Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas konsep dasar leukorea dan jenis-jenisnya, termasuk leukorea normal dan abnormal.
2) Jenis leukorea dijelaskan sebagai fisiologis dan patologis, dengan gejala dan penyebab yang berbeda.
3) Penyebab leukorea diuraikan secara luas, termasuk faktor infeksi, kelainan, hormonal, dan lainnya.
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR LEUKOREA (KEPUTIHAN)
1. Definisi Leukorea
Leukorea (Fluor albus) yaitu cairan putih yang keluar dari liang
senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009).
Menurut Saydam (2012), leukorea adalah satu nama penyakit
reproduksi kaum wanita, yang berupa keluarnya cairan berwarna putih
dari vaginanya.
Leukorea adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang
dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah (Sibagariang,
at al, 2010).
Kesimpulan dari definisi leukorea diatas yaitu suatu cairan putih
yang keluar dari liang vagina secara berlebihan dan tidak berupa darah,
biasanya terjadi pada siklus menstruasi, sebelum menstruasi dan setelah
menstruasi, atau pada saat wanita terangsang birahinya.
2. Jenis-jenis Leukorea
Menurut Manuaba (2009), leukorea dapat dibedakan dalam
beberapa jenis diantaranya leukorea normal (fisiologis) dan leukorea
abnormal (patologis). Leukorea normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
1
2. 2
ke 10–16 menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Leukorea
abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim dan jaringan penyangganya, dan
pada infeksi penyakit hubungan kelamin).
Ada 2 jenis leukorea yang dijelaskan oleh Sibagariang, et al (2011),
yaitu:
a. Leukorea Fisiologis
Leukorea fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang,
sedangkan leukorea patologis banyak mengandung leukosit. Alat kelamin
wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ
yakni: hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat
mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan
kelenjar sedangkan progesteron akan mengakibatkan fungsi sekresi.
Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi.
saat terangsang, hamil, kelelahan. stress dan sedang mengkonsumsi
obat-obat hormonal seperti pil KB. Leukorea ini tidak berwarna atau
jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal.
b. Leukorea Patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit.
Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini
dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma
3. 3
jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas. Kuman penyakit yang
menginfeksi vagina seperti jamur kandida albikan, parasit tricomonas.
E.coli, staphylococcus. treponema pallidum, kondiloma aquiminata dan
herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau
sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-
gejala yang sangat menganggu, seperti berubahnya cairan yang bewarna
jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan,
kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka
di daerah mulut vagina (Asri, 2003 dalam Sibagariang, et al. 2010).
3. Patogenesis Leukorea
Leukorea merupakan gejala dimana terjadinya pengeluran cairan
dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan,
alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga
menopause. Leukorea merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis
dan dapat menjadi leukorea yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit,
bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu,
yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang
dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan
menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH
vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit
berkembang dan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang, et al. 2010).
4. Penyebab Leukorea
Leukorea yang fisiologis dapat disebabkan oleh:
4. 4
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan leukorea.
b. Pengaruh estrogen yang maningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran
pembuluh darah di vagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang
bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
d. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat
masa ovulasi.
e. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup
lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga
uterus.
Leukorea patologis terjadi karena disebabkan oleh:
a. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini
dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi, yakni :
1) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan leukorea ialah kandida albikan.
Penyakit ini disebut juga kandidasis genetalia. Jamur ini merupakan
saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala,
tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari
5. 5
yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan
dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa faktor
predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, antara lain :
a) Pemakai obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama
b) Kehamilan
c) Kontrasepsi hormonal
d) Kelainan endokrin seperti diabetes melitus
e) Menurunya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis
f) Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan
yang tidak menyerap keringat.
Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin,
keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran
tepung. Keluarnya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi
dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada
pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna merah (eritem) dan
sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat leukorea
yang berwarna putih, kental. bergumpal seperti butiran tepung
melengket di dinding vagina.
2) Bakteri
1. Gonokokus
6. 6
Penyakit ini disebut dengan gonerhoe dan penyebab penyakit ini
adalah bakteri neisseria gonorhoe atau gonokokus. Penyakit ini
sering terjadi akibat hubungan seksual (PMS). Kuman ini
berbentuk seperti ginjal yang bepasangan disebut diplokokus
dalam sitoplasma sel. gonokokus yang purulen mempunyai silia
yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina.
Pada hari ketiga, bakteri tersebut akan mencapai jaringan ikat di
bawah epital dan menimbulkan reaksi radang. Gejala yang
ditimbulkan adalah leukorea yang berwarna kekuningan atau
nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun saat senggama.
2. Klamidia Trakomatis
Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan
menjadi penyakit menular seksual. Klamidia adalah organisme
intraselular obligat, pada manusia bakteri ini umumnva berkoloni
secara lokal di permukaan mukosa. Termasuk mukosa serviks.
Klamidia sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang
pelvis, kehamilan di luar kandungan dan infertilitas. Gejala utama
yang ditemukan adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada
pria.
3. Grandnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi
penuh sel-sel epitel vagina membentuk khas clue cell.
Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa
amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang
7. 7
ditimbulkan ialah leukorea yang berlebihan dan berbau disertai
rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
4. Treponema Pallidum
Penyebab penyaltit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada
vulva dan vagina. Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif.
5. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan leukorea adalah trikomonas
vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-
putar dengan cepat. Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan
berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang
paling sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas biasanya
parasit ini terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan
ialah leukorea yang encer sampai kental, berwarna kekuningan
dan agak bau serta terasa gatal dan panas.
6. Virus
Sering disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) dan
herpes simpleks. HPV sering ditandai dengan kondiloma
akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan,
cedera persalinan dan radiasi kanker genitalia atau kanker itu sendiri.
c. Benda asing
8. 8
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau
prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebihan.
d. Neoplasma jinak
Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah
mengalami peradangan sehingga menimbulkan leukorea.
e. Kanker
Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila
tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya
memasuki lumen saluran alat-alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat
cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat dari pembusukan dan
perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi.
Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai
darah tak segar.
f. Fisik
Tampon, trauma dan IUD.
g. Menopause
Pada Menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam
pematangan sel akibat tidak adanya harmon estrogen sehingga vagina
9. 9
kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah
luka dan timbul infeksi penyerta.
Sedangkan menurut Manan (2011), leukorea secara umum
disebabkan oleh:
a. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis;
b. Sering menggunakan WC umum yang kotor, terutama WC duduk;
c. Tidak mengganti panty liner;
d. Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari anus kearah depan;
e. Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain;
f. Kurang menjaga kebersihan vagina;
g. Kelelahan yang amat sangat;
h. Stres;
i. Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi;
j. Memakai sembarangan sabun untuk membasuh vagina, atau
menggunakan sabun yang berlebihan untuk pembersih vagina;
k. Tinggal di daerah tropis yang lembab;
l. Lingkungan sanitasi yang kotor;
m. Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang
menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat);
10. 10
n. Sering berganti pasangan dalam berhubungan seks;
o. Hormon tidak seimbang; dan
p. Sering menggaruk vagina.
5. Gejala Leukorea
Menurut Saydam (2012), gejala yang dapat diamati adalah cairan
atau lendir yang berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina.
Jumlah lendir ini bisa tidak begitu banyak namun adakalanya banyak
sekali. Kadang-kadang diikuti oleh rasa gatal yang amat mengganggu
kenyamanan wanita itu. Bisa saja cairan yang keluar dari vagina itu
sedikit, jernih dan tidak berbau. Namun adakalanya berbau tidak sedap.
Jika cairan dari vagina berlebihan keadaan tersebut biasanya sering
disebut dengan leukorea.
Selama kehamilan, menjelang haid, pada saat ovulasi, dan akibat
dari rangsangan seksual yang berlebihan, vagina cenderung lebih banyak
cairan. Namun gejala tersebut masih dianggap normal dan biasa saja
bagi seorang perempuan.
Ada beberapa gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit
berbeda-beda, yaitu (Manan, 2011):
a. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari
saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang
berbusa. Mungkin, gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada wanita tertentu.
11. 11
b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.
c. Biasanya leukorea yang normal tidak disertai rasa gatal. Leukorea juga
dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya
lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin
luar.
d. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh
hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang
dihasilkan oleh plasenta atau ari-ari.
e. Gadis muda kadang-kadang juga mengalami leukorea sesaat sebelum
masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
6. Pencegahan Leukorea
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya leukorea, yaitu (Manan, 2011):
a. Menjaga kebersihan genitalia, membersihkan vagina dengan air bersih
yang mengalir dengan cara mengusap dari depan ke belakang;
b. Minimalisir penggunaan sabun antiseptik karena dapat menggangu
keseimbangan pH vagina;
c. Menghindari penggunaan produk berbentuk bedak karena akan memicu
pertumbuhan jamur;
d. Memastikan vagina selalu dalam keadaan kering saat berpakaian;
12. 12
e. Menggunakan celana dalam yang kering dan menyerap keringat.
f. Menghindari penggunaan celana yang ketat, karena akan mengganggu
masuknya udara ke organ vital;
g. Mengganti pembalut tepat waktu minimal 3 kali sehari.
7. Penatalaksanaan Leukorea
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari leukorea, sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher
rahim yang juga memberikan gejala leukorea berupa sekret encer,
berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
Penatalaksanaan leukorea tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan rnenghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi leukorea
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi
candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan
parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke
dalam liang vagina. Untuk leukorea yang ditularkan melalui hubungan
seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan
untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.
13. 13
Selain itu, dianjurkan untuk selalu rnenjaga kebersihan daerah intim
sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya leukorea
yaitu dengan (Sibagariang, et al. 2010):
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan
untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah
bakteri berkembang biak.
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
f. Hindari penggunaan bedak talcum atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya. Sedapat mungkin tidak
14. 14
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.
B. KONSEP DASAR SABUN ANTISEPTIK DAUN SIRIH
1. Definisi Sabun Antiseptik Daun Sirih
Sabun antiseptik daun sirih adalah sabun dari daun sirih yang
memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antiseptik
(Dalimartha, 2006). Sedangkan menurut Haviva (2011), sabun antiseptik
daun sirih adalah sabun dari daun sirih yang mengandung flavonoid,
senyawa polevenolad, tanin dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai
antiseptik. Sabun antiseptik daun sirih merupakan sabun antiseptik yang
berkhasiat untuk berbagai penyakit (Sudewo, 2005).
Sabun antiseptik daun sirih dapat disimpulkan sebagai sabun yang
mengandung minyak atsiri, flavonoid, senyawa polevenolad, dan tannin
yang berfungsi sebagai antiseptik untuk berbagai macam penyakit.
2. Kandungan Kimia Sabun Antiseptik Daun Sirih
Sabun antiseptik daun sirih mengandung minyak atsiri 0,8–1,8%
(terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylpyrocatechol
(hydroxychavikol), allylpyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol,
eugenol, eugenol methylether, p-cymene, cineole, caryophyllene,
cadinene, estragol), terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin,
diastase, karoten, tiamin, riboflamin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati
dan asam amino.
15. 15
Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat
antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat dari pada fenol biasa)
serta imunomodulator (Dalimartha, 2006).
3. Manfaat dan Efek Samping Sabun Antiseptik Daun Sirih
Penggunaan sabun pembersih vagina secara berlebihan bisa
meningkatkan keasaman vagina. Secara alamiah, dalam setiap vagina
terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Flora normal itu berfungsi
mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina berlebihan
justru membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman
masuk ke vagina.
Sabun antiseptik daun sirih, sebaiknya hanya digunakan pada saat
tertentu saja, seperti saat dan sesudah menstruasi atau setelah
hubungan seks sebanyak 2 kali sehari. Jadi sebenarnya tidak diperlukan
bahan khusus untuk membersihkannya, cukup dengan air bersih.
Namun, untuk kasus tertentu, pada leukorea gatal, produk
pembersih dapat digunakan sebanyak 2 kali sehari. Karena biasanya
sabun pembersih tersebut mengandung antiseptik yang berfungsi untuk
membunuh kuman. Produk pembersih daerah kewanitaan hendaknya
dipilih yang memiliki pH kurang lebih sama dengan pH organ intim wanita
yakni sekitar 4,5. Pada pH tersebut, kuman-kuman tidak dapat tumbuh
dan berkembang biak (Fadilah, 2010 dalam Ilmiah, 2011).
Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada Indonesia telah
membuktikan secara klinis tentang penggunaan sabun sirih dan PH
16. 16
sabun antiseptik daun sirih yang memiliki PH yang sama dengan vagina
yaitu 3,5 – 4,5 (Sumber PD.Unico Miratama).
Sabun antiseptik daun sirih sangat efektif untuk membasmi jamur
candida albicans dan mengurangi sekresi cairan pada vagina. Jika
pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama, semua
bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasillus sehingga
keseimbangan ekosistem menjadi terganggu (Sasongko, 2010).
Kondisi lingkungan sekitar kadang mempengaruhi kesehatan dan
kebersihan organ kewanitaan, misalnya, jika tinggal di daerah tropis yang
panas, maka hal ini akan membuat berkeringat. Keringat yang keluar bisa
membuat tubuh menjadi lembab, terutama pada organ kewanitaan (organ
seksual dan reproduksi) yang tertutup dan berlipat. Akibatnya, bakteri
akan sangat mudah berkembang biak dan proses ekosistem pada vagina
pun akan terganggu. Jika sudah terganggu maka bisa menimbulkan bau
tidak sedap dan infeksi. Oleh karena itu, sangat penting bagian kaum
wanita untuk terus menjaga organ kewanitaan. Mereka pun perlu
menjaga keseimbangan ekosistem vagina (Manan, 2011).
Sedangkan menurut Murtiastutik penggunaan sabun pembersih
vagina secara berlebihan dapat meningkatkan keasaman vagina. Karena
sabun antiseptik daun sirih bersifat asam dan mempunyai PH yang sama
dengan vagina sehingga apabila penggunaannya berlebihan kuman jahat
hidup subur. Jamur salah satunya. Vagina yang terserang jamur candida
memiliki ciri-ciri keputihan seperti susu pecah, gatal, dan terasa perih saat
kencing. Bahkan, dalam kondisi parah, bisa terjadi candidiasis
17. 17
vulvovaginalis. (Satria, 2009, Keasaman Berubah, Kuman Jahat
Berkembang Biak, ¶ 4, http://www.hariansumutpos.com/ diperoleh tanggal
7 Mei 2012).
Sabun antiseptik daun sirih diakui sebagai antibiotik dan antiseptik
yang aman untuk berbagai infeksi di daerah kewanitaan yang sangat vital.
Berdasarkan sumber dari PT. Victoria Care Indonesia ada beberapa
kegunaan dari sabun antiseptik daun sirih diantaranya:
1) Membantu mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur candida
penyebab leukorea;
2) Menjaga kebersihan dan kenyamanan daerah genetalia perempuan;
3) Mengurangi bau vagina yang tidak sedap;
4) Menghilangkan leukorea dan gatal-gatal disekitar vagina.
4. Kandungan Sabun Antiseptik Daun Sirih
Menurut Dalimartha (2006), minyak atsiri dari daun sirih
mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, hidroksikavikol,
cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakrol. Sedangkan menurut Haviva,
2011, sirih juga mengandung pati, diatase, gula dan zat samak dan
chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan anti
jamur, dapat digunakan sebagai obat antiseptik untuk keputihan
(leukorea).
5. Cara Kerja Sabun Antiseptik Daun Sirih
18. 18
Nurswida (2010, dalam Ilmiah 2011) membuktikan bahwa ekstrak
daun sirih yang terkandung dalam sabun antiseptik daun sirih, pada
konsentrasi 3,25% sudah terjadi penghambatan pertumbuhan candida
albican, tetapi hambatan total (tidak didapatkan koloni kuman) baru terjadi
pada konsentrasi 7,5%. Efek hambat ekstrak daun sirih yang terkandung
dalam sabun antiseptik daun sirih terhadap pertumbuhan candida
albican, disebabkan komponen derivate fenol, seperti eugenol,
isueugenol, allypirocathechol, chavichol, safrol, anethole, cavibetol,
carvacrol, betlefenol. Fenol adalah denaturan protein yang poten.
Mekanisme kerja phenolic melalui perusakan membran plasma, inaktivasi
enzim, dan denaturasi protein, sehingga kuman mati.
C. KONSEP DASAR PENGETAHUAN
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak di dasari
oleh pengetahuan (Mubarak, 2011).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2010).
19. 19
Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak
atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2011).
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan
merupakan hasil penginderaan seseorang terhadap objek tertentu yang
dapat membentuk perilaku seseorang terhadap suatu objek tersebut.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunayai 6 tingkatan :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk men-
jelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
20. 20
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. aplikasi
dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
stuktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahakan,
mengelompokan dan sebagianya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesisi adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
21. 21
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan
dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan yang dimilki seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor (Mubarak, 2011) :
a. Tingkat Pendidikan
22. 22
Tingkat pendidikan seseorang dapat menambah wawasan atau
pengetahuan seseorang, dimana seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang berpendidikan rendah.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambah umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis
besar ada empat katagori perubahan pertama yaitu perubahan ukuran,
kedua yaitu perubahan posisi, ketiga yaitu hilangnya ciri-ciri lama,
keempat yaitu timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni
sesuatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuann yang lebih
mendalam.
e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman
yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika
23. 23
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara
psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas
dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap
positif dalam kehidupannya. Pengalaman dapat diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun orang lain. Seiring dengan bertambahnya
umur dan pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
f. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap
kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru. Sumber
informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang seperti; TV,
radio, majalah dan buku.
4. Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari
subjek penelitian atau responden. Bila seseorang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu secara lisan
24. 24
maupun tulisan, maka dikatakan ia mengetahui bidang tersebut.
Sekumpulan bidang tersebut dinamakan pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pertanyaan yang dapat di gunakan
untuk mengukur pengetahuan umum dapat dikelompokkan menjadi 2
jenis, yaitu :
a. Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essay, disebut pertanyaan
subjektif dari penilai sehingga nilainya akan berada dari penilaian satu
dengan yang lain dari satu waktu yang lainnya.
b. Pertanyaan objektif merupakan pertanyaan pilihan ganda, salah-betul
dan menjodohkan. Penilaian dari bentuk pertanyaan bersifat pasti, tanpa
melibatkan subjektifitas dari pelaku.
5. Indikator Hasil Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), hasil pengetahuan dapat dikelompokkan
dengan kriteria hasil :
a. Kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden
adalah < 56%.
b. Cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden
adalah 56%-75%.
c. Baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden
dengan presentase 76%-100%.
25. 25
D. KONSEP DASAR REMAJA
1. Definisi Remaja
Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa
ahli, organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan
periode transisi perkembangan dari masa anak ke masa dewasa, usia
antara 10-24 tahun. Secara etimiologi, remaja berarti "tumbuh menjadi
dewasa". Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan
dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk
usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health
Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat,
rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu remaja awal(11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (youngpeople) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Menurut Poltekes Depkes RI, 2010, definisi remaja sendiri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
b. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun;
c. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
26. 26
d. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral di
antara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan
kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan
antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang
menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011).
Gunarsa (1978, dalam Poltekes Depkes RI, 2010) mengungkapkan
bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan menuju masa dewasa. Secara psikologis, masa remaja adalah
usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa (Al-Mighwar,
2006).
Dari beberapa definisi remaja dapat ditarik kesimpulan, bahwa
masa remaja yaitu masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa
yang mengalami beberapa perubahan baik fisik maupun psikologis
dengan rentan usia dari 10 sampai 19 tahun.
2. Karakteristik Masa remaja
Menurut Depkes (2010), karakteristik perkembangan yang normal
terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya
mencapai identitas diri, antara lain: menilai diri secara objektif dan
merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan
demikian, pada fase ini, seorang remaja akan:
a. Menilai rasa identitas pribadi,
27. 27
b. Meningkatkan minat pada lawan jenis,
c. Menggabungkan perubahan seks sekunder kedalam citra tubuh,
d. Memulai perumusan tujuan okupasional,
e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.
Hurlock (1994, dalam Poltekes Depkes RI, 2010) mengemukakan
berbagai ciri dari remaja sebagai berikut:
a. Masa remaja adalah masa peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan
berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi
seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan
masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk
membentuk gaya hidup dan menentukan pola prilaku, dan nilai-nilai dan
sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan
prilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar terjadi
pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola prilaku
(perubahan sikap menjadi ambivalen).
c. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah
28. 28
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini
terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri
tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya terkadang terjadi
penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya
dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama
dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai
individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan
dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi,
tidak dapat dipercaya, cenderung berprilaku merusak, sehingga
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke
dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti
ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan
dan membuat jarak antara orangtua dan remaja.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
29. 29
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri,
baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum
melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang
berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang
hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada prilaku yang
dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian
dan bertindak.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
Menurut Depkes RI (2002), ada tiga hal yang menjadikan masa
remaja pentlng sekali bagi kesehatan reproduksi:
a. Masa remaja (usia 10-19 tahun), merupakan masa yang khusus dan
penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas merupakan periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan
masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik,
emosi dan psikhis.
b. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat,
yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional).
Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang
mengalaminya. Karena itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan
lingkungan disekitarnya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang
30. 30
menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental maupun
psikososial.
c. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan
terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi Laki-laki masa remaja
merupakan saat diperolehnya kebebasan, sementara untuk remaja
perempuan merupakan saat dimulainya segala bentuk pembatasan
(pada masa lalu, gadis mulai dipingit ketika mereka mulai mengalami
haid).
Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang ditemukan, namun
perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan ini dapat
menempatkan remaja perempuan dalam posisi yang dirugikan.
Kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan
diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja,
agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu (Depkes RI, 2002):
b. Masa remaja awal (10-I2 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya,
2) Ingin bebas,
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak.
c. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
31. 31
1. Mencari identitas diri,
2. Timbulnya keinginan untuk kencan.
3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,
5. Berkhayal tentang aktifitas seks.
d. Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1) Pengungkapan kebebasan diri.
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
3) Mempunyai citra jasmani dirinya,
4) Dapat mewujudkan rasa cinta,
5) Mampu berpikir abstrak.
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, temasuk
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk rnencapai
kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi
Perubahan ini ditandai dengan munculnya:
a. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan
organ seks (terjadinya haid pada remaja puteri/menarche dan
terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki)
32. 32
b. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu: pada remaja puteri: pinggul
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina. payudara membesar,
tumbuhnya rambut di ke!iak dan sekitar kemaluan (pubis).
Petumbuhan fisik dalam masa remaja ini merupakan hal yang
sangat penting bagi kesehatan reproduksi.
Perubahan kejiwaan pada masa remaja. berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi:
a. Perubahan emosi : sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan
tertawa), agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
b. Perkembangan intelegensia : mampu berpikir abstrak, senang
memberikan kritik. ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba. Perilaku ingin mencoba hal-hal yang
baru merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan reproduksi
dalam masa remaja.