SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Dasar‐Dasar Probabilitas




 DASAR‐DASAR  PROBABILITAS                1
 Suprayogi




Ruang Sampel, Titik Sampel dan
Kejadian
 Ruang sampel (sample space) atau semesta
 (universe) merupakan himpunan dari semua
 hasil (outcome) yang mungkin dari suatu
 percobaan (experiment)
 Titik sampel (sample point) merupakan tiap
 anggota atau elemen dari ruang sampel
 Kejadian (event) merupakan himpunan bagian
 dari ruang sampel

 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                 2
 Suprayogi
Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan
Kejadian (#1)
  Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat
  angka yang muncul
  Ruang sampel
      S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
  A = Kejadian munculnya angka genap
      A = {2, 4, 6}
  B = Kejadian munculnya angka 5 atau lebih
      B = {5, 6}


  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                               3
  Suprayogi




Ilustrasi Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian pada
Percobaan Perlemparan Sebuah Dadu
 Ruang sampel

                                      B
                         1   3    5

                   A
                         2   4    6




  DASAR‐DASAR PROBABILITAS
  Suprayogi
Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan
Kejadian (#2)
 Percobaan: Pelemparan dua buah dadu bersamaan
 dan mencatat angka yang muncul
 Ruang sampel
     S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ..., (6, 6)}
 A = Kejadian munculnya angka yang sama pada
 kedua dadu
     A = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4), (5, 5), (6, 6)}
 B = Kejadian munculnya jumlah angka 10 atau lebih
     B = {(4, 6), (5, 5), (5, 6), (6, 4), (6, 5), (6, 6) }

 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                    5
 Suprayogi




Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan
Kejadian (#3)
 Percobaan: Pelemparan tiga koin (uang logam) 
 bersamaan dan mencatat banyaknya muka yang 
 muncul
 Ruang sampel
     S = {0, 1, 2, 3}
 A = Kejadian tidak ada muka yang muncul
     A = {0}
 B = Kejadian banyaknya muka yang muncul 2 atau
 kurang
     B = {0, 1, 2}
 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                    6
 Suprayogi
Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan
Kejadian (#4)
 Percobaan: Pengamatan terhadap umur (dalam jam) 
 sebuah lampu
 Ruang sampel
     S = {t|t > 0}
 A = Kejadian umur lampu melebihi 10 jam
     E = {t|t > 10}
 B = Kejadian umur lampu antara 0 dan 250 jam
     F = {t|0 ≤ t ≤ 250}


 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                       7
 Suprayogi




Operasi‐Operasi dalam Kejadian
 Irisan (Intersection)
 Gabungan (Union)
 Komplemen (Complement)




 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                       8
 Suprayogi
Irisan Dua Kejadian

    Irisan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∩ B, 
    merupakan kejadian yang elemennya termasuk
    dalam A dan B


             A                  B




     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                           9
     Suprayogi




  Gabungan Dua Kejadian

Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∪ B, 
merupakan kejadian yang mengandung semua elemen yang 
termasuk A atau B atau keduanya


             A                  B




     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                           10
     Suprayogi
Komplemen Suatu Kejadian

Komplemen suatu kejadian A, dinyatakan dengan A’, 
adalah himpunan semua elemen dalam S yang tidak
termasuk dalam A


               A               A’




    DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                    11
    Suprayogi




 Contoh Operasi‐Operasi dalam Kejadian
   Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang 
   muncul
   Ruang sampel
         S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
   Kejadian munculnya angka genap, A
         A = {2, 4, 6}
 • Kejadian munculnya angka 5 atau lebih, B
         B = {5, 6}
   Irisan A dan B
         A ∩ B = {6}
   Gabungan A dan B
         A ∪ B = {2, 4, 5, 6}
   Komplemen dari A
          A’ = {1, 3, 5}
    DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                    12
    Suprayogi
Ilustrasi Operasi‐Operasi Kejadian pada Pelemparan
Sebuah Dadu
  Ruang sampel

                   A’                    B
                         1   3       5           A ∪ B
                   A
                         2   4       6

                                                 A ∩ B

  DASAR‐DASAR PROBABILITAS
  Suprayogi




Dua Kejadian Saling Terpisah

Dua kejadian A dan B dikatakan saling terpisah (mutually
exclusive) jika kejadian‐kejadian tersebut tidak dapat
terjadi secara bersamaan


      A                          B
                                         A∩B=∅




  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                           14
  Suprayogi
Contoh Kejadian‐Kejadian Saling Terpisah
  Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat
  angka yang muncul
  Ruang sampel
      S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
  Kejadian munculnya angka genap, A
      A = {2, 4, 6}
  Kejadian munculnya angka ganjil, B
      B = {1, 3, 5}
  Kejadian A dan B saling terpisah
      A ∩ B = ∅

  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                           15
  Suprayogi




Ilustrasi Dua Kejadian Saling Terpisah pada Pelemparan
Sebuah Dadu
 Ruang sampel

                   B
                         1   3    5

                   A
                         2   4    6




  DASAR‐DASAR PROBABILITAS
  Suprayogi
Penghitungan Titik Sampel
  Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1
  cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi
  kedua dapat dilakukan dengan n2 cara, dan
  bila untuk setiap cara ini operasi ketiga dapat
  dilakukan dengan n3 cara, dst, maka deretan k 
  operasi dapat dilakukan dengan n1n2...nk cara



   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                 17
   Suprayogi




Contoh Penghitungan Titik Sampel
Tiga buah koin (uang logam) dilemparkan sekali.
Banyaknya titik sampel dalam ruang sampel ?

Koin I dapat menghasilkan 2 hasil yang mungkin, muka (M) atau
belakang (B)
Untuk tiap hasil, Koin II dapat menghasilkan 2 hasil yang 
mungkin, M atau B
Untuk tiap hasil, Koin III dapat menghasilkan 2 hasil yang 
mungkin, M atau B

Jumlah titik sampel yang dihasilkan = (2)(2)(2) = 8

   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                 18
   Suprayogi
DASAR‐DASAR PROBABILITAS                   19
 Suprayogi




Permutasi & Kombinasi
 Permutasi (Permutation)
 Permutasi merupakan susunan dari suatu
 himpunan obyek yang dapat dibentuk yang 
 memperhatikan urutan
 Kombinasi (Combination)
 Kombinasi merupakan susunan dari suatu
 himpunan obyek yang dapat dibentuk tanpa
 memperhatikan urutan
 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                   20
 Suprayogi
Permutasi (1)
 Banyaknya permutasi n obyek berlainan
 adalah n!
 Banyaknya permutasi n obyek berlainan bila
 diambil r sekaligus
                  n !
           P =n
             r
               (n − r ) !
 Banyaknya permutasi n benda berlainan yang 
 disusun melingkar adalah (n – 1)!
 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                     21
 Suprayogi




Permutasi (2)
 Banyaknya permutasi yang berlainan dari n 
 obyek bila n1 adalah jumlah obyek jenis
 pertama, n2 adalah jumlah obyek jenis kedua, 
 ..., nk jumlah obyek ke‐k adalah

                                 n !
                            n1! n2!Lnk !


 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                     22
 Suprayogi
Permutasi (3)
 Banyaknya cara menyekat n obyek dalam r sel
 bila masing‐masing berisi n1 obyek pada sel
 pertama, n2 obyek pada sel kedua, dan
 seterusnya adalah
                             n !
                        n1! n2!Lnr !

 dengan n1 + n2 + ... + nr = n
 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                      23
 Suprayogi




Kombinasi (1)
 Kombinasi berkaitan dengan penentuan
 banyaknya cara memilih r obyek dari sejumlah
 n obyek tanpa memperhatikan urutannya.
 Kombinasi merupakan sekatan dengan dua
 sel, sel pertama berisi r obyek yang dipilih dan
 (n – r) obyek sisanya.



 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                      24
 Suprayogi
Kombinasi (2)
  Jumlah kombinasi dari n obyek yang berlainan
  jika diambil sebanyak r

                      n !
             C = n

                 r  !(n − r ) !
                 r




   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                25
   Suprayogi




Contoh Kombinasi
Suatu kelas terdiri atas 4 pria dan 3  wanita
Banyaknya panita yang dibentuk yang beranggotakan 2 pria dan
1 wanita?

                                                 4!
Banyaknya cara memilih 2 dari 4 pria = C 24 =        =6
                                                2!2!

Banyaknya cara memilih 1 dari 3 wanita = C13 = 3! = 3
                                                1!2!

Banyaknya panita yang dapat dibentuk = (6)(3) = 18


   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                26
   Suprayogi
Probabilitas Kejadian
 Probabilitas suatu kejadian merupakan suatu
 ukuran kemungkinan kejadian tersebut terjadi
 Probabilitas kejadian A dinyatakan dengan
 P(A)




 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                   27
 Suprayogi




Aksioma‐Aksioma Probabilitas Kejadian


                            0 ≤ P(A) ≤ 1

                             P(∅) = 0

                              P(S) = 1


 DASAR‐DASAR PROBABILITAS                   28
 Suprayogi
Probabilitas untuk Hasil
Berkemungkinan Sama
Jika suatu percobaan dapat menghasilkan N 
macam hasil yang berkemungkinan sama
(equally likely) dan jika tepat terdapat sebanyak
n hasil yang berkaitan dengan kejadian A, maka
probabilitas kejadian A adalah


                             P ( A) =
                                      n
                                      N
  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                           29
  Suprayogi




Contoh Probabilitas untuk Hasil
Berkemungkinan Sama (#1)
Percobaan pelemparan sebuah dadu
Misal A kejadian munculnya angka genap

Jumlah seluruh hasil yang mungkin N = 6
Jumlah hasil yang mungkin untuk kejadian A, n = 3 
Probabilitas kejadian A, P(A) ?

                      P ( A) =
                                 3 1
                                  =
                                 6 2


  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                           30
  Suprayogi
Contoh Probabilitas untuk Hasil
Berkemungkinan Sama (#2)
Percobaan pengambilan selembar kartu dari 52 kartu bridge.
Misal B kejadian terpilihnya kartu heart

Jumlah seluruh hasil yang mungkin N = 52
Jumlah hasil yang mungkin untuk kejadian B, n = 13
Probabilitas kejadian B, P(B) ?


                      P (B ) =
                                 13 1
                                   =
                                 52 4


   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                            31
   Suprayogi




Contoh Probabilitas untuk Hasil
Berkemungkinan Sama (#3)
Dalam suatu kotak, terdapat 4 bola merah dan 6 bola putih.
Jika empat bola diambil secara random, probabilitas terpilih 2 bola 
merah dan 2 bola putih?
A = kejadian terpilih 2 bola merah dan 2 bola putih
Jumlah cara memilih 2 dari 4 bola merah =  C 4 = 4! = 6
                                               2
                                                  2!2!
Jumlah cara memilih 2 dari 6 bola putih = C 6 = 6! = 15
                                              2
                                                 2!4!
                                                 10!
Jumlah cara memilih 4 dari 10 bola =       C4 =
                                             10
                                                      = 210
                                                 4!6!

       P ( A) =
                (6)(15) = 3
                 (210) 7
   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                            32
   Suprayogi
Hukum‐Hukum Probabilitas
  Jika A dan B dua kejadian sembarang, maka
      P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A ∩ B)
  Jika A dan B kejadian yang saling terpisah, 
  maka
      P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
  Jika A dan A’ adalah kejadian saling
  berkomplemen, maka
      P(A’) =  1 – P(A)
  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                       33
  Suprayogi




Probabilitas Bersyarat

Probabilitas bersyarat (conditional probability) B jika diketahui A
                     P (A ∩ B)
         P (B| A ) =           ;  jika P (A ) > 0
                        P (A)
Kejadian A dan B dapat terjadi pada suatu percobaan
       P (A ∩ B ) = P (A )P (B| A ) = P (B )P (A|B )




  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                       34
  Suprayogi
Contoh Probabilitas Bersyarat (#1)
                                 Bekerja  Tak Bekerja
               Pria                   460          40
               Wanita                 140         260


M = pria terpilih
E = orang terpilih berstatus bekerja
                      600 2
               P (E ) =     =
                      900 3
                            460 23
               P (E ∩ M ) =     =
                            900 45
                           23 45 23
               P (M |E ) =      =
                            23    30

   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                     35
   Suprayogi




Contoh Probabilitas Bersyarat (#2)
Diberikan sekumpulan kartu bridge yang terdiri atas 52 kartu.
Dua buah kartu diambil satu per satu tanpa pengembalian
Probabilitas kartu heart terpilih pada dua pengambilan ?

A1 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan I
A2 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan II
                                    13 1
                          P (A1 ) =    =
                                    52 4
                                    12 4
                          P (A2 ) =    =
                                    51 17
                                         ⎛ 1 ⎞⎛ 4 ⎞ 1
                          P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                         ⎝ 4 ⎠⎝ 17 ⎠ 17
   DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                     36
   Suprayogi
⎛ 1 ⎞⎛ 4 ⎞ 1
                                                              12 4       P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                               P (A2 | A1 ) =   =                       ⎝ 4 ⎠⎝ 17 ⎠ 17
                                                              51 17
                                   51 Kartu
                                                   A2
                                   12 Heart
                          13 1   39 Nonheart
              P (A1 ) =     =                      A’2
                          52 4                                   39 13                   ⎛ 1 ⎞⎛ 13 ⎞ 13
                                               P (A'2 | A1 ) =     =     P (A1 ∩ A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
              A1                                                 51 17                   ⎝ 4 ⎠⎝ 17 ⎠ 68
 52 Kartu,
  13 heart
39 Nonheart
              A’1
                                                                                         ⎛ 3 ⎞⎛ 13 ⎞ 13
                         39 3                     P (A2 | A'1 ) =
                                                                    13    P (A'1 ∩A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
              P (A'1 ) =   =                                        51                   ⎝ 4 ⎠⎝ 51 ⎠ 68
                         52 4                      A2
                                   51 Kartu
                                   13 Heart
                                 38 Nonheart       A’2
                                                                 38
                                                 P (A'2| A'1 ) =                         ⎛ 3 ⎞⎛ 38 ⎞ 38
                                                                    51   P (A'1 ∩A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                                         ⎝ 4 ⎠⎝ 51 ⎠ 68

     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                    37
     Suprayogi




Contoh Probabilitas Bersyarat (#3)
Kotak pertama terdiri atas 4 bola putih dan 3 bola hitam, dan
kotak kedua terdiri atas 3 bola putih dan 5 bola hitam. 
Sebuah bola diambil dari kotak pertama dan ditempatkan (tanpa
terlihat) ke kotak kedua. 
Probabilitas bahwa sebuah yang diambil dari kotak kedua adalah
hitam? 

H1 = kejadian bola hitam yang terpilih dari kotak I
P1 = kejadian bola putih yang terpilih dari kotak I
H2 = kejadian bola hitam yang terpilih dari kotak II
P2 = kejadian bola putih yang terpilih dari kotak II

     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                    38
     Suprayogi
P[(H1 ∩ H2 ) ∪ (P1 ∩ H2 )] = P (H1 ∩ H2 ) + P (P1 ∩ H2 )
                                          = P (H1 )P (H2 |H1 ) + P (P1 )P (H2 |P1 )
                                          = ( 7 )( 6 ) + ( 4 )( 9 )
                                              3
                                                   9       7
                                                                5


                                          = 38
                                            63
                                                                                                    ⎛ 3 ⎞⎛ 6 ⎞
                                                             P (H2 |H1 ) =
                                                                                6    P (H1 ∩ H2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟
                                                                                9                   ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠
                                                            H2
                                                 Kotak II
                                                  3P,6H
                                   3
                       P (H1 ) =                            P2            3
                                   7                        P (P2 |H1 ) =                          ⎛ 3 ⎞⎛ 3 ⎞
                                                                            9       P (H1 ∩ P2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟
                    H1                                                                             ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠
       Kotak I
       4P, 3H

                    P1
                                                                                                   ⎛ 4 ⎞⎛ 5 ⎞
                                4                           P (H2 |P1 ) =
                                                                            5       P (P1 ∩ H2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟
                      P (P1 ) =                                             9                      ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠
                                7                           H2
                                                 Kotak II
                                                  4P,5H
                                                            P2
                                                                          4                        ⎛ 4 ⎞⎛ 4 ⎞
                                                            P (P2 |P1 ) =           P (P1 ∩ P2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟
      DASAR‐DASAR PROBABILITAS
                                                                            9                      ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠    39
      Suprayogi




 Kejadian‐Kejadian Saling Bebas
      Kejadian‐kejadian A dan B saling bebas
      (independent) jika
                 P (A ∩ B ) = P (A )P (B )




      DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                                   40
      Suprayogi
Contoh Kejadian‐Kejadian Bebas (#1)
Diberikan sekumpulan kartu bridge yang terdiri atas 52 kartu.
Dua buah kartu diambil satu per satu dengan pengembalian
Probabilitas kartu heart terpilih pada dua pengambilan ?

A1 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan I
A2 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan II
                                   13 1
                         P (A1 ) =    =
                                   52 4
                                   13 1
                         P (A2 ) =    =
                                   52 4
                                        ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                         P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                        ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16
  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                41
  Suprayogi




                                                                                 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                          P (A2 | A1 ) =
                                                         13 1
                                                           =      P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                         52 4                    ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16
                                            A2
                       13 1
           P (A1 ) =     =                  A’2
                       52 4                                39 3                   ⎛ 1 ⎞⎛ 3 ⎞ 3
                                         P (A'2| A1 ) =      =    P (A1 ∩ A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
           A1                                              52 4                   ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16


           A’1
                                                                                  ⎛ 3 ⎞⎛ 1 ⎞ 3
                     39 3                P (A2 | A'1 ) =
                                                           13 1
                                                             =     P (A'1 ∩A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
          P (A'1 ) =   =                                   52 4                   ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16
                     52 4                   A2
                                            A’2
                                                           39 3
                                        P (A'2| A'1 ) =      =                    ⎛ 3 ⎞⎛ 3 ⎞ 9
                                                           52 4   P (A'1 ∩A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                                  ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16

  DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                42
  Suprayogi
Contoh Kejadian‐Kejadian Bebas (#2)
Sebuah koin (uang logam) yang seimbang dilempar tiga kali.
Probabilitas mendapatkan 2 muka (M) dan 1 belakang (B) ?

Ruang sampel
S = {MMM, MMB, MBM, MBB, BMM, BMB, BBM, BBB}

A = kejadian muncul 2 M dan 1 B
A = {MMB, MBM, BMM}
P(A) = P(MMB) + P(MBM) + P(BMM)


    DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                            43
    Suprayogi




P (MMB ) = P (M ∩ M ∩ B ) = P (M )P (M )P (B ) = ( 1 )( 1 )( 1 ) = 1
                                                   2 2 2           8

P (MBM ) = P (M ∩ B ∩ M ) = P (M )P (B )P (M ) = ( 1 )( 1 )( 1 ) = 1
                                                   2 2 2           8

P (BMM ) = P (B ∩ M ∩ M ) = P (B )P (M )P (M ) = ( 1 )( 1 )( 1 ) = 1
                                                   2 2 2           8

P (A) = 1 + 1 + 1 = 8
        8   8   8
                    3


                                                                                            ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                                                   P(MMM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                       P(M) =
                                                                               1            ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                                                               2
                                                                              1
                                                                       P(B) =               ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                         P(M) =
                                                                 1            2    P(MMB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                 2                          ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                                                1
                                                         P(B) =                             ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                                2
                                                                       P(M) =
                                                                               1   P(MBM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                               2            ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                               1
                                     P(M) =                            P(B) =
                                                                              1
                                               2                                            ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                                              2    P(MBB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                                            ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                                                                               ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                                               1    P(BMM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                      P(B) =
                                               1                       P(M) =                  ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                               2                               2
                                                                              1
                                                                  1    P(B) =               ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                          P(M) =              2    P(BMB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                  2                         ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                                                 1
                                                          P(B) =
                                                                 2             1             ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                                       P(M) =       P(BBM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                               2             ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
                                                                              1
                                                                       P(B) =                 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1
                                                                              2      P(BBB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ =
                                                                                              ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8
    DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                            44
    Suprayogi
Aturan Bayes (1)
                                                    P (B ∩ A )
                                      P (B| A ) =
                                                       P (A)

                            B’
B                                     A = (B ∩ A ) ∪ (B'∩ A )

           A
                                      P (A ) = P (B ∩ A ) + P (B'∩ A )

                                                              P (B ∩ A )
                                      P (B| A ) =
                                                      P (B ∩ A ) + P (B'∩ A )
                                                                 P (B )P (A|B )
                                                    = 
                                                       P (B )P (A|B ) + P (B')P (A|B')
     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                        45
     Suprayogi




    Aturan Bayes (2)


     B1                    B2                                    P (Bi ∩ A )
                                         P (Bi | A) =         n


                 A
                                                            ∑ P(B ∩ A)
                                                            i =1
                                                                          i

     B5
                   B4
                                 B3                           P (Bi )P (A|Bi )
                                                       =     n

                                                            ∑ P(B )P(A|B )
                                                            i =1
                                                                      i          i




     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                        46
     Suprayogi
Contoh Aturan Bayes
  Dua orang dicalonkan menjadi Bupati. 
  Probabilitas Pak Anu terpilih adalah 0,6; P(A1) = 0,6.
  Probabilitas Pak Badu terpilih adalah 0,4; P(A2) = 0,4.
  Jika Pak Anu terpilih, probabilitas kenaikan pajak adalah 0,8; P(B1|A1) = 0,8.
  Jika Pak Badu terpilih, probabilitas kenaikan pajak adalah 0,1; P(B1|A2) = 0,1.
  Jika ternyata diketahui terjadi kenaikan pajak, probabilitas bahwa Pak Badu
  yang terpilih, P(A2|B1)
                                                      P (A2 ∩ B1 )
                                P (A2 |B1 ) =
                                             P (A1 ∩ B1 ) + P (A2 ∩ B1 )
                                                       P (A2 )P (B1 | A2 )
                                          =
                                            P (A1 )P (B1 | A1 ) + P (A2 )P (B1 | A2 )
                                                   (0,4 )(0,1)
                                          =
     DASAR‐DASAR PROBABILITAS
                                            (0,6 )(0,8 ) + (0,4 )(0,1)                        47
     Suprayogi                           = 0,0769




                 P( A2 ∩ B1 )
P( A2 | B1 ) =
                    P(B1 )
 Contoh Pohon Probabilitas
        P( A ∩ B )
           =                2
               P( A1 ∩ B1 ) + P( A2 ∩ B1 )
                0,04
           =
             0,48 + 0,04                                            P(A1 ∩ B1) = (0,8)(0,6) = 0,48
           = 0,0769                          B1   P(B1| A1) = 0,8

                                         B2
                       A1 P(A1) = 0,6             P(B2| A1) = 0,2
                                                                    P(A1 ∩ B2) = (0,2)(0,6) = 0,12


                                                                    P(A2 ∩ B1) = (0,1)(0,4) = 0,04
                       A2
                            P(A2) = 0,4 B         P(B1| A2) = 0,1
                                         1


                                         B2
                                                  P(B2| A2) = 0,9
                                                                    P(A2 ∩ B2) = (0,9)(0,4) = 0,36
     DASAR‐DASAR PROBABILITAS                                                                 48
     Suprayogi

More Related Content

What's hot

Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05KuliahKita
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06KuliahKita
 
Chap2 prob 2
Chap2 prob 2Chap2 prob 2
Chap2 prob 2HIMTI
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuAnderzend Awuy
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianFahrul Usman
 
Metode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaMetode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaDidik Sadianto
 
Representasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanRepresentasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanSherly Uda
 
Matematika Diskrit kombinatorial
Matematika Diskrit  kombinatorialMatematika Diskrit  kombinatorial
Matematika Diskrit kombinatorialSiti Khotijah
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaHeni Widayani
 
Pendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normalPendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normalAndriani Widi Astuti
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORMustahal SSi
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Dian Arisona
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITCabii
 

What's hot (20)

Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
 
Met num 2
Met num 2Met num 2
Met num 2
 
Chap2 prob 2
Chap2 prob 2Chap2 prob 2
Chap2 prob 2
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Bab 4 aljabar boolean
Bab 4 aljabar booleanBab 4 aljabar boolean
Bab 4 aljabar boolean
 
Kelompok 3 X MIA 1
Kelompok 3 X MIA 1Kelompok 3 X MIA 1
Kelompok 3 X MIA 1
 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
 
Metode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaMetode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematika
 
Representasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanRepresentasi Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
 
Matematika Diskrit kombinatorial
Matematika Diskrit  kombinatorialMatematika Diskrit  kombinatorial
Matematika Diskrit kombinatorial
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi Matematika
 
Pendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normalPendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normal
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
 

Similar to Probabilitas 1

Probabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaProbabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaMarlyd Talakua
 
Kombinasi, permutasi dan peluang
Kombinasi, permutasi dan peluangKombinasi, permutasi dan peluang
Kombinasi, permutasi dan peluangprofkhafifa
 
Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02Wayan Sudiarta
 
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptxBab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptxAriPuspitaSari2
 
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.pptBAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.pptAnggunKhairunnisa2
 
Konsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitasKonsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitaspadlah1984
 
Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1zenardjov
 
KONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITASKONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITASHusna Sholihah
 
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespaceStat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespaceArif Rahman
 
Peluang kelompok 1 xmia1
Peluang kelompok 1 xmia1Peluang kelompok 1 xmia1
Peluang kelompok 1 xmia1Ferdi Pratama
 
Peluang suatu kejadian
Peluang suatu kejadianPeluang suatu kejadian
Peluang suatu kejadianWayan Sudiarta
 

Similar to Probabilitas 1 (20)

Probabilitas lanjutan
Probabilitas lanjutanProbabilitas lanjutan
Probabilitas lanjutan
 
Probabilitas
ProbabilitasProbabilitas
Probabilitas
 
Peluang suatu kejadian 2
Peluang suatu kejadian 2Peluang suatu kejadian 2
Peluang suatu kejadian 2
 
Probabilitas
Probabilitas Probabilitas
Probabilitas
 
Probabilitas by alydya
Probabilitas by alydyaProbabilitas by alydya
Probabilitas by alydya
 
Peluang suatu kejadian
Peluang suatu kejadianPeluang suatu kejadian
Peluang suatu kejadian
 
Kombinasi, permutasi dan peluang
Kombinasi, permutasi dan peluangKombinasi, permutasi dan peluang
Kombinasi, permutasi dan peluang
 
Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02
 
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptxBab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
 
peluang
peluangpeluang
peluang
 
Kelompok 7 mia 1
Kelompok 7 mia 1Kelompok 7 mia 1
Kelompok 7 mia 1
 
Bab 1 peluang
Bab 1 peluangBab 1 peluang
Bab 1 peluang
 
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.pptBAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
 
Konsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitasKonsep dasar probabilitas
Konsep dasar probabilitas
 
P5 Statistika.pptx
P5 Statistika.pptxP5 Statistika.pptx
P5 Statistika.pptx
 
Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1
 
KONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITASKONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITAS
 
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespaceStat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
 
Peluang kelompok 1 xmia1
Peluang kelompok 1 xmia1Peluang kelompok 1 xmia1
Peluang kelompok 1 xmia1
 
Peluang suatu kejadian
Peluang suatu kejadianPeluang suatu kejadian
Peluang suatu kejadian
 

More from Ceria Agnantria

More from Ceria Agnantria (16)

Jaringan Komputer - IP Adreess
Jaringan Komputer - IP Adreess Jaringan Komputer - IP Adreess
Jaringan Komputer - IP Adreess
 
Agroindustri - Nilai Tambah Komoditas Pertanian
Agroindustri - Nilai Tambah Komoditas PertanianAgroindustri - Nilai Tambah Komoditas Pertanian
Agroindustri - Nilai Tambah Komoditas Pertanian
 
Agroindustri - Pengantar Agroindustri
Agroindustri - Pengantar AgroindustriAgroindustri - Pengantar Agroindustri
Agroindustri - Pengantar Agroindustri
 
Jaringan Komputer - Sistem Bilangan
Jaringan Komputer - Sistem BilanganJaringan Komputer - Sistem Bilangan
Jaringan Komputer - Sistem Bilangan
 
Matdis-Himpunan
Matdis-HimpunanMatdis-Himpunan
Matdis-Himpunan
 
Matdis-Relasi Fungsi
Matdis-Relasi FungsiMatdis-Relasi Fungsi
Matdis-Relasi Fungsi
 
Matdis-fungsi pembangkit
Matdis-fungsi pembangkitMatdis-fungsi pembangkit
Matdis-fungsi pembangkit
 
Matdis-graph
Matdis-graphMatdis-graph
Matdis-graph
 
Matdis-Induksi Matematika
Matdis-Induksi MatematikaMatdis-Induksi Matematika
Matdis-Induksi Matematika
 
Matdis-logika matematika
Matdis-logika matematikaMatdis-logika matematika
Matdis-logika matematika
 
Matdis-optimisasi
Matdis-optimisasiMatdis-optimisasi
Matdis-optimisasi
 
Matdis-rekursif
Matdis-rekursif Matdis-rekursif
Matdis-rekursif
 
Matdis-Kombinatorika
Matdis-KombinatorikaMatdis-Kombinatorika
Matdis-Kombinatorika
 
variabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluangvariabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluang
 
Ch3
Ch3Ch3
Ch3
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
 

Probabilitas 1

  • 1. Dasar‐Dasar Probabilitas DASAR‐DASAR  PROBABILITAS 1 Suprayogi Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian Ruang sampel (sample space) atau semesta (universe) merupakan himpunan dari semua hasil (outcome) yang mungkin dari suatu percobaan (experiment) Titik sampel (sample point) merupakan tiap anggota atau elemen dari ruang sampel Kejadian (event) merupakan himpunan bagian dari ruang sampel DASAR‐DASAR PROBABILITAS 2 Suprayogi
  • 2. Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#1) Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang muncul Ruang sampel S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} A = Kejadian munculnya angka genap A = {2, 4, 6} B = Kejadian munculnya angka 5 atau lebih B = {5, 6} DASAR‐DASAR PROBABILITAS 3 Suprayogi Ilustrasi Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian pada Percobaan Perlemparan Sebuah Dadu Ruang sampel B 1 3 5 A 2 4 6 DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi
  • 3. Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#2) Percobaan: Pelemparan dua buah dadu bersamaan dan mencatat angka yang muncul Ruang sampel S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ..., (6, 6)} A = Kejadian munculnya angka yang sama pada kedua dadu A = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4), (5, 5), (6, 6)} B = Kejadian munculnya jumlah angka 10 atau lebih B = {(4, 6), (5, 5), (5, 6), (6, 4), (6, 5), (6, 6) } DASAR‐DASAR PROBABILITAS 5 Suprayogi Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#3) Percobaan: Pelemparan tiga koin (uang logam)  bersamaan dan mencatat banyaknya muka yang  muncul Ruang sampel S = {0, 1, 2, 3} A = Kejadian tidak ada muka yang muncul A = {0} B = Kejadian banyaknya muka yang muncul 2 atau kurang B = {0, 1, 2} DASAR‐DASAR PROBABILITAS 6 Suprayogi
  • 4. Contoh Percobaan, Ruang Sampel dan Kejadian (#4) Percobaan: Pengamatan terhadap umur (dalam jam)  sebuah lampu Ruang sampel S = {t|t > 0} A = Kejadian umur lampu melebihi 10 jam E = {t|t > 10} B = Kejadian umur lampu antara 0 dan 250 jam F = {t|0 ≤ t ≤ 250} DASAR‐DASAR PROBABILITAS 7 Suprayogi Operasi‐Operasi dalam Kejadian Irisan (Intersection) Gabungan (Union) Komplemen (Complement) DASAR‐DASAR PROBABILITAS 8 Suprayogi
  • 5. Irisan Dua Kejadian Irisan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∩ B,  merupakan kejadian yang elemennya termasuk dalam A dan B A B DASAR‐DASAR PROBABILITAS 9 Suprayogi Gabungan Dua Kejadian Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A ∪ B,  merupakan kejadian yang mengandung semua elemen yang  termasuk A atau B atau keduanya A B DASAR‐DASAR PROBABILITAS 10 Suprayogi
  • 6. Komplemen Suatu Kejadian Komplemen suatu kejadian A, dinyatakan dengan A’,  adalah himpunan semua elemen dalam S yang tidak termasuk dalam A A A’ DASAR‐DASAR PROBABILITAS 11 Suprayogi Contoh Operasi‐Operasi dalam Kejadian Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang  muncul Ruang sampel S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} Kejadian munculnya angka genap, A A = {2, 4, 6} • Kejadian munculnya angka 5 atau lebih, B B = {5, 6} Irisan A dan B A ∩ B = {6} Gabungan A dan B A ∪ B = {2, 4, 5, 6} Komplemen dari A A’ = {1, 3, 5} DASAR‐DASAR PROBABILITAS 12 Suprayogi
  • 7. Ilustrasi Operasi‐Operasi Kejadian pada Pelemparan Sebuah Dadu Ruang sampel A’ B 1 3 5 A ∪ B A 2 4 6 A ∩ B DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi Dua Kejadian Saling Terpisah Dua kejadian A dan B dikatakan saling terpisah (mutually exclusive) jika kejadian‐kejadian tersebut tidak dapat terjadi secara bersamaan A B A∩B=∅ DASAR‐DASAR PROBABILITAS 14 Suprayogi
  • 8. Contoh Kejadian‐Kejadian Saling Terpisah Percobaan: Pelemparan sebuah dadu dan mencatat angka yang muncul Ruang sampel S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} Kejadian munculnya angka genap, A A = {2, 4, 6} Kejadian munculnya angka ganjil, B B = {1, 3, 5} Kejadian A dan B saling terpisah A ∩ B = ∅ DASAR‐DASAR PROBABILITAS 15 Suprayogi Ilustrasi Dua Kejadian Saling Terpisah pada Pelemparan Sebuah Dadu Ruang sampel B 1 3 5 A 2 4 6 DASAR‐DASAR PROBABILITAS Suprayogi
  • 9. Penghitungan Titik Sampel Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1 cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi kedua dapat dilakukan dengan n2 cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi ketiga dapat dilakukan dengan n3 cara, dst, maka deretan k  operasi dapat dilakukan dengan n1n2...nk cara DASAR‐DASAR PROBABILITAS 17 Suprayogi Contoh Penghitungan Titik Sampel Tiga buah koin (uang logam) dilemparkan sekali. Banyaknya titik sampel dalam ruang sampel ? Koin I dapat menghasilkan 2 hasil yang mungkin, muka (M) atau belakang (B) Untuk tiap hasil, Koin II dapat menghasilkan 2 hasil yang  mungkin, M atau B Untuk tiap hasil, Koin III dapat menghasilkan 2 hasil yang  mungkin, M atau B Jumlah titik sampel yang dihasilkan = (2)(2)(2) = 8 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 18 Suprayogi
  • 10. DASAR‐DASAR PROBABILITAS 19 Suprayogi Permutasi & Kombinasi Permutasi (Permutation) Permutasi merupakan susunan dari suatu himpunan obyek yang dapat dibentuk yang  memperhatikan urutan Kombinasi (Combination) Kombinasi merupakan susunan dari suatu himpunan obyek yang dapat dibentuk tanpa memperhatikan urutan DASAR‐DASAR PROBABILITAS 20 Suprayogi
  • 11. Permutasi (1) Banyaknya permutasi n obyek berlainan adalah n! Banyaknya permutasi n obyek berlainan bila diambil r sekaligus n ! P =n r (n − r ) ! Banyaknya permutasi n benda berlainan yang  disusun melingkar adalah (n – 1)! DASAR‐DASAR PROBABILITAS 21 Suprayogi Permutasi (2) Banyaknya permutasi yang berlainan dari n  obyek bila n1 adalah jumlah obyek jenis pertama, n2 adalah jumlah obyek jenis kedua,  ..., nk jumlah obyek ke‐k adalah n ! n1! n2!Lnk ! DASAR‐DASAR PROBABILITAS 22 Suprayogi
  • 12. Permutasi (3) Banyaknya cara menyekat n obyek dalam r sel bila masing‐masing berisi n1 obyek pada sel pertama, n2 obyek pada sel kedua, dan seterusnya adalah n ! n1! n2!Lnr ! dengan n1 + n2 + ... + nr = n DASAR‐DASAR PROBABILITAS 23 Suprayogi Kombinasi (1) Kombinasi berkaitan dengan penentuan banyaknya cara memilih r obyek dari sejumlah n obyek tanpa memperhatikan urutannya. Kombinasi merupakan sekatan dengan dua sel, sel pertama berisi r obyek yang dipilih dan (n – r) obyek sisanya. DASAR‐DASAR PROBABILITAS 24 Suprayogi
  • 13. Kombinasi (2) Jumlah kombinasi dari n obyek yang berlainan jika diambil sebanyak r n ! C = n r  !(n − r ) ! r DASAR‐DASAR PROBABILITAS 25 Suprayogi Contoh Kombinasi Suatu kelas terdiri atas 4 pria dan 3  wanita Banyaknya panita yang dibentuk yang beranggotakan 2 pria dan 1 wanita? 4! Banyaknya cara memilih 2 dari 4 pria = C 24 = =6 2!2! Banyaknya cara memilih 1 dari 3 wanita = C13 = 3! = 3 1!2! Banyaknya panita yang dapat dibentuk = (6)(3) = 18 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 26 Suprayogi
  • 14. Probabilitas Kejadian Probabilitas suatu kejadian merupakan suatu ukuran kemungkinan kejadian tersebut terjadi Probabilitas kejadian A dinyatakan dengan P(A) DASAR‐DASAR PROBABILITAS 27 Suprayogi Aksioma‐Aksioma Probabilitas Kejadian 0 ≤ P(A) ≤ 1 P(∅) = 0 P(S) = 1 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 28 Suprayogi
  • 15. Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama Jika suatu percobaan dapat menghasilkan N  macam hasil yang berkemungkinan sama (equally likely) dan jika tepat terdapat sebanyak n hasil yang berkaitan dengan kejadian A, maka probabilitas kejadian A adalah P ( A) = n N DASAR‐DASAR PROBABILITAS 29 Suprayogi Contoh Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama (#1) Percobaan pelemparan sebuah dadu Misal A kejadian munculnya angka genap Jumlah seluruh hasil yang mungkin N = 6 Jumlah hasil yang mungkin untuk kejadian A, n = 3  Probabilitas kejadian A, P(A) ? P ( A) = 3 1 = 6 2 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 30 Suprayogi
  • 16. Contoh Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama (#2) Percobaan pengambilan selembar kartu dari 52 kartu bridge. Misal B kejadian terpilihnya kartu heart Jumlah seluruh hasil yang mungkin N = 52 Jumlah hasil yang mungkin untuk kejadian B, n = 13 Probabilitas kejadian B, P(B) ? P (B ) = 13 1 = 52 4 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 31 Suprayogi Contoh Probabilitas untuk Hasil Berkemungkinan Sama (#3) Dalam suatu kotak, terdapat 4 bola merah dan 6 bola putih. Jika empat bola diambil secara random, probabilitas terpilih 2 bola  merah dan 2 bola putih? A = kejadian terpilih 2 bola merah dan 2 bola putih Jumlah cara memilih 2 dari 4 bola merah =  C 4 = 4! = 6 2 2!2! Jumlah cara memilih 2 dari 6 bola putih = C 6 = 6! = 15 2 2!4! 10! Jumlah cara memilih 4 dari 10 bola = C4 = 10 = 210 4!6! P ( A) = (6)(15) = 3 (210) 7 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 32 Suprayogi
  • 17. Hukum‐Hukum Probabilitas Jika A dan B dua kejadian sembarang, maka P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A ∩ B) Jika A dan B kejadian yang saling terpisah,  maka P(A ∪ B) = P(A) + P(B) Jika A dan A’ adalah kejadian saling berkomplemen, maka P(A’) =  1 – P(A) DASAR‐DASAR PROBABILITAS 33 Suprayogi Probabilitas Bersyarat Probabilitas bersyarat (conditional probability) B jika diketahui A P (A ∩ B) P (B| A ) = ;  jika P (A ) > 0 P (A) Kejadian A dan B dapat terjadi pada suatu percobaan P (A ∩ B ) = P (A )P (B| A ) = P (B )P (A|B ) DASAR‐DASAR PROBABILITAS 34 Suprayogi
  • 18. Contoh Probabilitas Bersyarat (#1) Bekerja Tak Bekerja Pria 460 40 Wanita 140 260 M = pria terpilih E = orang terpilih berstatus bekerja 600 2 P (E ) = = 900 3 460 23 P (E ∩ M ) = = 900 45 23 45 23 P (M |E ) = = 23 30 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 35 Suprayogi Contoh Probabilitas Bersyarat (#2) Diberikan sekumpulan kartu bridge yang terdiri atas 52 kartu. Dua buah kartu diambil satu per satu tanpa pengembalian Probabilitas kartu heart terpilih pada dua pengambilan ? A1 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan I A2 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan II 13 1 P (A1 ) = = 52 4 12 4 P (A2 ) = = 51 17 ⎛ 1 ⎞⎛ 4 ⎞ 1 P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎝ 4 ⎠⎝ 17 ⎠ 17 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 36 Suprayogi
  • 19. ⎛ 1 ⎞⎛ 4 ⎞ 1 12 4 P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = P (A2 | A1 ) = = ⎝ 4 ⎠⎝ 17 ⎠ 17 51 17 51 Kartu A2 12 Heart 13 1 39 Nonheart P (A1 ) = = A’2 52 4 39 13 ⎛ 1 ⎞⎛ 13 ⎞ 13 P (A'2 | A1 ) = = P (A1 ∩ A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = A1 51 17 ⎝ 4 ⎠⎝ 17 ⎠ 68 52 Kartu, 13 heart 39 Nonheart A’1 ⎛ 3 ⎞⎛ 13 ⎞ 13 39 3 P (A2 | A'1 ) = 13 P (A'1 ∩A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = P (A'1 ) = = 51 ⎝ 4 ⎠⎝ 51 ⎠ 68 52 4 A2 51 Kartu 13 Heart 38 Nonheart A’2 38 P (A'2| A'1 ) = ⎛ 3 ⎞⎛ 38 ⎞ 38 51 P (A'1 ∩A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎝ 4 ⎠⎝ 51 ⎠ 68 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 37 Suprayogi Contoh Probabilitas Bersyarat (#3) Kotak pertama terdiri atas 4 bola putih dan 3 bola hitam, dan kotak kedua terdiri atas 3 bola putih dan 5 bola hitam.  Sebuah bola diambil dari kotak pertama dan ditempatkan (tanpa terlihat) ke kotak kedua.  Probabilitas bahwa sebuah yang diambil dari kotak kedua adalah hitam?  H1 = kejadian bola hitam yang terpilih dari kotak I P1 = kejadian bola putih yang terpilih dari kotak I H2 = kejadian bola hitam yang terpilih dari kotak II P2 = kejadian bola putih yang terpilih dari kotak II DASAR‐DASAR PROBABILITAS 38 Suprayogi
  • 20. P[(H1 ∩ H2 ) ∪ (P1 ∩ H2 )] = P (H1 ∩ H2 ) + P (P1 ∩ H2 )                                           = P (H1 )P (H2 |H1 ) + P (P1 )P (H2 |P1 )                                           = ( 7 )( 6 ) + ( 4 )( 9 ) 3 9 7 5                                           = 38 63 ⎛ 3 ⎞⎛ 6 ⎞ P (H2 |H1 ) = 6 P (H1 ∩ H2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ 9 ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠ H2 Kotak II 3P,6H 3 P (H1 ) = P2 3 7 P (P2 |H1 ) = ⎛ 3 ⎞⎛ 3 ⎞ 9 P (H1 ∩ P2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ H1 ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠ Kotak I 4P, 3H P1 ⎛ 4 ⎞⎛ 5 ⎞ 4 P (H2 |P1 ) = 5 P (P1 ∩ H2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ P (P1 ) = 9 ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠ 7 H2 Kotak II 4P,5H P2 4 ⎛ 4 ⎞⎛ 4 ⎞ P (P2 |P1 ) = P (P1 ∩ P2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ DASAR‐DASAR PROBABILITAS 9 ⎝ 7 ⎠⎝ 9 ⎠ 39 Suprayogi Kejadian‐Kejadian Saling Bebas Kejadian‐kejadian A dan B saling bebas (independent) jika P (A ∩ B ) = P (A )P (B ) DASAR‐DASAR PROBABILITAS 40 Suprayogi
  • 21. Contoh Kejadian‐Kejadian Bebas (#1) Diberikan sekumpulan kartu bridge yang terdiri atas 52 kartu. Dua buah kartu diambil satu per satu dengan pengembalian Probabilitas kartu heart terpilih pada dua pengambilan ? A1 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan I A2 = kejadian kartu heart yang terambil pada pengambilan II 13 1 P (A1 ) = = 52 4 13 1 P (A2 ) = = 52 4 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 41 Suprayogi ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 P (A2 | A1 ) = 13 1 = P (A1 ∩ A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = 52 4 ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16 A2 13 1 P (A1 ) = = A’2 52 4 39 3 ⎛ 1 ⎞⎛ 3 ⎞ 3 P (A'2| A1 ) = = P (A1 ∩ A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = A1 52 4 ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16 A’1 ⎛ 3 ⎞⎛ 1 ⎞ 3 39 3 P (A2 | A'1 ) = 13 1 = P (A'1 ∩A2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = P (A'1 ) = = 52 4 ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16 52 4 A2 A’2 39 3 P (A'2| A'1 ) = = ⎛ 3 ⎞⎛ 3 ⎞ 9 52 4 P (A'1 ∩A'2 ) = ⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎝ 4 ⎠⎝ 4 ⎠ 16 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 42 Suprayogi
  • 22. Contoh Kejadian‐Kejadian Bebas (#2) Sebuah koin (uang logam) yang seimbang dilempar tiga kali. Probabilitas mendapatkan 2 muka (M) dan 1 belakang (B) ? Ruang sampel S = {MMM, MMB, MBM, MBB, BMM, BMB, BBM, BBB} A = kejadian muncul 2 M dan 1 B A = {MMB, MBM, BMM} P(A) = P(MMB) + P(MBM) + P(BMM) DASAR‐DASAR PROBABILITAS 43 Suprayogi P (MMB ) = P (M ∩ M ∩ B ) = P (M )P (M )P (B ) = ( 1 )( 1 )( 1 ) = 1 2 2 2 8 P (MBM ) = P (M ∩ B ∩ M ) = P (M )P (B )P (M ) = ( 1 )( 1 )( 1 ) = 1 2 2 2 8 P (BMM ) = P (B ∩ M ∩ M ) = P (B )P (M )P (M ) = ( 1 )( 1 )( 1 ) = 1 2 2 2 8 P (A) = 1 + 1 + 1 = 8 8 8 8 3 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 P(MMM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = P(M) = 1 ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 2 1 P(B) = ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 P(M) = 1 2 P(MMB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = 2 ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 1 P(B) = ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 2 P(M) = 1 P(MBM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = 2 ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 1 P(M) = P(B) = 1 2 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 2 P(MBB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 1 P(BMM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = P(B) = 1 P(M) = ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 2 2 1 1 P(B) = ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 P(M) = 2 P(BMB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = 2 ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 1 P(B) = 2 1 ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 P(M) = P(BBM) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = 2 ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 1 P(B) = ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 1 2 P(BBB) = ⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ = ⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠⎝ 2 ⎠ 8 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 44 Suprayogi
  • 23. Aturan Bayes (1) P (B ∩ A ) P (B| A ) = P (A) B’ B A = (B ∩ A ) ∪ (B'∩ A ) A P (A ) = P (B ∩ A ) + P (B'∩ A ) P (B ∩ A ) P (B| A ) = P (B ∩ A ) + P (B'∩ A ) P (B )P (A|B )               =  P (B )P (A|B ) + P (B')P (A|B') DASAR‐DASAR PROBABILITAS 45 Suprayogi Aturan Bayes (2) B1 B2 P (Bi ∩ A ) P (Bi | A) = n A ∑ P(B ∩ A) i =1 i B5 B4 B3 P (Bi )P (A|Bi )               =  n ∑ P(B )P(A|B ) i =1 i i DASAR‐DASAR PROBABILITAS 46 Suprayogi
  • 24. Contoh Aturan Bayes Dua orang dicalonkan menjadi Bupati.  Probabilitas Pak Anu terpilih adalah 0,6; P(A1) = 0,6. Probabilitas Pak Badu terpilih adalah 0,4; P(A2) = 0,4. Jika Pak Anu terpilih, probabilitas kenaikan pajak adalah 0,8; P(B1|A1) = 0,8. Jika Pak Badu terpilih, probabilitas kenaikan pajak adalah 0,1; P(B1|A2) = 0,1. Jika ternyata diketahui terjadi kenaikan pajak, probabilitas bahwa Pak Badu yang terpilih, P(A2|B1) P (A2 ∩ B1 ) P (A2 |B1 ) = P (A1 ∩ B1 ) + P (A2 ∩ B1 ) P (A2 )P (B1 | A2 )                = P (A1 )P (B1 | A1 ) + P (A2 )P (B1 | A2 ) (0,4 )(0,1)                = DASAR‐DASAR PROBABILITAS (0,6 )(0,8 ) + (0,4 )(0,1) 47 Suprayogi               = 0,0769 P( A2 ∩ B1 ) P( A2 | B1 ) = P(B1 ) Contoh Pohon Probabilitas P( A ∩ B ) = 2 P( A1 ∩ B1 ) + P( A2 ∩ B1 ) 0,04 = 0,48 + 0,04 P(A1 ∩ B1) = (0,8)(0,6) = 0,48 = 0,0769 B1 P(B1| A1) = 0,8 B2 A1 P(A1) = 0,6 P(B2| A1) = 0,2 P(A1 ∩ B2) = (0,2)(0,6) = 0,12 P(A2 ∩ B1) = (0,1)(0,4) = 0,04 A2 P(A2) = 0,4 B P(B1| A2) = 0,1 1 B2 P(B2| A2) = 0,9 P(A2 ∩ B2) = (0,9)(0,4) = 0,36 DASAR‐DASAR PROBABILITAS 48 Suprayogi