Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
TANAMAN SAWITUMBUH
1. TINJAUAN PUSTAKA
Syarat tumbuh tanaman sawi
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena
Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan diIndonesia ini.Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah
mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.
Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100
meter sampai 500 meter dpl.Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga
dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan
adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan.Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6
sampai pH 7 (Anonimous , 2007)
Sawi merupakan tanaman semusim. Bentuknya yang hampir menyerupai
caisim. Sawi dan cisim kadang sukar dibedakan, sawi berdaun lonjong, halus
tidak berbulu dan tidak berkrop. Kedua jenis sayuran itu dapat disilangkan
Universitas Sumatera Utara
2. (kawin silang ). Tanaman Sawi mempunyai batang pendek dan lebih langsing dari
pada petsai. Urat daun utama lebih sempit dari pada petsai tetapi daunya lebih liat.
Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar
membentuk Krop. Tanaman ini mempunyai akar tunggang dan akar sampimg
yang banyak tetapi dangkal . Bunganya mirip petasi tetapi rangkaian tandan lebih
pendek . Ukuran kuantum bunganya lebih kecil dengan warna pucat yang spsifik.
Ukuran bijinya kecil dan berwarna hitam kecoklatan . Bijinya terdapat dalam
kedua dinding sekat polong yang lebih gemuk . Hampir setiap orang gemar sawi
karena rasanya segar (enak) dan banyak mengandung vitamin A. vitamin B , dan
sedikit vitamin C, namun daun sawi rasanya agak pahit (Sunarjono, 2004).
Brassica juncea tampaknya berasal dari wilayah tengah asia dekat kaki
pegunungan himalaya. Migrasi terjadi kepusat domestika sekunder di India
wilayah tengah dan barat cina dan wilayah kaukasus. Catatan dalam bahasa
sansekerta menunjukan bahwa tanaman ini ditanam sejak tahun 3000 SM.
Tanaman setahun yang menyerbuk sendiri ini, umumnya tahan terhadap suhu
rendah juga dikenal sebagai sawi India , sawi coklat atau sawi kuning. Klasifikasi
anggota barassica juncea amat membingungkan karena terdapat berbagai bentuk
yang berbeda karena beberapa jenis kadang-kadang disebut sebagai sawi cina atau
sawi Oriental (Vincent, 1998)
Sifat dan Ciri umum Tanah Ultisol
Kata ultisol berasal dari bahas latin Ultimus, yang berarti terakhir, atau
dalam hal ultisol tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh luar
yang terakhir yaitu pencuciaan. Ultisol memiliki horison argilik dengan
kejenuhan basa yang rendah, yang kurang dari 35%. Biasanya terdapat
Universitas Sumatera Utara
3. Alumunium yang dapat dipertukarkan dalam jumlah yang tinggi. Pada umumnya,
Ultisol memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah untuk tanaman pangan
(Foth, 1994).
Ultisol hanya ditemukan di daerah- daerah dengan suhu tanah rata-rata
lebih dari 80C. Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan
kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan
tanah kurang dari 35%. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di
Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini
merupakan bagian yang terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum
pergunakan untuk pertaniaan. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah
perluasaan areal pertaniaan dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar
merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah
reaksi masam , kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan
menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan
pemupukan ( Hardjowigeno , 1993).
Tanah Ultisol mempunyai karakteristik translokasi liat, tetapi juga
perlindian yang intensif. Ultisol mengandung air tetapi sedikit basa, tanpa
pemupukan dapat digunakan dengan sistem ladang berpindah (hifting cultivation),
akan tetapi karena relative panas dan lengas, tanah ini dapat ditingkatkan
produktivitasnya dengan pemupukan (Darmawijaya, 1992).
Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temperete sampai
tropika ,mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat
tebal (fanning dan fanning, 1989). Dalam legen of soil yang disusun oleh FAO,
Universitas Sumatera Utara
4. ultisol mencakup sebagian tanah laterik serta sebagian besar tanah podsolik,
terutama tanah podsolik merah kuning (Munir, 1995).
Menurut Mohr dan Van Baren (1972 ) dalam Munir (1996), komponen
kimia memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Kemasaman : kurang dari 5,5
- BO : rendah sampai sedang
- Kejenuhan Basa : kurang dari 35%
- KTK : Kurang dari 24me per 100g liat
- Nutrisi : rendah
Sifat Kimia Tanah
Kemasaman tanah (pH Tanah)
Kemasaman tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan
tanaman melalaui dua cara :
1) Pengaruh langsung ion hydrogen ; atau
2) Pengaruh tidak langsung, yaitu terhadap tersedianya unsur hara termasuk
yang tidak beracun
(Indranada, 1993).
Kandungan bahan organik tanah Ultisol rendah, demikian juga penjenuhan
basa dan pH juga rendah (pH kurang dari 5,5). Penjenuhan basa pada jenis tanah
ini yaitu sekitar 35%. Kapasitas Tukar Kation pada tanah Ultisol yaitu kurang dari
24 me/100 liat sedangkan nutrisi pada tanah ini rendah (Darmawijaya, 1992).
Universitas Sumatera Utara
5. Tanah ultisol adalah tanah yang telah mengalami pelapukan yang banyak
mengandung liat oksidasi hidrous Fe dan Al dalam jumlah tinggi. Liat bereaksi
cepat dengan pembentuk sederetan Phidroksida yang sukar larut sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Ultisol biasanya mempunyai kandungan fosfor yang
rendah, dengan nilai yang umumnya di bawah 200 ppm (Sanchez, 1992).
C-Organik
Karbon merupakan bahan organik yang utama. Karbon ditangkap tanaman
berasal dari CO2 udara. Bahan organik di dekomposisikan menghasilkan air dan
CO2 sejumlah kecil CO2 bereaksi dalam tanah membentuk asam karbonat Ca, Mg,
K karbonat atau bikarbonat. Garam-garam ini mudah larut dan hilang atau diserap
ke dalam tanaman (Hakim, dkk., 1986).
Kandungan karbon dalam humus kurang beraneka dan dianggab sebesar
58% dengan mengasumsikan kandungan 58%, kandungan bahan organik dapat
dihitung dengan mengalih persentase karbon dengan 1,724 (Foth, 1994).
Nitrogen
Nitrogen yang merupakan unsur yang utama untuk tanaman tidak terdapat
pada batuan-batuan dan hanya berasal dari bahan organik, jadi erat hubungannya
dengan bahan organik tanah. Kadar N dalam tanah berkisar antara 0,05-0,25% ,N
dalam tanaman berbentuk protein sedang non-organik pada tanah adalah NH4
pada kompleks atau larutan tanah dan NO3 pada larutan tanah berupa garam atau
keadaan bebas. Banyak faktor yang menyebabkan penambahan/pengurangan N
pada tanaman. Penambahan N antara lain oleh pupuk, air hujan, bahan organik,
fiksasi N sedangkan kehilangaannya oleh absorpsi oleh tanaman, pencucian,
penguapan/denitrifikasi (Simatupang, 1970)
Universitas Sumatera Utara
6. Anasir hara (N) diserap perakaran tanaman dalam bentuk anion nitrat
(NO3), kation amonium (NH4) dan bahan lebih kompleks seperti asam amino larut
air dan asam nukleik. Tanaman lahan pertanian lebih banyak menyerap N dalam
bentuk anion nitrat karena perubahan bentuk N-NH4 menjadi N-NO3 telah terjadi
dalam tanah. Semua bentuk ion yang diserap akar tanaman akan diubah menjadi
bentuk NH2. Jika perakaran menyerap N- nitrat, senyawa ini segera mereduksinya
menjadi amonium dengan melibatkan enzim yang mengandung molibdenum
(poerwowidodo, 1993).
Kadar Bahan Organik
Bahan organik adalah semua sisa jasad hidup dalam tanah, baik yang
masih segar maupun yang telah terdekomposisi, senyawa sederhana maupun
kompleks. Ini termasuk akar tanaman, sisa tanaman dan hewan dalam semua
tingkat dekomposisi, humus, mikrobia dan beberapa senyawa organik
(Kohnke, 1968).
Faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas ultisol ini adalah:
(1) konsentrasi alumunium, dan mangan yang tinggi, (2) kekahatan kalsium,
(3) daya fiksasi fosfor, sulfur, dan molibdenum tinggi, Kandungan bahan organik
yang rendah sehingga daya menahan air menjadi rendah, stabilitas agregat tanah
rendah dan bobot isi tanah tinggi serta kandungan liat yang tinggi akan terjadi
proses pemadatan tanah yang cepat yanag sangat berpengaruh terhadap
perkembangan akar tanaman (Thamrin, 2000).
Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah dan
merupakan zat perekat yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat
mengurangi permeabilitas tanah pasir. Pada peruraian bahan organik selain
Universitas Sumatera Utara
7. dihasilkan humus, juga dihasilkan karbondioksida, air dan unsur hara. Penguraian
bahan organik menjadi senyawa-senyawa anorganik disebut mineralisasi, dimana
selama proses juga dihasilkan unsur hara yang langsung dapat dipergunakan
tanaman (Tjwan, 1965).
Penambahan bahan organik dan kapur akan meningkatkan kandungan
P-tersedia dalam tanah . Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh langsung dari
pupuk kandang dan kapur serta pengaruh tidak langsung dari pupuk kandang dan
kapur serta pengaruh tidak langsung terjadi karena proses dekomposisi bahan
organik yang menghasilkan asam-asam organik mampu menon-aktifkan
anion-anion pengikat fosfat yaitu Al dan Fe yang membentuk senyawa logam
organik, sedangkan pengaruh secara langsung karena bahan organik merupakan
sumber P dan S yang tersedia bagi tanaman (Miller dan Donahue, 1990).
Adapun penambahan bahan organik kedalam ultisol, dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah secara simultan. Sutedjo et all
(1991) merinci pengaruh pemberian bahan organik ke dalam tanah sebagai
berikut, yaitu pengaruh-pengaruh fisik yang terhadap keadaan biologi tanah.
Dengan pengaruh–pengaruh ini struktur tanah menjadi lebih baik, aerasi menjadi
lebih baik, mempunyai efek pengikat yang baik atas partikel-partikel tanah.
Kapasitas menahan airnya meningkatkan daya sanggah tanah,
mencegah meningkatnya kemasaman dan alkalinitas yang terlalu tinggi
(Sutedjo et all, 1991).
Universitas Sumatera Utara
8. Nisbah C/N Tanah
Nilai C/N bahan organik segar menentukan reaksi dalam tanah. Bila C/N
bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N antara tanaman dan mikroba,
dalam hal ini N di mobilisasi. Bila nitrifikasi baik, maka C/N akan rendah, dengan
demikian bahan organik bisa cepat habis. Untuk mempertahankan bahan organik
dalam tanah harus disediakan N yang cukup. Suatu dekomposisi bahan organik
yang lanjut dicirikan oleh C/N yang tinggi menunjukkan dekomposisi belum
lanjut atau baru mulai (Hakim, dkk., 1986).
Pupuk kandang perlu mengalami proses penguraiaan dengan demikian
kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio yang tinggi sehingga
mikroorganisme memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan
proses penguraiannya sehingga lama mengeluarkan panas misalnya pada sapi,
kerbau, dan babi. Dalam dunia pupuk kandang dikenal dengan istilah pupuk panas
dan pupuk dingin, pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguriannya
berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, salah satu contohnya adalah kotoran
ayam, pada pupuk dingin terjadi sebaliknya (Novizan, 2002).
Pupuk Kiserit
Kieserit segera tersedia bagi tanaman dengan pengaruh yang lama.
Kieserit mengandung kurang lebih 26% MgO dan 22% S. Beberapa sifat penting
lainnya berbentuk hablur dan berwarna abu-abu, mudah tersedia bagi tanaman
yang bereaksi agak masam karena mengandung SO4, serta kurang tahan disimpan
dalam waktu yang lama.(Chan dan Suwandi, 1984).
Magnesium di dalam tanah berada dalam berbagai mineral yang mana
yang paling utama adalah kalsium magnesium karbonat CaMg (CO3), dan paling
Universitas Sumatera Utara
9. banyak terdapat pada tanah liat. Tanah liat mengandung 0,5-2,5 MgO dan dari
jumlah ini kira-kira 10% mudah diserap oleh tanaman, sedangkan persediaan
magnesium pada tanah pasir jauh lebih sedikit yang mana paling banyak
mengandung 0,15% MgO. Oleh karena itu pada tanah pasir banyak dijumpai
kekurangan magnesium (Rinsema, 1986 ).
Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan atau ternak yang
di kandangkan, yang dapat dicampur dengan sisa makanan dan alas kandangnya.
Penguraian pupuk kandang menjadi humus merupakan yang penting dalam
memperbaiki sifat kimia tanah (Wigati, dkk., 2006).
Pupuk kandang mempunyai beberapa fungsi antara lain
(1) mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur dan
kalium; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah ; (3) melepaskan unsur
hara P dan oksidasi Fe dan Al ; (4) memperbaiki sifat fisik tanah dan struktur
tanah; (5) Serta membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro
sehingga dapat mengurangi proses pencuciaaan unsur makro dan mikro sehingga
dapat mengurangi proses pencucian unsur. Pupuk kandang adalah pupuk organik
yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang tergantung pada jenis
ternak kualitas pakan ternak dan cara penampungan pupuk kandang. Table 1
menunjukan pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki kandungan hara
yang lebih besar dari pada jenis ternak lainnya . Penyebabnya adalah kotoran pada
unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya kandungan unsur hara pada
urine selalau lebih tinggi dari pada kotoran padat
Universitas Sumatera Utara
10. Tabel 1. Kandungan Beberapa jenis Unsur hara beberapa jenis pupuk Kandang
(Sukristiyonubowo, 1993).
Jenis Ternak N(%) P2O5(%) K2O(%)
Ayam 1,7 1,9 1,5
Sapi 0,3 0,2 0,3
Kuda 0,4 0,2 0,3
Domba 0,6 0,3 0,2
Pupuk kandang kotoran ayam yang kering mengandung kadar air kurang
dari 15 %. Hal ini akan mengurangi kehilangan amonia dan akan menghasilkan
pupuk kandang dengan mutu yang baik dan tidak terlalu bau, sehingga mudah
ditangani dalam pendistribusiannya, harga pupuk kotoran ayam ini lebih mahal
dan kandungan haranya lebih tinggi yakni 24 kg N/ton, 20 kg P2O5/ton dan 15 kg
K2O (Simpson, 1986).
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimia. Ciri
fisiknya adalah berwarna kecoklatan kehitaman, cukup kering , tidak menggumpal
dan tidak berbau menyengat. Ciri-ciri kimiawinya adalah C/N sangat kecil
(bahan pembentukannya sudah dan tidak terlihat ) temperature nya relative stabil
(Novizan, 2002).
Universitas Sumatera Utara