Dokumen tersebut membahas tentang teori asal usul manusia di Indonesia, khususnya mengenai kedatangan Proto-Melayu dan Deutro-Melayu. Proto-Melayu tiba lebih dulu pada zaman Neolitikum dan Deutro-Melayu tiba kemudian pada zaman perunggu, membawa kebudayaan Dongson dari Tiongkok Selatan. Kedua kelompok ini merupakan leluhur bangsa Indonesia yang bermigrasi dari daratan Asia ke berbagai pulau di Indonesia.
2. Tujuan Pembelajaran
• Melalui tayangan power point peserta didik
mampu menjelaskan pengertian asal daerah
nenek moyang bangsa Indonesia
• Peserta didik mampu menganalisis migrasi dan
penyebaran ras asal usul nenek moyang bangsa
Indonesia
• Melalui studi pustaka peserta didik dapat
menganalisis keterkaitan antara rumpun bangsa
Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid dengan
asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
3. Perhatikan istilah dibawah ini !
Ras adalah golongan masyarakat luas yang terdiri dari
berbagai rumpun, misalnya ras Kaukasoid yang
menurunkan beberapa rumpun bangsa
Rumpun adalah golongan besar dari bangsa-bangsa yang
sama asalnya, misalnya rumpun Melayu
Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasa terikat
karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti
umum dan menempati wilayah tertentu, misalnya
India, Cina, atau Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku
Suku (atau suku-bangsa) adalah kesatuan sosial yang
disatukan oleh identitas kebudayaan, khususnya dari
identitas bahasa, misalnya Dayak di Kalimantan atau Dani
di Papua
4. Teori Asal Usul Manusia Praaksara di
Indonesia
• Teori Afrika
• Teori Yunan
• Teori Nusantara
5. Prof. Dr. H. Kern
Ilmuwan asal Belanda
Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia
menggunakan perahu-perahu bercadik menuju
kepulauan Indonesia.
Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan
nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa
dengan di Indonesia, misalnya kata “kampong” yang
banyak digunakan sebagai kata tempat di Kamboja.
Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat
perang pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini
disangkal oleh K. Himly dan P. W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa
6. Van Heine
Mengatakan bahwa sejak 2000 SM yang bersamaan
dengan zaman Neolitikum sampai dengan tahun 500
SM yang bersamaan dengan zaman perunggu
mengalirlah gelombang perpindahan penduduk dari
Asia ke pulau-pulau sebelah selatan daratan Asia ke
Indonesia.
Sekitar tahun 1500 SM, mereka terdesak dari Campa
kemudian pindah ke Kampuchea dan melanjutkan
perjalanan ke Semenanjung Malaka.
Sementara itu, bangsa yang lainnya masuk ke pulau-
pulau di sebelah selatan Asia tersebut,yakni
Austronesia (austro artinya selatan, nesos artinya
pulau)
7. Bangsa yang mendiami daerah Austronesia disebut
bangsa Austronesia
Bangsa Austronesia mendiami daerah sangat
luas, meliputi pulau-pulau yang membentang dari
Madagaskar (sebelah barat) sampai Pulau Paskah
(sebelah timur) dan Taiwan (sebelah utara) sampai
Selandia Baru (sebelah selatan).
Pendapat Van Heine Geldern ini diperkuat dengan
penemuan peralatan manusia purba berupa beliung
batu yang berbentuk persegi di
Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi di bagian
barat. Beliung seperti itu juga banyak ditemukan di
Asia, yakni di Malaysia, Birma
(Myanmar), Vietnam, Kampuchea, dan terutama di
daerah Yunan (daerah Cina Selatan).
12. Drs. Moh. Ali
Menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah
Yunan, China
Mengemukakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari
hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan
mereka berdatangan secara bergelombang
Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM
(Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1.500
hingga 500 SM (Deutro Melayu).
Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum
dengan jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang
kedua menggunakan perahu bercadik-dua.
13. Gelombang kedua ……………………(lanjutan)
Perpindahan penduduk pada gelombang ke-2 terjadi
sekitar 500 SM bersamaan dengan zaman perunggu.
Perpindahan ini membawa kebudayaan perunggu, seperti
kapak sepatu dan nekara atau genderang yang berasal dari
daerah Dongson sehingga disebut kebudayaan Dongson.
Pendukung kebudayaan Dongson adalah orang-orang
Austronesia yang tinggal di pulau-pulau di Benua Asia dan
Australia.
Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah
Yunan di sekitar hulu Sungai Salween dan Sungai Mekong
yang tanahnya subur sehingga mereka pandai bercocok
tanam, berlayar, dan berdagang.
14. Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah
Nusantara dan kemudian menetap di Nusantara
tersebut mendapat sebutan bangsa Melayu
Austronesia atau bangsa Melayu Indonesia.
Mereka yang masuk ke daerah Aceh menjadi suku
Aceh, yang masuk ke daerah Kalimantan disebut
suku Dayak, yang ke Jawa Barat disebut suku
Sunda, yang masuk ke Sulawesi disebut suku Bugis
dan Tanah Toraja, dan mereka yang masuk ke daerah
Jambi disebut suku Kubu (Lubu).
17. Bangsa Melayu
Ada pendapat yang menyatakan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang
Melayu.
Bangsa Melayu ini telah mendiami Indonesia
bagian barat dan Semenanjung Melayu
(Malaysia) sejak dulu.
Para ahli membagi 2 bangsa Melayu ini:
Proto Melayu atau Melayu Tua
Deutro Melayu atau Melayu Muda
18. Melayu Tua (Proto Melayu)
Keturunan Proto Melayu ini sampai kini masih
berdiam di Indonesia bagian timur, seperti di Dayak,
Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua
Sementaraitu, bangsa kulit hitam (Ras Negrito) yang
tidak mau bercampur dengan bangsa Proto Melayu
lalu berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil
agar terhindar dari pertemuan dengan suku atau
bangsa lain yang mereka anggap sebagai “peganggu”.
Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat
meski populasinya sedikit, antara lain orang Sakai di
Siak, orang Kubu di Palembang, dan orang Semang di
Malaka.
19. Orang Mentawai
di Pulau Siberut,
Kepulauan Mentawai,
sebelah selatan
Sumatera. Diduga orang
Mentawai dan Nias
merupakan
penduduk yang lebih
dahulu mendiami wilayah
Indonesia dibanding
masyarakat
Indonesia lain.
20. Melayu Muda (Deutro Melayu)
Kebudayaan mereka lebih maju daripada bangsa Proto
Melayu. Mereka telah pandai membuat benda-benda logam
(perunggu).
Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat besi.
Kebudayaan Melayu Muda ini sering disebut kebudayaan
Dong Son.
Nama Dong Son ini disesuaikan dengan nama daerah di
sekitar Teluk Tonkin (Vietnam) yang banyak ditemukan benda-
benda peninggalan dari logam. Daerah Dong Son ini ditafsir
sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum pergi
menuju Indonesia.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia
di antaranya adalah kapak corong (kapak sepatu), nekara, dan
bejana perunggu.
21. Melayu Muda (Deutro Melayu)
Benda-benda logam ini umumnya terbuat dari tuangan
(cetakan).
Keturunan bangsa Deutro Melayu ini selanjutnya
berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya
Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dll.
Kern menyimpulkan hasil penelitian bahasa yang
tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal
dari bahasa Austronesia
Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah
Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh,
Batak, Minangkabau, dll merupakan akibat dari keadaan
alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan
selat.
22. Melayu Muda (Deutro Melayu)
Di samping dipisahkan oleh selat dan samudera, perbedaan
bahasa pun disebabkan karena setiap pulau di Indonesia
memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda.
Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini sama, namun
setelah menetap di tempat masing-masing mereka pun
mengembangkan bahasa tersendiri.
Kosakata yang dulu dipakai dan masih diingat tetap
digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda yang
baru dilihat di tempat tinggal yang baru (Indonesia) mereka
membuat kata-kata mereka sendiri.
Jadi, jangan heran, bila ada sejumlah kata yang terkadang
sama bunyinya di antara dua suku namun memiliki arti yang
berbeda sama sekali, tak ada hubungan.
23. Melayu Muda (Deutro Melayu)
Ada pula kata yang memiliki arti yang masih berhubungan
meski tak identik,seperti kata “awak”. Kata awak bagi orang
Minang berarti “saya”,sedangkan menurut orang Sunda
berarti “badan”.
Selanjutnya, bangsa Melayu Muda inilah yang berhasil
mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih maju
daripada bangsa Proto Melayu dan bangsa Negrito yang
menjadi penduduk di pedalaman.
Hingga sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan Negrito
masih bermasyarakat secara sederhana, mengikuti pola nenek
moyang mereka, dan kurang bersentuhan dengan budaya luar
seperti India, Islam, dan Eropa. Sedangkan bangsaDeutero
Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan Hindu,
Budha, Islam, dan Barat.