SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Télécharger pour lire hors ligne
SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL)

Salah satu masalah yang paling penting dalam matematika adalah menyelesaikan sistem
persamaan linear. Lebih dari 75% dari semua masalah matematika yang dijumpai dalam
aplikasi ilmiah maupun industri melibatkan penyelesaian sistem linear hingga tahap
tertentu. Dengan menggunakan metode- metode matematika modern, sering kali kita dapat
mereduksi suatu masalah yang rumit menjadi suatu sistem persamaan linear. Sistem-sistem
linear muncul dalam penerapan bidang-bidang seperti perdagangan, ekonomi, sosiologi,
ekologi, demografi, genetika, elektronika, teknik, kimia, dan fisika.

1. SPL dan Variabel

   SPL sudah diajarkan sejak pendidikan menengah, biasanya SPL sederhana yang dapat
   diselesaikan dengan metode dasar. Berikut akan diberikan contoh masalah sederhana
   yang dapat diselesaikan dengan SPL.

   Contoh 1 :
   Dua buah toko elektronik, toko I dan II, sama-sama membeli dari satu agen yang sama,
   dua merk notebook dengan tipe yang sama, sebut saja notebook A dan B. Toko I
   membeli 2 unit A dan 5 unit B seharga Rp 30.000.000,00. Toko II membeli 3 unit A
   dan 2 unit     B seharga Rp 23.000.000,00. Berapa harga masing- masing notebook
   tersebut ? ∎

   Untuk memudahkan perhitungan, nilai-nilai yang belum diketahui biasanya dimisalkan
   oleh huruf- huruf. Huruf- huruf inilah yang dalam matematika disebut sebagai variabel
   (peubah/pengganti). Misalnya, pada contoh di atas variabel yang digunakan adalah :

                                     harga notebook A = x
                                     harga notebook B = y

   Sehingga, permasalahan di atas dapat dibentuk dalam suatu model matematika yang
   disebut persamaan.
                       2 unit 𝐴 + 5 unit 𝐵 = 30 juta ⇔ 2𝑥 + 5𝑦 = 30
                       3 unit 𝐴 + 2 unit 𝐵 = 23 juta ⇔ 3𝑥 + 2𝑦 = 23

   Karena kedua persamaan tersebut saling berkaitan membentuk suatu sistem, maka
   keseluruhannya dinamakan sistem persaman linear (SPL). Linear menunjukkan
   bahwa pangkat tertinggi variabelnya adalah 1.



                                               Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 17
2𝑥 + 5𝑦 = 30
                                                        𝑆𝑃𝐿
                                     3𝑥 + 2𝑦 = 23

  x dan y disebut variabel; 3, 2, dan 5 disebut koefisien dari x dan y, 30 dan 23 disebut
  konstanta.
  SPL di atas secara khusus disebut SPL 2 × 2 karena terdiri dari 2 persamaan dan 2
  variabel.

2. Penyelesaian SPL dan Metode Dasar Penyelesaian SPL
  Penyelesaian atau solusi SPL adalah pasangan nilai- nilai dari variabel- variabel yang
  memenuhi semua persamaan dalam sistem.
  Perhatikan SPL pada contoh 1, x = 5 dan y = 4 memenuhi kedua persamaan. Jadi, (5, 4)
  adalah penyelesaian SPL tersebut. Selain (5, 4) bukanlah penyelesaian SPL, seperti :
  (10, 2) : penyelesaian untuk persamaan pertama saja
  (3, 7) : penyelesaian untuk persamaan ke dua saja
  Untuk mendapatkan (5, 4), metode paling dasar yang biasanya digunakan adalah
  metode eliminasi, substitusi, atau campuran.
  Dengan metode yang sama, SPL dengan persamaan dan variabel yang lebih banyak
  masih dapat dicari penyelesaiannya, namun memerlukan perhitungan yang jauh lebih
  panjang. SPL yang masih bisa dikerjakan dengan metode dasar tersebut biasanya SPL
  3 × 3.

  Contoh 2 :
                                       𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 9
                                      2𝑥 + 4𝑦 − 3𝑧 = 1
                                      3𝑥 + 6𝑦 − 5𝑧 = 0
  Penyelesaian SPL di atas adalah x = 1, y = 2, dan z = 3, atau (1, 2, 3). ∎

  Tidak semua SPL mempunyai penyelesaian. SPL yang mempunyai penyelesaian hanya
  memiliki dua kemungkinan, yaitu memiliki penyelesaian tungga l, atau tak hingga
  banyaknya penyelesaian. Pembahasan tentang ada tidaknya penyelesaian serta
  banyaknya penyelesaian SPL akan dibahas pada bagian akhir.
  Contoh 1 dan 2 merupakan SPL dengan penyelesaian tunggal.

3. Bentuk Umum SPL 𝑚 × 𝑛
  SPL yang terdiri dari m buah persamaan dan n bilangan yang tidak diketahui (variabel),
  atau disebut SPL 𝑚 × 𝑛, dapat dituliskan sebagai


                                              Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 18
𝑎11 𝑥 1 + 𝑎12 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏1
                                  𝑎21 𝑥 1 + 𝑎22 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏2
                                     ⋮         ⋮             ⋮       ⋮
                                𝑎 𝑚1 𝑥 1 + 𝑎 𝑚2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎 𝑚𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏 𝑚

  di mana 𝑥 1 , 𝑥 2 , … , 𝑥 𝑛 adalah bilangan-bilangan yang tidak diketahui (variabel) dan a
  dan b yang berindeks bawah menyatakan konstanta-konstanta.
  Karena dalam penulisan SPL, variabel- variabel harus dituliskan dalam urutan (orde)
  yang sama dalam setiap persamaan, maka suatu SPL dapat diubah menjadi persamaan
  matriks sebagai berikut :
                                 𝑎11   𝑎12 …          𝑎1𝑛       𝑥1     𝑏1
                                 𝑎21   𝑎22 …          𝑎2𝑛       𝑥2     𝑏2
                                  ⋮     ⋮   ⋮          ⋮        ⋮ =    ⋮
                                𝑎 𝑚1   𝑎 𝑚2 …         𝑎 𝑚𝑛      𝑥𝑛     𝑏𝑚
  atau dapat ditulis sebagai
                                             𝐴 𝑚 ×𝑛 𝑋 𝑛 = 𝐵 𝑚
                         𝑎11    𝑎12 …        𝑎1𝑛
                         𝑎21    𝑎22 …        𝑎2𝑛
  Di mana 𝐴 𝑚 ×𝑛 =                                    disebut matriks koefisien, dengan banyak
                          ⋮      ⋮   ⋮        ⋮
                        𝑎 𝑚1    𝑎 𝑚2 …       𝑎 𝑚𝑛
  persamaan sebagai baris (m) dan banyak variabel sebagai kolom (n).
  Contoh 3 : SPL dengan banyak persamaan = variabel (m = n)
                                                    𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3
                                                    2𝑥 1 − 𝑥 2 = 9
  Contoh 4 : SPL dengan banyak persamaan > variabel (m > n)
                                                 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3
                                                 2𝑥 1 + 𝑥 2 = 1
                                                −5𝑥 1 + 8𝑥 2 = 4
  Contoh 5 : SPL dengan banyak persamaan < variabel (m < n)
                                               𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 = 8
                                                   2𝑥 2 + 3𝑥 3 = 5
                                                                                             ∎
4. SPL 𝑛 × 𝑛
  SPL 𝑛 × 𝑛 adalah SPL yang terdiri atas n buah persamaan dan n buah variabel.

     𝑎11 𝑥 1 + 𝑎12 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥 𝑛 =     𝑏1           𝑎11     𝑎12    …     𝑎1𝑛   𝑥1  𝑏1
    𝑎21 𝑥 1 + 𝑎22 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥 𝑛 =      𝑏2           𝑎21     𝑎22    …     𝑎2𝑛   𝑥2  𝑏2
        ⋮          ⋮              ⋮        ⋮
                                              atau
                                                          ⋮      ⋮     ⋮      ⋮    ⋮ = ⋮
    𝑎 𝑛1 𝑥 1 + 𝑎 𝑛2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎 𝑛𝑛 𝑥 𝑛 =   𝑏𝑛           𝑎 𝑛1    𝑎 𝑛2   …    𝑎 𝑛𝑛   𝑥𝑛  𝑏𝑛


                                                     Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 19
SPL 𝑛 × 𝑛 dapat pula dituliskan ke dalam sebuah matriks gabungan antara matriks A
  dan B, yang disebut matriks yang diperbesar (augmented matrix)        𝐴|𝐵 , yaitu :

                                        𝑎11    𝑎12 …    𝑎1𝑛    𝑏1
                                        𝑎21    𝑎22 …    𝑎2𝑛    𝑏2
                             𝐴|𝐵 =
                                         ⋮      ⋮   ⋮    ⋮     ⋮
                                        𝑎 𝑛1   𝑎 𝑛2 …   𝑎 𝑛𝑛   𝑏𝑛

  Perhatikan kembali bentuk : 𝐴𝑋 = 𝐵 . Pada SPL 𝑛 × 𝑛, matriks koefisien A adalah
  sebuah matriks persegi-n. Sifat sebuah matriks persegi hanya ada dua kemungkinan,
  yaitu dapat dibalik/mempunyai invers dan tidak dapat dibalik/tidak mempunyai invers.
  Jika matriks A mempunyai invers 𝐴−1 , maka :

                          𝐴−1 (𝐴 𝑋) = 𝐴−1 𝐵 ⇔ (𝐴−1 𝐴) 𝑋 = 𝐴−1 𝐵
                                 𝐼𝑋 = 𝐴−1 𝐵 ⇔ 𝑋 = 𝐴−1 𝐵

  Dengan demikian, SPL 𝑛 × 𝑛 akan mempunyai penyelesaian jika A dapat dibalik
  (mempunyai invers), dan tidak mempunyai penyelesaian jika A tidak dapat dibalik. Jadi,
  penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 dapat diperoleh dengan mengalikan invers matriks koefisien A
  dengan matriks konstanta B dari kiri.

  Sedangkan untuk mencari 𝐴−1 dapat digunakan metode OBE (eliminasi Gauss-Jordan)
  atau matriks adjoin yang sudah dipelajari pada pembahasan aljabar matriks dan
  determinan.

  Metode penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 dengan invers matriks koefisien ini akan cukup
  berbelit-belit jika digunakan pada matriks berukuran besar, khususnya penggunaan
  matriks adjoin dari A. Sedangkan metode OBE pada A memang jauh lebih efisien,
  namun kita masih harus mengalikan hasilnya dengan matriks B. Untuk itu akan dibahas
  suatu metode penyelesaian SPL yang jauh lebih efisien dan tidak terbatas hanya untuk
  SPL 𝑛 × 𝑛 saja, tapi juga dapat digunakan untuk menyelesaikan SPL 𝑚 × 𝑛.

5. Menyelesaikan SPL dengan Eliminasi Gauss
  Metode ini dilakukan dengan menerapkan OBE pada              𝐴|𝐵 agar A menjadi bentuk
  segitiga atas (eselon baris). Selain itu, OBE dapat terus dilanjutkan hingga A tereduksi
  menjadi I (eliminasi Gauss-Jordan).
  Jika A tereduksi menjadi bentuk segitiga atas, maka harus dilakukan substitusi balik
  untuk mendapatkan penyelesaian akhir. Jika A tereduksi menjadi I, maka matriks B
  yang juga berubah setelah diterapkan OBE yang sama, merupakan penyelesaian dari
  SPL tersebut.

                                               Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 20
Pada bagian ini hanya akan dibahas penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 dengan eliminasi Gauss.
Contoh 6 :
Misalkan suatu matriks diperbesar dari SPL 3 × 3 telah direduksi menjadi bentuk
segitiga atas, yang kemudian diubah kembali menjadi bentuk SPL :
                        3    2     1 1    3𝑥 1 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 1
                        0    1     −1 2 ⇔         𝑥2 − 𝑥 3 = 2
                        0    0     2 4                 2𝑥 3 = 4
Untuk menyelesaikan SPL tereduksi ini dapat digunakan substitusi balik (back-
substitution) mulai dari baris terbawah.
                                     2𝑥 3 = 4 ⇔ 𝑥 3 = 2
                                   𝑥2 − 2 = 2 ⇔ 𝑥2 = 4
                        3𝑥 1 + 2.4 + 2 = 1 ⇔ 𝑥 1 = −3
Jadi penyelesaian SPL di atas adalah (-3, 4, 2). ∎
Contoh 7 :
Selesaikan sistem berikut
                                  2𝑥 1 − 𝑥 2 + 3𝑥 3 − 2𝑥 4 = 1
                                          𝑥2 − 2𝑥 3 + 3𝑥 4 = 2
                                               4𝑥 3 + 3𝑥 4 = 3
                                                      4𝑥4 = 4
Dengan substitusi balik diperoleh penyelesaian (1, -1, 0, 1). ∎
Contoh 8 :
Selesaikan sistem berikut
                                       𝑥1 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 3
                                     3𝑥1 − 𝑥 2 − 3𝑥 3 = −1
                                     2𝑥1 + 3𝑥 2 + 𝑥3 = 4
Buatlah matriks diperbesar       𝐴|𝐵 kemudian lakukan OBE untuk mereduksinya.
      1 2        1 3 −3𝑏 1+𝑏 1 1 2
                         −2𝑏 1+𝑏 3
                                           1    3 𝑏 2−7𝑏 3 1 2        1    3
      3 −1 −3 −1                   0 −7 −6 −10              0 −7 −6 −10
      2 3        1 4               0 −1 −1 −2               0 0       1    4
Operasi baris di atas sudah menghasilkan bentuk segitiga atas, yang dapat dilanjutkan
dengan substitusi balik, atau meneruskan OBE hingga A tereduksi menjadi I, seperti
berikut ini :
                                          6𝑏 3+𝑏 2
                     1 2         1 3      −𝑏 3+𝑏 1
                                                     1   2    0 −1   −1 7 𝑏 2
                     0 -7        -6 -10              0   -7   0 14
                     0 0         1 4                 0   0    1 4




                                                Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 21
1   2   0 −1   −2𝑏 2 +𝑏 1   1     0     0 3        𝑥1 = 3
                     0   1   0 −2                0     1     0 −2 ⇒     𝑥 2 = −2
                     0   0   1 4                 0     0     1 4        𝑥3 = 4
  Jadi, penyelesaian SPL di atas adalah (3, -2, 4). ∎

6. Konsistensi SPL
  SPL yang mempunyai penyelesaian dinamakan SPL konsisten (consistent), sedangkan
  SPL yang tidak mempunyai penyelesaian dinamakan SPL tak-konsisten (inconsistent).
  SPL konsisten memiliki dua kemungkinan banyak penyelesaian, yaitu penyelesaian
  tunggal (satu penyelesaian) atau tak hingga banyaknya penyelesaian.

                                                 SPL


                         SPL Konsisten                     SPL Tak-Konsisten


                Satu                      Tak Hingga
             Penyelesaian                Penyelesaian


  SPL tak-konsisten umumnya dapat diketahui dari bentuk eselon baris matriks yang
  diperbesar [𝐴|𝐵]. Jika bentuk eselon barisnya mengandung baris berbentuk

                             0 0     0 …         0     𝑎    dengan 𝑎 ≠ 0

  maka sistem yang bersangkutan tak-konsisten.
  Sedangkan, jika bentuk eselon barisnya mengandung

                                      0 0        0 … 0 0

  maka SPL tersebut konsisten dengan tak-hingga banyaknya penyelesaian.
  Selain bentuk tersebut, ciri lain suatu SPL memiliki tak hingga penyelesaian adalah
  sistem tersebut kekurangan persamaan, sehingga kelebihan variabel (SPL                 𝑚× 𝑛
  dengan m < n). Banyak variabel melebihi persamaan dapat menyebabkan munculnya
  variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat dipenuhi oleh
  semua bilangan. Sedangkan variabel yang hanya dipenuhi oleh satu nilai disebut
  variabel utama. Variabel utama ditandai oleh 1 utama pada matriks tereduksinya.

  Konsistensi SPL biasanya tergantung pada banyak persamaan dan banyak variabel.
  Akan tetapi, hal ini harus tetap diselidiki dengan melihat bentuk eselon barisnya.




                                                     Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 22
a. SPL 𝑛 × 𝑛
  1. Jika bentuk eselon baris dari A pada    𝐴 𝐵 berbentuk segitiga atas, maka SPL
     mempunyai penyelesaian tunggal.
     Contoh 9 :
     Perhatikan kembali contoh, dengan substitusi balik diperoleh
                                3   2    1 1        𝑥1 = −3
                                0   1   −1 2 ⇔      𝑥2 = 4
                                0   0    2 4        𝑥3 = 2
     Jelaslah bahwa SPL mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu (-3, 4, 2). ∎

  2. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung
                           0    0   0 … 0     𝑎   dengan 𝑎 ≠ 0
     maka SPL tidak mempunyai penyelesaian.
     Contoh 10 :
                       1   1    0 3   𝑥1 + 𝑥2        =3
                       0   1    0 2 ⇔      𝑥2        =2
                       0   0    0 1           0. 𝑥 3 = 1
     Jelaslah bahwa tidak ada x 3 yang memenuhi, sehingga SPL tersebut tidak
     mempunyai penyelesaian. ∎

  3. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung
                                    0 0     0 …   0 0
     Maka SPL tersebut mempunyai tak-hingga penyelesaian.
     Contoh 11 :
                            1   1 0 3   𝑥1 + 𝑥2        =3
                            0   1 0 2 ⇔      𝑥2        =2
                            0   0 0 0           0. 𝑥 3 = 0
     Karena 0. 𝑥 3 = 0 ⇔ 𝑥 3 = semua bilangan. Untuk itu x 3 dimisalkan oleh suatu
     parameter yang menunjukkan bahwa nilainya tidak terbatas di himpunan bilangan
     real, misalnya 𝑥 3 = 𝑡. Jadi, SPL tersebut mempunyai banyak penyelesaian yaitu
      1, 2, 𝑡 dengan t adalah semua bilangan Real. ∎
b. Sistem Kekurangan Persamaan ( Underdetermined Systems)
  Sistem linear ini adalah SPL 𝑚 × 𝑛 dengan 𝑚 < 𝑛 (lebih banyak variabel daripada
  persamaan). SPL ini mempunyai dua kemungkinan, tak-konsisten, atau konsisten
  dengan tak terhingga banyaknya penyelesaian.



                                          Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 23
1. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung
                            0     0   0 … 0     𝑎   dengan 𝑎 ≠ 0
    maka SPL tidak mempunyai penyelesaian.
    Contoh 12 :
                   1    2   1 1   1 2         1 1   𝑥 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 1
                                →                 ⇒ 1
                   2    4   2 3   0 0         0 1       0𝑥 3 = 1
    Jelaslah bahwa tidak ada x 3 yang memenuhi, jadi SPL tersebut tidak mempunyai
    penyelesaian (tak-konsisten). ∎

  2. Jika tiap baris dari   𝐴 𝐵 tereduksi mempuyai 1 utama, maka pasti sistem
    memiliki sejumlah variabel bebas. Karena sistem hanya mempunyai m baris,
    maka matriks tereduksinya hanya mempunyai m buah 1 utama atau kurang dari
    itu. Ini berarti, hanya ada m buah (atau kurang) variabel utama, sisanya adalah
    variabel bebas. Sehingga penyelesaiannya menjadi tak terhingga.
    Contoh 13 :
            1 1     1   0   0 1   𝑥 1 + 𝑥 2 + 𝑥 3 = 1 ⇔ 𝑥 1 = −𝑥 2 − 𝑥 3 + 1
            0 0     0   1   0 2 ⇒                     𝑥4 = 2
            0 0     0   0   1 −1                    𝑥 5 = −1
    Karena hanya ada 3 persamaan, maka hanya ada 3 variabel utama yaitu x 1 , x3 ,
    dan x 5 . Sedangkan x 2 dan x 3 adalah variabel bebas (nilainya bebas / dapat
    dipenuhi oleh semua bilangan real). Jadi, SPL tersebut mempunyai tak hingga
    penyelesaian. Dengan memisalkan : x 2 = s dan x 3 = t, maka penyelesaiannya
    adalah : ([−𝑠 − 𝑡 + 1] , 2, −1) dengan 𝑠, 𝑡 ∈ 𝑅𝑒𝑎𝑙. ∎
c. Sistem Kelebihan Persamaan ( Overdetermined Systems)
  Sistem Linear ini adalah SPL        𝑚 × 𝑛 dengan 𝑚 > 𝑛 (lebih banyak persamaan
  daripada variabel). Bentuk eselon baris dari [𝐴|𝐵] akan selalu menghasilkan baris
  nol pada matriks tereduksi A.
  1. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung
                            0     0   0 … 0     𝑎   dengan 𝑎 ≠ 0
    maka SPL tidak mempunyai penyelesaian.
    Contoh 14 :
                                   1 1 1    1          1 1
                                   1 −1 3 → 0          1 −1
                                  −1 2 −2   0          0 1
    Baris terakhir menunjukkan bahwa sistem di atas adalah tak-konsisten. ∎


                                          Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 24
2. Jika banyak baris bukan nol sama dengan banyak persamaan (baris-baris bukan
        nol dari matriks tereduksi A membentuk sistem segitiga), maka SPL tersebut
        mempunyai penyelesaian tunggal.
        Contoh 15 :
                               1 2 1 1            𝑥1 = −3
                               0 1 2 0 ⇔          𝑥2 = 2
                               0 0 1 -1
                                                  𝑥 3 = −1
                               0 0 0 0
        Baris terakhir tidak mempengaruhi penyelesaian, dan baris-baris lainnya
        membentuk sistem segitiga. Sehingga SPL di atas mempunyai penyelesaian
        tunggal, yaitu (-3, 2, -1). ∎
     3. Jika banyak baris bukan nol kurang dari persamaan, maka SPL tersebut
        mempunyai tak terhingga banyaknya penyelesaian.
        Contoh 16:
                    1   2       1   1   1          2 1 1
                    2   −1      1   2 → 0          1 1/5 0   𝑥 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 1
                                                           ⇒ 1
                    4    3      3   4   0          0   0 0     𝑥 2 + 0,2𝑥 3 = 0
                    3    1      2   3   0          0   0 0
        Karena hanya ada dua buah 1 utama, maka hanya ada dua variabel utama yaitu x 1
        dan x 2 , sedangkan x 3 adalah variabel bebas. Dengan memisalkan x 3 = t kemudian
        melakukan substitusi balik diperoleh :
                                            𝑥 2 = −0,2𝑥 3 = −0,2𝑡
                                        𝑥 1 = 1 − 2𝑥 2 − 𝑥 3 = 1 − 0,6𝑡
        Sehingga penyelesaiannya adalah            1 − 0,6𝑡 , −0,2𝑡 , 𝑡 dengan 𝑡 ∈ 𝑅𝑒𝑎𝑙. ∎

7. Metode Cramer
  Salah satu metode penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 , khususnya jika telah diketahui SPL
  tersebut konsisten, adalah metode/aturan Cramer. Konsistensi SPL ini dapat diketahui
  dengan menghitung determinan matriks koefisiennya.
  Teorema : Aturan Cramer
  Jika AX = B adalah sistem yang terdiri atas n persamaan linear dan n buah variabel (SPL
  𝑛 × 𝑛) sehingga det(𝐴) ≠ 0, maka SPL tersebut mempunyai penyelesaian tunggal,
  yaitu :
                           det(𝐴1 )              det(𝐴2 )              det(𝐴 𝑛 )
                    𝑥1 =            ,     𝑥2 =            , …… , 𝑥 𝑛 =
                              𝐴                     𝐴                     𝐴



                                                   Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 25
Di mana 𝐴 𝑗 adalah matriks yang didapat dengan menggantikan entri-entri dalam kolom
  ke-j dari A dengan entri-entri dalam matriks B.
  Contoh 17 :
  Gunakanlah aturan Cramer untuk menyelesaikan
                                    𝑥1 +         2𝑥 3 = 6
                                  −3𝑥 1 + 4𝑥 2 + 6𝑥 3 = 30
                                  − 𝑥1 − 2𝑥 2 + 3𝑥 3 = 8
  Penyelesaian :
                               1 0 2                   6  0        2
                          𝐴 = −3 4 6             𝐴1 = 30 4         6
                              −1 −2 3                  8 −2        3
                               1 6 2                   1  0        6
                        𝐴2 = −3 30 6            𝐴3 = −3 4          30
                              −1 8 3                  −1 −2        8
  Maka,

         det(𝐴1 ) −40    10        det(𝐴2 ) 152 18          det(𝐴3 ) 72 38
  𝑥1 =           =    =−    ; 𝑥2 =         =    =    ; 𝑥3 =         =   =   ∎
            𝐴      44    11           𝐴      44   11           𝐴      44 11

Latihan 3
1. Carilah matriks yang diperbesar untuk setiap SPL berikut
          𝑥1 + 𝑥2 = 4                                     𝑥 1 − 2𝑥 2 = 0
  a.
          𝑥1 − 𝑥2 = 2                               e.   3𝑥1 + 4 𝑥2 = −1
            𝑥1 + 2𝑥 2 = 4                                 2𝑥 1 − 𝑥 2 = 3
  b.
          −2𝑥1 − 4𝑥 2 = 4                                 𝑥1         + 𝑥3 = 1
                                                    f.
          2𝑥 1 − 𝑥 2 = 3                                 −𝑥 1 + 2𝑥 2 − 𝑥 3 = 3
  c.
         −4𝑥 1 + 2𝑥 2 = −6                                    𝑥1 + 𝑥 3 = 1
          𝑥1 = 1                                    g.   2𝑥 2 − 𝑥 3 + 𝑥 5 = 2
  d.
          𝑥2 = 2                                          2𝑥 3 + 𝑥 4 = 3

2. Carilah sebuah SPL yang bersesuaian dengan setiap matriks diperbesar berikut.
         3 2 8                                           5    −2        1 3
  a.                                                e.
         1 5 7                                           2    3        −4 0
         1 −3 2                                          1  0 0
  b.
         0 2 6                                      f.    0 1 0
         2 1 4 −1                                        1 −1 1
  c.     4 −2 3 4                                        1 2 3 4 5
                                                    g.
         5 2 6 −1                                        5 4 3 2 1
         1 0 −1 2                                        1    0    0    0   1
  d.     2 1    1 3                                      0    1    0    0   2
                                                    h.
         0 −1 2 4                                        0    0    1    0   3
                                                         0    0    0    1   4

                                             Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 26
3. Gunakan substitusi balik untuk menyelesaikan masing- masing SPL berikut.
        𝑥 1 − 3𝑥 2 = 2
  a.
              2𝑥2 = 6
        𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 = 8
  b.        2𝑥2 + 𝑥 3 = 5
                 3𝑥 3 = 9
            𝑥 1 + 2𝑥 2 + 2𝑥 3 + 𝑥 4 = 5
                  3𝑥 2 + 𝑥 3 − 2𝑥 4 = 1
  c.
                      −𝑥3 + 2𝑥 4 = -1
                            4𝑥4 = 4
             𝑥1 + 𝑥 2 + 𝑥 3 + 𝑥 4 + 𝑥 5 = 5
                 2𝑥2 + 𝑥 3 − 2𝑥 4 + 𝑥 5 = 1
  d.                   4𝑥3 + 𝑥 4 − 2𝑥 5 = 1
                              𝑥 4 − 3𝑥 5 = 0
                                    2𝑥5 = 2
4. Misalkanlah bahwa matriks yang diperbesar untuk suatu SPL telah direduksi menjadi
  bentuk eselon baris tereduksi yang diberikan. Selesaikanlah sistem berikut.
        1    0   0   4                                   1 −3 0 2
  a.    0    1   0   3                              e.   0 0 1 −2
        0    0   1   2                                   0 0 0 0
        1    0   0   −2                                  0 1 0 2
  b.    0    1   0    5                             f.   0 0 1 −1
        0    0   1    3                                  0 0 0 0
        1    4   0   2                                   1 2 0 1 5
                                                    g.
  c.    0    0   1   3                                   0 0 0 3 4
        0    0   0   1                                   1 0 0 3 2
        1    2   0   0                              h.   0 1 0 −1 4
  d.    0    0   1   0                                   0 0 1 1 2
        0    0   0   1


5. Misalkanlah bahwa matriks yang diperbesar untuk suatu SPL telah direduksi menjadi
  bentuk eselon baris yang diberikan. Selesaikanlah sistem berikut.
        1    2 4                                          1   2   −4 2
  a.    0    1 3                                    d.    0   1   −2 −1
        0    0 1                                          0   0    1   2
        1    3 1                                          1   3   2 −2
  b.    0    1 −1                                   e.    0   0   1 4
        0    0 0                                          0   0   0 1
        1    −2 2 2                                       1   2   2 2
  c.    0     1 −1 3                                f.    0   1   3 3
        0     0   1 2                                     0   0   0 1



                                               Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 27
1 −2 2 2                                         1   1 0
  g.    0 1 −1 3                                    i.   0   1 0
        0 0        1 2                                   0   0 0
        1 −1 3 8                                         1   −2 4 1
   h.   0     1 2 7                                 j.   0    0 1 3
        0     0 1 2                                      0    0 0 0
        0     0 0 0
6. Selesaikan setiap sistem persamaan linear berikut.
        𝑥 1 − 2𝑥 2 = 5                                    2𝑥 1 + 𝑥 2 + 3𝑥 3 = 1
  a.
        3𝑥 1 + 𝑥 2 = 1                              e.   4𝑥1 + 3𝑥 2 + 5𝑥 3 = 1
        2𝑥 1 + 𝑥 2 = 8                                   6𝑥1 + 5𝑥 2 + 5𝑥 3 = −3
  b.
        4𝑥 1 − 3𝑥 2 = 6                                  3𝑥 1 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 0
        4𝑥 1 + 3𝑥 2 = 4                             f.   −2𝑥 1 + 𝑥 2 − 𝑥 3 = 2
  c.    2                                                2𝑥1 − 2𝑥 2 + 2𝑥 3 = −1
            𝑥 1 + 4𝑥 2 = 3
        3

          𝑥 1 + 2𝑥 2 − 𝑥 3 = 1
  d.     2𝑥 1 − 𝑥 2 + 𝑥 3 = 3
         𝑥 1 + 2𝑥 2 + 3𝑥 3 = 7
7. Untuk setiap SPL berikut, carilah penyelesaiannya (jika konsisten). Gunakanlah
  eliminasi Gauss dan substitusi balik, atau gunakan eliminasi Gauss-Jordan.
        𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3
  a.
        2𝑥 1 − 𝑥 2 = 9
        2𝑥 1 − 3𝑥 2 = 5
  b.
        −4𝑥 1 + 6𝑥 2 = 8
         𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3
  c.     2𝑥 1 + 𝑥 2 = 1
        −5𝑥1 + 8𝑥 2 = 4
        2𝑥1 − 3𝑥 2 = −2
  d.    2𝑥 1 + 𝑥 2 = 1
        3𝑥 1 + 2𝑥 2 = 1
         4𝑥 1 − 8𝑥 2 = 12
  e.     3𝑥 1 − 6𝑥 2 = 9
        −2𝑥1 + 4𝑥 2 = −6
         𝑥 1 + 2𝑥 2 − 3𝑥 3 + 𝑥 4 = 1
  f.     −𝑥 1 − 𝑥 2 + 4𝑥 3 − 𝑥 4 = 6
        −2𝑥1 − 4𝑥 2 + 7𝑥 3 − 𝑥 4 = 1
          𝑥1 + 3𝑥 2 + 𝑥 3 + 𝑥 4 = 3
  g.    2𝑥1 − 2𝑥 2 + 𝑥 3 + 2𝑥 4 = 8
         𝑥1 − 5𝑥 2        + 𝑥4 = 5




                                              Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 28

Contenu connexe

Tendances

Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks) Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks) syandika Rafina
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaranNia Matus
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerKelinci Coklat
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum Rossi Fauzi
 
Bab 7 integrasi numerik
Bab 7 integrasi numerikBab 7 integrasi numerik
Bab 7 integrasi numerikKelinci Coklat
 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Arvina Frida Karela
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Contoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel erna
Contoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel ernaContoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel erna
Contoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel ernaernajuliawati
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Mkls Rivership
 

Tendances (20)

Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks) Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks)
 
Irisan kerucut
Irisan kerucutIrisan kerucut
Irisan kerucut
 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
 
relasi himpunan
relasi himpunanrelasi himpunan
relasi himpunan
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
 
Teorema isomorfisma ring makalah
Teorema isomorfisma ring makalahTeorema isomorfisma ring makalah
Teorema isomorfisma ring makalah
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Bab 7 integrasi numerik
Bab 7 integrasi numerikBab 7 integrasi numerik
Bab 7 integrasi numerik
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Contoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel erna
Contoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel ernaContoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel erna
Contoh soal penyelsaian metode biseksi menggunakan excel erna
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 

En vedette

Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearSistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearAna Safrida
 
Sistem Persamaan Linear
 Sistem Persamaan Linear Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearRizky Wulansari
 
Aplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaianAplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaianSMKN 9 Bandung
 
Ppt cramer rules
Ppt cramer rulesPpt cramer rules
Ppt cramer rulesabbyieda
 
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenMenentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenBAIDILAH Baidilah
 
Sistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabelSistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabelRiya D'yaya
 
Rpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5 manisah
Rpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5   manisahRpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5   manisah
Rpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5 manisahMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
ALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIAN
ALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIANALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIAN
ALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIANFela Aziiza
 
matematik keputusan - pengaturcaraan linear
matematik keputusan - pengaturcaraan linearmatematik keputusan - pengaturcaraan linear
matematik keputusan - pengaturcaraan linearIfrahim jamil
 
Sifat sifat Determinan
Sifat sifat DeterminanSifat sifat Determinan
Sifat sifat Determinanbagus222
 
Peranan sektor luar negri pada perekonomian
Peranan sektor luar negri pada perekonomianPeranan sektor luar negri pada perekonomian
Peranan sektor luar negri pada perekonomianRosa Adelia
 
Kalkulus asas terbitan pertama
Kalkulus asas  terbitan pertamaKalkulus asas  terbitan pertama
Kalkulus asas terbitan pertamaAishah Ya'Acob
 
Kegiatan ekonomi antar negara
Kegiatan ekonomi antar negaraKegiatan ekonomi antar negara
Kegiatan ekonomi antar negaradaryono eska
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelradar radius
 
Aplikasi pembezaan assignment
Aplikasi pembezaan assignmentAplikasi pembezaan assignment
Aplikasi pembezaan assignmentMelvin Georage
 

En vedette (20)

Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearSistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan Linear
 
Sistem Persamaan Linear
 Sistem Persamaan Linear Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan Linear
 
Aplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaianAplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaian
 
Refleksi mte311o
Refleksi mte311oRefleksi mte311o
Refleksi mte311o
 
Ppt cramer rules
Ppt cramer rulesPpt cramer rules
Ppt cramer rules
 
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenMenentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
 
Sistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabelSistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabel
 
Rpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5 manisah
Rpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5   manisahRpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5   manisah
Rpp sistem persamaan linear 3 variabel sma n 5 manisah
 
ALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIAN
ALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIANALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIAN
ALJABAR LINEAR ELIMINASI GAUSSIAN
 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linear
 
Praktikum4 9
Praktikum4 9Praktikum4 9
Praktikum4 9
 
matematik keputusan - pengaturcaraan linear
matematik keputusan - pengaturcaraan linearmatematik keputusan - pengaturcaraan linear
matematik keputusan - pengaturcaraan linear
 
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
21377253 bab-iii-sistem-persamaan-linear
 
Sifat sifat Determinan
Sifat sifat DeterminanSifat sifat Determinan
Sifat sifat Determinan
 
Peranan sektor luar negri pada perekonomian
Peranan sektor luar negri pada perekonomianPeranan sektor luar negri pada perekonomian
Peranan sektor luar negri pada perekonomian
 
analisis input output
 analisis input output analisis input output
analisis input output
 
Kalkulus asas terbitan pertama
Kalkulus asas  terbitan pertamaKalkulus asas  terbitan pertama
Kalkulus asas terbitan pertama
 
Kegiatan ekonomi antar negara
Kegiatan ekonomi antar negaraKegiatan ekonomi antar negara
Kegiatan ekonomi antar negara
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
 
Aplikasi pembezaan assignment
Aplikasi pembezaan assignmentAplikasi pembezaan assignment
Aplikasi pembezaan assignment
 

Similaire à Sistem persamaan linear

PPT ALJBR MANTAP.pptx
PPT ALJBR MANTAP.pptxPPT ALJBR MANTAP.pptx
PPT ALJBR MANTAP.pptxpaijo63
 
2. Sistem Persamaan Linier.ppt
2. Sistem Persamaan Linier.ppt2. Sistem Persamaan Linier.ppt
2. Sistem Persamaan Linier.pptManjaSari1
 
Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)Dnr Creatives
 
PPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptx
PPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptxPPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptx
PPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptxFinaSari5
 
PPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptxPPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptxNurunNadia2
 
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxSTD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxrimanurmalasarispd
 
Sistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variableSistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variableMawar Defi Anggraini
 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenEman Mendrofa
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSuryatiSuryati30
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxfadhilahkhairunnisa8
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxDhiniMarliyanti3
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxchairilhidayat
 
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptxSTD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptxChristian227136
 

Similaire à Sistem persamaan linear (20)

PPT ALJBR MANTAP.pptx
PPT ALJBR MANTAP.pptxPPT ALJBR MANTAP.pptx
PPT ALJBR MANTAP.pptx
 
2. Sistem Persamaan Linier.ppt
2. Sistem Persamaan Linier.ppt2. Sistem Persamaan Linier.ppt
2. Sistem Persamaan Linier.ppt
 
Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)
 
Monomial Dan Polinomial
Monomial  Dan PolinomialMonomial  Dan Polinomial
Monomial Dan Polinomial
 
PPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptx
PPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptxPPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptx
PPT Ringkasan Materi Aljabar Linier.pptx
 
Materi Aljabar linear
Materi Aljabar linearMateri Aljabar linear
Materi Aljabar linear
 
PPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptxPPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptx
 
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxSTD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
 
Sistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variableSistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variable
 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
 
Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1
 
Pertemuan v sistem persamaan linier
Pertemuan v sistem persamaan linierPertemuan v sistem persamaan linier
Pertemuan v sistem persamaan linier
 
Persamaan linear
Persamaan linear Persamaan linear
Persamaan linear
 
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptxSTD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
 
3. sistem persamaan linier
3. sistem persamaan linier3. sistem persamaan linier
3. sistem persamaan linier
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
 

Plus de Khotibul Umam

Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptxSalinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptxKhotibul Umam
 
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkPanduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkKhotibul Umam
 
Skripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikanSkripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikanKhotibul Umam
 
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasalRpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasalKhotibul Umam
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Khotibul Umam
 

Plus de Khotibul Umam (8)

Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptxSalinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
Salinan dari (External) Berani Berinternet - Tanya Kalau Ragu .pptx
 
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkPanduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
 
Skripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikanSkripsi s1 pendidikan
Skripsi s1 pendidikan
 
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasalRpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
Rpp 7 pkwu kerajinan kls x gasal
 
Pelatihan excel
Pelatihan excelPelatihan excel
Pelatihan excel
 
Turunan
TurunanTurunan
Turunan
 
Penggunaan turunan
Penggunaan turunanPenggunaan turunan
Penggunaan turunan
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
 

Sistem persamaan linear

  • 1. SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) Salah satu masalah yang paling penting dalam matematika adalah menyelesaikan sistem persamaan linear. Lebih dari 75% dari semua masalah matematika yang dijumpai dalam aplikasi ilmiah maupun industri melibatkan penyelesaian sistem linear hingga tahap tertentu. Dengan menggunakan metode- metode matematika modern, sering kali kita dapat mereduksi suatu masalah yang rumit menjadi suatu sistem persamaan linear. Sistem-sistem linear muncul dalam penerapan bidang-bidang seperti perdagangan, ekonomi, sosiologi, ekologi, demografi, genetika, elektronika, teknik, kimia, dan fisika. 1. SPL dan Variabel SPL sudah diajarkan sejak pendidikan menengah, biasanya SPL sederhana yang dapat diselesaikan dengan metode dasar. Berikut akan diberikan contoh masalah sederhana yang dapat diselesaikan dengan SPL. Contoh 1 : Dua buah toko elektronik, toko I dan II, sama-sama membeli dari satu agen yang sama, dua merk notebook dengan tipe yang sama, sebut saja notebook A dan B. Toko I membeli 2 unit A dan 5 unit B seharga Rp 30.000.000,00. Toko II membeli 3 unit A dan 2 unit B seharga Rp 23.000.000,00. Berapa harga masing- masing notebook tersebut ? ∎ Untuk memudahkan perhitungan, nilai-nilai yang belum diketahui biasanya dimisalkan oleh huruf- huruf. Huruf- huruf inilah yang dalam matematika disebut sebagai variabel (peubah/pengganti). Misalnya, pada contoh di atas variabel yang digunakan adalah : harga notebook A = x harga notebook B = y Sehingga, permasalahan di atas dapat dibentuk dalam suatu model matematika yang disebut persamaan. 2 unit 𝐴 + 5 unit 𝐵 = 30 juta ⇔ 2𝑥 + 5𝑦 = 30 3 unit 𝐴 + 2 unit 𝐵 = 23 juta ⇔ 3𝑥 + 2𝑦 = 23 Karena kedua persamaan tersebut saling berkaitan membentuk suatu sistem, maka keseluruhannya dinamakan sistem persaman linear (SPL). Linear menunjukkan bahwa pangkat tertinggi variabelnya adalah 1. Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 17
  • 2. 2𝑥 + 5𝑦 = 30 𝑆𝑃𝐿 3𝑥 + 2𝑦 = 23 x dan y disebut variabel; 3, 2, dan 5 disebut koefisien dari x dan y, 30 dan 23 disebut konstanta. SPL di atas secara khusus disebut SPL 2 × 2 karena terdiri dari 2 persamaan dan 2 variabel. 2. Penyelesaian SPL dan Metode Dasar Penyelesaian SPL Penyelesaian atau solusi SPL adalah pasangan nilai- nilai dari variabel- variabel yang memenuhi semua persamaan dalam sistem. Perhatikan SPL pada contoh 1, x = 5 dan y = 4 memenuhi kedua persamaan. Jadi, (5, 4) adalah penyelesaian SPL tersebut. Selain (5, 4) bukanlah penyelesaian SPL, seperti : (10, 2) : penyelesaian untuk persamaan pertama saja (3, 7) : penyelesaian untuk persamaan ke dua saja Untuk mendapatkan (5, 4), metode paling dasar yang biasanya digunakan adalah metode eliminasi, substitusi, atau campuran. Dengan metode yang sama, SPL dengan persamaan dan variabel yang lebih banyak masih dapat dicari penyelesaiannya, namun memerlukan perhitungan yang jauh lebih panjang. SPL yang masih bisa dikerjakan dengan metode dasar tersebut biasanya SPL 3 × 3. Contoh 2 : 𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 9 2𝑥 + 4𝑦 − 3𝑧 = 1 3𝑥 + 6𝑦 − 5𝑧 = 0 Penyelesaian SPL di atas adalah x = 1, y = 2, dan z = 3, atau (1, 2, 3). ∎ Tidak semua SPL mempunyai penyelesaian. SPL yang mempunyai penyelesaian hanya memiliki dua kemungkinan, yaitu memiliki penyelesaian tungga l, atau tak hingga banyaknya penyelesaian. Pembahasan tentang ada tidaknya penyelesaian serta banyaknya penyelesaian SPL akan dibahas pada bagian akhir. Contoh 1 dan 2 merupakan SPL dengan penyelesaian tunggal. 3. Bentuk Umum SPL 𝑚 × 𝑛 SPL yang terdiri dari m buah persamaan dan n bilangan yang tidak diketahui (variabel), atau disebut SPL 𝑚 × 𝑛, dapat dituliskan sebagai Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 18
  • 3. 𝑎11 𝑥 1 + 𝑎12 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏1 𝑎21 𝑥 1 + 𝑎22 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏2 ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ 𝑎 𝑚1 𝑥 1 + 𝑎 𝑚2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎 𝑚𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏 𝑚 di mana 𝑥 1 , 𝑥 2 , … , 𝑥 𝑛 adalah bilangan-bilangan yang tidak diketahui (variabel) dan a dan b yang berindeks bawah menyatakan konstanta-konstanta. Karena dalam penulisan SPL, variabel- variabel harus dituliskan dalam urutan (orde) yang sama dalam setiap persamaan, maka suatu SPL dapat diubah menjadi persamaan matriks sebagai berikut : 𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑥1 𝑏1 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛 𝑥2 𝑏2 ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ = ⋮ 𝑎 𝑚1 𝑎 𝑚2 … 𝑎 𝑚𝑛 𝑥𝑛 𝑏𝑚 atau dapat ditulis sebagai 𝐴 𝑚 ×𝑛 𝑋 𝑛 = 𝐵 𝑚 𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛 Di mana 𝐴 𝑚 ×𝑛 = disebut matriks koefisien, dengan banyak ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ 𝑎 𝑚1 𝑎 𝑚2 … 𝑎 𝑚𝑛 persamaan sebagai baris (m) dan banyak variabel sebagai kolom (n). Contoh 3 : SPL dengan banyak persamaan = variabel (m = n) 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3 2𝑥 1 − 𝑥 2 = 9 Contoh 4 : SPL dengan banyak persamaan > variabel (m > n) 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3 2𝑥 1 + 𝑥 2 = 1 −5𝑥 1 + 8𝑥 2 = 4 Contoh 5 : SPL dengan banyak persamaan < variabel (m < n) 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 = 8 2𝑥 2 + 3𝑥 3 = 5 ∎ 4. SPL 𝑛 × 𝑛 SPL 𝑛 × 𝑛 adalah SPL yang terdiri atas n buah persamaan dan n buah variabel. 𝑎11 𝑥 1 + 𝑎12 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏1 𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑥1 𝑏1 𝑎21 𝑥 1 + 𝑎22 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏2 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛 𝑥2 𝑏2 ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ atau ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ = ⋮ 𝑎 𝑛1 𝑥 1 + 𝑎 𝑛2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎 𝑛𝑛 𝑥 𝑛 = 𝑏𝑛 𝑎 𝑛1 𝑎 𝑛2 … 𝑎 𝑛𝑛 𝑥𝑛 𝑏𝑛 Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 19
  • 4. SPL 𝑛 × 𝑛 dapat pula dituliskan ke dalam sebuah matriks gabungan antara matriks A dan B, yang disebut matriks yang diperbesar (augmented matrix) 𝐴|𝐵 , yaitu : 𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑏1 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛 𝑏2 𝐴|𝐵 = ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ 𝑎 𝑛1 𝑎 𝑛2 … 𝑎 𝑛𝑛 𝑏𝑛 Perhatikan kembali bentuk : 𝐴𝑋 = 𝐵 . Pada SPL 𝑛 × 𝑛, matriks koefisien A adalah sebuah matriks persegi-n. Sifat sebuah matriks persegi hanya ada dua kemungkinan, yaitu dapat dibalik/mempunyai invers dan tidak dapat dibalik/tidak mempunyai invers. Jika matriks A mempunyai invers 𝐴−1 , maka : 𝐴−1 (𝐴 𝑋) = 𝐴−1 𝐵 ⇔ (𝐴−1 𝐴) 𝑋 = 𝐴−1 𝐵 𝐼𝑋 = 𝐴−1 𝐵 ⇔ 𝑋 = 𝐴−1 𝐵 Dengan demikian, SPL 𝑛 × 𝑛 akan mempunyai penyelesaian jika A dapat dibalik (mempunyai invers), dan tidak mempunyai penyelesaian jika A tidak dapat dibalik. Jadi, penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 dapat diperoleh dengan mengalikan invers matriks koefisien A dengan matriks konstanta B dari kiri. Sedangkan untuk mencari 𝐴−1 dapat digunakan metode OBE (eliminasi Gauss-Jordan) atau matriks adjoin yang sudah dipelajari pada pembahasan aljabar matriks dan determinan. Metode penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 dengan invers matriks koefisien ini akan cukup berbelit-belit jika digunakan pada matriks berukuran besar, khususnya penggunaan matriks adjoin dari A. Sedangkan metode OBE pada A memang jauh lebih efisien, namun kita masih harus mengalikan hasilnya dengan matriks B. Untuk itu akan dibahas suatu metode penyelesaian SPL yang jauh lebih efisien dan tidak terbatas hanya untuk SPL 𝑛 × 𝑛 saja, tapi juga dapat digunakan untuk menyelesaikan SPL 𝑚 × 𝑛. 5. Menyelesaikan SPL dengan Eliminasi Gauss Metode ini dilakukan dengan menerapkan OBE pada 𝐴|𝐵 agar A menjadi bentuk segitiga atas (eselon baris). Selain itu, OBE dapat terus dilanjutkan hingga A tereduksi menjadi I (eliminasi Gauss-Jordan). Jika A tereduksi menjadi bentuk segitiga atas, maka harus dilakukan substitusi balik untuk mendapatkan penyelesaian akhir. Jika A tereduksi menjadi I, maka matriks B yang juga berubah setelah diterapkan OBE yang sama, merupakan penyelesaian dari SPL tersebut. Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 20
  • 5. Pada bagian ini hanya akan dibahas penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 dengan eliminasi Gauss. Contoh 6 : Misalkan suatu matriks diperbesar dari SPL 3 × 3 telah direduksi menjadi bentuk segitiga atas, yang kemudian diubah kembali menjadi bentuk SPL : 3 2 1 1 3𝑥 1 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 1 0 1 −1 2 ⇔ 𝑥2 − 𝑥 3 = 2 0 0 2 4 2𝑥 3 = 4 Untuk menyelesaikan SPL tereduksi ini dapat digunakan substitusi balik (back- substitution) mulai dari baris terbawah. 2𝑥 3 = 4 ⇔ 𝑥 3 = 2 𝑥2 − 2 = 2 ⇔ 𝑥2 = 4 3𝑥 1 + 2.4 + 2 = 1 ⇔ 𝑥 1 = −3 Jadi penyelesaian SPL di atas adalah (-3, 4, 2). ∎ Contoh 7 : Selesaikan sistem berikut 2𝑥 1 − 𝑥 2 + 3𝑥 3 − 2𝑥 4 = 1 𝑥2 − 2𝑥 3 + 3𝑥 4 = 2 4𝑥 3 + 3𝑥 4 = 3 4𝑥4 = 4 Dengan substitusi balik diperoleh penyelesaian (1, -1, 0, 1). ∎ Contoh 8 : Selesaikan sistem berikut 𝑥1 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 3 3𝑥1 − 𝑥 2 − 3𝑥 3 = −1 2𝑥1 + 3𝑥 2 + 𝑥3 = 4 Buatlah matriks diperbesar 𝐴|𝐵 kemudian lakukan OBE untuk mereduksinya. 1 2 1 3 −3𝑏 1+𝑏 1 1 2 −2𝑏 1+𝑏 3 1 3 𝑏 2−7𝑏 3 1 2 1 3 3 −1 −3 −1 0 −7 −6 −10 0 −7 −6 −10 2 3 1 4 0 −1 −1 −2 0 0 1 4 Operasi baris di atas sudah menghasilkan bentuk segitiga atas, yang dapat dilanjutkan dengan substitusi balik, atau meneruskan OBE hingga A tereduksi menjadi I, seperti berikut ini : 6𝑏 3+𝑏 2 1 2 1 3 −𝑏 3+𝑏 1 1 2 0 −1 −1 7 𝑏 2 0 -7 -6 -10 0 -7 0 14 0 0 1 4 0 0 1 4 Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 21
  • 6. 1 2 0 −1 −2𝑏 2 +𝑏 1 1 0 0 3 𝑥1 = 3 0 1 0 −2 0 1 0 −2 ⇒ 𝑥 2 = −2 0 0 1 4 0 0 1 4 𝑥3 = 4 Jadi, penyelesaian SPL di atas adalah (3, -2, 4). ∎ 6. Konsistensi SPL SPL yang mempunyai penyelesaian dinamakan SPL konsisten (consistent), sedangkan SPL yang tidak mempunyai penyelesaian dinamakan SPL tak-konsisten (inconsistent). SPL konsisten memiliki dua kemungkinan banyak penyelesaian, yaitu penyelesaian tunggal (satu penyelesaian) atau tak hingga banyaknya penyelesaian. SPL SPL Konsisten SPL Tak-Konsisten Satu Tak Hingga Penyelesaian Penyelesaian SPL tak-konsisten umumnya dapat diketahui dari bentuk eselon baris matriks yang diperbesar [𝐴|𝐵]. Jika bentuk eselon barisnya mengandung baris berbentuk 0 0 0 … 0 𝑎 dengan 𝑎 ≠ 0 maka sistem yang bersangkutan tak-konsisten. Sedangkan, jika bentuk eselon barisnya mengandung 0 0 0 … 0 0 maka SPL tersebut konsisten dengan tak-hingga banyaknya penyelesaian. Selain bentuk tersebut, ciri lain suatu SPL memiliki tak hingga penyelesaian adalah sistem tersebut kekurangan persamaan, sehingga kelebihan variabel (SPL 𝑚× 𝑛 dengan m < n). Banyak variabel melebihi persamaan dapat menyebabkan munculnya variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat dipenuhi oleh semua bilangan. Sedangkan variabel yang hanya dipenuhi oleh satu nilai disebut variabel utama. Variabel utama ditandai oleh 1 utama pada matriks tereduksinya. Konsistensi SPL biasanya tergantung pada banyak persamaan dan banyak variabel. Akan tetapi, hal ini harus tetap diselidiki dengan melihat bentuk eselon barisnya. Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 22
  • 7. a. SPL 𝑛 × 𝑛 1. Jika bentuk eselon baris dari A pada 𝐴 𝐵 berbentuk segitiga atas, maka SPL mempunyai penyelesaian tunggal. Contoh 9 : Perhatikan kembali contoh, dengan substitusi balik diperoleh 3 2 1 1 𝑥1 = −3 0 1 −1 2 ⇔ 𝑥2 = 4 0 0 2 4 𝑥3 = 2 Jelaslah bahwa SPL mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu (-3, 4, 2). ∎ 2. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung 0 0 0 … 0 𝑎 dengan 𝑎 ≠ 0 maka SPL tidak mempunyai penyelesaian. Contoh 10 : 1 1 0 3 𝑥1 + 𝑥2 =3 0 1 0 2 ⇔ 𝑥2 =2 0 0 0 1 0. 𝑥 3 = 1 Jelaslah bahwa tidak ada x 3 yang memenuhi, sehingga SPL tersebut tidak mempunyai penyelesaian. ∎ 3. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung 0 0 0 … 0 0 Maka SPL tersebut mempunyai tak-hingga penyelesaian. Contoh 11 : 1 1 0 3 𝑥1 + 𝑥2 =3 0 1 0 2 ⇔ 𝑥2 =2 0 0 0 0 0. 𝑥 3 = 0 Karena 0. 𝑥 3 = 0 ⇔ 𝑥 3 = semua bilangan. Untuk itu x 3 dimisalkan oleh suatu parameter yang menunjukkan bahwa nilainya tidak terbatas di himpunan bilangan real, misalnya 𝑥 3 = 𝑡. Jadi, SPL tersebut mempunyai banyak penyelesaian yaitu 1, 2, 𝑡 dengan t adalah semua bilangan Real. ∎ b. Sistem Kekurangan Persamaan ( Underdetermined Systems) Sistem linear ini adalah SPL 𝑚 × 𝑛 dengan 𝑚 < 𝑛 (lebih banyak variabel daripada persamaan). SPL ini mempunyai dua kemungkinan, tak-konsisten, atau konsisten dengan tak terhingga banyaknya penyelesaian. Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 23
  • 8. 1. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung 0 0 0 … 0 𝑎 dengan 𝑎 ≠ 0 maka SPL tidak mempunyai penyelesaian. Contoh 12 : 1 2 1 1 1 2 1 1 𝑥 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 1 → ⇒ 1 2 4 2 3 0 0 0 1 0𝑥 3 = 1 Jelaslah bahwa tidak ada x 3 yang memenuhi, jadi SPL tersebut tidak mempunyai penyelesaian (tak-konsisten). ∎ 2. Jika tiap baris dari 𝐴 𝐵 tereduksi mempuyai 1 utama, maka pasti sistem memiliki sejumlah variabel bebas. Karena sistem hanya mempunyai m baris, maka matriks tereduksinya hanya mempunyai m buah 1 utama atau kurang dari itu. Ini berarti, hanya ada m buah (atau kurang) variabel utama, sisanya adalah variabel bebas. Sehingga penyelesaiannya menjadi tak terhingga. Contoh 13 : 1 1 1 0 0 1 𝑥 1 + 𝑥 2 + 𝑥 3 = 1 ⇔ 𝑥 1 = −𝑥 2 − 𝑥 3 + 1 0 0 0 1 0 2 ⇒ 𝑥4 = 2 0 0 0 0 1 −1 𝑥 5 = −1 Karena hanya ada 3 persamaan, maka hanya ada 3 variabel utama yaitu x 1 , x3 , dan x 5 . Sedangkan x 2 dan x 3 adalah variabel bebas (nilainya bebas / dapat dipenuhi oleh semua bilangan real). Jadi, SPL tersebut mempunyai tak hingga penyelesaian. Dengan memisalkan : x 2 = s dan x 3 = t, maka penyelesaiannya adalah : ([−𝑠 − 𝑡 + 1] , 2, −1) dengan 𝑠, 𝑡 ∈ 𝑅𝑒𝑎𝑙. ∎ c. Sistem Kelebihan Persamaan ( Overdetermined Systems) Sistem Linear ini adalah SPL 𝑚 × 𝑛 dengan 𝑚 > 𝑛 (lebih banyak persamaan daripada variabel). Bentuk eselon baris dari [𝐴|𝐵] akan selalu menghasilkan baris nol pada matriks tereduksi A. 1. Jika bentuk eselon baris dari 𝐴 𝐵 mengandung 0 0 0 … 0 𝑎 dengan 𝑎 ≠ 0 maka SPL tidak mempunyai penyelesaian. Contoh 14 : 1 1 1 1 1 1 1 −1 3 → 0 1 −1 −1 2 −2 0 0 1 Baris terakhir menunjukkan bahwa sistem di atas adalah tak-konsisten. ∎ Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 24
  • 9. 2. Jika banyak baris bukan nol sama dengan banyak persamaan (baris-baris bukan nol dari matriks tereduksi A membentuk sistem segitiga), maka SPL tersebut mempunyai penyelesaian tunggal. Contoh 15 : 1 2 1 1 𝑥1 = −3 0 1 2 0 ⇔ 𝑥2 = 2 0 0 1 -1 𝑥 3 = −1 0 0 0 0 Baris terakhir tidak mempengaruhi penyelesaian, dan baris-baris lainnya membentuk sistem segitiga. Sehingga SPL di atas mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu (-3, 2, -1). ∎ 3. Jika banyak baris bukan nol kurang dari persamaan, maka SPL tersebut mempunyai tak terhingga banyaknya penyelesaian. Contoh 16: 1 2 1 1 1 2 1 1 2 −1 1 2 → 0 1 1/5 0 𝑥 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 1 ⇒ 1 4 3 3 4 0 0 0 0 𝑥 2 + 0,2𝑥 3 = 0 3 1 2 3 0 0 0 0 Karena hanya ada dua buah 1 utama, maka hanya ada dua variabel utama yaitu x 1 dan x 2 , sedangkan x 3 adalah variabel bebas. Dengan memisalkan x 3 = t kemudian melakukan substitusi balik diperoleh : 𝑥 2 = −0,2𝑥 3 = −0,2𝑡 𝑥 1 = 1 − 2𝑥 2 − 𝑥 3 = 1 − 0,6𝑡 Sehingga penyelesaiannya adalah 1 − 0,6𝑡 , −0,2𝑡 , 𝑡 dengan 𝑡 ∈ 𝑅𝑒𝑎𝑙. ∎ 7. Metode Cramer Salah satu metode penyelesaian SPL 𝑛 × 𝑛 , khususnya jika telah diketahui SPL tersebut konsisten, adalah metode/aturan Cramer. Konsistensi SPL ini dapat diketahui dengan menghitung determinan matriks koefisiennya. Teorema : Aturan Cramer Jika AX = B adalah sistem yang terdiri atas n persamaan linear dan n buah variabel (SPL 𝑛 × 𝑛) sehingga det(𝐴) ≠ 0, maka SPL tersebut mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu : det(𝐴1 ) det(𝐴2 ) det(𝐴 𝑛 ) 𝑥1 = , 𝑥2 = , …… , 𝑥 𝑛 = 𝐴 𝐴 𝐴 Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 25
  • 10. Di mana 𝐴 𝑗 adalah matriks yang didapat dengan menggantikan entri-entri dalam kolom ke-j dari A dengan entri-entri dalam matriks B. Contoh 17 : Gunakanlah aturan Cramer untuk menyelesaikan 𝑥1 + 2𝑥 3 = 6 −3𝑥 1 + 4𝑥 2 + 6𝑥 3 = 30 − 𝑥1 − 2𝑥 2 + 3𝑥 3 = 8 Penyelesaian : 1 0 2 6 0 2 𝐴 = −3 4 6 𝐴1 = 30 4 6 −1 −2 3 8 −2 3 1 6 2 1 0 6 𝐴2 = −3 30 6 𝐴3 = −3 4 30 −1 8 3 −1 −2 8 Maka, det(𝐴1 ) −40 10 det(𝐴2 ) 152 18 det(𝐴3 ) 72 38 𝑥1 = = =− ; 𝑥2 = = = ; 𝑥3 = = = ∎ 𝐴 44 11 𝐴 44 11 𝐴 44 11 Latihan 3 1. Carilah matriks yang diperbesar untuk setiap SPL berikut 𝑥1 + 𝑥2 = 4 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 0 a. 𝑥1 − 𝑥2 = 2 e. 3𝑥1 + 4 𝑥2 = −1 𝑥1 + 2𝑥 2 = 4 2𝑥 1 − 𝑥 2 = 3 b. −2𝑥1 − 4𝑥 2 = 4 𝑥1 + 𝑥3 = 1 f. 2𝑥 1 − 𝑥 2 = 3 −𝑥 1 + 2𝑥 2 − 𝑥 3 = 3 c. −4𝑥 1 + 2𝑥 2 = −6 𝑥1 + 𝑥 3 = 1 𝑥1 = 1 g. 2𝑥 2 − 𝑥 3 + 𝑥 5 = 2 d. 𝑥2 = 2 2𝑥 3 + 𝑥 4 = 3 2. Carilah sebuah SPL yang bersesuaian dengan setiap matriks diperbesar berikut. 3 2 8 5 −2 1 3 a. e. 1 5 7 2 3 −4 0 1 −3 2 1 0 0 b. 0 2 6 f. 0 1 0 2 1 4 −1 1 −1 1 c. 4 −2 3 4 1 2 3 4 5 g. 5 2 6 −1 5 4 3 2 1 1 0 −1 2 1 0 0 0 1 d. 2 1 1 3 0 1 0 0 2 h. 0 −1 2 4 0 0 1 0 3 0 0 0 1 4 Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 26
  • 11. 3. Gunakan substitusi balik untuk menyelesaikan masing- masing SPL berikut. 𝑥 1 − 3𝑥 2 = 2 a. 2𝑥2 = 6 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 = 8 b. 2𝑥2 + 𝑥 3 = 5 3𝑥 3 = 9 𝑥 1 + 2𝑥 2 + 2𝑥 3 + 𝑥 4 = 5 3𝑥 2 + 𝑥 3 − 2𝑥 4 = 1 c. −𝑥3 + 2𝑥 4 = -1 4𝑥4 = 4 𝑥1 + 𝑥 2 + 𝑥 3 + 𝑥 4 + 𝑥 5 = 5 2𝑥2 + 𝑥 3 − 2𝑥 4 + 𝑥 5 = 1 d. 4𝑥3 + 𝑥 4 − 2𝑥 5 = 1 𝑥 4 − 3𝑥 5 = 0 2𝑥5 = 2 4. Misalkanlah bahwa matriks yang diperbesar untuk suatu SPL telah direduksi menjadi bentuk eselon baris tereduksi yang diberikan. Selesaikanlah sistem berikut. 1 0 0 4 1 −3 0 2 a. 0 1 0 3 e. 0 0 1 −2 0 0 1 2 0 0 0 0 1 0 0 −2 0 1 0 2 b. 0 1 0 5 f. 0 0 1 −1 0 0 1 3 0 0 0 0 1 4 0 2 1 2 0 1 5 g. c. 0 0 1 3 0 0 0 3 4 0 0 0 1 1 0 0 3 2 1 2 0 0 h. 0 1 0 −1 4 d. 0 0 1 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 5. Misalkanlah bahwa matriks yang diperbesar untuk suatu SPL telah direduksi menjadi bentuk eselon baris yang diberikan. Selesaikanlah sistem berikut. 1 2 4 1 2 −4 2 a. 0 1 3 d. 0 1 −2 −1 0 0 1 0 0 1 2 1 3 1 1 3 2 −2 b. 0 1 −1 e. 0 0 1 4 0 0 0 0 0 0 1 1 −2 2 2 1 2 2 2 c. 0 1 −1 3 f. 0 1 3 3 0 0 1 2 0 0 0 1 Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 27
  • 12. 1 −2 2 2 1 1 0 g. 0 1 −1 3 i. 0 1 0 0 0 1 2 0 0 0 1 −1 3 8 1 −2 4 1 h. 0 1 2 7 j. 0 0 1 3 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6. Selesaikan setiap sistem persamaan linear berikut. 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 5 2𝑥 1 + 𝑥 2 + 3𝑥 3 = 1 a. 3𝑥 1 + 𝑥 2 = 1 e. 4𝑥1 + 3𝑥 2 + 5𝑥 3 = 1 2𝑥 1 + 𝑥 2 = 8 6𝑥1 + 5𝑥 2 + 5𝑥 3 = −3 b. 4𝑥 1 − 3𝑥 2 = 6 3𝑥 1 + 2𝑥 2 + 𝑥 3 = 0 4𝑥 1 + 3𝑥 2 = 4 f. −2𝑥 1 + 𝑥 2 − 𝑥 3 = 2 c. 2 2𝑥1 − 2𝑥 2 + 2𝑥 3 = −1 𝑥 1 + 4𝑥 2 = 3 3 𝑥 1 + 2𝑥 2 − 𝑥 3 = 1 d. 2𝑥 1 − 𝑥 2 + 𝑥 3 = 3 𝑥 1 + 2𝑥 2 + 3𝑥 3 = 7 7. Untuk setiap SPL berikut, carilah penyelesaiannya (jika konsisten). Gunakanlah eliminasi Gauss dan substitusi balik, atau gunakan eliminasi Gauss-Jordan. 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3 a. 2𝑥 1 − 𝑥 2 = 9 2𝑥 1 − 3𝑥 2 = 5 b. −4𝑥 1 + 6𝑥 2 = 8 𝑥 1 − 2𝑥 2 = 3 c. 2𝑥 1 + 𝑥 2 = 1 −5𝑥1 + 8𝑥 2 = 4 2𝑥1 − 3𝑥 2 = −2 d. 2𝑥 1 + 𝑥 2 = 1 3𝑥 1 + 2𝑥 2 = 1 4𝑥 1 − 8𝑥 2 = 12 e. 3𝑥 1 − 6𝑥 2 = 9 −2𝑥1 + 4𝑥 2 = −6 𝑥 1 + 2𝑥 2 − 3𝑥 3 + 𝑥 4 = 1 f. −𝑥 1 − 𝑥 2 + 4𝑥 3 − 𝑥 4 = 6 −2𝑥1 − 4𝑥 2 + 7𝑥 3 − 𝑥 4 = 1 𝑥1 + 3𝑥 2 + 𝑥 3 + 𝑥 4 = 3 g. 2𝑥1 − 2𝑥 2 + 𝑥 3 + 2𝑥 4 = 8 𝑥1 − 5𝑥 2 + 𝑥4 = 5 Sistem Persamaan Linear/rHn_copyright | 28