Similaire à Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin telah berada pada daftar posting yang telah dipublis pada situs ini
Similaire à Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin telah berada pada daftar posting yang telah dipublis pada situs ini (20)
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin telah berada pada daftar posting yang telah dipublis pada situs ini
1. Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin telah berada pada daftar
posting yang telah dipublis pada situs ini, namun mungkin anda belum menuliskan kata kunci yang
tepat, bila belum menemukan yang sesuai dengan makalah kritisisme dalam filsafat ilmu, Anda
dapat melakukan pencarian dengan kata kunci yang lain, pada search di situs kafeilmu ini, atau
dengan melihat daftar post berikut ini yang mungkin mempunyai materi yang diinginkan. Serta kami
sertakan pula beberapa situs lain yang membahas makalah kritisisme dalam filsafat ilmu. Anda juga
bisa request untuk memuat artikel tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu pada kolom
komentar. Bahkan anda dapat juga dapat mengirimkan artikel Anda ke email kami,
mykafes@gmail.com.
Read more: http://kafeilmu.com/tema/makalah-kritisisme-dalam-filsafat-ilmu.html#ixzz1b3J0887Q
Makalah Kritisisme immanuel kant
Pendahuluan
Immanuel kant adalah filsuf modern yang paling berpengaruh. Pemikirannya yang analisis dan tajam
memasang patok-patok yang mau tak mau menjadi acuan bagi segenap pemikiran filosofis
kemudian, terutama dalam bidang epistimologi, metafisika dan etika.
Kant dilahirkan di Konigsberg, prusia. Pada usia delapan tahun kant menjadi murid di gymnasium.
Pada tahun 1740 kant meninggalkan gymnasium dan melanjutkan studinya tentang teologi di
universits Konigsberg . Namun perhatiannya justru tercurah pada filsafat, ilmu pasti dan fisika.
Karena tidak mampu membiayai studinya, kant memperoleh uang studinya dari beasisiwa. Sebagai
seorang pribadi kant tidak memilki pribadi yang bergejolak dan tantangan seperti misalnya yang
dialami oleh Ocrates, Bruno, Spinoza.
Setelah belajar filsafat, fisika dan ilmu pasti, kemudian ia menjadi guru besar dalam ilmu logika dan
metafisika, juga di konigsbergen. Hidupnya dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pra-kritis
dan tahap kritis , dengan kira-kira tahun 1770 sebagai garis perbatasannya, yaitu ketika ia menerima
jabatan guru besar. Sejak itu ia menyodorkan filsafatnya kepada dunia dengan penuh kepastian,
sedang sebelumnya masih terdapat perubahan perubahan dalam tulisan tulisannya. Semula kant
dipengaruhi oleh rasionalisme Leibniz dan wolf, kemudian dipengaruhi oleh empirisme Hume,
sedang Roussea juga menampakkan pengaruhnnya. Menurrut kant sendiri Humelah yang
menjadikan ia bangun dari tidurnya dalam dogmatism. Hume berpendapat bahwa empiris adalah
sebuah pengetahuan yang tak lebih dari kesan kesan indrawi saja, namun kant bertentangan
denagan filsafat hume. Kant menulis tentang berbagai masalah dari bidang ilmu alam, ilmu pasti,
dan filsafat. Kemudian, selama 11 tahun tak ada tulisan kant apapun, itulah saat pemikiran kant
berubah.
Pembahasan
2. Kant kerap dipandang sebagai tokoh paling menonjol dalam bidang filsafat setelah era yunani kuno.
Perpaduannya antara rasionalisme dan empirisme yang ia sebut dengan kritisisme, ia mengatakan
bahwa pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh perangkat indrawi kita,
maka hanya dalam bentuk-bentuk itulah kita menggambarkan eksitensi segala hal. Kant dengan
pemikirannya membangun pemikiran baru, yakni yang disebut denagan kritisisme yang dilawankan
terhadap seluruh filsafat sebelumnnya yang ditolaknya sebagai dogmatisme. Artinya, filsafat
sebelumnnya yang ditolaknya sebagai dogmatism. Artinya, filsafat sebelum dianggap kant domatis
karena begitu saja kemampuan rasio manusia dipercaya, padahal batas rasio harus diteliti dulu .
Yang dimaksud dengan dogmatisme adalah filsafat yang mendasarkan pandangannya kepada
pengertian Allah atau subtansi atau monade, tanpa menghiraukan rasio telah memiliki pengertian
tentang hakekatnya sendiri, luas dan batas kemampuannya. Filsafat bersifat dogmatis menerima
kebenaran-kebenaran asasi agama dan dasar ilmu pengetahuan begitu saja, tanpa mempertanggung
jawabkan secara kritis. Dogmatisme menganggap pengenalan obyektif sebagai hal yang sudah
sendirinya. Sikap demikian, menurut kant adalah ssalah. Orang harus bertanya: “bagaimana
pengenalan obyektif mungkin?”. Oleh karena itu penting sekali menjawab pertanyaan mengenai
sysrat syarat kemungkinan adanyua pengenalan dan batas batas pengenalan itu.
Filsafat kant disebut dengan kritisime. Itulah sebab ketiga karyanya yang besar disebut “kritik”, yaitu
kritik der reinen vernunft, atau kritik atas rasio murni (1781), kritik der praktischen vernunft, atau
kritik atas rasio praktis (1788) dan kritik der urteilskraft, atau kritik ats daya pertimbangan (1790).
Secara harfiah kata kritik berarti pemisahan. Filsafat kant bermaksud membed-bedakan antara
pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan
pengenalan dari keterikatan kepada segala penampakan yang bersiifat sementara. Jadi filsafatnya
dimaksud sebagai penyadaran atas kemampuan—kemampuan rasio secar obyektif dan menentukan
batas-batas kemampuannya, untuk member tempat kepada iman dan kepercayaan.
Menurut kant, pemikiran telah mencapai arahnya yang pasti didalam ilmu pengetahuan pasti- alam,
seperti yang telah disusun oleh newton. Ilmu pengetahuan pasti-alam itu telah mengajarkan kita,
bahwa perlu sekali kita terlebih dahulu secar akritis meneliti pengenalan.
pertanyaannya kenapa Immanuel Kant menyatakan filsafatnya kritisisme:
Karena kant menggabungkan kedua faham yang bersebrangan, yaitu rasionalisme eropa yang
teoritis, a priori, sesuai rasio, dan terinspirasi oleh plato, serta empirisme inggris yang berpijak
3. kepada pengalaman, a posteoriri, dan terinspirasi oleh aristoteles. Pertama kant kant beranggapan
kedua paham tersebut sama baiknya dan bias digabungkan untuk mencapai hal yang sempurna.
Apesteori menurut istilah adalah menunjukkan sejenis pengetahuan yang dapat dicapai hanya dari
pengalaman, maka dari itu pengetahauan dapat dirumuskan hanya setelah observasi dan
eksperimen. Lawan dari a priori.
Apriori digunakan, kontras dengan aposteriori, unutk mengacu kepada kesimpulan-kesimpulan yang
diasalkan dari apa yang sudah ditentukan, dan bukan dari pengalaman . apriori berarti tidak
bergantung pada pengalaman inderawi.
kant sebenarnya meneruskan perjuangan Thomas Aquinas yang pernah melakukannya. Kant sendiri
semula ia berpegang teguh kepada rasionalisme, karena dia adalah orang jerman yang semula
memegang teguh tentang ajaran rasionalisme. Namun ia juga tertarik tentang empirisme yang
dikembangkan oleh David Hume seorang filosof inggris. Dan sejak itulah kant merasa bahwa
rasionalisme dan empirisme dapat digabungkan dan merupakan sebuah bagian yang dapat
melengkapi satu sama lain.
Immanuel kant mengkritik empirisme, ia berpendapat bahwa empirisme harus dialandasi dengan
teori teori dari rasionalisme sebelum dianggap sah melalui proses epistomologi, itu merupakan
penjelasan melalui bukunya yang berjudul critique of pure reason (kritik atas rasio murni), selain
karyanya tersebut Immanuel kant juga menulis buku yang menyatakan filsafat kritisisme yaitu
adalah kritik atas rasio praktis (etika) yang terakhir adalah kritik atas pertimbangan (judgment).
Anggapan kant tentang empirisme, bahwa empirisme (pengalaman) itu bersifat relative tanpa
adanya landasan teori.
Kritik atas pertimbangan (judgment)
Kosekuensi dari “ kritik atas rasio murni “ dan kritik atas rasio praktis” menimbulkan adanya dua
kawasan yang tersendiri, yaitu kawasan keperluan mutlak dibidang alam dan kawasan kebebasan
tingkah laku manusia.
4. Sebuah ide bukanlah merupakanpengetahuan. Karena ide harus dikombinasiakn dengan idea lain
sehingga menjadi pertimbangan melalui subjek dan predikat.
Pertimbangan ada dua macam:
a) Pertimbangan analitik, menganalisis suatu idea tanpa menambah sesuatu yang baru abginya.
b) Pertimbangan sintetik, memperluas subjek dan menambah pengetahhuan baginya.
Tidak setiap pertimbangan secara pasti merupakan pengetahuan ilmiah. Suatu pertimbangan bagi
pengetahuan ilmiah harus benar, menghasilkan kemestian dan universalitas.
a) Suatu pertimbangan yang semata mata berdasarkan pada pengalaman, tidak dapat merupakan
pengetahuan ilmiah, ini adalah pertimbangan a posteriori.
b) Untuk menjadi ilmiah, suatu pertimbangan harus mendasarkan pada dasar rasional, berakar pada
akal (maupun pengamatan), pertimbangan ini harus a priori
c) Dengan demikian, pengetahuan adalah pertimbangan sintetik yang a priori
d) Bagaiman dapat membentuk pertimbangan sintetik a priori
i. Jika indra memberiakn bahan bahan bagi suatu pertimbangan dank al bekerja, maka mungkin ada
pengetahuan
ii. Dengan demikian, pengetahuan merupakan kemampuan yang sensory, yang member bahan
bahan bagi pengetahuan dan intellect (concept), yang membentuk bahan bagi pengetahuan
Kritik atas akal praktis
Karya pertama kant adalah kritik atas rasio murni (yang menurut Scopenhauer merupakan buku
terpenting ysng pernah ditulis dieropa). Dalam buku ini kant melakukan revolusi kopernikan dalam
bidang filsafat, sebagaimana coppernicus menjatuhkan gambaran dunia tradisiaonal dengan
mempermaklumkan bahwa bukan matahari yang mengitari bumi, akan tetapi bumilah yang
mengitari matahari.
Salah satu kesimpulan dari revolusi itu adalah bahwa menurut kant pengetahuan dalam arti yang
sesungguhnya hanya mungkin dalam bidang indrawi. Ini karena hanya dalam bidang itu ada
kaitannya dengan relitas sendiri meskipun hanya dalam bentuk yang telah diterjemahkan kedalam
bahsa aporiri pengertian kita .
a) Kritik atas akal murni menghasilakan sketisisme yang beralasan.
b) Kehendak buakannya akal yang membentuk dasar bagi kemampuan kita dan benda-benda. Tuhan
yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada yang di cita-citakan.
c) Akal praktis adalh berkuasa dan lebih tinggi dari pada akl teoritis.
5. d) Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah moralitas yang abadi.
Kritik atas pertimbangan
a) Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman
b) Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari pemahaman.
c) Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
1) Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini dalah gejala yang ada pada dasar
subjektif.
2) Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif (menciptakan
kesenangan dan keselarasan)dan (b) objektif (menciptakan yang cocok melalui akibat-akibat dari
pengalaman).
Kritik atas rasio praktis (Etika)
Pandangan kant tentang etika yakni kant sepakat dengan anggapan paling dasar kebanyakan aliran
etika normative kontemporer, ia menolak Relativisme, Skeptisisme, dan Domatisme dalam Etika, ia
berpendapat bahwa penilaian dan tindakan moral bukan urusan perasaan pribadi (moral sentimen)
atu keputusan sewenag-wenang (decisionism) dan bukan masalah asal usul social-kultural, sopan
santun, atau adat istiadat (Relativisme kultural). Ia berpendapat bahwa tindakan manusia dibawah
ketertarikan moral mutlak dan dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh orang lain .
Etika kant tentu saja tidak tanpa problematika. Friedrich Scheler dan Bejamin Constant menuduh
kant bhwa ia telah jatuh kedalam RIGORISME, hegel mengkritik bahwa kant melepaskan moralitas
dari lingkungan social, scheler dan Nicolai Hartmann menolak FORMALISME-nya dan Scheler juga
menuduh bahwa etika kant meruapakan Gesinnungsethik yang hanya memperhatikan sikap batin
dan melalaikan pelaksanaan. Etika kewwjiban kant juga dianggap biang keladi “ketaatan Prussia”
yang menjadi cirri khas angkatan bersenjata dan korps pegawai negeri Prussia.
Dalam kritiknya antara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak
dan pengertian baru. Untuk itu ia membedakan tiga aspek putusan. Pertama, putusan analitis a
priori, dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subyek, karena termasuk
didalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua putusan sintesis aposteriori, misalnya
6. pernyataan misalnya meja itu bagus disini predikat dihubungkan dengan subyek berdasakan
pengalaman indrawi. Ketiga , putusan sintesis apriori, dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan
kendati bersifat sintesis, tetapi bersifat apriori juga, misalnya, putusan yang berbunyi segala kejadian
mempunyai sebab.
a) Kaidah moral adalah imperative kategoris. Akidah ini memerintah tanpa syarat, kategoris. Kaidah
ini merupakan asas fundamental.
1) Berindaklah selalu sehingga kamu dapat menjadi dalil atau asa yang dapat menentukan dari
tindakanmu untuk menjadi kaidah universal (susatu patokan a priori dan bukan hasil dari
pengalaman).
2) Ini adalah tes yang sesungguhnya tentang apa yang benar da salah. Ini memerintah
pertimbangan-pertimbanagan moral.
Pendekatan kepada etika
Kekacauaan dizaman kita sekarang ini telah ditambah oleh tiga aspek pendekatan yang berbeda
beda kepada problema moralitas. Pertama adalah kecondongan lama yang mendorong manusia
untuk prebegang kepada kepercayaan atau tindakan yang biasa diketahui, dan menguatkan
kecenderunga itu dengan suatu kepercayaan kepada kekuasaan yang mutlak. Pendekatan kedau
adalah anggapan bahwa moralitas itu bersifat relative sepenuhnya dan tidak dapat ukuran moral,
merka itu disebut dengan relativis dan menganggap bahwa moralitas adalah soal pendapat pribadi,
atau kelompok.
Kesimpulan
Filsafat Immanuel kant yakni kritisisme adalah penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yakni
Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori oleh David Hume.
Kant mempunyai tiga karya yang sangat penting yakni kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis,
kritik atas pertimbangan. Ketiga karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof
sesudahnya, yang mau tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme
mengandung patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris.
Kritik
7. Kant mengatakan bahwa pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh
perangkat indrawi kita, maka hanya dalam bentuk-bentuk itulah kita menggambarkan eksitensi
segala hal, kelemahan dari pendapatnya ini bahwa pengalaman ditentukan oleh perangkat indrawi,
dari pernyataan ini kant mengabaikan pengalaman yang timbul dari luar indarwi, yakni misalkan
metafisika, psykologi, karena pengalaman ini tidak bersifat indrawi, secara tidak langsung kant
menentang pengalaman yang tidak indrawi atau metafisik. Sehingga seseorang tidak dapat
menggambarkan eksistensi sesuatu.
Daftar Pustaka
Bagus, Lorenz. 2005. “Kamus Filsafat”. Cetakan keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Bertens, K. 2005. “Panorama Filsafat Modern”. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Mizan republika
Hadiwijono, Harun. 1980. “Sari Sejarah Filsafat Barat 2”. Jakarta: Kanisius
Magee, Bryan, 2001, “The Story of Phylosopy”, Yogyakarta: kanisius
Mudhofir, Ali. 2001. “Kamus Filsafat Barat”, cetakan 1, Yogyakarta: pustaka pelajar
Muslih, Mohammad. 2008. “Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar Pradigma dan Kerangka Teori
Ilmu pengetahuan”, cetakan kelima. Yogyakarta: Belukar
Suseno, franz magnis. ,”Pustaka filsafat 13 Tokoh etika, sejak zaman rohani sampai abad ke-19”.
Jakarta: kanisius
Titus, Harold, DKK. 1984. “Persoalan-Persoalan Filsafat”. Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Bulan Bintang
filsafat kritisisme
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Filsafat sebagai “induk segala ilmu pengetahuan” dalam hal ini adalah ilmu yang mendasari manusia
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan maupun penemuan-penemuan baru. Pada dasarnya
filsafat adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran dan menerapkan pemikiran-pemikiran itu pada
segala bidang ilmu pengetahuan.
Pada umumnya makalah ini membahas tentang filsafat di barat pada zaman pertengahan atau
zaman setelah abad pertengahan yaitu filsafat modern, dan khususnya membahas tentang filsafat
8. Kritisisme Immanuel Kant. Yang mana pemikiran Immanuel Kant yakni penggabungan dua ajaran
yang saling bertentangan yakni Rasionalisme Jerman dengan Empirisme Inggris.
Menurut filsuf jerman kelahiran Konigsberg ini, baik Rasionalisme maupun Empirisme belum berhasil
membimbing kita untuk memperoleh pengetahuan yang pasti,berlaku umum,dan terbukti dengan
jelas.
Pada masa ini (abad 17) cenderung menganggap sumber pengetahuan salah satunya atau memberi
tekanan pada akal (rasio) atau hanya melalui pengalaman (empiris) saja, sesuai dengan paham yang
mereka anut.
2.Rumusan masalah
Pengertian Aliran Kritsisme ?
Sejarah Timbulnya Kritisisme ?
Pemikiran kritisisme tentang ilmu pengetahuan ?
Metode Berpikir Dalam Mendapatkan Ilmu ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KRITISISME
Filsafat kritisisme adalah faham yang mengkritik terhadap faham Rasionalisme dan faham
Empirisme. Yang mana kedua faham tersebut berlawanan.
Adapun pengertian secara perinci adalah sebagai berikut:
1. Faham Rasionalisme adalah faham yang beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan itu ada
dalam pikiran (berasal dari rasio/ akal). Faham ini depelopori oleh Rene Descartos (1596-1650)
2. Faham Empirisme adalah faham yang beranggapan bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia itu
berasal dari indra (pengalaman) kita. Faham ini di pelopori oleh David Hume (1711-1776)
Jadi, Kritisisme adalah penggabungan dua paham yang saling berseberangan yakni rasionalisme
Eropa yang teoritis “a priori” dengan empirisme Inggris yang berpijak pada pengalaman “a
posteriori”. Immanuel Kant beranggapan bahwa kedua paham tersebut sama baiknya dan dapat
digabungkan untuk mencapai kesempurnaan. Gagasan-gagasannya muncul oleh karena bentrokan
yang timbul dari pemikiran metafisis Jerman, dan empirisme Inggris. Dari bentrokan ini Kant
terpaksa memikirkan unsur-unsur mana di dalam pemikiran manusia yang telah terdapat dalam akal
manusia dan unsur-unsur mana yang berasal dari pengalaman.
Menurutnya sebab-akibat tidak dapat dialami, sebagai contoh sebuah pernyataan “kuman typus
menyebabkan demam tipus” bagaimana kita dapat mengetahui keadaan yang mempunyai
hubungan sebab-akibat ini? Pasti jawabannya adalah setelah diselidiki oleh para ahli bahwa orang
9. yang menderita tipus pasti terdapat kuman tipus; dan bila tidak terdapat kuman itu maka orang itu
tidak akan menderita tipus. Karena, seseorang pembawa kuman tipus pasti mengandung kuman
tipus, namun mungkin dia tidak menderita demam tersebut. Contoh lain adalah; jika kita melihat
seekor ular kemudian kita membunuhnya, maka kita tidak akan mengatakan bahwa ular
menyebabkan kita membunuh, walaupun yang demikian terjadi berulang kali. Indera hanya dapat
memberikan data indera, dan data ialah yang bisa di tangkap oleh indera. Memang benar kita
mempunyai pengalaman tetapi sama benarnya juga bahwa untuk mempunyai pengetahuan kita
harus menembus pengalaman. Kata Kant, bagaimana hal ini mungkin terjadi? Jika dalam hal
memperoleh pengetahuan kita menembus pengalaman, maka jelaslah dari suatu segi pengetahuan
hal itu tidak diperoleh melalui pengalaman, melainkan ditambahkan pada pengetahuan. Di dalam
putusan Sintetik-Apriori ini, “akal budi dan pengalaman indrawi di butuhkan serentak”
B.SEJARAH TIMBULNYA KRITISISME
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seorang yang cerdas mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan emperisme. Zaman baru ini disebut zaman
pencerahan (aufklarung) zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum
dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, seorang filosof Jerman Immanuel Kant (1724-
1804) mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap pernah pengetahuan akal.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi,
filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat
tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu
pengetahuan alam.
Pada rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas pertentangan antara budi dan pengalaman,
manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, makanah pengetahuan yang benar? Seorang ahli
pikir Jerman Immanuel Kant mencoba mengadakan penyelesaian pertalian ini. Pada umumnya, Kant
mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh emperisme (hume). Walaupun demikian,
Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa emperisme membawa karagu-
raguan terhadap budi manusia akan dapat mencapai kebenaran. Maka Kant akan menyelidiki
(mengadakan kritik) pengetahuan budi serta akan diterangkan, apa sebabnya pengetahuan budi ini
mungkin. Itulah sebabnya aliran ini disebut kriticisme.
Akhirnya, Kant mengakui peranan budi dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada budi (nasionalisme), tetapi adanya
pengertian timbul dari benda (emperisme) budi metode berpikirnya disebut metode kritik.
C.PEMIKIRAN KRITISISME TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Kant membedakan pengetahuan ke dalam empat bagian, sebagai berikut:
1. Yang analitis a priori
2. Yang sintetis a priori
3. Yang analitis a posteriori
10. 4. Yang sintetis a posteriori
Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman atau,
yang ada sebelum pengalaman. Sedangkan pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat
pengalaman. Pengetahuan yan analitis merupakan hasil analisa dan pengetahuan sintetis
merupakan hasil keadaan yang mempersatukan dua hal yang biasanya terpisah Pengetahuan yang
analitis a priori adalah pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori.
Pengetahuan sintetis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk
pengalamannya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misal, 7 – 2 = 5
merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Pengetahuan sintetis a posteriori diperoleh setelah
adanya pengalaman.
Dengan filsafatnya, ia bermaksud memugar sifat obyektivitas dunia dan ilmu pengetahuan. Agar
maksud tersebut terlaksana orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak. Menurut Kant ilmu
pengetahuan adalah bersyarat pada: a) bersiafat umum dan bersifat perlu mutlak dan b) memberi
pengetahuan yang baru. Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni
dan realita.
Kant yang mengajarkan tentang daya pengenalan mengemukakan bahwa daya pengenalan roh
adalah bertingkat, dari tingkatan terendah pengamatan inderawi, menuju ke tingkat menengah akal
(Verstand) dan yang tertinggi rasio atau buddhi (Vernunft).
Immanuel Kant menganggap Empirisme (pengalaman) itu bersifat relative bila tanpa ada landasan
teorinya. contohnya adalah kamu selama ini tahu air yang dimasak sampai mendidih pasti akan
panas,
C, maka air itu tidak akan
panas karena terkena suhu dingin daerah kutub, karena pada teorinya suhu air malah akan menjadi
dingin. dan contoh lainnya adalah pada gravitasi, gravitasi hanya dapat di buktikan di bumi saja,
tetapi tidak dapat diterapkan di bulan. Jadi sudah terbukti bahwa pengalaman itu bersifat relatif,
tidak bisa kita simpulkan atau kita iyakan begitu saja tanpa dibuktikan dengan sebuah akal dan teori.
Dan oleh karena itu Ilmu pengetahuan atau Science haruslah bersifat berkembang, tidak absolute
atau mutlak dan tidak bertahan lama karena akan melalui perubahan yang mengikuti perkembangan
zaman yang terus maju. (mungkin Sir Issac Newton bila hidup kembali bakal merevisi teroi
Gravitasinya kembali)
Pengalaman juga bersifat data-data Inderawi. Makanya Immanuel Kant mengkritik Empirisme, data
Inderawi sendiri harus dibuktikan atau dicek dengan 12 kategori "a priori" rasio, baru setelah itu
diputuskan sah "a priory" atau 12 kategori azas prinsipal abstrak yang dibagi menjadi 4 oleh
Immanuel Kant, antara lain:
-Kuantitas (hitung-hitungan) mengandung kesatuan, kejamakan dan keutuhan.
-Kualitas (Baik dan buruk) realitas, negasi dan pembatasan.
-Relasi (hubungan) mengandung substansi, kausalitas dan timbal balik.
-Modalitas mengandung kemungkinan, peneguhan dan keperluan.
11. Data-data inderawi harus dibuktikan dulu dengan 12 kategori tadi, baru dapat diputuskan, itulah
proses Kritisisme Rasionalis Jerman yang di ajarkan Immanuel Kant.
D. METODE BERPIKIR DALAM MENDAPATKAN ILMU
Metodelogi Immanuel Kant tersebut dikenal dengan metode Induksi, dari particular data-data
terkecil baru mencapai kesimpulan Universal. Menurut Immanuel Kant, Manusia sudah
mendapatkan ke 12 kategori tersebut sejak terlahir di dunia ini, Teori itu terinspirasi dari Dunia Ide
Plato
Immanuel Kant juga beranggapan bahwa data inderawi manusia hanya bisa menentukan Fenomena
saja. Fenomena itu sendiri adalah sesuatu yang tampak yang hanya menunjukkan fisiknya saja.
Seperti benda pada dirinya, bukan isinya atau idenya. Seperti ada ungkapan "The Think in itself"
Sama halnya dengan Manusia hanya bisa melihat Manusia lain secara penampakannya saja atau
fisiknya saja, tetapi tidak bisa melihat ide manusia tersebut. Inderawi hanya bisa melihat Fenomena
(fisik) tapi tidak bisa melihat Nomena (Dunia ide abstrak--> Plato). Cara berpikir yang demikian itu,
yaitu pemikiran dengan memakai tese, antitese dan sintese.
Immanuel Kant menggabungkan dunia Ide Plato "a priori" yang artinya sebelum dibuktikan tapi kita
sudah percaya, seperti konsep ketuhanan dengan pengalaman itu sendiri yang bersifat "a posteriori"
yaitu setelah dibuktikan baru percaya, kata lainnya adalah kesimpulan dari kesan-kesan baru
kemudian membentuk sebuah ide.