachri diperhitungkan sebagai seorang penyair.
        Pada tahun 2000-2002 Sutardji Calzoum Bachri menjadi penjaga ruangan seni
“Bentara”, khususnya menangani puisi pada harian Kompas setelah berhenti menjadi
redaktur majalah Horison. Sutardji Calzoum Bachri selain menulis juga aktif dalam
berbagai kegiatan, misalnya mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam,
Belanda (1974), mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa
City, USA (Oktober 1974 - April 1975), bersama Kiai Haji Mustofa Bisri dan taufiq
Ismail.
        Ia pernah diundang ke Pertemuan International Para Pelajar di Bagdad, Irak,
pernah diundang Menteri keuangan Malaysia, Dato Anwar Ibrahim, untuk
membacakan puisinya di Departemen Keuangan Malaysia, mengikuti berbagai
pertemuan Sastrawan ASEAN, Pertemuan Sastrawan Nusantara di Singapura,
malaysia, dan Brunei Darussalam, serta pada tahun 1997 Sutardji membaca puisi di
Festival Puisi International Medellin, Columbia.
        Sutardji dengan “Kredo Puisi”nya menarik perhatian dunia sastra di
Indonesia. Beberapa karyanya adalah O (Kumpulan Puisi, 1973), Amuk (Kumpulan
Puisi, 1977), dan Kapak (Kumpulan Puisi, 1979). Kumpulan puisnya, Amuk, pada
tahun 1976/1977 mendapat Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kemudian
pada tahun 1981 ketiga buku kumpulan pusinya itu digabungkan dengan judul O,
Amuk, Kapak yang diterbitkan oleh Sinar Harapan. Selain itu, puisi-puisinya juga
dimuat dalam berbagai antologi, antara lain Arjuna in Meditation (Calcutta, India,
1976), Writing from The Word (USA), Westerly Review (Australia), Dchters in
Rotterdam (Rotterdamse Kunststechting, 1975), Ik Wil Nogdulzendjaar Leven, Negh
Moderne Indonesische Dichter (1979), Laut Biru, Langit Biru (Jakarta: Pustaka Jaya,
1977), Parade Puisi Indonesia (1990), majalah Tenggara, Journal of Southeast Asean
Lietrature 36 dan 37 (1997), dan Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (2002).
        Sutardji selain menulis puisi juga menulis esai dan cerpen. Kumpulan
cerpennya yang sudah dipublikasikan adalah Hujan Menulis Ayam (Magelang,
Indonesia Tera:2001). Sementara itu, esainya berjudul Gerak Esai dan Ombak Sajak
Anno 2001 dan Hujan Kelon dan Puisi 2002 mengantar kumpulan puisi “Bentara”.
Sutardji juga menulis kajian sastra untuk keperluan seminar. Sekarang sedang
dipersiapkan kumpulan esai lengkap dengan judul “Memo Sutardji” Penghargaan
yang pernah diraihnya adalah Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan
Thailand (1997), Anugrah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993), Penghargaan
Sastra Chairil Anwar (1998), dan dianugrahi gelar Sastrawan Perdana oleh
Pemerintah Daerah Riau (2001).
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
          Kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang
berorientasi pada konstruktivistik. Menurut Nur dalam Trianto (2007: 13-14)
pembelajaran konstruktivistik ini berpegang pada prinsip bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi guru juga memberikan
kemudahan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide

     9
10




mereka. Selain itu, guru memberikan kepada siswa berupa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi.
          Menurut Johnson (2002) dalam Herman J. Waluyo (2006: 26-27) “The CTL
system is an educational process that aims to help student see meaning in the
academic material. They are studying by connecting academic subjects with the
context of their daily lives, that is, with the context of their personal, social, and the
circumstances.
          Sementara itu, Mundiarto (2004: 70) berpendapat bahwa pendekatan
kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
konteks kehidupan dan kebutuhan siswa. Hubungan yang padu ini akan
meningkatkan motivasi belajar siswa serta akan menjadikan proses belajar mengajar
akan lebih efisien dan efektif. Senada dengan hal tersebut, Sugiyanto berpendapat
bahwa proses pembelajaran CTL diharapkan berlangsung alamiah. Siswa bekerja dan
mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut beliau
“strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil” (2008: 20).
          Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL))
merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Dalam hal ini guru mendorong
siswa untuk menghubungkan antara ilmu/ pengetahuan yang dimilikinya untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan konsep seperti itu, hasil pembelajaran
diharapkan akan dapat lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
secara alamiah. Siswa bekerja dan mengalami bukan sekadar mentransfer ilmu dari
gurunya. Dalam hal ini strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
(Depdiknas, 2003: 1). Lebih lanjut Johnson (2008: 65) mendefinisikan CTL seperti
berikut ini.“CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-
bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka
akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya
secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan
dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka
membentuk suatu system yang memungkinkan para siswa melihat makna di
dalamnya dan mengingat materi akademik”.
          Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,
tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak
hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk
merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan
memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
          Dalam hal ini pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan
yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa
dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi
pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu

   10
11




makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang
diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru
untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubungkan
pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek
belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran
(sutradara) dan fasilitator.
          Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan
yang dilakukan dengan cara guru memulai pembelajarani dengan mengaitkan dunia
nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual
dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa
termotivasi, questioning agar siswa berpikir, constructivism agar siswa membangun
pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru,
learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta
terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereview kembali pengalaman
belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat
objektif.
          Menurut Atik Suryati pembelajaran dalam sebuah kelas dikatakan
menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut di
atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk
mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut
pelaksanaan pembelajaran model CTL tersebut, karena orientasinya pada proses
sehingga siswa memiliki kompetensi, kemampuan tidak sekedar mengetahui dan
memahami. Jangan lupa bahwa kondisi emosional individu akan mempengaruhi
pemikiran dan perilaku siswa. Oleh karena itu, CTL akan terlaksana dengan optimal
jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan
menyenangkan.(http://www.sman1btg.sch.id/index.php?option=comcontent&ta=
view&id=39&Itemid=1).
          Tugas guru dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah membantu
siswa mencapai tujuan. Oleh karena itu, guru perlu lebih banyak menemukan strategi
mengajar daripada memberikan informasi. Tugas guru dalam CTL adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang mampu bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelompoknya. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru (Depdiknas, 2003: 2).
          Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian
yang saling terhubung yang terjalin erat satu sama yang lain dan membentuk satu
kesatuan yang menyeluruh. CTL ini memberikan arahan pada siswa dapat
menemukan dan mengalaminya sendiri. Guru lebih banyak berfungsi sebagai
pendesain strategi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan
siswa sebagai subjek didik harus banyak terlibat secara langsung serta mengalaminya
dalam proses belajar.
          Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai tujuh
komponen utama (Depdiknas, 2003: 10). Ketujuh komponen tersebut meliputi

   11
12




“konstruktivisme (Constructivism), inquiri (inquiry), bertanya (Questioning),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi
(Reflection), dan penilaian autentik (Authentic Assesment)”. http://ipotes.
wordpress.com/2008/05/13/pendekatan-kontekstualatau-contextual-teaching-
and-learning-ctl/. Menurut Trianto (2007: 106) kelas dinamakan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) apabila ketujuh komponen itu
dapat dilaksanakan semua dalam proses pembelajaran.
        Pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut ini. (1) Guru
membagikan puisi/ menampilkan puisi yang sudah disiapkan, kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada gambaran puisi secara keseluruhan.
Dalam hal ini siswa diajak berpikir, belajar, bekerja sendiri, menemukan sendiri
(inquiri), dan mengkonstruksi (konstruktivisme) sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya. (2) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa). Setiap kelompok diberi tugas mendiskusikan (masyarakat
belajar) dan menemukan puisi (isi/ makna, amanat, gaya bahasa). Dengan cara seperti
ini siswa melakukan kegiatan masyarakat belajar dan inkuiri dalam kelompok. (3)
Sambil berkeliling, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan (questioning) untuk
memancing keingintahuan siswa tentang puisi yang didiskusikannya. (4) Guru
berusaha menciptakan masyarakat belajar dengan cara berdiskusi dalam kelompok-
kelompok. (5) Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (6) Guru,
siswa, dan peneliti melakukan refleksi pada akhir pertemuan. (7) Guru melakukan
penilaian autentik (penilaian proses, penilaian kinerja, penilaian akhir).
          Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang berhubungan
dengan masalah puisi. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh
Widada dalam tesisnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi
dengan Strategi Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 2 Boyolali” pada tahun 2007. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa
kemampuan apresiasi puisi pada siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran
cooperative learning terdapat peningkatan. Relevansi dengan penelitian yang peneliti
laksanakan yaitu sama-sama membahasan tentang kemampuan mengapresiasi puisi.
Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu strategi pembelajaran
yang digunakan.
          Sejalan dengan itu, Sunardi dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Media
Pembelajaran VCD dan Minat Membaca Karya Sastra terhadap Kemampuan
Apresiasi Puisi Siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo” pada tahun 2007 menyimpulkan
adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan apresiasi puisi siswa yang
diberi pelajaran menggunakan media pembelajaran VCD dengan siswa yang diberi
pelajaran menggunakan media pembelajaran audio. Relevansi dengan penelitian yang
peneliti laksanakan yaitu sama-sama membahas tentang kemampuan mengapresiasi
puisi. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu penggunaan
media pembelajaran yang digunakan.



   12
13




           Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sumiyati. Dalam tesisnya yang
  berjudul “Puisi-puisi Karya Penyair Periode 2000: Analisis Wacana dengan
  Pendekatan Kritik Holistik” tahun 2006, disimpulkan bahwa ada kesinkronan antara
  hasil analisis peneliti, tanggapan pembaca, dan pernyataan penyair sendiri tentang
  pemahaman makna puisi karya penyair periode 2000. Relevansi dengan penelitian
  yang peneliti laksanakan yaitu sama-sama membahasan tentang puisi. Perbedaannya
  dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu pendekatan pembelajaran yang
  digunakan.
           Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Hartono, Retno Winarni,
  Endang Sri Markamah, dan Tri Budiarto tahun 2007 yang berjudul “Upaya
  Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS
  Surakarta dengan Pendekatan Kontekstual” dalam Laporan Hasil Penelitian Hibah
  Pembelajaran PGSD UNS menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan
  kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa kelas B Program
  Studi S1 PGSD FKIP UNS Surakarta. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang
  penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kontekstual.
  Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu materi pembelajaran
  yang digunakan.
           Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
  bawah ini.

Proses pembelajaran                   Kemampuan                       Pembelajaran
belum direncanakan                  mengapresiasi puisi               berpusat pada
  secara maksimal                  kontemporer rendah                     guru


                                  Pembelajaran dengan
                                    pendekatan CTL



   Proses Pembelajaran                                               Pembelajaran
   direncanakan secara                                            berpusat pada siswa
        maksimal

                                  Pembelajaran bermakna
                                       bagi siswa




                                      Kemampuan
                                   mengapresiasi puisi
                                 kontemporer meningkat

      13
14




     Gambar 1. Alur Berpikir Pembelajaran Apresiasi Puisi Kontemporer dengan
                                    Pendekatan CTL
Metode Penelitian
          Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester kedua tahun
pelajaran 2008/ 2009. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan
Juni 2009. Pada bulan Januari penelitian mulai aktif dilaksanakan di sekolah. Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Ilmu Sosial-4 serta guru bahasa
Indonesia SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2008/ 2009. Jumlah siswa kelas
XII Ilmu Sosial-4 sebanyak 42 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 21 siswa
wanita.
          Ada dua macam sumber data yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber
data yang berasal dari subjek peneliti yang diperoleh dari nilai akhir semester satu,
nilai ulangan tiap-tiap akhir siklus, lembar observasi, dan wawancara. Sumber data
selain dari subjek penelitian merupakan sumber data sekunder yang dapat diperoleh
melalui hasil pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa dalam
kelompok.
          Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang
berkaitan dengan pembelajaran apresiasi puisi kontemporer yang berlangsung di
dalam kelas yang dialami oleh guru dan siswa. Data tersebut diperoleh baik sebelum
diberikan tindakan (survei awal) maupun setelah dilaksanakan tindakan. Data setelah
dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL). Data tersebut diperoleh melalui keaktivan siswa selama kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas serta hasil evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir
siklus. Sementara itu, data tentang guru diperoleh melalui proses kegiatan belajar
mengajar dilakukan serta dokumen-dokumen guru berupa silabus, RPP, media
pembelajaran berupa power point, hasil pekerjaan siswa, buku pelajaran bahasa
Indonesia, LKS, angket, daftar nilai, serta foto pembelajaran apresiasi puisi
kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
          Sementara itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XII Ilmu Sosial-4 SMA Batik 1 Surakarta. Data yang berupa hasil
pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.
Proses pembelajaran yang diamati mencakup aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran serta peran guru selama mengajar. Adapun data yang berupa hasil
belajar siswa diukur melalui tes.
          Ada dua teknik dalam pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
penelitian ini, yaitu: teknik tes maupun teknik nontes. Teknik tes berupa tes tertulis
yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Sementara itu, teknik nontes berupa
observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen.
          Adapun validasi data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik
triangulasi, yaitu triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review informan.

   14
15




(1) Triangulasi sumber data, yaitu menggali data dari berbagai sumber data yang
berbeda. Dalam hal ini peneliti menggali sumber data dari informan yang berbeda-
beda posisinya dengan teknik wawancara secara mendalam. Berdasarkan informasi
dari beberapa informan dapat dibandingkan dan ditarik kesimpulan sementara
mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain itu, untuk menggali data yang
sejenis peneliti melakukan hasil wawancara dengan informan, menganalisis arsip/
dokumen, serta hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan. (2)
Triangulasi metode, yaitu menggali data yang sama dengan menggunakan metode
pengumpulan data yang berbeda-beda. Data yang terkumpul dari kegiatan observasi
dicek kebenarannya melalui wawancara. Hal ini dilakukan untuk menggali data
tentang pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer yang diperoleh
melalui informan guru serta siswa. (3) Review informan, yaitu data yang sudah
diperoleh disusun datanya dan dikomunikasikan dengan informan khususnya yang
dipandang sebagai informan pokok (key informant) untuk dicek kebenarannya.
          Berdasarkan data yang telah terkumpul, dilakukan analisis terhadap data
tersebut. Analisis ini meliputi hasil serta proses tindakan yang telah dilakukan. Proses
analisis dilakukan dengan beberapa cara.
          Untuk data hasil belajar, dalam hal ini kemampuan mengapresiasi puisi
kontemporer, diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara
deskriptif yakni membandingkan nilai tes antarsiklus. Yang dianalisis adalah data
yang berupa nilai pada tiap-tiap siklus. Untuk data hasil observasi digunakan analisis
deskriptif kualitatif sedangkan untuk data hasil kuesioner dianalisis dengan
persentase.
          Untuk keperluan refleksi dilakukan teknik matching atau perbandingan
antara hasil tindakan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu juga
dilakukan interpretasi hasil analisis dari semua data observasi secara cermat agar
dapat ditemukan tindakan perbaikan yang tepat untuk tindakan berikutnya. Jika hasil
analisis dan refleksi terhadap hasil tindakan lebih baik atau sama dengan indikator
yang telah diterapkan, penelitian ini dianggap berhasil. Jika hasilnya lebih jelek,
penelitian ini ditetapkan belum berhasil dan selanjutnya dilakukan perbaikan ulang
dalam siklus kegiatan kedua dan seterusnya.
          Adapun indikator keberhasilan proses pembelajaran mengapresiasi puisi
kontemporer dapat dilihat melalui: (1) Siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran
sastra khususnya mengapresiasi puisi kontemporer; (2) Guru mampu membangkitkan
motivasi siswa dalam kegiatan mengapresiasi puisi kontemporer; (3) Siswa mampu
mengapresiasi puisi kontemporer dan bekerja sama dalam kelompok; (4) Guru
mampu menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
pembelajaran; (5) Guru mampu membuka cakrawala siswa dalam kegiatan
mengapresiasi puisi kontemporer dengan baik.
          Indikator ketercapaian peningkatan apresiasi puisi kontemporer dapat dilihat
melalui: (1) Siswa mampu berdiskusi dalam kelompok untuk menemukan jawaban-
jawaban berdasarkan pertanyaan yang disampaikan oleh guru untuk mengapresiasi
puisi kontemporer; (2) Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat

   15
16




dalam puisi kontemporer yang sudah didiskusikan secara berkelompok yang meliputi
tipografi, amanat/ pesan, isi dan sebagainya disertai dengan data teks yang
mendukung; (3) Siswa mampu menyampaikan tanggapan/ pendapat terhadap puisi
kontemporer yang sudah didiskusikan dalam kelompok; (4) Siswa mampu
memparafrasakan puisi kontemporer yang sudah didiskusikan dalam kelompok; (5)
Siswa mampu membuat puisi kontemporer berdasarkan tema yang sudah ditentukan;
(6) Ada peningkatan jumlah siswa yang gemar terhadap puisi kontemporer; (7) Ada
peningkatan jumlah siswa yang dapat menemukan unsur-unsur intrinsik puisi
kontemporer; (8) Ada peningkatan jumlah siswa yang dapat memberikan penilaian
terhadap puisi kontemporer; dan (9) Ada peningkatan jumlah siswa yang mempunyai
kemampuan menulis puisi kontemporer.
         Adapun alur PTK dapat dilihat pada gambar 3 berikut.


                                    Perencaan                      Pelaksanaan
   Permasalahan
                                    Tindakan 1                      Tindakan 1

                                      Refleksi 1                  Pengamatan/
                                                               Pengumpulan Data 1



   Permasalahan                     Perencanaan                    Pelaksanaan
     baru hasil                      Tindakan 2                     Tindakan 2
      refleksi


                                      Refleksi 2                  Pengamatan/
                                                               Pengumpulan Data 2
    Permasalahan
    sudah selesai


         Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
       Hasil penelitian tindakan kelas tentang mengapresiasi puisi kontemporer yang
dilaksanakan dalam dua siklus dapat disajikan seperti tabel berikut.
(1) Aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar yang berhubungan
dengan kegiatan mengapresiasi puisi kontemporer dapat dilihat dari hasil pengamatan
atau observasi yang dilakukan oleh peneliti. Aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan atau observasi berikut ini.
    Tabel 6. Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa Selama Mengikuti Proses
                                  Belajar Mengajar


   16
17




 No.                Aspek Pengamatan                        Siklus
                                                  I (%)               II (%)
   1     Inquiri                                  52,38               71,42
   2     Bertanya                                 52,38               78,57
   3     Masyarakat Belajar (diskusi)             61,90               76,19
                 Rata-rata                        55,55               75,39
        Hasil pengamatan atau abservasi yang disajikan pada tabel di atas dapat
dideskripsikan seperti berikut. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat
berdasarkan hasil observasi yang meliputi kegiatan mnegkonstruksi, menemukan
(inquiri), bertanya, dan masyarakat belajar (berdiskusi). Rata-rata hasil observasi
terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 55,55% dan mengalami peningkatan
pada siklus II menjadi 75,39%.
        Untuk lebih jelasnya, hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama
mengikuti proses belajar mengajar dapat digambarkan seperti diagram berikut ini.

           80
           70
           60
           50                                                       inquiry
           40                                                       bertanya
           30                                                       masyarakat belajar
           20                                                       rata-rata
           10
            0
                  siklus 1                siklus 2
 Gambar Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa Selama Mengikuti Proses Belajar Mengajar

Kemampuan Mengapresiasi Puisi Kontemporer
       Perkembangan hasil mengapresiasi puisi kontemporer siswa selama dua siklus
dapat disajikan seperti tabel berikut.
          Tabel 7. Hasil Tes Mengapresiasi Puisi Kontemporer Tiap Siklus
    No.               Aspek Pencapaian Hasil Belajar                 Siklus
                                                          Kondisi      I              II
                                                           Awal
       1        Rata-rata nilai tes mengapresiasi puisi     54         66            74
                kontemporer
       2        Jumlah siswa yang mendapatkan nilai         40         22             0
                kurang dari 67
       3        Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 67      2          20            42
                atau lebih
       4        Ketuntasan klasikal (%)                   4,76%     47,62%          100%



   17
18




        Hasil rata-rata tes mengapresiasi puisi kontemporer siswa pada kondisi awal
adalah 54. Setelah dilakukan/ diberikan tindakan perbaikan pada siklus I, rata-rata
nilai tes mengapresiasi puisi kontemporer siswa meningkat menjadi 66. Peningkatan
rata-rata dari 54 ke 66 belum mencapai nilai batas sesuai dengan Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditentukan yaitu 67. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II rata-rata tes mengapresiasi
puisi kontemporer mencapai 74, dengan ketuntasan klasikal 100%. Hal ini berarti ada
peningkatan yang sangat bagus dalam siklus II ini. Pencapaian hasil tersebut sudah
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan.
        Untuk lebih jelasnya, hasil tes mengapresiasi puisi kontemporer tiap siklus
dapat digambarkan seperti diagram berikut ini.

    100
     90
     80
     70
     60                                                   rata-rata
     50                                                   nilai kurang dari 67
     40                                                   nilai 67 atau lebih
     30                                                   ketuntasan klasikal
     20
     10
      0
          kondisi awal    siklus 1      siklus 2
        Gambar 8. Grafik Tes Mengapresiasi Puisi Kontemporer Tiap Siklus
Simpulan
        Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran
mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran dan setiap jam pelajaran
berlangsung selama 45 menit. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap
perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi dan
interpretasi, dan 4) tahap analisis dan refleksi. Proses pembelajaran mengapresiasi
puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi puisi kontmporer. Hal ini
ditandai dengan hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dipantau dengan lembar pengamatan
yang meliputi aspek inkuiri, bertanya, dan masyarakat belajar. Dari pantauan peneliti
dan angket yang diisi siswa pada setiap akhir siklus diketahui bahwa keaktivan siswa


   18
19




semakin meningkat. Selain itu, keterampilan guru dalam mengelola kelas juga makin
meningkat.
        (2)Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer. Hal ini ditandai dengan
nilai rerata tes kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer mengalami peningkatan.
Hasil rerata tes mengapresiasi puisi kontemporer siswa pada kondisi awal adalah 54
dengan ketuntasan klasikal mencapai 4,76%. Setelah dilakukan tindakan perbaikan
Pada siklus I, rerata nilai tes kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer mencapai
66 dengan ketuntasan klasikal 47,62%. Apabila dibandingkan dengan kemampuan
pada kondisi awal, siklus I ini mengalami peningkatan yaitu dari rerata 54 menjadi
rerata 66. Rerata tersebut belum mencapai nilai batas sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 67. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II rerata tes mengapresiasi
puisi kontemporer mencapai 74 dengan ketuntasan klasikal 100%. Hal ini berarti ada
peningkatan yang sangat bagus dalam siklus II ini. Pencapaian hasil tersebut sudah
sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, I Richard. Classroom Instruction and Management. America: United
        States of America.
Agustinus Suyoto. “Dasar-Dasar Analisis Puisi” (Lembar Komunikasi Bahasa dan
        Sastra Indonesia). Yogyakarta.
Ajip Rosidi. 1982. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Universitas
        Padjadjaran.
Atik Suryati. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
        Kemampuan Kreativitas Siswa. http://www.sman1btg.sch.id/inde
        x.php?option=comcontent&task=view&id=39&Itemid=1 (diunduh 22
        Januari 2009)
Atkin, Graham. Khris Walsh, and Susan Watkins. 1995. Studying Literature:
        A Practical Introduction. New York: Harvester Wheatsheaf.
Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, Edward E. Smith, and Daryl J. Bem.
        Tanpa Tahun. Pengantar Psikologi Jilid Dua. (Judul Asli Introduction to
        Psychology) diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara.
Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
        Pendidikan Nasional.
Boulton, Marjorie. 1979. The Anatomy of Poetry. London: Routledge and Keagan
        Paul.
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
        Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Chaplin, J. P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. (Judul Asli Dictionary of
        Psychology). Diterjemahkan oleh Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali
        Press.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
        (CTL)). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

   19
20




Djaali, Pudji Muljono, dan Romly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
         Jakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Hartono, Retno Winarni, Endang Sri Markamah, dan Tri Budiarto. 2007. “Upaya
         Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Mahasiswa S1 PGSD FKIP
         UNS Surakarta dengan Pendekatan Kontekstual” dalam Laporan Hasil
         Penelitian Hibah Pembelajaran PGSD. Surakarta: Universitas Sebelas
         Maret.
Herman J. Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi: Panduan untuk Pelajar dan
         Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.
_______. 2006. Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
         Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta.
_______. 2008. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press.
Igak Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Jakob Sumardjo. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan
         Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Penerjemah
         Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center.
Kennedy, X. J. 1991. An Introduction to Poetry. Boston: Little Brown and
         Company.
Kinayati Djojosuroto. 2008. Pengembangan Materi Ajar Sastra. Jakarta: Pusat
         Bahasa       Depdiknas.        http://www.pusatbahasa.     Diknas.go.id/
         laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=show&infoid=46&row=2
         (diunduh 7 November 2008)
Kurikulum SMA Batik 1 Surakarta. 2006. Kurikulum SMA Batik 1 Surakarta.
         Surakarta.
Maman S. Mahayana. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah
         Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publishing.
_______, 2008. Sejumlah Masalah dalam Apresiasi Puisi. Mahayana’ Books
         Collections.http://mahadewa-mahadewa.blogspot.com/2008/10/
         sejumlah-masalah-dalam-apresiasi-puisi.html. (diunduh 7 November
         2008)
Materi Bintek KTSP SMA. 2008. Materi Bintek KTSP SMA Tingkat
         Kabupaten/Kota. Depdiknas.
Melani Budianta, Ida Sundari Husen, Manneke Budiman, dan Ibnu Wahyudi.
         2008. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan
         Tinggi. Jogyakarta: Indonesiatera.
Muhaiban. 2002. “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kontekstual” makalah
         disajikan dalam lokakarya regional strategi pembelajaran bahasa Arab
         11–12 Juni 2002 di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Mundiarto. 2004. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sains” dalam
         Cakarawala Pendidikan Jurnal Ilmiah/ Pendidikan. Februari 2004
         Tahun XXIII No. 1. Malang: Lembaga Pengabdian kepada Mayarakat
         Universitas Negeri Malang.

   20
21




Novia Rahayu. 2008. Apresiasi Puisi. http://noviarahayu.wordpress. com/2008
         /04/ 02/ apresiasipuisi. (diunduh 7 November 2007)
Nyoman Kutha Ratna. 2007. Penelitian Sastra:Teori, Metode, dan Teknik.
         Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rachmat Djoko Pradopo. 2007a. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
         Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________, 2007b. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Rahmanto, B. 1992. Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra.
         Yogyakarta: Kanisius.
Ritawati Mahyuddin. 2002. “Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam
         Pembelajaran Membaca Pemahaman”. dalam Jurnal Penelitian
         Kependidikan. Tahun 12 Nomor 2 Desember 2002. Malang: Universitas
         Negeri Malang.
Slamet. 2002. “Kemampuan Mengapresiasi Puisi Guru-Guru SLTP Kota
         Surakarta” dalam Laporan Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas
         Maret Surakarta.
Sudrajad. http://rbaryans.wordpress.com (diunduh 26 Desember 2008).
Sternberg, Robert J. 1994. Encyclopedia of Human Intelligence. New York:
         Macmillan Publishing Company.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panilaian
         Sertifikasi Guru Rayon 13.
Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Classroom Action
         Research: Bahan Pelatihan PTK untuk Guru, Kepala Sekolah, dan
         Pengawas.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
         _______.      2007.      Penilaian    Laporan    Penelitian    Tindakan
         Kelas.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumiyati. 2006. “Puisi-puisi Karya Penyair Periode 2000: Analisis Wacana
         dengan Pendekatan Kritik Holistik”. (Tesis). Surakarta: PPs Universitas
         Sebelas Maret Surakarta.
Sunardi. 2007. “Pengaruh Media Pembelajaran VCD dan Minat membaca Karya
         Sastra terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa SMP Negeri 1
         Sukoharjo” (Tesis). Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sukestiyarno. 2008. “Strategi Menyusun Karya Penelitian Tindakan Kelas”
         (Makalah). Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Suparni. 1988. Penuntun Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. Bandung:
         Ganeca Exact.
         Sutardji Calzoum Bachri. 1981. O, Amuk, Kapak. Jakarta: Pusat Bahasa
         Depdiknas. http://www.geocities.com/Paris/7229/suta... (diunduh 14
         Agustus 2008)
Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi dan
         Cerpen. Yogyakarta: Nadi Pustaka.



   21
22




Tengsoe Tjahjono, Libertus. 1988. Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan
          Apresiasi. Flores: Nusa Indah.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
          Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ubaydillah, A. N. 2003.http://www.e-psikologi.com/pengembangan /0506 03.
          html. (diunduh 4 November 2008).
Undang Rosidin. 2008. Pendidikan: Pelajaran IPA masih pada aspek kognitif
          saja.         Bandar           Lampung           http://www.lampungpost.
          com/cetak/berita.php?id=2008060414312030 (diunduh 26 Desember
          2008).
Warren, Howard C. 1994. Dictionary of Psychology. Cambridge, Massachusetts:
          Houghton Mifflin Company.
Widada. 2007. “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi dengan Strategi
          Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2
          Boyolali. (Tesis). Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Zaidan Hendy. 1993. Kesusastraan Indonesia 2: Warisan Yang Perlu Diwariskan.
          Bandung: Angkasa.
Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University
          Press.
http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/puisi. (diunduh 4 November 2008).
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/13/pendekatankontekstualataucontextual-
          teaching-and-learning-ctl (diunduh 19 Januari 2009).




   22

More Related Content

What's hot

Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraNisha Komik
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Lailin Luthfiana
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastraCoral Reef
 
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1ErFani RetNo
 
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karyaAnalisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karyamurhqahmohdneng
 
3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastraCoral Reef
 
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISIANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISIBella Kriwangko
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastraNanda Ananda
 
Power point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesiaPower point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesiaPKBMARRIZKY
 
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademikCoral Reef
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastraPenulis
 

What's hot (20)

Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra
 
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
 
Bmm3116
Bmm3116Bmm3116
Bmm3116
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
 
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karyaAnalisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
 
3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra
 
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISIANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
 
aliran teori sastra
aliran teori sastraaliran teori sastra
aliran teori sastra
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
Power point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesiaPower point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesia
 
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
Kritik satra
Kritik satraKritik satra
Kritik satra
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
Segi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra BandinganSegi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra Bandingan
 

Viewers also liked

Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranMarliena An
 
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang JurnalistikPengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang JurnalistikIcha Nathalia
 
Analisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi FenomenologisAnalisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi FenomenologisDesy Sri Cahyani
 
5 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 25 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 2buwarnisutopo
 
Lampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Lampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSPLampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Lampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSPGilang Asri Devianty
 
Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013
Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013
Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013Aceng Abady
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruMarliena An
 
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & KBahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & KAmphie Yuurisman
 

Viewers also liked (10)

Apresiasi puisi kontemporer
Apresiasi puisi kontemporerApresiasi puisi kontemporer
Apresiasi puisi kontemporer
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang JurnalistikPengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
 
Analisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi FenomenologisAnalisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi Fenomenologis
 
5 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 25 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 2
 
Apresiasi puisi
Apresiasi puisiApresiasi puisi
Apresiasi puisi
 
Lampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Lampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSPLampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Lampiran Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
 
Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013
Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013
Buku pegangan-guru-bahasa-indonesia-smp-kelas-8-kurikulum-2013
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & KBahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
 

Similar to Apresiasi puisi kontemporer jurnal

Similar to Apresiasi puisi kontemporer jurnal (20)

Bab1
Bab1Bab1
Bab1
 
Bab iv.rumus baru
Bab iv.rumus baruBab iv.rumus baru
Bab iv.rumus baru
 
Annisa
Annisa Annisa
Annisa
 
Ctl 1
Ctl 1Ctl 1
Ctl 1
 
Rony husniah fak.sastra um
Rony husniah fak.sastra umRony husniah fak.sastra um
Rony husniah fak.sastra um
 
Bab1
Bab1Bab1
Bab1
 
PPT.pptx
PPT.pptxPPT.pptx
PPT.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase FModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F
 
review artikel jurnal fisika internasional
review artikel jurnal fisika internasionalreview artikel jurnal fisika internasional
review artikel jurnal fisika internasional
 
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase DModul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
 
Makalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisiMakalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisi
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Meto pen revi oktavia
Meto pen revi oktaviaMeto pen revi oktavia
Meto pen revi oktavia
 
A310060126
A310060126A310060126
A310060126
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi visiuniversal
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi   visiuniversalTeknik dan langkah langkah pengajaran puisi   visiuniversal
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi visiuniversal
 
Teknik Pgjrn Cerpen
 Teknik Pgjrn Cerpen Teknik Pgjrn Cerpen
Teknik Pgjrn Cerpen
 

More from buwarnisutopo (20)

Pantun
PantunPantun
Pantun
 
Pantun
PantunPantun
Pantun
 
Gabungan a e final
Gabungan a e finalGabungan a e final
Gabungan a e final
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii pembel
Bab ii pembelBab ii pembel
Bab ii pembel
 
Xii m.rohmadi bhs
Xii m.rohmadi bhsXii m.rohmadi bhs
Xii m.rohmadi bhs
 
Xi euis
Xi euisXi euis
Xi euis
 
X suharti
X suhartiX suharti
X suharti
 
X syamsudin
X syamsudinX syamsudin
X syamsudin
 
X utami
X utamiX utami
X utami
 
Xi gunawan bhs
Xi gunawan bhsXi gunawan bhs
Xi gunawan bhs
 
Xii m. rohmadi ipaips
Xii m. rohmadi ipaipsXii m. rohmadi ipaips
Xii m. rohmadi ipaips
 
Smt 2 1011
Smt 2 1011Smt 2 1011
Smt 2 1011
 
Soal tryout 1 2011 a master
Soal tryout 1 2011 a masterSoal tryout 1 2011 a master
Soal tryout 1 2011 a master
 
Novel
NovelNovel
Novel
 
DRAMA
DRAMADRAMA
DRAMA
 
Karya tulis
Karya tulisKarya tulis
Karya tulis
 
Un2011 lampiran permen46tahun2010
Un2011 lampiran permen46tahun2010Un2011 lampiran permen46tahun2010
Un2011 lampiran permen46tahun2010
 
Print soal a remidi smt 1 1011
Print soal a remidi smt 1 1011Print soal a remidi smt 1 1011
Print soal a remidi smt 1 1011
 
Print soal smt 1 1011
Print soal smt 1 1011Print soal smt 1 1011
Print soal smt 1 1011
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

Apresiasi puisi kontemporer jurnal

  • 1. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI KONTEMPORER MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)PADA SISWA KELAS XII ILMU SOSIAL-4 SMA BATIK 1 SURAKARTA Sri Suwarni* PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The aim of the action research classroom are: (1) describing of expression the learning process in the contemporary of poetry by Contextual Teaching and Learning (CTL) approach.); and (2) showing approach of Contextual Teaching and Learning (CTL) can improve the ability to appreciate the contemporary poetry of pupils. To reach the the target, this research is designed in the two cycles. Each cycles consist of twice meeting. Every meeting composed into two hours lesson and every hour of lesson is forty five minutes. There are procedure in every cycles involved 1) planning action phase, 2) implementation action phase 3) observing and interpretation phase 4) analysis and reflection phase. The phase effectiveness on every cycles are measured from the result of obesrving and ability of the test to appreciate the contemporary poetry. The result of the data observing are described, interpreted, then reflected to decide the remedical action on the next cycle. While the result of capability test data appreciates the contemporary poetry that is analyzed by describing the intercycle test value till achieving the minimal complete criterion (KKM) that had been determined as suit as the indication of work, the minimal of 85% students get 67 or may be more as the limit of complete appreciation capability the contemporary poetry. The classroom action research as many as the two cycles of obtained result that the rates the test result on early condition is 54, by the complete classical grade is 4,76%. On the first cycle, the rates of test result is 66 by the complete classical is 47,62%. On the second cycle, the rates of the test result is 74 by 100% is the complete classial. Based on the action above, can be concluded that the Contextual Teaching and Learning (CTL) approach, the teacher can improve ability to appreciate the contemporary poetry at students of XII Science Sosial-4 class SMA Batik 1 Surakarta. Key words : poem contemporary, Sutardji Calzoum Bachri, appreciate, Contextual Teaching and Learning (CTL) approach Materi puisi kontemporer termasuk salah satu materi dalam kesusasteraan. Untuk itu, kegiatan pembelajaran puisi kontemporer hendaknya diarahkan pada kemampuan siswa dalam hal mengapresiasi puisi kontemporer. Kegiatan mengapresiasi puisi dapat berupa membaca puisi, memahami isi puisi, menghubungkan keterkaitan puisi dengan pengarang, menulis puisi kontemporer. Membaca dalam hal ini dapat diartikan sebagai kegiatan membaca nyaring dan juga kegiatan membaca dalam hati. Membaca nyaring disini untuk menikmati karya sastra melalui puisi yang dibaca. Membaca dalam hati bertujuan untuk memahami dan menghayati isi puisi kontemporer yang dibaca. Pengajaran sastra sebenarnya difokuskan pada karya-karya sastra Indonesia. Siswa perlu banyak membaca karya sastra yang berhubungan dengan novel, cerpen,
  • 2. 2 drama, maupun puisi agar dapat memberikan apresiasi sastra yang memadahi. Karya sastra yang dibaca hendaklah karya sastra yang bermutu agar dapat mengambil manfaatnya. Dengan demikian, dalam mengapresiasi puisi, siswa perlu membaca, memahami, dan menghayati puisi yang dibacanya. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan pengertian, penghargaan, berpikir secara kritis, serta menumbuhkan kepekaan terhadap karya sastra khususnya puisi. Sebenarnya, puisi kontemporer merupakan salah satu materi kesusastraan yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang SMA. Materi ini terdapat dalam silabus untuk jenis keterampilan membaca sastra yang berbunyi “Memahami buku kumpulan puisi kontemporer dan karya sastra yang dianggap penting pada tiap periode” (KTSP versi SMA Batik 1 Surakarta, 2006: 59). Oleh karena itu, puisi kontemporer ini penting dipahami, dikuasai, dan dimengerti isinya oleh siswa karena merupakan materi pembelajaran di sekolah khususnya kelas XII. Hal ini dapat dilaksanakan apabila pembelajaran puisi kontemporer diarahkan sampai pada tingkat mengapresiasi puisi. Munculnya istilah puisi kontemporer diperkenalkan oleh Tengsoe Tjahyono (1988: 89) dalam bukunya Sastra Indonesia. Menurut beliau, “Puisi Kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi tersebut ditandai dengan adanya bentuk yang aneh dan ganjil”. Menurut ukuran orang Indonesia puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi-puisi yang sejenis itu dipelopori oleh Sutardji Calzoum Bahri sekitar tahun 1973-an. Puisi yang aneh dan ganjil seperti tersebut di atas oleh Herman J. Waluyo (2002: 122) dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Puisi diberi istilah puisi konkret dan puisi mantra. Dalam hal ini puisi dikembalikan pada kodratnya yang paling awal yaitu sebagai mantra yang mengandalkan kata sebagai kekuatan bunyi. Sedangkan bentuk konkret yang digunakan menurut Rachmad Djoko Pradopo (2007: 51) untuk mendukung makna yang ada dalam puisi tersebut. Sutardji Calzoum Bachri sebagai pelopor puisi kontemporer membuat pernyataan sikap tentang puisi/ karya-karyanya yang dibuat secara konseptual dalam bentuk kredo puisi. Pernyataan sikap ini merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan bahkan oleh sang legenda "AKU" atau Shakespeare sekalipun. Dalam Kredo Puisinya (semacam pernyataan sikap), Sutardji Calzoum Bachri menyatakan: "Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas. Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (obscene) serta penjajahan gramatika. Bila kata dibebaskan, kreativitaspun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauan dirinya sendiri." http://www.geocities.com/Paris/7229/suta... 2
  • 3. 3 Dalam kredo puisi tersebut jelaslah bahwa dalam menciptakan puisi, kata-kata kurang dipentingkan/ diperhatikan. Inilah yang membuat Sutardji Calzoum Bachri dikenal sebagai pembaharu dalam perpuisian Indonesia. Subagyo Sastrowardoyo menyatakan: “Sutardji merintis genre baru dalam sastra Indonesia. Puisi-puisi Sutardji menunjukkan orisinalitas. Sedang Dami N. Toda menyatakan bahwa Sutardji mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dalam sejarah puisi Indonesia dengan Chairil Anwar. Jika Chairil diumpamakan sebagai mata kanan, maka Sutardji adalah mata kiri (dalam catatan mengenai puisi Tardji di O, Amuk, Kapak)”. (Herman J. Waluyo, 2008: 333). Sementara itu, pembelajaran mengapresiasi puisi di sekolah pada umumnya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan khususnya dalam mengapresiasi puisi kontemporer. Hasil yang belum maksimal itu dapat dilihat dari rendahnya tingkat mengapresiasi puisi kontemporer yang dilakukan siswa. Rendahnya tingkat apresiasi ini disebabkan siswa merasa kesulitan dalam memahami isi puisi yang dibaca. Hal ini disebabkan diksi yang digunakan dalam puisi memiliki makna ganda, artinya pemberian makna dalam puisi yang dapat menimbulkan banyak tafsir. Selain itu, siswa juga merasakan adanya sesuatu yang aneh dalam puisi kontemporer. Bahkan ketika disodorkan contoh-contoh puisi kontemporer, siswa merasa adanya sesuatu yang lain dari puisi yang biasa dikenalnya. Selain faktor-faktor tersebut di atas, kumpulan puisi kontemporer termasuk materi pembelajaran sastra yang sulit dipahami. Hal ini disebabkan bahasa dalam puisi bersifat konotatif/ terkandung banyak pilihan kata yang mempunyai makna ganda. Untuk memahami isinya, dibutuhkan pengetahuan, wawasan, pengalaman, serta kemampuan menggunakan imajinasi secara maksimal. Faktor yang menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer tersebut perlu dicarikan solusinya. Adapun caranya dengan mengubah pendekatan yang sudah dilakukan oleh guru, yaitu dengan menerapkan pendekatan CTL. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata. Dalam hal ini guru mendorong siswa untuk menghubungkan antara ilmu/ pengetahuan yang dimilikinya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan konsep seperti itu, hasil pembelajaran diharapkan akan dapat lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah. Siswa bekerja dan mengalami bukan sekadar mentransfer ilmu dari gurunya. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. Hal tersebut dimungkinkan karena pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai tujuh komponen utama (Depdiknas, 2003: 10). Ketujuh komponen tersebut meliputi “konstruktivisme (Constructivism), inquiri (inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), 3
  • 4. 4 pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian autentik (Authentic Assesment)”. Dengan penggunaan pendekatan CTL tersebut, diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan menghayati, sehingga dapat memberikan apresiasi puisi kontemporer yang dibacanya. Dengan kondisi tersebut, kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, ada dua masalah dalam penelitian ini yang perlu digali jawabannya. (1) Bagaimanakah proses pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer siswa? (2) Apakah penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer siswa? Sejalan dengan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan CTL; (2) Meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer siswa dengan menggunakan pendekatan CTL. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas, khususnya untuk: memberi pemahaman kepada guru bahasa dan sastra Indonesia di SMA tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer pada siswa; serta memberi petunjuk kepada guru bahasa Indonesia di SMA tentang pentingnya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap peningkatan kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer pada siswa SMA. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi: Guru Bahasa Indonesia SMA untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain itu, penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menemukan sesuatu. Meningkatnya kreativitas siswa dalam menemukan sesuatu akan berdampak pada kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer. Bagi siswa, hasil penelitian ini bermanfaat: 1) untuk menambah wawasan mereka dalam mempelajari puisi kontemporer; 2) untuk meningkatkan prestasi siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer; dan 3) dapat meningkatkan keinginan siswa untuk membaca karya sastra khususnya puisi kontemporer dengan rasa senang. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menentukan kebijakan khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran sastra (khususnya puisi kontemporer) di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong guru untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran karya sastra khususnya tentang puisi kontemporer. Untuk itu, kepala sekolah perlu memberikan fasilitas dalam pengadaan sarana dan prasarana secara memadai sehingga fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru. Adapun sistematika pemaparan hasil penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pertama akan dikemukakan kajian teori yang berhubungan dengan hakikat kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer serta pendekatan pendekatan CTL. 4
  • 5. 5 Selanjutnya dikemukakan tentang penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta hipotesis tindakan. Kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan tiap siklus. Pada bagian akhir dikemukakan simpulan hasil penelitian. Hakikat kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poeima yang artinya berati membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti pembuat, pembangun, atau pembentuk. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan –poem yang artinya tidak jauh dari to make atau to create. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 2007:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut. (1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya. (2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi. (3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. (4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur). (5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam. Sedangkan Herman J. Waluyo dalam buku Pengkajian dan Apresiasi Puisi mengemukakan definisi puisi seperti berikut ini. (1) Slametmuljana menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunkan pengulangan suara sebagai cirri khasnya. (2) James Reeves menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. (3) Clive Sansom mengemukakan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman 5
  • 6. 6 intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional. (4) Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (Herman J. Waluyo: 2008:29). Demikian juga dengan Emily Dickinson dalam Kenndy, X.J. yang mendefinisikan puisi seperti berikut ini. “If I read a book and it makes my whole body so cold no fire can ever warm me, I know that is poetry. If I feel physically as if the top of my head were taken off, I know that is poetry. Berdasarkan definisi puisi seperti yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa puisi sebenarnya merupakan bentuk karya sastra yang mementingkan pemilihan diksi yang kaya dan penuh daya pikat, mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif, serta merupakan kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 2007:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Sedangkan puisi kontemporer diperkenalkan oleh Tjahjono dalam bukunya yang berjudul Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Dalam buku tersebut beliau mengatakan bahwa puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer muncul sekitar tahun 1973-an. Puisi tersebut ditandai dengan adanya bentuk yang aneh dan ganjil. Menurut ukuran orang Indonesia puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Sebagai contoh penyair Sutardji Calzoum Bachri mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya (Tjahjono, 1988:89). Penyair lain yang sejalan dengan Sutardji yang cenderung berbentuk aneh dan ganji adalah Danarto. Beliau justru memulai dengan kekuatan garis dalam menciptakan puisinya. Penyair yang senada dengan Sutardji dan Danarto yang mencanangkan bentuk aneh dan ganjil antara lain: Ibrahim Sattah, Hamid Jabbar, Husni Jamaluddin, Noorca Narendra, Jiehan, F. Rahadi, dan sebagainya. Puisi yang aneh dan ganjil seperti tersebut di atas oleh Waluyo dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Puisi diberi istilah puisi konkret dan puisi mantra (Herman J. Waluyo, 2002:122). Dalam hal ini puisi dikembalikan pada kodratnya yang paling awal yaitu sebagai mantra yang mengandalkan kata sebagai kekuatan bunyi. Sedangkan bentuk konkret yang digunakan menurut Pradopo untuk mendukung makna yang ada dalam puisi tersebut. Unsur-unsur puisi menurut beberapa pakar. (1) Herman J. Waluyo mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang. (2) Dick Hartoko (dalam Herman J. Waluyo, 2008) menyebut adanya unsur penting 6
  • 7. 7 dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.(3) Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur- unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima). Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut. Struktur Fisik Puisi. Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut. (1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. (2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik) (3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. (4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret“rawa-rawa”dapat melambangkan tempat kotor,tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. (5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Herman J. Waluyo, 2002). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, 7
  • 8. 8 pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. (6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutardji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Struktur Batin Puisi Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut. (1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna dalam setiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. (2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, dan lain-lain.. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah bergantung pada kemampuan penyair memilih kata- kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, serta bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. (3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/puisi/ (diakses 4 November 2008). Biografi Sutardji Calzoum Bachri Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1943 di Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya sampai tingkat doktoral, Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial Universitas Padjadjaran, Bandung. Sutardji adalah anak kelima dari sebelas saudara dari pasangan Mohammad Bachri (dari Prembun, Kutoarjo, Jawa Tengah) dan May Calzoum (dari Tanbelan, Riau). Dia menikah dengan Mariham Linda (1982) dikaruniai seorang anak perempuan bernama Mila Seraiwangi. Kariernya di bidang kesastraan dirintis sejak mahasiswa yang diawali dengan menulis dalam surat kabar mingguan di Bandung. Selanjutnya, ia mengirimkan sajak-sajak dan esainya ke media massa di Jakarta, seperti Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, majalah bulanan Horison, dan Budaya Jaya. Di samping itu, ia mengirimkan sajak-sajaknya ke surat kabar lokal, 8
  • 9. 9 seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Haluan di Padang. Sejak itu, Sutardji Calzoum Bachri diperhitungkan sebagai seorang penyair. Pada tahun 2000-2002 Sutardji Calzoum Bachri menjadi penjaga ruangan seni “Bentara”, khususnya menangani puisi pada harian Kompas setelah berhenti menjadi redaktur majalah Horison. Sutardji Calzoum Bachri selain menulis juga aktif dalam berbagai kegiatan, misalnya mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam, Belanda (1974), mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA (Oktober 1974 - April 1975), bersama Kiai Haji Mustofa Bisri dan taufiq Ismail. Ia pernah diundang ke Pertemuan International Para Pelajar di Bagdad, Irak, pernah diundang Menteri keuangan Malaysia, Dato Anwar Ibrahim, untuk membacakan puisinya di Departemen Keuangan Malaysia, mengikuti berbagai pertemuan Sastrawan ASEAN, Pertemuan Sastrawan Nusantara di Singapura, malaysia, dan Brunei Darussalam, serta pada tahun 1997 Sutardji membaca puisi di Festival Puisi International Medellin, Columbia. Sutardji dengan “Kredo Puisi”nya menarik perhatian dunia sastra di Indonesia. Beberapa karyanya adalah O (Kumpulan Puisi, 1973), Amuk (Kumpulan Puisi, 1977), dan Kapak (Kumpulan Puisi, 1979). Kumpulan puisnya, Amuk, pada tahun 1976/1977 mendapat Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kemudian pada tahun 1981 ketiga buku kumpulan pusinya itu digabungkan dengan judul O, Amuk, Kapak yang diterbitkan oleh Sinar Harapan. Selain itu, puisi-puisinya juga dimuat dalam berbagai antologi, antara lain Arjuna in Meditation (Calcutta, India, 1976), Writing from The Word (USA), Westerly Review (Australia), Dchters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststechting, 1975), Ik Wil Nogdulzendjaar Leven, Negh Moderne Indonesische Dichter (1979), Laut Biru, Langit Biru (Jakarta: Pustaka Jaya, 1977), Parade Puisi Indonesia (1990), majalah Tenggara, Journal of Southeast Asean Lietrature 36 dan 37 (1997), dan Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (2002). Sutardji selain menulis puisi juga menulis esai dan cerpen. Kumpulan cerpennya yang sudah dipublikasikan adalah Hujan Menulis Ayam (Magelang, Indonesia Tera:2001). Sementara itu, esainya berjudul Gerak Esai dan Ombak Sajak Anno 2001 dan Hujan Kelon dan Puisi 2002 mengantar kumpulan puisi “Bentara”. Sutardji juga menulis kajian sastra untuk keperluan seminar. Sekarang sedang dipersiapkan kumpulan esai lengkap dengan judul “Memo Sutardji” Penghargaan yang pernah diraihnya adalah Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand (1997), Anugrah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993), Penghargaan Sastra Chairil Anwar (1998), dan dianugrahi gelar Sastrawan Perdana oleh Pemerintah Daerah Riau (2001). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang berorientasi pada konstruktivistik. Menurut Nur dalam Trianto (2007: 13-14) pembelajaran konstruktivistik ini berpegang pada prinsip bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi guru juga memberikan kemudahan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide 9
  • 10. 10 mereka. Selain itu, guru memberikan kepada siswa berupa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi. Menurut Johnson (2002) dalam Herman J. Waluyo (2006: 26-27) “The CTL system is an educational process that aims to help student see meaning in the academic material. They are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the context of their personal, social, and the circumstances. Sementara itu, Mundiarto (2004: 70) berpendapat bahwa pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan konteks kehidupan dan kebutuhan siswa. Hubungan yang padu ini akan meningkatkan motivasi belajar siswa serta akan menjadikan proses belajar mengajar akan lebih efisien dan efektif. Senada dengan hal tersebut, Sugiyanto berpendapat bahwa proses pembelajaran CTL diharapkan berlangsung alamiah. Siswa bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut beliau “strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil” (2008: 20). Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Dalam hal ini guru mendorong siswa untuk menghubungkan antara ilmu/ pengetahuan yang dimilikinya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan konsep seperti itu, hasil pembelajaran diharapkan akan dapat lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah. Siswa bekerja dan mengalami bukan sekadar mentransfer ilmu dari gurunya. Dalam hal ini strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2003: 1). Lebih lanjut Johnson (2008: 65) mendefinisikan CTL seperti berikut ini.“CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian- bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik”. Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. Dalam hal ini pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu 10
  • 11. 11 makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara guru memulai pembelajarani dengan mengaitkan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berpikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereview kembali pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif. Menurut Atik Suryati pembelajaran dalam sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut di atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pelaksanaan pembelajaran model CTL tersebut, karena orientasinya pada proses sehingga siswa memiliki kompetensi, kemampuan tidak sekedar mengetahui dan memahami. Jangan lupa bahwa kondisi emosional individu akan mempengaruhi pemikiran dan perilaku siswa. Oleh karena itu, CTL akan terlaksana dengan optimal jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.(http://www.sman1btg.sch.id/index.php?option=comcontent&ta= view&id=39&Itemid=1). Tugas guru dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah membantu siswa mencapai tujuan. Oleh karena itu, guru perlu lebih banyak menemukan strategi mengajar daripada memberikan informasi. Tugas guru dalam CTL adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang mampu bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelompoknya. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru (Depdiknas, 2003: 2). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung yang terjalin erat satu sama yang lain dan membentuk satu kesatuan yang menyeluruh. CTL ini memberikan arahan pada siswa dapat menemukan dan mengalaminya sendiri. Guru lebih banyak berfungsi sebagai pendesain strategi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan siswa sebagai subjek didik harus banyak terlibat secara langsung serta mengalaminya dalam proses belajar. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai tujuh komponen utama (Depdiknas, 2003: 10). Ketujuh komponen tersebut meliputi 11
  • 12. 12 “konstruktivisme (Constructivism), inquiri (inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian autentik (Authentic Assesment)”. http://ipotes. wordpress.com/2008/05/13/pendekatan-kontekstualatau-contextual-teaching- and-learning-ctl/. Menurut Trianto (2007: 106) kelas dinamakan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) apabila ketujuh komponen itu dapat dilaksanakan semua dalam proses pembelajaran. Pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut ini. (1) Guru membagikan puisi/ menampilkan puisi yang sudah disiapkan, kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada gambaran puisi secara keseluruhan. Dalam hal ini siswa diajak berpikir, belajar, bekerja sendiri, menemukan sendiri (inquiri), dan mengkonstruksi (konstruktivisme) sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. (2) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa). Setiap kelompok diberi tugas mendiskusikan (masyarakat belajar) dan menemukan puisi (isi/ makna, amanat, gaya bahasa). Dengan cara seperti ini siswa melakukan kegiatan masyarakat belajar dan inkuiri dalam kelompok. (3) Sambil berkeliling, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan (questioning) untuk memancing keingintahuan siswa tentang puisi yang didiskusikannya. (4) Guru berusaha menciptakan masyarakat belajar dengan cara berdiskusi dalam kelompok- kelompok. (5) Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (6) Guru, siswa, dan peneliti melakukan refleksi pada akhir pertemuan. (7) Guru melakukan penilaian autentik (penilaian proses, penilaian kinerja, penilaian akhir). Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang berhubungan dengan masalah puisi. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Widada dalam tesisnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi dengan Strategi Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Boyolali” pada tahun 2007. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa kemampuan apresiasi puisi pada siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran cooperative learning terdapat peningkatan. Relevansi dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu sama-sama membahasan tentang kemampuan mengapresiasi puisi. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu strategi pembelajaran yang digunakan. Sejalan dengan itu, Sunardi dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran VCD dan Minat Membaca Karya Sastra terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo” pada tahun 2007 menyimpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan apresiasi puisi siswa yang diberi pelajaran menggunakan media pembelajaran VCD dengan siswa yang diberi pelajaran menggunakan media pembelajaran audio. Relevansi dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu sama-sama membahas tentang kemampuan mengapresiasi puisi. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu penggunaan media pembelajaran yang digunakan. 12
  • 13. 13 Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sumiyati. Dalam tesisnya yang berjudul “Puisi-puisi Karya Penyair Periode 2000: Analisis Wacana dengan Pendekatan Kritik Holistik” tahun 2006, disimpulkan bahwa ada kesinkronan antara hasil analisis peneliti, tanggapan pembaca, dan pernyataan penyair sendiri tentang pemahaman makna puisi karya penyair periode 2000. Relevansi dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu sama-sama membahasan tentang puisi. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Hartono, Retno Winarni, Endang Sri Markamah, dan Tri Budiarto tahun 2007 yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS Surakarta dengan Pendekatan Kontekstual” dalam Laporan Hasil Penelitian Hibah Pembelajaran PGSD UNS menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa kelas B Program Studi S1 PGSD FKIP UNS Surakarta. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kontekstual. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu materi pembelajaran yang digunakan. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Proses pembelajaran Kemampuan Pembelajaran belum direncanakan mengapresiasi puisi berpusat pada secara maksimal kontemporer rendah guru Pembelajaran dengan pendekatan CTL Proses Pembelajaran Pembelajaran direncanakan secara berpusat pada siswa maksimal Pembelajaran bermakna bagi siswa Kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer meningkat 13
  • 14. 14 Gambar 1. Alur Berpikir Pembelajaran Apresiasi Puisi Kontemporer dengan Pendekatan CTL Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran 2008/ 2009. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2009. Pada bulan Januari penelitian mulai aktif dilaksanakan di sekolah. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Ilmu Sosial-4 serta guru bahasa Indonesia SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2008/ 2009. Jumlah siswa kelas XII Ilmu Sosial-4 sebanyak 42 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 21 siswa wanita. Ada dua macam sumber data yang digunakan dalam penelitian, yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang berasal dari subjek peneliti yang diperoleh dari nilai akhir semester satu, nilai ulangan tiap-tiap akhir siklus, lembar observasi, dan wawancara. Sumber data selain dari subjek penelitian merupakan sumber data sekunder yang dapat diperoleh melalui hasil pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa dalam kelompok. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan pembelajaran apresiasi puisi kontemporer yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh guru dan siswa. Data tersebut diperoleh baik sebelum diberikan tindakan (survei awal) maupun setelah dilaksanakan tindakan. Data setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Data tersebut diperoleh melalui keaktivan siswa selama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas serta hasil evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Sementara itu, data tentang guru diperoleh melalui proses kegiatan belajar mengajar dilakukan serta dokumen-dokumen guru berupa silabus, RPP, media pembelajaran berupa power point, hasil pekerjaan siswa, buku pelajaran bahasa Indonesia, LKS, angket, daftar nilai, serta foto pembelajaran apresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Sementara itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Ilmu Sosial-4 SMA Batik 1 Surakarta. Data yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Proses pembelajaran yang diamati mencakup aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran serta peran guru selama mengajar. Adapun data yang berupa hasil belajar siswa diukur melalui tes. Ada dua teknik dalam pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu: teknik tes maupun teknik nontes. Teknik tes berupa tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Sementara itu, teknik nontes berupa observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen. Adapun validasi data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan review informan. 14
  • 15. 15 (1) Triangulasi sumber data, yaitu menggali data dari berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini peneliti menggali sumber data dari informan yang berbeda- beda posisinya dengan teknik wawancara secara mendalam. Berdasarkan informasi dari beberapa informan dapat dibandingkan dan ditarik kesimpulan sementara mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain itu, untuk menggali data yang sejenis peneliti melakukan hasil wawancara dengan informan, menganalisis arsip/ dokumen, serta hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan. (2) Triangulasi metode, yaitu menggali data yang sama dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda-beda. Data yang terkumpul dari kegiatan observasi dicek kebenarannya melalui wawancara. Hal ini dilakukan untuk menggali data tentang pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer yang diperoleh melalui informan guru serta siswa. (3) Review informan, yaitu data yang sudah diperoleh disusun datanya dan dikomunikasikan dengan informan khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informant) untuk dicek kebenarannya. Berdasarkan data yang telah terkumpul, dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis ini meliputi hasil serta proses tindakan yang telah dilakukan. Proses analisis dilakukan dengan beberapa cara. Untuk data hasil belajar, dalam hal ini kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer, diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif yakni membandingkan nilai tes antarsiklus. Yang dianalisis adalah data yang berupa nilai pada tiap-tiap siklus. Untuk data hasil observasi digunakan analisis deskriptif kualitatif sedangkan untuk data hasil kuesioner dianalisis dengan persentase. Untuk keperluan refleksi dilakukan teknik matching atau perbandingan antara hasil tindakan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu juga dilakukan interpretasi hasil analisis dari semua data observasi secara cermat agar dapat ditemukan tindakan perbaikan yang tepat untuk tindakan berikutnya. Jika hasil analisis dan refleksi terhadap hasil tindakan lebih baik atau sama dengan indikator yang telah diterapkan, penelitian ini dianggap berhasil. Jika hasilnya lebih jelek, penelitian ini ditetapkan belum berhasil dan selanjutnya dilakukan perbaikan ulang dalam siklus kegiatan kedua dan seterusnya. Adapun indikator keberhasilan proses pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer dapat dilihat melalui: (1) Siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran sastra khususnya mengapresiasi puisi kontemporer; (2) Guru mampu membangkitkan motivasi siswa dalam kegiatan mengapresiasi puisi kontemporer; (3) Siswa mampu mengapresiasi puisi kontemporer dan bekerja sama dalam kelompok; (4) Guru mampu menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran; (5) Guru mampu membuka cakrawala siswa dalam kegiatan mengapresiasi puisi kontemporer dengan baik. Indikator ketercapaian peningkatan apresiasi puisi kontemporer dapat dilihat melalui: (1) Siswa mampu berdiskusi dalam kelompok untuk menemukan jawaban- jawaban berdasarkan pertanyaan yang disampaikan oleh guru untuk mengapresiasi puisi kontemporer; (2) Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat 15
  • 16. 16 dalam puisi kontemporer yang sudah didiskusikan secara berkelompok yang meliputi tipografi, amanat/ pesan, isi dan sebagainya disertai dengan data teks yang mendukung; (3) Siswa mampu menyampaikan tanggapan/ pendapat terhadap puisi kontemporer yang sudah didiskusikan dalam kelompok; (4) Siswa mampu memparafrasakan puisi kontemporer yang sudah didiskusikan dalam kelompok; (5) Siswa mampu membuat puisi kontemporer berdasarkan tema yang sudah ditentukan; (6) Ada peningkatan jumlah siswa yang gemar terhadap puisi kontemporer; (7) Ada peningkatan jumlah siswa yang dapat menemukan unsur-unsur intrinsik puisi kontemporer; (8) Ada peningkatan jumlah siswa yang dapat memberikan penilaian terhadap puisi kontemporer; dan (9) Ada peningkatan jumlah siswa yang mempunyai kemampuan menulis puisi kontemporer. Adapun alur PTK dapat dilihat pada gambar 3 berikut. Perencaan Pelaksanaan Permasalahan Tindakan 1 Tindakan 1 Refleksi 1 Pengamatan/ Pengumpulan Data 1 Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan baru hasil Tindakan 2 Tindakan 2 refleksi Refleksi 2 Pengamatan/ Pengumpulan Data 2 Permasalahan sudah selesai Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas tentang mengapresiasi puisi kontemporer yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat disajikan seperti tabel berikut. (1) Aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar yang berhubungan dengan kegiatan mengapresiasi puisi kontemporer dapat dilihat dari hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh peneliti. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan atau observasi berikut ini. Tabel 6. Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa Selama Mengikuti Proses Belajar Mengajar 16
  • 17. 17 No. Aspek Pengamatan Siklus I (%) II (%) 1 Inquiri 52,38 71,42 2 Bertanya 52,38 78,57 3 Masyarakat Belajar (diskusi) 61,90 76,19 Rata-rata 55,55 75,39 Hasil pengamatan atau abservasi yang disajikan pada tabel di atas dapat dideskripsikan seperti berikut. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil observasi yang meliputi kegiatan mnegkonstruksi, menemukan (inquiri), bertanya, dan masyarakat belajar (berdiskusi). Rata-rata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 55,55% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75,39%. Untuk lebih jelasnya, hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dapat digambarkan seperti diagram berikut ini. 80 70 60 50 inquiry 40 bertanya 30 masyarakat belajar 20 rata-rata 10 0 siklus 1 siklus 2 Gambar Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa Selama Mengikuti Proses Belajar Mengajar Kemampuan Mengapresiasi Puisi Kontemporer Perkembangan hasil mengapresiasi puisi kontemporer siswa selama dua siklus dapat disajikan seperti tabel berikut. Tabel 7. Hasil Tes Mengapresiasi Puisi Kontemporer Tiap Siklus No. Aspek Pencapaian Hasil Belajar Siklus Kondisi I II Awal 1 Rata-rata nilai tes mengapresiasi puisi 54 66 74 kontemporer 2 Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 22 0 kurang dari 67 3 Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 67 2 20 42 atau lebih 4 Ketuntasan klasikal (%) 4,76% 47,62% 100% 17
  • 18. 18 Hasil rata-rata tes mengapresiasi puisi kontemporer siswa pada kondisi awal adalah 54. Setelah dilakukan/ diberikan tindakan perbaikan pada siklus I, rata-rata nilai tes mengapresiasi puisi kontemporer siswa meningkat menjadi 66. Peningkatan rata-rata dari 54 ke 66 belum mencapai nilai batas sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditentukan yaitu 67. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II rata-rata tes mengapresiasi puisi kontemporer mencapai 74, dengan ketuntasan klasikal 100%. Hal ini berarti ada peningkatan yang sangat bagus dalam siklus II ini. Pencapaian hasil tersebut sudah sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan. Untuk lebih jelasnya, hasil tes mengapresiasi puisi kontemporer tiap siklus dapat digambarkan seperti diagram berikut ini. 100 90 80 70 60 rata-rata 50 nilai kurang dari 67 40 nilai 67 atau lebih 30 ketuntasan klasikal 20 10 0 kondisi awal siklus 1 siklus 2 Gambar 8. Grafik Tes Mengapresiasi Puisi Kontemporer Tiap Siklus Simpulan Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran dan setiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi dan interpretasi, dan 4) tahap analisis dan refleksi. Proses pembelajaran mengapresiasi puisi kontemporer dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi puisi kontmporer. Hal ini ditandai dengan hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dipantau dengan lembar pengamatan yang meliputi aspek inkuiri, bertanya, dan masyarakat belajar. Dari pantauan peneliti dan angket yang diisi siswa pada setiap akhir siklus diketahui bahwa keaktivan siswa 18
  • 19. 19 semakin meningkat. Selain itu, keterampilan guru dalam mengelola kelas juga makin meningkat. (2)Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi kontemporer. Hal ini ditandai dengan nilai rerata tes kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer mengalami peningkatan. Hasil rerata tes mengapresiasi puisi kontemporer siswa pada kondisi awal adalah 54 dengan ketuntasan klasikal mencapai 4,76%. Setelah dilakukan tindakan perbaikan Pada siklus I, rerata nilai tes kemampuan mengapresiasi puisi kontemporer mencapai 66 dengan ketuntasan klasikal 47,62%. Apabila dibandingkan dengan kemampuan pada kondisi awal, siklus I ini mengalami peningkatan yaitu dari rerata 54 menjadi rerata 66. Rerata tersebut belum mencapai nilai batas sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 67. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II rerata tes mengapresiasi puisi kontemporer mencapai 74 dengan ketuntasan klasikal 100%. Hal ini berarti ada peningkatan yang sangat bagus dalam siklus II ini. Pencapaian hasil tersebut sudah sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan. DAFTAR PUSTAKA Arends, I Richard. Classroom Instruction and Management. America: United States of America. Agustinus Suyoto. “Dasar-Dasar Analisis Puisi” (Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia). Yogyakarta. Ajip Rosidi. 1982. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Universitas Padjadjaran. Atik Suryati. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa. http://www.sman1btg.sch.id/inde x.php?option=comcontent&task=view&id=39&Itemid=1 (diunduh 22 Januari 2009) Atkin, Graham. Khris Walsh, and Susan Watkins. 1995. Studying Literature: A Practical Introduction. New York: Harvester Wheatsheaf. Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, Edward E. Smith, and Daryl J. Bem. Tanpa Tahun. Pengantar Psikologi Jilid Dua. (Judul Asli Introduction to Psychology) diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara. Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Boulton, Marjorie. 1979. The Anatomy of Poetry. London: Routledge and Keagan Paul. Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Chaplin, J. P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. (Judul Asli Dictionary of Psychology). Diterjemahkan oleh Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Press. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Ditjen Dikdasmen. 19
  • 20. 20 Djaali, Pudji Muljono, dan Romly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Hartono, Retno Winarni, Endang Sri Markamah, dan Tri Budiarto. 2007. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS Surakarta dengan Pendekatan Kontekstual” dalam Laporan Hasil Penelitian Hibah Pembelajaran PGSD. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Herman J. Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi: Panduan untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia. _______. 2006. Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta. _______. 2008. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press. Igak Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Jakob Sumardjo. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Penerjemah Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center. Kennedy, X. J. 1991. An Introduction to Poetry. Boston: Little Brown and Company. Kinayati Djojosuroto. 2008. Pengembangan Materi Ajar Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. http://www.pusatbahasa. Diknas.go.id/ laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=show&infoid=46&row=2 (diunduh 7 November 2008) Kurikulum SMA Batik 1 Surakarta. 2006. Kurikulum SMA Batik 1 Surakarta. Surakarta. Maman S. Mahayana. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publishing. _______, 2008. Sejumlah Masalah dalam Apresiasi Puisi. Mahayana’ Books Collections.http://mahadewa-mahadewa.blogspot.com/2008/10/ sejumlah-masalah-dalam-apresiasi-puisi.html. (diunduh 7 November 2008) Materi Bintek KTSP SMA. 2008. Materi Bintek KTSP SMA Tingkat Kabupaten/Kota. Depdiknas. Melani Budianta, Ida Sundari Husen, Manneke Budiman, dan Ibnu Wahyudi. 2008. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta: Indonesiatera. Muhaiban. 2002. “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kontekstual” makalah disajikan dalam lokakarya regional strategi pembelajaran bahasa Arab 11–12 Juni 2002 di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Mundiarto. 2004. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sains” dalam Cakarawala Pendidikan Jurnal Ilmiah/ Pendidikan. Februari 2004 Tahun XXIII No. 1. Malang: Lembaga Pengabdian kepada Mayarakat Universitas Negeri Malang. 20
  • 21. 21 Novia Rahayu. 2008. Apresiasi Puisi. http://noviarahayu.wordpress. com/2008 /04/ 02/ apresiasipuisi. (diunduh 7 November 2007) Nyoman Kutha Ratna. 2007. Penelitian Sastra:Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rachmat Djoko Pradopo. 2007a. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________, 2007b. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Rahmanto, B. 1992. Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ritawati Mahyuddin. 2002. “Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman”. dalam Jurnal Penelitian Kependidikan. Tahun 12 Nomor 2 Desember 2002. Malang: Universitas Negeri Malang. Slamet. 2002. “Kemampuan Mengapresiasi Puisi Guru-Guru SLTP Kota Surakarta” dalam Laporan Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sudrajad. http://rbaryans.wordpress.com (diunduh 26 Desember 2008). Sternberg, Robert J. 1994. Encyclopedia of Human Intelligence. New York: Macmillan Publishing Company. Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panilaian Sertifikasi Guru Rayon 13. Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Classroom Action Research: Bahan Pelatihan PTK untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. _______. 2007. Penilaian Laporan Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sumiyati. 2006. “Puisi-puisi Karya Penyair Periode 2000: Analisis Wacana dengan Pendekatan Kritik Holistik”. (Tesis). Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sunardi. 2007. “Pengaruh Media Pembelajaran VCD dan Minat membaca Karya Sastra terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo” (Tesis). Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sukestiyarno. 2008. “Strategi Menyusun Karya Penelitian Tindakan Kelas” (Makalah). Semarang : Universitas Negeri Semarang. Suparni. 1988. Penuntun Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. Bandung: Ganeca Exact. Sutardji Calzoum Bachri. 1981. O, Amuk, Kapak. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. http://www.geocities.com/Paris/7229/suta... (diunduh 14 Agustus 2008) Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Nadi Pustaka. 21
  • 22. 22 Tengsoe Tjahjono, Libertus. 1988. Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Flores: Nusa Indah. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Ubaydillah, A. N. 2003.http://www.e-psikologi.com/pengembangan /0506 03. html. (diunduh 4 November 2008). Undang Rosidin. 2008. Pendidikan: Pelajaran IPA masih pada aspek kognitif saja. Bandar Lampung http://www.lampungpost. com/cetak/berita.php?id=2008060414312030 (diunduh 26 Desember 2008). Warren, Howard C. 1994. Dictionary of Psychology. Cambridge, Massachusetts: Houghton Mifflin Company. Widada. 2007. “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi dengan Strategi Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Boyolali. (Tesis). Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta. Zaidan Hendy. 1993. Kesusastraan Indonesia 2: Warisan Yang Perlu Diwariskan. Bandung: Angkasa. Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/puisi. (diunduh 4 November 2008). http://ipotes.wordpress.com/2008/05/13/pendekatankontekstualataucontextual- teaching-and-learning-ctl (diunduh 19 Januari 2009). 22