Dokumen tersebut membahas perkembangan kurikulum di Indonesia mulai dari Kurikulum 1945 hingga Kurikulum 2006. Beberapa kurikulum yang dijelaskan antara lain Kurikulum 1952 yang lebih merinci mata pelajaran, Kurikulum 1964 yang berfokus pada pendidikan pancawardhana, dan Kurikulum 2006 (KTSP) yang mengadopsi pendekatan kurikulum berbasis kompetensi.
2. Macam-macam Kurikulum di
Indonesia
Kurikulum 1945
Kurikulum 1952
Kurikulum 1964
Kurikulum 1968
Kurikulum 1975
Kurikulum 1984
Kurikulum 1994 dan suplemen 1999
Kurikulum 2004
Kurikulum 2006
3. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan
falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan
bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan
ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa tersebut sekarang
4. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di
Indonesia setelah kemerdekaan.
Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara
istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikira
dalam arti kognitif, namun yang diutamakan
pendidikan watak atau perilaku (value , attitude),
meliputi :
a) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
b) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari
c) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani
5. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran
yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah
Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis
6. Kurikulum 1964
pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan
daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan),
dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis
7. Kurikulum 1968
ciri-ciri kurikulum 1968 :
a) sifat kurikulum correlated subject,
b) jumlah mata pelajaran SD-10 bidang studi,
SMP-18 bidang studi (Bahasa Indonesia
dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II),
SMA jurusan A-18 bidang studi,
c) penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan
disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu
Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti
Pengetahuan Alam (PASPAL), dan
d) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri,
SH (1968 – 1973)
8. Kurikulum 1975
kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum
1968 menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci
pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi
(PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagama:
2008) Zaman ini dikenal dengan istilah satuan
pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum,
tujuan intruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi
9. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill
approach
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL)
10. Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super
padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
11. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai
berdasar kompetensi apakah yang mesti
dicapai siswa
12. KTSP 2006
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP
sesungguhnya telah mengadopsi KBK. Kurikukulum ini
dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan).
guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada