Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
CocokTanamCabai
1. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahNya yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan paper ini dengan judul : Bercocok Tanam Cabai
Merah. Guna memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi tugas-tugas
yang diberikan oleh team penguji ujian sarjana pertanian fakutas Pertanian
Universitas Samudra Langsa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Syukri M. Ali sebagai pembimbing utama.
2. Ibu Ir. Cut Mulyani sebagai pembimbing anggota.
3. Bapak Ir. H. Amir Hamzah Ismail, MM selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Samudra Langsa.
4. Bapak Ir. Anas Johan, MBA selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Samudra Langsa.
5. Para staf pengajar di Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Samudra
Langsa.
Penulis menyadari bahwa isi tulisan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak demi melengkapi isi tulisan ini untuk masa yang akan
datang.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Langsa, 2 September 2001, Penulis,
i
2. ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................ 3
C. Permasalahan ............................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 4
A. Cara Bercocok Tanam Cabai Merah ........................... 4
1. Pengolahan Tanah ................................................. 6
2. Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Dasar ...... 6
3. Persiapan Benih dan Persemaian .......................... 7
4. Penanaman dan Pemupukan ................................. 7
5. Pengairan ............................................................... 9
6. Panen dan Pasca Panen ........................................ 10
B. Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Merah ................ 10
BAB III PENUTUP ......................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................. 12
B. Saran ........................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 13
ii
3. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabe Merah (Capsicum annuum, L.) merupakan salah satu sayur-
sayuran yang banyak mengandung vitamin A dan vitamin C yang banyak
diusahakan di Indonesia karena bernilai ekonomi yang tinggi, yang termasuk
ke dalam famili Solanaceae. Dalam kehidupan sehari-hari umumnya cabe
digunakan untuk keperluan bumbu dapur atau rempah-rempah, penambahan
cita rasa masakan, dapat membangkitkan nafsu makan yang sifatnya
memberi rasa pedas, hangat karena mengandung minyak actheris.
Berdasarkan asal usulnya, cabe berasal dari Peru dan sebagian
menyebutnya bahwa Meksiko kuno sudah menggemari cabe semenjak tahun
700 M, jauh sebelum Columbus menemukan Benua Amerika (1494).
Christophorus Columbus kemudian menyebarkan dan mempopulerkan cabe
dari Benua Amerika ke Spanyol pada tahun 1492. Pada awal tahun 1500-an,
bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabe ke Makao dan Goa kemudian
masuk ke India, Cina dan Thailan.
Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan cabe
dibawa ke Indonesia. Menurut dugaan kemungkinan besar cabe dibawa oleh
saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lainnya
iii
4. iv
menyebutkan bahwa cabe masuk ke Indonesia karena di bawa bangsa
Portugis.
Cabe (Capsicum sp) pada dasarnya terdiri dari dua golongan utama,
yaitu cabe besar (Capsicum annuum, L.) dan cabe rawit (Capsicum
frutecens, L). Selain berguna sebagai penyedap makanan, cabe juga
mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin-vitamin
dan mengandung senyawa-senyawa alkoloid seperti capsaicin, flavenoid dan
minyak esentra.
Kebijaksanaan pengembangan cabe merah dapat dilakukan melalui
usaha intensif dan ekstensif. Usaha pengembangan tanaman cabe merah
sulit dilaksanakan tanpa adanya perbaikan yang sempurna ke arah budidaya
tanaman, disamping faktor iklim dan tanah.
Menurut Djoehana Setyamijaya (1986), tanaman dapat tumbuh dengan
sehat dan subur bila tanah dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah
cukup, diantaranya adalah unsur hara makro yaitu : Nitrogen, Fosfor dan
Kalsium yang paling menentukan pertumbuhan tanaman. Selanjutnya
Risema (1980) menambahkan, Nitrogen memegang peranan dalam
perkembangan vegetatif dari tanaman cabe merah terutama pada waktu
tanaman muda. Daun tanaman cabe merah yang kekurangan Nitrogen
berwarna pucat sampai hijau kekuningan.
iv
5. v
Menurut Poerba (1999), keadaan Nitrogen, Fosfor dan Kalsium di
dalam tanah adalah sangat sedikit dan dalam keadaan demikian belum tentu
semuanya tersedia bagi tanaman.
Untuk memenuhi hara tersebut dapat dilakukan pemupukan sesuai
anjuran dan dengan menggunakan pupuk cair Seprint yang mampu
menambah kadar unsur hara, sehingga dapat menyuburkan tanaman,
mencegah daun berkerut/keriting, menyuburkan daun/tunas baru,
mempercepat bungaan, mempercepat buah, berbobot dan bermutu. Karena
pupuk cair Seprint mengandung unsur-unsur hara seperti Nitrogen (N), Fosfor
(F), Kalium (K), Besi (Fe), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S).
B. Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk melengkapi tugas-tugas yang
dibebankan team penguji tesis guna memenuhi salah satu syarat dalam
kelengkapan penulisan tesis.
C. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam penulisan paper ini adalah :
1. Bagaimana cara bercocok tanam cabai merah.
2. Apa itu hama dan penyakit serta bagaimana cara pengendaliannya.
v
6. vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Bercocok Tanam Cabai Merah
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan
(Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000
spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan kerdil lainnya.
Dari banyaknya spesies tumbuhan negeri tropis, namun secara ekonomis
yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru beberapa spesies saja.
Diantaranya yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari adalah
kentang (Solanum tuberosum), tomat (Lyopersicum esculantum), dan
tembakau (Nicotina tabacum).
Tanaman cabe dapat diklasifikaskan ke dalam :
Divisio : Spermatopyhta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dikotyledoneae
Sub Klass : Metachlamidae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanacea
vi
7. vii
Genus : Capsicum
Speccies : Capsicum annuum, L.
Tanaman cabe (Capsicum sp) sendiri diperkirakan ada sekitar 20
spesies yang sebagian besar tumbuh ditempat asalnya Amerika. Diantaranya
yang sudah akrap dengan kehidupan manusia baru beberapa spesies saja,
yaitu cabe besar (Capsicum annuum), cabe kecil (Capsicum frustscens),
Capsicum baccatum, Capsicum pubescena dan Capsicum shinense.
Walaupun varitas cabe besar banyak, tetapi ciri umumnya seragam.
Beberapa diantaranya ialah sebagai berikut. Batangnya tegak dengan
ketinggian antara 50 – 90 cm. Tangkai daunnya horizontal atau miring-miring
dengan panjang sekitar 1, 5 – 4 cm. Panjang daunnya antara 4 – 10 cm dan
lebar antara 1, 5 – 5 cm. Posisi bunganya mengantung dengan warna
mahkota putih. Mahkota bunga ini memiliki cuping sebanyak 5 – 6 helai
dengan panjang 1 – 1,5 cm dan lebar sekitar 0,5 cm. Panjang tangkai
bunganya 1 – 2 cm. Tangkai putik berwarna putih dengan panjang sekitar
0,5 cm. Warna kepala putik kehijauan, sedangkan tangkai sarinya putih
walaupun yang dekat dengan kepala sari ada yang bercak kecoklatan.
Panjang tangkai sari ini sekitar 0,5 cm. Kepala sari berwarna biru atau unggu.
Buahnya berbentuk memanjang atau kebulatan dengan biji buahnya berwarna
kuning kecoklatan.
vii
8. viii
Dalam bercocok tanam cabai yang perlu diperhatikan adalah
pengerjaan tanah, pemberian pupuk kandang, persiapan benih dan
persemaian, penanaman, pemupukan, panen dan pasca panen.
1. Pengolahan Tanah.
Pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan kegiatan persemaian.
Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat pengerjaan tanah selesai, bibit
cabai langsung dapat dipindahkan dari persemaian ke areal tanam.
Pekerjaan yang pertama dilakukan adalah mencangkul tanah dan
membajaknya, kemudian tanah digaru dan batu atau bongkahan tanah yang
mengganggu disingkirkan. Setelah itu dibuat bedengan-bedengan, jika tanah
tersebut termasuk tanah yang liat dan berat, setiap bedengan terdiri dari dua
jalur tanaman cabai atau satu jalur tanaman cabai dengan ukuran lobang 20 x
20 x 20 cm dan antar lobang dibuat 60 - 70 cm.
2. Pemberian pupuk Kandang dan Pupuk Dasar
Setelah pembuatan lobang selesai, kemudian diberi pupuk kandang
1 – 2 kg per lubang. Pupuk kandang dapat berupa kotoran ayam, kambing
atau sapi. Kotoran ayam adalah yang terbaik. Kotoran sapi atau kambing
masih sering terdapat biji rumput yang tidak terserap sehingga pertanaman
cabai merah lebih cepat ditumbuhi rumput atau gulma lainnya. Jika pupuk
kandang sulit di dapat, sebagai penggantinya dapat diberikan pupuk kompos.
Pupuk dasar diberikan campuran urea, TSP, KCl (1 : 1 : 1) dapat diberikan
viii
9. ix
sebanyak 15 gram per lubang tanam. Selain itu diberikan juga insektisida
yang biasanya berperan sebagai nematisida yang berbentuk butiran sebanyak
1 – 2 sendok the per lubang. Setalah itu campuran pupuk kandang, pupuk
dasar dan insektisida diaduk dan dibiarkan selama ± 2 minggu.
3. Persiapan Benih dan Persemaian
Benih cabai merah dipilih dari buah yang sudah tua, tetapi belum
rontok adri pohonnya. Benih cabai tersebut diambil dari tanaman pilihan yakni
tanaman yang produksinya tinggi, vigornya baik dan bebas dari hama dan
penyakit. Sebaiknya tidak menggunakan benih cabai di pasar, karena
kualitasnya tidak terjamin, akan tetapi sebaiknya benih cabai dibeli di Kios
Saprodi yang berlabel resmi.
Benih disemai di kantong plastik di tempat persemaian. Kantong
plastik di persemaian diisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 5 : 1 dan ditambah 500 gram urea, 250 gram TSP dan 250
gram KCl. Benih yang disemaikan di Seed Bed ditebarkan dengan jarak
barisan 5 cm. Sebelumnya, tanah tempat persemaian tersebut di cangkul,
diberi pupuk kandang kira-kira 1/5 dari cangkulan dan diberi pupuk urea, TSP,
KCl secukupnya.
4. Penanaman dan Pemupukan
Setelah berumur 30 – 40 hari bibit cabai merah sudah cukup kuat untuk
dipindahkan ke tempat pertanaman. Akar tanaman diusahakan tidak sampai
ix
10. x
rusakwaktu menyobek kantong plastik. Cetakan tanah yang telah berisi bibit
cabai merah diletakkan pada lubang yang telah disiapkan, kemudian diurug
tanah dan agak ditekan agar bibit tidak mudah roboh. Cetakan tanah
diusahakan tidak pecah atau hancur, sebab jika pecah atau hancur dapat
mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika kena sinar
matahari.
Bibit cabai merah yang tidak menggunnakan kantong plastik, yaitu
yang disemaikan di seed bed, pemindahan ke tempat pertanaman harus
dilakukan dengan hati-hati. Akar tanaman diusahakan tidak putus dan rusak.
Pemindahan bibit tanaman dilakukan pada sore hari, yaitu pada
matahari sudah tidak terlalu terik. Setelah penanaman harus dilakukan
penyiraman secukupnya. Bibit yang berasal dari kantong plastik tidak
mengalami layu, sedangkan bibit yang berasal dari seed bed biasanya
mengalami layu sementara.
Pada waktu penanaman, dilakukan pemupukan dengan pupuk urea,
TSP dan KCl masing-masnig 5 – 10 gram per lubang. Pupuk Urea ditaruh
pada lobang tugalan pertama, sedangkan pupuk KCl dan TSP ditaruh pada
tugalan yang lain yang masng-masing berjarak antara 10 – 15 cm dari bibit
dengan arah yang berlawanan. Pemisahan dimaksud untuk mengghindari
terjadinya ikatan N-P atau N-K, sebab kedua ikatan tersebut tidak dapat
diserap tanaman.
x
11. xi
Setelah tanaman berumur 30 hari dilakukan pemupukan lagi dengan
Urea, TSP dan KCl masing-masing 10 – 15 gram. Pemupukan yang sama
dilakukan juga pada saat tanaman cabai merah berumur 60, 90 dan 125 hari
setelah tanam dengan dosis dan jenis yang sama. Setiap melakukan
pemupukan, jarak antara tanaman dengan pupuk tidak boleh terlalu dekat,
kira-kira 10 – 15 cm dari tanaman.
5. Pengairan
Tanaman cabai merah pada awal pertumbuhannya memerlukan cukup
banyak air untuk pertumbuhan cabang, daun, batang dan buah. Tanaman
cabai merah yang kekurangan air dapat mengakibatkan produksinya
menurun. Jika tidak ada hujan selama 3 hari berturut-turut tanaman cabai
merah perlu disiram dengan air secukupnya.
Untuk keperluan pertumbuhannya, tanaman cabai merah memerlukan
air. Tetapi jika air yang tersedia berlebihan, akan merusak perakaran
tanaman. Ditempat pertanaman cabai merah harus diusahakan agar sistim
pembuangan airnya lancar, sehingga tempat pertanaman tersebut tidak
tergenang air. Untuk keperluan itu perlu dibuat selokan-selokan di tepi
bedengan, terutama pada tanah liat. Sedangkan untuk tanah pasir jarang
sekali terjadi penggenangan air di pertanaman. Pada tanah pasir, ganguan
yang sering terjadi adalah pada musim kemarau, karena tanah berpasir tidak
bisa menahan air sehingga mengakibatkan tanaman kekurangan air.
Sedangkan pada musim penghujan tanah tersebut dapat hanyut terbawa air,
xi
12. xii
akibatnya akar tanaman terbongkar dan tanaman mudah rebah. Untuk itu
pada tanah pasir walaupun tidak diperlukan selokan untuk pembuangan air,
tetapi tanah harus dibumbun setiap hujan turun atau pada saat menyiangi
gulma.
6. Panen dan Pasca Panen.
Buah cabai dapat dipanen setelah umur 90 – 100 hari setelah tanam.
Pada panenan pertama, junmlah buah yang merah biasanya hanya sedikit.
Sedangkan pada panen yang kedua dan selanjutnya jumlah buahnya cukup
banyak. Buah cabai dapat di panen 2 – 3 kali dalam seminggu. Tanaman
cabai merah akan menghasilkan buah terus menerus selama 6 bulan.
Memanen buah cabai sebaiknya tidak pada saat hari hujan, karena dapat
mengakibatkan cepat busuk.
Apabila cabai merah produksinya melimpah di pasaran maka
sebaiknya dilakukan pengawetan baik secara basah maupun secara kering.
Cara membuat awetan cabai merah basah adalah dengan merebus
dan menggilingnya. Kemudian cabai rebus yang sudah digiling dicampur
dengan garam dapur 5 – 10 %. Awetan cabai merah basah ini akan tahan
terhadap serangan jamur atau bakteri selama 2 – 3 bulan.
Cara membuat awetan cabai merah kering adalah dengan menjemur
cabai merah di terik matahari selama 10 – 14 hari, atau diopen pada suhu
0
40 – 50 C. Awetan cabai merah secara kering ini dapat tahan selama 12
bulan atau lebih jika disimpan pada tempat yang kering dan bersih.
xii
13. xiii
B. Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Merah
Jenis-jenis hama penting yang menyerang tanaman cabai merah
adalah banyak macamnya, namun yang sering dijumpai hama pengganggu
tanaman cabai merah adalah Ular Grayak (Spodoptera litura), Thrips (Thrip
tabacci) dan Kutu Daun ( Aphis gossypii).
Adapun cara pengendalian ketiga hama tersebut di atas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengatur jarak tanam agar tidak terlalu
rapat dan menggunakan insektisida dengan cara menyemprot ke batang
tanaman yang terserang.
Sedangkan jenis-jenis penyakit yang sering menyerang tanaman cabai
merah : penyakit busuk akar, penyakit busuk buah dan keriting (virus
Mazaik).
Penyakit busuk akar disebabkan oleh jenis cendawan, yang ditandai
tanaman layu atau daunnya berguguran walaupun tanaman disekitarnya
cukup lembab. Adapun cara pengendalian penyakit ini adalah dilakukan
pengaturan tata air yang baik, pemusnahan tanaman yang terserang dan
openyemprotan dengan larutan fungisida.
Sedangkan penyakit busuk buah penyebabnya sejenis cendawan yang
patogen (yang dapat menimbulkan penyakit) yaitu namanya Colletotricum
nigrum. Adapun cara pengendaliannya yaitu dengan bercocok tanam yang
baik, jarak tanam yang teratur, pengarturan tata air yang baik, pemusnahan
buah yang sudah terserang serta penyemprotan fungisida yang aman.
xiii
14. xiv
Penyakit keriting daun disebabkan oleh jenis virus mozaik yang
ditandai daun tanaman cabai merah menjadi keriting. Adapun cara
pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman
yang terserang, perawatan tanaman yang baik, serta pemberantasan hewan
yang menjadi vektor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cabai merah merupakan salah satu tanaman sayur-sayuran yang
banyak mengandung vitamin A dan vitamin C.
2. Dalam bercocok tanam cabai merah sangat diperlukan beberapa hal
antara lain pengerjaan tanah, pemberien pupuk kandang, persiapan
benih dan persemaian, penanaman, pemupukan serta panen dan
pasca panen.
3. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah
dapat menyebabkan pertumbuhannya terganggu sehingga
mengakibatkan produksinya menurun.
B. Saran - Saran
Dalam pembudidayaan tanaman cabai merah ini disarankan agar
mengikuti petunjuk dan pedoman agar dapat menghasilkan buah cabai yang
optimum dan berkualitas baik.
xiv
15. xv
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1987. Pupuk dan Pemupukan, Seri Tanaman Pangan,
Departemen Pertanian BIPP Daerah Istimewa Aceh.
Djoehana Setyamidjaja, 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simpleks,
Jakarta.
Dwijoseputro, D, 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia,
Jakarta.
Poerba, dkk., 1999. Ilmu Memupuk. Sinar Baru, Bandung.
Rukmana, R., 1994. Usaha Tani Cabe Hybrida Mulsa Plastik,
Kanisius, Yogyakarta.
Setiadi, 1999. Bercocok Tanam Cabe, Cetakan ke XVII, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tjahjadi, Nur, 1990. Bertanam Cabai. Kanisisu, Jakarta
xv